SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakulfas Adah Dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 (Sl)
Olch:
AHMADFAHRI
NIM. 100022018471
JURUSjA.N SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Humaniora
Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam
Untulc Memenuhi Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana
;
Oleh:
Ahmad Fahri100022018471
Di Bawah Bimbingan
Dr.Dien Madjid
NIP 150 122 620
Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam
Fakultas Adah Dan Humaniora
Universitas Islam Negri SyarifHidayat1J1llah
Jakarta
Sripsi yang be1.:judul "Darul Islam Aceh : 1953-1962 T1elaah Terhadap Akar
Masalah Pemberontakan" ini telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Adab
dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juli 2005. skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana progran1 strata I · (S 1) pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.
Ke tu a
Drs. H. Budi Sulistiono, M.Hum NIP. 150 236 276
Pembimbing,
DR. Dien Madjid NIP. 150 122 620
Jakarta, 09 Juli 2005
Sekretaris
Drs. H. M. Ma'rufMisbah, MA NIP. 150 247 010
Penguji,
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah membekali manusia dengan aka! dan wahyu sehingga memudahkan penulis sebagai bagian dari umat manusia untuk menggali khazanah intelektual Islam yang bertebaran di muka bumi, mudah-mudahan penulis dimasukan ke dalam golongan "Ulil Albab''. Sholawat dan Salam semoga selalu terpancar ke jiwa yang suci nabi besar Muhamad
SAW yang menghantarkan umatnya ke wilayah yang syarat dengan nilai Iman, takwa dan peradaban
Penulisan skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh penulis untuk dapat menyelesaikan program pendidikan smjana strata I, jurusan Sejarah dan Peradaban Islam di Fakultas! Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika penulis menyusun skripsi ini banyak sekali faktor-faktor yang saling terkait yang menyebabkan ketidakmaksimalan penulis dalam pembuatan skripsi ini ditambah kemampuan intelektualitas penulis yang sangat minim. Menyadari akan ketidaksempurnaan skripsi ini tidak ada sikap maupun reaksi penulis yang bisa ditunjukan kecuali berharap kritikan dan masukan untuk menyempurnakan hipotesa (skripsi) ini yang dibangun di atas analisa yang dangkal
Dalam penusunan skripsi ini, penulis banyak sekali terbantu dari perorangan, kelompok maupun institusi atas dorongan baik moril maupun materil, baik fisik msaupun ·
Sulistyo M.Hmn, Selaku ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam, dan Drs. H.
Ma'rufMisbah, MA, selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.
2. Dr. Dien Madjid, selaku pembimbing yang telah banyak merelakan waktunya (walau
dalam keadaan sakit) untuk memberi kritik, masukan clan saran kepacla penulis clalam
menyempurnakan skripsi ini
'
3. Drs. Parlindungan Siregar, MA, selaku dosen penasehat akademikyang telah
memberikan nasehal dan motivasinya dalam mengikuti clan menyelesaikan perkuliahan.
Juga untuk seluruh dosen Fakultas Adab clan Humaniora yang telah "mentransfer"
ilmunya kepada penulis
4. Pimpinan clan seluruh staff pegawai perpustakaan Uil\J Syarif Hidayatullah,
Perpustakaan Aclab dan Humaniora, Perpustakaan LIP! (Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia), Perpustakaan Soemantri Brodjonegoro, Perpustakaan Arsip Nasional,
Perpustakaan Freedom Institut, Perpustakaan BPS (Baclan Pusat Statistik Nasional), dan
komunitas Aceh di jalan lndramayu, Menteng. Yang telah memberikan pelayanan dan
kemudahan bagi penulis dalam memperoleh data-data yang diperlukan
5. Kedua orangtua penulis Ayahancla Zahrin Abdullah clan lbunda waryanti, yang telah
memotivasi untuk terus maju clan bangkit dari kegagalan. Juga untuk kedua adik
Penulis Rahmawati dan Ahmad Rizal
6. Temen-temen SP! angkatan 2000 : Pingie, Otot, Botax, Dayat, Sobat, Fahmi Dishub,
Garux, Yana, Sari, Rima, Fitri, lndah H & K, clan semua teman-teman yang telah
membantu clan memberi masukan sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan
kepengurusan, juga untuk Bahruddin yang ban yak sekali membantu penulis
8. !yang lndriani, yang telah mengajari penulis tentang arti kedewasaan, penulis baru
menyadari bahwa kedewasaan tidak harus diungkapkan dengan kata-kata bijak tapi
melalui sikap yang .arif. Pada Akhirnya membuat nyaman penulis dalam penyusunan i
skripsi ini.
Mudah-mudahan apa yang telah mereka berikan kepada penulis dapat bennanfaat dan
tidak ada kata-kata yang bisa penulis kembalikan atas kebaikan kecuali Jazakumullah
Khoirul Jaza'
Jakarta, 30 juni 2005
DAFTAR IS! ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... ._ ... I A. Latar Belakang Masalah ... : .... I B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... I) C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metode Penulisan ...
"JI
E. Sistematika Penulisan ... 7Bab II GAMBARAN UMUM MASY ARAKAT ACEH PRA PEMBERONTAKAN ... 9
A. Keadaan Sosial ... 9
B. Keadaan Politik ... 17
C. Keadaan Ekonomi ... 27
D. Bidang Agama ... 30
Bab III MUNCULNYA PEMBERONTAKAN DARUL !SLAM ACEH ... 36
A. Penge1tian Darul Islam ... 36
B. Faktor-faktor Pcnycbab t」セェ。、ゥョケ。@ Pcmberontakan Darul Islam Aceh ... 40
C. Struktur Darul Islam Aceh ... 45
D. Aktifitas Darul Islam Aceh ... 50
Bab IV AKAR MASALAH PEMBERONTAKAN DAR UL ISLAM ACEH ... 55
A. Pembubaran Propinsi Aceh ... 55
B. Penghapusan Sistim Perdagangan Barter ... 62
C .. Pertanmgan Kekuatan Lokal. ... 66
D. Munculnya Less Hitam ... 72
E. Penolakan Syariat Islam ... 75
BAB V PENUTUP . . . .. . . .. . . .. . . ... 78
A. Kesimpulan ... 78
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aceh sekarang bernama Nanggroe Aceh Darusslam adalah propinsi paling
Utara dari Sumatra dan paling Barat dari Republik Indonesia dengan Banda Aceh
sebagai ibukotanya, dibandingkan dengan propinsi Iain di Indonesia Aceh sangat
mcmiliki keunikan baik clitinjau dari scgi sosial, buclaya, politik dan agama. Seperti
kecintaan mereka terhaclap elit masyarakatnya yang terwakili oleh kaum Ulama clan
Ulebalang. ulama sebagai pemegang otoritas agama clan Ulebalang sebagai pemegang
kendali adat. Di samping dua elit masyarakat di atas, ada kekuasaan altematif yaitu
sultan. Hanya saja kekuasaan terakhir ini walaupun pemegang kendali tampuk
kepemimpinan masyarakat paling "acliclaya" kekuasaanya tidak bertahan lama, karena
kcsultanan dihapuskan pada tahun 19031 sejak saat itu tidak memainkan penman
apapun. terlepas dari penghapusan kesult4nan, yang terjadi adalah perseteruan ulama
clan ulebalang yang memakan waktu cukup panjang.
Dari prespektif politik, sebagai wilayah yang jauh dari pusat, Aceh juga
menyimpan persoalan yang tidak clapat disamakan dengan daerah Iain yang acla di Indonesia, sejak awal ia senantiasa lekat dengan rona "revolusi", melawan penjajah di
masa lalu dan menantang pemerintah pusat di masa sesudahnya.2
1
B J Boland, pergumu/an is/am di Indonesia (Jakmta,Grafiti pers I 985) cet I ha! 73 untuk lebih jelasnya lihat Muhanad Said, A(ieh Sepanct'ang Abad, (diterbitkan pengarang sendiri 1961) h. 640.
Teri epas dari fenomena di ata!;, Aceh memiliki peranan besar dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dengan kegigihan dan semangat yang
berkobar mereka berhasil tumbuh menjadi daerah yang menakutkan bagi agresi
Belanda ke II pasca proklamasi, sehigga Aceh menjadi satu-satunya daerab yang
"steril" dari penjajahan ketika semua wilayah Indonesia berada di bawah
penguasaanya. Tak beran ketika Soekarno bersama rombongannya berkunjung ke
Aceh pada tanggal I 6 juni I 948 dalam berbagai rapat yang dihadirinya selama em pat
hari (presiden mukim di Aceh) beliau selalu menegaskan bahwa Aceh adalah daerah
modal bagi republik Indonesia3• Dengan "modal" ini pula Muhamad Hatta
memenangkan perundingan dengan pihak Belanda dalam sebuah konfrensi yang
terkenal dengan Konfrensi Meja Bundar (KMB), yang diadakan pada tanggal 23
Agustus 1949 di Den Haag, Belanda. Tidak hanya sampai di sini peranan yang
dimainkan Aceh dalam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia, yaitu
dolar untuk membeli dua buah pesawat terbang, yang berguna untuk kepentingan
pe1:juangan republik Indonesia yang bemama Seuwalah I, pada waktu wilayah negara
Indonesia sedang diduduki oleh Belanda, pesawat tersebut dioperasi\rnn di luar negeri
tepatnya di Burma atas nama Indonesia Airways di bawah pimpinan komodor udara
Wiwcko Supono, RI
001
Seuwalah beroperasi di luar Negeri untuk meneari dana bagi perjuangan republik Indonesia, seiring dengan be1jalannya waktu ia kemuclian3
A.Hasjn1i, semangat 1nerdeka 70 tahun rnenetnpuh jalan pergolakan dan pet.Juangan .
berubah menjadi Indonesia Airways4, selain sumbangan di atas, Radio Rimba Raya
yang be1iempat di Aceh Tengah secara aktif menyuarakan semangat para pejuang
Indonesia untuk meraih kemerdekaan, siaran tersebut bisa dipantau di India, Mesir,
dan beberapa negara Arab. Negara-negara ini kemudian menjadi para pendukung
pertama negara yang barn lahir, republik Indonesia.
Dengan status istimewanya Aceh rnenjadi bagian tak terpisahkan dari negara
kesatuan republik Indonesia (NKRI). Namun tatkala pemerintah pusat dirasakan
mulai menyimpang dari semangat awal, secara berangsur para pemimpin Aceh mulai
memperhitungkan kembali dukungannya terhadap Jakmia, gerakan politik anti
pemerintah dan bahkan pergolakan yang menJurus kearah pemisahan diri dari
pemerintah pusat muncul dan mempengaruhi masyarakat Aceh. Fenomena Daud
Beureueh dengan Dam! Islamnya, pada dekade 1950-an menandai aspirasi tersebut,
tidak terlalu mudah bagi pemerintah Jakarta untuk secara cepat clan tuntas mcnghadapi pemberontakan daerah yang qimotorinya.
Pergolakan Darul Islam yang memakan rentan waktu yang cukup par\jang
sejak 1953-1962, merupakan suatu bentuk akumulasi kekecewaan rakyat Aceh
terhadap pemerintah pusat, kebijakan ym1g setidalmya baik menurut pemerintah pusat
tapi tidak baik untuk masyarakat Aceh. Bahkan ym1g te1jadi adalah sebuah
kesenjangan antara pujian dan harapan. Berbeda dengan Darn! Islam di Jawa Baral
yang Jebih menekankan pada perbedaan paradigma jika bukan perbedaan ideologi,
4
Nur el Ibrahimy, Teungku Muhatnad Daud Beureueh, perananya dala1n pergo/akan di Aceh,
sedangkan Darul Islam Aceh lebih bermotifkan pada kebija.kan politik yang tidak
proporsional.
Ada beberapa penulisan mengenai Darul Islam yang terkesan subyektif,
karena lebih menekankan pada apa yang dilakukan para pengikut Darul Islam, bukan
pada apa faktor penyebab meletusnya pergolakan Darul Islam? clan kenapa mereka
melakukan konfrontasi vertikal clengan pemerintah pusat? Inilah yang sering
dilupakan penulis terutama buku-buku versi pemerintah, ironisnya buku-buku yang
subyektiflah yang menjadi bahan rujukan para siswa dan siswi Indonesia.
Mengidentifikasi akar masalah pembcrontakan Dami Islam .Aceh, tcntunya
mcmiliki beberapa faktor, yang menqrut istilah Nurcholis Madjid hubungan Sibernetika yaitu hubungan atau faktor yang saling terkait. Pembubaran propinsi
Aceh oleh pemerintah pusat pacla tanggal 14 Agustus 1950 dengan mengganti
peraturan pemerintah nomor 8/DES/WKPM tahun I 949. Hal ini tentu saja
menimbulkan kekecewaan masyarakat Aceh terhaclap pemerintah pusat. Pembubaran
ini dipanclang masyarakat Aceh sebagai bentuk kebijakan yang sangat 、ゥウォイゥュゥョ。エゥjセ@
karena mengakibatkan masyarakat Aceh mengalami kerugian dari segi ekonomi,
politik, sosial dan budaya, seperti tercermin dari sikap yang cliekspresikan oleh DPRD Aceh, dengan lantang mereka mengemukakan alasan penolakan mereka dengan
pembubaran pro'Jinsi Aceh. Masuknya Aceh sebagai residen Sumatara Utara
menguatkan ketidakpercayaan mereka terhadap propinsi barn itu akan
kemampuannya mengatur daerah Aceh secara intensif, karena beberapa intensitas
termasuk di dalamnya agama juga memperkuat· dugaan mereka (DPRD Acch) akan
ketidakmampuan pemerintah propinsi Sumatra Utara mampu untuk mengatur acch,
Pembubaran propinsi ini juga terkait dengan pelaksanaan Syari'ah Islam di
Aceh clan juga penghapusan sistem perdagangan Barter. Syari'ah Islam yang sclama
ini menjadi itu menjadi impian masyarakat Aceh menjadi terhambat. Kalau saja
pemerintah pusat tidak membubarkan propinsi tentu tidak akan sulit bagi Aceh
menerapkan Syari'ah Islam, lebih dari itu Aceh tidak bisa mengatur rumah
tangganya sendiri karena harus mengikuti prosedural propinsi Sumatra Utara. Sistem
perdagangan barter juga ikut terpengaruh akibat pembubaran Aceh. Biasanya para
pedagang langsung menyebrang ke Penang (Malaysia) tanpa prosedur Ekspor-lmpor
yang berbelit-belit. Setelah penghapusan perdagangan barter tersebut para pedagang
harus mengalihkan ke Medan clan mengilrnti proses yang berliku-liku.5
Semua fenomena di atas, tentu tertuju kepada pemcrintah pusat sebagai
pcmbuat kebijakan. Kekecewaan ini membentuk sebuah bola salju yang semakin
lama semakin besar clan pada akhirnya pecah, yang nantinya juga akan menuntun '
rnasyarakat Aceh dalam "kubang" pernberontakan Dami Islam. Di luar faktor di atas
pertarungan keldmtan lokal clan munculnya Less hitam menambah besarnya bola salju di atas.6
5
Nazaruddin Sya1nsuddin, Pe1nberontakan J(azun Republik: Ka.'i:us Darul /slan1 Aceh, (Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1990), Cet l,h.79
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis membatasi
pembahasan pada akar masalah pemberontakan seperti : Pernbubaran Propinsi Aceh,
Penghapusan sistem perdagangan barter, pertarnngan kekuatan lokal, Munculnya less
hitam clan penolakan Syari'ah islam
Aclapun permasalahanya yang diangkat :
I. Mengapa terjaclinya pemberontakan Darul Islam Aceh ?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang melatarbelakangi pemberontakan
Darul Islam Aceh
?
3. Bagaimana aktilitas Darul Islam Aceh?
C. Tujuan dan lf'Ianfaat Penelitian
Aclapun tujuan yang henclak clicapai clari penulisan skripsi ini adalah untuk mcngkaji akar permasalahan munculnya p1)rgolakan Darul Islam Aceh ( 1953-1962)
Penelitian ini secara garis besar memberi dua manfaat:
I. Manfaat secara akademis yaitu: memberi tambahan pengetahuan yang
berguna clalam rangka pengembangan ilmu sejarah, khususnya yang
berkaitan dengan topik Pemberontakan Darul Islam Aceh.
2. Manfaat praktis, akan dipergunakannya pengalaman masa lalu yang
digambarkan clalam tulisan ini, untuk menentukan langkah clan tindakan
D. Metodc Pcnulisan
Adapun tehnik penulisan skripsi ini menujukan kepada buku "pedoman
penulisan Skripsi, Tesis clan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2000". Proses
ke1:janya sebagaimana lazinmya penulisan karya sejarah, ada empat tahapan: I.)
Heuristik, penulis melakukan pencarian data dengan penelaahan terhadap buku-buku.
majalah, surat kabar maupun artikel jika diperlukan. Deng.an menelusuri naskah-'
naskah yang 'berkenaan dengan masalah pemberontakan Darul Islam Aceh, baik
sumber primer 111aupun sekunder. 2.) Kritik, yakni meneliti atau mcnganalisa
kefalidan inforniasi dari sekian banyak sumber tertulis yang ada, baik kritik intern
maupun ekstern. 3.) lntrepretasi Sumber .. untuk memunculkan bcrbagai fakta yang
dibutuhkan dalam rangka pembuatan skripsi. 4.) hasil dari keseluruhan proses disusun menjadi sebuah cerita sejarah mengenai pc:mberontakan yang dimaksud.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penuli:> membagi kepad limn bab, dengan
masing-masing bab terdiri dari sub-sub yarig merupakan penjelasan bab tersebut, yaitu :
Bab I
Pendahuluan,Yang berisi latar belakang masalah, pembatasan dan
Bab III
Bab IV
Bab V
.
'.
'Membahas Aceh tahun 1953-1962 dalam bidang sosial, politik,
dan ekonomi.
Munculnya pcmberontakan Darn! Islam Aceh,
Yang membahas mengenai pengertian Darul Islam A ceh, faktor penyebab terjadinya pemberontakan Darul Islam Acch.
struktur Darul Islarn Aceh, dan aktifitas Darul Islam Aceh.
Akar masalah peniberontakan Darul Islam Aceb,
Bab ini membahas faktor penyebab pergolakan yaitu,
Pembubaran propinsi Aceh, penghapusan sistem pcrdagangan
barter, pertarungan kekuatan lokal, munculnya less hitam dan
Penolakan Syari' ah Islam.
Pcnutup,
[image:15.595.70.503.83.710.2]Gambaran Umum Masyarakat Aceh Pra Pemll>erontakan
A. Keadaan Sosial
Sejak masuknya Islam ke Aceh, banyak sekali mempengaruhi adat istiadat Aceh.
Malahan pengaruh Islam itu sangat besar, sehingga ada pepatah yang berbunyi : hukum
ngo adat lagee zat ngo sipheuet (hukum dengan adat seperti benda dengan sifatnya, tidak
terpisah) yang dimaksud lrnkum di sini adalah hukum Islam yang diajarkan oleh para
ulama. Islam sangat melihat pada masalah budaya Aceh misalnya, · sapaan waktu
be1jumpa clan ucapan waktu berpisah tidak lagi diucapkan dengan yang lain melainkan
sudah menjadi Assalamu 'alaikum dan jawabannya Wa 'alaikumsalam wa rahmatullah,
bila seseorang menerima pemberian dari orang lain, tidak lagi mengucapkan terima kasih
atau yang lain melainkan sudah diganti dengan Al-hamdulillah. Apabila mendengar ada
orang meninggal, segera mengucapkan Jnnaa li li!lahi wa inna ilaihi raajiuun'
Sebelum Aceh diperintah Belanda, penggolongan masym-akat adalah sebagai
berikut :
h.6
!. Golongan Hulubalang (ulebalang) yaitu golongan yang memerintah negeri.
Golongan ini mula-mula hanyalah rakyat biasa, tetapi karena mempunyai
wibawa dist'babkan kekayaan, kecakapan dalam mengatur dan memimpin,
maka ia diangkat menjadi kepala rakyat, kemudian mengingat jasa-jasanya,
ditambah pula bahwa biasanya anak mereka banyak yang mengikuti jcjak orang
tuanya, maka sesudah ia rneninggal diangkat pula anaknya sebagai pengganti.
1
Sesudah keadaan be1jalan lama, maka kecakapan dan kemampuan anak tidak
lagi menjadi pe1iimbangan.
2. Ulama atau golongan ahli dan pengajar agama, golongan ini berasal dari rakyat biasa, tetapi karena ketekunannya dalam belajar, mereka memperoleh ilmu
pengetahuan, dahulu sebelum zaman Belanda, para ulama selain menguasai
ilmu pengetahuan bidang agama, juga banyak dari mereka yang menguasai
pula bidang-bidang lain.
3. Golongan saudagar, yaitu golongan orang kaya, golongan ini berasal dari
rakyal biasa yang mempunyai nasib lebih baik dalam usaha mereka
mendapatkan kekayaan.
4. Golongan tani, golongan inila11 yang terbanyak dan golongan 1111 pula yru1g
merupakan golongan asli.
5. Golongan terpelajar atau pegawai, yang dimaksud dengan terpelajar adalah
mereka yang tela11 mengenyam pendidikan Barnt, lalu diangkat menjadi
pegawai pemerintah. Tetapi golongan ini tidak banyak pada masa Belanda, '
disebabakan pengaruh permusuhan belum lagi padam clalam jiwa rakyat.
6. Ciolongan btlruh, golongan ini ticlak begitu banyak2
Di samping itu acla juga di antara mereka melaksanaka propesi baru di
Pusat-Pusat kota sebagai pedagang, guru, pokrol bambu atau pengacara dan wartawan pendek
2
Antony Reid, l)e1:jua11gan Rakyat, revo/usi c.!an hancurnya kerajaan di S1u11alra, (Jakarta : cv
kala, slruklur sosial masyarakat Aceh telah berlambah kompleks3 (fenomena ini muncul
pada masa pasca perang Aceh 1873-1903).
Di Juar dari penggolangan masyarakat di alas, perlu diingat bahwa selama empat
abad Aceh adalah negeri sultan, hulubalang dan ulama, karena ketiga unsur itulah
merupakan elit sosial masyarakat Aceh. Walaupun kesultanan dibapuskan pada tahun
1903 dan pada tahun 1907 sultan terakhir Muhamad Daud diasingkan, baik sultan yang
masih hidup di Batavia maupun kerabatnya masih dihormati oleh masyarakat dan malah
mcnduduki jabatan formal. Di lain pihak proses kolonisasi dan modernisasi yang
diperkenalkan oleh Belanda selama hampir tujuh puluh tahun itu telah rnenimbulkan
perubahan sosial dalam masyarakat Aceh, salah satunya ketegangan yang te1jacli antara
ulebalang dan ularna yang memakan rcntang waktu yang cukup panjang.
Pacla awalnya ulama dan ulebalang memiliki hubungan yang harmonis, mcrcka
bairn mcmbahu melawan peqjajah untuk tujuan yang sama yaitu kemerdekaan, tetapi setelah kekalahan Aceh terhadap Belancla pada tahun 1903, clan kekuasaan kolonial
clitegakkan clengan menggunakan siasat divide et impera /adu dornba antara Ulama clan
Ulebalang. Dan rnemberi ternpat kepacla Ulebalang dalarn pemerintahan sipil kolonial
clan juga memperkenalkan sistem kekuasaan"pemerintah sendiri" bagi para ulebalang
clalam bentuk korte verklaring (pe1janjian pendek). Konsep ini jelas rnenguntungkan di satu pihak dan merugikan di pihak Jain, ulebalang sebagai pihak yang mengarnbil
keuntungan sehingga memuclahkan dalarn rnerapatkan hubungannya dengan para
penjajah belancla. Hal ini tentu saja rnembuat "gerah" masyarakilt Aceh umumnya
mengingat watak masyarakat Aceh yang sangat benci clengan apapun yang berbau asing
3
tcrutama para kolonial, scpcrti yang digambarkan gubernur Belanda di Aceh olch
Goedhart " ...
Kecintaan yang fi.matik terhadap kemerdekaan, diperkua/ oleh ram
kesukuan yang sangal besar, mengakibatkan pandangan yangjijik terhadap orang asing
dan kebencian yang dalam /erhadap kekuasaan yang kafir. lv.fereka melawan kaum
penyerang tanpa pamrih ...
4• Walaupun ulama berada di pihak yang dirngikanjika bukansebagai pihak yang kalah karena tidak menduduki jabatan yang cukup signifikan pada
masa penjajahan Belanda, mereka tetap sebagai motor penggerak masyarakat pada umumnya untuk melakukan tindakan yang refresip terhadap penjajah.
Kekalahan yang dialami masyarakat Aceh terhadap pe11jajah Belanda tidak
mengharuskan perasaan keagamaan yang dianut oleh masyarakat Aceh menjadi luntur,
malah sebaliknya karena unsur agama sudah mengakar kuat dan membudaya bahkan
unsur keagamaan mencampuri seluruh kehidupan sosial ekonorni.5 politik, pendidikan dan j uga pembangunan, demikian kuatnya pengaruh keagarnaan terhadap corak
kehidupan masyarakat sehingga unsur agama bukan saja menjadi dasar ikatan
perkelompok, akan tetapi juga merupakan salah satu unsur yang menetapkan
penghargaan terhadap orang seorang dalam masyarakat.
Bila kita merujuk kepada uraian di atas bahwa asas kepemimpinan dalam
kebudayaan masyarakat Aceh adalah, pertama Al-quran dan hadist dan kedua adat
istiadat setempat. Sebab itu, seluruh perilaku kepemirnpinan dalam budaya masyarakat
Acch scnantiasa akan bermuara kepada sumber yang paling dasar yakni al-quran dan
as-sunah, adal istiaclat merupakan nilai-nilai sosial yang dalam penjabaran tidak boleh
·1 Taufiq Abdullah (ed). ibid, h 32
5
bertentangan dengan nilai-nilai pokok di atas.'' Ada tiga aspek dasar yang melekat pada
konsep kcpemimpinan kebudayaan masyarakat Aceh :
l . Pe1tama, aspek yang bergaris vertikal (Allah) aspek ini bersumber dari
dasar-dasar ajaran Islam yakni bahwa manusia ini adalah khalifah Allah di
muka bumi, artinya manusia diberi tugas oleh Allah untuk mengurus dan
memakmurkan bumi ini sesuai dengan perintahnya, dengan konscp ini,
berarti setiap manusia adalah pemimpin b1ianggung jawab atas yang
dipimpinnya.
Kedua, aspek yang bergaris horizontal (kenabian) maksudnya nabi
Muhammad saw adalah seorang manusia yang memiliki sifat uswatun
hasana (teladan yang baik) karena itu, kita sebagai rnanusia yang
membutuhkan bimbingan dan contoh pribadi yang dapat clijadikan tipe
manusia ideal, bagi masyarakat Aceh pribadi Muhammad adalah pribadi
yang dapat dijadikan contoh dalarn segala aspek kehidupannya, sebab pada dirinya terdapat keteladanan yang baik sebagai pemimpin negara, panglima
perang dan pemimpin keluarga.
3. Ketiga, aspek yang bergaris rnenyarnping maksudnya hubungan antara
sesarna rnanusia, manusia secara fitrahnya rnakhluk sosial artinya makhluk
yang bermasyarakat, karena itu, rnanusia untuk dapat rnengatur hidupnya
agar harmonis antara satu clengan yang lainnya memerlukan aturan-aturan
atau kaidah-kaidah sesuai yang disebut kontrak sosial, namun secara teoritis
kontrak sosial ini tidak boleh bertentangan dengan ked ua rujukan pokok tadi
6
Nanat fatah natsir, "Integrasi nilai adat dan agatna dala1n n1asyarakat Aceh, sebuah scbuah
'
(Allah dan rasul-Nya). Kontrak sosial ini umumnya diciptakan melalui
konsensus permufakatan, baik dengan kesepakatan bulat atau cara
mayoritas, namun yang jelas kesepakatan itu tidak berbenturan dcngan
sumber nilai pokok di atas.
Sistem nilai masyarakat Aceh didasarkan pada a1aran Islam, bila te1:jadi
kontradiksi terhadap nilai-nilai keagamaan pasti ditentang oleh rakyat. Setiap unsur asing
yang memasuki dunia Aceh akan ditolak, kecuali jika unsur itu bersedia untuk
menrntuskan hubungan dengan lingkungan aslinya dan secara penuh menyesuaikan diri
dengan cara hidup masyarakat Aceh. Beberapa kebijakan pemerintah pusat, seperti
membanjirnya pejabat-pejabat non Aceh serta pola tingkah laku yang mereka bawa,
mempunyai clampak yang sangat mengganggu nilai-nilai setempat. Dalam hubungan inL
clapat melihat bahwa selama tahun 1950-1953 terclapat clua gaya hidup yang sangat
ekstrim di Kutaraja, (tempat kebanyakan pejabat bukan Aceh terpusat), di satu pihak,
masyarakat Aceh ticlak mau mangambil dan tidak toleran terhadap nilai orang-orang
bukan Aceh. Di lain pihak, masyarakat non Aceh mengabaikan nilai dan kepercayaan
setempat dan secara mencolok mempertahankan kebudayaan metropolitan mereka
dengan minum-minuman keras, beijudi dan terlibat dalam praktek-praktek lain yang oleh
luan rumah dipandang sebagai kelemahan moral. Padahal masyarakat setempat sejak
awal berusaha semaksimal mungkin untuk pemberdayaan kehidupan agama di Aceh
seperti yang dilakukan Muhamad Daud Beureueh, A Hasjmy clan T.M Amin sangat aktif
mem'\jukan usul percla tentang larangan mempe1:jual belikan minuman keras, pemisahan
ketika M Daud Beureueh menjadi gubernur militer, ia juga mengeluarkan pengumuman
ten tang hukuman berat bagi penjudi dan zina. 7
Penduduk setempat sangat mengecam tingkah laku para pejabat pendatang itu,
terutama dalam hubungan pria dan wanita. Hal baru lain yang dipandang sebagai
ancaman terhaclap nilai-nilai lokal aclalah usaha penyelenggaraan kontes kecantikan, yang
tentu saja dipandang sangat provokatif. Selain itu juga, penampilan para putri-putri para
pejabat dalam pakaian olalu·aga yang bersifat membuka aurat clan penyelengaraan
sernngkaian pasar malam di seluruh daerah yang di dalamnya pe1judian merupalrnn
atraksi utama. Dan tingkah laku ini clianggap scbagai tindakan provokasi terhadap standar
kehiclupan yang lazim di Aceh, keticlakpeclulian terhaclap nilai-nilai setempat rncrnberi
dampak terhadap citra pemerintah di daerah itu, tidak saja karena masyarakat Aceh
menolak rnenghorrnati para pejabat ini, melainkan juga karena sikap asing itu dipandang
rnewakili citra clan stanclar -standar yang diperjuangkan oleh pernerintah pusat.8 Latar
belakang dari ketidakhormatan ini akan clapat lebih clipahami bila kita perhatikan konsep
kepernimpinan yang dianut oleh masyarakat Aceh yang sarat dengan nilai-nilai Islam.
Logika ini memmtut keticlakpatuhan rnereka terhadap pernerintah pusat, sebab
dianggap citranya sama dengan pejabatnya. Berdasarkan alasan ini, mereka tidak dapat
menghargai kehacliran wakil-wakil pemerintah pusat, yang mereka panclang sebagai
pemerintah sesungguhnya adalah pamong praja yang tercliri alas orang-orang Aceh yang
meniiliki nilai yang mereka hormati. Suclah pasti bukan hanya gaya hidup para p"jabat
saja yang mcnyebabkan pemcrintah pusat tidak populcr di mata masyarakat Aceh.
Kebijakan pcmerintah di bidang lain juga rnemperkuat kekhawatiran ini, misalnya. clalam
-7
Henri chambert-Loir dan Hasan Muarif Ambari (ed), Ibid, h.536
8
Nazarudin Syan1sudin, Pe111berontakan Ka11111 Repub/ik Kasus Darul Is/a1n Aceh, (jakatia, grafiti,
biclang pencliclikan, clari clua puluh SMP (sekolah menengah pe1iama) Negeri yang
terclapat di Sumatra Utara, tiga belas di antaranya ada di Tapanuli, sembilan di sumatra
timur, clan hanya enam di Aceh.9 Situasi yang sama juga terdapat dalam bidang
kesehatan. Pada tahun 1950 sebelum Aceh dimasukan kedalam propinsi.Surnatra Utara
dengan peraturan yang dibuat oleh Sjafruclclin Prawiranegara unclang-unclang no
8/WKPM/tahun 1949, Aceh clan Tapanuli masing-masing memiliki enam orang dokter,
tetapi clua talllm kemudian, propinsi Sumatra Utara mengirimkan sembilan clokter asing
ke Tapanuli clan hanya lima (empat cliantaranya orang asing) ke Acch.10
Tidak hanya sampai di sini. pengabaian pemerintah pusat tentang pcnghormatan
hukum adat. terutama tingkaHingkal badan pemerintahan pada budaya lokal. Indonesia
kaya akan bcrbagai sislcm yang lclah dipraklikan bcrabad-abad dan pcmcrinlah terscbut
berfungsi dcngan baik. Di Aceh 111isalnya sctiap dcsa 111emiliki keuchi (pcmi111pin desa).
Pemerintah desa dlkontrol oleh dewan desa yang disebut "Tuha peut", terdiri dari empat
orang bijak. terhormat Jan dihormati, parlemen ini kemudian mengangkat seseorang yang
bertanggung ja\vab n1enjalankan dan 1T1cn1elihara aktivitas sosial dan pen1bangunan desu
tcrscbut. Tctapi pada masa ordc lama dan diperkuat pada awal pernerintahan orde baru.
sistem barn di berlakukan di propinsi Aceh, rakyat lokal merasa bahwa pemerintah pusat
mengabaikan clan tidak menghormati budaya mereka yang telah mereka pelihara sclama
bcrabacl-ahad, sebagian mengungkapkan kekecewaan mereka secara terus tcrang.
semcntara yang lain mengungkapkan secara lunak 11
') pcrlu di garis ba\vahi balnva pada waktu itu 1\ceh sudah dilebur 111enjadi propinsi surnalra utara
yang terdiri dari: Aceh, Tapanuli dan sun1atra ti111ur
Ill Nazarudin Sya1nsudin, Pernberontakan Kaun1 Re11ublik, ibid, h. 72
11 lkra Nusa Bakti dan Riza Sihbudi (ed),
Kordroversi Negara Federal, Mencari Bentuk 1Vegara
B. Keadaan Politik
Pada permulaan revolusi kernerdekaan, daerah istimewa Aceh mengalami drama
politik penting seperti peristiwa Cumbok, peristiwa Said Ali cs, munculnya BKR (Badan
Keamanan Rakyat) dan razia Agustus. f・ョッQQQQセョ。@ di atas diawali dari peristiwa Cumbok
kemudian berimbas kepada peristiwa yang lain. Peristiwa (Cumbok)12 yang berlangsung
clalam waktu singkat itu mengakibatkan ulebalang yang telah berkuasa berabacl-abacl
tetjungkir clari tahtanya lewat aksi kekerasan yang dilakukan oleh lawan politiknya yaitu
PUSA.
Peristiwa pere;butan kekuasaan itu telah menarik perhatian para ahli sebagaimana
terbukti oleh Reid (1979) clan Morris (1985). Mereka berusaha mengungkap faktor
penyebab timbulnya peristiwa tersebut. Menurut Piekaar, politik kescirnbangan yang
clijalankan pernerintah Jepang rnempertajam konflik ulama dan ulebalang (lerulmna
PUSA). Menurut Reid, petani yang berideologi Islam bangkit rnelawan ulebalang yang
kasar untuk memperoleh tanah-tanah mereka. Sedangkan menurut Morris. elit rnucla
Islam yang tergabung clalam PUSA ingin merealisasikan syariah dalam kehiclupan
sehari-hari.13
Perang Cumbok (I 946) yaitu perang saudara yang エ・セェ。、ゥ@ pada masa
kemerdckaaan antara golongan ularna dan ulebalang. Dari pihak ulama, pcrlawanan
dilakukan oleh rakyat, yang digerakan oleh para ulama dan dari ulebalang,
pemberontakan dilakukan oleh sebagian ulebalang yang telah berkhianat pacla bangsanya
sendiri. yang dipimpin oleh ulebalang Cumlwk, yaitu teuku Muharnad Daud Curnbok.
I'. ( 'u111hok adalah nan1a suatu kecan1atan, yang tennasuk dala111 kabupaten Aceh pidie
1
-' Anthony Reid, Pe1:iuangan Rak.vat, Revolust' dan Hancurn.va Kerajaan lsla1n (te1je1nahan), cv
Muliasari. jnkarta, 1987. Lihat juga, Eric E Morris, "Aceh : Revolusi Sosial dan Panclangan lslan1", dalan1
Dia pernah menjadi guncho di Lam meulo pada zaman Jepang dan awal republik dan M
Daud Cumbok adalah seorang yang sangat berani jika bukan nekad atau sembrono. Dia
tidak merahasiakan sikap pendapatnya yang tidak menyenangkan, juga terhadap
pendukung republik yang keras dia lebih suka aksi tindakan daripada diplomasi, dia ingin
menjacli tuan yang paling berkuasa di daerahnya sencliri, clan ini termasuk sikapnya yang
angkuh dan pandang cnteng sesuatu, .1 uga terhadap ulama-ulama yang mencoba
membawanya ke jalan yang benar. T.M Daud Cumbok merupakan ulebalang pertama
yang mengirim utusan kepada pejabat-pejabal Belanda yang ditawan di Rantau Prapat
pada 15 September, untuk menyatakan harapan supaya mereka selamat dan cepat kembal i
ke Aceh. Apabila semangat gerakan kemerdekaan itu be1:jalan pada bulan oktober, clia
merupakan salah satu clari seclikit orang yang bukan saja tidak bcrsikap hati-hati, malah
sccarn lcrang-terangan menunjukan kcbcnciannya. Ketika para pemuda mcnaikan
bendcrn merah putih di depan kantornya, dia langsung menurunkannya kembali dan tidak
meminta kcpada Jepang melakukan seperti yang diperbuat rekan-rekan yang lain.
Demikian juga dia rnemerintahkan orang-orangnya mencabut poster-poster pro republik
yang dipasang dan dia tidak menyembunyikan bahwa Indonesia belum matang untuk
n1erdeka. 1·1
Tindakan Daud Curnbok tenlu s::cia 111enimbulka11 suatu ketegangan dengan para
aktivis rnuda seperti PRl (yang kemudian berubah rnenjadi pesindo) 1
5,
maka tc1:jadilahH Ainran Zarnzan1i, Jihad Akbar di A4edan Area, Uakarta, bu Ian bintang. 1990), cet I, 11.35 15
pertempuran fisik 。ョエセイ。@ ulebalang Cumbok dengan rakyat yang dimotori para simpatisan
PUSA dari kalangan pemuda yang sedang mengorganisasikan dalam diri PRI.16
Pertempuran di sana sini berlangsung terns di pidie selama sisa bulan desember, pasukan
ulebalang membangun empat kubu di berbagai daerah di Pidie dan memiliki lebih banyak
senjata api sehingga memungkinkan mereka untuk mengadakan serangan, lawannya
mengorganisasikan diri menjadi markas besar rakyat umum. Pada waktu yang sama,
Tengku M Daud Beureuh menginstruksikan para pemimpin PUSA di Aceh utara untuk
memobilisasi para anggota pesindo clan Mujahid guna menyerang bagian timur Piclie.
Scbagai komanclan pasukan ini, yang dikenal clengan korps rakyat, ditm1juk Tengku
i\bdul Wahab Seulimeum, scorang ulama reJormis dari Aceh besar, korps rakyat menarik
pcmuda dcsa, ketika ribuan pencluduk desa clan pemuda dari segala jurusan menuju
markas ulebalang di Lammeulo, rnaka dalarn bilangan hari saja, lammeulo jatuh dan
semua kepala adat ditangkap, pasukan pesindo clan mujahid menghukum mati semua
yang mcnjadi kepala adat wilayah pacla zaman Jepang clan Belancla, juga para pemuka
yang telah cliangkat menduduki jabatan penting militcr dan sipil rcpublik pie.lie mcrcka
bunuhn Keluarga yang masih hiclup hartanya dirampas habis-habisan begitupula
penduduk desa mcngarnbil alih harta kekayaan ulebalang, clan mereka yang percaya
bahwa ulebalang telah merampas harta mereka atau milik leluhur mereka clengan secara
,tidak sah. dengan cepat menyatakan hak mereka atas laclang padi, kebun kclapa dan
kcbun pinang.
Peristiwa Cumbok menyebabkan pengaruh PUSA clalarn politik rneningkat,
meskipun pemimpin-pemimpinnya sama sekali ticlak menguasai pemerintahan daerah,
16
Audrey R Kahin, Pergolakan Daerah Pada Awai Kemerdekaan, (jakarta : grafiti press, 1990)
cet I, h. I 00 17
kemenangan para ulama PUSA dalam kampanye menentang kekuatan Cumbok pastilah
merupakan suatu faktor yang mendorong para pemimpin··pemimpin PlJSA untuk
memperluas pengaruh mereka di Kutaraja. Walaupun para pemimpin PUSA berhasil
menumbangkan rezim ulebalang hal ini ticlak memuaskan semua pihak clalam organisasi
PUSA. ha! ini tentu saja mengancam keberlangsungan organisasi terse but, 18 kenclati
lembaga pemerintahan ulebalang telah dihapus dan cliganti dengan sistem negeri (yang
kcmuclian rnenjacli kecamatan) clan anggota-anggota PUSA cliangka! menjadi pemimpin
unit-unit pcmerinlahau itu. Ketidakpuasan sebagiau anggola PUS/\ tcrnyata mcmiliki
alasan ku;1t. mclihal kcnyataan bahwa di luar kabupalen pidic Tclap masih banyak
bangsawan yang menjacli bupati atau weclana. Untuk mcnanggulangi kekecewaan
tersebul. Husain Al Mujahicl untuk kernudian mengambil alih kekuasaan sehingga dapal
menghancurkan para pemimpin bukan PUS/\ yang clianggap "sisa-sisa ulebalang".
karena ilu. pada awal bulan Fcbruari 1946 ia rnembcnluk Tentara Pc1:juangan Rakyat
(TPR) di ldi, clengan ia bermaksud untuk mernbersihkan semua sisa ulebalang di seluruh
Aceh. Dengan segera Aceh Timur mengalami aksi pembersihannya, kemuclian
pasukannya bergerak ke arah utara, clan akhirnya menekan Kutarzija. Di sepanjang jalan
'ke Kutaraja ratusan keluarga ulebalang dibunuh atau clikirim ke tempat tahanan di Aceh
Tengah. dan anggota-anggota PUSA cliternpatkan pacla jabatan-jabatan yang ditinggalkan
mereka. Dengan demikian, gerakan TPR menyebabkan berclirinya rezim PUSA di Aceh
setelah semua pejabat non PUS/\ diberhentikan dari pernerintahan lokal 19
Peristiwa yang te1:jacli di atas tidak rnembua! situasi di Aceh menjadi arnan. nrnlah
sebaliknya menimbulkan suatu ketegangan politik, para lawan politik PUSA bangkit
18
menyerang pemerintah daerah untuk menindak beberapa oknum PUSA dan Pesindo atas
kejahatan yang mereka lakukan pada saat revolusi Cumbok dan penyisiran ulebalang di
seluruh Acch. Seperti yang dilakukan gerakan Said Ali cs.20 Pacla mulanya rnaksud
mereka ini terbatas pada usaha rnereka menyingkirkan lirna tokoh pe1:iuangan
kemerdekaan yang tidak mereka senangi yaitu : A.Hasjmy, Nya'Neh, Saleh Rahmani,
Umar lfosny21 clan T.M Amin dari pengurus besar PUSA.
Scbenarnya, sebagian dari orang-orang pesindo tadinya adalah orang-orang PUSA
juga. Akan tetapi setelah pesindo clit011jolkan di Kutaraja dan daerah-daerah sckitarnya
mereka 111cnjacli oknum-oknum pesindo yang oleh rakyat sangal ditakuli. warna
PUSJ\nya mcnjadi pudar dan warna pesindonya menjadi menyala. Olch karcna yang
mcmcg;mg kcndal
i
dalain pcrgcrakan kcn1crdckaan dan pc1j uangan 111cnu111bang,
kckuasaan lcodal pada mulanya adalah PUS/\. inaka scgala pcrbuatan yang tidak Wt\iar
yang dilakukan tcrhadap kcluarga ulcbalang dan pcngikutnya. baik dalam masa rcvolusi
Cum/wk inaupun TPR rneskipun di lakukan olch oknum pesindo dan TPRnya, sccara
generalisasi pengikutnya ditimpakan kepada PlJSA.22
Tinclakan clrastis alau anarkis yang dikehcndaki oleh Said Ali Cs, dircncanakan
akan dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus malam tahun 1949. Pada malam itu mereka
mengerahkan pcnduduk kampung sekitar Kutaraja untuk berkumpul di
Lam
Barokira-kira 3 Y, km dari Kutaraja. Tujuan mereka aclalah long march ke Kutaraja dengan rnaksud
"mengambil" lima orang tokoh yang telah disebut di awal. Maksud mereka ini dapat
セP@
(Jerakan Said Ali ini tin1bul di daerah Aceh besar, tcrdiri dari Said Ali Al s。ァァ。ヲセ@ Waki 1-Iarun, Tengku M Asyik, Muhamacl Meuraksa (semuanya dari Aceh besar), Tengku H Muhsin (piclie). Nya Sabie (Piclic) dan Tcngku Syamaun Latif(Piclie)
21
M .Nur El Ibrahin1y, Tengku Muha1nad Daud Beureuh, Peranannya da!arn Pergolakan di Aceh.
(Jakarta: Gunung Agung, 1986), cet II, h, 130
22
dicium oleh yang berwenang di Kutaraja. Segera dikirim utusan yang tercliri clari tengku
H Ahmad l-lasbalah Indrapuri (seorang ulama yang terkenal) dan Tjik Mat Rahmani
(bekas kepala staff divisi Tengku Tjik Di Tiro),. untuk membujuk golongan Said Ali cs itu
supaya tidak meneruskan maksuclnya, tetapi ticlak membawa hasil. Gubernur Sumatra
Utara, Mr S.M Amin menelpon tengku M Daucl Beureuh selaku gubernur rniliter Aceh,
Langkat clan Tanah Karo, dan rnerninta agar Said Ali cs menghentikan niatnya, tetapi
ticlak berhasil. Bahkan ia terns bergerak rnenghasut rakyat terhaclap tokoh-tokoh
pc1:juangan dan pemerintah Aceh, meskipun telah beberapa kali dinasehati, akan tclapi
mcn:ka ll'tap tidak menghiraukannya.
Pada langgal 4 November 1948 Said Ali cs clan beberapa pengikutnya ditangkap
clan diasingkan ke Takengon ha! ini clilakukan dengan alasan menjaga keamanan dun
kctenlern111a11 umum.23tindakan gubcrnur ini diambil sesuclah 45 hari dikduarkan
maklumat Gubernur Sumalera Utara Mr. S. M. Amin pada langgal 20 agustus 1948 yang
111e111pe1·ingatka11 bahwa pemcrintah tidak 111entolerir keinginan yang hcndak
melaksanakan perubahan dengan serta merla atas tuduhan yang bclum nyata bcrclasar
alasan-alasan yang tcpat dan terbukti kebenarannya.
Akibat tindakan gubernur militer yang tegas ini "sisa feodal" terpukul dan
mereka sangat kecewa. Akan tetapi mereka tidak tinggal, diam maka mereka mencoba
mcmbuat strategi altcrnati f dan pad a tanggal 1951 kegiatan rnercka dikonsoliclasikan
dalam suatu organisasi yang dinamakan BKR (badan keinsyafon rakyal).2'1 Mungkin
menjacli suatu pcrtanyaaan kenapa "sisa feoclal" merasa clirugikan dengan kebijakan
2
:; rv1aklun1at gubernur n1iliter Aceh, langkat clan tanah karo No.GM-14-M, tanggal 4 novcn1ber
1948, !ihat M Nur El Ibrahi1ny, Teungku N/uhcnnad L)aud Beureuh, Peranannya dala111 Per..,r.;olakan di
Aceh, (Jakarta : PT. Gunung Agung, 1986), cet II, h.272
セT@ Badan ini dibentuk. pada tanggal 8 a pr ii 1951 di
Said Ali cs pada awalnya suatu gerakan yang netral dari pengaruh golongan manapun,
tetapi setelah orientasi gerakan mereka jelas, yaitu untuk menyerang unsur-unsur PUSA.
dengan segera gerakan itu rnendapat dukungan unsur-unsur uleebalang. Maka dengan
keputusan M. Daud Beureh itu secara tidak langsung memukul un,.ur uleebalang. Sebagai
tidakan balasan rnereka mendirikan BKR, pengurusnya terdiri dari T. Ali Lam Lagang
(ketua). Nyak Mubin (wakil ketua), Ibrahim (penulis), Tjut !tam dan K. 1-Ianafiah
Lambaro Angan (Bendahara), K. Soleh, K. Ajad, T. Samidan., K. Raja
(karnisaris-komisaris), sedangkan badan penirnbang terdiri dari Tengku Hasan Krucng Kale, Tengku
J-1. Makam. Tengku Abdusalam rncuraxa, tengku Syeh Muh. T. Ali Keurekon, M. Jusuf
dan Ibrahim.
Tujuan umum BKR adalah "mernbantu pemerintah di mana perlu", "mcmbantu
masyarnkat untuk memahami peraturan-peraturan pemerintah" dan "mendorong
persahabatan antara golongan-golongan, rakyat dan pemerintah (Pusat). Tindakan
pertamanya dilancarkan serninggu sesudah pembentukannya, yaim berupa penyebaran
parnflet di Kutan\ja dan pengeluaran sebuah resolusi yang mendesak pemerintah untuk
memecat semua pejabat PUSA yang tidak disiplin dan tidak mampu, serta membawa
mereka yang terlibat korupsi ke pengadilan, sebagai !ambahan atas saran agar pemerintah
sipil daerah diganti dengan pemerintahan militer, BKR juga mendesak Jakarta supaya
menangani rnajlis penimbang, yang dibentuk pada pertengahan tahun 1946 oleh residen
teuku Daud Syah dan berwenang penuh untuk menaruh semua kekayaan ulebalang di
tindakan hukum terhadap penyimpangan-penyimpangan yang te1jadi selama revolusi.25
Tuntutan BKR yang terakhir tentang penyimpangan yang te1jadi selama revolusi Cumbok
dan penyisiran TPR, sebenarnya merupakan suatu tindakan yang sia-sia dan tak mungkin
tcrealisasi. karena pemerinlah melalui maklumat gubernur Sumatcra Utara No.
2/1948/GSO tanggal 6 September 1948, sudah mewakili jawaban pemerintah terhaclap
tuntutan BKR. Isinya berbunyi:
··rerhadap mereka, baik langsung maupun tidak langsung, telah campur langan
dala111 pembunuhan-pembunuhan dan penganiayaan-penganiayaan yang
hasungkutan dengan peristiwa Cumbok, tidak akan dilakukan tun/ultm, oleh
karena kepentingan negara menghendaki mereka diletakan di luar tun/utan"
clan ternyala maklumat gubernur Sumatera Utara ini cliperkuat oleh keputuasan wakil
Perdana lvknleri Republik Indonesia No. 14/Kch. WKPM tanggal 21 Desembcr 1949,
yang antara lain berbunyi:
"Abolisi (pempebasan dari /untutan) yang baik langsung maupun tidak
langsung, lersangkut ke dalam perbuatan mengenai perisliwa-perisliwa dalam
daerah Aceh. baik yang terkenal dengan perisliwa Cumbok dan perisliwa di
sekitarnya baik peristiwa lain yang timbul kemudian selaku akibat-akibat dari
paistiwa tersebut arau pergola/can revo!usi nasional, maupun yang terkenal
dengan peristiwa Said Ali Al-Sagaf hilamana mereka oleh karena itu le/ah
men/a/in hukuman ataupun mengalami suatu tindakan yang bersifat
penghukuman (Pasal 2 "26
15
Tcrlepas dari keputusan di atas, munculnya resolusi BKR keadaan politik di Aceh
menjadi genting kembali, puncak kegentingan ini terlihat pada waktu kepala negara,
presiden Soekarno, datang ke Aceh pada tanggal 30 Juni
195
I. Dalam penyambutan kepala negara itu, masing-masing pihak membawa poster. Poster pihak PUSA bernadakritik tcrhaclap pemerintah pusat, seclang poster BKR berisi kritik terhadap pemerintah
daerah dan sindiran-sindiran terhaclap mereka yang cluduk clalam pemerintahan daerah."7
Disaat suasana politik internal rnasyarakat Aceh seclang memanas yang discbabkan
pcrtikaian politik secara horizontal dan pada bulan Agustus 1951 エ」セェ。」ャゥ@ scbuah
pergcseran politik. Pertikaian tidak lagi dalam tahap horizontal rnelainkan secara fertikal
yaitu pemerintah pusat.
Bulan Agustus 1951, merupakan bulan razia clan penangkapan di banyak propinsi
di Indonesia. pada bulan ini kabinet Sukiman melancarkan penangkapan masal terhadap
lebih kurang 2000 orang konrnnis dan unsur-unsur kiri lainnya di scluruh Indonesia.
karena disinyalir menjacli komplotan yang berusaha menggulingkan pemerintah pusal.
'Sebagai langkah pencegahan, kabinet Sukiman kemudian melakukan tindakan terhadap
orang-onmg yang diduga terlibat komplotan tersebut. Adapun untuk daerah-daerah.
persoalan ini diserahkan kepada kebijaksanaan pejabat setempat untuk menangkap
mereka yang dianggap berbahaya.28 Di dalamnya termasuk anggota dan tokoh-tokoh lain.
sebagai akibat dari sejurnlah kerusuhan yang diilhami PK! di Jakai1a dan Jawa Tirnur.29
27
1' Alibasyah Talsya, J._'ieka!i Republikein Tetap Repuh/ikein, Pe1juangan Kernerdekaan di Ace/1,
(lcmbaga scjarah i\cch, 1990) buku ke!JJ, h.319
28
Muhan1ad Gade lsn1ail dkk, Tantangan dan Rongrongan Terhadap Keutuhan dan Kesatuan
Bangsil: Kust1s Darul Islam Aceh, Uakarta, departemen P dan K direktoratjenderal kebudayaan, direktorat
scjarah dan ni!ai tradisional proyek inventarisasi dan dokun1entasi sejarah nasional, 1994) h.62
Namun demikian, penggeledahan di Aceh adalah berbeda walaupun dilakukan
pada waktu yang hampir bersamaan dengan tempat-tempat lain, sebab penggeledahan itu
nyaris menjadi tindakan balas dendam kekuatan kiri terhadap musuh-musuh mereka,
yakni para pemimpin PUSA. Sebagai orang kiri, Nazier,30 komando militer setempat
rncrnandang rangkaian razia ini sebagai kesernpatan baik untuk melaksanakan balas
dendarn terhadap pemimpin PUSA alas sikap anti komunis.31 Dan, ia pun pernah ditahan
rumah olch Teungku M. Daud Beureh, selaku gubernur rniliter karena mclanggar
pcrintah knmandan divisi.12 Yang sangat mcnyakilkan PUSA bahwa dalam gcrukan nrl'.ia
ini lcl<1h dipcrgunakan "sisa-sisa fcodal alau ulebalang" untuk mcnjalin kcrjasarna dcngan
pemerintah pusat guna melemahkan kekuatan PUSA. Imbas dari strategi "sisa-sisa
ulebalang" ini rumah Teungku
M.
Daucl Bcureh, bekas gubernur militer clan bckas gubernur Aceh ikut digeledah denga cara yang sangat tidak wajar. Nyata bcnar bahwatindakau scwenang-wenang yang dilakukan pihak tentara ini merupakan tindakan balas
dendam, baik dari pihak "sisa-sisa ulebalang" maupun dari pihak tentara sendiri yang
dipimpin oleh Nazier.33
Razia Agustus di Aceh yang dilaksanakan oleh Brigadir AA34 yang pada awalnya
untuk 111cnangkap komunis dan juga pelucutan senjata dan amunisi yang ada pada
masyarakat, berubah menjadi ajang penangkapan terhadap PUSA Walhasil, sampai akhir
-'0 perlu digaris bawahi bah\va pada \vaktu itu telah lei:jadi reorganisasi tentara di Aceh. dengan dibubarkannya !)ivisi X clan yang ada hanya resin1cn yang dipin1pin oleh Nazir
-'1 kccondongannya kekiri sebagai akibat dari hubungannya dengan beberapa pe1nin1pin kiri
selan1a revolusi, dia ken1udian n1enjadi salah seorang perwira 1niliter kiri yang utan1a yang dibina PKI
st1111atra
·
12 M Nur el lbrahimy, op cit, h73
" Ibid, h.73 3
'1 f)i Aceh kekuatan n1iliter seten1pat terkenal dengan Divisi X, tetapi setelah terkena progran1
rasionalisasi di tubuh TNI, maka te1jadi perubahan struktur di TN! termasuk di dalamnya Divisi X. akibatnya 1naka Divisi tersebut dibubarkan dan Aceh hanya 1nen1iliki satu brigade yang kecil bernan1a
brigade AA,dan diposisikan di bawah Divisi dan Teritoriu1n Sun1atra Utara di bai.vah pimpinan kolonel A.E
Nove111bcr 195 J, clilaporkan acla 16 anggota PlJSA yang clitangkap di seluruh Aceh. Dan,
kcmuclian di penjarakan di Medan di antara mereka Syeh Marhaban, Wedana Kutaraja,
Husin Sap clan Peutua Husin, keduanya terlibat clalam kampanye anti ulebalang di
kabupaten Pidie pacla tahun 1946 clan Teungku !tam Peurlak, seorang ulama dan
bendahara 111ajlis penimbang di kabupaten Aceh Pidie.35 Untuk sementara waktu
peristiwa ini memberi angin segar bagi para ulebalang, pernimpin-pemimpin PUSA
sebaliknya. mereka merasa dihina hingga menghimpun dendam yang lebih besar lagi
terhadap saingan mereka.
C. Kcadaan Ekonomi
Aceh yang berada di UJtmg pulau Sumatera serta di sepanJang timurnya
mempunyai peranan penting dalarn pelayaran clan perniagaan dunia yang melalui sclat
Malaka, bandar-bandar Aceh menjadi sangat penting sebagai bandar penghubung yang
melayani kebutuhan perbekalan seperti bahan makanan, air, clan keperluan .sehari-hari.
Tidak hanya beras sebagai penghasil utama Aceh, maka dijual pula bahan lain
yang kemudian meghantarkan Aceh menjadi "Mahkota Alam" di mana Aceh menjadi
pasrn· niaga intcrnasional yang mcrupakan bandar pcnghubung antara Timur Tcngah.
Eropa, Kerajaan Demak, Kerajaan Brunei Darussalam, Turki Usmani. Dua sumber
ekonomi yang sangat menunjang bagi propinsi Aceh yaitu penclapatan dari perikanan clan
pertanian36 Luas propinsi Nanggroe Aceh Darussalam 57.365.57 Km persegi dengan
hutan mempunyai lahan terluas yaitu mencapai 39.615.76 Km persegi, diikuti lahan
perkebunan kecil seluas 3.135.22 Km persegi. Sedangkan lahan pertambangan
35
Nazaruddin Sya1nsuddin, op cit, h.65
mempunyai luas lerkecil yailu 4,42 Km persegi:17 Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
,mempunyai luas perairan 56.563 Km persegi Yang terdiri dari laut teritorial 23.563 Km
persegidan perairan taut dalam 33.000 Km persegi. Di samping zona ekslusif ekonomi
(ZEE) 200 mil dari pantai. Perikanan di propinsi ini dapat dibagi menjadi dua : perikanan
taut clan perikanan clarat. Potensi perikanan di Aceh cukup besar yang diperhitungkan
dari dua sumber yaitu:
I. Pclagis (scjcnis ikan yang hidup di pcrmukaan laul) polensinya dipcrkirakan
scbesar 2,7 ton/Km persegi. Berarti potensi total sama clengan 152.720 ton per
tahun.
2. Demersal (ikan yang hidup di dasar laut) potensinya kira-kira 5 ton/Km persegi.
Potensi total sama clengan 67.320 ton per tahun (karena hanya
ェSZTVTBrAゥQGーゥ[エGセ・j[ェZェG@
···
:: -, - '_, "-yang dapat dimanfaatkan untuk perikanan demersal).
Potensi total dari keclua jenis ikan ini adalah sekitar 220.040 ton per tahu;1?w
Kegiataan dalam bidang perkebunan di daerah ini dapat dibagi 111e11jadi 2 yaitu :
perkebunan rakyat clan perkebunan besar. Adapun rincian dari hasil perkebunan sebagai
berikut : Karet, minyak sawit, inti sawit, kelapa, kopi,cengkeh, pala, nilarn, pinang.
kapuk, kemiri, janibu mete, lada clan coklat.39
Perlanian merupakan kegiatan ekonomi yang paling banyak dilakukan oleh
masyarakat Aceh dan penanaman padi merupakan tanaman pangan utama propinsi ini.
Hal ini bisa di!elusuri dari slogan yang cukup umum di masyarakat. Pang ule hareukat
meugo (nafkah paling utama adalah pertanian) slogan lain "Seumayang pangulee ihadat,
'' Aceh Oala1n Angka, Kerjasan1a Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan [)aerah Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, 2000.
38
Zulkifli husin et al, Keadaan Sosial Eko110111i dan p・ョァ・ョQ「。ョAセ。ョ@ A4aSJ'arakat Nelayan di
Daerah lsrilneH'a Aceh (banda Aceh: universitas syiah kuala dan jakarta: bank Indonesia) h.8
meugoe pangulee hareukat" artinya sembahyang adalah bagian terpenting dari sholat,
usaha tani adalah sumber utama mata pencaharian, satu lagi "kaya meuh hana meusampe, kaya pade meusampurna" artinya kaya emas tiadalah cukup, kaya padi yang sempurna,
Jika ada tanah yang dapat ditanami di sekitar kampung-kampung nelayan dan bila
keadaan iklim tidak memungkinkan turun ke laut, waktu luang itu dipergunakan para·
nelayan untuk usaha tanL40 Di Aceh, berbeda dcngan daerah sumatra la_in, sawah lebih
banyak ditemukan daripada ladang , dan biasanya terdapat di lahan-lahan yang beririgasi
dan berpaya, lahan sawah dan ladang berkembang dengan pesat pada zaman kolonial,
begitu pula produksi paclinya.
Kegagalan pemerintah pusat untuk memperbaiki sistem irigasi di Aceh telah
lebih rnernukul para petani di kabupaten-kabupaten Aceh besar, piclie41, utarn clan timur
bila dibanclingkan dengan kabupaten lain, clan keaclaan ini mernperkuat kekecewaan
mereka terhac!ap pemerintah pusat. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kebanyakan
sawah di Aceh terpusat di kabupaten-kabupaten tersebut, penanaman padi begitu
pentingnya dan, di samping kelapa, ticlak acla makanan pengganti lainya.cli
kabupaten-kabupaten Aceh barat: dan selatan, berbeda clari kabupaten-kabupaten lainnya, bilamana sawah tidak
Jagi menguntungkan atau konclisi yang lebih menguntungkan ada di luar sawah, para petani dapat meninggalkan sawah mereka clan melibatkan cliri clalam procluksi minyak
"'Ibrahim Alfian, Perang di .la/an Allah, (Jakarta: pustaka sinar harapan, 1987), cet I, h.47 •11 Pcnduduk kabupaten Pidie mata peneahariannya bergantung pada biclang pertanian yaitu sektor pcrtanian pangan (padi dan palawija), peternakan dan ーQセイゥォ。ョ。ョ@ juga merupakan sektor -sektor yang an1at
don1inan dalan1 kehidupan 1nasyarakat Pidie. Sejak 1,vaktu yang lama kabupaten ini telah 1naju dan
111enonjot dalan1 bidang pertanian. Sisten1 irigasinya lebih baik jika dibandingkan dengan kabupaten yang lain. Di san1ping itu, petani Pidie men1punyai ketera111pi!an dalan1 n1engolah sa\vah/tanah. Sikap adaptasi
n1asyarakat da\an1 n1enerin1a tekhnologi baru dala1n pertanian (1nekanisrne pengolahan エ。ョ。ィセ@ pen1akaian
dapat dipcroleh pckc1:jaa11 sdiagai penyadap di kcbun-kcbun karet.'
Kurangnya irigasi bukan salu-satunya faklor yang mcmbual rakyal Acch kcccwa
karena penurun produksi pertanian, infrastruktur perhubungan tidak kalah pentingnya
daripada sarana pertanian, sebab infrastruktur ini juga mempengaruhi kegiatan ekonomi
rakyat Aceh. Apa yang paling memukul rakyat Aceh di bidang ekonomi adalah
dikeluarkan kebijakan barn mengenai prosedur umum perclagangan ekspor dan
penghapusan sistem perdagangan barter pada tahun 1952.
D. Bidang Kcagamaan
Berkembangny'a Islam di kepulauan Indonesia berlangsung selama beberapa abad.
Memang proses tersebut sampai hari ini pun belum selesai sama sekali, rupanya sudah
scjak awal abad ke-13 berdiri suatu kerajaan Islam di ujung Sumalra Utara. Lanlas segera
clisusul oleh pcrpindahan dinasti-dinasti yang memerintah puiau tersebut memeluk Islam,
diantaranya Aceh memainkan peranan utama dalam sejarah Indonesia. Mernang tcrdapat
perbedaan penclapat kapan pertama kali Islam rnasuk ke lndonesia:13 tetapi di balik
perdcbatan ilmiah tersebut terdapat persamaan pendapat bahwa tcrnpat pcrlama kali Islam
menginjakan kakinya di nusantara adaiah Aceh.44
Ulama-ulama Aceh scmenjak berdirinya kerajaan Aceh hingga abad ke 19,
pada urnumnya mereka mengikuti mazhab syafi'I sangat besar sekali baik dalt!rn
"Ibid, h.76
n Al\Vi shihab. /shun Sl!fislik, "/slan1 pertaJJJCt" dan Pengaruhnya flingga Kini di Indonesia.
(band ung ' 111 izan. 200 I), cet I, h.4-18
1
'11-larry J Benda, Bulan Sabi! dan 11.-fatahari Terbit, lslcun Indonesia pada 1nasa pendudukan
Jepa11g, (jakana : Pustaka jaya, 1985) Cel II, h.27, lihat Mohamad Said, A(jeh Sepa11dja11g Abad, (Aceh,
diterbilkan pengarang, sendiri, 1961 ), jilid I, 11.38, lihat juga Ali Hasjmy, Sejarah Masuk da11
lapangan ibadat, maupun dalam aspek yang lainnya.45 Dan, pengaruh syafi'I sangat besar
sekali. Ticlak hanya ahli sunnah Wal jamaah saja yang muncul di Aceh syiah juga pernah
muncul bahkan lebih jauh lagi mempunyai kekuatan politik yang mapan di tanah Aceh
umurnnya clan peurlak khususnya, orang-orang syiah ini pada awalnya bertebaran di
Pusat perniagaan asia tenggara, clan acla di antara mereka itu be1:jaya membangun tahta
kerajaan perlak Islam di tahun 225 H/840M.
Walaupun:Syi'ah memiliki kekuatan secara politis di Peurlak, perlempuran anlara golongan Ahlissunna\1 wal Jama'ah clan Syi'ah tak terelakkan, rnunculnya pertempuran yang panjang ini mengharuskan terbaginya kerajaan Peurlak pada dua bagian:
a. Peurlak pesisir bagi golongan Syiah clan mereka boleh rnengangkat Sultan dari
golongan mereka.
b. Peurlak peclalaman bagi golongan Ahlisunnah wal Jama'ah.46
Maka tidak mengherankan sekali, kehadiran budaya-budaya ritual Syiah di Acch yang
mungkin sudah sangat umum dalam masyarakat Aceh, seperti yang terkenal dengan
istilah "Buleun Asan-Usen" (Bulan Hasan Husen) yang acara ini pacla awalnya dibawa oleh orang-orang Parsi, kemudian pemakaian nama "Shah" di sebagian nama Sultan di
Aceh diduga mungkin adanya pengaruh dari Syiah47 di samping itu juga acla di aセ・ィ@
upacara scpuluh Muharram yaitu upacara mcmperingati wafatnya Hasan Husen yaitu
cucu Nabi Muhammad SAW.
15
Prof Hasbi ash Shidieqy, beliau ulama yang pertama kali menyodorkan kepada masyarakal
huku111-hukun1 lslan1 yang dia1nbil dari n1azhab lain dari syafi'I, apabila beliau 1nelihat bainva itu yang Jebih kuat clan lebih sesuai dengan n1asyarakat Indonesia .
.,,, A Hasjmy, op cit, h.199
·17 Ahmad Zakaria, Sekitar Kerajaan Aceh dalam Ta/nm 1520-1675, (kudus, menara kudus, 1983),
Terlepas dari faham keagamaan yang berbeda yang dianut oleh masyarakat Aceh
perlu digarisbawal1i bahwa Islam menjadi ideologi •kerajaan (negara) di seluruh Aceh.
Sebut so1ja kerajaan Aceh Darussalam yang didirikan Sultan Ali Mughayat Syah itu '
adalah sebuah kerajaan Islam, melambangkan bahwa ia telah ditegakkan atas asas-asas
Islam. dalam adat Meukuta Alam yaitu undang-undang clasar kerajaan Aceh Darussalam,
yang cliciptakan atas arahan Sultan Iskandar Muda misalnya, disebutkan bahwa
sumber-sumber hukum yang clipakai clalam negara ialah Al Quran, Al Hadits, セェュ。@ Ulama
Ahlussunnah clan Qiyas dan dari segi praktik, syariat Islam mernang dilaksanakan dalam
hal-hal tertentu.48
Karena memiliki sejarah yang cemerlang di mana Islam menjadi ala! pcnggcrak
aktivitas rnasyarakat Aceh baik dalam aspek sosial ekonomi clan politik, clan suatu
keniscayaan !slam di kemuclian hari juga memiliki peranan yang sangat penting juga
menjadi agama rnayoritas. Masyarakal J\cch tcrkcnal dcngan rnasyarakat yang s:mgat.
kual dan rncrncgang tcguh ajaran agama Islam. karcna itulah /\cch dikcnal dcngan
sebutan "Scrambi m・ォォ。ィBNセ Y@ Mungkin ha! ini disebabkan oleh sikap isolasi clari dunia
luar yang cliterapkan oleh Belanda menyebabkan !slam begitu te1:jaga clari keorisinibnnya
.is 1\.Hasjn1y. op cit, h.249
·" 1
rvtulanya ha! ini 1nerupakan gagasan illnu bun1i, karena perahuMperahu yang n1ernba\va calon haji dari bagian-bagian lain dari Indonesia singgah di Aceh sebagai pelabuhan persinggahan terakhir di nusan!ara kcn1udian gclar ini n1e1nperolah n1akna perla1nbangan scbagai daerah ls_lan1 sejati, lihat 8J Bolland. /lel)!,lt1J111/an lslcnn di !ndonesia ... ,h.72. Menurut prof I-lan1ka, sebutan atas Aceh sebagai "seran1bi n1ekah" bukanlah hal yang dibuat-buat tetapi suatu kenyataan sejarah yang tidak dapat dipungkiri. Munculnya para uhuna yang bcrkualilas intcrnasionnl dahun pc1naha1nan ilnlll agan1a n1cnjadi !\cch sebagai Pusat ilnu1 dan pada akhirnya 111enghantar Acch terkenal dengan seran1bi n1ekah, salah seorang u!an1a yang discbul oleh han1ka yang 1nenycbabkan ャセ」・ィ@ 1nencapai scbutan seriln1bi n1ckah orang ini jldalah Abdurraur bin Ali Al fanshu1y As-Sinkly. Beliau ini adalah seorang ulama besar yang hidup di zan1an kerajaan Jskandar Muda 1nahkota ala111, dalan1 abad ke .. 17, beliau banyak n1cngarang buku yang terkait dengan エ。ウ。キオエセ@ fiqh, akhlaq dan tafsir, bahkan karangan beliau dalam ilmu tafsir yaitu larjuman Al
1nus/{{/ihl, san1pai sekarang 111asih dibaca oleh penctuduk n1uslii11 di negri Siam, demikian juga n1uslitn di
sama seperti Belanda memperlakukan ha! yang sama terhadap masyarakat Bali. Maka
dari itu, setelah berhentinya pemberontakan Darul Islam di Aceh, Aceh rnenjadi daerah
isti111ewa yang meliputi pendidikan, adat dan agama. Berdasarkan surat keputusan
Perdana Menteri Republik Indonesia No. l/Missi/1953 tertanggal 26 Mei 1959.5° Seperti
yang telah disebutkan lalu integrasi nilai ajaran Islam dan adat istiadat Aceh sangat besar
sekali sehingga sulit sekali memilah mana ajaran agama dan mana ajaran adat. Sehingga
ada pepatah yang berbunyi: Hukom ngo Adat Lagee Zat Ngo Sipheue/ (hukum dan adat
seperti benda dengan sifatnya tak terpisahkan) clan pepatah lain menyebutkan: Adat bak
meurcuhom, hukum bak Syiah Kuala) ha! ini bisa kita telusuri dari pcrilaku kescharian
masyarakat Aceh seperti sapaan waktu bc1:jumpa clan ucapan waktu berpisah, tidak lagi
diucapkan yang lain mclainlrnn sudah mcnjadi Assalaamu 'alaikwn clan jawabmmya
Wa 'a/11ik111m1.1·s11/mn wa llahma111/lah. Bila scscorang 111cncri111a pcmbcrian orang lain,
ticlak lagi mengucapkan: terima kasih atau yang lain, melainkan sudah diganti dengan
A/ha111d11/i/lah apabila mendengar acla orang meninggal, segera mengucapkan: !1111alillahi
wa !1111a llaihi Roji 'un (kita semua aclalah milik Allah clan kita semua akan kembali
kepadanya).
Di Aceh, tangan kanan clan tangan kiri ticlak sama nilainya, meskipun lahirnya
sekaligus. Oleh karena itu pantang sekali orang memberi salam dengan tangan kiri. Juga
pantang menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kiri, .demikian pula
mcnyerahkannya. Juga terlarang menunjukkan scsuatu clengan tangan kiri.
Walaupun Islam begitu kental dalam kehiclupan 111asyarakat, tidak menjmli
keharusan rnasyarakat Aceh menjacli seorang Muslim yang taat Rakyat Aceh sangat
fanatik kepada Islam. Fanatik adalah lain daripada taat. Seorang yang fanatik belum tentu
50
taat. Kalau dikatakan mereka tidak Islam mereka marah betul dan mati pu