• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebijakan pemanfaatan pelabuhan dalam kerangka pengelolaan lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta, Provinsi DKI Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebijakan pemanfaatan pelabuhan dalam kerangka pengelolaan lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta, Provinsi DKI Jakarta"

Copied!
285
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN

DALAM KERANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Dl PPS NlZAM ZACHLWAN JAKARTA,

PROVlNSl DKI JAKARTA

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESlS DAN SUMBER INFORMAS1

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan Di PPS Nizam Zachman Jakarta, Provinsi DKI Jakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bentuk teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2007

(3)

ABSTRAK

FARIDA HANIM. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman Jakarta. Dibimbing oleh ETrY RlANl dan LUKY ADRIANTO.

PPS Nizam Zachman Jakarta terletak di wilayah DKI Jakarta. PPS Niiam Zachman tersebut telah mengalami pencemaran, ha1 ini memberikan ketidak jelasan kebijakan dari manajemen lingkungan. Tingginya tingkat pencemaran berasal dari aktivitas di PPS Nizam Zachman seperti pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan (TPI) dan industri perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan lingkungan dari aktivitas- aktivitas tersebut, selanjutnya dipelajari dan dianalisis kebijakan pemerintah di PPS Nizam Zachrnan dalam pemanfaatan pelabuhan terkait dengan arah kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan berdasarkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Penelitian ini dilakukan dengan metode case study, dengan mengambil data primer dan data sekunder. Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitas air, analisis multi criteria decision making (MCDM), trade off analysis dan analisis deskriptif. Analisis MCDM menggunakan teknik simple multi criteria attribute rating technique (SMART) dan dilanjutkan dengan trade off analysis (TOA). Hasil penelitian dari analisis kualitas air menunjukan bahwa untuk kecerahan, DO, NOs , PO,, dan COD melebihi ambang batas dari baku mutu. Kemudian banyak terdapat sampah organik dan anorganik serta lapisan minyak pada kolam pelabuhan. Kondisi ini menunjukan bahwa PPS Nizam Zachman Jakarta mengalami pencemaran. Hasil penelitian dari prioritas pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta menunjukan bahwa aspek ekonomi merupakan aspek yang lebih penting dibandingkan dengan aspek ekologi dan sosial. Hasil penelitian MCDM menunjukan bahwa PPS Nizam Zachman sesuai untuk kegiatan industri perikanan karena merupakan prioritas pemanfaatan dari skenario kebijakan PPS Nizam Zachman Jakarta yang akan dikembangkan. Hasil trade off analysis menunjukan bahwa ketiga aktivitas tersebut (pendaratan ikan, TPI dan industri perikanan) bisa dilanjutkan, dimasa mendatang aspek ekologi lebih diprioritaskan dibandingkan ekonomi dan sosial.

(4)

ABSTRACT

FARIDA HANIM. The Policy Analysis used of Jakarta Fishing Port DKI Jakarta in order of Environment Management. Under the direction of ETTY RlANl and LUKY ADRIANTO.

Jakarta Fishing Port is located in the Jakarta bay coastal zone. It has been highly contaminated, that give inaccurate policy of environmental management signal. The high pollution comes from the activities in Jakarta fishing port area such as; loading and unloading, fish auction hall and fishing industry. The aim of research is to identify the environmental management policy for PPS Jakarta with ecology aspect, economic and social. This research was done through case study method that consist of primary and secondary data. The analysis include ; water quality analysis and multi criteria decision making (MCDM) analysis . MCDM analysis use simple multi attribute rating technique (SMART) and trade off analysis (TOA). The result of water quality analysis show that, brightness, turbidity, DO, NO,, POa, BOD and COD are than maximum level of the regulation. And there are organic and inorganic garbage and oil coat also. This condition shows us that Jakarta fishing port has been polluted. The result of research is economic aspect more important than ecology and social aspect. The result of multi criteria decision making (MCDM) shows that exploiting of Jakarta fishing port as fishing industry is the priority of the policy scenario of Jakarta fishing port that will be developed, the environmental management of fishing industry port include technique, institution approach. But base on trade off analysis all activities (loading and unloading, fish auction hall and fishing industry) can still operate, but ecology aspect must be really concern.

(5)

@ Hak cipta rnilik lnstiiut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tampa izin tertulis dari lnstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(6)

ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN DALAM KERANGKA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Dl PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA, PROVlNSl DKI JAKARTA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan Di PPS Nizam Zachman Jakarta, Provinsi DKI Jakarta

Nama : Farida Hanim

Nomor Pokok : PO52040361

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr.lr. Ettv iani, M.S Dr. Ir. Lukv Adrianto, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkung

(8)

Prakata

Pertama-tama puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan Di PPS Nizam Zachman Jakarta. Provinsi DKI Jakarta. Tesis ini dibuat dalam rangka menyelesaikan Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL).

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini antara lain :

1. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah memberi arahan dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian studi di IPB.

2. Dr. Ir. Etty Riani, MS sebagai Ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan bantuan dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih penulis sampaikan juga kepada Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc yang telah bersedia menjadi penguji luar dan memberikan kontribusi untuk penyempurnaan tesis ini.

3. Kepada semua keluarga, terutama lbunda tercinta Anie Rachman, kakak- kakakku tersayang (Erdi. Asmiati, Nursyafri dan Refdayeti) yang telah memberikan dukungan, dorongan dan semangat sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

4. Kepada Zulhendri terima kasih atas bantuan dan pengertiannya, akhimya penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

5. Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) sebagai sponsor sehingga penulis dapat melanjutkan studi ke Pascasarjana IPB. 6. Kepada Kepala Dinas Pertanian TP, Perikanan dan Peternakan Kab. OKU

tempat penulis melaksanakan tugas yang telah memberikan izin belajar. 7. Kepada Kasubdin Perikanan (Subhan, A.Pi), yang telah membantu proses

izin belajar penulis.

(9)

9. Kepada Dekan SPs-IPB, seluruh staf pengajar dan administrasi PS Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan SPs-IPB serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga tesis ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak.Amin.

Bogor. Januari 2007

(10)

Penulis dilahirkan di Tigo Jangko, Padang tanggal 4 Agustus 1969, anak ke lima dari lirna bersaudara. Dari ayahanda Marbone (Alrn) dan ibunda Anie Rachrnan.

Pada tahun 1989 penulis rnelanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Universitas Bung Hatta Padang Fakultas Perikanan. Tahun 1996 penulis diterima sebagai PNS di Pemerintah Daerah Kabupaten Ogan Kornering ULU (OKU) Baturaja Propinsi Sumatera Selatan Palembang.

(11)

6P

....

...

8P

..""

"

...

uey!p!puad 'E.S'P ue!Jeqmuad qew .Z.I;.P sP

....

...

ueynpnpuaday ' ~ ' s ' p

SP """ ".." "

...

!wouoy3 le!soS ueuny6u!q 's'p PP "" .." ... !6oloy3 ue6uny6u!l

'vp

ZP ----'uewq3q wez!N sdd ueun6ueqwad uenfnl uep !s!w '!s!A 'E'P 6E ueluq3q wez!N sdd ue6ueqwaylad uep qwe!as 'Z'P

8E

...

Uelu43q weZ!N Sdd !seYol 'L'P 8E ...

NVllll3N3d I S W O l W n W n N W a V M 'A1 9E

....

"""" ...

EE

...

""

...

~!tduysaa s!s!leuv 'E'S'E

S!SA/~UV#O SpeJl 'E'S'E

zE

...

1!v

se)!lenM s!s!leuv

' 1.s~

ZE "

..""

""""

...

""" elea s!s!leuv apotaw

'CE

...

... q e a JaqwnS uep spar

'vc

6z

.."

... q e a uelndwn6uad apolaw 'E'E 6z

...

6z ... ue!&!lauad n)yeM uep tedwal. ue!t!lauad apotaw 'Z'E c'E

6z ...

NVllll3N3d 3a013W '111

LZ ... ... sfsA/euv y o apeJl .'LZ Lz ..

...

(wa3w) Bu!Y~M( u?!s!3aa e!~aw3 !II~M( s!s!leuv '9'2

PZ

...

(yea 6ueA ue6uny6u!q elolay elel) juacuuano3 {uacuuol,nug poog 3.7.

EZ

...

"

...

( w n y n ~ !syues) Iuacumoju3 ~ e 7

vz

zz

...

ueyehqay !se&uawa~dw~ 'Z'E'Z

Oz

...

""""

...

ueye!!qay ue!l~a6uad

' L'E'Z

L L "" ...

ueye!!qay s!s!leuv .E.Z LL

...

ueuey!Jad ueqnqelad ueelola6uad sasoJd 'S'Z'Z SL ueueyuad ueqnqelad I J ~ L I ~ ~ U ~ ~ L U G ~ ~ ueeumuaJad 'VZ'Z

E L

...

z L

...

e!sauopul !p ueuey!lad ueqnqeiad ueunqelad se)!~!sed I ~ O J ~ 'Z'Z'Z 'E'Z'Z

"

....

"

..""

""

...

ueueyuad ueqnqelad ~e!l~a6uad 'C'Z'Z

....

... ueueyuad ueqnqelad 'Z'Z

oC

...

ue6uny6u!l uelewwuad ' C ' Z

oC

""

...

"""" ...

W V l S n d NVnVrNIl 'I1

...

N W I ~ W V ~

w u v a

...

nvawv9

nvuva

...

!!x i 3 a v l

nvuva

(12)

4.5.4. Agama

...

49

4.5.5. AMiftas Perekonomian

...

50

... 4.6. Sarana dan Prasarana Pelabuhan 52 4.6.1. Fasilitas Pokok ... 52

4.6.2. Fasilitas Fungsional ... 57

4.6.3. Fasilitas Penunjang ... 60

...

V

.

HASlL DAN PEMBAHASAN 39 5.1. Aktivitas-aktivitas di PPS Nizarn Zachrnan Jakarta ... 72

... 5.1 . 1 . Aktivitas Pendaratan lkan 72 5.1.2. Aktivitas Tempat Pelelangan lkan (TPI) ... 75

5.1.3. Aktivitas lndustri Perikanan

...

78

...

5.2. Pengelolaan Lingkungan PPS Nizam Zachrnan Jakarta 79 5.2.1. Kebersihan Lingkungan Pelabuhan Perikanan ... 79

5.2.2. Sumber-sumber Pencemaran di PPS Nizam Zachrnan Jakarta

...

80

5.2.3. Pengelolaan dan Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 80

5.2.4. Penanganan Kebersihan di Kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta

...

83

5.3. Analisis Kualitas Air di Wilayah PPS Nizam Zachman Jakarta .. 87

5.3.1. Parameter Fisik Kimia

...

87

5.3.2. Aspek Biologi ... 89

5.4. Analisis Parameter Sosial Ekonomi

...

90

5.5. Analisis Prioritas Pemanfaatan PPS Nizarn Zachman Jakarta .. 91

5.5.1. Analisis Persepsi Stakeholder

...

91

5.5.2. Analisis Skenario Pemanfaatan

...

96

5.5.3. Analisis Penentuan Prioritas Pemanfaatan ... 101

5.5.4. Pengelolaan Lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 107

5.5.4.1. Analisis kondisi kebersihan pendaratan kapal tradisional dan TPI

...

109

5.5.4.2. Aktivitas PPS yang berpotensi mempengaruhi kebersihan di dermaga. TPI dan lingkungan ... 110

5.5.4.3. Limbah fisik akibat aktivitas pendaratan ikan di

...

... PPS Nizam Zachman

.

.

111

5.5.4.4. Analisis penyebab timbulnya limbah dari aktivitas pendaratan di dermaga dan pemasaran di TPI PPS Nizam Zachman

...

112

VI

.

SIMPULAN DAN SARAN

...

115

6.1. Simpulan ... 115

6.2. Saran ... 115

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

I . Jumlah industri. tuna landing centre (TLC) dan kapal rnasuk PPS

Nizam Zachman Jakarta tahun 2003

...

5

2 . Jumlah produksi ikan untuk ekspor yang didaratkan di PPS Nizam

...

Zachman Jakarta tahun 2004 5 3 . Karakteristik kelas pelabuhan PPS. PPN. PPP. dan PPI

...

13

4 . Responden dan jurnlah responden yang dipilih

...

.

.

...

31

5

.

Jenis data dan metode pengumpulannya ... 32

6

.

Parameter kualitas air yang akan diukur

...

33

7 . Menentukan scaling nilai-nilai ukuran kriteria

...

34

8 . Skor skala banding secara berpasang ... 35

9 . Pembobotan multicriteria analysis ... 36

10

.

Luas wilayah. jurnlah penduduk. dan kepadatan penduduk di Kecamatan Penjaringan tahun 2004

...

45

11

.

Jumlah penduduk berdasarkan urnur di Kelurahan Penjaringan Kecamatan Penjaringan tahun 2004

...

47

12

.

Jumlah dan umur responden terpilih dalam penelitian ... 47

13 . Mata pencaharian penduduk Kelurahan Penjaringan tahun 2004

....

48

14 . Jumlah penyerapan tenaga kerja di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004 49 15 . Tingkat pendidikan responden terpilih ... 49

16

.

Jumlah penduduk menurut agarna di Penjaringan tahun 2004 ... 50

17 . Jumlah perusahaan industri rnenurut jenisnya di Kecamatan

. .

Penjar~ngan tahun 2004

...

50

18 . Jumlah perusahaan yang melakukan aktivitas di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004 ... 51

19 . Jumlah Bank dan Kooerasi di Kecamatan Peniarinaan tahun 2004 .. 51

20

.

Jumhh kapal yang mernanfaatkan PPS ~izam'Za&man tahun 2005 52 21 . Jumlah kapal yang rnasuk ke PPS Nizarn Zachman Jakatta menurut ukuran tahun2004 dan tahun 2005 ... 54

22

.

Jurnlah kapal yang masuk ke PPS Nizam Zachman Jakarta berdasarkan jenis alat tangkap tahun 2005 ... 55

23 . Jumlah kapal bongkar berdasarkan GT kapal tahun 2004 dan tahun 2005 di PPS Nizam Zachman Jakarta

...

57

24

.

Produksi perjenis ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005 58 25

.

Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachan tahun 2005

...

59

26 . Fasilitas-fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 61

27

.

Peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 63

28

.

DaRar perusahaan perikanan di kawasan industri PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005 ... 70

29 . Jenis Limbah industri perikanan di PPS Nizarn Zachman Jakarta ... 82

30 . Volume sampah berdasarkan sumbernya di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005

...

86

31

. Nilai rata-rata pengukuran parameter fisik dan kirnia air laut di PPS

Nizam Zachrnan Jakarta

...

88

32 . Penerimaan PAD di PPS Nizam zachman tahun 2004

-

2005 ... 90
(14)

dan sosial dalam pengelolaan lingkungan di PPS Nizarn Zachrnan Jakarta

...

92 35. Persentase persepsi stakeholder terhadap skenario PPS Nizam

Zachman Jakarta

...

95 36. Nilai bobot masing-masing aspekl kriteria untuk alternatif pendarat

ikan di PPS Nizam Zachrnan Jakarta

96

37. Nilai bobot masing-masing aspekl kriteria untuk alternatif

pernanfaatan TPI di PPS Nizam Zachman Jakarta ... 97 38. Nilai bobot masing-masing aspekl kriteria untuk alternatif industri

perikanan di PPS Nizarn Zachman Jakarta ... 99 39. Nilai bobot akhir seluruh skenario untuk PPS Nizam Zachman

Jakarta ..

...

100 40. Hasil akhir analiis MCDM teknik SMART aspek ekologi dan ekonomi 104 41. Hasil akhir analisis MCDM teknik SMART aspek ekologi dan Sosial . 104 42. Hasil akhir analisis MCDM teknik SMART aspek ekologi, ekonomi

dan sosial ...

...

...

. . .

. .

...

... .

...

105 43. Matrik identifikasi pengelolaan lingkungan PPS Nizarn Zachrnan

Jakarta

...

109 44. Faktor-faktor yang berpotensi rnempengaruhi kebersihan lingkungan

TPl dan sekitarnya di PPS Nizarn Zachman Jakarta

...

11 1
(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

...

1 . Kerangka pemikiran penelifin 7

2

.

Tiga elemen sistem kebijakan

...

18

... 3

.

Peta titik pengambilan sampel kualias air 30 . . 4 . Peta lokasi oenel~tlan -~~ ~ ... 38

5 . Tahap I pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 39

6 . Tahap II pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 40

7 . Tahap Ill pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta

...

40

8 . Tahap IV pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta

...

41

...

9 . Sampah berupa plastik. papan. ban. lapisan minyak dan lainnya 44

...

10 . Perbaikan kapal di PPS Nizam Zachman Jakarta 45 11 . Jumlah penduduk di Kecamatan Penjaringan 2004 ... 46

12 . Kepadatan penduduk di Kecamatan Penjaringan 2004

...

46

13 . Jumlah kapal ikan yang memanfaatkan PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2005

...

52

14 . Jumlah dan persentase kapal yang masuk ke PPS berdasarkan

...

ukuran tahun 2005 54 15 . Jumbh kapal yang rnasuk ke PPS Niuam Zachman Jakarta tahun 2005

...

55

... 16 . Fluktuasi jurnlah kapal bongkar di PPS Nizarn Zachman Jakarta 56 17 . Presentase produksi ikan perjenis ikan di PPS Nizam Zachman 2005

...

58

18

.

Grafik produksi ikan didaratkan di PPS Nizam Zachman 2005 ... 59

19 . Penanganan limbah padat dan cair di PPS Nizam Zachman Jakarta 84 20 . Grafik hubungan tingkat aspek menurut UPT PPS Nizam Zachnan

..

92

21 . Grafik hubungan tingkat aspek menurut TPI PPS Nizam Zachnan

....

93

22 . Grafik hubungan tingkat aspek menurut Dinas Petemakan. Pe~kanan clan Kelautan DKI Jakab

...

93

23

.

Grafik hubungan tingkat aspek menurut BPLHD DKI Jakarta ... 94

24 . Grafik hubungan tingkat aspek menurut perusahaan swasta ... 94

25 . Grafik hubungan tingkat aspek menurut ASTUIN

...

95

26 . Tingkat kepentingan stakeholder terhadap skenario pelabuhan Sebagai aktivitas pendaratan ikan

...

97

27 . Skenario tempat pelelangan ikan

...

..

...

98

... 28 . Skenario industri perikanan 99 29 . Grafik gabungan hubungan aspek ekologi. ekonomi dan sosial ... 100

30 . Hirarki penentuan prioritas pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta dengan teknik SMART berdasarkan ekologi-ekonomi ... 101

31 . Skor akhir prioritas pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta dengan Teknik SMART aspek ekologi-ekonomi ... 102

32 . Hiraki penentuan p & W pemanfaatan PPS Nimm zaehman Jakarta dengan teknik SMART berdasarkan ekologi-sosial

...

103

33

. Skor akhir prioritas pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta

dengan Teknik SMART aspek ekologi-sosial

...

103

34

.

Grafik prioritas pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta ... 105

35

.

Hubungan ekologi-sosial trade off analysis

...

106
(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

. .

1. Peta lokasi penellt~an

...

2. Matriks operasional indikator penelitian

...

3. Struktur Organisasi PPS Nizam Zachman Jakarta

(SK.Menteri Kelautan dan Perikanan No. 26.I/Men/2001) ... 4. Stmktur organisasi PERUM PPS Nizam Zachman Jakarta

...

5. Daftar Kuesioner

...

6. Gambaran sarana, prasarana dan kegiatan di PPS Nizam Zachman

Jakarta

...

7. Matrik pembobotan responden untuk aktivitas pendaratan ikan di PPS

Nizam Zachman Jakarta

...

8. Matrik pembobotan masukan responden untuk aktivitas TPI di PPS

Nizam Zachman Jakarta

...

9. Matrik pembobotan masukan responden untuk aktivitas industri
(17)

L PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan yang 213 atau 5.8 juta km2 wilayahnya berupa perairan atau lautan. Di dabm perairan tersebut terkandung surnberdaya ikan yang sangat besar baik jumlah (6.4 juta tonltahun) maupun keanekaragamannya (Dahuri. 2002). Dalam memanfaatkan potensi sumberdaya tersebut dibutuhkan pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan penangkapan sumberdaya ikan, pengembangan armada penangkapan ikan, penanganan dan pengolahan hasil produksi tangkapan serta pemasaran hasil tangkapan. Pemusatan lokasi tersebut memudahkan dalam pengembangan dan pembangunan serta kontrol terhadap fasilitas- fasilitas yang dibutuhkan.

Teluk Jakarta dikenal sebagai salah satu sistem pesisir yang paling kompleks di Indonesia. Hal ini terkait dengan laju pembangunan pada tahun

1970-an,

dalam ha1 ini Jakarta sebagai ibukota negara membuat hampir seluruh aktivitas ekonomi difokuskan di wibyah ini (Jakarta dan kawasan penyangganya seperti Bekasi, Tanggerang dan Bogor). Kompleksitas Teluk Jakarta pada akhirnya membawa pada dinamika evolusi kebijakan (policy evolution), sehingga tantangan dan masalah yang timbul akibat pembangunan terhadap kondisi ekosistem Teluk Jakarta harus dapat dipecahkan sejalan dengan kepentingan mempertahankan (sustaining) kondisi ekonomi dan mata pencaharian masyarakat pesisir Teluk Jakarta (Adrianto et a/. 2005).
(18)

Masalah yang dihadapi oleh pengelolah PPS Nizam Zachman Jakarta saat ini adalah masalah kebersihan dan pencemaran lingkungan perairan. Dalam ha1 ini PPS Nizam Zachman Jakarta merupakan pelabuhan yang memiliki industri pengolahan ikan yang modem di Jakarta, hasil olahan berupa ikan tuna segar dan tuna beku selain untuk konsumsi lokal juga merupakan komodiias ekspor.

Menumt Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51/MENLH11/2004 pencemaran air adalah masuknya atail di masukkannya mahluk hidup, zat. energi dan atau komponen lain ke dalam air cieh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air t i a k berfungsi lagi sesuai dengan pe~ntukannya.

Sumber pencemaran yang mencemari perairan PPS Nizam Zachman Jakarta dapat dikelompokan dalam 2 kelompok yaitu:

(1) Kegiatan di darat (land based pollution). Sumber pencemaran dari kegiatan di darat berupa pencernaran yang berasal dari kegiatan industri pengohhan ikan, tempat pelelangan ikan (TPI) dan kegiatan ~ m a h tangga (domestik) misalnya perumahan, perkantoran, hotel, dan lainnya berupa limbah padat dan cair.

Adapun sumber pencemaran dari kegiatan industri berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padat dari kemasan bahan penolong, yaitu sisa kemasan dan bahan penolong yang terbuang. Limbah padat tersebut berupa plastik polietilena, kardus, Styrofoam, spon dan tisssue berbentuk lembaran dan kotak. Limbah bahan baku dari sisa kegiatan proses produksi, yaitu sisa kegiatan proses produksi pemotongan (cuffing, deheading, tail, removing, trimming) berupa kepala ikan, semua sirip, ekor, tulang serta sisa-sisa daging yang terkikis, berbentuk potongan dan partikel.

Sumber limbah cair berasal dari ruang proses produksi dari air pencucian ikan, pencucian lantai dan peralatan yang diperkirakan sebanyak 13.95 m3/hari, berupa campuran darah dan ceceran daging ikan. Hasil analisis laboratoriurn disalah satu industri pengolahan ikan menunjukan zat padat terlarutltotal dissolved solid (TDS) mencapai 33.800 mgll. di atas baku mutu yang ditetapkan (PT. Fajar Cakrawab Sumbindo. 2001).

(19)

turunnya kualitas peniran dan menimbulkan bau yang tidak sedap swta perubahan pada warnah air. Limbah padat dari kegiatan TPI adalah sisa ikan yang kualitasnya sudah turun yang dibuang begitu saja ke kobm pelabuhan sekiiar TPI.

(2). Dari kegiatan di laut (marine based pollution). Sumber pencemaran yang berasal dari kegiatan di laut di PPS Nizam Zachrnan Jakarta antara lain adalah kegiatan pelayaran kapal (incoming dan outgoing) terutama yang tertambat di pelabuhan. Sumber pencemar cair yang berasal dari kapal adaiah air sisa pencucian (ballast) dari kapal yang langsung masuk ke kolam pelabuhan, tumpahanlceceran oli dan minyak waktu buruh menurunkan drum oli sisa genset kapal. Diperkirakan sebanyak 71,25 Sierlbulan, limbah

di

dan pelumas bekas yang berasal dari kapal diiampung dan diiurunkan di PPS N i i m Zachman Jakarta waktu kapal berlabuh untuk selanjutnya sisa oh dijual kepada penampung oli dan pelumas bekas. Aktivitas penurunan ini sangat berpengaruh besar terhadap tingkat pencemaran air d i s e k i r PPS Nizam Zachman Jakarta (PT. Fajar Cakrawala Sumbindo. 2001).

Menyadari banyaknya bahan pencemar yang masuk ke PPS Nizam zachman, maka PPS Nizam Zachman berupaya untuk meminimalisasi tingkat pencemaran di wilayah tersebut, dengan membangun instalasi pengolah air lirnbah (IPAL) kawasan pelabuhan pada tahun 2001. IPAL tersebut digunakan untuk mengotah limbah dari semua industri yang ada dalam kawasan pelabuhan. IPAL atau unit pengolahan limbah (UPL) PPS N i i m Zachman Jakarta mulai dioperasikan tahun 2002 sampai sekarang, hanya dalam pengoperasiannya tidak semua industri yang ada di PPS Nizam Zachman Jakarta menyalurkan lirnbahnya ke UPL, sehingga sebagian limbah cair tersebut dibuang ke badan air lingkungan (laut) melalui saluran drainase pabrik. Kegagalan pengelolaan sumberdaya alarn dan lingkungan hidup diduga akibat adanya tiga kegagalan dasar dari komponen perangkat dan pelaku pengelolaan yaitu :

(20)

(2). Adanya kegagalan masyarakat (community failures) sebagai bagian dari kegagalan pelaku pengelolaan lokal akibat adanya beberapa persoalan mendasar yang menjadi keterbatasan masyarakat. Kegagalan masyarakat (

community failunes) terjadi akibat kurangnya kemampuan masyarakat untuk dapat menyelesaikan persoalan lingkungan secara sepihak, disamping kurangnya kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk memberikan tekanan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan berkewajiban mengelola dan melindungi lingkungan. Ketidak berdayaan masyarakat tersebut sernakin memperburuk posisi tawar masyarakat sebagai pengelola lokal dan pemanfaat sumber daya alam dan lingkungan.

(3). Adanya kegagalan pemerintah (government failures) sebagai bagian

kegagalan pelaku pengelola regional yang diakibatkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dalam menanggapi persoalan lingkungan yang dihadapi secara menyeluruh dengan melibatkan segenap komponen terkait (stakeholders).

Pelabuhan perikanan merupakan pusat kegiatan perikanan yang juga memiliki fungsi industri. Oleh karena itu pembangunan prasarana perikanan sangat mutlak diperlukan dalam menunjang keberhasilan pembangunan perikanan. Adapun prasarana pelabuhan perikanan yang dibangun hams dapat mendukung pengembangan industri yang berwawasan agribisnis, yang mempunyai fungsi 1). pusat pengembangan masyarakat nelayan 2). tempat berlabuh kapal perikanan 3). tempat pendaratan ikan hasil tangkapan 4).

tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan 5). pusat penanganan dan pengolahan hasil perikanan. 6). pusat pemasaran dan distribusi hasil tangkapan 7). pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan 8). pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan

9). pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya ikan (Murdiianto, 2004).

Dermaga tempat bongkar hasil tangkapan kapal tuna yaitu berada di dermaga barat dan kapal tradisional di dermaga timur. Kapal tuna mendaratkan hasil tangkapannya menggunakan papan luncur dari kapal langsung ke tenpat penangananlpengolahan tuna yang disebut tuna lending centre (TLC).

(21)

Tabel 1. Jumlah industri, tuna landing centre (TLC) dan Kapal masuk PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2003.

No Uraian Satuan Jumlah

1. lndustri pengolahan lndustri 53

2. Tuna landing centre (TLC) Unit 29

3. Kapal rnasuk PPS Unit 4.856

Sumber : PPS Nizam Zachman Jakarta (2005)

Sementara itu jumlah produksi ikan ekspor yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah produksi ikan untuk ekspor yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Jakarta tahun 2004.

(Ton)

No Uraian Beku Segar Jumlah Ket.

1. Tuna e k s ~ o r 8.164 8.935 17.099 Daerah ekspor

2. Udang ekspor 1.804 146 147.804 ter,.tarna

3. Lainnya ekspor 6.554 1.137 7.691 ~epang

Jurnlah 16.522 10.218 172.594

Sumber : PPS Nizam Zachman Jakarta (2005)

Berdasarkan ha1 tersebut dapat dikatakan bahwa semakin berkembangnya aktivitas industri pengolahan perikanan akan berdampak pada semakin berkembang juga kegiatan penangkapan ikan dan bertambahnya jurnlah unit penangkapan serta peningkatan jumlah kapal yang berlabuh untuk

membongkar muatannya.

(22)

perlindungan lirgkungan yang ada dengan implementasi secara nyata dilapangan, sehubungan dengan itu sangat penting adanya monitoring dari berbagai pihak temasuk peran serta dari para ilmuwan demi tercapainya lingkungan pelabuhan yang tidak tercemar (Wooldridgeel et a/. 1999).

Monitoring merupakan pokok utama dalam manajemen lingkungan pelabuhan. Lebih dari itu monitoring lingkungan adalah komponen yang berhubungan dengan perilaku manusia dalam mernanajemen lingkungan. Jadi seorang manager lingkungan hams mengerti lingkungan awal pelabuhan dengan begitu dia akan bisa menilai perubahan yang tejadi. Kesimpulanya informasi merupakan ha1 yang penting baik masa kini maupun masa lampau dalam menentukan kebijakan lingkungan pelabuhan. M e n u ~ t Wooldridgeel et a/. (1999) ada 4 (empat) langkah utama dalam monitoring, yaitu : (1) mengenali masalah lingkungan dan peraturan perundangan yang berlaku; (2) menentukan infomasi apa yang telah tersedia; (3) mengembangkan suatu sistem untuk mengolah data yang ada dan untuk bisa mengintegrasikan informasi baru; (4) memilih metode monitoring yang bijaksana.

Berkaitan dengan ini, maka peneliian Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta perlu dikaji mulai dari aktivitasnya, pengelolaan lingkungannya sampai pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Analisis kebijakan mempakan awal bukan akhir dari upaya memperbaiki proses pembuatan kebijakan. Hal ini erat kaitannya dengan pesatnya pembangunan pelabuhan dan ramainya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di pelabuhan tersebut yang belum sejalan dengan pesatnya kajian kemsakan lingkungan pelabuhan yang di akibatkan oleh semua aktivitas-aktivitas tersebut.

1.2. Kerangka Pemikiran

(23)
[image:23.564.68.435.58.629.2]

modern di Teluk Jakarta, selain memenuhi kebutuhan masyarakat lokal juga untuk ekspor. Sejalan dengan sernakin pesat dan tingginya aktivitas di PPS Nizarn Zachman Jakarta, maka tingkat pencemaran lingkungannya juga semakin meningkat. Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Kebijakan Pemanfaatan Pelabuhan dalam Kerangka Pengelolaan Lingkungan di PPS Nizam Zachman Jakarta disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dari Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa akibat dari beberapa aktivitas di kawasan PPS Nizam Zachman Jakarta seperti kegiatan pendaratan ikan (PI),

(24)

yang bisa dilihat dengan mengukur kualitas perairan. Untuk menanggulangi atau meminimalkan penurunan kualitas lingkungan pelabuhan perikanan dapat di mulai dari evaluasi kebijakan pengelolaan kawasan lingkungan PPS Niam Zachman Jakarta, apakah sudah berjalan sesuai dengan semestinya, jika sudah perlu dipertahankan dan jika belum perlu pencegahan, sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah kebijakan pengelolaan pelabuhan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di PPS Nizam Zachman Kecamatan Penjaringan. DKI Jakarta.

PPS Nizarn Zachman Jakarta terdiri atas 3 dennaga yaitu dermaga satu sepanjang 775 meter diperuntukan untuk bongkar rnuat kapal tuna. Dennaga dua sepanjang 868 meter diperuntukan untuk pendaratan kapal-kapal tradisional. Sedangkan denaga tiga diperuntukan untuk kapat berukuran > 200

GT. Dari ketiga dermaga tersebut menghasilkan banyak limbah berupa tumpahan oli, minyak dan sampah yang masuk ke kolam pelabuhan. Berkaitan dengan itu perlu pengkajian kebijakan PPS N i m Zachman Jakarta.

1.3. Rumusan Masalah

Dari berbagai permasalahan yang ada akibat berbagai aktivitas di pelabuhan perikanan seperti meningkatnya aktivitas konversi lahan perairan menjadi daerah industri dan lainnya, terjadinya proses sedimentasi dan erosi, ketidakmampuan kebijakan dan kelembagaan yang ada dalam mengeliminir kerusakan lingkungan dan berbagai permasalahan lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah

1). Bagaimana pengaruh berbagai aktivitas pelabuhan terhadap kondisi lingkungan perairan PPS Nizam Zachman Jakarta.

2). Bagaimana memilih arah kebijakan pemanfaatan PPS N i a m Zachman Jakarta, terkait dengan pengelolaan lingkungannya.

(25)

1.4. Tujuan

Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain untuk :

1). Mengidentikasi dan mengevaluasi permasalahan lingkungan dari aktivitas PPS Nizam Zachman Jakarta.

2). Mempelajari dan menganalisis kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan PPS Nizam Zachman Jakarta terkait dengan arah kebijakan pengelolaan lingkungan pelabuhan.

1.5. Manfaat Penelitian

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danlatau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan pewntukannya (UU PLH

,

1997).

Pelabuhan laut merupakan bagian integral dari wilayah pesisir dan laut di lndonesia. Meningkatnya hubungan dagang antar pulau dan hubungan internasional, mengakibatkan fungsi pelabuhan laut di.tanah air akan semakin penting. Dilain pihak kondisi perairan di hampir semua pelabuhan hut di lndonesia sangat memprihatinkan (tercemar), karena adanya limbah yang berasal dari daratan dan perairan baik di dalam ataupun sekiiar pelabuhan laut khususnya dari kegiatan kapal dan perahu keluar-masuk pelabuhan.

Pencemaran Teluk Jakarta pada dasarnya hams dipahami sebagai produk dari persoahn struktural. Lemahnya penegakan hukum, kegagalan kebijakan, tidak ada koordinasi yang sistemik dikalangan semua pihak dalam menangani pencemaran di darat dan di laut serta tidak adanya program dan upaya penanganan pencemaran yang konsisten dijalankan dari waktu kewaktu dan secara reguler dipantau. Selain itu penanganan pencemaran Teluk Jakarta semakin rumit bila menyadari paradigma masyarakat maupun pelaku bisnis yang menganggap penanganan pencemaran adalah melulu urusan pemerintah (Anonim. 2005).

Berdasarkan data UNESCO, Teluk Jakarta menerima limbah tidak kurang dari 600 jute meter kubik pertahun, sehingga menjadikan Teluk Jakarta sebagai salah satu teluk yang paling tercemar di dunia, sehingga kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh pencemaran di laut tidak sedikii (Fauzi. 2005). Berkaitan dengan ha1 tersebut UNEP memperkirakan bahwa kerugian ekonomi global dalam bentuk penyakit dan kematian yang diakibatkan oleh pencemaran laut telah mencapai lebih dari US$ 12.8 miliar pertahun. Nilai ini hampir mendekati separoh dari dana yang dibutuhkan untuk menjalankan program konservasi global dalam rangka menjaga ekosistem dunia dalam kondisi sehat.

(27)

kurang memperhatikan aspek keberlanjutan. Kendati secara ekonomi dapat meningkatkan nilai jual, narnun di sisi lain juga bisa menimbulkan ancaman kerugian ekologi yang jauh lebih besar, seperti hilangnya lahan, langkanya air bersih, banjir, longsor dan sebagainya.

Menurut Saparjadi dalam Soedharma et a/. (2005), pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta merupakan dampak akumulasi bahan pencemar yang berasal dari kegiatan di daratan yaitu sekiiar 8045%. HaChal yang terkait dengan baku mutu lingkungan belum dapat menunjukan adanya peningkatan kualitas lingkungan yang cukup memadai. Untuk menangani ha1 ini peran serta masyarakat dalarn mencegah te~langnya peristiwa pencemaran sangat dibutuhkan.

2.2. Pelabuhan Perikanar:

2.2.1. Pengertian Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan adalah suatu wilayah yang me~pakan kontak antara dua bidang sirkulasi yang b e M a yaitu sirkulasi daratan dan sirkulasi maritirn dimana peranannya adabh menjamin keberlanjutan dari skema transpor yang berhubungan dengan dua bidang tersebut (Vigarie dalam Lubis, 2002).

Sedangkan menurut Quin dalam Lubis (2002) pelabuhan perikanan didefinisikan sebagai suatu kawasan perairan yang tertutup atau terlindungi dan cukup aman dari pengaruh angin dan gelornbang laut, dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti logistik, penyediaan bahan bakar perbekalan dan juga sarana pengangkutan barang-barang. Pelabuhan perikanan adalah meNpakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik skala lokal, nasional maupun internasional.

(28)

Dephub dalam Murdiyanto (2004) mendefinisikan pelabuhan perikanan sebagai ternpat pelayanan umum bagi masyarakat nelayan dan usaha perikanan, sebagai pusat pembmaan dan peningkatan kegiatan ekonomi perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas di darat dan di perairan sekitarnya untuk digunakan sebagai pangkalan operasional tempat berlabuh, bertambat, rnendaratkan hasil, penanganan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Berbeda dengan pelabuhan niaga umumnya pelabuhan perikanan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu selain merniliki fasilitas pokok seperti 'breakwater' atau penahan gelombang. 'jetty' atau dennaga dan 'basin' atau kolam pelabuhan dan fasiltas fungsional yang umum seperti gedung perkantoran, bengkel, gudang. tempat parkir dan lainnya ( Murdiyanto. 2004).

Fungsi pelabuhan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 1993 pasal4 ayat 1 menyatakan bahwa pelabuhan adalah sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah yang merupakan sarana untuk rnenyelenggarakan I tempat naiklturunnya penumpang dan bongkar muat barang serta menunjang angkutan laut. Fungsi pelabuhan sebagai tempat bongkar muat barang dapat dideteksi dengan melihat berbagai indikator kinerja. lndikator kinerja adalah suatu ukuran untuk mengetahui kinerja (performance) dari suatu organisasi

.

dalarn ha1 ini adalah terminal bongkar muat ikan. Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, tujuan mengetahui indikator kinerja suatu pelabuhan adalah :

1). Menghitung kinerja bongkar muat barang di pelabuhan; 2). Mengetahui pennasalahan yang ada;

3). Mengetahui berapa tingkat kinerja yang mungkin dihasilkan.

2.2.2. Profil Pelabuhan Perikanan Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.I01MEN/2004 tentang pelabuhan perikanan, pelabuhan perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu :

1. PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)

2. PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) 3. PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai)

4. PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan)

(29)

letak dan posisi pelabuhan. Untuk jelasnya karakteristik kelas pelabuhan PPS,

PPN, PPP dan PPI dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik kelas pelabuhan PPS, PPN, PPP dan PPI di Indonesia

No Kriteria Pelabuhan PPS PPN PPP PPI

Perikanan

1. Ukuran kapal

perikanan yang

dilayani ,60GT 15-60 GT 5-15 GT. 4 0 GT

2. Kapasitas 6000 GT 500 GT

menampung kapal (ekivalen dengan (ekivalen

100 buah kapal dengan

be~kuran 60 GT) 50 buah

kapal beNkuran

3. Daerah operasional perairan lepas

kapal ikan yang pantai, Zona

dilayani Ekonomi Ekslusif

(ZEEI) dan perairan internasional

4. Volume ikan yang

didaratkan

40.000 tonltahun

10 GT)

Perairan ZEEl Perairan Perairan

dan perairan pantai pantai

nasional

40-50 tonlhari 15

-

20 10

(ekiilen tonhari tonhari

dengan 8.000 (ekivalen (ekivalen

-

15.000 dengan dengan

tonnahun. 4.000 2.000

tonltahun) tonltahun)

5. Fasilitas pembinaan

mutu hasil Ada Tidak Tidak Tidak

perikanan

6. Tata ruang (zonasi)

pengolahs

pengembangan Ada Tidak Tidak Tidak

industri oerikanan

7. Sarana bmasaran

baik domestik dan Ada Tidak Tidak Tidak

ekspor

Sumber :

2.2.3. Fasilis Pslabuhan

Pelabuhan h a ~ s dapat berfungsi dengan baik yaitu dapat melindungi

kapal yang berlabuh dan b e r a k t i f w di dalam areal pelabuhan. Menurut

Murdiyanto (2004), agar dapat memenuhi fungsinya pelabuhan perlu dilengkapi

dengan berbagai f a s i l i s seperti I). Fasilias pokok (basic facilities), 2). fasilias

fungsional (functional facilities) dan 3). fasilitas pendukung (supporting

facilities).

(30)

a). Fasilitas perlindungan (protecbve facilities), berupa Breakwater (pemecah gelombang), tembok laut dan bangunan maritim lainnya.

b). Fasiliias tambat (mooring facilities), digunakan oleh kapal untuk berlabuh atau bertambat dengan tujuan membongkar muatan, mempersiapkan keberangkatan, memperbaiki kerusakan, beristirahat dan lain sebagainya.

c). Fasilitas perairan, adalah bagian perairan di dalam pelabuhan yang digunakan untuk manuver kapal dalam areal pelabuhan dengan aman dan untuk berlabuh atau tambat sernentara waktu di kolam pelabuhan (anchoi).

(2). Fasilitas fungsional (functional facilities)

Agar prasarana pelabuhan perikanan dapat berfungsi secara optimal maka dilengkapi dengan fasilitas fungsional. Fasiliias fungsional adalah fasilitas yang meninggikan nilai guna fasilitas pokok dengan memberikan berbagai pelayanan di pelabuhan. Fasilitas yang dibangun adalah untuk mendayagunakan pelayanan yang menunjang segala kegiatan kerja di areal pelabuhan sehingga manfaat dan kegunaan pelabuhan yang optimal dapat dicapai. Adapun yang termasuk kedalam fasilitas fungsional adalah sebagai berikut :

(1). Fasiliias transportasi, bempa fasiliias jalan raya, lori, jembatan dan lain- lain.

(2). Fasilitas navigasi, termasuk didalamnya fasiliias bempa alat bantu

navigasi seperti lampu, tanda-tanda petunjuk bagi navigasi keluar dan masuk pelabuhan, alat komunikasi dan sebagainya.

(3). Fasilitas daratan, bempa areal di darat untuk segala keperluan di daratan pelabuhan seperti untuk parkir kendaraan, menjemur jaring dan sebagainya. Selain itu juga untuk kantor pelabuhan, TPI, pabrik es, tempat pengolahan ikan, bengkel, instalasi listrik dan lain-lain.

(4). Fasilitas pemeliharaan, fasilitas ini bertujuan untuk melayani pemeliharaan kapal dan peralatan penangkapan ikan. Misalnya dockyardatau slpway yang dapat menampung kapal untuk diperbaiki. (5). Fasilitas supply, fasilitas yang inenjamin penyediaan air bersih dan

kebutuhan bahan bakar minyak dan pelumas.

(6). Fasilitas penanganan dan pemrosesan ikan, penyediaan ruang dan

(31)

(7). Fasiliias komunikasi perikanan, stasiun pengamatan cuaca, radio telegram, pos dan telepon.

(8). Fasiliias kesejahteraan nelayan, dapat b e ~ p a klinik kesehatan, tempat

mandi umum, tempat beribadah dan sebagainya. Fasiliias ini merupakan fasilitas penunjang, maksudnya fasilitas tambahan yang melengkapi fungsi pelabuhan dalam pelayanan terhadap masyarakat pengguna pelabuhan.

(9). Fasilitas manajemen pelabuhan, antara lain gedung perkantoran, mmah dinas, rurnah jaga dan sebagainya.

(10). Fasiliias kebersihan dan sanitasi, fungsinya untuk menjamin kebenihan dalam areal pelabuhan dan mencegah pencemaran. Saluran pembuangan kotoran dan penanggulangan penumpukan sampah. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan maka perlu dibangun selokan, bak sampah dan sistem pengangkutan sampah ketempat pembuangan akhir, pengolahan limbah baik yang berasal dari kapal, tempat pelelangan ikan, tempat pengolahan ikan serta saluran pembuangan.

(1 1). Fasilitas penanganan sisa minyak (waste oil treatment facilities), untuk menangani sisa rninyak yang terbuang tak terpakai baik yang berasal dari kapal ataupun sumber

supply

minyak untuk menghindari bahaya polusi. Khusus untuk limbah sisa minyak baik dari bahan baku minyak maupun oil mesin kapal yamg tercecer harus dapat dikumpulkan dan diproses agar tidak menumpuk dan menimbulkan pencemaran.

(3). Fasilitas pendukung (supporting facilities).

Direktorat Jenderal perikanan menggolongkan fasilitas fungsional no. 8 dan 9 pada fasilitas fungsional yang diuraikan di atas. (menurut penggolongan fungsi pelabuhan perikanan di Jepang, Fishing Ports of Japan, 1975) ke dalam apa yang disebut istila fasilitas pendukung. Fasilitas tersebut antara lain gedung perkantoran, kantor syahbandar, bea cukai, keamanan, mmah jaga, tempat ibadah, pewmahan karyawan. WC umum dan lain-lain.

2.2.4. Perencanaan Pembangunan Pelabuhan Perikanan

(32)

(1). Potensi sumberdaya ikan

Potensi sumberdaya ikan dalam ha1 ini adalah stok ikan di Laut, baik dari perairan pantai, nusantara maupun Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). tergantung dari ukuran kapal-kapal yang akan beroperasi. Tingkat pemanfaatan dari potensi tersebut akan menentukan peluang peningkatan produksi. Tingkat pemanfaatan ini biasanya di ukur sebagai rasio antara total hasil tangkapan terakhir dengan potensi. Semakin rendah tingkat pemanfaatan maka semakin

besar

kemungkinan pengembangan usaha penangkapan sehingga suatu pelabuhan perikanan perlu dibangun atau dikembangkan.

(2). Meningkatnya jumlah penduduk dan kebiasaan makan ikan

meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi ikan perkapita secara langsung meningkatkan potensial kebutuhan ikan. Peningkatan kebutuhan ini akan merangsang berkembangnya usaha penangkapan iken. Pengembangan usaha ini memerlukan fasilitas untuk pendaratan dan pendistribusian ikan hasil tangkapan.

(3). Meningkatnya skala usaha dan ekspor hasil perikanan

Dengan semakin berkembangnya teknologi penangkapan dan jumlah kapal penangkap ikan serta semakin meningkatnya skala usaha perikanan, maka aktifias penangkapan dapat dilakukan ke tempat

fishing ground yang lebih jauh sehingga produksi perikanan laut juga akan semakin bertambah besar. Dengan semakin meningkatnya permintam ekspor hasil perikanan berimplikasi semakin banyaknya jumlah ikan yang hams ditangkapl eksploitasi sehingga memerlukan pelabuhan perikanan skala besar sebagai sarana pendaratannya.

(4). Berkernbangnya industri-industri perikanan dan pengolahan ikan

(33)

2.2.5. Proses Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Pelaksanaan proses pengelolaan pelabuhan perikanan dapat dilakukan dengan menetapkan dua langkah sebagai berikut :

(1). Merancang dan merumuskan rencana pengelolaan perikanan meliputi

rangkaian kebijakan dan tujuan yang akan dicapai menyangkut kelestarian stok ikan dan kegiatan perikanan yang bersangkutan. Dalam menetapkan kebijakan senantiasa mempertimbangkan karakteristik biilogi stok ikan. potensi yang tersedia secara alami serta dampak aktivitas perikanan yang ada terhadap stok ikan, aspek ekonomi dan sosial bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat.

(2).Memutuskan dan melaksanakan peraturan yang ditetapkan dengan langkah-langkah yang diperlukan, yang meyakinkan pihak pengelola. nelayan dan kelompok-kelompok lain yang berkepentingan dalarn pemanfaatan sumberdaya perikanan secara bersama-sama bekerja bahu membahu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pengelolaan ini seyogianya disusun dan disepakati bersama oleh pengelola dan komponen masyarakat yang berkaitan dan berkepentingan. Tindakan yang diperlukan meliputi mengembangkan dan melaksanakan rencana pengelolaan untuk semua stok ikan yang dikelola, menjamin terpeliharanya stok ikan dan ekosistem sumberdayanya, mengumpulkan dan menganalisis data biilogi perikanan yang diperlukan untuk pengelolaan monitor, mengawasi dan melakukan penegakan hukum sehingga peraturan dapat berjalan secara efektif dan mengupayakan agar nelayan dapat menerima dan rnematuhi peraturan yang telah dikeluarkan (Murdiyanto, 2003).

2.3. Analisis Kebijakan

(34)
[image:34.567.59.433.40.777.2]

melalui pilihan-pilihan yang sadar-oleh para pelaku kebijakan. Gabungan tiga unsur dalam sistem kebijakan dapat di lihat pada Gambar 2 (Dunn. 2003)

Gambar 2. Tiga elemen sistem kebijakan (Dunn, 2003)

Masalah kebijakan tergantung pada pola keterlibatan pelaku kebijakan (policy stakeholders) yang khusus, yaitu para indipidu atau kelompok indipidu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena mempenga~hi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah (Dunn, 2003).

Menurut Dunn (2003) analisis kebijakan dipandang sebagai suatu proses pengkajian yaitu meliputi lima komponen infomasi kebijakan (policy informational components) yaitu ;

1). Perumusan masalah

2). Peramalan (prediksi) informasi tentang konsekuensi yang akan datang dari kebijakan.

3). Rekomendasi (preskripsi), mernungkinkan untuk menghasilkan informasi tentang kemungkinan bahwa serangkaian tindakan yang akan datang akan mendatangkan akibat-akibat yang bemilai

4). Pemantauan (deskripsi), memungkinkan k i i untuk menghasilkan informasi tentang sebab-sebab masa lalu dan akibat dari kebijakan.

5). Evaluasi, mencakup produksi informasi tentang nilai atau kegunaan dari suatu kebijakan yang lalu dan yang akan datang.

Dari kelima komponen informasi kebijakan diatas akan diperoleh lima tipe informasi dalam analis kebijakan yaitu ; masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan dan kinerja kebijakan.

(35)

kebijakan. Dye (1978) mengatakan bahwa sesungguhnya analisis kebijakan adalah upaya untuk memahami apa yang sesungguhnya dilakukan pemerintah dan mengapa mereka melakukan ha1 tersebut. Lebih lanjut dia mengatakan semua analisis kebijakan akan berusaha menjawab mengenai sebab akibat dari tindakan ataupun perbuatan pemerintah.

Menurut Williams dalam Dunn (2003) analisis kebijakan merupakan suatu alat untuk mensintesakan informasi untuk dipakai dalam merumuskan altematif dan preferensi kebijakan yang dinyatakan secara komparatif, diramalkan dalam bahasa kuantiatif dan kualitatif sebagai landasan atau penuntun dalam pengambilan keputusan kebijakan, secara konseptual tidak termasuk mengumpulkan informasi. Sebaliknya analisis kebijakan berkenaan dengan semua studi yang menggunakan metodelogi ilmiah untuk menerangkan fenornena danlatau menentukan hubungan diantara mereka.

Bobrow dan Dryzek (1987) dalam Parsons. 2005 mengemukakan bahwa analisis kebijakan bisa dilihat sebagai bidang yang terdiri dari lima kerangka analisis yaitu (1) ekonomi kesejahteraan (welfare economic). (2) pilihan publik (public choice), (3) stmktur sosial (social structure), (4) pengolahan informasi (infonnation processing) dan (5) tilsafat poliiik.

Analisis kebijakan adalah sebuah bidang yang terdiri dari campuran berbagai disiplin, teori dan model (Metternich dalam Parsons. 2005). Selanjutnya menurut Wildavsky (1979) dalam Parsons (2005) analisis kebijakan adalah subbiiang terapan yang isinya tidak bisa ditentukan berdasarkan batas- batas disipliner, tetapi berdasarkan hal-ha1 yang tampaknya sesuai dengan situasi masa dan sifat dari persoalan. Jadi kebijakan dan problem menjadi fokus bersama bagi ilmu sosial dan bidang-bidang penelitian ilmiah lainnya yang semakin menyadari konteks politi tempat dimana mereka bemperasi, artinya bahwa analisis kebijakan dan problem rnakin multidisipliner.

(36)

2.3.1. Pengertian Kebijakan

Kebijakan adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang dikaitkan dengan pertanyaan yang hams dijawab dan juga hams dihubungkan dengan instiiusi atau lembaga yang diamati atau dipelajari. Kebijakan m e ~ p a k a n keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan (repetitiveness) perilaku untuk memecahkan persoalan dan mematuhi keputusan yang 'tetapkan tersebut (Jones. 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan mempunyai dua aspek pokok penting yaitu ;

1. Kebijakan merupakan praktika sosial, yang bukan tunggal atau terisolir. Sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam masyarakat dan dipergunakan pula untuk kepentingan masyarakat. Kejadian semacam ini timbul dalam pratika kehiiupan masyarakat dan tidak merupakan peristiwa yang berdiri sendiri, terisolasi dan asing bagi masyarakat.

2.

Kebijakan merupakan p e r i s t i i yang ditimbulkan baik untuk mendamaikan pihak yang berkomflik maupun untuk menciptakan insentif bagi tindakan bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran. Dalam ha1 ini ada pihak yang mendapatkan perlakuan yang tidak sama dan tidak rasional, maka diciptakan suatu tindakan yang berupa pengambilan kebijakan yang dapat mendorong agar diciptakan situasi yang rasional. Kebijakan semacam ini rnerupakan dorongan dan insentif bagi pihak yang sudah sepakat menentukan tujuan dan visi bersama untuk bekerja secara rasional.

Dan kedua pokok penting tersebut, dapat disimpulkan bahwa kebijakan di satu pihak dapat membentuk suatu kegiatan yang sangat komplek dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat, sedangkan dilain pihak kebijakan merupakan suatu teknik atau cara untuk mengatasi komflik dan menimbulkan insentif. Kebijakan adalah tindakan pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran untuk sebesar-besamya kepentingan masyarakat (Anderson et al. 1983). Menurut Friedrich (1963). kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan- kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

(37)

karena itu, kebijakan dapat dikatakan sebagai satu alat pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan tidak boleh sekedar dibuat atau karena ada kesempatan menyusun kebijakan. Pembuat kebijakan yang sekedarnya dapat menimbulkan kebijakan yang tidak tepat (Davis et a/, 1993). Caiden (1971) mengemukakan bahwa sulitnya melakukan ketepatan disebabkan oleh sulinya mendapatkan informasi yang cukup, bukti yang sullt disimpulkan, adanya pelbagai macam kepentingan yang berbeda-beda antar sektor dan instansi, umpan h l i k keputusan bersifat sporadis, dan proses perumusan kebijakan tidak dimengerti dengan benar.

Menurut Dye (1978) mendefinisikan kebijakan sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tiiak dilakukan (whatever government chooses to do or n d to do). Menurut James dalam Nogi (2004) pada dasarnya kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu perubahan. Selanjutnya membuat atau merumuskan suatu kebijakan pemerintah tiiaklah mudah, banyak faktor yang berpengaruh terhadap proses pembuatannya. Dalam proses itu, pembuat kebijakan harus menentukan identitai permasalahan kebijakan

Kebijakan adalah suatu peraturan untuk mengatur atau mengubah suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik. Kebijakan merupakan upaya manusia untuk mengetahui sesuatu, mengatasi sesuatu atau untuk mencapai sesuatu. Analisis kebijakan dilakukan untuk menemukan altematif kebijakan terbaik guna mengatasi permasalahan yang dihadapi atau untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam analisis kebijakan proses pengambil keputusan, sebab, akibat dan efektiitas kebijakan di pelajari (Dunn, 2003).

Menurut Janssen dalam Brown et a/. (2000) dalam pemecahan masalah digunakan manajemen konvensional, proses pengambilan keputusan digambarkan dalam tiga langkah yaitu ; 1) identiikasi masalah 2)

mengembangkan tindakan dan 3) memilih salah satu tindakan.

(38)

Kebijakan bersifat konseptual dan kongkrit, kebijakan konseptual adalah kebijakan yang telah dituangkan dalam suatu keputusan. Menurut Dunn (2003)

definisi keputusan adalah suatu pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal. Kebijakan adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Kebijakan publik adabh bidang yang cenderung didefinisikan berdasarkan area atau sektor kebijakan, dan dalam sebagian besar setting ini terjadi interaksi antar disiplin dan antar institusi.

2.3.2. lrnplernentasi Kebijakan

Mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dalam upaya menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. artinya implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan. Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan poliiik. ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpenga~h terhadap dampak, baik positS maupun negatif (Wahap (1990) dalam Nogi, 2004).

Selanjutnya keberhasilan implementasi kebijakan tidak terlepas dari proses perumusan kebijakan yang kelak menghasilkan isi kebijakan (content of

policy)

yang akomodatif serta lingkungan dimana kebijakan tersebut diimplementasikan (Grindle (1980) dalam Nogi, 2004).
(39)

Berkaitan dengan penjelasan diatas-dapat dijelaskan faktor-faktor yang menghambat efektiias implementasi kebijakan adalah : (1) pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya, (2) pihak- pihak yang terlibat tidak mau bekerjasama atau bekerja tidak efisien. (3) pelaksananya bekerja setengah hati atau tidak menguasai permasabhan atau tugas yang di emban berada diluar kekuasaannya atau kemampuannya.

Prinsip pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumberdaya alam (SDA) secara bijaksana untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Pengelolaan lingkungan hidup tidak hanya berarti memanfaatkan surnberdaya untuk pembangunan, namun mempakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebgakan penataan, pernailfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Dalam kaitannya dengan kehidupan manusia

,

dalam ha1 ini lingkungan hidup mempunyai 3 fungsi dasar sebagai berikut :

(1). Menyediakan ruang untuk hidup manusia (fungsi ruang)

(2). Menyediakan sumberdaya hayati maupun non hayati

,

baik yang dapat atau yang tidak dapat diperbahami (fungsi pemasuk sumberdaya)

(3). Mempakan media berbagai proses alami untuk memberikan pelayanan kepada manusia, agar lingkungan tetap dapat mendukung kehiiupan manusia (fungsi ekologi).

2.4. Law Enforcement (sanksi hukum)

Peter dalam Nogi (2004) mengatakan bahwa penyelenggaraan peraturan hukum terutama bukanlah persoalan psikis. Paling utama adalah kepercayaan atau keyakinan orang banyak bahwa sesuatu peraturan hukum adalah benar dan sehamsnya ditaati.

Kesadaran hukum yang rendah cende~ng pada pelanggaran hukum, sedangkan makin tinggi kesadaran hukurn seseorang, makin tinggi ketaatan hukumnya. Adanya hukum tersebut untuk diiaati dan dilaksanakan atau ditegakan (Martokusumo, 1984 dalam Nogi, 2004).

(40)

(env~ronmental law enforcement) merupakan salah satu sisi terlemah dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia. Lemahnya penegakan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari kondisi pemerintah pada umumnya di Indonesia, misalnya ketidak mampuan lembaga rnelakukan fungsi kontml pengadilan yang belum mandiri, bersih dan profesional, aparatur (birokrasi) yang tidak memiliki integritas yang kokoh dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Pemerintah dikatakan b i k apabila sumberdaya dan masabh-masalah publik dikelola secara efektif, efisien yang me:upakan respon !erhadap kebutuhan masyarakat (United Nation Development Programmed (UNDP) dalam Nogi,

2004).

Konsep mle of law paling tidak memenuhi 5 karakter sebagai berikut : 1). Supremasi hukum (the supremacy of law), setiap tindakan negara harus

dilandasi dengan hukum dan bukan berdasarkan pada diskresil kekuasaan.

2). Kepastian hukum (legal certainty), kapasitas hukum erat terkait dengan jaminan bahwa suatu masalah diatur dengan jelas, tegas dan tidak duplikatiiserta bertentangan dengan peraturan perundangan yang lain. 3). Hukum yang responsif, hukum haws mampu menyerap aspirasi masyarakat

luas dan mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan bukan dibuat untuk kepentingan sekelompok tertentu.

4). Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif, penegakan hukum yang mensyaratkan adanya sanksi, mekanisme untuk menjalankan sanksi, SDMlpenegak hukum yang memiliki integritas.

5). Keberadaan indenpenden di peradilan.

Terciptanya good government rnerupakan prasyarat dari pengelolaan lingkungan yang efektif. Namun pemerintah yang sudah mampuh mewujudkan good governance belum tentu memiliki kepedulian terhadap aspek keberlanjutan ekosistem. Oleh karena itu aktualisasi prinsip good governance masih memerlukan syarat tambahan yaitu upaya mengaitkan seluruh kebijakan pembangunan dengan prinsip keberlanjutan ekologis (ecologycal sustainability).

2.5. Good Environmental Governance (tata kelola lingkungan yang baik)

(41)

didasarkan pada pasal 8 UUPLH 1997, y?itu kekuasaan dan kompetensi negara menguasai serta mempergunakan sumberdaya alam demi kemakmuran rakyat, menyebutkan bahwa pemerintah mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup. mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial, disamping rnengembangkan pendanaan bagi upaya pembinaan fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip-prinsip ini menjadi dasar hak dan kewajiban masyarakat, juga menyiratkan bahwa negara memiliki tanggung jawab pengelolaan lingkungan hidup, termasuk aspek-aspek yang berkenaan dengan tindakan preventif dan represif atas pencemaran dan kerusakan lingkungan (Siahaan, 2004).

Menurut Santosa (2001) untuk melihat suatu perangkat hukum atau peraturan perundangan-undangan di bidang surnberdaya alam mendukung perwujudan pemerintahan yang baik dan memberikan pengakuan aspek perlindungan daya dukung lingkungan (GEG), maka perlu ditentukan paling tidak delapan kriteria sebagai berikut :

1). Pemberdayaan masyarakat (people's empowerment), masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan, tersedia akses publik terhadap informasi agar publik dapat berpartisipasi secara efektif.

2). Transparansi

3). Desentralisasi yang demokratis

4). Pengakuan terhadap keterbatasan daya dukung ekosistem dan keberlanjutan.

5). Pengakuan masyarakat adat dan masyarakat setempat. 6). Konsistensi dan harmonisasi.

7). Kejelasan (clarity)

8). Daya penegakan (enforceabilify).

Apabila keseluruhan elemen ini terintegrasi di dalam prodak hukum yang terkaii dengan pengelolaan lingkungan hidup, maka ini merupakan langkah awal yang sangat penting untuk mewujudkan pemerintahan yang baik yang mempunyai visi perlindungan kualitas dan daya dukung lingkungan.

Menurut Siahaan (2004) unsur-unsur penting dari GEG adalah adanya 1) Kedaulatan (soveieignity);

(42)

3) Kebijakan (policy);

4) Pengendalian (controlling);

5) Pengembangan (developing) dan tanggung jawab (responsibility and liability) atas lingkungan.

Makarim (2004) menyatakan bahwa kantor menteri lingkungan hidup (MLH) akan berupaya agar masyarakat bisa menjalankan konsep pembangunan terpadu dalarn arti pembangunan dilakukan seiring dengan rnempertimbangkan aspek lingkungan agar kualiias hidup dan kehidupan masyarakat meningkat secara berkelanjutan. Selanjutnya dikatakan kementrian lingkungan hidup (LH) memainkan peran sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kemitraan strategis antar stakeholder lingkungan serta memobilisasi segala sumberdaya yang ada untuk menjahnkan program pembangunan nasional secara berkelanjutan. Dari ungkapan ini tergambar dengan jelas bahwa kedepan pemerintah tidak akan bertindak seorang diri sebagai lembaga yang mengatur dan melaksanakan program-program pembangunan dan pelaksanaan pengelohan LH. Pemerintah akan lebih berperan sebagai lembaga pendorong atau f a s i l i o r terhadap semua stakeholder lingkungan dalam memanfaatkan dan mengelola LH nasional. Kemitraan antar stakeholder justru akan menjadi pilar mama yang menopang terlaksananya program-program pengelolaan lingkungan yang baik atau

GEG

dimasa depan. Dahm ungkapan populer dikatakan bahwa kebijakan pengelolaan lingkungan tidak lagi bersifat top down seperti selama ini terjadi, akan tetapi lebih bersifat bottom up. Pemerintah akan bertindak sebagai pengatur lalu lintas berdasarkan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dalam sistem negara demokrasi.
(43)

hubungan antara pernerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah dibangun berdasarkan model atau sistem kemitraan @ameftship) berdasarkan good governance.

2.6. Analisis Multi Criteria Decision Making (MCDM)

Teknik MCDM adalah suatu teknik yang potensial untuk dilibatkan dalam penentuan sebuah keputusan, karena bertujuan mengakomodasi proses seleksi yang melibatkan beragam kriteria dalam mengkalkulasi pemrasaran diaotara komflik yan terjadi. Penerimaan MCDM pada beberapa bidang diientukan oleh beberapa faktor diantaranya :

1. Teknik MCDM memiliki kemampuan menangani jenis data yang bewariasi (kuantiii, k u a l i , campuran dan pengukuran yang intangible).

2. Dapat mengakomodasi perbedaan yang diinginkan dahm kriteria.

3. Skema bobot yang bewariasi, menghadirkan prioritas

yang

berbeda atau pandangan dari stakehdder yang berbeda dapat diterapkan dalam MCDM. 4. Teknik MCDM tidak membutuhkan penilaian ambang seperti pada operasi

overlay sehingga kehihngan informasi yang dihasilkan tiiak terjadi penurunan skala dari variabel yang kontinyu pada skala nominal.

5. Prosedur analisis atau agregat dalam MCDM relatif sederhana dan straighffo~ward (Jansen and Rieveld, 1990; Carter, 1991; Jankowski, 1994 dalam Subandar, 2000).

Pendekatan MCDM telah banyak digunakan dan dikembangkan dan diakomodasikan bagi berbagai kriteria untuk menghasilkan altematif pengambilan keputusan atau altematii yang terbaik, sehingga relevan dalam pengambilan keputusan tampa perlu konversi ke unit-unit pengukuran dan proses normalisasi. Biiang analisis kriteria memerlukan sejumbh pendekatan dengan menghitung banyak kriteria untuk membentuk struktur dan mendukung proses pengambilan keputusan. Beberapa sor7war.e dirancang untuk rnendukung analisis ini diantaranya adalah simple muff; attribute rating technique (SMART).

2.7. Trade off Analysis

Trade off analysis merupakan sebagai bagian dari m u M e n a analysis

(44)

masalah dari informasi yang ada (Brown et a/. 2000). MCA digunakan untuk mendukung prioritas pengambilan keputusan oleh stakeholders dengan menganalisis informasi yang dapat digunakan untuk menghasilkan skenario pengembangan masa depan pembangunan.

Trade off analysis adalah suatu analisis yang lebih menekankan pada partisipasi stakeholder untuk ikut mempertimbangkan strategi pengelolaan dalam rangka menentukan prioritas pengelolaan kawasan diiasa mendatang. Semua stakeholder yang terlibat di daiam pengelolaan kawasan diajak berpaltisipasi dalam penentuan strategi pengeloban yang akan dilakukan. Dengan demikian melalui trade off analysis akan dapat menolong pembuat kebijakan yang didasarkan pada komflik pemanfaat sumberdaya yang ada. baik komflik aktual maupun faktual yang berguna untuk menentukan pilihan pengeloban kawasan berdasarkan keinginan stakeholder setempat. Dampak lingkungan dari prioritas pengelolaan yang diinginkan dapat diprediksi guna mengantisipasi timbulnya dampak negatii dan meningkatkan dampak positii.

Dalam trade off analysis, dilakukan tahapan-tahapan antara lain :

1. ldentikasi dan klasifiasi stakeholder.

2. ldentifikasi skenario pengembangan dimasa mendatang.

3. Memperkirakan dampak untuk masingmasing rencana aksi pengelolaan.

4. Mengajak stakehdder untuk membuat prioritas pengelolaan.

5. Membangun konsensus bersama antara stakeholder berdasarkan informasi yang telah disusun sehingga tercapai kesepakatan pengelolaan

(45)

Ill. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizarn Zachman Jakarta. Secara administrasi PPS Nizam Zachman Jakarta terietak di daerah Muara Baru. Kelurahan Penjaringan Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Penelitian berjalan mulai bulan September 2005 sarnpai dengan Mei 2006. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

3.2. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif korelasional yaitu berusaha untuk mengambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti (Nasir, 1999). Melalui pendekatan ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang yang komprehensif dan mendalam tentang obyek yang diteliti. Studi kasus (case study) yaitu suatu kajian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalarnnya (Nasution, 2003). Tujuan da

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Tiga elemen sistem kebijakan (Dunn, 2003)
Gambar 3. Peta titik pengambilan sampel kualitas air
Tabel 4. Responden dan jumlah responden yang dipilih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian sesudah masa tujuh tahun itu, akan datang tujuh tahun yang amat sulit akibat terjadinya paceklik diseluruh negeri yang menghabiskan apa yang kamu simpan

Pilihan dapat dibuat antara mesin tujuan umum (bubut pusat, perencana, pembentuk, Pressers bor dll) dan mesin tujuan khusus. Mesin-mesin tujuan umum memiliki karakteristik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu “DNR” mempunyai efek antidiare pada mencit putih jantan yang dibuat diare dengan minyak jarak dilihat dari semua parameter kecuali bobot feses

dianggap mampu meningkatkan kemampuan STATCOM dalam hal pengendalian daya reaktif. Selain itu, konfigurasi ini memungkinkan untuk menghilangkan pemakaian transformator

Di sisi lain, penilaian pribadi ini akan mengurangi sikap defensif karyawan terhadap penilaian yang dilakukan orang lain, dan dapat merupakan alat yang baik

Penelitian dilakukan di PT. INDORAMA SYNTHETICS, Tbk Jatiluhur Purwakarta. Yang akan dijadikan subjek skripsi adalah motor induksi 3 fasa yang berfungsi sebagai motor

 Adapun keuntungan menggunakan Water Tube Boiler adalah :  Menghasilkan uap dengan tekanan lebih tinggi dari pada ketel pipa api.  Untuk daya yang sama, menepati

7enyakit-penyakit virus ini mungkin dapat dikacaukan dengan abnormalitas genetik, gangguan *isiologi seperti kekurangan /at hara dan keracunan oleh serangga. Namun demikian,