• Tidak ada hasil yang ditemukan

Redesign Taman Kota Tegar Beriman Melalui Pendekatan Urban Landscape Design

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Redesign Taman Kota Tegar Beriman Melalui Pendekatan Urban Landscape Design"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

REDESIGN TAMAN KOTA TEGAR BERIMAN KABUPATEN

BOGOR MELALUI PENDEKATAN URBAN LANDSCAPE

DESIGN

IRFAN ADI PERMANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Redesign Taman Kota Tegar Beriman Melalui Pendekatan Urban Landscape Design adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Irfan Adi Permana

(4)
(5)

ABSTRAK

IRFAN ADI PERMANA. Redesign Taman Kota Tegar Beriman melalui Pendekatan Urban Landscape Design. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH.

Urban landscape design merupakan desain sebuah kota yang mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Urban landscape diciptakan dalam berbagai desain, salah satunya yaitu taman kota. Taman kota merupakan fasilitas yang mampu mengakomodasi kegiatan manusia didalamnya. Sebuah taman kota dapat dijadikan sebuah landmark dari sebuah kota. Kabupaten Bogor memiliki sebuah taman untuk rekreasi, tetapi tidak banyak taman untuk masyarakat perkotaan atau taman publik, terdapat sebuah taman kota yang terletak di pusat pemerintahan namun penggunaanya kurang maksimal yaitu penggunaan taman tidak digunakan oleh banyak orang. Penelitian ini dilakukan untuk mengakomodasi sebuah desain yang fungsional, estetik, dan dapat menjadikan taman sebagai landmark kota. Penelitian ini dilakukan secara spasial dan deskritif.

ABSTRACT

IRFAN ADI PERMANA. Redesign Tegar Beriman City Park with Urban Landscape Design Approach. Suvervised by INDUNG SITTI FATIMAH.

Urban landscape design is an approach on designing a city which gives positive impact on its civilians by providing a habitable environment. Urban landscape comes in many form, one of them is city parks. City park one of the facilitate provided by the city where people can do several activities inside. City park also serve as a landmark of the city. Bogor district has several parks with recreational function but not many city parks available serves as a public space. One of them are a park located near the central government of Bogor district. The purpose of this study was to redesign a functional, aesthetic city park that could also be a landmark on the district. This study use spatial and descriptive analysis method.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2016 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

REDESIGN TAMAN KOTA TEGAR BERIMAN KABUPATEN

BOGOR MELALUI PENDEKATAN URBAN LANDSCAPE

DESIGN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwataala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan usulan penelitian yang berjudul

redesign taman kota Kabupaten Bogor dengan pendekatan urban landscape” ini berhasil diselesaikan. Penulis berharap penelitian ini akan berjalan sesuai dengan rencana pada usulan penelitian yang telah dibuat. Dukungan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi lancarnya penelitian ini.

Pada kesempatan ini sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Allah Swt, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan kepada 1. orang tua tercinta, Bapak Jejen Jaenudin dan Ai Hasanah, Spd. atas semua

kasih sayang, doa terbaik, dan motivasi yang tidak akan pernah bisa terbalas; Adikku tercinta Faisal Firmansyah dan Gina Mustika atas do’a dan motivasi; Kakek dan Nenek tercinta Dana Wirya, Siti Rukayah, dan Kokom komariah; Keluarga besar Paman Rusnalim, SPdi. dan Bibi Enen nurjanah, Lilis atas dukungan materil, motivasi dan do’a selama studi di IPB;

2. Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, M.Si. selaku pembimbing yang memberi bantuan, dukungan, motivasi, bimbingan serta arahan kepada penulis selama penyeleseaian karya ini;

3. seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa proposal ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kelancaran dalam pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pemerintah Kabupaten Bogor.

Bogor, Maret 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

Desain 3

Taman kota 3

Urban Landscape Design 3

METODOLOGI 6

Lokasi dan Waktu 6

Proses Desain 8

Metode Penelitian 8

Batasan Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Kondisi umum 9

Aspek Fisik dan Biofisik 9

Iklim 10

Geologi dan tanah 11

Topografi dan Drainase 11

Hidrologi 12

Pemandangan (view) 12

Vegetasi 12

Satwa 13

Sirkulasi dan aksesibilias 13

Fasilitas dan utilitas pada taman 14

Kondisi sosial 17

Analisis dan Sintesis Fisik serta Biofisik 17

Aksesibilitas dan sirkulasi 17

(12)

Kenyamanan iklim 22

Vegetasi 25

Tanah 30

Topografi dan hidrologi 31

Analisis dan sintesis kondisi sosial 33

Kondisi sosial 33

Kebiasaan Pengguna taman 35

Konsep 37

konsep dasar 37

Konsep desain 39

Konsep pengembangan 40

Konsep ruang dan fasilitas 40

Konsep sirkulasi 43

Konsep vegetasi 45

Konsep penerapan urban landscape design 47

Block plan 50

Siteplan 51

Desain sirkulasi 51

Desain ruang olahraga 55

Desain ruang komunitas 55

Desain children Playground 57

Desain ruang rekreasi 59

Desain ruang inti (focal point) 61

Desain pencahayaan 63

SIMPULAN DAN SARAN 95

Simpulan 96

Saran 96

DAFTAR PUSTAKA 97

DAFTAR TABEL

Tipologi ruang terbuka 4

(13)

Jenis tanaman dan populasinya di dalam taman 12

Fasilitas dan utilitas di dalam taman 14

redesain kebutuhan ruang taman. 42

daftar pohon berbunga dan semak berbunga putih sebagai estetika taman. 46 daftar pohon peneduh eksisting yang dipertahankan. 46

daftar pohon yang dilakukan pengurangan. 47

DAFTAR GAMBAR

Kerangka pikir penelitian 2

Lokasi penelitian 7

Proses desain Booth (1983) 8

Grafik rata-rata suhu udara Kecamatan Cibinong tahun 2014 10 Grafik rata-rata lembab nisbi Kecamatan Cibinong tahun 2014 10 Grafik rata-rata kecepatan angin Kecamatan Cibinong tahun 2014 11

Kondisi topografi pada taman 11

Sirkulasi menuju dan di dalam taman 14

Peta invent lingkungan sekitar taman 18

Peta inventarisasi taman 19

Peta analisis sirkulasi 20

Peta analisis view 23

Pohon besar yang mempengaruhi klimatologi 24

Strata vegetasi 25

Semak tinggi 26

Semak rendah sebagai pembatas visual 27

Semak sedang sebagai pembatas yang kuat 27

Groundcover sebagai elemen pembentuk garis 28

Tipe bukaan dan penutupan vegetasi 29

Vegetasi sebagai bingkai 30

Garis pembentuk arsitektural 31

Peta analisis hidrologi 32

Diagram penilaian fasilitas taman 33

Diagram bentukan pola yang diinginlkan pengunjung 34 Diagram jenis material yang diinginkan pengunjung 34

Diagram kebutuhan ruang bagi pengunjung 35

Kebiasaan pengguna taman 36

Ilustrasi perilaku vandalisme 36

konsep dasar urban landscape design 37

Ilutrasi konsep design 39

Pola angular geometry 43

Pola sircular geometry 43

Konsep pengembangan sirkulasi 44

Penerapan ruang bagi masyarakat urban 47

Memperkaya bentukan sebelumnya 48

Tipe signage yang digunakan 49

Blockplan 52

(14)

Ilustrasi perspektif keseluruhan taman 54

Ilustrasi 3D ruang olahraga 55

Ilustrasi 3D ruang komunitas 56

Ilustrasi 3D children playground bagian perosotan 58 Ilustrasi 3D bagian wall climbing dan rubik game 58

Ilustrasi 3D jungkat jungkit dan ayunan 58

Ilustrasi 3D sub ruang sosial 59

Ilustrasi 3D sub ruang privat tipe single and double 60

Ilustrasi 3D sub ruang privat tipe single 60

Ilustrasi 3D sub ruang privat tipe memanjang berpartisi 61

Ilustrasi 3D ruang inti (focal point) 62

Ilustrasi 3D ruang inti (focal point) 2 62

Ilustrasi 3D signage 63

Detail bangku privat tipe 1 HS-05.1 72

Detail bangku privat tipe 1 HS-05.2 73

Detail bangku privat tipe 2 HS-6.1 74

Detail bangku privat tipe2 HS-06.2 75

Detail bangku privat tipe 3 HS-07.1 76

Detail lampu R.komunitas HS-08 77

Detail lampu taman HS-09 78

Detail childreen playground HS-010.1 79

Detail childreen playground HS-010.2 80

Detail childreen playground HS-010.3 81

Detail bangku rubik HS-011 82

Detail signage HS-012.1 83

Detail signage HS-012.2 84

Detail sculpture HS-013 85

Detail pavement R.komunitas HS-014 86

Detail lapang basket dan futsal HS-015 87

Detail ayunan HS-016 88

Detail jungkat-jungkit HS-017 89

Detail drainase HS-016.1 90

Detail drainase HS-016.2 91

Planting plan vegetasi eksisting yang dipertahankan 92

Planting plan vegetasi berbunga 93

Planting plan groundcover berbunga 94

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Peta Administratif Kabupaten Bogor 97

Peta curah hujan Kabupaten Bogor 97

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Bogor dikategorikan sebagai kawasan perkotaan khususnya di daerah Kecamatan Cibinong yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor. Kecamatan Cibinong melakukan banyak pembangunan dalam berbagai sektor diantaranya bisnis dan industri. Hal tersebut dapat dilihat dari pembangunan perkotaan seperti pabrik dan department store. Pembangunan-pembangunan tersebut kurang didukung dengan adanya ruang publik, misalnya taman kota. Taman kota merupakan salah satu tempat berkumpul masyarakat perkotaan.

Kabupaten Bogor memiliki sejumlah taman yang umumnya berfungsi sebagai tempat wisata, seperti Taman Safari, Taman Matahari, dan Taman Bunga Nusantara. Namun taman tersebut tidak dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, khususnya masyarakat dengan perekonomian rendah. Kabupaten Bogor sendiri mempunyai taman kota yang mampu digunakan tanpa harus mengeluarkan biaya atau gratis tepatnya di Taman Kota Tegar Beriman yang terletak dipusat pemerintahan Kabupaten Bogor terletak di Kecamatan Cibinong. Tetapi taman tersebut kurang mendapat perhatian dari masyarakat, tidak ramai pengunjung dan identitas taman kurang terlihat, sehingga Taman Kota Tegar Beriman tidak dikenal oleh banyak orang.

Setelah pembangunan, taman mengalami beberapa masalah diantaranya : bentukan desain yang tidak saling mendukung salah satunya bentuk dan skala, taman sulit terlihat, dan lapisan pengunjung tidak dari semua kalangan. Menururut Rapim dan Utomo (2008) dalam mendesain sesuatu secara ideal, dikenal istilah

form must follow function yang berarti setiap benda harus direncanakan dan didesain sebaik mungkin. Fasilitas taman yang menonjol yaitu air mancur dengan ukuran yang besar dan tinggi yang mudah terlihat tapi sulit untuk dinikmati. Taman tersebut memiliki sejumlah elemen taman yang sudah terbangun dengan bentukan standar atau modular, sehingga mengurangi daya tarik masyarakat terutama kalangan bergaya hidup perkotaan atau masyarakat urban. Masyarakat urban disebut urbanitas yang berasal dari bahasa latin Urbs yang artinya orang bebas dan beradab, tempat yang bermasyarakat, berbudaya, dan berpemerintah (Wiryomartono 2002), oleh karena itu perlu dilakukan sebuah desain ulang pada taman kota dan memberikan rekomendasi desain yang memenuhi kebutuhan masyarakat urban.

Konsep urban landscape design dinilai mampu menciptakan kebutuhan ruang fisik kepada manusia dengan berbagai macam desain yang beragam, baru, tegas dan konsisten serta sustainable. Desain yang beragam mampu memberikan makna yang berbeda kepada setiap manusia dan memberikan suasana tersendiri bagi manusia (Booth 1998).

Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan :

1. identifikasi taman serta menganalisis potensi dan kendala taman kota tegar beriman, dan

(18)

Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. menambah wawasan dan pengetahuan desain dalam bidaang arsitektur lanskap, dan

2. memberikan referensi desain taman kota kepada pemerintah dan swasta Kabupaten Bogor yang dapat meningkatkan estetika kota khususnya dan seluruh warga Negara Indonesia pada umunya.

Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir penelitian redesign Taman Kota Tegar Beriman melalui pendekatan urban landscape design disusun berdasarkan kurang maksimalnya penggunaan taman kota oleh masyarakat sekitar taman. Dilakukan proses perancangan ulang guna memberikan kebutuhan fasilitas bagi pengguna dan memberikan desain yang mampu memberikan keindahan. Penjelasan kerangka fikir terlihat pada Gambar 1.

Kabupaten Bogor

Ruang Kota

Taman Kota

Penggunan tidak ramai

Tidak fungsional

dan tidak estetis Tidak ada identitas

Wadah ekspresi

Rekreatif

Redesign taman kota melaului pendekatan Urban Lanskap

Rekomendasi desain

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Desain

Menurut Simond (1983), perancangan adalah sebuah proses kreatif yang mengintegrasikan aspek teknologi, sosial, ekonomi, dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, hasil dan pemikiran yang saling berhubungan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa perancangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar fleksibel dan dapat mengakomodasi sarana yang lama dengan yang baru. Menurut Booth (1983), perancangan merupakan kombinasi ilmu dan seni yang berfokus pada penggabungan manusia dengan aktifitas di ruang luar.

Perancangan merupakan ilmu dan seni pengorganisasian ruang dan massa dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami, serta kegiatan yang ada di dalamnya agar tercipta suatu karya ruang yang secara fungsi berdaya guna dan secara estetik bernilai indah sehingga tercapai kepuasan jasmaniah dan rohaniah manusia serta makhluk hidup lain di dalamnya, selaras dengan factor ruang, waktu dan geraknya (Ranchman 1984).

Taman kota

Menurut Simonds (1983), taman kota adalah salah satu fasilitas kota yang disediakan dan dipelihara oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rekreatif seperti rileks, kesenangan, istirahat, olah raga, permainan, pemandangan, pendidikan, dan lain-lain. Taman-taman kota ini dapat berbentuk lapangan olah raga, hutan kota, taman untuk duduk – duduk, taman untuk pejalan kaki atau taman penghias yang beragam luas dan keindahannya.

Laurie (1990) menyatakan bahwa taman menunjukan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, perasaan cinta akan keindahan dan dari taman kita dapat menambah pengetahuan tentang vegetasi, terutama yang bersifat estetik. Taman kota dibuat oleh pemerintah, mempunyai fungsi sebagai tempat rekreasi, baik rekreasi aktif yang dilengkapi dengan sarana lapangan olah raga, rekreasi pasif menghirup udara segar dan untuk menghilangkan kejenuhan. Selain itu taman kota juga dapat menambah keindahan visual perkotaan, dan diharapkan mampu berperan sebagai wadah ataupun tempat berkumpul yang dapat berfungsi sebagai: fungsi sosial, yaitu sebagai tempat sosialisasi bagi masyarakat perkotaan dari segala umur; fungsi keseimbangan agar lingkungan tetap terjaga kelestariannya; fungsi keindahan memberi nilai estetik visual untuk dinikmati pengunjungnya; fungsi ekologis agar lingkungan tetap lestari; dan fungsi edukasi yaitu sebagai sarana untuk menambah pengetahuan akan vegetasi (Khrisrachmansyah 2007).

Urban Landscape Design

(20)

bagus nilai seni yang dimiliki maka desain yang dihasilkan akan semakin bagus, seni tersebut dapat diaplikasikan kedalam ruang untuk memecahkan masalah (Echbo 1964).

Ratusan tahun belakang ini kontrol publik terhadap sebuah lanskap telah berkembang menjadi sesuatu yang harus diperhatikan, lanskap menjadi salah satu pembangunan perkotaan, pembangunan gedung dan struktur kota lainnya berkembang menjadi sebuah masalah perkotaan, oleh karena itu pembangunan sutu lanskap dapat mengontrol dan menyeimbangkan lanskap perkotaan, sehingga kualitas perkotaan menuju arah yang lebih baik dan estetik (Echbo 1964).

Kepadatan di daerah urban atau perkotaan yang didominasi oleh area

terbangun sangatlah kompleks dan tidak dapat diprediksi, sehingga sebuah kota sangat rentan terhadap perubahan tata guna dan fungsi lahan seiring dengan berjalannya waktu (Eckbo 1964).

Landmark adalah sebuah aksen, fitur, atau focal point atau titik balik pada suatu lanskap. Landmark dapat diidentifikasi berdasarkan ukuran, bentuk, warna, tektur, fungsi, detail, atau konten yang kontras dengan lingkungan sekitarnya. Sebuah landmark dapat ditemukan pada sebuah alam, badan air, batu, perbukitan, pegunungan, area urban dan suburban, bangunan spesial, persimpangan jalan, dan fitur lanskap lainnya (Eckbo 1964).

Tabel 1 Tipologi ruang terbuka

Tipe ruang terbuka Karakter dan fungsi

Jalur Hijau Sebuah ruang hijau yang meliputi alur dan jalan, baik itu berupa jalan setapak, rute perkotaan , dan koridor perkotaan maupun koridor untuk satwa liar yang ditujukan agar satwa melakukan perjalanan melalui daerah perkotaan, biasanya mengikuti sungai atau jalan di tengah perkotaan, koridor kereta api bekas. Area

hijau pedesaan, dan inti perkotaan.

Padang rumput Area yang memliki bukaan hijau termasuk danau, kolam, sungai, kanal dan sungai, yang menyediakan habitat satwa liar yang beragam, menawarkan nilai rekreasi dan dapat digunakan sebagai koridor perpindahan satwa.

Tempat bermain Ruang terbuka secara resmi ditata untuk rekreasi aktif, seperti : sepak bola atau rugby, termasuk lapangan golf. Pengelolaan /kepemilikan dapat dibagi antara sekolah, klub dan masyarakat luas untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam bentuk beragam permainan Halaman dan

pemakaman

Terletak berdekatan dengan gereja dan sering memberikan penghijauan, memberikan oasis di jantung perkotaan.

(21)

Tabel 1 Tipologi ruang terbuka (lanjutan)

Tipe ruang terbuka Karakter dan fungsi

Ruang sisa Ruang semi public, perkebunan, lahan yang disewakan kepada individu oleh otoritas setempat.

Taman Pada Tabel 2

Penghijauan Sebuah ruang publik informal yang hijau, lapang olahraga, perkebunan, pertanian.

Square Sebuah ruang publik formal, tidak lebih besar dari blok dan terletak di titik fokus dari pemukiman didominasi bangunan, biasanya membuka dan menyediakan ruang rekreasi.

Plaza Sebuah ruang publik yaitu halaman depan gedung/bangunan yang bersifat komersial (kantor / ritel).

Komunal garden Sebuah ruang semi-swasta tidak dapat diakses untuk masyarakat umum, biasanya terletak di dalam interior sebuah blok, menyediakan ruang hijau dan dikelola secara terpusat bagi warga khusus.

Privat garden Sebuah ruang pribadi yang terletak di dalam plot yang berdekatan dengan bangunan.

Playground Sebuah daerah kecil yang didedikasikan untuk permainan anak-anak, yang berpagar dan jarak yang dapat ditempuh dengan berjalan atau dekat dengan rumah.

Courtyard Sebuah ruang terbuka privat sering untuk kendaraan servis / parkir.

atrium Kaca tertutup semi- publik atau ruang pribadi, area

tempat duduk dan sebagai perangkap matahari untuk menciptakan kenyamanan penghuni atau pengunjung. (sumber : Dean B)

Tabel 2 Tipe taman kota

Tipe dan fungsinya Luasan dan jarak dari rendah hingga dataran tinggi. Area

bukan untuk publik melainkan lebih untuk menjaga lingkungan. Area ini dapat digunakan sebagai rekreasi tetapi tidaak untuk rekreasi yang bersifat intensif atau aktif, dan parkir disediakan khusus.

(22)

Tabel 2 Tipe taman kota (lanjutan)

Tipe dan fungsinya Luasan dan jarak dari rumah taman nasional, hutan dll. (ii) taman resmi untuk rekreasi aktif dan pasif. berisi permainan setidaknya 40 hektar, dan Parkir mobil yang dan bermain, bermain anak-anak untuk usia yang berbeda kelompok , dan rekreasi informal yang pengejaran. Harus menyediakan beberapa parkir mobil.

Taman lokal

Untuk pejalan kaki 2 hektar < 0.4 km

Menyediakan permainan, children playground, sitting area, konservasi, lanskap pendidikan, dan mewadahi tempat bermain yang cukup.

Taman lokal kecil dan ruang terbuka Pejalan kaki, orang tua,

anak kecil, orang disekeliling taman.

< 2 hektar 0.4 km

Kebun, sitting area, children playground, dan konservasi kesempatan bagi informal yang rekreasi , dan daerah yang tidak

(23)

disamping kantor Bupati Bogor. Taman dengan luasan 1.2 ha, Secara geografis taman terletak pada koordinat 6° 28'45.92"LS dan 106° 49'24.65"BT. Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai dari bulan November 2014 hingga Januari 2015 untuk pengumpulan data, dan empat bulan untuk pengolahan data mulai dari Januari 2014 hingga dengan Maret 2015.

Table 1 Kebutuhan, jenis, dan sumber data penelitian

No Jenis Kegunaan Sumber

1 Peta dasar Mengetahui ukuran

dan batasan taman

(24)

Proses Desain

Booth (1983) menyatakan bahwa proses desain umumnya memiliki tahap-tahap seperti Gambar 4. Kegiatan penelitian ini hanya melakukan tahap-tahap-tahap-tahap tertentu mengacu proses desain oleh Booth, yaitu inventarisasi, analisis, desain, dan gambar konstruksi.

Gambar 3 Proses desain Booth (1983) Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada peneltian ini sebagai berikut: 1. Riset dan analisis

Inventasrisasi

Pada tahap ini dilakukan inventarisasi dilakukan dengan cara survey lapang, wawancara dan pembagian kuisioner kepada masyrakat yang sedang memasuki taman sebanyak 40 kuisioner (minimum responden 30). Pengumpulan data yang di lakukan mengenai data basemap, fisik bio-fisik, dan sosial. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi pustaka atau ke dinas terkait (DKP Kabupaten Bogor/BAPPEDA dan Dinas lainnya). Analisis-Sintesis

(25)

taman, karakter user di dalam taman dan keinginan user terhadap taman. Pembuatan analisis ditransformasi ke dalam bentuk spasial 2D sehingga hasil analisis dapat di ketahui secara spasial dan kemudian dapat di lakukan tahapan selanjutnya yaitu sintesis. Tahapan sintesis yang dilakukan yaitu menggabungkan semua peta spasial anlisis ke dalam satu bentuk spasial atau

overlay.

2. Perancangan

Tahap dilakukan dalam perancangan yaitu melakukan konsep dasar dan konsep desain, diagram fungsi keterhubungan taman, hal tersebut dilakukan agar mengetahui ruang-ruang mana yang dapat dihubungkan sehingga menghasilkan ruang pada taman yang dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan desainnya. Tahapan selanjutnya yaitu pengembangan konsep yang menghasilkan blockplan,siteplan,

3. Gambar-gambar konstruksi

Tahap yang dihasilkan, gambar perspektif, animasi, potongan, planting plan. dan gambar detail.

Batasan Penelitian

Penelitian in berfokus pada studi mengenai desain lanskap untuk menyediakan taman kota yang fungsional dan estetis bagi Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada salah satu Taman Kota di Kabupaten Bogor dengan status kepemilikan pemerintah. Selain itu, produk yang dihasilkan dari penelitian ini terbatas pada produk desain lanskap berupa concepplan, siteplan, planting plan, gambar perspektif, gambar potongan, dan gambar detail.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum

Aspek Fisik dan Biofisik

Aspek fisik dan biofisik yang diinventaris pada area penelitian meliputi aspek-aspek yang terkait dalam redesain taman diantaranya: batas taman dan geografi, sirkulasi dan akesibilitas, geologi dan tanah, topografi, hidrologi, iklim, vegetasi, fasilitas dan utilitas serta view.

Lokasi penelitian secara administratif berada di Kecamatan Cibinong yaitu dipusat pemerintahan Kabupaten Bogor, lokasi penelitian pada sebuah taman kota yang sering disebut Taman Kota Tegar Beriman, posisi taman tersebut berada di kawasan pemerintahan kota bogor dengan kepemilikan/bertanggung jawab oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Bogor. Secara geografis taman tersebut terletak pada koordinat 6°28'45.92"LS dan 106°49'24.65"BT dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Jalan indah di sebelah Utara,

b. Jalan raya Tegar Beriman di sebelah Selatan, c. Jalan bersih di sebelah Barat, dan

(26)

Iklim

Berdasarkan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor tahun (2012-2032) yang di keluarkan oleh BAPPEDA, curah hujan Kecamatan Cibinong berkisar antara 3000-4000 mm3/tahun.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) statsiun Darmaga Bogor tahun 2014, suhu udara rata-rata pada kawasan Kecamatan Cibinong adalah 25.93ºC dengan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober, yakni sebesar 26.8ºC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Januari, yakni sebesar 24.6ºC. Tingkat kelembaban nisbi udara pada taman ini rata-rata sebesar 82.83% dengan kelembaban nisbi maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari, yakni sebesar 89%, sedangkan kelembaban nisbi minimum terjadi pada bulan September, yakni sebesar 73%. Kecepatan angin dengan kecepatan rata-rata pada taman yaitu sebesar 3.9 knot dengan kecepatan maksimum terjadi pada bulan September, yakni sebesar 5 knot, sedangkan kecepatan angin minimum terjadi pada interval bulan Januari, yakni sebesar 2 knot. Grafik suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin pada tahun 2014 masing-masing disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4 Grafik rata-rata suhu udara Kecamatan Cibinong tahun 2014 (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2014)

Gambar 5 Grafik rata-rata lembab nisbi Kecamatan Cibinong tahun 2014 (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2014)

23.5 24.0 24.5 25.0 25.5 26.0 26.5 27.0

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Suhu udara ( C ) 2014

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

(27)

Gambar 6 Grafik rata-rata kecepatan angin Kecamatan Cibinong tahun 2014 (Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2014) Geologi dan tanah

Berdasarkan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor tahun (2012-2032) yang di keluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), jenis batuan yang berada pada Kecamatan Cibinong merupakan jenis batuan endapan permukaan sedangan jenis tanah merupakan jenis tanah latosol merah latosol coklat kemerahan.

Topografi dan Drainase

Berdasarkan hasil survey taman taman Kota Tegar Beriman memiliki topografi datar pada keseluruhan area taman, adapun perbedaan level ketinggian pada pedestrian di dalam taman sebesar 10 cm dari permukaan tanah. Secara umum teman tersebut terletak pada ketinggian 443.484 meter di atas permukaan laut (mdpl). Saluran drainase pada taman memiliki system drainase tertutup hal tersebut dapat terlihat dengan permukaan drainase yang tertutup oleh pedestrian, saluran drainase tersebut merupakan outlet yang bermuara di danau pada bagian timur taman yang berjarak sekitar 391 m. dapat di lihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kondisi topografi pada taman 0

1 2 3 4 5 6

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

(28)

Hidrologi

Taman Kota Tegar Beriman terletak tidak jauh dari danau Kecamatan Cibinong sehingga ketika terjadinya hujan air limpasan mengarah menuju drainase dan dilanjutkan menuju danau danau. Pada kondisi di dalam taman aliran

run off tidak berfungsi secara maksimal untuk mengalirkan air limpasan karena tidak terdapatnya saluran drainase di dalam taman, sehingga air hujan tidak semuanya mengalir menuju drainase utama yang berada di sekeliling taman. Hal tersebut menimbulkan terjadinya penggenangan air hujan pada beberapa bagian taman namun kondisi tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap fungsional taman dikarenakan taman tersebut didominasi oleh permukaan tanah dan

groundcover sehingga air hujan dengan cepat berinfiltrasi kedalam tanah. Pemandangan (view)

Taman kota Tegar Beriman terdapat aksen garis lurus yang saling berhubungan (axis) pada arah utara, selatan, timur, dan barat, taman tersebut didukung dengan adanya sebuah focal point berupa air mancur pada bagian pusat taman, air mancur tersebut memiliki ketinggan sekitar 5 m dari permukaan tanah dan memiliki diameter kolam 20 m. Tidak jauh dari air mancur terdapat sebuah

amphiteatre dengan diameter 15 m dengan kapasitas dapat menampung orang sekitar 100-150 orang. Konsep ruang terbuka hijau yang diterapkan oleh Dinas Pertamanan Kabupaten Bogor membuat beberapa titik taman terlalu rimbun dengan tegakan pohon yang rapat dan tajuk pohon yang bersinggungan. Taman tersebut memiliki sedikit keberagaman jenis vegetasi pohon namun pada jenis vegetasi semak dan groundcover cukup beragam.

Vegetasi

Berdasarkan hasil survey jenis vegetasi yang terdapat dalam taman penelitian antara lain adalah teh-tehan (Acalypha macrophylla), siklok (Agave attenuata), rumput gajah (Axonopus campressus), bismarck palm (Bismarckia nobilis), bismarck palm (Bismarckia nobilis 'silver'), kana (Canna indica), lili paris (Cholorophytum comosum ‘vittatum'), hanjuang (Cordyline terminalism'rededge'), serai wangi (Cymbopogon nardus), drasena (Dracena laureiri), beringin (Ficus benjamina), kerai payung (Filicium decipiens), gint falase agave (inggris) (Furcrae gigantea 'striata'), pacing (Kostus sp), kucai (Carex morrowii), Yellow walking iris (Neomarica longifolia), Paku jejer (Nephrolepis sp), palem hijau (Ptycosperma macarthuri), kihujan (Samanea saman), pucuk merah (Syzigium sp), ketapang kencana (terminalia cattapa), palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate).

Tabel 3 Jenis tanaman dan populasinya di dalam taman

No Nama lokal Nama Ilmiah Klasifikasi

1 Damar Agathis dammara Foxw Pohon

2 Teh-tehan Acalypha macrophylla Semak

3 Siklok Agave attenuata Ground cover

(29)

Tabel 3 Jenis tanaman dan populasinya di dalam taman (lanjutan)

No Nama lokal Nama Ilmiah Klasifikasi

5 Bismarck palm Bismarckia nobilis Pohon

6 Bismarck palm Bismarckia nobilis 'silver' Pohon

7 Kana Canna indica Ground cover

8 Lili paris Cholorophytum comosum ' vittatum'

Ground cover

9 Hanjuang Cordyline terminalism'rededge' Ground cover

10 Sawo durian Crisophyllum crainito Pohon

11 Serai wangi Cymbopogon nardus Ground cover

12 Drasena Dracaena laureiri Perdu

13 Beringin Ficus benjamina Pohon

14 Kerai payung Filicium decipiens Pohon

15 Gint falase agave

(inggris)

Furcrae gigantea 'striata' Ground cover

16 Melinjo Gnetum gnemon Pohon

17 Pacing Kostus sp Pacing

18 Carex morrowii Kucai Ground cover

19 Petai cina Leucaena leucocephala Pohon

20 Tanjung Mimusops elengi pohon

21 Yellow walking iris

Neomarica longifolia Ground cover

22 Paku jejer Nephrolepis sp. Ground cover

23 Kamboja Plumeria Pohon

24 Palem hijau Ptycosperma macarthuri Pohon

25 Pucuk merah Syzigium sp. Semak

26 Ketapang kencana Terminalia cattapa Pohon 27 Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Pohon Satwa

Berdasarkan hasil survey, tidak terdapat satwa yang menjadi ciri khas pada taman, satwa yang terdapat di dalam taman merupakan satwa liar seperti : burung pipit, kupu-kupu, kadal dan lainnya.

Sirkulasi dan aksesibilias

(30)

masuki karena jalan ini merupakan jalan pemerintahan yang dijaga ketat keamanananya, adapun dari arah belakang yaitu dari arah jalan cipayung dan menuju jalan bersih. Ilustrasi sirkulasi dan aksesibiltas dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Sirkulasi menuju dan di dalam taman Fasilitas dan utilitas pada taman

Taman Kota Tegar Beriman dibangun bertujuan memenuhui kebutuhan ruang publik bagi masyarakat Cibinong, diperuntukan untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari area bermain anak, berkumpul bersama keluaraga, berinteraksi dengan orang banyak, menonton atraksi air mancur fasilitas yang berada di dalam taman antara lain disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman Nama

fasilitas

Jumlah Keterangan Gambar

(31)

Tabel 4 Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan) Nama

fasilitas

Jumlah Keterangan Gambar

Kolam 1 Kolam merupakan elemen penunjang dari air mancur dengan luasan 678 m2 dengan tinggi 1 m - 1.2 m, material yang digunankan yaitu tembok finishing batu teplek, elemen penunjang kolam yaitu lampu sorot yang mengelilingi kolam, kondisi lampu yang tidak lagi berfungsi dan struktur kolam yang rusak mengalami kebocoran air sehingga kolam tampak kosong.

Amphiteatre 1 Amphiteatre memiliki ukuran diameter 15 m dengan pola design lingkaran atau radial, view amphiteatre menghadap air mancur,

amphiteatre tampak kokoh dan rapih namun tampak vandalisme pada beberapa bagian, view menuju panggung terhalang oleh adanya penanaman pohon yang berada di tengah amphiteatre.

Bangku Taman

10 Ukuran bangku taman yaitu 0.5 m x 1.5 m dengan material tembok

finishing aci. Tampak beberapa bagian tembok yang mengelupas dan terdapat vandalisme.

(32)

Tabel 4 Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan) taman, memiliki ketinggian sekitar 5 m ditunjang dengan dua buah pilar berukuran 1 m x 1 m dengan struktur kayu dan beton. Kondisi gapura terlihat bagus dan terawat serta tidak adanya vandalism dikarenankan posisi gapura terletak disebelah pos keamanan.

Sculpture 1 Sculpture tepat berada di bawah gapura atau berada di gate utama taman pada bagian barat. Sculpture berupa bongkahan batu asli berwarna hitam kombinsai putih dengan tekstur glossy, memiliki dimensi panjang 0.5m , lebar 0.5 m, tinggi dalamnya yang bergantian secara rutin.

Lampu taman

Lampu taman tersebar di sudut-sudut taman, memiliki dimensi panjang 0.2 m , lebar 0.2 m , dan tinggi 0.8 m, material yang digunakan tembok

(33)

Tabel 4 Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan) Nama

fasilitas

Jumlah Keterangan Gambar

Pedestrian Pedestrian memiliki lebar 1.5 m dengan material grassblock, material disusun dengan pola geometrik yang dikombinasikan dengan pavement

berukuran 0.2 m x 0.2 m. kondisi

pedestrian terlihat rapih dan terawat namun pada beberapa titik terdapat

grassblock yang terangkat oleh perakaran pohon.

Gazebo 2 Gazebo memiliki ukuran 3m x3m dengan struktur material kayu, gazebo tampak terawat dan ramai digunakan oleh pengunjung. Pada bagian bawah gazebo ditopang oleh material conblock segi 6 dengan luasan 4 m x 4 m.

Kondisi sosial

berdasarkan hasil survei di lapangan pada pagi hari user/pengguna taman cenderung sepi terutamana pada hari kerja, aktifitas yang terlihat hanya petugas kebersihan taman. Pada siang hari user yang masuk kedalam taman mayoritasyaitu kaum pelajar SMP dan SMA namun pada prakteknya pelajar tersebut menggunakan taman secara tidak fungsional yaitu perilaku yang menyimpang seperti berpacaran, berkumpul dan meroko serta mencorat coret fasilitas yang ada. Selain pelajar terdapat juga pegawai negeri sipil yang hanya menggunakan taman sebagai akses menuju kantin atau masjid raya, padahal seharunya taman ini digunakan penuh oleh para pegawai negeri sipil yang lokasi taman tersebut berada di dalam kawasan pemerintahan. Keberadaan pedagang kaki lima yang berjualan di luar dan menempel pagar taman membuat pagar menjadi rusak dan patah disebabkan oleh pembeli yang cenderung membeli makanan lewat celah pagar yang rusak. Pada sore hari aktifitas di dalam taman cenderug anak remaja yang hanya duduk dan berkumpul serta para pedagang yang beristirahat dan tidur di bangku taman atau amphiteatre.

Analisis dan Sintesis Fisik serta Biofisik

Aksesibilitas dan sirkulasi

(34)

Ga

mbar

9 P

eta inve

nt l

ing

kun

g

an s

ekit

ar ta

(35)

Ga

mbar

10 P

eta

invent

ar

isasi t

(36)

Ga

mbar

11 P

eta

ana

li

sis

(37)

oleh kantor-kantor dinas Kabupaten Bogor serta berdampingan dengan masjid raya Kabupaten Bogor. Akses menuju taman dapat ditempuh dengan berjalan kaki, menggunakan kendaraan roda dua, kendaraan roda empat dan kendaraan angkutan umum. Taman memiliki akses yang mudah dijangkau oleh berbagai jenis kendaraan. Lokasi taman terhalang oleh masjid raya Kecamatan Cibinong yang membuat taman tersebut sulit untuk dilihat dari jalan utama ditambah tidak adanya papan pengarah seperti signage menuju taman.

Akses yang dapat ditempuh oleh pejalan kaki yaitu dengan menggunakan kendaraan umum dan berhenti didepan kantor Bupati Kabupaten Bogor kemudian melanjutkannya dengan berjalan kaki, fasilitas yang tersedia yaitu jalur pedestrian ang terbentuk dari perkerasan penutup drainase. Akses menggunakan roda dua dan roda empat menuju taman dapat ditempuh dari dua arah yaitu dari arah Jalan Raya Tegar Beriman (arah selatan) dan dari Jalan Cipayung (arah utara) serta dari jalur dalam kawasan pemerintahan. Penggunaan transportasi tersebut tidak didukung oleh area parkir pada bagian luar taman, area parkir hanya di dukung dari bagian dalam kawasan kantor pemerintahan.

Pada bagian welcome area utama terletak pada jalan bersih (bagian barat) taman, welcome area tidak mudah terlihat disebabkan oleh vegetasi yang terlalu rimbun, terhalang pedagang kaki lima (PKL), lebar gerbang utama yang hanya dibuka sebesar 1 m padahal gerbang tersebut memiliki lebar 5 m, dan tidak adanya signage nama taman sebagai identitas taman. Pada aspek desain pembuatan sebuah taman seharusnya didukung dengan fasilitas umum seperti parkir maupun papan pengarah serta signage yang mudah dibaca baik itu oleh pengguna pedestrian, kendaraan roda dua dan roda empat. Perlu adanya penataan pedagang kaki lima pada bagian luar taman sehingga taman dapat terlihat dengan jelas dari arah jalan bersih. Peta sirkulasi dan aksesibilitas pada Gambar 11. Pemandangan (view)

View suatu taman dapat menjadi kelebihan (good view) dan kekurangan

(bad view). Good view taman dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan estetik dari sebelumnya sedangkan bad view dapat perbaiki kearah yang lebih baik.

Good view pada taman dapat terlihat pada bagian penanaman tanaman, axis

menuju air mancur, dan amphiteatre.

Terlihat view yang bagus pada penanaman tanaman di dalam taman antara lain : pohon, semak, ground cover dan rumput. Keadaan tersebut didukung pemeliharaan secara rutin oleh petugas taman dan didukung dengan adanya pola penanaman yang berulang serta penggunaan jenis vegetasi yang sama membuat vegetasi terlihat rapih.

Terdapat sumbu axis yang terlihat jelas pada jalan utama yang pemandangannya menghadap air mancur sebagai focal point yaitu dari arah utara dan barat. View dari arah utara memperlihatkan kondisi jalan utama dengan lebar 2 m yang memberikan kesan luas sebagai pintu masuk sehingga pandangan menuju air mancur semakin lebar. View bagian barat terdapat gerbang utama masuk kedalam taman dengan lebar jalan 3 m dan 1 m dibagian tengah sebagai median berupa vegetasi rumput ditambah dengan kehadiran sebuah sculpture

(38)

Bad view pada taman dapat terlihat pada bangunan air mancur dengan tinggi sekitar 5 m dan diameter kolam 20 m dan arah pandang dari amphiteatre menuju air mancur yang terhalang.

Kondisi air mancur pada saat ini tidak berfungsi seperti awal pembangunannya yaitu air mancur yang keluar dibagian atas konstruksi menjadikan air mancur tampak lebih lengkap, dan dibagian bawahnya terdapat kolam yang mengelilingi air mancur sebagai penampung air yang dikeluarkan. kondisi saat ini air kolam tampak kosong, kering, terjadi kebocoran, dan air mancur tidak lagi mengalir. Kerusakan tersebut membuat bentukannya tampak seperti corong besar yang diletakan ditengah-tengah kolam. Hal yang paling mempengaruhi view adalah dimensi total kolam dan air mancur yang besar membuat view terhadap ornamen vital taman tersebut tidak sepenuhnya dapat dinikmati oleh user, area yang disediakan untuk user hanyalah sebatas jalur

pedestrian yang mengelilingi kolam dengan lebar 1m tentunya, dengan lebar

pedestrian tersebut sangatlah kurang lebar untuk menikmati air mancur dengan ketinngian 5 m. tidak tersedianya area untuk menikmati tersebut menjadi penyebab utama estetika air mancur tidak maksimal, seharusnya sebuah ornamen

yang besar dapat dinikmati pemandangannya dari tempat yang luas dan mampu terlihat dari berbagai sudut taman.

Pada taman terdapat sebuah amphiteatre yang pada garis pandangnya menghadapap ke arah air mancur namun kondisi tersebut banyak terhalang oleh vegetasi tegakan pohon disekeliling air mancur bahkan terdapat satu tegakan pohon yang berada di tengah-tengah amphiteatre dengan kondisi perakaran serta pertumbuhannya merusak konstruksi amphiteatre.

Banyaknya zona yang tidak termanfaatkan dengan baik seperti kondisi yang lembab disebabkan terlalu rapatnya tajuk pohon, bagian bawah vegetasi pohon dipenuhi daun yang berguguran dan tidak vegetasi rumput tidak dapat tumbuh. Hal tersebut dipengaruhi oleh cahaya matahari yang tidak dapat menembus percabangan tajuk pohon yang terlalu rapat.

Adapun beberapa perubahan taman diantaranya : vegetasi pohon sebisa mungkin dipertahankan dan ukuran tajuk pohon diperkecil dengan pemangkasan pada beberapa spot khususnya pada bagian yang mengalami kelembaban (sudut barat daya), axis dipertegas dengan memperlebar jalan utama yang langsung menuju

focal point, memperluas area pandang disekitar focal point, memperkuat elemen

focal point, dan memperkuat view dari amphiteatre menuju air mancur. Keadaan

view dapat di lihat pada peta analisis view Gambar 12. Kenyamanan iklim

Mendesain sebuah taman harus memperhatikan kenyamanan pengunjung dari suhu udara yang berada di sekitar taman. Kenyamanan tersebut dapat dimodifikasi dari iklim mikro secara thermal. Empat elemen dasar penyusun untuk mendesain taman dengan memperhatikan iklim mikro ialah temperatur udara, kelembaban, radiasi matahari dan pergerakan angin (Brooks 1988).

(39)

Ga

mbar

12 P

eta

anali

si

s

(40)

Oktober, yakni sebesar 26.8ºC, sedangkan suhu udara minimum terjadi pada bulan Januari, yakni sebesar 24.6ºC. Tingkat kelembaban nisbi udara pada taman memiliki rata-rata sebesar 82.83% Berdasarkan data suhu dan kelembaban tersebut dapat dicari Indeks kenyamanan manusia (Thermal Humidity Index) pada lokasi penelitian dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan Kuantifikasi Kenyamanan berikut :

THI = 0.8T

Keterangan :

THI = Thermal Humidity Index T = Suhu (ºC)

RH = Kelembaban Nisbi

Melalui perhitungan THI tersebut didapat nilai 25.07 ºC. Menurut Robbinete (1977), suhu udara yang nyaman untuk manusia sebesar 21 – 27ºC, ini menunjukan suhu taman berada pada kondisi nyaman.

Menurut Motloch (2001), Vegetasi pohon berukuran besar dan menengah dapat pengubah iklim mikro yang efektif. Vegetasi tersebut memberikan keteduhan dari tinggi tajuk pohon dan dari sudut penyinaran matahari. Besar kecilnya suatu pohon dan renggang atau rapatnya ranting pohon dapat dijadikan sebagai besar kecilnya angin dari aliran udara, arah aliran udara tersebut merupakan ventilasi udara menggunakan vegetasi. Disisi lain jika salah satu sisi terbuka dengan bukaan yang kecil maka angin yang akan di hasilkan di bawah pohon sedikit, terdapat pada Gambar 13. Berdasarkan sumber data dari BMKG menunjukan arah angin dominan datang dari arah barat daya. Pola vegetasi di dalam taman sebelah barat menunjukan pola penanaman vegetasi yang rapat. Pola tersebut dapat menjadi hambatan sirkulasi angin memasuki taman. Oleh sebab itu perlu adanya sedikit bukaan agar sirkulasi angin tidak terhalang, perlu adanya penebangan beberapa pohon atau memangkas ranting pohon.

(41)

Vegetasi

Menurut Motloch (2001), strata dan ukuran vegetasi yang mempengaruhi sebuah desain. Strata berarti lapisan horizontal yang terbentuk dari berbagai jenis vegetasi : pohon, semak dan grouncover. Dapat dilihat pada Gambar 14. Ukuran dari strata tergantung pada ketinggian tanaman sehingga terdapat beberapa jenis yaitu pohon besar, pohon kecil dan pohon berbunga, semak besar, semak menengah, semak kecil dan penutup tanah. Penerapan jenis vegetasi tersebut dilakukan agar memberikan keberagaman vegetasi, terutama Negara Indonesia yang merupakan iklim tropis dengan banyak sekali keberagaman vegetasi. Keberagaman tanaman merupakan elemen penting dalam membangun sebuah taman. Taman identik dengan banyaknya jenis vegetasi mulai dari bunga hingga pohon. Keberagaman vegetasi rendah merupakan hal utama karena dapat dengan mudah terlihat oleh user.

Gambar 14 Strata vegetasi (sumber: Motloch 2001) a. Pohon besar

Terdiri dari pohon dengan ketinggian 10 m – 13 m sehingga mereka membentuk kanopi namun tidak membentuk ruang yang tertutup. Terdapat beberapa pohon yang dapat dikunjungi dengan ketinggian tersebut yaitu pada bagian sebelah barat dengan pola penanaman sejajar, dilihat dari ukuran pohon yang sangat besar dengan ketinggian lebih dari 10 m diperkirakan pohon tersebut sudah ada sebelum taman di bangun. Kondisi pohon dengan ukuran sangat besar menjadi suatu kendala karena usia pohon yang tua dan terlihat rapuh. Adapun dari pandangan arsitektur lanskap sebuah pohon yang besar dapat menjadi daya tarik estetika taman.

b. Pohon kecil dan pohon berbunga

(42)

dengan ketinggian dengan tinggi di bawah 7 m dominasi oleh pohon petai cina (Leucaena leucocephala), sedangkan untuk keanekaragaman pohon berbunga tidak dapat dijumpai di area taman.

Perlu adanya penambahan pohon berbunga sebagai penguat estetika taman dan ditempatkan pada area taman yang mendukung dan area yang cukup kosong agar tidak terjadi persinggungan antar tajuk pohon. Adapun beberapa pilihian pohon berbunga seperti : pohon kupu-kupu (putih, ungu, merah), jakaranda, bungur, tabebuya, dll.

c. Semak tinggi

Terdiri dari semak yang mampu tumbuh hingga 4.5 m mereka mampu menyediakan kesan ruang yang privat atau tertutup, mereka juga efektif sebagai screen atau backdrop dari sebuah view, ilutrasi dapat di lihat pada Gambar 15.

Gambar 15 Semak tinggi (sumber: Motloch 2001)

Penggunaan semak digunakan terutama pada bagian barrier atau pagar taman yang berbatasan dengan kantor-kantor dinas. Penggunaan semak yang dominan yaitu pucuk merah. Pola penanaman yang digunakan yaitu memanjang dan saling bersinggungan dan tidak ada celah pemisah antar tanaman.

Penggunaan semak sebagai screen pada taman di perlihatkan pada vegetasi yang mengelilingi air mancur namun efek screen tersebut membuat air mancur /focal point terhalang. Jenis vegetasi tersebut yaitu pisang kipas dengan tinggi 2 m dan lebar 2 m, jenis vegetasi tersebut menutupi view menuju air mancur. d. Semak kecil dan sedang

Intermediate shurbs tumbuh 1 – 2 m dan low shurbs 0.3 – 1 m . mereka sering digunakan sebagai pengontrol view pada jalur pedestrian. low shurbs

menyediakan pembatas visual yang lemah, Gambar 16. Sementara

(43)

Semak dapat dijadikan sebagai pengarah atau mengatur alur user ketika di dalam taman. Penggunaan semak dengan tipe tersebut tidak dijumpai di samping jalur pedestrian. Semak cenderung hanya untuk estetika dan pola penanaman yang hanya dihgunakan sebagai pembatas border antara

pedestrian dan groundcover, sedangkan untuk mengontrol sebuah view belum terlihat penggunaanya di dalam taman. Semak sebagai pengontrol view

sebaiknya diterapkan di dalam taman karena sangat mempengaruhi perilku dari user. Semak pengontrol mampu memberikan kesan pengaturan kepada

user tanpa user sadari bahwa mereka sedang diarahkan, terutama pada bagian yang mengelilingi focal point.

Gambar 16 Semak rendah sebagai pembatas visual (sumber: Motloch 2001)

(

Gambar 17 Semak sedang sebagai pembatas yang kuat (sumber: Motloch 2001)

e. Grouncover / penutup tanah

Groundcover adalah area yang ditanami yang dapat menyatukan kumpulan – kumpulan tanaman menjadi sebuah komposisi. Groundcover

dapat menjadi sebuah batas ruang dan membentuk garis yang dapat mengarahkan mata menuju focal point, akses masuk atau komponen penting desain lainnya, dapat di lihat pada Gambar 18.

Taman memiliki sebuah focal point dengan ukuran sangat besar yang harus ditunjang dengan pemilihan jenis vegetasi yang sesuai. Pola penanaman mampu memberikan kesan penguat dan mampu memberikan arahan kepada

user. Jenis tipe tersebut tidak dapat ditemukan di dalam taman, penggunaan

(44)

Gambar 18 Groundcover sebagai elemen pembentuk garis (sumber: Motloch 2001)

a. Spatial Enclosure

Vegetasi dapat memberikan kesan ruang yang terbuka atau tertutup. Penutupan atau keterbukaan ruang sangat dipengaruhi oleh tanamannya, semakin rapat masa tanaman maka kesan tertutup semakin kuat. Vegetasi sebagai desain dapat diaplikasikan dalam membentuk sebuah ruang. Hal tersebut dapat terlihat dalam pola penanaman, jenis vegetasi yang dipakai, dan jarak tanam antar vegetasi. Pengaplikasian vegetasi tersebut dapat membatasi

area taman menjadi sub – sub ruang tertentu sebagai screen atau border. Berbeda dengan kondisi vegetasi di Taman Kota Tegar Beriman, tidak terlihat adanya permainan dan penataan vegetasi. Pola yang digunakan yaitu pola grid

yang berfungsi sebagai pengisi ruang-ruang kosong. Pola grid tersebut hanya akan mengakibatkan penutupan lahan menjadi semakin sempit dan menjadikan taman terkesan tertutup. Oleh karena itu, penggunaan vegetasi sebagai pembatas ruang perlu dilakukan untuk memperkuat perbedaan setiap ruang, akan tetapi penambahan vegetasi pohon hanya akan mengakibatkan taman menjadi semakin sempit maka, vegetasi yang digunakan haruslah vegetasi yang kecil seperti : semak dan grouncover.

b. Spatial Type

Ruang memiliki banyak tipe dari yang sangat tertutup sampai publik. Ruang tersebut dipengaruhi oleh permainan garis vertikal dan horizontal. Terdapat beberapa jenis pembagian ruang berdasarkan penggunaan vegetasi antara lain : tertutup secara vertikal, tertutup, sebagian tertutup, implied,

terbuka tapi masih ada batas, kanopi, terbuka, ilustrasi pada Gambar 19. Menciptakan suatu ruang pada taman dengan penggunaan vegatasi harus tepat dan sesuai, diantaranya ruang publick dan privat, ruang tersebut dibentuk dengan vegetasi yang beragam sebagai batas.

(45)

Gambar 19 Tipe bukaan dan penutupan vegetasi (sumber: Motloch 2001)

c. Spatial Depth :

Komposisi ruang lebih efektif apabila menggabungkan foreground, middle ground, dan background. Pola penanaman vegetasi dapat dibagi kedalam 3 lapis yaitu depan, tengah, dan belakang. Pada bagian depan vegetasi jenis groundcover, kemudian lapisan tengah penggunaan jenis semak rendah, dan pada lapisan belakang jenis semak tinggi atau pohon.

d. Enframement

Komposisi vegetasi dapat membuat sebuah bingkai view dengan bentukan dari vegetasi itu sendiri, bentukan vegetasi tersebut dapat mengarahkan pandangan user menuju focal point, Gambar 20. Vegetasi dapat membingkai

focal point baik itu dengan ketinggian vegetasi, jenis vegetasi, maupun

contras.

(46)

Gambar 20 Vegetasi sebagai bingkai (sumber : Motloch 2001) e. Plant material and Landform

Landform dapat dibentuk dari pemakaian material tanaman. Misalnya penanaman yang padat pada landform tinggi akan menambahkan kesan visual tinggi dan membentuk kesan tertutup. Pembentukan vegetasi sebagai landform

pada taman tidak dapat dijumpai seperti diketahui bahwa topografi pada taman kota Tegar Beriman yaitu cenderung datar. Permainan ketinggian vegetasi sebagai pembentuk landform harus didukung dengan kondisi topografi itu sendiri. Adapun modifikasi yang dapat dilakukan antara lain : pembentukan topografi dapat berupa gundukan-gundukan yang disebut mounding dan menaikan keberagaman level landform.

Tanah

Berdasarkan peta rencana tata ruang wilayah Kabupaten Bogor tahun (2012-2032) yang di keluarkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), jenis tanah merupakan tanah latosol merah latosol coklat kemerahan. Menurut Rachim (2011), tanah latosol sudah terlapuk lanjut, sangat tercuci, batas horizon baur, kandungan mineral promer dan unsur hara rendah, struktur remah, stabilitas agregat tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silica. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Di Indonesia latosol pada umumnya terdapat pada bahan induk volkanik, baik berupa tupa atau batuan beku. Latosol ditemukan pada ketinggian dari permukaan laut (dpl) sampai ketinggian 900 mdpl di daerah beriklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500 – 7000 mm per tahun.

(47)

turun dan tidak adanya kendala dalam pembuatan elemen hardscape baik struktur besar ataupun kecil.

Topografi dan hidrologi

Menurut Motloch (2001) sebuah landform diartikan sebagai garis, setiap garis mempunyai makna tersendiri di dalamnya. Persepsi pada landform sangat dipengaruhi oleh tipe atau karakter garis pada lanskap contohnya garis angular biasanya menghasilkan perasaan yang kuat energi dan ketegasan, sementara disisi lain garis yang melengkung memberikan rasa ketenangan kepasifan dan relaksasi. Desainer mampu memodifikasi landform dengan menerapkan ilmu arsitek senatural mungkin sehingga landform yang dihasilkan akan sangat terstruktur.

Landform seperti itu memberikan kesan satu-satunya dan menegaskan kehadiran mereka dalam sebuah lanskap. Landform yang natural dapat melembutkan keberadaan sebuah ruang jika dikombinasikan dengan landform yang datar atau bersudut dapat menghasilkan sebuah landform yang dinamis, pola dan perasaan

landform dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Garis pembentuk arsitektural (sumber : Motloch 2001)

Taman kota Tegar Beriman memiliki topografi yang cenderung datar pada semua bagian adapun satu sudut bagian taman memiliki landform yang berbeda dengan perbedaan sekitar 10 cm -15 cm, dengan perubahan tersebut tidak akan berdampak pada kualitas visual taman. Pada sebuah taman sebaiknya ada

landform yang dimodifikasi untuk menunjukan perbedaan ruang antar taman maupun hanya untuk estetika saja. Pada dasarnya semua manusia cenderung dinasmis, memiliki emosi, dan memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang berbeda. Permainan landform dalam mendesain sebuah taman sangat lah diperlukan, perubahan landform tidak hanya perubahan secara tanah atau ground saja melainkan landform dapat dimodifikasi dari hal lain seperti perkerasan,

(48)

Ga

mbar

22 P

eta

ana

li

sis

hidrolog

(49)

Terdapat dua jenis aliran drainase yaitu drainase di dalam dan di luar tapak. Aliran drainase didalam tapak tidak memiliki aliran yang jelas, air limpasan yang cenderung diserap alami oleh tanah, drainase sperti ini memiliki resiko penggenangan ketika hujan deras. Drainase yang kedua terdapat di luar tapak, dengan sistem drainase tertutup, drainase ini terus berhubungan hingga aliran air dilampaskan menuju danau yang tidak jauh dari taman. Oleh karena itu perlu adanya koneksi antara drainase di luar dan di dalam taman, dengan pembentukan drainase yang terstruktur, peta analisis hidrologi dapat dilihat pada Gambar 22.

Analisis dan sintesis kondisi sosial

Kondisi sosial

Pada siang hari mulai terlihat adanya pengunjung yang datang kedalam taman yaitu para pelajar sekolah yang mengisi waktu istirahatnya untuk sekedar bencengkrama dengan pelajar yang lain, namun dari aktifitas yang mereka lakukan terkesan menyimpang, seperti meroko, berduaan dengan lawan jenis. Menjelang dzuhur biasanya taman ramai dilewati oleh pegawai dinas pemerintahan yaitu untuk membeli makan dipedagang kaki lima yang berada di bagian luar taman atau bagian barat taman. Pada sore hari pengunjung pada usia remaja mulai datang namun dalam jumlah yang sedikit dapat dirata-ratakan sekitar 4-6 orang. Aktifitas yang dikerjakan yaitu duduk dan bercengkrama, adapun beberapa kali ditemukan pengunjung orang tua dengan aktifitas duduk dan beristirahat. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang terjadi di dalam taman hanyalah kegiatan pasif.

(50)

Berdasarkan penilaian persepsi pengunjung terhadap fasilitas taman, antara lain : air mancur, children playground, amphiteatre, dan bangku taman. Bahwa untuk fasilitas air mancur 72 % didesain ulang dan 28 % diperbaiki, untuk

children playground 75 % didesain ulang dan 25 % diperbaiki, untuk amphiteatre

21 % didesain ulang dan 79 % didesain ulang, diagram persentase pada Gambar 21.

pengunjung lebih memilih taman dilakukan perubahan daripada diperbaiki, pengunjung lebih merespon dengan bentukan yang modern. Adapun pola yang diminati yaitu organic 17%, geometric 28% dan gabungan keduanya sebesar 55%, diagram persentase pada Gambar 23.

Perubahan tersebut pengunjung memilih material paving 9 %, rumput asli 23 %, rumput sintetis 32 %, dan gaungan ketiganya 36 %, diagram pada Gambar 24. Kondisi taman saat ini terlihat dua fungsi ruang yang termanfaatkan, yaitu ruang bermain (perosotan) anak dan sittng area (amphiteatre), oleh karena itu perlu adanya tambahan ruang berdasarkan keinginan pengunjung diantaranya diperoleh data, penambahan ruang children playground 17 %, ruang komunitas/pertunjukan 22 %, ruang olahraga 28 %, dan ruang rekreasi/piknik 33 %. Diagram persentase pada Gambar 25.

Gambar 24 Diagram bentukan pola yang diinginlkan pengunjung

Gambar 25 Diagram jenis material yang diinginkan pengunjung 17%

22%

28% 33%

Kebutuhan Ruang Pengunjung children playground

komunitas/pertunjukan olahraga

rekrasi/piknik

9%

23%

32% 36%

Jenis material yang diinginkan pengunjung

Paving Rumput asli

(51)

Gambar 26 Diagram kebutuhan ruang bagi pengunjung Kebiasaan Pengguna taman

Menurut Rutledge (1981), setiap orang yang duduk dibangku taman memiliki jarak diantara mereka sehingga harus mengakomodasi kebutuhan fisik tersebut. Terlihat pada Gambar 27 (a) bahwa orang lebih suka berdekatan dengan yang dikenal namun sebaliknya dengan orang tidak kenal akan saling membelakangi atau berjauhan.

Pembuatan elemen taman seperti planter box, kebanyakan dari user

menggunakannya untuk tempat beristirahat dan duduk-duduk. Desain planter box

pada umumnya memiliki ketinggian 45 cm yang setara dengan ketinggian tempat duduk manusia, sehingga user sering kali salah menafsirkan bahwa planter box

adalah tempat duduk selama mampu menahan bobot tutbuh mereka, tanpa menghiraukan kerusakan vegetasi yang tertanaman di dalam planter box. Perilaku

user tidak dapat dirubah tapi desainlah yang memahami perilaku mereka, ilustrasi pada Gambar 27 (b). Untuk mengakomodasi perilaku user yang menyimpang tersebut perlu adanya perubahan dalam mendesain planter box seperti : planter box yang diperlebar, konstruksi lebih kuat, dan tanaman yang digunakan bukan tanaman sekulen atau mudah mati.

Sebuah batas pagar pada taman dengan material beton perkerasan biasanya disalahgunakan oleh user sebagai area duduk, bersender, dan berkumpul. Perilaku tersebut cenderung biasa dilakukan dan membuat elemen taman digunakan tidak sesuia fungsinya. Terlihat pada gambar 27(c).

Menurut Rutledge (1981), manusia dalam berinteraksi seringkali menggunkan elemen taman linier. Taman kota merupakan tempat berkumpul individu yang tidak saling mengenal, pembuatan bangku taman dengan tipe memanjang dan banyak merupakan solusi dalam pembuatan desain yang efektif juga dapat menampung orang banyak. Ilustrasi pada Gambar 27(d).

Menurut Rutledge (1981), dalam menciptakan sebuah fasilitas bangku taman, harus memperhatikan bayangan dari vegetasi peneduh. Perilaku yang

17%

28% 55%

Diagram bentukan pola yang diingingan pengunjung

Organik

Geometris

(52)

paling mudah dipahami bahwa user lebih suka duduk ditempat yang teduh dan nyaman. Oleh karena itu perlu diketahui dalam membangun fasilitas taman seperti bangku haruslah mempertimbangkan aspek peneduh di atasnya baik itu oleh vegetasi maupun bentukan hardscape. Terlihat pada ilustrasi Gambar 27(e),

Gambar 27 Kebiasaan pengguna taman

(a) duduk berhadapan, (b) duduk di atas planter box, (c)duduk pada pembatas, (d) duduk jarak berjauhan dan memanjang, (e) duduk dibawah naungan.

(sumber : Rutledge 1981)

Menurut Soemarwoto (1987), kegiatan manusia yang merusak disebut vandalime. Perilaku yang sering dijumpai mencorat-coret faslitas umum, vandalisme sering dilakukan oleh para remaja baik itu karena alasan kenang-kenangan, tanda, dan mengkuti perilaku remaja yang lain. Kegiatan vandalisme sangat sulit dihilangkan akan tetapi perlu adanya alternatif seperti : pengawasan taman oleh pihak keamanan, penggunaan material taman yang mudah untuk dibersihkan. Menciptakan elemen taman harus pada posisi yang tepat untuk menghindari vandalisme (Rutledge 1981). Gamar 28.

Gambar 28 Ilustrasi perilaku vandalisme

(53)

Konsep

Konsep dasar

Gambar 29 konsep dasar urban landscape design

(sumber : google.com/ modifikasi)

Pada awal pembangunannya taman ramai didatangi pengunjung karena taman tersebut merupakan taman pertama di Kabupaten Bogor, warga Kabupaten Bogor atau warga Kecamatan Cibinong sering menggunakan Taman Kota Tegar Beriman sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga, berkumpul dengan komunitas dan untuk rekreasi, ramainya pengunjung yang datang di dukung dengan fasilitas taman yang menarik yaitu adanya air mancur sebagai focal point

Gambar

Gambar 8 Sirkulasi menuju dan di dalam taman
Tabel 4  Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan)
Tabel 4  Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan)
Tabel 4  Fasilitas dan utilitas eksisting di dalam taman (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait