• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Ayam Kampung, Pelung dan Resiprokalnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Ayam Kampung, Pelung dan Resiprokalnya"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS AYAM KAMPUNG, PELUNG DAN RESIPROKALNYA

IPT, IPB

05-02-2000; disetujui 07-04-2000)

ABSTRACT

The of this research was to utilize the Pelung cock culled for bad crowing (with good meat qualities) for crossing with the Kampung chicken in order to obtained superiority. The reciprocal cross was also conducted besides the control treatment of K x K mating. Sixty-mature and sixty mature Kampung chickens were used in this research. Four matings were observed x P x K x K x with ratio : 5. Each matings were five repetetion. Production characteristics consisted of egg production, egg weights, fertility, hatchability and hatch weight. The results showed that Kampung cock and Pelung hen (K x P) crossing in the highest fertility compared the other crossing. The highest hatchability was showed by K x P crossing. K x P crossing was heighest in hatch weight also. Heterosis in fertility and hatch weight were and each. The indicated that crossing increased fertility, hatchability and hatch weight. Selection hen Kampung is utilized for crossing in order to increase hatch weight.

: crossing;. local productivity.

PENDAHULUAN

MATERI DAN

Ayam yang ada di Indonesia terdiri

ayam Kampung, Kedu, Nunukan, Pelung dan

beberapa nama lain yang belum masyarakat

Gaok, dan jenis Ayam Kam-

pung di wilayah Indonesia

ayam yang dikenal suara

indah dan merupakan ayam dari

Cianjur.

Ayam Pelung dipelihara terutama sebagai kesenangan, karena kokok suaranya enak di- kuat, mengalun panjang, dan berirama

(Nataamidjaja, 1985; 1988). itu, ayam

Pelung mempunyai lain yaitu kurang gesit dan

kurang dibandingkan ayam aduan, yang

Noerjito et al. (1979) disebabkan bentuk lonjong berdaging tebal. cepat pada lingkungan yang

namun

karena pemeliharaannya hanya untuk kesenangan

ayam Pelung

telumya hanya mencapai (Mansjoer, 1985) atau

(1982). Adapun daya tetasnya mencapai et al., 1990).

Persilangan ayam Kampung dengan ayam

Pelung pejantan Pelung

yang suaranya jelek tetapi pertum-

buhannya untuk tambah

atau dari hasil kedua jenis

ayam tersebut.

ekor ayam Kampung dan 60 ekor ayam Pelung dewasa kelamin digunakan dalam penelitian ini. Kedua kelompok mempunyai ratio jenis 1 : 5 (jantan : betina). Untuk itu

Pakan terdiri pakan komersil

(broiler dengan dedak padi 1 : 1.

Pakan dijatah 500 untuk K x K, 525

untuk P x K, 575

untuk K X P, dan 600 untuk P x

air minum ad libitum,.

Pengumpulan telur tetas berselang satu ming- dengan pengumpulan sebelumnya sesuai jadwal

Penetasan telur dilakukan dengan

berkapasitas 100 sebanyak unit.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah

Acak Lengkap (Steel Torrie, 1991)

dengan 4 perlakuan yaitu x P, P x K, K x P, dan K x

K. Setiap perlakuan terdiri ulangan.

produksi yang diamati dalam penelitian

(2)

Med. Pet Vol. 23 No. 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Roduksi

Produksi telur yang dicatat per untuk

ayam Pelung berkisar

-

dengan rataan

dan untuk ayam berkisar

-

dengan rataan Produksi

ayam Pelung lebih dari ayam Kampung dan

keragaman produksi telur ayam Pelung

lebih dari ayam Kampung

Produksi ayam Pelung pada penelitian lebih tinggi dari penelitian Mansjoer et al. (1990) yaitu maupun Nataamidjaja (1983)

yaitu tetapi lebih dari yang dilaporkan

Creswell Gunawan (1982) pada penelitian I

dan yaitu dan Produksi telur ayam

pada penelitian ini lebih tinggi dari yang dilaporkan Masjoer (1990) yaitu tetapi lebih dari yang dilaporkan Creswell Gunawan (1982) secara berturut-turut pada penelitian I

dan pada

Puncak produksi ayam Pelung pada

minggu ketiga, produksi lebih dari

hasil penelitian Creswell Gunawan yaitu 52% (I)

dan 44% produksi telur ayam Kampung

lebih tinggi dari ayam Pelung yang dicapai

pada minggu produksi. Puncak produksi

ayam Kampung lebih dari yang

dilaporkan Creswell Gunawan (1982) yaitu 48% (I) dan 53%

telur ayam Kampung berkisar antara

g dengan rataan g lebih

dari yang dilaporkan Mansjoer et al. (1990) yaitu

g. ini lebih dari yang dilaporkan

Creswell Gunawan (1982) yaitu g. telur

ayam Pelung berkisar g dengan rataan

lebih dari hasil penelitian Mansjoer et al. (1990) maupun Creswell Gunawan (1982) yang melaporkan masing-masing g dan g pada percobaan (I) maupun g pada

percobaan Bobot telur ayam Kampung lebih dari bobot telur ayam Pelung dengan

pada ayam Kampung dan pada ayam Pelung.

Rendahnya produksi telur pada penelitian dibandingkan penelitian Creswell Gunawan (1982) disebabkan adanya seleksi yang digunakan dalam penelitian tersebut. itu

yang digunakan (100 % komersil), sedang

pada penelitian ini pakan campuran

pakan komersil dan dedak padi.

Rataan telur ayam yang masuk grade sebagai

telur pada ayam Pelung sedang pada

ayam Kampung sebesar Tidak semuanya

produksi telur dapat bentuk telur

yang abnormal dan

Daya Tunas

Daya tunas pada persilangan K x K

lebih tinggi dari pada yang dilaporkan Mansjoer et al.

daya tunas x P lebih

dari yang dilaporkan Mansjoer et al. ( 1990) sebesar

Daya tunas P x K dan K x P

lebih dari hasil penelitian pensilangan lain yaitu Kampung x Kedu yang dilaporkan

subroto (1977) sebesar Hal

disebabkan perbedaan yang

tampaknya bobot ayam P x K Iebih dari-

pada bobot ayam Kampung x Kedu.

Pada penelitian ini daya tunas dari yang yaitu K x P, K x K, P x K dan P x P

seperti disajikan dalam 1. heterosis

sebesar menunjukkan bahwa persilangan

daya tunas. Selanjutnya pejantan lain jenis pada persilangan

katkan daya tunas dibanding pejantan dan sama jenis x P). Hal ini nampak pula pada hasil

P x K lebih tinggi dari K x K.

1. Daya Tunas dan Daya Tetas pada Ayam Kampung, Pelung pada Keempat

Persilangan Daya Tunas

Rataan

Daya (%)

(3)

Med. Pet. Vol. 23 No. 2

Keragaman daya tunas pada P x

P paling tinggi di antara perlakuan yang lain I). Hal memperlihatkan bahwa

menurunkan keragaman daya tunas. Namun demi- hasil uji statistik daya tunas pada keempat perlakuan tidak berbeda nyata.

Daya Tetas

Daya tetas K x K maupun P x P (disajikan pada keduanya lebih tinggi daripada yang

dilaporkan et (1995) sebesar dan

hasil penelitian persilangan K x P

maupun P x K daya tetas dibanding P

x P. itu persilangan ternyata juga menurunkan keragaman daya tetas. Hasil uji statistik daya tetas pada keempat perlakuan tidak berbeda nyata.

persentase daya tunas pada kedua persilangan menyebabkan perolehan heterosis, tetapi

tidak pada persentase daya tetas.

Hal ini diduga karena daya tetas dipengaruhi faktor lain yaitu penanganan penetasan

tetas).

Bobot Tetas

Rataan bobot tetas pada penelitian K x P

paling tinggi di antara perlakuan 2).

Keunggulan akibat peningkatan heterosigositas

(pengaruh heterosis) menunjukkan

bahwa persilangan bobot tetas.

Keragaman bobot pada persilangan K x P lebih dari P x P, akan tetapi keragaman P x K lebih tinggi dari K x K

seleksi induk ayam Kampung yang me- bobot telur yang besar untuk meningkatkan bobot tetas hasil persilangan P x K.

2. Bobot Tetas Anak Ayam Kampung, Pelung pada Keempat Persilangannya

Persentase bobot tetas terhadap bobot telur ayam Kampung yang akan digunakan pada tetas disajikan pada 3. Persentase bobot tetas persilangan P x K untuk meningkatkan bobot tetas terhadap bobot telur tetas P x K lebih tinggi ayam hasil silangan P x K. uji statistik dibanding K x K dengan keragaman yaitu P x K persentase bobot tetas terhadap bobot telur tetas

dan K x K sehingga mendukung tidak berbeda nyata.

dugaan perlunya seleksi induk

3. Persentase Bobot Tetas terhadap Bobot Telur Tetas pada Keempat Persilangannya Bobot Tetas

Rataan (g)

32/75

Keragaman (%)

(4)

Pet. Vol. 23 No. 2

KESIMPULAN

Produksi telur ayam Pelung lebih

dari ayam Kampung dengan koefisien

keragaman telur ayam Kampung

lebih tinggi dari ayam Pelung

telur ayam Pelung lebih tinggi

P, P x K) meningkatkan daya tunas dengan heterosis sebesar %

.

Daya tetas K x P lebih tinggi dari P x P Persilangan P x K maupun K x P

kan keragaman daya tetas.

Bobot tetas K x P paling tinggi dibanding P x P, P x K dan K x K. Keragaman bobot tetas P x K

dibanding K x K dan bobot tetas

terhadap bobot telur tetas memungkinkan induk Kampung yang

x K meningkatkan bobot tetas. Pengaruh heterosis pada bobot tetas

DAFTAR

D.C. B. Gunawan. 1982. Ayam-ayam

di Indonesia. Seminar

Ciawi.

Hardjosubroto, W. S.P. Atmodjo. 1977. Per- formance Ayam Kampung dan Ayam Kedu.

Seminar

Mansjoer, I., S.S. Mansjoer, S.H.S. Sikar, & S. Darwati.

1990. Ayam Kampung,

Ayam Pelung, dan Ayam Bangkok dalam Sumber Genetik Ayam di Indonesia. Penelitian IPB.

Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian Sifat-sifat Produksi

Ayam Kampung Persilangannya dengan

Ayam Island Red. Disertasi.

Nataamidjaja, A.G. 1985. Ayam Pelung:

dan Permasalahannya. Proceedings Seminar Peternakan

Penelitian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga

Peternakan.

Noerdjito, W.A., S.M. Noerdjito,

D.M.

E. Suin. 1979.

Ayam Pelung dan Pro-

Gambar

Tabel 1. Daya Tunas dan Daya Tetas pada Ayam Kampung, Pelung pada Keempat Persilangannya
Tabel 2. Bobot Tetas Anak Ayam Kampung, Pelung pada Keempat Persilangannya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Teman sebaya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan remaja, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis jawaban respondenpada item pertanyaan yang

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul PENGGUNAAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENCAK SILAT PADA SISWA KELAS X IPA 3 SMA N 1 TERAS BOYOLALI

Hasil penelitian Agus Sartono dan Mishabul Munir menyimpulkan bahwa rata-rata PER untuk tujuh industri yang berbeda adalah tidak sama; pertumbuhan laba, ROA, Devidend Payout

Hasil  analisis  bivariat  antara  parafungsi  dan  gangguan   sendi  berdasarkan  Indeks  Klinis  Helkimo  memperli-­ hatkan  pasien  yang  tidak  memiliki

pelaku usaha konveksi mikro masih belum siap untuk menghadapi pasar terbuka Masyarakat Ekonomi Asean, sedangkan para pelaku UMKM konveksi dengan skala menengah mereka

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat 20 mata kuliah yang diselenggarakan dengan e-learning oleh 7 orang dosen; (2) e-learning yang diterapkan adalah blended learning;

Hal ini juga menunjukkan pergeseran bersih bernilai positif sehingga sektor tersebut tergolong ke dalam sektor progresif (maju).Sektor yang berada pada kuadran I