• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERADABAN DUNIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERADABAN DUNIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERADABAN DUNIA

(BELAJAR PERAN DAN FUNGSI DARI FILSAFAT) Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu pertemuan kedelapan,

Kamis, 05 November 2015 Direfleksikan oleh

Vivi Nurvitasari, 15701251012,

S2 Prodi PEP Kelas B Universitas Negeri Yogyakarta

http://vivinurvitasari.blogspot.co.id/2015/11/belajar-peran-dan-fungsi-dari-filsafat.html

Diperbaiki oleh Marsigit

Bismillahirahmanirrahim

Assala u’alaiku , Wr. Wb.

Petemuan kuliah Filsafat Ilmu yang dilaksanakan pada tanggal 05 November 2015 jam 07.30 sampai dengan 09.10 diruang 306A gedung lama Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Prodi Pendidikan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan kelas B dengan dosen pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. Sistem perkuliahan pada minggu ini berbeda dengan pertemuan sebelumnya karena

pada perte ua kali i i Pak Marsigit e berika pe jelasa te ta g Pera da

Fungsi Filsafat dari Awal Zama sa pai Akhir Za a .

Berikut adalah hasil refleksi dari materi yang telah disampaikan oleh Pak Marsigit pada pertemuan ke delapan :

(2)

bersifat tetap, buktinya sejak lahir sampai sekarang sampai mati pun manusia tetap ciptaan Tuhan.

Dunia jika hanya thesis saja baru separuhnya dunia dan itu tidak sehat dan juga tidak harmonis. Supaya sehat dan harmonis adanya interaksi antara yang tetap dan yang berubah. Misalkan saja namanya Pak Marsigit, walapun ada tambahan Prof.; Dr.; M.A tetap saja namanya Pak Marsigit. Maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara yang tetap dan yang berubah. Yang tetap itu tokohnya Permenides. Yang berubah itu tokohnya Heraclitus. Yang tetap itu bersifat idealis, dan yang berubah itu bersifat realis. Yang ideal tokohnya Plato. Yang realis tokohnya Aristoteles. Tetap-ideal itu ternyata salah satu sifat dari pikiran, sedangkan berubah-realis ternyata salah satu sifat dari pengalaman. Pikiran menghasilkan aksioma, pengalaman menghasilkan kenyataan.

Benarnya yang tetap, benarnya yang ideal, benarnya aksioma itu konsisten atau koheren, sedangkan benarnya yang berubah, benarnya kenyataan, benarnya pengalaman itu adalah korespodensi. Yang konsisten atau koheren tersebut merupakan matematika sebagai ilmu untuk orang dewasa sedangkan yang korespodensi adalah matematika untuk anak-anak yaitu matematika berupa aktivitas. Yang konsisten atau koheren tersebut bila dinaikkan menjadi transendentalisme, dinaikkan lagi menjadi spiritual dan semakin ke atas menjadi kebenaran tunggal yaitu mono dan menjadi aliran monisme. Sedangkan korespodensi bila diturunkan menjadi plural atau dualis yang menjadi dualisme.

Selagi kita itu berada di duniamaka kita masih mempunyai sifat yang plural, jangankan mahasiswa UNY, sedangkan diriku sendiri bersifat plural, karena bersifat plural maka pada yang tetap itu bersifat konsisten atau identitas yaitu A=A. A=A hanya terjadi dipikiran, maka matematika yang tertulis dibuku itu hanya matematika untuk orang dewasa, hanya benar ketika masih didalam pikiran, tapi ketika ditulis bisa saja salah. Sedangkan yang berubah itu bersifat kontradiksi

yaitu A≠A, kare a A ya g perta a tidak sa a de ga A ya g kedua. Maka ya g

(3)

Jadi yang ada dan yang mungkin ada itu bisa saja sembarang benda. Kemudian dari adanya logika dari objek filsafat yang bersifat tetap, maka pera rasio menadi sangat penting, kemudian lahirlah aliran Rasionalisme tokohnya Rene Decartes. Sedangkan dalam objek filsafat yang bersifat berubah, sebagian besar terjadi pada pengalaman; maka lahirlah empirisme tokohnya David Hume yang menuju pada sekitar abad 15. Yang tetap itu kebenarannya bersifat absolut maka lahirlah Absolutisme, sedangkan yang berubah itu bersifat relatif, lahirlah aliran relatifisme. Jadi aliran filsafat itu tergantung pada obyeknya, dan ini terjadi pada diri kita masing-masing secara mikro, dan ketika kita membaca atau mempelajari buku, misalnya buku tentang Rene Decartes itu berarti makronya. Jadi hidup itu adalah interaksi antara mikro dan makro.

Yang namanya logika, pikiran itu konsisten didalam filsafat disebut analitik. Analitik berarti yang penting konsisten dalam satu hal menuju ke hal yang lain. Sehingga yang disebut analitik dan konsisten tersebut membutuhkan aturan atau postulat. Untuk yang mempunyai aksioma atau yang mempunyai postulat adalah subyeknya atau dewanya, misalnya seorang kakak membuat aturan untuk adiknya, ketua membuat aturan pada anggotanya, dosen membuat aturan untuk mahasiswanya. Sedangkan yang di bawah atau yang berubah itu bersifat sintetik punya sebab dan akibat. Yang diatas yang bersifat tetap atau konsisten itu bersifat analititk, dan juga bersifat a priori yaitu bisa dipikirkan walaupun belum melihat bendanya.

Yang dibawah berupa pengalaman itu adalah a posteriori, contohnya dokter hewan yang harus memegang sapi untuk bisa mengetahui mengetahui penyakit yang diderita si sapi tersebut, jadi a posteriori itu adalah paham setelah melihat bendanya. Sedangkan a priori, misalnya dokter yang membuka prakter pengobatan lewat radio, ketika menangani pasien, dokter tersebut mendengarkan keluhan-keluhan dari si pasien lewat radio, hanya dengan mendengarkan tanpa melihat, dokter tersebut sudah bisa membuat resep yang didasari oleh konsistensi antara teori satu dengan teori yang lain.

(4)

oleh David Hume terdiri unsur kesombongan karena mendewa-dewakan pengalaman. Sedangkan dalam apa yang dikatakan Descartes itu terdapat kelemahan yaitu terlalu mendewa-dewakan pikiran dan mengabaikan pengalaman. Maka unsur daripada pikiran adalah analitik a priori, dan unsur daripada pengalaman adalah sintetik a posteriori. Ambil sintetiknya, ambil a priorinya, maka sebenar-benarnya ilmu itu bersifat sintetik a priori, ya dipikirkan dan juga dicoba.

Jadi jika analitik a priori itu dunianya orang dewasa atau dunianya dewa, sedangkan sintetik a posteriori itu adalah dunianya anak-anak. Maka dewa itu mengetahui banyak hal tentang anak-anak, dan anak-anak hanya mengetahui sedikit tentang dewa. Jadi mendidik anak itu harus bisa melepaskan kedewasaannya, karena kalau tidak dilepaskan itu akan menakut-nakuti anak tersebut. Dewa jika turun ke bumi akan menjelma menjadi manusia dewasa. Guru digambarkan seorang dewa yang turun ke bumi menjelma menjadi manusia dewasa, itulah gambarannya seorang guru.

Jika kita sebagai guru SD maka pikiran kita juga harus menjelma menjadi pikiran anak-anak, kalau tidak maka gambarannya akan seperti gunung meletus yang mengeluarkan lava, yang tinggal dilembah gunung itu adalah anak-anak, sedangkan guru atau orang dewasa itu bagaikan lava yang turun dari atas dan panasnya bukan main. Maka ketika mengajarkan matematika pada anak itu berikan contohnya, karena definisi bagi anak kecil itu berupa contoh, sedangkan matematika bagi orang dewasa itu adalah definisi, teorema dan bukti.

Akhirnya filsafat dalam perjalanannya seperti yang disebutkan diatas, maka lahirlah dalam sifat yang tetap dan konsisten itu berupa ilmu-ilmu dasar dan murni, sedangkan dalam sifat yang berubah itu berupa sosial, budaya, ilmu humaniora. Maka sampai disitulah bertemu yang namanya bendungan Compte. Dari sinilah SEGALA MACAM PERSOALAN DUNIA sekarang ini muncul, yaitu dengan munculnya Fenomena Compte sekitar 2(dua) abad yang lalu. Fenomena Compte ditandai dengan lahirnya pemikiran August Compte seorang mahasiswa teknik (drop out) tapi pikirannya berisi tentang filsafat.

(5)

saintifik. Positive atau saintifik itulah yang digunakan untuk membangun dunia, maka lahirlah aliran positifisme. Jadi di Indonesia Kurikulum 2013 dengan metode Saintifiknya itu asal mulanya dari pikiran Compte yang berupa positivisme tadi. Jadi metode saintifik dalam kurikulum itu adalah ketidakberdayaan Indonesia bergaul dengan Power Now. Sumber persoalan/permasalahan segala macam kehidupan manusia di dunia sekarang ini adalah berawal mula dari dimarginalkannya Agama oleh Auguste Compte yang dianggap tidak mampu digunakan sebagai pijakan untuk membangun Dunia. Itulah sebenar-benar yang disebut sebagai Fenomena Compte.

Dari kesemua aspek Fenomena Compte, yang didukung oleh ilmu dasar sehingga menghasilkan teknologi, sehingga menjadi paradigma alternatif, kenapa? Fenomena Compte dengan didukung dengan pengembangan Ilmu-ilmu dasar dan teknologi, telah menghasilkan Peradaban Barat dengan era industrialisasinya. Hingga jaman sekarang kontemporer, dunia dikuasai oleh segala aspek industrialisasi dan teknologi. Itulah-sebenar-benar fenomena Kontemporer atau Power Now yang mengusasi setap jengkal dan setiap desah napas kehidupan kita tanpa kecuali di seluruh dunia mulai dari anak-anak, orang dewasa, laki-perempuan, …dst. Dunia Timur yang lebih mengandalkan metode Humaniora, ditengah pergulatan dari dalam dirinya sendiri, TIDAK MENYADARI BAHWA FENOMENA COMPTE TELAH MENJELMA MENJADI POWER NOW, yang disokong pilar-pilar Kapitalisme, Liberalisme, Hedonisme, Pragmatisme, Materialisme, Utilitarianisme, …dst.

(6)

Secara filsafat, Fenomena Compte dapat dipahamai dari 2(dua) sisi, yaitu secara macro dan micro. Secara macro, Fenomena Compte sesuai dengan yang ditulis oleh Auguste Compte dalam bukunya POSITIVESME. Secara micro, maka setiap hari kita sendiri-sendiri atau bersama-sama atau secara kelembagaan/negara selalu mengalami Fenomena Compte. Contoh micronya adalah jika seseorang memutuskan untuk membeli produk baru, misal Hand Phone canggih, tetapi kemudian timbul masalah dalam dirinya, atau keluarganya, atau mungkin keluarganya menjadi berantakan gara-gara produk baru, maka itulah yang disebut sebagai micronya Fenomena Compte. Seorang mahasiswa yang membeli komputer baru sehingga melupakan kewajiban ibadah Shalatnya maka dia sudah terkena Fenomena Compte.

Maka kita belajar filsafat itu bagaikan seekor ikan dilaut yang airnya terkena polusi berupa kontemporer (kekinian). Pada jaman Kontemporer ini sudah banyak ikan-ikan kecil di laut yang mati terkena limbahnya kehidupan Power Now. Banyak juga makhluk hidup yang mengalami perubahan genetika/mutasi gen, misal TKI muda yang pergi ke Luar Negeri, setelah kembali dia sudah berubah semuanya, dunia dan akhiratnya. Itulah salah satu dampak mikro fenomena Compte.

Belajar Filsafat bukanlah sembarang manusia yang mampu menjalaninya. Ibarat kita ini adalah ikan kecil di lautan, maka belaar filsafat bukanlah sembarang ikan. Tetapi adalah ikan yang mempunyai kesadaran kosmis dan kesadaran kosmos. Kita yang belajar filsafat untuk mengatahui struktur dunia dapat diibaratkan sebagai seorang Bima yang mencari Wahyu atau Banyu Penguripan Perwitasari di dasar samudra. Sang Bima dengan bersikap mengalir dengan kesadaran hidup baik buruk, ditipu dan difitnah, tetapi didasari aspek Fatal dengan berserah diri pada Yang Kuasa, akhirnya dapat bertemu Dewa Ruci sang Dewa dasar laut sebagai representasi Dewa atau yang Kuasa, untuk memberikan wahyu atau pencerahan atau ilmu. Sebagai mahasiswa, ilmu yang engkau dapat dari P Marsigit dan juga dengan cara membaca Elegi-elegi kejadiannya mirip dengan sang Bima menemupakan air kehidupan. Engkau akan mengerti setiap aliran air jernih atau air limbahnya Kapitalisme mulai dari hulu sampai ke hilirnya.

(7)

sesuai dengan batasan0batasannya. Jadi apakah anda paham apa itu kontradiksi? Karena sebenar-benarnya hidup ini adalah kontradiksi. Kontradiksi yang nyata dan yang kasat mata adalah ketika orang terjun ke air, muncul di atas sudah terlentang, maka berfilsafat itu mencari pengetahuan sehingga ketika terjun ke dalam air bisa muncul lagi dengan selamat. Jadi berfilsafat itu mencari alat untuk memilah-milah antara limbah kapitalisme, limbah liberalisme, limbahnya materialisme, dst. Jadi filsafat itu ada didalam diri kita semuanya. Maka adanya interaksi antara makro dan mikro. Jadi itulah gambarannya untuk mahasiswa sebagai bekal ketika membaca elegi-elegi dalam blog Pak Marsigit.

Setiap hari Indonesia tidak bisa berdiri tegak karena digempur oleh berbagai macam peristiwa Power Now yang berupa teknologi, pendidikannya, serta politiknya. Sehingga Indonesia selalu menjadi negara yang lemah dan tidak mempunyai jati diri, kenapa bisa begitu? Hal ini salah satunya dikarenakan Indonesia dalam sejarahnya belum mempunyai Pemimpin yang berkarakter dan berwawasan ke depan (400 tahun misalnya. Indonesia dalam kancah pergaulan dunia, seperti seekor anak ayam yang kelaparan di dalam lumbungnya sendiri. Bergaul dengan dunia kontemporer dewasa ini tidaklah mudah dan tidaklah murah. Agar si anak ayam Indonesia tidak dipatuk oleh si Rajawali Power Now maka Indonesia harus mau dan mampu memberikan konsensi berupa Investasi atau mengikuti aturan, ketentuan, bahkan paradigma (misal Saintifik).

Sehingga Indonesia telah menjadi obyek dari dunia Power Now, maka begini salah begitu salah, serba salah. Itulah kita bangsa yang lemah, para pemikirnya juga menjadi pemikir yang lemah, sehingga metode Saintifiknya juga menjadi tidak berkarakter, karena dalam setiap metode saintifik di dunia aslinya terdapat langkah yaitu Hipotesis. Tetapi di dalam Kurikulum 2013 tidak ada dan diganti dengan Menanya. Menanya apa, menanya untuk apa? Sebetulnya adalah untuk membuat Hipotesis sementara. Tetapi mendengan kata-kata Hipotesis tentu semua orang, guru dan murid akan ketakutan. Binatang macam apa Hipotesis itu. Padahal di Australia, Hipotesis itu sudah ada di Sekolah Dasar. Hipotesis itu sederhanay hanya pendapat sementara , boleh benar, boleh salah. Untuk membuktika benar salahnya itulah maka diperlukan Percobaan. Sangat sederhana.

(8)

sebagai slogan atau tema universal, maka akan terjadi ketimpangan. Tidaklah mungkin bagian dapat mengatasi/melingkupi keseluruhannya. Saintifik adalah bagian dari Humaniora. Humaniora manusia dikembangan dengan metode sunatullah (terjemah dan diterjemahkan) dan lahirlah metode Hermenitika.

Dalam Hermeneutika terdapat 3(tiga) komponen dasar utama yaitu metode menajam, metode mendatar dan metode mengembang dalam titik ada 3 elemen. Elemen menejam atau menukik yang artinya mendalami secara intensif dengan memakai metode saintifk. Metode mendatar itu artinya membudayakan (istiqomah/sustain). Metode mengembang yang artinya membangun dunia (constructive). Membangun matematika itu menemukan konsep, menemukan rumus. Maka mahasiswa yang sedang membangun dunia dengan filsafat itu belum jelas seperti apa bangunannya. Maka dari itu harus banyak membaca. Ikan ya ikan tetapi alangkah baiknya ikan itu mengetahui jenis-jenis dari air agar bisa mencari air yang bersih, karena itu bukan untuk kepentingan ikan itu sendiri, karena nantinya ikan itu akan bertelur sehingga menyelamatkan generasi yang akan datang atau keturunan kita nantinya. Jika engkau paham dan sadar mudah-mudahan keturunanmu juga nantinya akan mengerti dan sadar, juga orang didekatmu, keluargamu termasuk murid-muridmu. Amin.

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran,

• Saat suatu modul telah selesai menjalankan tugasnya dan siap menerima tugas berikutnya maka modul ini akan mengirimkan permintaan interupsi ke prosesor. • Prosesor akan

PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN PERANGKAT DAERAH KANTOR KECAMATAN PASIRIAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014-2018 No Indikator Kinerja sesuai Tugas Pokok dan Fungsi Perangkat

Contoh : Berapa banyak cara untuk menampung tujuh petinju dalam tiga kamar hotel, bila satu kamar bertempat tidur tiga sedangkan dua lainnya. mempunyai dua tempat

Dengan moto “makanan yang baik untuk kesehatan juga baik untuk kulit”, Skin Food adalah merek kosmetik makanan pertama dikembangkan dengan konsep yang unik.Skin

Kejadian bunuh diri menggunakan racun menjadi salah satu penyebab tersering pada bunuh diri, dimana contoh pemakaian racun ini adalah penyalahgunaan obat-obatan

Setelah Pendiri dan para anggota, calon Institut berkarya di Gereja Timor selama 9 tahun, maka pihak Gereja yang berwenang yakni uskup setempat mengesahkan menjadi lembaga awam

Sehingga peranan saudara dalam mendidik akhlak terhadap pembentukan kepribadian anak sangat penting juga yaitu membimbing anak dengan membiasakan anak untuk