• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon mahasiswi UIN SYAHID Jakarta terhadap penggunaan jilbab pakaian kampus : studi komparatif antara fak.syariah dengan fak.sains dan teknologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon mahasiswi UIN SYAHID Jakarta terhadap penggunaan jilbab pakaian kampus : studi komparatif antara fak.syariah dengan fak.sains dan teknologi"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan

Fakultas Sains Dan Teknologi)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Islam (S. Sos. I)

Disusun Oleh ;

LOLA RIZKILA NUR

NIM: 103051028625

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

(UIN)

SYARIFHIDAYATULLAHTERHADAPPENGGUNAAN

JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS

(Studi

kッセー。イ。ウゥ@

Antara Fakultas Syariah dan Hukum dengan

Fakultas Sains dan Teknologi)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Lola Rizkila Nur

NIM.103051028625

Dibawah bimbingan :

Dr. Umaimah Wahid, M. Si

NIP. 150 293 225

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI P AKAIAN KAMPUS (Studi Komparasi Autara Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi)'', telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Senin tanggal 17 September 2007.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) pada jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 september 2007

Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota

!"'\

(Drs. Arie Subhan, M.A) NIP. 150262442

(Dra. Hj. Jamil, M. Hum) NIP: 150244766

Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

セュゥセセmaI@

NIP:l50281980

(Rubiya ah, M. A) NIP:l50286373

(4)

LEMBARPERNYATAAN

·· Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini mernpakan hasil karya asli, saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (SI) di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau mernpakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakaiia.

Ciputat, 15 Agustus 2007

(5)

universitas yang lebih mengutamakan nilai-nilai keislaman. Hal ini ditandai dengan cara berpakaian para mahasiswanya khususnya mahasiswinya. Dalam kode etik mahasiswa universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta yang tertuang dalam bah IV tentang pelaksanaan tindakan disiplin pasal 6 mengenai busana mahasiswa point d yaitu mahasiswi hams mengenakan busana muslimah (jilbab) tanpa membedakan latar belakang pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun

dari

Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren.

Dengan demikian ketika kebijakan itu diberlakukan, muncul pandangan kritis terhadap aturan normatif tersebut dari sebagian mahasiswinya. Maka berbagai responpun akan muncul. Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan meajadi "Bagaimana respon mahasiswi Univesitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta terhadap penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus". Disini penulis melakukan studi komparasi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi.

Tujuannya adalah untuk mengetahui perbedaan respon mahasiswi antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Metode yang penulis gunakan adalah kuantitatif komparasi yaitu dengan cara mengolah data penelitian komparasi (perbandingan). Dalam penulisan ini, penulis berpedoman kepada penjelasan Aswarni Sudjud bahwa di dalam penelitian komparasi akan menemukan persamaan dan perbedaan tentang respon dan pandangan dan lain-lain. Dalam menentukan populasi dan sampel, penulis berpedoman kepada penjelasan Subarsimi Arikunto yaitu ''.iika populasinya lebih dari 100 maka sampelnya dapat diambil 10 %-15% atau lebih"

Berdasarkan teori komparasi yang penulis gunakan yaitu dengan membandingkan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi, maka dapat disimpulkan ternyata terdapat perbedaan respon tentang hukum mengenakan jilbab dikalangan mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Sains Dan Teknologi ha! ini disebabkan karena sebagian mahasiswinya berlatar belakang dari Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memang pengetahuan agamanya relatif kurang dibandingkan dengan Fakultas Syariah Dan Hukum, yang sebagian dari mahasiswinya berasal dari Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kemudian masih banyak mahasiswi yang kadang-kadang menggunakan jilbab di luar kampus bahkan masih ada mahasiswi yang tidak mengenakan jilbab di luar kampus, ha! ini dikarenakan mereka hanya menggunakan jilbab sebatas peraturan kampus dan di luar lingkungan kampus mereka mempunyai hak untuk tidak mengenakan jilbab.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji penulis panjatkan kehadlirat Allah SWT, Tuhan

semesta Alam, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq serta Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini.

Shalawat serta salam, semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi

Besar Muhammad SAW., yang telah merubah peradaban dari peradaban yang

penuh kesesatan menaju masyarakat yang berperadaban, yang penuh keimanan

dan ketaqwaan (masyarakat Madani).

Skripsi yang berjudul "RESPON MAHASISWI UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS

(Studi Komparasi Antara Fakultas Syariah dan Hokum Dengan Fakultas

Sains Dan Teknologi)" Alhamdulillah, telah dapat penulis selesaikan

penulisannya berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril,

terutama adalah atas berkat Taufiq dan lnayah Allah SWT. Karena itu, penulis

merasa sangat bersyukur kepada Allah SWT., dan berterimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis, baik pada

saat penulis menyelesaikan studi maupun saat penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis ucapkan karena

tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan selesai, ucapan

(7)

saling mengenal satu sama Iain, tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan

terima kasih.

2. Dekan Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Bapak DR. Murodi, M.A., beserta

pembantu dekan. Terima kasih karena telah memberikan yang terbaik untuk

penulis. Bapak Ors. Wahidin Saputra, M.A., dan Thu Umi Musyarafah, M.A.,

sebagai Ketua Dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam, yang

telah banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis ..

3. Ibu Dr. Umaimah Wahid, M. Si., selaku pembimbing skripsi sekaligus

merangkap menjadi pembimbing akademik yang selalu memberikan

bimbingan dan dorongan serta menyempatkan waktu untuk mengoreksi

hal-hal yang salah ditengah kesibukan "Thank You So Much Mom". Dan semua

dosen yang telah mengajarkan penulis banyak hal sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Ayahanda tercinta Bapak Nurul Fajri dan lbunda tercinta !bu Sadiyah, yang

telah sepenuh hati memberikan bantuan, baik moril maupun materil, serta

dukungan maupun dorongan kepada penulis untuk dapat belajar terus tanpa

batas. Se!Iloga Allah SWT, senantiasa memberikan ampunan serta pahala yang berlipat ganda kepada beliau.

Kakak-kakakku tercinta, Deni Permana Nur dan Lulu Hanifah Nur beserta

suami M. Irfan Yasin yang terus menerus memberikan energi kasih sayang

yang menjadikan semua itu kekuatan untuk penulis sehingga penulis dapat

(8)

memberikan senyuman disaat penulis sedang rapuh, semoga menjadi anak

yang cerdas spiritual dan emosionalnya.

5. "Sahabatku Kekasihku Zulham Paris" Terima kasih atas cinta yang kau

berikan setahun yang Ialu, walaupun hanya sebentar tetapi kenangan yang

pernah dilewati bersama adalah sebuah kenangan terindah untuk penulis yang

sampai saat ini masih selalu dijaganya. "Cayoo Zuam .... Tetep semangat

untuk mengejar suatu harapan, selalu ada do' a di hati ini untukmu"

5. Sahabat-sahabatku tercinta "Gank Lemez", mamah komala, ayah untung, ade

si bibir seksi, panjul si kepala silau, iti si cadel, teuteunk si gokil, Ayik. S.

Papi si sastrawan, yang telah banyak membantu penulis baik suka maupun

duka. "Semoga apa yang pernah terjadi diantara kita takkan pernah terlupa,

selalu senantiasa hangat dalam ingatan.

6. MY BELOVED CLASS KPI E (Agung, Aini, Annisa, Danang, Edi, Enny,

Erika, Firman, Husna, !is, Imam, !wan, Arna, Moko, Fanny, Mba Sus, Yosep)

yang sampai saat ini selalu menjaga indahnya persahabatan, walaupun kita tak

lagi bersama namun do'a-do'a ku selalu menyertai kalian "Semoga Allah

Al-Jami' menghimpun hati kita untuk selalu bersama.

7. Teman-temanku alumnus SMUN I Ciputat (PunkLima 27) khususnya

"DjoLay Team" (Lilik, Ema, Nana, Jelita, Vina, Windri, Ajay, Nia, Upen,

Lela, Vivi, PE, Dewa, Metal, Okem, Mercu, Survi, Juve, Bimo, Dimas,

Rudank, Djho, Coro, Shiro dan semua teman-temanku yang tak bias penulis

sebutkan namanya satu-persatu) walaupun kita berbeda Universitas, namun

(9)

dan Perpustakaan Umum Islam Imam Jama', yang telah membantu ー・ョセャゥウ@ dalam menyediakan referensi yang penulis butuhkan.

9. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun tak mengurangi rasa hormat penulis.

Semoga Allah SWT. yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan

membalas semua amal kebaikan mereka, amin.

Jakarta, 20 Agustus 2007

(10)

DAFTARISI

KATA PENGANTAR...

i

DAFTARISI...

iv

DAFTAR TABEL...

vii

DAFT AR

LAMP IRAN...

viii

ABSTRAK

...

ix

BAB I

: PENDAHULUAN ...

1

A. Latar Belakang Masalah ... ...

l

B. Pembatasan

dan

Perumusan Masalah ...

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

10

D. Metodologi Penelitian...

11

E. Sistematika Penulisan ... ...

19

BAB II : LANDASAN TEORITIS ...

20

A. Pengertian Respon . .. . . . .. . . .. . . .. .. .. .. .. .. .... .. ... . . .. .. . .. ... .. .. ... . ... ..

20

B. Pengertian Jilbab ...

22

C. Jilbab Menurut Konsep Budaya... ... ...

28

D. Jilbab Menurut Syariat Islam...

30

E. Fungsi Busana Dalam Islam...

42

(11)

1. Sejarah ... 48

a. Periode Perintisan ... 48

b. Peri ode ADIA ... .... ... 49

c. Periode IAIN AI-Jami' ah... 50

d. Peride IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 50

e. Peri ode IAIN ke UIN ... ... ... 52

£ Peri ode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta... 54

2. Visi dan Misi UIN ... 56

B. Fak:ultas Syari'ah dan Hukum ... 59

l. Sejarah ... ... ... ... ... 59

2. Visi dan Misi... 62

3. Tujuan... 63

C. Fakultas Sains dan Teknologi... 63

1. Sejarah ... ... ... ... .. ... ... 63

2. Visi dan Misi ... ... 65

3. Tujuan... 65

BABIV: ANALISISDATA...

66

A. Data Respon Mahasiswi... ... ... 66

l. Identitas Responden ... 67

(12)

BAB V : PENUTUP. ... .... ... ... ... .. ... ... .... .... .... ... ...

95

aNセ@

Kesimpulan : ... :...

95

B. Saran-saran...

97

DAFT AR PUST

AKA...

98

(13)

Tabel 01: Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah ... 67

Tabel 02: Pengetahuan Islam Menanjurkan Berjilbab Terhadap Muslimah ... 69

Tabel 03: Pengetahuan Agama Tentang Hukum Berjilbab ... 70

Table 04: Masa Yang Telah Dilalui Dengan Memakai Jilbab ... 72

Table 05: Kenyamanan (Tidak Merasa Risih) Dalam Mengenakan Jilbab ... 74

Table 06: Kebetahan (Tidak Merasa Gerah) Dalam Mengenakan Jilbab ... 76

Tabel 07: Perasaan Responden Ketika Memakai Jilbab Di Jalan ... 77

Table 08: Keindahan Dalam Memakai Jilbab ... 78

Table 09: Tujuan Memakai Jilbab Di Kampus ... 79

Table 10: Kesadaran Dalam Memakai Jilbab ... 80

Table 11: Jilbab Sebagai Gaya Atau Kewajiban ... 82

Table 12: Memakai Jilbab Di Luar Lingkungan Kampus ... 83

[image:13.595.59.454.168.523.2]

Table 13: Komentar Responden Mengenai Diwajibkannya Jilbab Di Kampus ... 85

Table 14: Yang Menetapkan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus ... 86

Table 15: Peran Dewan Dosen Dalam Mendukung Pelaksanaan Wajib Berjilbab ... 88

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat permohonan bimbingan skripsi dari Fakultas Dakwah Dan

Komunikasi untuk Ibu Dr. Umaimah Wahid M. Si

Lampiran 2 : Surat riset I wawancara dari Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi untuk Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas

Sains Dan Teknologi

Lampiran 3 : Kode etik mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta Lampiran 4 : Angket pertanyaan

Lampiran 5 : Surat keterangan penelitian dari Fakultas Syariah Dan Hukum

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT menganugerahi manusia dengan berbagai nikmat dan kamnia yang

tidak terhingga nilainya, salah satu nikmatnya itu adalah Dia telah mengajarkan

manusia tentang pengetahuan untuk berpakaian. Sebagai seorang hamba yang menyadari kekurangan dan kelemahannya akan pandailah ia bersyukur kepada

Allah SWT yang telah memberikan pengetahuan yang amat penting itu. Rasa

syukur kepada Allah SWT ini akan diungkapkan dengan jalan melaksanakan cara

berpakaian yang sesuai dengan dikehendakinya.'

Dalam ajaran agama islam, busana bukan semata-mata masalah kultur, namun

lebih dari itu mempakan tindakan ritual dan sakral yang dijanjikan pahala sebagai

imbalannya dari Allah SWT. Oleh sebab itu dalam ha! pakaian, Islam telah menetapkan batas-batas tertentu untuk aura! laki-laki dan perempuan. Dalam

syariat, aurat adalah bagian anggota tubuh yang wajib ditutup. Islam telah

menetapkan aura! laki-laki antara pusat sampai lutut, sedangkan batas-batas aura!

wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita diwajibkan menutup

selumh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangan." Pada badan wanita, Allah telah memberikan kekhususan-kekhususan yang membedakannya dari

laki-laki dan meletakkan pada setiap tempat dari badannya fitnah yang khas. Setiap bagian-bagian badan wanita mempunyai keindahannya yang khas, godaannya

yang khusus dan pengamhnya yang khusus pula. Umuk iru is1am menga1ar<::cc

1 Nina Surtiretna, Anggun Beljilbab. (Bandung: Mizan, 1995). Cet Ke-2. Hal 27

(16)

2

agar wanita muslimah mengenakan pakaian yang menutup aurat Oilbab) sehingga

tidak menimbulkan fitnah dan kejahatan.'

Khusus untuk busana muslimah Oilbab ), ia memiliki karakteristik yang lebih

luas dan bersifat universal, dalam arti dapat dipakai perempuan Islam dimanapun

ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa maupun Jetak geografisnya.

Dengan demikian busana muslimah Oilbab) merupakan pakaian abadi yang akan

tetap hadir ditengah-tengah revolusi dan perubahan mode busana perempuan.

Dewasa ini pemakaian busana muslimah Oilbab) di tanah air dari hari ke

hari semakin semarak saja. Bisa dilihat dari universitas-universitas yang ada di

Jakarta, mahasiswanya sudah banyak yang mengenakan jilbab pada saat pergi ke

kampus tanpa rasa keterpaksan. Demikian juga pada Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki aturan khusus kepada setiap

mahasiswinya yang tertuang pada Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta Bab IV Tentang Pelaksanaan Tindakan Disiplin Pasal

6 Bagian Busana Mahasiswa, lihat pada lampiran, yaitu mewajibkan untuk

mengenakan busana muslimah Oilbab ).

Sampai hari ini secara ekstrim pandangan terhadap busana muslimah

Oilbab) terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok pertama, yang tampaknya

merupakan kelompok mayoritas adalah kelompok perempuan Islam yang

senantiasa mengikuti perkembangan mode tanpa memperdulikan

ketentuan-ketentuan syariat Islam dalam ha! menutup aurat. Mereka beranggapan bahwa

busana muslimah Oilbab) itu kuno, out of date, ketinggalan zaman, norak dan

sebutan-sebutan Jain yang kurang simpatik. Kelompok kedua, diisi oleh

(17)

perempuan-perempuan yang mengenakan busana muslimah (jilbab) secara kaku

tanpa memperdulikan, bahkan menafikkan pentingnya mode busana.

Sementara itu menurut pandangan Al-Asymawi jilbab itu bukanlah suatu

kewajiban dan tidak dijadikan landasan Hukum tetap. Bahkan tradisi berjilbab ini hanya dipakai dikalangan para sahabat dan ta bi' in dan lebih merupakan keharusan

budaya daripada keharusan agama: Ini terkait dengan pandangan kontrovensi

seputar jilbab, satu sisi dipandang sebagai simbol keterkungkungan dan

domestifikasi perempuan dan pada sisi yang lain menjadi simbol identitas sebuah

gerakan suatu komunitas.

Disamping itu terdapat ada pula pandangan bahwa orang yang berjilbab itu

kebanyakan hanya memandang jilbab sebagai batas adat istiadat yang diwarisi oleh orang tua mereka yang menyuruhnya. Hanya sekedar paksaan belaka yang

apabila tidak dipergunakan mereka akan dimarahi. Adapula yang memakai jilbab karena alasan untuk mematuhi peraturan kampus, yaitu para mahasiswi

diwajibkan untuk mengenakan jilbab dikampusnya, tetapi apabila mereka sudah

berada di luar lingkungan kampus maupun sudah berada di rumah, mereka tidak

lagi mengenakan "mencopot" j ilbabnya dengan alasan-alasan seperti terbebas dari

rasa kegerahan. Kemudian mereka mengenakan pakaian yang sedang trend dan

modis saat ini untuk bergaul di kalangan anak muda.

Perkembangan peradaban manusia membuktikan bahwa pakaian

merupakan ha! yang dianggap penting, mengingat fungsi-fungsinya yang esensial

yaitu sebagai penutup tubuh (aural), sebagai pelindung tubuh dari cuaca panas dan

dingin serta agar tampil bagus (good looking). Namun demikian, diatas

4 Muhammad Said Al-Asymawi, Kritik Alas Ji/bah, (Jakarta: PT. Jaringan Islam Liberal

(18)

4

pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Allah SWT menggariskan

bahwa untuk orang yang beriman ada satu hal yang harus diperhatikan dengan

sungguh-sungguh, yaitu fungsi berpakaian yang ditetapkan dalam セQMqオイG。ョ@

Surat Al-'Araf ayat 26.5 Semua fungsi pakaian itu haruslah diterapkan bukan saja dipandang sehat, indah dan baik namun juga harus berlandaskan tuntutan yang

benar sesuai dengan petunjuk Allah adalah busana muslimah lengkap dengan

jilbabnya.

Busana muslimah Gilbab) adalah satu langkah awal membentuk pribadi

yang luhur bagi kaum wanita, satu langkah untuk kesempumaan akhlaknya.

Akhlak secara bahasa berarti perangai atau tabiat. Sedangkan secara istilah, berarti

hal-hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku dan sifat-sifat manusia dalam

berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan sesama, maupun dengan

mahluk-mahluk lain dan terutama dengan tuhannya.

Sementara itu, ada pandangan kalau tidak ada jaminan orang yang

memakaijilbab itu memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik (sempuma). Tetapi

dengan jilbab merupakan salah satu usaha untuk menuju kesempumaan dan

menciptakan akhlak yang luhur. Islam selalu menekankan umatnya untuk

membina diri dan jiwanya dalam hal kesiapan untuk melakukan perbuatan baik.

Seorang muslim harus siap untuk melakukan perbuatan-perbautan baik yang telah

ditentukan oleh ajaran. Karena itu, ajaran-ajaran Islam harus diaktualisasikan dan

disosialisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari di alam dunia ini.

Oleh karena itu sebagai wanita muslimah seharusnya bisa mempersepsi

dan mengapresiasikan jilbab secara kaffah, mulai dari esensi hingga fungsi jilbab

5 Al-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur'an, Departemen

(19)

dalam keseharian sebagai salah satu media perwujudan dan penampilan jati diri.

Jilbab berbeda dengan busana-busana lainnya, Ia bukan hanya layak untuk dipakai

di mana saja dan dalam kesempatan .serta suasana apa saja, namun juga sekaligus

menjadi pakaian ibadah. Selain itu juga, bagi mereka yang telah menyadari

kewajiban berbusana muslimah dan ingin mengikuti mode, tidak perlu risih karena ajaran Islam pada prinsipnya tidak menentukan mode pakaian muslimah

secara kaku. Islam hanya memberi paguan (standard) mengenai bagian tubuh

mana yang hams ditutupi secara baik. Ukuran, dan bentuk modenya terpulang

kepada kita untuk menatanya sebaik mungkin.

Ditengah-tengah situasi seperti ini terdapat Universitas seperti Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang mewajibkan mahasiswinya

mengenakan busana muslimah (jilbab) sebagai pakaian wajib di kampus. Busana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketakwaan seseorang kepada Allah SWT, sebagaimana Firman Allah SWT:

RMlャセ@

'-5

,

セ@

ZセQQ@

<..I'

,

er

G, , •

<-7r,

I', L..tJ

·<-·I::

ci'.'i

セ@

-;1'

·'tS

J

-.J

J

イMMセ@

r

<$

.J

fl

.

イMMセ@ Y

i

セ@

15"1

-,,.. ,,. ,.,. ,., ,.. ,...

-

,,..

(26 : Jl_r'l'I)

.0

I⦅スMGセ@

r

Gj;j

JJ1

」ZZNN^|ゥャセ@

セ@ RM{jセ@

セ@

,, ,, .,,,. ,,..

Hai anak Adam6, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepadamu Pakaian

untuk menutup aura/mu dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwd'. Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat. 8

Ayat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian yaitu:

I. Sebagai penutup aurat

6 Maksud anak adam adalah umat manusia 7

Pa/wian takwa maksudnya selalu bertaqwa kepada Allah SWT

(20)

6

2. Sebagai perhiasan untuk memperindah penampilan dihadapan allah SWT

dan sesama manusia.9

Dikaitkannya fungsi busana dalam ayat ini dengan busana takwa

(Libaasut-Taqwa)

menunjukkan bahwa antara keduanya (busana dan

ketakwaan) merupakan dua ha! yang tidak dapat dipisahkan, yang satu

menunjukkan yang lainnya. Jika seseorang telah bertaqwa kepada Allah SWT, maka akan memiliki rasa malu untuk membuka aurat jasmaninya.

Sebaliknya, orang yang tidak bertaqwa sama sekali tidak merasa malu dan

risih dalam memperlihatkan aurat jasmaninya itu. Sesungguhnya rasa malu itu sebagian dari iman. '"

Universitas atau lembaga pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Hal ini berarti bahwa tamatan suatu Universitas diharapkan dapat menjadi manusia Indonesia yang memiliki kualifikasi ahli baik secara akademis

maupun professional. Pendidikan Islam sebagai usaha untuk mempersiapkan

mahasiswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

Islam. Dan merupakan suatu proses pengembangan potensi kreativitas mahasiswa

untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa, dan agama.

9 M. Quraish Shihah,

Wawasan Al-Qur'an Tqfsir Maudhu'i Atas Pe/bagai Persoalan Umat. IBandung: Mizan. 1996\. cet-1

(21)

Mahasiswa sebagai salah satu komponen yang menentukan proses

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), merupakan individu yang sedang dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan. Dalam rangka pembinaan mahasiswa maka

kalangan mahasiswi sebagai pengguna jilbab tentunya merupakan suatu

komunitas yang juga mempunyai respon terhadap penggunaan jilbab itu, apalagi

mereka berada dibawah aturan Universitas yang mewajibkan penggunaan jilbab

sebagai kode etik mahasiswa tersebut seperti Universitas Islam Negeri (UIN)

SyarifHidayatullah Jakarta.

Tujuan diberlakukannya jilbab sebagai pakaian wajib di Universitas Islam

Negeri (UNIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah untuk terpeliharanya harkat dan martabat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

Universitas Islam, menjadikan sarjana Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta sebagai sarjana muslim yang berakhlak mulia.'' Selain itu

diberlakukannya jilbab sebagai kode etik mahasiswa di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta ini dianggap sebagai suatu usaha untuk mencoba

mengatur dan menanamkan kesopanan kepada mahasiswinya dan menjaga dirinya

dari kehinaan.'" Kemudian melalui jilbab, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta ingin menegakkan akhlak mulia kepada setiap mahasiswinya

melalui sistem dan cara yang preventif dalam mencegah timbulnya akhlak dan

moral yang rusak.'0

Namun ada kecenderungan bahwa temyata respon mahasiswi

terhadap penggunaan jilbab sebagai pakaian wajib di kampus. Walaupun di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak

11 Kode Etik Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarla,

···-co•>r u i3 A 2002. Bab II Pasal 3

12 Drs. K. H. Didin Hafidhuddin., M. Sc.,

Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema lnsani Press, 1998). Cel Ke-I. h. 179

13

(22)

8

Fakultas agama dan fakultas umum namun untuk mempermudah penulisan,

penulis memilih Fakultas Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan

Teknologi selain alasannya anjuran dari Bapak Wahidin Saputra dalam seminar

judul, penulis juga mempunyai banyak teman di fakultas tersebut. Respon

mahasiswi dari Fakultas Syariah dan Hukum tentunya berbeda dengan Fakultas

Sains Dan Teknologi.

Respon mereka itu sangat berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam

menggunakan jilbab, selain itu persoalan respon mereka, terutama bagi pendidik yang menginginkan mahasiswinya berjilbab secara baik dan benar. Hal ini

diperlukan sebagai masukan untuk bahan kajian, pertimbangan dan evaluasi

sebagai usaha agar mahasiswi muslimah dapat dibina lebih baik. Jika hal ini

berjalan dengan baik, maka dakwah Islam tentang berpakaian bagi mereka dapat pula berjalan dengan baik pula.

Respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Syariah Dan

Hukum dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri di Fakultas Sains Dan

Teknologi yang penulis teliti sebagai pengguna jilbab secara langsung sangatlah menentukan dalam penelitian ini. Pada satu sisi, mereka berada pada wilayah

aturan kampus, yang menjadikan jilbab sebagai pakaian formal kampus. Pada satu

sisi lain mereka berada pada wilayah di luar aturan kampus, yang menjadikan

jilbab bukan lagi pakaian formal namun ada juga sebagian dari mereka masih

menggunakan jilbab di luar kampus.

Dari sudut pandang dakwah, kenyataan ini memerlukan tindakan follow

up, agar kewajiban berjilbab melalui peraturan kampus itu tidak sebatas

(23)

mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk

menuju kearah itu, banyak hal yang harus direncanakan antara lain: respon

mahasiswi itu sendiri terhadap jilbab. Oleh kari:na itu dipandang perlu dan

menarik untuk meneliti penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus pada Fakultas Syariah Dan Hukum dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Melihat gambaran

diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi ini yaitu "RESPON

MAHASISWI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP PENGGUNAAN JILBAB

SEBAGAI PAKAIAN KAMPUS" (Studi Komparasi Autara Fakultas

Syariah dan Hukum Dengan Faknltas Sains dan Teknologi).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagai sebuah Universitas, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta yang memiliki banyak peraturan yang harus dipatuhi oleh

setiap mahasiswanya, salah satu peraturan yang harus dipatuhi yaitu pemakaian jilbab yang diberlakukan kepada setiap mahasiswinya. Persoalan penggunaan

jilbab sebagai pakaian kampus sebetulnya terkait dengan banyak ha!. Namun demikian bagi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang

berlatar belakang Islam, jilbab itu termasuk Jangkah dan kebijakan yang normatif.

Kebijakan itu dilaksanakan, terutama kepada setiap mahasiswi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tanpa membedakan Jatar belakang

pendidikannya baik itu dari Sekolah Menengah Umum (SMU) maupun dari

Madrasah Aliyah (MA) dan Pesantren. Kebijakan itu diberlakukan untuk semua

(24)

JO

pandangan kritis terhadap aturan normatif (kewajiban memakai jilbab) dari

sebagian mahasiswi maka berbagai respon pun pasti akan muncul.

Sejalan _dengan latar belakang di atas, maka masalah dalam skripsi ini

dibatasi pada respon mahasiswinya saja.

Selanjutnya, berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka pokok

persoalan dalam skripsi ini dapat dirumuskan menjadi,

"Bagaimana respon

Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatu//ah Jakarta di

Fakultas Syariah dan Hukum Dan Faku/tas Sains Dan Tekno/ogi tentang

penggunaan ji/bab sebagai pakaian kampus".

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai oleh penulis adalah:

l. Untuk mengetahui respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) terhadap pemakaian jilbab sebagai pakaian kampus, yang meliputi:

a. Pemahaman jilbab yang melekat dihati para mahasiswi Universitas

Islam Negeri (UIN) baik di Fakultas Syariah dan Hukum maupun

Fakultas Sains dan Teknologi

b. Persamaan dan perbedaan dalam respon mahasiswi Universitas Islam

(25)

2. Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis antara

lain:

a. Manfaat Akademis

Dapat dijadikan tambahan referensi dan sebagai studi perbandingan

studi·studi selanjutnya serta menambah informasi tentang kajian

masalah jilbab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada khususnya.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan dapat menarik peneliti yang lain, khususnya dikalangan mahasiswa untuk mengembangkan

penelitian ini selanjutnya tentang masalah yang serupa. Dan dapat

mengambil langkah-langkah yang mudah dalam melakukan kegiatan dakwah melalui peraturan kampus ataupun busana muslimah.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian'" skripsi ini menggunakan metode kuantitatif

komparatif dengan cara rnengolah data penelitian kornparasi, sebagaimana penjelasan Aswami Sudjud'·3, bahwa di dalam penelitian kornparasi akan

rnenemukan persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,

tentang ide-ide, tentang pandangan, tentang respon, tentang kritik dan

lain-14 Metodologi penelitian adalah salah satu fol.'tor yang sangat penting dalam setiap

MNセァイョエ。ョ@ 1imiah. Karena dengan metode diharapkan dapat berbuat lebih eermat dan teratur dalarn

bekerja, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Metode berarti prosedur pencarian data meliputi penentuan populasi, sampling, penjelasan konsep dan pengukurannya, cara-cara pengumpulan data, dan teknik analisisnya .

., Aswarni Sudjud, dan DR. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

(26)

12

lain. Sedangkan pendapat Van Delen'" tentang penelitian komparatif yaitu

ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat

penyebab-penyebabnya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan penelitian

komparasi berdasarkan penjelesan Aswami Sudjud yang menjelaskan dalam

penelitian komparasi ini akan menemukan perbedaan tentang respon atau

tentang pandangan, dimana subjeknya adalah Mahasiswi Fakultas Syariah

dan Hukum dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi yang

memiliki karakteristik yang dipandang perlu untuk dikaji lebih mendalam.

Adapun objeknya adalah Respon Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum

dengan Mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam penulisan ini,

penulis membandingkan (komparasi) respon mahasiswi Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penggunaan jilbab

sebagai pakaian kampus antara Fakultas Syariah Dan Hukum dengan

Fakultas Sains Dan Teknologi.

2. Teknik Pengumpulan Data

Alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dari Fakultas Syariah

dan Hukum dan Fakultas Sains dan Teknologi, yang berhubungan dengan

respon mahasiswinya adalah:

a. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek

penelitian (respon mahasiswi). Sedangkan sampel adalah sebagian atau

(27)

wakil populasi yang diteliti. Dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu:;;

Menurut Suharsimi Arikunto, "Apabila subjek kurang oan 1 vu orru•!'·

lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidaknya dari segi waktu, tenaga, dan dana".

Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini diambil sampel sebesar I 0% dari jumlah populasi 700 orang dari Fakultas Syariah dan Huknm, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 responden, dan

angket yang terkumpul dari Fakultas Syariah Dan Hukum sebanyak 70

responden. Sedangkan dari Fakultas Sains dan Teknologi sebesar I 0%

dari jumlah populasi 500 orang, jadi sampel dalam penelitian ini

sebanyak 50 responden, namun angket yang terkumpul hanya

sebanyak 36 responden. Hal ini dikarenakan angket yang disebarkan ada yang error seperti angket hilang, responden tidak menjawab dengan sungguh-sungguh, responden hanya meajawab beberapa dari

pertanyaan saja dan adapula responden yang meninggalkan angket

begitu saja tanpa mengisi jawaban satupun. Walaupun di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat banyak Fakultas Agama dan Fakultas Non Agama (Umum) namun untuk

mempenuudah penelitian, penulis memilih Fakultas Syariah Dan

Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi dengan alasan sebagai

berikut

17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pene/itian Suatu Pendekatan Praktis, (Bina Aksara;

(28)

14

I. Fakultas Tarbiyah adalah sebuah fakultas keguruan yang

lulusannya akan menjadi seorang guru. Secara otomatis guru adalah cerminan muridnya. Maka Fakultas Tarbiyah sudah tentu

tahu akan etika berpakaian seorang guru.

2. Penulis tidak tertarik untuk meneliti Fakultas Adah Dan

Humaniora

3. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi adalah fakultas penulis. Dalam penelitian komparasi penulis dilarang untuk membandingkan

fakultasnya sendiri.

4. Fakultas Ekonomi bila dilihat dengan kasat mata sudah banyak yang mengenakan jilbab secara benar.

5. Fakultas Kedokteran saat ini masih sedikit jumlah mahasiswinya

dalam penelitian kuantitatif yang peneliti gunakan haruslah jumlah populasinya lebih dari 100 orang.

b. Angket

Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan

angket sebagai alat untuk mengumpulkan data yang diberikan kepada

responden dengan menggunakan teknik acak sederhana (Simple

Random Sampling). Teknik acak sederhana adalah teknik penarikan

sampel yang paling mudah dilakukan. Teknik ini dapat dipakai jika

populasi dari suatu penetitian homogen dan tidak terlalu banyak

jumlahnya.'3 Dalam teknik ini penulis menyebarkan angket secara acak yaitu disebarkan kepada sampel tidak berdasarkan tingkat

18 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah., Metode Penelitian KuantitatifTeori Dan

(29)

semester maupun jurusan dengan catatan sampel yang diambil adalah

mahasiswi yang berasal dari fakultas yang penulis teliti yaitu Fakultas

Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi. Angket

adalah alat pengumpul data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi dan dijawab responden, yaitu Mahasiswi Universitas Islam

Negeri (UIN} Syarif Hidayatullah Jakarta Faknltas Syariah Dan Hukum dan Fakultas Sains Dan Teknologi. Ciri khas angket terletak

pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun

dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang. i> Bentuk angket yang penulis gunakan

adalah angket tertutup yaitu altematif jawaban yang telah disediakan

oleh penulis, karena dengan angket tertutup lebih mudah diambil kesimpulan dan dihitung prosentasinya dibandingkan dengan angket terbuka.

c. Observasi

Untuk memperoleh informasi mengenai respon mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Syariah dan Hukum

dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan Teknologi yaitu penulis melakukan pengamatan langsung untuk

memperoleh data yang diperlukan.20

oal. 2

19 Faisal. S., Dasar Dan Tehknik Penyusunan Angket, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981)

20 Winarno Surahmad,

Dasar-Dasar Tehknik Pene/itian, (Bandung: CV. Tarsita, 1989)

(30)

17

a. Edit, yaitu memeriksa jawaban-:jawaban responden dari Fakultas

Syariah Dan Hukum Dengan Fakultas Sains Dan Teknologi untuk

diteliti, ditelaah untuk memperoleh data yang benar-benar sempuma.

b. Tabulasi, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden yang

diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan

tema-tema di bah IV, kemudian dicari frekuensi dan prosentasenya untuk dianalisa.

c. Analisa yaitu menjelaskan data-data kuantitatif dari tabel tersebut yang

telah dihitung prosentasenya ke dalam bentuk verbal (kata-kata)

sehingga prosentasenya lebih dapat dimengerti.

3. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan di analisis menggunakan analisis data

kuantitatif komparasi, yaitu cara mengolah data dengan menjabarkan,

menerangkan, memberikan gambaran dan mengklasifikasikan serta

menginterpretasikan data yang terkumpul apa adanya terlebih dahulu dari

kedua objek yang diteliti, kemudian membandingkan dari data yang

terkumpul tentang bagaimana respon mahasiswi Universitas Islam Negeri

(VIN) di Fakultas Syariah dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi, setelah dibandingkan tahap terakhir adalah menarik

kesimpulan atas permasalahan yang berkaitan dengan hal tersebut dengan

(31)

diproses beberapa cara, antara lain dengan prosentasi yaitu dengan

rumus.23

_, =

.::__"I 00%

N

Keterangan: P: Prosentase

F: Frekuensi

N: Jumlah Responden

Penulis menjelaskan perbandingan respon mahasiswi Universitas Islam

Negeri (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta di Fakultas Syariah dan Hukum

dengan respon mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Fakultas Sains dan Teknologi tentang

penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus dengan menggunakan

hipotesis komparatif .24

Rumusan hipotesisnya adalah

HO

=

Terdapat perbedaan respon antara mahasiswi Fakultas Syariah dan

Hukum dengan mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi terhadap penggunaan jilbab sebagai pakaian kampus.

HI = Tidak terdapat perbedaan respon antara mahasiswi F akultas Syariah

dan Hukum dengan Fakultas Sains dan Teknologi terhadap

penggunaanjilbab sebagai pakaian kampus.25

Dalam penelitian ini menggunakan diantaranya ada dua variabel yaitu ··'ariabel Terikat (x) antara lain mengenai : Respon mahasiswi tersebut

23 Bambang Setiawan Dan Ahmad Muntaha, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), cet. Ke-I, h. 7-12

24

Hipotesis Komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai sementara dalam satu variabel atau lcbih pada sampel yang berbeda.

(32)

19

baik pengetahuan agamanya, kenyamanan dalam berjilbab, keindahan

serta life style. Dan Variabel Bebas (y) antara lain mengenai : Sosialisasi 、セイゥ@ pihak kampus serta sikap para dewan dosen di kampusnya.

E. Sistematika

Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, penulis mengemukakan tentang latar belakang

permasalahan dari penulisan skripsi ini. Selain itu, juga dikemukakan pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS, dalam bab ini akan diuraikan tentang

Pengertian Respon, Pengertian Jilbab, Syarat-Syarat Jilbab Dan Dalil-Dalil Al-Qur'an Tentang Jilbab, Dan Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam Serta Batas-Batas Aurat Laki-Laki Dan Perempuan.

BAB ill GAMBARAN UMUM, dalam bab ini akan dibahas tentag Sejarah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Visi dan Misi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sejarah Fakultas Syariah

dan Hukum, Visi Dan Misi Fakultas Syariah Dan Hukum, Tujuan Fakultas

Syariah Dan Hukum, Sejarah Fakultas Sains dan Tekuologi, Visi Dan Misi

Fakultas Sains dan Tekuologi, Tujuan Fakultas Sains Dan Teknologi.

BAB IV ANALISIS DATA, dalam bab ini akan dibahas tentang data

Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Syariah dan Hukum dengan

data Respon Mahasiswi Universitas Islam Negeri Fakultas Sains dan Teknologi,

(33)

BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan

(34)

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Respon

Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa "respon adalah

reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat

otonomis seperti refleks dari reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat

terkendali."1

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa "respon adalah

tanggapan, reaksi, jawaban, terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi!

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon adalah

tanggapan atau; reaksL' Menurut Poerwadinata, respon diartikan sebagai

tanggapan reaksi dan jawaban.4 Respon akan muncul dari penerimaan pesan

setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Sedangkan menurut Ahmad Subandi, mengemukakan respon dengan istilah

umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam

menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.5 Dengan adanya respon yang disampaikan oleh objek dakwah (jamaah) kepada subjek dakwah (da'i) atau dari

komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam

sebuah proses berdakwah atau proses komunikasi.

1 Save D. Dagun, Kan1us Besar i!mu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Dan

Kebudayaan Nusan!ara, 1997), Cet. Ke-I, h. 964

2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), cdisi kc-2. h.838

3 Peter Salim dan Ycnny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: English Modern Press, 1991), h. 1268

4

Poerwadinata, Psiko/ogi Komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cct. Jll, h.43

'Ahmad Subandi, I/mu Dakwah Kearah Metodologi (Bandung: Yayasan Syahida, 1995),

(35)

Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori

komunikasi, karena respon merupakan timbal batik dari apa yang

dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi.

Komunikasi menampakkan jalinan sistem utuh yang signifikan, sehingga proses

komunikasinya akan berjalan secara efektif clan efisien apabila unsur-unsur di

dalamnya terdapat keteraturan. 6

Dalam komunikasi massa, ada beberapa model atau teori diantaranya teori

respon. Respon merupakan modal dasar atau sangat sederhana dari komunikasi

yang menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi dan reaksi. Teori ini

dipengaruhi oleh disiplin psikologi aliran behavioristik yang menggambarkan

hubungan stimulus-respon-asumsi. Dari teori bahwa stimulus yang berupa

kata-kata verbal, isyarat, non verbal, gambar, tindakan tertentu akan merangsang orang

lain untuk memberikan respon-respon dengan cara-cara tertentu, proses

pemindahan atau pertukaran infonnasi ini bersifat timbal batik dan mempunyai

banyak efek. 7

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven. M. Chaffe, respon dapat

dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

I. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan

dan infonnasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya

perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai

seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul bila ada perubahan pada apa

yang disenangi khalayak ternaoap sesuaTu

" Onong Uchana Effendi, I/mu Komunikasi : Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Rosdakarya, 1999), cet. Ke-12, h. 18

7

(36)

22

3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata, yang meliputi

tindakan atau kebiasaan. 8

Jadi antara respon, tanggapan ataupun jawaban muncul disebabkan oleh

karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap khalayak tentu akan muncul sebagai

respon atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, dengar, atau rasakan.

Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang

didapat dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari

pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi, Abu Ahmadi menjelaskan arti

tanggapan sebagai berikut: tanggapan sebagai salah satu fi.mgsi jiwa yang pokok,

dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja, peristiwa tersebut sebagai

tanggapan.9

B. Pengertian Jilbab

Dalam bahasa inggris, istilah Veil (sebagaimana varian Eropa lain-nya, misalnya Voile dalam bahasa Prancis) biasa dipakai untuk merujuk pada penutup

tradisional kepala, wajah, (mata, hidung, atau mulut), atau tubuh wanita Timur Tengah Dan Asia Selatan.10 Sebagai kata benda, Veil berasal dari kata latin Vela,

bentuk jamak dari Velum. Makna leksikal yang dikandung kata ini adalah

8

Jalaluddin Rakhmat, Psiko/ogi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), ''.. l!8

9

Abu Ahmadi, Psiko/ogi Be/ajar, (Jakarta: reneka Cipta, 1992), cet III, h. 64

(37)

"penutup", dalam arti "menutupi" atau "menyembunyikan atau menyamarkan".

Sebagai kata benda, kata ini digunakan untuk empat ungkapan:

(l) Kain panjang yang dipakai wanita untuk menutup kepala, bahu, dan kadang-kadang muka;

(2) Rajutan panjang yang ditempelkan pada topi atau tutup kepala wanita, yang

dipakai untuk memperindah atau melindungi kepala dan wajah;

(3) a. Bagian tutup kepala biarawati yang melingkari wajah terns ke bawah sampai

menutupi bahu,

b. Kehidupan atau sumpah biarawati; dan

( 4) Secarik tekstil tipis yang digantung untuk memisahkan atau menyembunyikan

sesuatu yang ada dibaliknya; sebuah gorden. 1'

Secara ringkas, beragam makna yang diterapkan dalam berbagai referensi

umum untuk istilah Veil meliputi empat dimensi: material, ruang, komunikatif,

dan religius. Dimensi material berisi pakaian dan omamen-omamen seperti jilbab

dalam arti bagian dari pakaian yang menutupi kepala, bahu dan wajah; atau dalam

arti hiasan yang menutup topi dan menggantung di depan mata. Dalam

penggunaan ini, Veil tidak saja menutupi, tapi terns memanjang sampai kepala

dan bahu. Dimensi ruang mengartikan Veil sebagai layar yang membagi ruang

secara fisik, sedangkan dimensi komunikatif menekankan makna penyembunyian

dan ketidaktampakkan.

Kata Veil dalam dimensi religius bermakna pengasingan diri dari

kehidupan dunia dan kebutuhan seksual (tidak kawin), sebagaimana kehidupan

atau sumpah para biarawati.

(38)

24

Secara etimologis, kata jilbab berasal dari bahasa arab yang jamaknya

Jalaabib HセI@ artinya pakaian yang lapang atau luas. Yang tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al Ahzab Ayat 59.12

Artinya: Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.

Para ulama telah merumuskan ruang lingkup dan batasan-batasan tentang makna jilbab tersebut. Sehingga terdapatlah beraneka wama definisi.

Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita

kecuali muka dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan saja yang

ditampakan.13

Kitab Almunjid mengartikan jilbab sebagai baju atau pakaian yang lebar.

Dalam kitab Al-Mufradat, karya Faghib Isfahani, disebutkan bahwa jilbab adalah baju dan kerudung. Kitab Al-Qamus menyatakan jilbab sebagai pakaian luar yang

lebar, sekaligus kerudung yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutupi

pakaian (dalam) mereka. Kitab Lisanul Arab menjelaskan jilbab sebagai jenis

pakaian yang lebih besar ketimbang sekedar kerudung dan lebih kecil ketimbang

selendang besar (rida') yang biasa dipakai kaum wanita untuk menutup kepala dan

dada mereka.14

12 AI-Qur'an Dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci AI-Qur'an, Departemen Agama Republik Indonesia, Pelita II 1977/1978, PT. Bumi Restu, h. 678

13 Mulhandy Ibn. Haj. Kusuma. Yadi dan Amir Taufik, 61 TatTya Jawab Tentang Ji/bah (Yogyakarta: Penerbit Semesta. 2003), cet ke I-Vil, ha! 5

14 Husein Shahab, Ji/bab Menunit Al-Qur'an Dan As-S1mnah, (Bandung: Mizan, 1988),

(39)

Jilbab pengertiannya adalah baju wanita yang berukuran panjang. Oleh

Ibnu Mas'ud dan orang yang sejalan dengan pendapatnya, menyebut pakaian itu sebagai Ar'rida (mantel atau jubah). Oleh kaum awam pakaian itu disebut A!-Izar,

yaitu jenis busana longgar yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala hingga

semua badan.15

Ada dua jenis penutup kepala yang biasa dikenakan kaum wanita pada

masa turunnya Al-Qur'an. Pertama, penutup kepala yang berukuran kecil biasanya

disebut kemdung dan dipakai di dalam mmah, kemdung adalah bahasa Indonesia

yang bahasa arabnya khimaar (,1.>-) jamaknya khumur yang berarti tutup atau

tudung yang menutup kepala, Leher sampai dada wanita. '6

Kedua, jenis penutup kepala yang bemkuran lebih besar sehingga juga menutupi bagian-bagian tubuh

lainnya, biasa dipakai ketika keluar rumah

Hijab berasal dari bahasa arab ( yk-) artinya sama dengan tabir atau

dinding atau penutup. Pengertian yang dimaksud dari hijab atau tabir disini adalah

tirai penutup atau sesuatu yang memisahkan atau membatasi baik bempa tembok,

korden, kain.

Bisa dilihat, para ahli tafsir tidak sepakat dalam semua ha! mengenai arti

perkataan jilbab ini. Tapi yang pasti mereka semua sepakat bahwa jilbab

mempunyai arti pakaian yang longgar, dan luas dan menutupi kepala dan dada.

15

Syaikh lbnu Taimiyah dkk, Ji/bab Dan Cadar Dalam Al-Qur'an Dan As-Sunnah,

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), cet. ke-1. h. "

(40)

26

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan jilbab itu pakaian panjang dan longgar yang terdiri atas baju panjang dan kerudung yang

menutup badan kecuali muka dan telapak tangan. Apabila telah memakai jilbab

maka kewajiban berkerudung telah terpenuhi, karena jilbab itu sudah cukup

memenuhi syarat tertutupnya aurat wanita. Namun demikian bukan berarti kewajiban itu menghilangkan kewajiban berkerudung (ber-khimaar), melainkan

menutup kewajiban berkerudung. Kalau jilbab sudah dipakai maka di dalarnnya

sudah mencangkup kewajiban berkerudung tetapi bukan sebaliknya. Akhimya

perlu dikemukakan bahwa hukum wajib menutup aurat {mengenakan jilbab) ゥョセ@ berlaku bagi wanita yang rnasih muda, yakni yang telah tiba masa haidnya, hingga

masa terhentinya haid. Wanita yang telah melampaui rnasa ini, mendapatkan

keringanan hukum, '7 sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 60.18 Adapun mengenai maksud jilbab sebagai pakaian kampus ini pada hakekatnya jilbab tersebut sebagai penutup kepala sekaligus penutup tubuh

(aurat), dan pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini sudah menerapkan dalam berpakaian muslimah contohnya untuk mahasiswi

mengenakan blus lengan panjang, rok panjang, celana panjang (baik jeans

maupun bahan), kaos kaki, manset, serta berbagai jenis jilbab yang disesuaikan

dengan wama pakaiannya dan dipakainya pun setiap hari tanpa terkecuali dan jilbab tersebut memang sudah menjadi peraturan yang harus ditaati oleh setiap

mahasiswi.

17 Husein Shahab,

Ji/bah Menurut Al-Qur 'an Dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988),

cet Ke-•

(41)

C. Jilbab Menurut Konsep Budaya

Ada lima pola tardisi kultural yang berbeda di mana jilbab

dan

perliku

jilbab mempunyai fungsi dan maknanya masing-masing.1' Pola-pola tersebut

adalah

(I). Komplementer, sebagaimana di Sumeria (2). Eksklusif, sebagaimana di Persia-Mesopotamia

(3 ). Egalitarian, sebagaimana di Mesir

(4). Hierarkis, sebagaimana dalam kebudayaan Hellenis

(5). Seklusionaris, sebagaimana dalam kebudayaan Bizantium.

Banyak umat Islam yang berpendapat bahwa apapun justifikasi terhadap

purdah (cadar) di masa lalu, hal itu tidak mempunyai relevansi sama sekali dengan

zaman modern. Kalangan umat Islam ortodoks, khususnya ulama, di sisi yang lain

menganggap cadar bagi perempuan sebagai kebutuhan yang absolut, dan menjalankannya dengan semua kekuatan yang bisa dilakukan.

Dengan demikian, bila dilihat di negara-negara seperti Arab Saudi,

perempuan jika pergi tanpa cadar dapat diberi hukuman yang berat. Di Iran,

perempuan juga harus memakai chador, yakni pakaian yang panjang dan longgar untuk menutupi kepala dan ambin yang memotong bagian tubuh atas, atau paling

tidak selendang yang dipakai untuk menutupi kepala.20

Di beberapa negara Arab yang lain, berbagai tipe cadar dipakai oleh

perempuan. Sebagian menutupi seluruh wajah bersama kepala, dan yang terbuka

hanyalah mata mereka ( dipakai oleh perempuan Arab tradisional) dan

membiarkan beberapa bagian dari wajah dan mata mereka terbuka. Mesk1pur,

19 Fadwa El Guindi, JILBAB Antara Kesalehan. Kesopanan, Dan Perlawanan, (Jakarta: Serambi llmu Semesta 2003) Cet ke·l, h. 42

20

(42)

29

begitu tidak ada praktik yang sama dalam masalah cadar di negara-negara Arab.

Misalnya, di negara-negara seperti Aljazair, Mesir, Tunisia, Maroko, Dan Irak,

orang akan menemukan pemakaian cadar yang ketat di kalangan perempuan desa

yang tradisional, bersama dengan perempuan kota yang berpakaian sangat

modem. Di Pakistan orang juga akan menemukan perempuan yang telah

terbaratkan bersama perempuan yang memakai kain burqa tradisional. Di India

juga tidak banyak berbeda. Dalam sebuah negara sekular, memakai cadar tidak

bisa dipaksakan. Ini adalah tindakan yang mumi sukarela sebagai bagian dari

perempuan muslim.2'

Di negara-negara Islam Asia Tenggara, keadaannya sangat berbeda.

Secara tradisional, tidak ada sama sekali pemakaian cadar Islam di kalangan

mereka. Hanya setelah revolusi Iran, sebagian perempuan mulai memakai chadar.

Dengan demikian orang akan sulit melihat seperti burqa atau hijab di Indonesia

dan Malaysia sebagaimana yang ditemukan di negara-negara atau masyarakat

islam lainnya. Hanya sedikit perempuan sekarang yang dapat dilihat memakai

chador di wilayah urban.

Oleh karena itu, akan terlihat pemakaian cadar lebih merupakan sebuah

praktik sosio kultural daripada mumi keagamaan. Sekalipun begitu, alasan

keagamaan yang berpihak kepada pemakaian cadar terus berlangsung secara

dahsyat. Oleh karena itu sama pentingnya untuk mengetahui posisi Al-Qur'an.

Kalangan muslim tradisional selalu beralasan bahwa memakai cadar adalah

perintah Al-Qur'an dan perempuan yang tidak memakai cadar bersalah karena

(43)

melakukan pelanggaran yang serius terhadap hukum islam.2:. Selanjutnya lihat

konsep jilbab menurut syariat islam yang tertuang dalam surat An-nur ayat 31.

D. Konsep Jilbab Menurut Syariat Islam

Sejak awal dikenal, busana berfungsi untuk menutupi tubuh (aurat). Dalam

surat Al 'Araf ayat 26 dijelaskan bahwa busana tidak hanya berfimgsi sebagai

penutup tubuh akan tetapi busana yang dapat menutupi aurat. Aurat dalam istilah

syariat diartikan sebagai bagian tubuh yang wajib ditutup. Islam telah menetapkan

batas-batas aurat laki-laki dan batas-batas aurat perempuan yaitu: I. Batas-Batas Aurat Laki-Laki

Islam telah menetapkan aurat laki-laki antara pusat sampai lutut. Mereka diperintahkan untuk tidak membuka aurat dihadapan orang lain.

2. Batas-Batas Aurat Wanita.

Batas-batas aurat wanita lebih luas ketimbang aurat laki-laki. Setiap wanita

diwajibkan menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak

tangannya dari pandangan lelaki bukan muhrim2'.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh tubuhnya kecuali muka dan kedua telapak tangannya adalah aurat yang wajib ditutupi. Mereka

dilarang menampakkan auratnya tersebut. Kecuali didalam lingkungan

orang-orang tertentu.

Sebagaimana tercantum dalam surat An-Nur ayat 31.24

22 Ibid, h. 85

-' !-!usein Shahab, JILBAB Menun11 Al-Qur'an dan As-Sunnah, (Bandung: Mizan, 1988) eel ke-1, ha!

(44)

31

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita is/am, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang be/um mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung. (An-Nur : 31)

Ciri-Ciri Penutup Tubuh Wanita Mennrut Al-Qnr'anul Karim

Ciri-ciri penutup tubuh wanita disebutkan di dalam al-qur'an dalam dua surat,

yaitu surat al-ahzab dan surat an-nur.

1. Ciri pertama (menurnt surat Al-Abzab):

Kekhnsnsan hijab untuk istri-istri Nabi saw.

Hijab yang disebutkan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Ahzab Ayat 53 yaitu,

memiliki dua bentuk. Bentuk asli di dalam rumah, yaitu berbicara dengan

laki-laki lain dari belakang tirai, dan bentuk cabang di luar rumah, yaitu menutup

(45)

2. Ciri kedua (menurut surat Al-Ahzab)

Kewajibau membedakan penutup tubuh wanita merdeka dari wanita

budak.

Ada beberapa penjelasan dari beberapa kitab tafsir mengenai surat Al-Ahzab

Ayat 59 mengenai penutup tubuh wanita merdeka dan penutup tubuh wanita

budak, yaitu:

a. Jami'ul Bayau Oleh Ath-Thabari

Para ahli takwil berbeda pendapat mengenai sifat idna' (mengulurkan

jilbab) yang diperintahkan Allah kepada para muslimah. Sebagian mengatakan bahwa hendaklah mereka menutup wajah dan kepala mereka,

dan tidak menampakkannya kecuali satu mata. Dan yang lain lagi

mengatakan bahwa mereka diperintahkan untuk mengikatkan jilbab mereka pada dahi.

b. Al-Wajiiz Tafsiril Qur'anil 'Aziz Oleh Wahidi.

" ... mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka ... ", artinya

melabuhkan selendang mereka dan selimut mereka agar diketahui bahwa

mereka adalah wanita-wanita merdeka. c. Al-Kasysyaf Oleh Az-Zamakhsyari.

Jilbab adalah pakaian yang lebih luas daripada kerudung tetapi lebih

sempit daripada selendang. Jilbab dililitkan di kepala wanita dan dibiarkannya apa yang diulurkannya ke dadanya.

(46)

33

Jilbab adalah pakaian yang lebih besar daripada kerudung. Diriwiyatkan

dari Ibnu Abbas r.a.dan Ibnu Mas'ud r.a. bahwa jilbab adalah rida'

(selendang).

e. Zadul Maser Oleh Ibnul Jauzi

Ibnu Qutaibah berkata mereka mengenakan selendang dan yang lain

mengatakan mereka menutup kepala dan wajah mereka.

f. Al-Bahrul Muhith Oleh lbnu Hayyan

Mereka menutupi dengan selendang yang meliputi mereka. Yang

dimaksud di sini ialah mengulurkan.

g. As-Sirajul Munir Oleh Al-Khathib Asy-Syarbini

Al-Khalil berkata, segala sesuatu yang dipergunakan untuk menutupi, baik

yang berupa pakaian luar, pakaian dalam, dan pakaian yang digunakan

untuk menutupi adalahjilbab, dan semua itu sah saja dimaksudkan disini.

Jika yang dimaksud adalah qamis (baju paajang) maka menutup tubuh dan

kedua kaki. Apabila yang ditutupi kepala maka menutup wajah dan leher.

Jika dimaksud selimut atau kerudung maka yang ditutup adalah wajah dan

kedua tangan.

h. Fathul Qadir Oleh Asy-Syaukani

Dari pendapat-pendapat para ahli tafsir dapat disimpulkan bahwa

mengulurkan jilbab itu mengandung banyak keadaan. Pertama,

mengulurkannya ke wajah dan menampakkan satu mata. Kedua,

mengulurkannya hingga kening. Ketiga, mengulurkannya ke wajah dan

menampakkan kedua mata. Keempat, mengulurkan selendang dan selimut.

(47)

mereka miliki. Keenam, menutup kepala dengan selimut mereka yang

meliputi tubuh mereka. Ketujuh, jilbab itu qamis (baju panjang) maka

menutup tubuh hingga kedua kakinya. Kedelapan, jilbab itu _sesuatu yang

menutup kepala maka mengulurkannya menutup wajah dan lehemya.

Kesembilan, jilbab itu sesuatu yang menutup pakaian maka memanjangkan dan meluaskannya yang sekira menutup tubuhnya dan

pakaiannya. Kesepuluh, jilbab itu lebih kecil daripada selimut, maka

mengulurkannya ialah menutup wajah dan kedua tangan.25 3. Ciri ketiga (dari surat An-Nuur):

Batasan ukuran perhiasan yang boleh ditampakkan wauita kepada

laki-laki yang hnkan mahram.

"kecuali apa yang biasa tampak daripadanya" (An-Nuur 31)

Dalam hal ini terdapat tujuh macam pendapat. Pertama, bahwa perhiasan luar (yang boleh ditampakkan) itu adalah pakaian. Dengan demikian diriwayatkan

oleh Abu! Ahwash dari Ibnu Mas'ud, dan dalam lafal lain Ibnu Mas'ud

berkata, ''yaitu selendang''. Kedua, yaitu telapak tangan, cincin dan wajah.

Ketiga, celak dan cincin. Keduanya (pendapat kedua dan ketiga) diriwayatkan oleh Sa'id Bin Jubair dari Ibnu Abbas. Keempat, yaitu gelang, cincin, dan

celak. Demikian pendapat Al-Miswar bin Makhramah. Kelima, yaitu celak,

cincin dan pewama, demikian pendapat Mujahid. Keenam, cincin dan gelang

demikian pendapat Al-Hasan. Ketujuh, wajah dan kedua telapak tangan demikian pendapat Adh-Dhahhak.

4. Ciri keempat (dari surat An-Nuur):

(48)

35

Wanita diperintahkan menntnp leher dan dada dengan njung kerudung.

Seluruh perhiasan biasanya tampak dengan menutup badannya dengan

kerudung dan baju wanita ケ。セァ@ sempuma. Kemudian turun firman Allah,"dan hendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke dada mereka", agar si

wanita menutupkan kerudungnya ke telinga, kuduk, dan leher, sehingga

dengan demikian sempitlah lapangan perhiasan lahir, dan penampakkannya

hanya terbatas pada apa yang ada pada wajah dan kedua tangan saja,

disamping pakaian, tidak lebih dari itu.

5. Ciri kelima (dari surat An-Nuur)

Kepada siapakah wanita menampakkan perhiasan batinnya?

Surat An-Nuur ayat 31 menjelaskan bahwa perhiasan batin wanita selain

wajah dan kedua telapak tangan dengan perhiasannya, tidak boleh

ditampakkan kecuali kepada orang-orang tertentu saja.

6. Ciri keenam (dari surat An-Nunr)

Menyembunyikan perhiasan kedua betis.

"Ummu Salamah, Istri Nabi saw, berkata kepada Rasulullah saw, ketika beliau

menyebut izar (sarong), "Maka bagaimana dengan wanita, wahai Rasulullah?"

beliau menjawab, "Mengulurkannya sejengkal." Ummu Salamah berkata,

"Kalau begitu, terbukalah auratnya. "Beliau bersabda, "Maka sehasta, tidak

lebih dari itu." (HR. Abu Daud).26

26

Shahih Sunan Abu Daucl, hadits nomor 3467. Hadits ini mempunyai empat riwayat, yang

satu dalam Shahih Sunan Abi Daud, yang dua buah dalam Shahih Sunan Nasai, hadits nomor

(49)

Hadits ini menunjukkan dilarangnya menampakkan betis a

Gambar

Table 14: Yang Menetapkan Jilbab Sebagai Pakaian Kampus ...............................
GAMBARAN UMUM
Tabel I Pendidikan Terakhir Responden Sebelum Kuliah
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait