• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bhn presentasi bab 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bhn presentasi bab 7"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SUBSIDI DAN TRANSFER PADA PERSEORANGAN: ANALISIS EKONOMI TERHADAP EFEK YANG TIMBUL

Perhatian utama tentang seluruh program transfer ini adalah efeknya pada alokasi sumber daya alam. Program-program ini dapat mendistorsi perilaku penerima karena dapat menghilangkan efisiensi. Dampaknya adalah konsumsi barang dan jasa si penerima berada di luar titik dimana marginal benefit dari barang dan jasa konsumen menurun dengan nilai sama dengan marginal social cost-nya.

Selain itu, adanya program tersebut dapat mengubah perilaku masyarakat yang mengambil keuntungan dari syarat-syarat kelayakan yang telah ditentukan. Pada akhirnya, mereka yang menerima bantuan tersebut akan kehilangan insentif untuk bekerja jika pendapatan yang diterima membuat hilangnya manfaat dari uang tunai yang ada dan juga manfaat lainnya. Efek program bantuan dari pemerintah pada yang miskin terhadap alokasi sumber daya menyoroti trade-off yang terjadi antara keadilan dan efisiensi.

Subsidi merupakan lawan dari pajak. Subsidi merupakan sebuah pembayaran pada masyarakat, biasanya dari pemerintah, sesuai dengan kondisi dan ketentuan yang ada. Analisis ekonomi terhadap segala bentuk subsidi membantu mengisolasi dampaknya pada efisiensi.

Subsidi yang Mendistorsi Harga ( Price-Distorting Subsidies )

Subsidi dapat menurunkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penerima. Contoh: Ahmad yang dikategorikan sebagai orang miskin berhak mendapat subsidi perumahan yang membantunya menyewa apartment dengan harga dibawah dari ekuilibrium pasar. Pemerintah kemudian membayarkan

perbedaan harga antara harga aktual dan harga yang disewakan. Perbedaan harga inilah yang kita namakan subsidi. Tidak hanya Ahmad, pemerintah juga memberikan bantuan subsidi pada orang lain yang berpendapatan rendah sehingga mereka bisa mendapatkan rumah dengan harga terjangkau. Beberapa bentuk subsidi lainnya juga membuat masyarakat miskin mampu menjangkau harga energi, seperti BBM dan juga jasa lainnya, seperti jasa dokter.

Price-distorting subsidies merupakan subsidi yang mengurangi harga

(2)

Price-Distorting Subsidies

Pemerintah setuju untuk membayar, misal 40% biaya sewa bulanan pada si A yang berpendapatan rendah. Sebelum subsidi diberikan, A berada pada kondisi ekuilibrium di titik E1. Pada point tersebut, ia membayar untuk mendapatkan H1 unit jasa perumahan dan menghabiskan N1 barang lain tiap bulan. Total pengeluaran untuk perumahan per bulannya direpresentasikan oleh jarak N1I.

Subsidi pemerintah mengurangi harga jasa perumahan untuk si A dan

membuat garis anggaran berpindah dari IA ke IB. Konsumen sekarang berada pada ekuilibrium pada titik E2, dimana ia dapat mengkonsumsi H2 unit jasa perumahan per bulannya. Total pengeluaran bulanannya pada jasa perumahan saat ini

direpresentasikan oleh jarak IS. Inilaih total yang sebenarnya A keluarkan dari pendapatannya. Namun setelah disubsidi, terdapat pembagian dimana IN2 dibayar oleh penerima dan N2S dibayar oleh pemerintah. Karenyanya, jumlah total subsidi yang diterima oleh si A adalah N2S. Setelah menerima subsidi, ia dapat menikmati H2 unit jasa perumahan tiap bulan dan menghabiskan N2 barang dan jasa lainnya.

Anggaplah si A diberi subsidi bulanan berupa kas dengan jumlah persis sama dengan jumlah yang diterima berdasarkan subsidi non-tunai. Jumlah kas yang ia terima tiap bulannya adalah N2S. Karena pendapatannya bertambah maka garis anggaran akan berada pada kurva LL’. Garis anggaran ini melalui titik E2, dalam artian bahwa A masih dapat membeli kombinasi jasa perumahan dan barang lain ketika ia mendapat subsidi non-tunai. Walaupun begitu, peningkatan dalam

pendapatan tunai memungkinkan konsumen membayar lebih pada semua barang dan tidak hanya pada jasa perumahan.

Ekuilibrium setelah diberikan subsidi tunai berada pada titik E3 dimana

(3)

perumahan untuk meningkatkan marginal benefit perumahan. Karenanya, konsumsi A harus berpindah pada titik yang lebih curam pada indifference curve-nya di titik E3. Subsidi non-tunai mendorong si A membayar porsi yang lebih besar untuk jasa perumahan dibanding ketika ia menerima subsidi tunai.

“Subsidi tunai yang diterima oleh seorang individu akan mendorong orang tersebut menikmati level kepuasan yang lebih tinggi”. Si A dapat selalu

menggunakan uang tunai tersebut untuk membayar kombinasi perumahan dan barang lain pada titik E2. Subsidi tunai memberikan penerima kebebasan yang lebih besar untuk memilih disamping keuntungannya untuk mendapatkan kepuasan yang lebih besar.

Perbedaan antara level kepuasan U3 dan U2 adalah hilangnya kepuasan penerima dari N2S dollar subsidi dibandingkan hibah kas yang dibatasi. Deadweight loss (jumlah biaya yang ditanggung masyarakat jika pasar tidak beroperasi secara efisien) dari subsidi yang mendistorsi harga ini merupakan manfaat ekstra penerima yang dapat dinikmati dari jumlah dollar dari subsidi yang mendistorsi harga jika hibah diterima dalam bentuk lump sum (uang yang dibayarkan sekaligus). Disini

deadweight loss subsidi adalah perbedaan dalam kesejahteraan individu pada titik E2 dibandingkan dengan apa yang dapat ia nikmati pada titik E3 untuk jumlah uang subsidi yang sama. Keuntungan bersih akan dihasilkan jika tiap individu yang menerima subsidi yang mendistorsi harga mampu untuk mendapatkan jumlah yang sama dalam bentuk transfer lump-sum yang tidak dibatasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah dengan subsidi dalam bentuk tunai tunai, individu akan memilih untuk mengkonsumsi barang yang disubsidi dalam jumlah yang lebih sedikit.

Beban Berlebih dari Subsidi yang Mendistorsi Harga: Efek Pasar

Bagian ini membahas efek dari subsidi yang mendistorsi harga pada pasar untuk produk seperti jasa perumahan. Untuk menyederhanakan, kita

(4)

Karena kurva penawarannya elastis sempurna, biaya sewa apartment tidak tergantung pada permintaan penyewa berpenghasilan rendah. Marginal social cost membuat satu kamar apartment yang tersedia untuk penyewa tersebut diasumsikan sebesar $400/bulan. Diasumsikan tidak ada eksternalitas dalam produksi atau konsumsi perumahan dan adanya kompetisi sempurna dalam pasar perumahan, kurva penawaran untuk perumahan sama dengan MSC untuk sejumlah unit kamar apartment yang konstan pada $400/bulan.

Kurva permintaan menunjukkan bahwa marginal benefit satu kamar apartment untuk penyewa berpendapatan rendah bervariasi dengan jumlah yang disewakan. Ketika subsidi tidak ada, biaya ekuilibrium pasar adalah $400/bulan dan jumlah apartment yang disewakan adalah Q1. Ini menunjukkan kondisi yang efisien karena pada titik E, marginal benefit apartment tersebut sama dengan MSC untuk penyewa berpendapatan rendah. Asumsi tidak adanya eksternalitas positif dikaitkan dengan konsumsi perumahan pada penyewa berpendapatan rendah, MB yang mereka terima dari sewa 1 kamar adalah MSC dari membuat kamar tersebut tersedia untuk mereka.

Kemudian pemerintah setuju untuk membayar setengah biaya sewa untuk penyewa tersebut. Dampak yang ditimbulkannya adalah harga untuk penyewa tersebut turun ke $200 dan kuantitas yang diminta meningkat menjadi Q2 yang ada pada titik E’. Pada titik tersebut, penyewa hanya membayar $200/bulan dan biaya sewa yang diterima oleh penyewa merupakan subsidi yang mendistorsi harga yang direpresentasikan oleh jarak AE’.

Subsidi perumahan ini mendistorsi harga dan mendorong penyewa

berpendapatan rendah meningkatkan konsumsi mereka terhadap jasa perumahan. Keluarga yang normalnya tinggal dalam ruang apartment kecil sekarang pindah ke apartment lain yang membuat mereka lebih baik. Karena subsidi yang mendistorsi harga, lebih banyak sumber daya ditujukan untuk membuat kamar apartment tersedia untuk penyewa berpendapatan rendah.

(5)

mendorong realokasi sumber daya ke perumahan tetapi nilai dari sumber daya yang digunakan melebihi manfaat yang mereka sediakan untuk penyewa. Hasilnya adalah hilangnya manfaat bersih dari sumber daya yang digunakan karena subsidi

mendorong penyewa mengkonsumsi perumahan di luar dari titik dimana MB-nya sama dengan MSC.

Sekarang perhatikan biaya subsidi pada pembayar pajak dan bandingkan biaya tersebut dengan kenaikan manfaat yang dinikmati penyewa sebagai dampak dari adanya subsidi tersebut. Biaya bulanan susbsidi untuk pembayar pajak adalah $200 per apartment dikalikan dengan Q2 apartment yang disewa oleh penerima subsidi. Ini direpresentasikan oleh area BAE’C. Nilai total subsidi penerima dapat dikalkulasikan sebagai berikut:

1. Penyewa berpendapatan rendah yang akan menyewa kamar apartment bahkan tanpa sumbsidi menikmati keuntungan bersih sebesar $200 ketika biaya mereka dipotong dari $400 ke $200. Total keuntungan bersih

perbulannya adalah $200 dikalikan denga Q1 yang direpresentasikan oleh area BEFC.

2. Karena adanya subsidi, jumlah apartment yang disewakan pada penyewa tersebut meningkat. Keuntungan bersih tiap bulan untuk tiap penyewa ini berbeda antara MB/bulan yang mereka dapatkan ketika mereka tinggal perumahan dan biaya $200/bulan. Total keuntungan bersih untuk penyewa ini direpresentasikan oleh area EE’F.

Total peningkatan dalam manfaat bersih penyewa karena subsidi ini adalah jumlah dari area BEFC dan EE’F, yaitu BEE’FC. Area ini lebih kecil dibanding BAE’C yang merepresentasikan pajak yang dibayar untuk membiayai subsidi tersebut. Biaya subsidi dibebankan lebih banyak pada pembayar pajak dibanding yang menerimanya. Perbedaan antara biaya inilah yang dinamakan beban berlebih subsidi yang direpresentasikan oleh area EAE’.

Price-Distorting Subsidy yang Menurunkan Harga ke Nol

Analisis efek subsidi pada penggunaan sumber daya berhubungan dengan efek ekonomi pada Medicaid yang merupakan program bantuan dengan porsi terbesar untuk masyarakat miskin di US. Walaupun ketentuan aktualnya cukup komplek, program tersebut (bahkan hingga kini), efektif mengurangi menggratiskin biaya jasa kesehatan untuk masyarakat yang berpendapatan rendah dan dianggap layak.

(6)

MSC penawaran jasa kesehatan tidak meningkat seberapa pun banyaknya jumlah yang tersedia. Dengan tidak adanya subsidi, orang miskin harus membayar pada harga ekuilibrium. Harga ini sama dengan MSC jasa kesehatan dengan harga $100. Berdasarkan kurva permintaannya, kuantitas yang dikonsumsi adalah Q*. Kurva permintaan tersebut mencerminkan keinginan si miskin untuk membayar. Ini adalah MB mereka untuk jasa kesehatan. Ekuilibrium pada P* menunjukkan adanya efisiensi karena P* = MC = MBL.

Asumsikan bahwa ketika si miskin layak untuk menerima Medicaid dan harga untuk memperolehnya menjadi nol (gratis). Ketika itu, kuantitas yang diminta adalah QG. Pada level ini, penerima mengkonsumsi jasa kesehatan di luar titik dimana MB mereka sama dengan MC jasa. Pada titik E2, MSC untuk menyediakan jasa

kesehatan melebihi MB yang mereka peroleh. Karena hal ini, penerima subsidi yang mengkonsumsi jasa kesehatan naik ke titik dimana MB mereka sama dengan nol.

Biaya total tahunan program ini bagi pembayar pajak direpresentasikan oleh area P*AE20. Walaupun begitu, nilai uang untuk memperoleh kesejahteraan bagi penerima ini kurang dari biaya program untuk pembayar pajak. Ketika tidak ada subsidi, masyarakat berpendapatan rendah akan mengkonsumsi Q* unit jasa kesehatan. Perbedaan antara jumlah maksimum yang kakan mereka bayar untuk jumlah jasa kesehatan dan harga pasar sebanyak $100 direpresentasikan oleh area P*BE1. Ini adalah surplus konsumen yang mereka dapatkan pada Q*. Surplus konsumen ini ditunjukkan oleh area P*E1E20. Ini merepresentasikan keuntungan bersih kesejahteraan si penerima program Medicaid.

Bagian peningkatan pada surplus konsumen ini adalah manfaat bersih ekstra dari Q* unit jasa kesehatan yang akan dibayarkan. Ini direpresentasikan oleh area 0P*E1Q*. Sisanya adalah area Q*E1E2. Area ini adalah surplus konsumen pada jasa kesehatan ekstra yang dikonsumsi setelah harga jatuh ke nol. Beban berlebih dari subsidi Medicaid direpresentasikan oleh area E1AE2. Ini mengukur hilangnya

efisiensi yang berhubungan dengan bentuk subsidi ketika penerima mengkonsumsi jasa kesehatan di luar titik dimana MB mereka jatuh ke MSC jasa tersebut.

(7)

Anggap bahwa kurva penawaran jangka panjang jasa kesehatan berbentuk positif ke arah kanan atas ini akan berimplikasi pada harga input, seperti jasa rumah sakit, yang meningkat sebagai hasil dari peningkatan produksi tahunan. Hal ini dapat dilihat dari bagan berikut.

Dampat Program Medicaid pada Harga: Kasus Peningkatan Biaya

Permintaan pasar untuk jasa kesehatan, yang diukur berdasarkan kunjungan per tahun, adalah DM. Kurva ini adalah penjumlahan sisi kurva permintaan untuk masyarakat berpendapatan rendah, DL, dan juga masyarakat lainnya, DO. Harga pasar, $100, berkorespondensi dengan titik dimana DM berpotongan dengan kurva penawaran yang naik ke atas pada titik E1. Pada harga tersebut, masyarakat berpendapatan rendah mengkonsumsi QL dan yang lain mengkonsumsi QO, dari totalnya sebesar Q1.

Program Medicaid mengurangi harga menuju angka nol hanya untuk masyarakat berpendapatan rendah. Sebagai hasilnya, kuantitas yang diminta

mereka naik ke QG. Kurva permintaan pasar total sekarang adalah penjumlahan dari kuantitas yang diminta oleh yang lainnya pada berbagai harga yang diberikan dan juga QG, dimana QG tidak tergantung pada harga karena P = 0 untuk penerima Medicaid. Kurva permintaan pasar yang baru, D’M, memotong kurva penawaran pada titik E2. Harga pasar meningkat ke $140. Pada harga yang lebih tinggi,

masyarakat yang tidak menerima Medicaid mengurangi permintaannya ke Q’O. Total permintaan yang diminta sekarang adalah Q2 = Q’O + QG.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat baiknya sistem manajemen dalam dunia bisnis terutama di perhotelan inilah yang membuat penulis tertarik untuk melaksanakan magang di hotel, tepatnya di

Teknik pembiusan dengan penyuntikkan obat yang dapat menyebabkan pasien mengantuk, tetapi masih memiliki respon normal terhadap rangsangan verbal dan tetap dapat mempertahankan

Pekerjaan pemasangan rambu-rambu tambang yang harus dikerjakan oleh pihak kontraktor ataupun perusahaan yang meliputi : papan blok, pita elevasi, pita batas lahan, pita

Masalah yang penulis dapatkan dari observasi sementara di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bengkalis pada akhir bulan Januari 2018,

Kemudian Mahasiswa melanjutkan proses dengan cara klik bayar pada tabel kolom konfirmasi, dilanjutkan dengan mengisi pada masing-masing kolom yang wajib di isi di dalam

1 Bahwa tugas pokok ORARI Daerah adalah melaksanakan pembinaan dan memajukan Amatir Radio di Daerah, baik sebagai potensi komunikasi elektronika non Pemerintah maupun yang

Jika dibandingkan dengan transformator daya yang tidak menerapkan metode SPE dimana arus inrush yang terjadi pada fasa 2 mencapai 3394 A, dapat diambil

(Kab/Kota) Swasta Masyarakat DAK Tahun Manfaat Atribut Score ID Paket. Pembangunan SPAM IKK Air