STUDY TENTANG SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) UNTUK
MENENTUKAN BERBAGAI INFORMASI PESAWAT TERBANG DI PT. ANGKASA
PURA II POLONIA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan untuk memenuhi syarat sebagai sarjana sains
MAWADDAH 050801006
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
JUDUL : STUDI TENTANG SECONDARY SURVEILLANCE
RADAR (SSR) UNTUK MENENTUKAN BERBAGAI INFORMASI PESAWAT TERBANG DI PT. ANGKASA PURA II POLONIA MEDAN
Kategori : SKRIPSI
Nama : MAWADDAH
Nomor Induk Mahasiswa : 050801006
Program studi : SARJANA (SI) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, juni 2010 Diketahui/disetujui oleh
Ketua departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing
PERNYATAAN
STUDY TENTANG SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) UNTUK
MENENTUKAN BERBAGAI INFORMASI PESAWAT TERBANG DI PT. ANGKASA
PURA II POLONIA MEDAN
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan – ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya
Medan, juni 2010
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Sang pencipta semesta alam, atas nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada hamba-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan . Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada penutup para nabi, Rasulullah Muhammad SAW . Sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama mengerjakan tugas akhir ini, terutama ditujukan kepada :
1. Orang tua, Riswandi Yusuf dan Hasnah, yang telah menjadikan mawaddah sebagai manusia yang sangat beruntung di dunia ini. Terima kasih atas kasih sayangnya dan dukungannya dalam meraih cita-cita ini, semoga apa yang telah saya raih saat ini dapat memberikan kebanggaan untuk orang tua ku tercinta.
2. Kak Mila, bang Iwan, kakak dan abang yang sangat saya cintai dan saya sayangi , terima kasih atas dukungan dan perhatian yang telah diberikan kepadaku. Semoga kita semua bisa membanggakan orang tua.
3. Bapak Dr. BISMAN P. M.ENG, yang telah memberikan banyak sekali masukan, bimbingan, ilmu kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik, untuk semua yang telah Bapak berikan untuk saya. 4. Bapak Eri Subari Yusuf selaku pembimbing di angkasa pura II polonia medan,dan seluruh
karyawan bagian teknik navigasi dan radar yang telah memberikan masukan dan bimbingan juga perhatian kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Seluruh Dosen dan staf Departemen Fisika Universitas Sumatera Utara.
6. Novi, Zul, Ana, Fera, Metha, Udin, Nadhra, Fadhlan, Widya, hendri dan semua teman-teman fisika 05 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya.
7. Devi, via, titan, nela, putri, kak lili, lisa ( arihta 16) yang telah memberikan nasehat dan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini
8. Untuk semua pihak yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini.
ABSTRAK
Study of Secondary Surveillance Radar (SSR) to determine various information
about the aircraft at the PT. Angkasa Pura II Medan
ABSTRAC
DAFTAR ISI
BAB III Metodologi penelitian 3.1 Sistem radar primer dan sekunder ……… 28
3.2 metode penelitian ………. 29
3.3 pengambilan input data ……… 30
BAB IV Hasil dan pembahasan 4.1 prinsip kerja secondary surveillance radar ……… 32
4.2 informasi yang dihasilkan secondary surveillance radar 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 mode-mode interrogator………. 17
Tabel 2 DATA 1………. 28
Tabel 3 DATA II………. . 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 antenna radar primer dan radar sekunder 9
Gambar 2.2 cara kerja secondary surveillance radar (SSR) 11
Gambar 2.3 blok diagram SSR 14
Gambar 2.4 alat interrogator 18
Gambar 2.5 pulsa interrogator 19
Gambar 2.6 Pancaran pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan
efek side lobe 20
Gambar 2.7 transponder 24
Gambar 2.8 Format pulsa-pulsa jawaban transponder 25 Gambar 2.9 display secondary surveillance radar 27
Gambar 3.1 sistem radar primer 28
Gambar 3.2 sistem radar sekunder 29
Gambar 4.1 secondary surveillance radar (SSR) 33 Gambar 4.2 display/ tampilan radar sekunder 34
Gambar 4.3 altimeter 36
Gambar 4.4 ketinggian pesawat 36
DAFTAR SINGKATAN
ATC : Air traffic control
IFF : identification friend or foe NM : Nautical mile
ABSTRAK
Study of Secondary Surveillance Radar (SSR) to determine various information
about the aircraft at the PT. Angkasa Pura II Medan
ABSTRAC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Semakin banyaknya pesawat yang ada dibandara maka semakin dibutuhkan suatu alat pendeteksi pesawat yang bisa mendeteksi keberadaan pesawat-pesawat yang ada diudara sehingga tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Alat pendeteksi tersebut adalah radar sekunder atau secondary surveillance radar (SSR)
Radar adalah singkatan dari Radio detection and Ranging yang merupakan salah satu fasilitas Navigasi .Radar merupakan suatu cara dimana gelombang radio yang dipancarkan ke angkasa akan diterima kembali setelah suatu benda diangkasa menyebabkan pantulan/ refleksi ketika gelombang radio tersebut mengenainya. Jarak dari obyek tersebut ditentukan dengan mengukur waktu ketika gelombang radio dipancarkan kemudian diterima kembali oleh antena receiver. Arah dari suatu obyek yang dideteksikan dari radar ditentukan oleh posisi rotating antena (antena yang berputar) ketika bagian yang direfleksikan oleh gelombang radio diterima. Jadi radar dapat “melihat” benda yang bergerak di angkasa dalam daerah jangkau radar dan sekaligus menentuka arah dan jarak dari benda tersebut.
Radar ada beberapa macam dan yang umum digunakan di bandara udara adalah Primary Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR). Kedua jenis radar baik PSR maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif. Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiri tidak “tahu-menahu” dengan kegiatan radar di bawah.
dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.
Secondary Surveillance Radar
Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030 Mhz
2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz
3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal sampai kembali ke SSR
1.2BATASAN MASALAH
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. radar yang digunakan adalah SSR (secondary surveillance radar)
2. alat penanya pada secondary surveillance radar adalah interrogator dengan frekuensi 1030 MHz
3. alat penjawab pada secondary surveillance radar adalah transponder dengan frekuensi 1090 MHz
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. untuk mengetahui keakuratan prinsip kerja dari secondary surveillance radar (SSR) 2. untuk mengetahui informasi yang dihasilkan secondary surveillance radar (SSR) 3. untuk mengetahui aplikasi dari secondary surveillance radar bagi keselamatan
penerbangan
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana secondary surveillance radar (SSR) itu dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengatur lalu lintas udara.
1.5 TEMPAT PENELITIAN
PT. ANGKASA PURA II ( PERSERO ) BANDAR UDARA POLONIA MEDAN BAGIAN TEKNIK NAVIGASI DAN RADAR
Adapun sistematika dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan tempat penelitian
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang radar, secondary surveillance radar (SSR), interrogator (penanya ) dan transponder (penjawab).
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang tempat penelitian, sumber data, instrument pengumpul data, teknik pengolahan dan analisisi data
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL
Bab ini menguraikan tentang analisis terhadap secondary surveillance radar (SSR) serta penjelasan tentang aplikasi nya terhadap pengaturan lalu lintas udara.
BAB V : PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RADAR ( RADIO DETECTION AND RANGING )
Sejarah perkembangan radar
Diakhir tahun 1940-an, radar telah diintegrasikan ke dalam sistem pemanduan lalu lintas udara . Sejak itu telah banyak kemajuan yang dicapai baik peralatan maupun prosedur sehingga radar saat ini mempunyai kinerja jauh lebih baik dibandingkan yang dibayangkan semula beberapa tahun yang lampau. Peralatan radar saat ini telah dipasang di hampir seluruh unit pemandu lalu lintas udara di seluru dunia. Sistem radar sangat membantu tenaga pemandu lalu lintas udara yaitu menjaga keselamatan, kelancarandan keteraturan lalul intas udara.
Keberadaan radar pertama kali adalah merupakan gagasan dari dua ilmuan Jerman yaitu Heinrich dan Christian Hulsmeyer, pada tahun 1922. Percobaan dlakukan oleh kedua ilmuan tersebut dan selanjutnya mereka dapat mempraktekandi lapangan. Mereka gunakan untuk menghindarkan tabrakan antar kapal laut di lautan. Dari situlah akhirnya membawa arah perkembangan radar. Sistem radar pertamakali digunakan pada tahun 1925 oleh Gregory Briet dan Merle A. Tune dari Amerika.
Pada tahun 1930, dilakukan penyelidikan penggunaan radio untuk mencari kapal laut dan pesawat terbang musuh oleh Angkatan Laut Amerika Serikat. Dan hasilnya adalah alat tersebut mampu mendeteksi pesawat dengan mengunakan panntulan gelombang radio. Setelah berhasil dilakukan lagi untuk selanjutnya penelitian mengembangkan instrument untuk mengumpulkan data, mencatat data secara otomatis dan mengkorelasikan data untuk menunjukan posisi, sudut dan kecepatan kapal laut atau pesawat terbang.
elektronik yang memperoleh kontrak untuk pembatan peralatan radar. Badan Penerbangan Inggris mengakui kuntungan yang diperoleh dari radar dalam sistem pengendalian Lalu Lintas Udara. Pada Badan Meteorologi Amerika memanfaatkan radar dalam melacak badai untuk mengadakan perkiraan cuaca sedini mungkin.
Penggunaan radar dalam pengendalian Lalu Lintas Udara pertama kalinya adalah untuk alat bantu pendaratan. Setelah pengembangan peralatan yang lebih baik,peralatan tersebut kemudian ditingkatkan untuk mengatur arus lalu lintas. Radar telah memungkinkan pengendalian Lalu lintas Udara untuk melihat dan mengarahkan pesawat guna menghindarkan tabrakan antar pesawat atau antara pesawat dan rintangan di darat.
Pengertian radar
Radar adalah singkatan dari Radio Direction And (Radio) Raging. Sesuai dengan namanya radar digunakan untuk mendeteksi posisi pesawat yang dinyatakan dengan arah atau azimuth yang mengacu pada arah Utara dan pada jarak (range) tertentu dari antena.
Radar bekerja dengan menggunakan gelombang radio yang dipantukan dari permukaan objek.Radar menghasilkan sinyal energi elektromagnetik yang difokuskan oleh antenna dan ditransmisikan ke atmosfer. Benda yang berada dalam alur sinyal elektromagnetik ini yang disebut objek, menyebarkan energi elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi elektromagnetik tersebut disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang biasanya juga antenna pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan memasukkannya ke alat yang disebut receiver.
Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio Detection and Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika gelombang yang dipancarkan mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan berbalik arah, dan waktu yang diperlukan untuk kembali lewat alat penerima dapat mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan ketinggian.
penemuan militer yang bernama IFF (Identification Friend or Foe). Cara kerjanya setiap kali radar melakukan “sapuan” gelombang maka disaat itu juga sinyal berfrekuensi tinggi akan dipancarkan. Sinyal ini diterima oleh transponder di pesawat dan akan memancarkan sinyal untuk dikembalikan ke stasiun radar darat. Ini akan memberikan keakuratan terhadap lokasi pesawat daripada hanya mengandalkan gelombang radar semata.
Ketika kita menggunakan radar, kita pasti ingin mencapai salah satu dari tiga hal dibawah ini: 1. Mendeteksi kehadiran sebuah objek dari jarak jauh. Umumnya objek tersebut bergerak,
seperti pesawat terbang. Tapi radar juga bisa digunakan mendeteksi objek-objek yang terkubur di dalam tanah. Dalam beberapa kasus, radar bisa mengenali tipe pesawat yang dideteksinya.
2. Mendeteksi kecepatan sebuah objek
3. Memetakan sesuatu, misalnya orbit satelit dan pesawat ruang angkasa.
Dalam pesawat terbang pun sebenarnya penggunaan radar sangat signifikan. Dalam situs Wikipedia disebutkan, pesawat peringatan dini (Airborne Early Warning -- AEW) adalah sebuah sistem radar yang dibawa oleh sebuah pesawat terbang yang dirancang untuk mendeteksi pesawat terbang lain. Radar ini dapat membedakan antara pesawat terbang kawan dan pesawat terbang musuh dari jarak jauh. Pesawat peringatan dini digunakan dalam operasi penerbangan defensif maupun ofensif. Secara ofensif, sistem ini bertugas untuk mengarahkan pesawat tempur ke targetnya. Secara defensif, sistem bertugas untuk mengawasi serangan musuh.
Komponen radar
1. Modulator, adalah alat pengendali transmitter dengan menentukan waktu dan jumlah sinyal yang harus ditransmisikan.
2. Transmitter adalah alat yang menghasilkan energi untuk sinyal yang akan dtransmisikan. 3. Antena, memfokuskan energi sinyal untuk dipancarkan ke atmosfer dan mengumpulkan
hasil pantulan kembali dari objek.
7. Layar tampilan, menampilkan informasi actual tentang pulsa yang telah kembali.
2.2 SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) DI BANDARA POLONIA
Radar ada beberapa macam dan yang umum digunakan di bandara udara adalah Primary Surveillance Radar (PSR) dan Secondary Surveillance Radar (SSR). Kedua jenis radar baik PSR maupun SSR mempunyai cara kerja berbeda. Pada PSR sifatnya aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif. Karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio dari refleksi pesawat tersebut (echo). Sedangkan pesawat itu sendiri tidak “tahu-menahu” dengan kegiatan radar di bawah. Pada SSR, baik radar maupun pesawat kedua-duanya aktif. Hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang telah dilengkapi dengan transponder. Pesawat-pesawat yang tidak dilengkapi transponder tidak akan dapat dilihat pada radar scope seperti identifikasi pesawat, ketinggiannya, dan lain-lain.
SSR merupakan peralatan untuk mendeteksi dan mengetahui posisi dan data target yang ada di sekelilingnya secara aktif, dimana pesawat ikut aktif jika menerima pancaran sinyal RF radar sekunder. Pancaran radar ini berupa pulsa-pulsa mode, pesawat yang dipasangi transponder, akan menerima pulsa-pulsa tersebut dan akan menjawab berupa pulsa-pulsa code ke sistem penerima radar.
Dalam sistem pemantauan lalu lintas udara, radar primer dirasakan kurang sempurna. Oleh karena itu, dikembangkan sistem radar yang tidak hanya memanfaatkan sinyal pantul, tetapi terjadi “dialog” antara peralatan didarat dengan peralatan radar yang ada di pesawat udara. Sistem yang dikembangkan tersebut adalah radar sekunder atau secondary surveillance radar (SSR).
SSR (Secondary Surveillance Radar) Spesifikasi
2. Receiver : 1090 MHZ Power : 2,5 KWatt
Tahun Operasi : 1977
Power Supply : PLN,Genset
Gambar 2.1. Antenna radar primer dan radar sekunder
Pengawasan radar sekunder SSR
Pada sistem SSR ground pemancar / penerima disebut interogator, dan udara penerima / pemancar disebut transponder. Interogator transmisi dibuat pada frekuensi 1030MHz (sekitar 29cm) dan disebut mode. Pada interogator menerima sinyal pada mode yang sudah diatur, transponder menanggapi dengan transmisi pada frekuensi 1090MHz. Tanggapan ini adalah dalam bentuk kode.
Catatan - Semua sistem SSR sipil saat ini menggunakan frekuensi yang sama yaitu 1030MHz untuk tanah untuk transmisi udara, dan 1090MHz untuk udara untuk tanah transmisi.
pulsa ini akan diproses, dan selanjutnya transponder memberikan jawaban (reply) pada frekuensi 1090 Mhz. Pulsa-pulsa interrogation disebut mode dan pulsa-pulsa reply disebut code.
Selanjutnya reply dari pesawat terbang yang diterima oleh antenna radar sekunder di darat, di proses dan dianalisa oleh perangkat extractor dan komputer untuk memperoleh informasi yang diinginkan.
Frekuensi dan penggunaannya
Agar pulsa-pulsa mode dan kode ini sampai pada tujuannya dengan tepat dan sempurna, maka diperlukan suatu pembawa pulsa-pulsa tersebut.
Pembawa pulsa-pulsa tersebut biasanya disebut dengan istilah “FREQUENCY CARRIER” atau frekuensi pembawa. Dalam SSR itu pesawat terbang adalah suatu target yang aktif didalam memberikan jawabannya, dan juga menghindari jawaban-jawaban yang tidak diinginkan yang berasal dari pesawat yang tidak dilengkapi dengan transponder (pasif)atau pantulan yang berasal dari bumi dan atmosfir, maka dibuatlah dua macam frekuensi yang berbeda antara frekuensi mode dengan frekuensi kode.
Frekuensi yang dipakai adalah :
- Interrogator mode menggunakan frekuensi carrier 1030 MHz - Transponder code menggunakan frekuensi carrier 1090 MHz
Dengan adanya target yang aktif dan dua frekuensi carrier yang berbeda, maka pada SSR kita akan dapat mendeteksi suatu pesawat yang cukup jauh yaitu 200 NM.
Dengan radar SSR, yang merupakan radar deteksi aktif dengan pesawat terpasang transponder, informasi yang didapatkan lebih dari deteksi PSR, yaitu :
- kecepatan pesawat
Secondary Surveillance Radar (SSR) adalah radar yang bekerja dengan bantuan alat yang bernama transponder di pesawat udara. Secara sederhana cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. SSR di darat memancarkan sinyal yang disebut dengan interrogation pada frekuensi 1030 Mhz
2. Jika mendapatkan sinyal interogasi, maka transponder akan menjawab/ memberikan sinyal balasan pada frekuensi 1090 Mhz
3. Dekoder yang ada di SSR akan menghitung jarak pesawat tersebut dari lamanya sinyal sampai kembali ke SSR
4. Arah pesawat tersebut akan ditentukan oleh arah antena radar SSR yang berputar 360 derajat.
Gambar 2.2 Cara kerja secondary surveillance radar (SSR)
Jadi misalnya antena SSR sedang mengarah ke timur pada arah 090° dan mendapatkan jawaban (reply) dari sebuah transponder, maka jarak dan posisi pesawat akan diketahui oleh SSR.
- Menghasilkan informasi dari transponder pesawat yang mengirimkan jawaban dengan membawa identitas dari pesawat
- Jarak jangkau pancaran adalah 200 NM - Daya nya adalah 2,5 Kwatt
Informasi yang dapat dihasilkan oleh secondary surveillance radar adalah : • Jarak:
Salah satu cara yang bisa dipakai untuk mengukur jarak suatu objek dari antena ialah dengan mengirimkan sinyal gelombang radio (radiasi elektromagnetik) dan mengukur jeda waktu pantulan gelombangnya. Jarak(Range) Pesawat Terbang Menunjukkan jarak pesawat terbang terhadap staiun radar atau bandar udara dalam satuan Nautical
Mile(NM) dimana 1NM=1,852 kilometer • Kecepatan:
Perbedaan frekuensi antara sinyal gelombang yang dipancarkan dan sinyal gelombang yang dipantulkan kembali dapat digunakan untuk menghitung kecepatan dari benda tersebut.
• Posisi
Merupakan nilai sekian derajat terhadap titik utara stasiun radar kearah pesawat
terbang dengan putaran searah jarum jam(Clock Wise/Cw) • Ketinggian
Ketinggian dari suatu pesawat harus diketahui baik pilot maupun ATC (air traffic control) untuk menyeimbangkan pesawat agar tidak berada pada jalur yang salah. Ketinggian Pesawat Terbang Menunjukkan ketinggian pesawat udara terhadap permukaan laut dengan satuan feet.
• Kode pesawat
Kode pesawat digunakan untuk mengetahui pesawat jenis apa yang sedang terbang pada saat itu. Dan untuk membedakan pesawat satu dengan yang lainnya.
Bagian-bagian dari secondary surveillance radar adalah sebagai berikut :
Antena Radar dirancang untuk dapat memancarkan energi dengan diarahkan (directive), Untuk dapat menghasilkan pattern yang berbentuk kipas dengan sudut elevasi yang lebar dan azimuth yang sempit.
Antenna ini berfungsi untuk mengirimkan pulsa interrogasi dari interrogator ke udara (1030 MHz) dan menerima jawaban berupa kode-kode dari transponder pesawat (1090 MHz). Antenna ini dibuat sedemikian sehingga untuk menghilangkan efek side lobe (SLS) sewaktu memancarkan interrogation.
Untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara, maka beam pattern dari antenna harus dapat menjelajahi seluruh wilayah pemantauan. Untuk itu azinuth tersebut dipasang pada dudukan yang dapat berputar satu lingkaran penuh searah jarum jam yaitu menggunakan sebuah motor.
Antena radar termasuk jenis antena terarah (directive antena), yang memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
1. Pancaran pulsa terkonsentrasi (mirip lampu sorot atau beam), sehingga jangkauannya lebih jauh dan pantulannya dapat langsung disalurkan ke penerima.
2. Dengan pancaran yang terkonsentrasi maka akan lebih mudah dan cepat membedakan dua target yang terpisah azimuthnya.
Kemampuan radar dalam menjelajahi seluruh wilayah pemantauan dalam mendeteksi sasaran menjadikan alat ini disebut surveillance radar atau radar pemantauan. Untuk informasi posisi sasaran, mengacu ke pada arah utara.
2. Transmitter
Transmitter adalah alat yang menghasilakn energi untuk sinyal yang akan ditransmisikan. Fungsi dari transmitter ini adalah :
♦ Menghasilkan frekuensi carrier/pembawa 1030 MHz. ♦ Memodulasi secara pulsa dari P1 – P2 – P3.
3. Receiver
Receiver sebagai penguat sinyal kembali(echo) yang diterima antenna. Fungsi dari receiver adalah :
♦ Memfilter, memperkuat dan mendeteksi jawaban-jawaban dari transponder pesawat berupa pulsa-pulsa kode pada frekuensi 1090 MHz.
Gambar 2.3 blok diagram secondary surveillance radar
jangkauan pancaran secondary surveillance radar pada pesawat terbang
1 NM = 1.852 kilo meter
Pesawat-pesawat terbang yang ada diudara dapat dideteksi dengan pancaran sejauh 200 NM. Jadi, pada jarak sejauh itu, para user atau petugas ATC dapat mengetahui keberadaan atau posisi suatu pesawat.
Kalau keberadaan pesawat terbang yang ada diudara sudah mencapai batas maksimum yaitu lebih dari 200 NM, maka stasiun darat yang ada dibandara tidak akan bisa mendeteksi atau menampilkannya pada layar display, oleh karena itu sebelum hal-hal yang buruk terjadi petugas ATC harus selalu mengawasi setiap pesawat yang ada diudara, sehingga dapat berkomunikasi dengan baik.
Jarak jangkau secondary surveillance radar (SSR) ke pesawat terbang adalah 200 NM 1 NM = 1.852 km
200 NM = 370 km
Interval T pada interrogasi adalah pada umumnya kira-kira 2,5 mS, dimana untuk jarak maksimum secara teoritis :
r = C T / 2 dimana r = jarak maksimum
C = kecepatan cahaya 3 . 108 m/s T= pulse repetition time (PRT)
PRT yaitu selang waktu antara satu pulsa dengan pulsa berikutnya yang disebut pula satu siklus kerja.
T = 1 / PRF
Dimana nilai dari PRF adalah 400 jadi : T = 1 / PRF
= 1 / 400 = 2,5 Ms.
Maka dapat diperoleh Perhitungan secara rumus untuk jarak maksimum dari secondary surveillance radar untuk mendeteksi pesawat terbang adalah :
- Untuk T = 2,5 mS r = C T / 2
= 3. 108 m/s x 2,5 .10-3 s/ 2 = 375 km
Kendala-kendala pada pengoperasian secondari surveillance radar ( SSR)
Beberapa kendala yang mungkin timbul pada pengoperasian radar sekunder diantaranya : 1. Garble
Garble dapat terjadi jika dua pesawat atau lebih berada berdekatan dan diadakan pemisahan (separation) oleh petugas ATC sejauh 5 NM. Keadaan ini menyebabkan munculnya simbol dan kode pesawat yang tumpang tindih pada layar display
2. Capture effect
Dapat terjadi karena transponder hanya mampu memberikan jawaban bagi satu interrogation pada satu waktu yang tepat.
3. Sinyal multipath
lain yang berdekatan letaknya dengan stasiun radar. Sinyal pantulan ini dapat memperlemah sinyal masukan bagi perangkat penerima.
4. Fruit
Dapat terjadi bila dua stasiun radar yang letaknya berdekatan, misalnya A dan B saat bersamaan memberikan interrogation kepada sebuah pesawat terbang yang sama. Maka akan terjadi kemungkinan jawaban yang seharusnya untuk stasiun A diterima oleh B, atau sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena jangkauan radar (coverage) dari kedua stasiun tersebut saling berpotongan (overlap)
Kendala-kendala tersebut diatas pada prinsipnya disebabkan oleh dua masalah pokok, yaitu :
1. Kesalahan pendeteksian oleh transponder pesawat udara.
2. Kesalahan data pada pulsa jawaban yang diterima oleh stasiun radar.
2.3 INTERROGATOR
Pancaran sinyal oleh stasiun darat biasanya disebut sebuah interrogator. Dua pulsa P1 dan P3 dipancarkan oleh antenna dan jarak kedua pulsa ini akan ditentukan dan data berisi jawaban transponder. Selanjutnya pulsa P2 terpancar dari sinar pengontrol.
PRF ini amat penting karena dipergunakan untuk mengukur waktu yang memisahkan pertanyaan (MODE) dengan jawaban (CODE) mengingat jarak dari radar station yang cukup jauh dengan pesawat terbang.
Gambar 2.4. Alat interrogator
Untuk membedakan pertanyaan-pertanyaan maupun jawaban yang dipakai pada SSR kita mempergunakan pulsa-pulsa yang disusun secara serial atau berderet. Pulsa-pulsa ini disusun berdasarkan peraturan ICAO, sehingga kita mempunyai suatu standard pulsa yang dipakai pada SSR.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan dipancarkan oleh interrogator ke transponder pesawat terbanga adalah :
• Berapa kecepatan pesawat terbang tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan yang dipancarkan oleh interrogator ini dipancarkan ke transponder pesawat dalam bentuk mode-mode, kemudian setelah mode-mode ini sampai ke transponder pesawat, maka transponder pesawat akan mengirimkan jawabannya dalam bentuk kode-kode ke stasiun darat SSR (secondary surveillance radar) agar dapat digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara untuk keselamatan penerbangan.
Dari kode-kode itulah kita akan mendapatkan berbagai informasi yang sangat berguna untuk transportasi udara.
Interrogator SSR (secondary surveillance radar) mengirimkan deretan pulsa-pulsa ke udara secara periodik. Pulsa-pulsa yang dipancarkan tersebut terdiri dari tiga pulsa yaitu seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.5. Pulsa interrogator
Waktu interval P1 – P3 adalah merupakan pertanyaan dari interrogator yang disebut sebagai mode seperti berikut ini :
MODE P1 – P3 (μs) TIPE INTERROGATOR
1 3 Militer
2 5 Militer
3/A 8 Identifikasi (kode pesawat)
B 17 Identifikasi (kode pesawat)
C 21 Identifikasi ketinggian
D 25 Sipil
Mode-mode yang digunakan saat ini adalah :
- Mode 1 digunakan untuk keperluan militer
- Mode 2 digunakan untuk identifikasi pesawat militer
- Mode 3/A digunakan untuk mengidentifikasi setiap pesawat didaerah jangkauan radar - Mode C digunakan untuk identifikasi ketinggian pesawat terbang.
Pancaran side lobe
Pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe dari antenna. Selain memancarkan pulsa P1-P3 radar sekunder juga memancarkan pulsa P2 sebagai pengontrol dalam upaya untuk mencegah agar transponder tidak menjawab pulsa intterogation yang berasal dari pancaran side lobe. Jika pancaran dari side lobe ini tidak dicegah akan mengakibatkan kekeliruan informasi. Perlu diingat bahwa pancaran dari side lobe ini tidak dapat dihilangkan, namun dapat dicegah efeknya dengan upaya pengontrolan melalui pemancaran pulsa P2 tersebut.
Gambar 2.6. Pancaran pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe
Pada ketiga pulsa tersebut, sinyal interrogation P1-P3 dipancarkan satu arah (directional), sinyal control P2 dipancarkan ke segala arah ( omni directional ), dengan demikian semua side lobe akan terlingkupi oleh sinyal kontrol.
Cara kerja pemancar ( interrogator )
Frekuensi carrier yang besarnya 1030 MHz itu dihasilkan oleh crystal pilot oscilator dan kemudian diperkuat oleh amplifier.
Sedangkan pulsa-pulsa P1, P2 dan P3, yang akan dipergunakan sebagai mode itu dihasilkan oleh encoder , yang mana encoder ini diatur oleh selection of mode agar dapat menghasilkan mode-mode yang benar, yang sesuai dengan mode yang diinginkan.
Kemudian pulsa-pulsa P1,P2 dan P3 yang sudah berbentuk mode ini dimasukkan pada modulator. Pada modulator inilah mode-mode tadi dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier dan diteruskan ke power stage.
Selanjutnya didalam power stage ini frekuensi carrier yang telah berisi mode-mode diberi power sebesar 2,5 KW agar cukup kuat untuk dipancarkan ke udara melalui circulator dan antenna sejauh 200 NM.
Pancaran daripada interrogator ini tidak merupakan pancaran yang terus-menerus seperti pada pemancar biasa, tetapi merupakan pancaran yang terputus-putus sesuai dengan PRF yang dipergunakan yaitu 400 PRF. Atau dengan kata lain bahwa interrogator ini memancar kemudian berhenti sebanyak 400 kali dalam satu detik. Pada saat interrogator berhenti memancar, maka waktu ini dipergunakan oleh penerima untuk menerima kode-kode yang berasal dari transponder pesawat.
identifikasi ketinggiannya. Kegunaan SSR pada militer adalah untuk mengidentifikasi apakah pesawat tersebut teman atau lawan, maka militer menyebutnya dengan IFF (identification friend or foe).
Biasanya, setiap radar militer dan sipil juga dilengkapi dengan interogator IFF (identification friends or foe) yang sering disebut sebagai radar sekunder. Interogator ini mengirim sinyal pertanyaan yang disebut sebagai mode 1, mode 2 (khusus pesawat militer), mode 3/A (identifikasi untuk semua pesawat), dan mode C (pertanyaan tentang ketinggian terbang).
Pesawat yang dilengkapi transponder IFF, setelah menerima sinyal pertanyaan (mode 1, 2, 3/A, dan C) akan menjawab sesuai pertanyaannya secara otomatis. Data perbedaan waktu antara dikirimnya sinyal pertanyaan dan diterimanya kembali jawaban dari pesawat serta arah horizontal antena dikalkulasi oleh prosesing radar sekunder sehingga pesawat yang menjawab dapat ditentukan jarak dan arahnya (bearing-nya) dari radar.
Pada system IFF tersebut peralatan didarat dioperasikan untuk memancarkan sinyal pertanyaan (interrogation) kepada pesawat terbang, dan setelah sinyal tersebut diproses, penerima di pesawat terbang memancarkan jawaban (respons) kembali ke stasiun darat.
Pada radar modern, peralatan IFF telah ditingkatkan kemampuannya. Baik peralatan didarat maupun peralatan di pesawat udara. Pengelolaan penyajian dilakukan melalui penggunaan sandi/kode dalam mode 3/A yang memungkinkan sasaran dapat disaring secara sistematis melalui penyaringan (filtering) sasaran. Oleh karena itu hanya sasaran yang memenuhi kriteria identitas atau ketinggian tertentu yang dapat disajikan pada layar radar.
Dengan kata lain, untuk penerbangan sipil, radar sekunder banyak dipakai sebagai peralatan pendukung keselamatan penerbangan dengan kemampuan dapat melihat pesawat-pesawat yang harus dan bersedia diketahui posisinya demi keselamatan penerbangan.
2.4 TRANSPONDER
Transponder (transmitter/rensponder) adalah peralatan yang ada di pesawat terbang (airborne unit). Bagian utama transponder adalah transmitter. Transponder merupakan alat yang aktif namun sebagian bisa di non-aktifkan. Sebelum transmitter mengirimkan jawaban (reply) ke stasiun radar di darat atas pertanyaan dari interogator, pulsa harus diterima dan diproses terlebih dahulu. Jika transponder diaktifkan maka transmitter akan memancarkan rangkaian pulsa jawaban khusus yang tidak terikat oleh dan lebih kuat dari pantulan pulsa radar primer (echo).
Transponder pada pesawat terbang setelah menerima pertanyaan (mode) kemudian akan diproses dan kemudian transponder ini akan mengirimkan jawabannya (kode) yang berisi informasi dari ketinggian dan identifikasi yang sesuai dengan mode yang diterimanya.
Gambar 2.7. Transponder
SSR (secondary surveillance radar) sangat bergantung pada Transponder atau transmitter responder yang ada dipesawat, karena transponder pesawatlah yang memberikan jawaban atas pertanyaan dari radar sekunder. Radar sekunder dan transponder harus sama-sama aktif agar dapat berkomunikasi dengan baik. Apabila salah satu dari alat ini rusak atau tidak aktif maka identifikasi tentang pesawat terbang tidak akan tertampil pada layar display.
Fungsi Transponder
Pesawat terbang bisa dilengkapi dengan peralatan untuk merespon berbagai mode secara serentak. Yang disebut dengan mode adalah interval waktu (jarak antara pulsa dalam waktu microdetik) yang digunakan interogator SSR.
Pulsa-pulsa jawaban dari transponder terdiri dari 16 pulsa. Format pulsa-pulsa tersebut seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.8. Format pulsa-pulsa jawaban transponder
F1 dan F2 disebut framing pulse. Huruf A,B,C, dan D dengan indeks 1,2 dan 4 merupakan data yang terkandung dalam sinyal jawaban. Tampak adanya pulsa SPI (special position indicator) yang dapat digunakan oleh penerbang (pilot) dengan menekan tombol ident, dan sekitar 20 detik pulsa SPI akan terpancar. Pulsa jawaban untuk mode 3/A kadang-kadang menggunakan pulsa SPI atas permintaan petugas ATC untuk identifikasi lebih lanjut. Tampak pula adanya pulsa X, yang tidak digunakan.
Karena pulsa jawaban yang berisi data terdiri dari 12 pulsa, maka terdapat 4096 kemungkinan. Telah ditetapkan bahwa tiga kode berlaku universal, yaitu :
• 7700 : keadaan darurat ( emergency )
• 7600 : kerusakan komunikasi ( communication failure ) • 7500 : informasi pembajakan udara ( unlawful interference )
Ketiga kode tersebut baru digunakan jika seorang penerbang (pilot) benar-benar tidak dapat menghubungi petugas ATC ( air traffic control ) dengan menggunakan kanal suara ( voice channel ).
permintaan dari ATC (air traffic control) yang mungkin digunakan untuk identifikasi selanjutnya.
Mode C adalah mode selanjutnya yang umum digunakan. Mode ini digunakan untuk berkomunikasi dari stasiun darat ke ketinggian pesawat terbang.
2.5 DISPLAY
Layar radar atau display digunakan untuk menyajikan informasi radar sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat digunakan untuk tujuan pemantauan lalu lintas udara. Dengan bertambah majunya pengetahuan dibidang elektronika, maka kode-kode yang dikirim oleh transponder pesawat dianalisa dan diolah dulu supaya pada display sudah bisa terdapat gambar yang berbentuk huruf-huruf, angka-angka, simbul kotak dan sebagainya. Sehingga controller atau petugas ATC (air traffic control) disini dapat sudah langsung membaca identifikasi ketinggian dan informasi lainnya mengenai pesawat udara yang sedang dipandu.
EV 720 adalah peralatan pemroses video radar sekunder secara digital.Hasil prosesnya berupa data / message digital yang berupa plot yang berisikan informasi jarak, kode pesawat dan ketinggian dari pesawat / target serta kode spesial jika pesawat dalam keadaan emergensi.
Hasil proses tersebut dapat dikirim langsung ke display prosessing radar untuk ditampilkan dilayar display. Data yang ditampilkan oleh display tersebut selain video raw pada jarak dan sudut tertentu juga ditampilkan video atau plot sintesis yang terdiri dari simbol pesawat dan label yang berisikan kode serta ketinggian dan kecepatan pesawat.
Gambar synthetic yang dihasilkan pada layar display adalah map, track, plot, identifikasi pesawat seperti kode pesawat, kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, jarak dan posisi nya.
Gambar 2.9 display secondary surveillance radar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Sistem radar primer dan sekunder
Dalam system pemantauan lalu lintas udara, radar primer dirasakan kurang sempurna. Oleh karena itu dikembangkan system radar yang tidak hanya memanfaatkan sinyal pantul tetapi terjadi “dialog” antara peralatan yang ada didarat dengan peralatan yang ada diudara. Sistem yang dikembangkan tersebut adalah radar sekunder atau secondary surveillance radar (SSR).
Gambar 3.1 sistem radar primer
Pada radar primer, informasi yang dihasilkan hanya sedikit yaitu informasi tentang jarak dan posisi pesawat.
Gambar 3.2 Sistem radar sekunder
3.2 METODE PENELITIAN
Berikut ini adalah metode-metode dalam melakukan suatu penelitian di angkasa pura II (persero) bagian teknik navigasi dan radar Bandar udara polonia medan :
1. Observasi, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan pengamatan ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya secondary surveillance radar itu, serta aplikasinya. Observasi ini sangat memudahkan untuk mengamati secara langsung alat-alat yang digunakan. Observasi ini dilakukan dengan petunjuk-petunjuk dari karyawan-karyawan yang ada di bagian navigasi dan radar, sehingga memudahkan untuk melakukan penelitian dengan mengamati secara langsung bagaimana cara kerja dari secondary surveillance radar tersebut dan apa-apa saja yang akan dihasilkan oleh alat tersebut.
2. Kepustakaan, yang dilakukan dengan mengadakan studi terhadap sejumlah literature yang ada kaitannya dengan judul penelitian. Kepustakaan ini adalah mengkaji teori-teori apa yang berkaitan dengan penelitian dan pembelajaran dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian kita harus lebih banyak memngetahui dan mempelajari teori-teori ilmiah yang berkaitan dengan secondary surveillance radar agar kita dapat lebih mengetahui prinsip kerja serta aplikasinya dengan cara yang lebih jelas dan baik.
3. Data, data dihasilkan dari display radar, data ini dapat diamati secara langsung, berupa kecepatan, ketinggian, jarak, posisi dan kode pesawat. Data inilah yang kemudian dipantau oleh petugas ATC (air traffic control ) untuk mengawasi pesawat yang ada diudara.
digunakan pada penelitian ini. Diskusi ini dilakukan pada saat observasi langsung dengan alat secondary surveillance radar ini.
3.4 PENGAMBILAN INPUT DATA
Pengambilan input data dapat diperoleh dari display dari radar sekunder. Pada secondary surveillance radar, diperoleh berbagai informasi yang dapat digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara. Informasi yang dihasilkan itu adalah sebagai berikut :
- Kecepatan pesawat
Kecepatan pesawat dapat dilihat langsung dari display, karena data-data kecepatan sudah tertampil pada display.
- Ketinggian pesawat
Untuk mengetahui berapa ketinggian pesawat tersebut maka kita dapat mengamati langsung pada layar display, sama halnya dengan kecepatan, ketinggian juga sudah tampil pada layar display
- Posisi pesawat
Untuk mengetahui posisi pesawat terbang , maka kita harus melakukan pengukuran dengan cara menarik garis dari titik utara atau north signal ke pesawat, maka akan tampil pada layar berapa posisi pesawat tersebut. Posisi pesawat terbang Merupakan nilai sekian derajat terhadap titik utara stasiun radar kearah pesawat terbang dengan putaran searah jarum jam ( clock wise / cw )
- Jarak pesawat
Jarak pesawat dapat diketahui dengan cara yang sama seperti mengetahui posisi pesawat, kita hanya menarik garis titik utara ke posisi pesawat, maka pada display akan tampil jarak dan posisi pesawat tersebut.
Kode pesawat, ketinggian dan kecepatan pesawat dapat dilihat secara langsung pada layar display. Secara otomatis, pada display akan tercantum kode pesawat yang sedang terbang beserta kecepatan dan ketinggiannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PSR SSR
ANTENNA
TRANSPONDER PESAWAT
Gambar 4.1. Secondary surveillance radar
Pada radar sekunder, pesawat udara harus mempunyai suatu transponder (transmitting responder ) diatas pesawat dan transponder ini beraksi terhadap interrogasi oleh pemancaran suatu kode sinyal jawaban. Respon ini dapat berisi lebih banyak infomasi, dibanding suatu unit radar primer yang bisa memperoleh suatu ketinggian, kode identifikasi atau juga permasalahan teknis manapun diatas pesawat seperti loss suatu radio contact.
Secondary surveillance radar adalah radar pengawas untuk melengkapi radar primer atau primary surveillance radar. Secondary surveillance radar ini memancarkan interrogator (penanya) dengan frekuensi 1030 MHz yang disebut sebagai mode kepada pesawat untuk menanyakan tentang identifikasi pesawat, kemudian transponder yang ada di pesawat akan merespon dengan memberi jawaban dengan frekuensi 1090 MHz ke ground station darat yang disebut sebagai kode.
terpasang transponder atau transponder mengalami kerusakan maka secondary surveillance radar tidak akan dapat mendeteksi pesawat yang ada di udara.
Disetiap bandara secondary surveillance sangat dibutuhkan karena secondary surveillance radar ini memberikan informasi yang baik dibandingkan dengan primary surveillance radar. Oleh karena itu secondary surveillance radar masih tetap dipakai dibandara-bandara.
Secondary surveillance radar (SSR) adalah radar pengawas yang sangat baik, disamping itu secondary surveillance ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan radar yang terdahulu yaitu primary secondary radar. Keuntungannya adalah :
- Banyaknya informasi yang dihasilkan seperti kecepatan,ketinggian, jarak, posisi, dan kode pesawat
- Pada secondary surveillance radar mempunyai interrogator dengan frekuensi 1030 MHz yang fungsinya sebagai penanya
- Pada secondary surveillance radar mempunyai alat transponder yang terpasang pada pesawat terbang dengan frekuensi 1090 MHz yang fungsinya untuk memberikan jawaban kepada stasiun darat.
- alat secondary surveillance radar yang ada didarat dengan yang ada di udara sama-sama aktif.
Disamping keuntungan dari secondary surveillance ini, ada juga kekurangan dari radar sekunder yang dapat dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
- pesawat harus dilengkapi dengan transponder, apabila pesawat terbang tidak dilengkapi dengan transponder maka pesawat tersebut tidak akan tampil di display - lemah atau rusaknya transponder akan mengakibatkan jawaban tidak dapat diterima
oleh stasiun darat.
4.2 informasi yang dihasilkan secondary surveillance radar
• Kecepatan pesawat • Ketinggian pesawat • Posisi pesawat • Jarak pesawat • Kode pesawat
Informasi ini dapat ditampilkan dilayar display, display ini lah yang berfungsi untuk menunjukkan pergerakan –pergerakan dari pesawat-pesawat yang sedang berada di udara. Berikut ini adalah gambar display yang menunjukkan tentang informasi tersebut.
Gambar 4.2. Display/ tampilan radar sekunder
DATA I
1 A4747 287 115 170 30 TAKE OFF
2 A4733 146 61 285 18 LANDING
3 A4751 429 330 199 23 TAKE OFF
4 A4713 152 29 186 3 LANDING
3 A7354 428 410 80 56 TAKE OFF
4 A3176 307 242 259 156 TAKE OFF
1 A3075 882 153 265 135 TAKE OFF
2 A0361 499 350 252 156 TAKE OFF
3 A6716 230 164 224 42 LANDING
4 A2233 126 177 252 126 LANDING
5 A6245 524 370 246 92 TAKE OFF
6 A3075 407 240 257 127 TAKE OFF
• Kecepatan pesawat
menginformasikan keadaannya pada pilot agar mengurangi kecepatan, dan kecepatan ini juga tergantung pada system approach, tower dan yang lainnya. Kecepatan pesawat ini ditunjukkan dengan satuan knot.
1 knot = 1,85 km/jam.
• Ketinggian pesawat terbang
Ketinggian pesawat terbang menunjukkan ketinggian pesawat udara terhadap permukaan laut dalam satuan feet.
1 feet = 30 cm = 0,3 meter
Ketinggian pesawat terbang diukur dengan menggunakan suatu alat yang disebut dengan altimeter. Altimeter adalah alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut. Penggunaan altimeter umumnya selalu diiukuti dengan kompas. Altimeter ini mengukur ketinggian pesawat berdasarkan MSL ( mean sea level ) atau rata-rata ketinggian permukaan air laut.
Untuk menentukan ketinggian ini, dapat kita lihat pada arah jarum dari altimeter. Altimeter ini dapat menentukan berapa ketinggian suatu pesawat diudara. Jarum yang pendek menunjukkan ribuan feet dan jarum panjang menunjukkan ratusan feet.
Gambar 4.4 ketinggian pesawat
Ketinggian ini juga selalu dipantau oleh petugas ATC (air traffic control ) untuk selalu memberikan informasi yang akurat agar pilot bisa melakukan penerbangan tanpa ada gangguan apapun. Ketinggian pesawat terbang tergantung dimana posisi nya sekarang yaitu pada : aerodrome control (ADC), approach control (APP) dan ACC.
- Aerodrome Control (ADC)
Pada wilayah ini ATC bertugas untuk menuntun pesawat pada saat lepas landas (take off) maupun pada saat pendaratan (landing). Daerah pengontrolan ini berjarak 0-2,5
NM dengan level 4000 feet. - Approach Control (APP)
APP ini sama fungsinya dengan ADC, tapi yang membedakan adalah radius serta levelnya. APP mempunyai level pengontrolan antara 4000-25000 feet dengan radius antara 2,5-5 NM.
- ACC
Berfungsi mengontrol pesawat udara pada radius 5 - 25 Nm atau sudah tidak terlihat oleh mata.Untuk daerah pengontrolan ACC memiliki pengontrolan 25000-45000 feet.
• Posisi pesawat terbang
hingga pada pesawat terbang sehingga akan diketahui berapa posisi pesawat terbang tersebut. Sudut dihitung dari utara kearah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0° - 360°).Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut sudut mendatar yang besarnya dihitung atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara). Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.
Gambar 4.5 sudut pesawat
Jarak (range) pesawat terbang menunjukkan jarak pesawat terbang terhadap stasiun radar atau Bandar udara dalam satuan nautical mile (NM) dimana
1 NM = 1.852 kilo meter . jarak jangkauan dari pemancar stasiun radar ke pesawat terbang mencapai 200 NM.
Untuk menemukan jarak pada display maka kita harus memulainya dari titik utara, dengan cara menarik garis dari titik utara hingga ke pesawat terbang, dengan itu kita akan bisa mengetahui berapa jarak pesawat terbang dengan pemancar stasiun darat yang ada di Bandar udara.
Apabila ada dua pesawat atau lebih yang berdekatan jaraknya maka akan dilakukan pemisahan (separation). Didalam memberikan separation antar pesawat, banyak hal yang perlu dipertimbangkan oleh unit ATC ataupun Pilot untuk menjalankannya.komunikasi dalam pemisahan ini diperlukan campur tangan ATC (air traffic control) dengan pilot. Pada kasus dimana dua pesawat terbang berurutan, pesawat kedua lebih cepat, maka petugas ATC akan selalu meminta laporan pada pilot untuk identifikasi pesawat agar dapat memantau jarak kedua pesawat agar tidak terlalu dekat.
• Kode pesawat terbang
Identifikasi Pesawat Terbang(Identification/Ident) Digunakan untuk membedakan antara pesawat yang satu dengan yang lain.
Dengan adanya kode yang berebeda dari setiap pesawat maka akan memudahkan para user/petugas ATC (air traffic control ) dalam melakukan identifikasi, dan petugas juga dapat memperingatkan hal-hal yang akan terjadi pada pilot, agar pesawat pada arah yang berlawanan maupun searah, tidak akan terjadi tabrakan antara pesawat yang satu dengan yang lainnya.
Dalam analisis ini juga perlu diperhatikan bahwa pada saat pesawat saat mengalami gangguan baik dalam kerusakan radio, pembajakan pesawat ataupun keadaan darurat, maka pilot harus memberitahu petugas ATC dengan sinyal kode tertentu agar memudahkan petugas untuk mengatasinya dengan cara memberikan informasi yang akurat kepada pilot.
4.3 Aplikasi secondary surveillance radar (SSR)
Aplikasi secondary surveillance radar (SSR) dipergunakan untuk Bandar udara.secondary surveillance radar (SSR) ini adalah radar pengawas yang lebih akurat dibandingkan dengan primary surveillance radar (PSR). Karena secondary surveillance radar ini lebih banyak menghasilkan informasi dibandingan dengan radar primer yang hanya menghasilkan jarak dan posisi pesawat.
Secondary surveillance radar (SSR) digunakan untuk para user/petugas ATC (air traffic control) agar dapat mengawasi setiap pergerakan pesawat yang ada diudara untuk keselamatan penerbangan. Air traffic control (ATC) merupakan sarana yang tersedia di ground-based controller yang berfungsi untuk mengarahkan pesawat baik saat di udara maupun di ground. Fungsi utama dari ATC adalah untuk mengatur lalu lintas agar supaya pesawat tidak terbang terlalu dekat satu dengan yang lainnya, dan untuk memberikan informasi mengenai kondisi cuaca, serta memberikan panduan navigasi kepada pilot pesawat. Dengan adanya radar sekunder ini atau secondary surveillance radar ini pesawat-pesawat terbang dapat dipantau untuk keselamatan dan kenyamanan penerbangan.
Secondary surveillance radar (SSR) sangat diperlukan didunia penerbangan karena pengawasannya yang sangat baik. Secondary surveillance radar (SSR) dapat menghasilkan berbagai informasi seperti kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, jarak pesawat, posisi pesawat dan kode pesawat. Hasil informasi inilah yang digunakan untuk mengawasi pesawat yang ada diudara agar tidak terjadi hal-hal yang buruk seperti tabrakan antar pesawat.
1. Pada penerbangan sipil
Pada penerbangan sipil, radar sekunder atau secondary surveillance radar digunakan untuk pengawasan pesawat-pesawat yang ada diudara untuk keselamatan penerbangan. Radar sekunder ini mempunyai berbagai informasi yang tertampil pada layar display, yang informasinya dapat digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara, sehingga para user/ pertugas ATC yang ada di ground station yang ada didarat dapat berkomunikasi dengan pilot baik tentang cuaca, informasi take off, landing dan pemberitahuan pemisahan kalau ada pesawat yang berdekatan atau yang berlawanan arah. Dengan kata lain, untuk penerbangan sipil, radar sekunder banyak dipakai sebagai peralatan pendukung keselamatan penerbangan dengan kemampuan dapat melihat pesawat-pesawat yang harus dan bersedia diketahui posisinya demi keselamatan penerbangan.
2. Pada bidang militer
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
transponder karena bila transponder lemah atau rusak, maka transponder tidak bisa menjawab interogasi yg dipancarkan oleh interrogator.
2. Data-data yang dihasilkan dari display Secondary surveillance radar diperoleh 5 informasi tentang pesawat terbang yaitu ketinggian, kecepatan, kode, posisi dan jarak pesawat. Kode, kecepatan serta ketinggian telah tertampil pada layar display sedangkan untuk menentukan posisi dan jarak pesawat kita harus mengetahuinya dengan cara menarik garis dari titik utara ke posisi pesawat itu berada.
3. Aplikasi dari secondary surveillance radar (SSR) pada dunia penerbangan adalah untuk mengamati secara langsung tentang identifikasi pesawat terbang diudara sehingga terhindar dari kecelakaan lalu lintas atau lebih tepatnya untuk pengaturan lalu lintas udara khususnya penerbangan sipil.
5.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat jenderal perhubungan udara, 2008, ” Secondary Surveillance Radar (SSR)” direktorat fasilitas elektronika dan listrik penerbangan : Jakarta
Directorate general of air communications, 1995, ” secondary surveillance radar basic theory ” PT. (Persero) Angkasa Pura II : Medan
Suryabrata, sumadi, 2008, ” Metodologi Penelitian ”, edisi pertama, PT. Rajagrafindo Persada : jakarta
The ambidji group, 2009, ” principles of radar ” melbourne : Australia
Tim FMIPA, 2009, ” panduan tata cara penulisan skripsi dan tugas akhir ” USU Press : Medan Wardono, ” radar system in civil aviation ” ATKP : Medan
Yusuf, Eri Subari, 2008, ” Teknik Radar ” akademi teknik dan keselamatan penerbangan(ATKP) : Medan
Yusuf, Eri Subari , 2008, ” Secondary Surveillance Radar ” akademi teknik dan penerbangan (ATKP) : Medan
, ” Training radar PSR/SSR ” PT. CITAC : Jakarta
,
keliling-dunia-johannesburg-dan-capetown-di-afsel-bagian-2 (diakses 14 desember 2009 ) ,
http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-Mainmenu-68/41-pengetahuan-umum-penerbangn/232-transponder (diakses 14 desember 2009
, http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu-68/41-pengetahuan-umum-penerbangan/155-fasilitas-navigasi-dan-pengamatan (diakses 14 desember 2009)
, http://www.ilmuterbang.com/artikel-mainmenu-29/teori-penerbangan-mainmenu-68/27-instrument-rating/344-ifr-minimum-altitudes ( diakses 23 februari 2010)
GAMBAR ANTENNA RADAR PRIMER DAN RADAR SEKUNDER
GAMBAR RADAR DISPLAY