• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK KARO (KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK KARO (KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR UPACARA PERKAWINAN

MASYARAKAT BATAK KARO (KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh:

DEVI MAWADDAH BR. GINTING

NIM 2101210003

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul: Analisis

Tindak Tutur Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo ( Kajian Pragmatik)

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan

rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni beserta

Wakil Dekan dan seluruh Staf Pegawai Administrasi,

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

4. M. Syairal Fahmy, S.Sos, M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia

5. Dr. Wisman Hadi S.Pd, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia,

6. Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi,

7. Prof. Dr. Khairil Ansari M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik,

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu

per satu, ilmu yang kalian berikan adalah bekal paling berharga,

9. Teristimewa kedua orang tua, L. Ginting dan Satriani Sitepu yang selalu

memberikan doa, semangat, dukungan dalam segala hal,

10.Sahabat-sahabat terbaik, Amelia Juliani SS, Gusti Anggraini SS, Stevani

(7)

iii

Rizky, Widya Syahfitri, kakak sepupu Yenni Yuslina Sari dan terkhusus

buat Januari Syahbandan Barus,

11.Seluruh teman dari Sastra Indonesia 2010 yang hampir empat tahun

bersama,

12.Kakak-kakak senior yang telah memberikan informasi, dukungan dan

semangat,

13.Club SBS (Scooter Binjai Society),

14.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

Penulis tidak dapat membalas semua yang telah diberikan dalam bentuk

apapun dan sekecil apapun, tetapi semoga Tuhan membalas setiap kebaikan

yang diperoleh. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dan

kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, September 2015

Penulis,

(8)

i ABSTRAK

Devi Mawaddah Br. Ginting. NIM 2101210003. Analisis Tindak Tutur Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo (Kajian Pragmatik). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini membahas tentang tindak tutur Upacara Perkawinan

Masyarakat Batak Karo (Kajian Pragmatik) yang bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang digunakan pada upacara perkawinan tersebut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah CD atau kaset

“Tindak Tutur Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo dengan subjek penelitian, tuturan yang terdapat dalam kaset tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik catat. Adapun kajian yang digunakan adalah kajian pragmatik, Teknik analisis data terhadap jenis tidak tutur ilokusi yang paling dominan menggunakan rumus:

�= �

� × 100%

Keterangan:

p = persentase yang dicari

n = frekuensi tindak tutur lokusi yang dianalisis

N = total keseluruhan tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang dianalisis

Dari hasil analisis, ditemukan lima jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Tindak tutur representatif, meliputi: menyatakan (6 tuturan), memberkati (2 tuturan), menyebutkan (4 tuturan), mengingatkan (2 tuturan), memberi tahu (1 tuturan), mendoakan (2 tuturan), menyarankan (6 tuturan), dan memberi motivasi (1 tuturan). Tindak tutur direktif, meliputi: menyarankan (9 tuturan), meminta (1 tuturan), menyuruh (1 tuturan), menasehati (2 tuturan), mengingatkan (1 tuturan), motivasi (1 tuturan) dan memberi tahu (1), tuturan). Tindak tutur ekspresif, meliputi: berdoa (3 tuturan), berterima kasih (3 tuturan), memberi nasihat (1 tuturan), mengucapkan selamat (2 tuturan), memuji (3 tuturan), bersyukur (1 tuturan), memberi motivsi (2 tuturan), meminta maaf (1 tuturan) dan menyanjung (1 tuturan). Tindak tutur komisif, meliputi: berjanji (3 tuturan). Tindak tutur deklaratif, meliputi: melarang (2 tuturan), dan memutuskan (2 tuturan).

Dari hasil perolehan data ditemukan 70 tututan lokusi ilokusi dan perlokusi, yang paling dominan adalah tindak tutur representatif sebanyak 27 tuturan (38,5%), selanjutnya tindak tutur direktif sebanyak 19 tuturan (27%), tindak tutur komisif sebanyak 3 tuturan, (4,2%) tindak tutur ekspresif sebanyak 17 tuturan (24,2%), dan yang terakhir tindak tutur deklaratif sebanyak 4 tuturan (5,7%).

(9)

iv

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA TEORETIS, DAN PERTANYAAN PENELITIAN... 8

A. Landasan Teori... 8

1. Kerangka Teoretis... 8

2. Pragmatik dan Tindak Tutur... 8

2.1Tindak Tutur... 11

2.2Lokusi (Locutionary Act)……… 12

2.2.1Ilokusi ( Ilocutionary Act)………... 13

2.2.2Perlokusi (Perlocutionary Act)……….... 14

2.2.3Prinsip Tindak tutur………... ... 15

2.2.4Struktur Konteks Tindak Tutur………... ... 16

(10)

v

3.1 Perkawinan Masyarakat batak Karo……… 18

3.2 Teori Searle ………... 20

3.3 Teori Etnografis Hymes... 20

B. Orat Tutur………... 22

3.3.1 Sukut... 22

3.3.2 kalimbubu... 23

3.3.3 Anak Beru... 25

C. Maba Belo Selambar………... 26

D. Pertanyaan Penelitian………... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 28

A. Lokasi dan Waktu penelitian………... 28

B. Sumber Data dan Subjek Penelitian……… 28

C. Metode Penelitian………... 28

D. Instrumen Penelitian………... 29

E. Teknik Pengumpulan Data……….. 31

F. Tekhnik Analisis data... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 33

A. Hasil Penelitian………... 33

4.1.1 Bentuk Tindak Tutur Lokusi... 33

4.1.2 Fungsi dan Makna Ilokusi... 40

B. Pembahasan Hasil Penelitian………. 53

(11)

vi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 78

A. Simpulan... 78

B. Saran... 79

(12)

vii

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 3.1 Tabel Tindak Tutur Lokusi………... 30

Tabel 3.2 Tabel Tindak Tutur Ilokusi... 30

Tabel 4.1 Tabel Bentuk Tindak Tutur Lokusi ……… 33

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

HALAMAN

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya.

Salah satunya adalah adat budaya Batak Sumatra Utara. Adat budaya batak ini

juga masih dikategorikan sebagai Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak,

Mandailing dan angkola. Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai

dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat dan dalam suatu nilai dan pikiran

ini berkembang sejumlah gagasan dan nilai nilai seperti etika dan norma norma

yang mempengaruhi tingkah laku warga sebuah masyarakat. Isi pikiran dan nilai

ini didalam kebudayaan manusia membedakan masyarakat satu dengan

masyarakat lainnya, perbedaan suku bangsa di indonesia ditentukan oleh antara

lain suatu nilai yang mereka anggap baik atau buruk.

Sistem nilai budaya ini diperkenalkan kepada setiap anggota masyarakat

melalui proses sosialisasi enkulturasi sehingga konsep konsep tersebut berakar

dalam jiwanya dan akan tetap dimiliki sebagai identitas dari suatu bangsa

umumnya dan khususnya suku bangsa hal ini karena sistem nilai budaya

merupakan suatu rangkaian dari konsep konsep abstrak yang hidup dalam alam

pikiran sebagian besar masyarakat sehingga sistem nilai budaya berfungsi sebagai

suatu pedoman tetapi juga sebagai pendorong kelakuan manusia dalam hidup

bahkan berfungsi juga sebagai suatu sistem tata kelakuan seperti aturan aturan

adat sopan santun dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1969:19). Kebudayaan

(15)

2

upacara adat, nilai niali luhur yang terkandung dalam kebudayaan tersebut pada

akhirnya menjadikan kebudayaan itu terus dilestarikan. Salah satu adat istiadat

suku Karo yang memiliki keunikan sebagaimana dengan suku bangsa lain yang

ada di Indonesia adalah adat perkawinan. Perkawinan merupakan sesuatu yang

dianggap sakral oleh semua suku bangsa khususnya di Indonesia. Begitu juga

dengan suku Karo berpandangan perkawinan dianggap sah apabila telah sesuai

dengan ketentuan agama dan juga adat istiadat Karo. Pasangan suami atau istri

yang telah menikah menurut ajaran agama yang mereka anut, namun belum

melakukan pernikahan menurut tradisi adat istiadat Karo dianggap belum sah dan

tetap memiliki kewajiban membayar utang adat. Pada dasarnya adat perkawinan

suku Batak Karo mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral dalam pemahaman

adat Batak Karo bermakna pengorbanan bagi pihak pengantin perempuan (pihak

sinereh), karena ia memberikan anak perempuannya kepada orang lain pihak

pengantin laki-laki (pihak sipempoken), sehingga pihak laki-laki juga harus

menghargainya dengan menanggung semua biaya acara adat dan makanan adat.

Perkawinan merupakan suatu upacara di mana mempersatukan seorang

laki-laki dengan perempuan atau dipersatukanya dua sifat keluarga yang berbeda

melalui hukum. Suku Karo merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di

Sumatera Utara. Mereka mendiami dataran Tinggi Karo, Deli Serdang, Tanah

Deli (Medan), Binjai, Langkat, Dairi, dan Aceh Tenggara. suku Karo tersebar

diberbagai daerah di Indonesia dengan berbagai macam profesi yang mereka

geluti. Sebagaimana suku bangsa yang ada di Sumatera Utara suku Karo memiliki

sistem kekerabatan yang bersifat patrilinial dimana seorang anak laki-laki akan

mewariskan marga (fams) kepada anak-anaknya. Suku Karo memiliki lima

(16)

3

akan terjadi tindak tutur antara pihak anak beru laki-laki (pihak penerima istri)

dengan pihak anak beru perempuan (pihak pemberi istri), kemudian dilakukan

pertuturan antara anak beru laki-laki dengan kalimbubunya (pihak penerima istri),

begitu juga antara anak beru perempuan dengan kalimbubunya (pihak pemberi

istri). Tindak tutur ini merupakan kajian bidang ilmu pragmatik. merupakan

gejala individual, bersifat psikologis yang keberlangsungannya ditentukan oleh

kemampuan si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Teori mengenai tindak

tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin kemudian dikembangkan oleh

J.R. Searle. Tindak tutur ini merupakan kajian bidang ilmu pragmatik. Anak beru

disini berfungsi sebagai penyambung lidah antara kepentingan dua kelompok

keluarga, yaitu keluarga pengantin perempuan dan pengantin laki-laki. Dengan

demikian, perkawinan adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang pria

dan wanita, termasuk keseluruhan keluarga dan arwah para leluhurnnya. Pada

perkawinan yang sesuai dengan adat (arah adat) dahulu biasanya peranan orang

tua yang dominan.

Artinya bahwa pihak orang tualah yang mengusahakan agar perkawinan itu

dapat berlangsung, mulai dari perkenalan calon mempelai (petandaken),

meminang (maba belo selambar), nganting manuk dan pesta adat (kerja adat).

Sifat perkawinan dalam masyarakat suku Karo adalah eksogami artinya harus

menikah atau mendapat jodoh diluar marganya (klan). Bentuk perkawinannya

adalah jujur yaitu dengan pemberian jujuran (mas kawin) yang bersifat religio

magis kepada pihak perempuan menyebabkan perempuan keluar dari klannya dan

pindah ke dalam klan suaminya. Perkawinan diantara semarga dilarang dan

dianggap sumbang (incest), perkawinan eksogami tidak sepenuhnya berlaku pada

(17)

4

walaupun bentuk perkawinannya jujur tapi sistem perkawinannya adalah

eleutherogami terbatas yaitu seorang dari marga tertentu pada Marga Sembiring

dan Perangin-angin diperbolehkan menikah dengan orang tertentu dari marga

yang sama asal klannya berbeda. Perkawinan semarga yang terjadi dalam klan

Sembiring terjadi karena dipengaruhi faktor agama, faktor ekonomi dan faktor

budaya. Pelaksanaan perkawinan semarga dinyatakan sah apabila telah melewati

tahap Maba Belo Selambar (pelamaran), Nganting Manuk (musyawah untuk

membicarakan hal-hal yang mendetil mengenai perkawinan), Kerja Nereh i Empo

(pelaksanaan perkawinan), dan Mukul (sebagai syarat sahnya suatu perkawinan

menurut hukum adat Karo). Akibat hukum dari perkawinan semarga adalah sama

seperti perkawinan pada umumnya apabila telah dilakukan sesuai dengan agama,

adat, dan peraturan yang berlaku.

Larangan perkawinan yang dilangsungkan diantara orang-orang yang semarga

dimaksudkan untuk menjaga kemurnian keturunan berdasarkan sistem

kekerabatan pada masyarakat Karo. Karena nilai budaya karo sangat tinggi

pengaruhnya dalam budaya Batak karo dalam mewujudkan kehidupan yang lebih

maju, damai, aman, tertib, adil, dan sejahtera. Sanksi bagi yang melakukan

perkawinan semerga (sumbang) adalah :diusir dari tempat tinggal mereka,

dikucilkan di masyarakat adat, dikucilkan dan diusir oleh keluarga, dan

dimandikan di depan umum (dalam bahasa Karo disebut „i peridi i tiga‟). Di era

globalisasi saat ini suku karo berusaha untuk dapat mempertahankan tradisi

leluhurnya dari pengaruh budaya luar, bukan berarti suku karo anti terhadap

budaya luar, banyak nilai nilai budaya luar juga diterima dan disesuaikan dengan

budaya suku karo sebagai upaya modernisasi tanpa menghilangkan nilai nilai

(18)

5

B. Identifikasi Masalah

Terkait dengan fenomena yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka

terdapat sejumlah permasalahan yang muncul untuk diidentifikasi. Dari analisis

fenomena situasional yang dipaparkan diatas, ada sejumlah masalah yang muncul

ke permukaan. Beberapa masalah tersebut diidentifikasi sebagai berikut:

1. Adanya tindak tutur lokusi dalam upacara perkawinan masyarakat Batak

Karo

2. Jenis tindak tutur ilokusi dalam upacara perkawinan masyarakat Batak

Karo

3. Terdapat fungsi dan makna tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi

dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Karo

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, surakhman (1990:36) mengungkapkan “sebuah

masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas tidak pernah dipakai sebagai

masalah penelitian, oleh karena itu jelas batas-batas masalah itu, sebab masalah

perlu juga memenuhi syarat utama dalam perumusan yang terbatas. Mengingat

luasnya ruang lingkup penelitian ini, maka perlu dilakukan pembatasan masalah

Pembatasan masalahnya yaitu bagaimana tindak tutur dan sebutan atau sapaan

dalam adat perkawinan batak Karo.

D. Rumusan Masalah

Dalam rumusan masalah, Nasir (2003:111) menyatakan”Sebelum seseorang

meneliti dapat merumuskan suatu masalah untuk menelitinya, maka ia lebih

(19)

6

tersedia cukup banyak tetapi cukup sulit bagi peneliti untuk memilih

masalah-masalah yang akan dipilih untuk penelitiannya.

agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan diteliti.

Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan focus arah yang diikuti di

dalam proses penelitian. Secara praktis rumusan Masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk tindak tutur lokusi dalam upacara perkawinan

masyarakat Batak Karo

2. Bagaimana fungsi dan makna ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam

upacara perkawinan masyarakat Batak Karo.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan makna tindak tutur dalam upacara perkawinan

masyarakat batak karo

2. Mendeskripsikan fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang

terdapat dalam upacara perkawinan masyarakat batak karo

F. Manfaat Penelitian

1. Adapun Manfaat Teoritis yaitu:

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan dan

melengkapi khazanah keilmuan yang berkaitan dengan bidang tindak tutur,

khususnya tindak tutur perkawinan. Selain itu hasil dari penelitian ini juga

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia sehingga dapat memperkaya hasil penelitian yang telah ada

(20)

7

2. Manfaat Praktis

Dapat menambah pengetahuan tentang tindak tutur lokusi yang terdapat pada

Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo, Dapat menambah pengetahuan

tentang tindak tutur ilokusi yang terdapat pada Upacara Perkawinan Masyarakat

Batak Karo, Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca dalam pengkajian

tindak tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Karo, Dapat menjadi

(21)

78 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Dari hasil analisis, ditemukan lima jenis tindak tutur lokusi, ilokusi dan

perlokusi yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif. Tindak

tutur representatif, meliputi: menyatakan (6 tuturan), memberkati (2 tuturan),

menyebutkan (4 tuturan), mengingatkan (2 tuturan), memberi tahu (1 tuturan),

mendoakan (2 tuturan), menyarankan (6 tuturan), dan memberi motivasi (1

tuturan). Tindak tutur direktif, meliputi: menyarankan (9 tuturan), meminta (1

tuturan), menyuruh (1 tuturan), menasehati (2 tuturan), mengingatkan (1 tuturan),

motivasi (1 tuturan) dan memberi tahu (1), tuturan). Tindak tutur ekspresif,

meliputi: berdoa (3 tuturan), berterima kasih (3 tuturan), memberi nasihat (1

tuturan), mengucapkan selamat (2 tuturan), memuji (3 tuturan), bersyukur (1

tuturan), memberi motivsi (2 tuturan), meminta maaf (1 tuturan) dan menyanjung

(1 tuturan).

Tindak tutur komisif, meliputi: berjanji (3 tuturan). Tindak tutur deklaratif,

meliputi: melarang (2 tuturan), dan memutuskan (2 tuturan). Dari hasil perolehan

data ditemukan 70 tututan lokusi ilokusi dan perlokusi, yang paling dominan

adalah tindak tutur representatif sebanyak 27 tuturan (38,5%), selanjutnya tindak

tutur direktif sebanyak 19 tuturan (27%), tindak tutur komisif sebanyak 3 tuturan,

(4,2%) tindak tutur ekspresif sebanyak 17 tuturan (24,2%), dan yang terakhir

tindak tutur deklaratif sebanyak 4 tuturan (5,7%).

B. Saran

Beberapa penelitian kerap menggunakan kajian pragmatik, khususnya

(22)

79

79

Tetapi, kebanyakan peneliti berorientasi pada karya sastra, cerpen ataupun novel.

Padahal, tindak tutur juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan dalam

tuturan dalam perkawinan, yang notabene langsung merujuk pada tokoh yang

hidup di tengah-tengah kita. Dengan analisis tindak tutur lokusi, ilokusi dan

perlokusi dapat mengungkap ciri dan pola pikir seseorang, yang amat berguna

bagi pengembangan ilmu bahasa. Dengan kata lain, tindak tutur tersebut bahkan

dapat memprediksi pribadi seseorang melalui bahasa yang dipilihnya. Sekiranya

lebih banyak penelitian dalam cakupan tindak tutur yang berobjek pada CD atau

buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh berpengaruh. Sehingga tindak tutur berkesan

lebih nyata, tidak hanya berkutat pada objek yang bersifat fiksi saja.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi setiap pembaca dan saya

mengharapkan saran dari rekan rekan sekalian untuk menambah informasi atau

memperoleh buku (referensi) dari segala penjuru, dan dapat bermanfaat bagi

setiiap yang membacanya serta mengerti maksud dan isinya. Maka dari itu saya

mengharapkan kritik dan saran dari rekan rekan sekalian baik dari kalangan

mahasiswa ataupun dosen

1. Pembaca

2. Mahasiswa

3. Dosen

Semoga saran dari mereka dapat membantu saya menjadikan skripsi ini lebih baik

(23)

80

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Anonim. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa

Abdullah, Taufik. 1990. Sejarah Lokal di Indonesia Kumpulan Tulisan.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Bangun, payung. 1980. Kebudayaan Batak, Manusia dan Kebudayaan di

Indonesia. Koentjaraningrat (ed). Jakarta, Jambatan.

Budinuryanta, 1991. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia di SMA,

TESIS (S2) Fakultas Pasca Sarjana, IKIP Bandung

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1998. Budaya masyarakat perbatasan.

Harahap, B.H. dan Siahaan, H.M. 1987. Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.

Jakarta: Sanggar Willem Iskandar.

Kaswanti Purwo, B. 1998. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia.

Dalam PELLBA I Soejono Dardjowidjojo (penyunting) Lembaga Bahasa Atma

Jaya, Jakarta.

Kaswanti Purwo, B. 1990. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa: Menyimak

Kurikulum 1984. Kanisius. Yogyakarta.

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.

Jakarta:Djambatan.

Leech Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Diterjemahkan oleh M.D.D.

Oka dan Setyadi Setyapranata). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Leech Geoffrey. 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI-Press

Lubis. A.H.H. 1994. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Fpbs, IKIP Medan.

Moeliono, Anton M. (Ed) 1992. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Perum

(24)

81

Nababan. P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik dan Teori Penerapannya. Depdikbud,

Jakarta

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Neumann J.H. 1972. Sejarah Batak karo Sebuah Sumbangan. Diterjemahkan oleh

Ny. J. Siahaan Nababan. Jakarta: Bharata.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press

Prinst, Darwin. 2010. Kamus Karo Indonesia. Medan: Bina Media Perintis

Rohmadi, Muhammad. 2004. Pragmatik Teori dan Analisis. Yogyakarta: Lingkar

Media Singarimbun, masri, 1964. Kuta Gamber: Sebuah kampung karo di dalam

masyarakat Desa Di indonesia Masa Ini. Kontjaraningrat (ed). Jakarta: Yayasan

badan penerbit FE UI.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif R&D. Bandung: Alfabeta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Tambun, P. 1952. Adat Istiadat karo. Jakarta: Balai Pustaka

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit

Angkasa.

Tarigan, Henry G. 1958. Karo Mergana, dalam Bahasa dan budaya Majalah

Ilmiah Populer, No. 01, Oktober.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Tindak Tutur Lokusi………………………………...........

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Data dianalisis menggunakan Indeks Williamson yaitu suatu analisis untuk mengetahui daerah Satuan Wilayah Pembangunan II (SWP II) Propinsi Jawa Timur yang

Setelah berdiskusi melalui Zoom Meeting/ Google Meet, siswa dapat menyusun pendapat pribadi tentang tokoh cerpen “ Semut dan Belalang“ dengan benarF. Setelah berdiskusi melalui

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

(Si está presentando esta queja en nombre de una persona que usted alega ha sido discriminada, en la mayoría de los casos necesitaremos un Formulario de consentimiento firmado

[r]

Pengaruh Pengeringan (Cabinet Dryer dan Freeze Drying) dan Pengemasan (Botol Gelas dan Metalized Plastic) terhadap Aktivitas Antioksidan serta Umur Simpan Kapsul Bubuk Biji

the variants of curriculum such as Competence Based Curriculum (KBK), School Based Curriculum (KTSP), Reflective Educational Paradigm (PPR), Character.Based Syllabus, the