• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA IKAN

MAS KOKI

(Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Tulungagung)

RENDRA EKA ARDHYA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor

.

Bogor, Oktober 2013

Rendra Eka Ardhya

(4)

ABSTRAK

RENDRA EKA ARDHYA.Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung. Dibimbing oleh RATNA WINANDI.

Ikan mas koki adalah salah satu produk perikanan yang sangat baik dikembangkan dengan meningkatkan produksi kebutuhan untuk memenuhi permintaan Indonesia dan luar negeri. Tetapi, produksi ikan mas koki masih fluktuatif di petani. Kelompok Budidaya Ikan Tugu Mina Asri merupakan kelompok yang sering mendapatkan penghargaan karena dinilai baik dalam membudidayakan ikan hias mas koki. Penelitian ini menggunakan fungsi Cobb-Douglas untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi di kegiatan produksi dan pendapatan budidaya ikan hias mas koki. Penelitian ini menunjukkan pendapatan budidaya sebesar Rp 109.324.000,00 dan R/C rasio sebesar 1,68 sehingga budidaya ikan hias mas koki menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi produksi adalah kepadatan tebar, pakan pellet, dan obat-obatan.

Kata kunci: Ikan Mas Koki, Faktor Produksi, Pendapatan, Tulungagung

ABSTRACT

RENDRA EKA ARDHYA. Production Factor And Income Analysis Goldfish Farming. Boyolangu District Tulungagung East Java. Supervised by RATNA WINANDI.

Goldfish is one of the potential fisheries products for increasing production to meet demand at Indonesia and other country. However, the production of a goldfish is still volatile at farmers.Tugu Mina Asri Fish Farming is a group that often get credit for rated well in cultivating ornamental fish goldfish. This study uses a Cobb-Douglas function to analyze the factors that the affect production and farmer income of ornamental fish goldfish. This study shows farming income of Rp 109,324,000.00 and R/C ratio of 1.68 so that the cultivation of goldfish is profitable and feasible. While the factors that influence the production is stocking density, feed pellets, and medicine.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RENDRA EKA ARDHYA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA IKAN

MAS KOKI

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung.

Nama : Rendra Eka Ardhya

NIM : H34070140

Disetujui oleh

Dr Ir Ratna Winandi, MS Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 ini ialah pengembangan usaha, dengan judul “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Mas Koki di Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri, Kabupaten Tulungagung”.Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Ratna Winandi MS selaku dosen pembimbing skripsi dan seluruh pengajar beserta staff di departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Suparmi sebagai ibu kandung, Pelda Wiwiek Wibowo sebagai ayah, Putri Dwi Cita sebagai adik serta seluruh anggota keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Rainieke Putri Arum beserta keluarga dan keluarga besar PT Mitra Mina Nusantara yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman Pondok Koplak, Agribisnis Angakatan 44 dan teman-teman yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu atas segala dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, Mei 2013

(10)

ix

Gambaran Ikan Hias Mas Koki 9

Biologi Ikan Mas Koki 9

Sejarah Singkat dan Perkembangan Ikan Hias Koki 9

Jenis Penyakit dan Hama ikan Koki 10

Penelitian terdahulu 11

Penelitian Terdahulu yang Terkait tentang Perikanan 11 Penelitian Terdahulu yang Terkait tentang Analisis Usahatani 12

KERANGKA PEMIKIRAN 15

Kerangka Pemikiran Teoritis 15

Teknis Budidaya Ikan Hias Mas Koki 15

Fungsi Produksi 16

Model Fungsi Produksi 18

Pendapatan Usahatani 19

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE PENELITIAN 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 23

Jenis dan Sumber Data 23

Metode Penarikan Contoh 23

Metode Pengolahan dan Analisis Data 23

Analisis Pendapatan Usaha Budidaya dan R/C rasio 24

Suvival Rate 24

Analisis Fungsi Produksi 25

Pengujian Hipotesa 25

Definisi Operasional 27

Hipotesis 28

Kependudukan dan Mata Pencaharian 30

Kelompok Budidaya Tugu Mina Asri 31

Karakteristik Responden 33

Status usaha 34

Umur 34

Pendidikan 35

Pengalaman Budidaya Ikan Koki 35

Lama Menjadi Anggota Pokdakan Tugu Mina Asri 35 Tatalaksana Usaha Budidaya Pokdakan Tugu Mina Asri 36 Persiapan Kolam, Pengadaan dan Pemilihan Benih Ikan Koki 36

Pemeliharaan Pembesaran Ikan Mas Koki 36

(11)

Pemanenan 38

Pemasaran 39

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI IKAN MAS KOKI

KELOMPOK TUGU MINA ASRI 41

Analisis Fungsi dan Model Penduga Produksi Ikan Mas Koki 41 Analisis Elastisitas Produksi Ikan Mas Koki 43 Analisis Elastisitas Produksi Ikan Hias Mas Koki 43

Analisis Skala Usaha (Return to Scale) 45

PENDAPATAN USAHABUDIDAYA IKAN MAS KOKI KELOMPOK TUGU

MINA ASRI 47

Keragaan Usahabudidaya Ikan Hias Mas Koki Tugu Mina Asri 47

Penggunaan input 47

Penerimaan Usahabudidaya 50

Pengeluaran Usahabudidaya 50

Pendapatan Usahabudidaya 51

Analisis R/C Rasio 52

SIMPULAN DAN SARAN 55

Simpulan 55

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 56

(12)

xi

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan Lima Negara Terbesar Ekspor Ikan Hias Tahun

2003-2007 Volume (kg), Nilai (US$) 1

2 Perkembangan Lima Negara Terbesar Impor Ikan Hias Tahun

2003-2007 Volume (kg), Nilai (US$) 2

3 Jumlah Produksi Ikan Hias Kabupaten Tulungagung 2011 (ekor) 4 4 Data luas Lahan dan Jumlah Pembudidaya (RTP) Kabupaten

Tulungagung 2011 5

5 Data Perkembangan Luas Kolam dan Jumlah Anggota Pokdakan Tugu

Mina Asri 6

6 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Tulungagung, 2009-2011 (Orang) 30 7 Sebaran Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Tulungagung, 2009 - 2011 (Persentasi) 31

8 Karakteristik Responden di Kelompok Budidaya Ikan Hias 33 9 Harga Beli Ikan Mas Koki PT MMN Berdasarkan Daerah Produksi

2012 40

12 Penggunaan Input Produksi Usahabudidaya Ikan hias Mas Koki di

Kelompok Tugu Mina Asri Tulungagung Tahun 2011 47

13 Pengeluaran UsahaBudidaya Pembesaran Ikan Mas Koki di Pokdakan

Tugu Mina Asri Tulungagung Tahun 2011 51

14 Rata-rata Penerimaan, Biaya Dan Pendapatan Usahabudidaya

pembesaran Ikan Mas koki Tahun 2011 52

(13)

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik Produksi Ikan Hias Mas Koki Dalam Luasan Kolam Tugu Mina

Asri Tulungagung Tahun 2011 6

2 Produksi Ikan Hias Mas Koki Kabupaten Tulungagung Berdasarkan

Luas Kolam per Bulan Selama Tahun 2011 (ekor) 7

3 Ikan Mas Koki 9

4 Grafik Fungsi Produksi Klasik dan Tiga Tahap Produksi 17

5 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 22

6 Struktur Organisasi Pokdakan Tugu Mina Asri 32

7 Stok Cacing Sutera 37

8 Alur Tataniaga Ikan Hias Mas Koki Pokdakan Tugu Mina Asri 39

9 Hasil Uji Kenormalan P-Plot 42

10 Hasil Uji Scaterplot 43

11 Pestisida Merk BASSA 49

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Tanggal Panen Ikan Mas Koki Tiap Responden 58 2 Variabel-variabel yang diuji dari Responden Tugu Mina Asri Kabupaten

Tulungagung 60

3 Penyusutan Peralatan 61

4 Daftar Alokasi Tenaga Kerja untuk Setiap Petani Responden Per Kegiatan di Kabupaten Tulungagung Pokdakan Tugu Mina Asri (Jam) 62

5 Daftar Anggota Tahun 2011 64

6 P-Plot dan Scatterplot Output SPSS 20 65

7 Gambar Output Analisis Fungsi Cobb-Douglas SPSS 20 66 8 Gambar Hasil Pengujian ANOVA dan Pengujian Variabel Cob-Douglas 67

9 Hasil Pengujian Multikolineritas 68

10 Hasil Pengujian Kolmogorov Smirnov dan Heterokedistas 69

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar yaitu berupa daratan yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan perairan sungai, danau, dan rawa di dalamnya. Pulau-pulau berjumlah 17.000 dengan perairan baik tawar, payau, maupun laut menjanjikan produksi ikan hias yang begitu besar. Menurut Irzal (2004) Indonesia juga memiliki sejarah akuakultur yang cukup panjang yaitu sejak tahun 1400, budidaya sudah dilakukan di tambak dan sampai sekarang budidaya ikan ini masih tetap eksis. Dewasa ini terdapat puluhan ikan yang sudah dibudidayakan di Indonesia dan turut berpengaruh kepada sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Beberapa komoditas perikanan, seperti udang windu, ikan hias, rumput laut, dan ikan kerapu telah diekspor dan mendatangkan devisa Negara sehingga dijadikan komoditas unggulan sektor perikanan budidaya (Irzal 2004).

Tabel 1 Perkembangan Lima Negara Terbesar Ekspor Ikan Hias Tahun 2003-2007

Negara Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007

Malaysia Volume (kg) 11.008.775 39.813.942 40.576.593 46.268.121 39.151.968 Nilai (US$) 19.333.984 21.565.441 22.500.309 22.384.101 27.759.722 Spanyol Volume (kg) 4.199.320 4.148.374 4.339.393 4.511.356 4.868.887

Nilai (US$) 15.192.884 18.290.267 17.775.134 26.711.008 31.386.095 Singapura Volume (kg) 2.515.615 2.717.063 6.480.910 4.520.955 4.297.052

Nilai (US$) 41.4442.663 49.143.584 54.109.104 61.431.165 66.114.538 Indonesia Volume(kg) 3.377.498 3.516.077 5.571.068 2.004.364 1.588.617

Nilai (US$) 15.808.955 15.809.245 14.386.730 9.433.513 8.175.359 Maroko Volume (kg) 1.724.745 1.705.218 2.098.888 2.049.880 2.108.902 Nilai (US$) 6.479.033 7.139.457 7.612.826 7.969.797 9.249.975

Sumber : BPS

Tabel 1 diatas menggambarkan peran Singapura sebagai eksportir terbesar di dunia. Tujuan ekspor Singapura adalah Amerika serikat, jepang, dan Eropa (Inggris, Jerman, Perancis) bahkan selain itu Singapura memiliki pasar ikan hias di negara pengimpor tradisional seperti Indonesia. Oleh karena itu,di bidang ikan hias negara Singapura merupakan pesaing terdekat, dan tertangguh bagi Indonesia meskipun sebagian besar ikan hias diimpor dari Indonesia. Selain Singapura pesaing terdekat adalah Malaysia yang mempunyai tujuan ekspor utama adalah Singapura, Iran, Perancis, Inggris, dan Spanyol. Sedangkan Spanyol mempunyai tujuan ekspornya ke Negara Italia, Perancis, Jerman dan Inggris.

(15)

menunjukkan potensi besar Indonesia dalam mengembangkan pasar ikan hias ke lima negara terbesar importir ikan hias di dunia

Tabel 2 Perkembangan Lima Negara Terbesar Impor Ikan Hias Tahun 2003-2007

Negara Keterangan 2003 2004 2005 2005 2007

Malaysia Volume (kg) 2.727.326 6.878.899 7.001.908 7.946.751 8.334.259 Nilai (US$) 8.512.136 9.786.906 9.849.950 9.080.212 11.021.882 Singapura Volume (kg) 3.123.806 2.472.781 1.093.787 758.802 798.787

Nilai (US$) 13.337.329 13.845.460 20.792.832 22.315.456 23.491.384 Inggris Volume (kg) 1.981756 2.428.342 2.284.494 2.143.227 2.148.077

Nilai (US$) 26.605.929 29.960.515 30.210.875 30.857.064 33.924.549 Amerika

Serikat

Volume (kg) 3.377.935 3.584.723 3.811.784 2.520.242 2.218.129 Nilai (US$) 64.214.578 68.145.605 72.462045 74.117.239 65.232.483 Belgia Volume (kg) 1.196.652 1.076.273 1.221.547 1.022.102 1.975.975

Nilai (US$) 11.580.309 11.672.337 11.450.145 10.902.103 13.070.484

Sumber: BPS

Tabel 2 adalah perkembangan Negara importir yang terbesar di seluruh dunia yang menunjukkan bahwa perkembangannya selalu meningkat disepanjang tahun. Sehingga negara-negara diatas berpotensi sebagai pemenuhan pasar ikan hias di luar negeri. Indonesia di Tabel 1 yang menunjukkan penurunan di tahun 2006 sampai 2007 ini menunjukkan ada masalah dalam agribisnis ikan hias di Indonesia sehingga berbagai masalah yang ada harus diselesaikan agar perdagangan ekspor selalu meningkat.

Selain diekspor ke luar negeri, ikan hias merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk diperdagangkan di dalam negeri. Kegiatan budidaya ikan hias ini ternyata mampu memberikan banyak penghidupan bagi banyak orang. Selain orang suka akan keindahan ikan hias, banyak pula orang yang melihat dari segi keuntungan sehingga membudidayakan dan memasarkan ikan hias sebagai mata pencaharian. Ada beberapa kasus bahwa petani yang menjalankan budidaya ikan konsumsi seperti ikan lele, ikan nila, guramih dan lain sebagainya beralih menekuni budidaya ikan hias karena melihat lebih menguntungkan. Semua itu dilakukan karena potensi ekonomis budi daya ikan hias lebih menggiurkan dibandingkan dengan ikan konsumsi1. Dengan pola pemeliharaan dan pemberian makanan yang hampir sama dengan ikan konsumsi, budidaya ikan hias mampu menghasilkan pemasukan yang lebih besar karena harga ikan hias lebih mahal. Ikan hias mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat dilakukan oleh usaha skala kecil sampai skala besar, perputaran uang yang cepat, dan dapat dilakukan dalam lahan yang sempit. Kelebihan dalam budidaya ikan hias ini menarik beberapa masyarakat untuk melakukan kegiatan budidaya sebagai alternatif usaha dalam bidang perikanan.

Pelaku dalam kegiatan bisnis ikan hias di Indonesia terdiri dari nelayan penangkap ikan hias, peternak pembenih ikan hias, peternak pembesaran ikan hias, pedagang, pengumpul atau penampung, pedagang ikan hias keliling antar kota, toko akuarium, toko akuarium, eksportir dan importir ikan hias serta

1

(16)

3

hubungan antarkelompok unit usaha tersebut (Kuncoro 2004). Pelaku ikan hias yang tersebut berhubungan dengan besar kecilnya modal, hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan setiap pelaku bisnis berbeda seperti pemodal kecil sebagai nelayan penangkap sedangkan pemodal besar sebagai eksportir atau importir ikan hias.

Daerah penghasil ikan hias di Indonesia adalah Sumatra Utara, Jambi, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua. Sumatra Utara, Jambi, Riau, Sulawesi, Papua, Kalimantan dikembangkan sebab permintaan untuk ekspor masih belum terpenuhi. Selain pasar ekspor, ikan mas koki sangat laku dipasaran lokal setiap kios ikan hias ada ikan koki yang dijual. Karena permintaan yang tinggi produksi di Indonesia belum bisa memenuhi jumlah yang di perdagangkan. Ada beberapa kendala di kegiatan budidaya kenapa ikan mas koki ini belum terpenuhi jumlah permintaannya yaitu penyakit yang menyerang, ph dan dh yang tidak sesuai sehingga ikan koki lambat pertumbuhannya dan mudah mati, keadaan perubahan cuaca yang ekstrim dan jumlah pembudidaya yang belum banyak3. Tulungagung sebagai sentra produksi ikan hias mas koki mempunyai keunggulan yang membuat hasil produksinya bisa bersaing dari daerah lain terutama produksi ikan mas koki Bogor, Jakarta, dan Jawa Barat.

Ikan mas koki selalu digemari oleh para pecinta ikan hias. Keanekaragaman jenis dan ciri khas masing-masing menjadikan ikan koki tetap diminati pasar dan tidak tenggelam walau muncul jenis-jenis ikan lain. Ada beberapa ikan di pasar bersifat temporer, artinya bersifat mengalami pasang surut. Untuk periode tertentu ikan tersebut dicari orang bahkan harganya melambung tinggi dari harga normal tetapi ada saatnya harga ikan jatuh dan keberadaannya pun sudah jarang ditemukan (Sayuti 2003 dalam Made 2005). Hal ini dikarenakan keunggulan ikan koki tidak hanya bagus sebagai pengisi akuarium air tawar tetapi juga dapat mengisi kolam.

Jawa Timur mempunyi daerah yang dijuluki segitiga emas ikan hias yaitu Tulungagung, Kediri dan Blitar4. Dengan peran masing-masing yaitu Kediri sebagai pusat perdagangan ikan hasil produksi dari daerah Blitar dan Tulungagung. Blitar sebagai produksi ikan koi 40 juta per tahun, dengan luas lahan budidaya khusus ikan koi seluas 200 hektar dan Blitar ditetapkan sebagai kawasan minapolitan ikan hias koi. Sedangkan Tulungagung sebagai produksi ikan hias mas koki yang besar di Jawa Timur.Tulungagung mempunyai potensi

2

Anonim. Mei 2011. Tulungagung Segitiga Emas Pengembangan Ikan Hias

http://www.tulungagung.go.id/index.php/beranda/ekonomi/agrobisnis/752-tulungagung-segitiga-emas-pengembangan-ikan-hias. [diiakses 12 februari 2012]

3

Anonim. Agusutus 2003. Ke China Berburu Mas koki. Trubus. Edisi 405. Hal 12 coloum 3.

4Anonim. Mei 2011. Tulungagung Segitiga Emas Pengembangan Ikan Hias

(17)

produksi ikan hias untuk memasok eksportir yang besar untuk ikan mas koki di Indonesia.

Tulungagung mempunyai jumlah pembudidaya ikan hias sebanyak 2.256 RTP atau jumlah pembudidaya 3.396 orang yang terpusat di Kecamatan Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu, dan Tulungagung. Pembudidaya ikan konsumsi sebanyak 10.370 RTP dengan jumlah pembudidaya 12.220 orang, yang tersebar di 12 Kecamatan potensi perikanan, yaitu Ngunut, Rejotangan, Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel, Kalidawir, Karangrejo,’ Gondang, dan Kauman. Sedangkan untuk potensi budidaya ikan di air deras berada pada wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang . Jenis Ikan hias dikhususkan pada ikan mas koki (kaliko, tosa, rasket, mutiara, lion head, mata kantong, mas lowo, tekim, spenser, rensil dan 40 jenis ikan hias lainnya). Produksi ikan hias air tawar Tulungagung tahun 2011 nilai produksi mencapai Rp90.798.586.100,00 dan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 3,00 %5. Produksi terbanyak adalah ikan hias mas koki. Berikut data tabel jumlah produksi ikan hias se-Kabupaten Tulungagung 2011

Tabel 3Jumlah Produksi Ikan Hias Kabupaten Tulungagung 2011 (ekor)

Jenis Produksi Jan Feb Mar Apr Mei Jun Total Ikan Mas Koki (ekor) 576.005 1.309.10

2 Ikan Lain (ekor) 30.316 68.900 225.992 66.144 330.720 303.160 1.025.23

2 Ikan Lain (ekor) 385.841 35.828 333.477 192.920 341.745 440.961 1.730.77

2 Total Ikan Mas Koki

(ekor)

52.805.040

Total Ikan Lain (ekor) 2.756.004

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Tulungagung (2011)

Berdasarkan data Tabel 3 diketahui bahwa Ikan hias yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Tulungagung adalah Ikan Hias Mas Koki.

Perairan umum Tulungagung menyerap tenaga kerja sebesar 5.124 orang dengan rincian sungai menyerap 3.492 orang, rawa 207 orang, waduk 1.149 orang, telaga 276 orang. Pembudidaya ikan hias 3.412 orang dan ikan konsumsi 12.200 orang untuk pembenihan 784 orang. Pendapatan sektor perikanan juga cukup tinggi, pada 2007 pendapatannya sebesar Rp 302,140 miliar. Perikanan budidaya menyumbang porsi terbesar dengan jumlah Rp 256,124 miliar disusul perikanan tangkap laut Rp 39,478 miliar dan perikanan tangkap di perairan umum Rp 6, 536 miliar. Besarnya pendapatan didukung penyebaran budidaya ikan air tawar yang merata di berbagai kecamatan di Tulungagung. Komoditas unggulan ikan hias air tawar khususnya Mas koki tersentra di tiga Kecamatan

5

Anonim. Mei 2011. Tulungagung Segitiga Emas Pengembangan Ikan Hias

(18)

5

Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu dan yang lain tersebar di 12 kecamatan6. Adapun daerah pemasaran ikan hias air tawar Tulungagung meliputi Surabaya, Solo, Semarang, Jakarta, sebagian Sumatera, Balikpapan dan daerah lain yang terkait rantai perdagangan ikan hias. Upaya yang dilakukan untuk memperluas jaringan pemasaran, khususnya untuk ekspor, telah dilakukan kerjasama dengan Asosiasi penggemar Ikan Hias (APIH) Jakarta dan Bali dengan para buyer (pembeli) dari Singapura, Selandia baru dengan diberikan kriteria baik kualitas (tepat mutu), kuantitas (tepat jumlah) dan kontinuitas (tepat waktu)7.

Bentuk kelembagaan dalam budidaya ikan hias dirasakan sangat penting dalam pengembangan ikan hias mas koki. Melalui kelompok budidaya ikan hias ini mampu membantu dalam kepastian pasar, kepastian penyediaan input, dan tempat adopsi teknologi. Selain itu mampu memberikan teknik dan penyuluhan budidaya serta sebagai organisasi pembudidaya dalam memasarkan output dan menyediakan input secara kolektif.

Kelompok Pembudidaya Ikan Hias "Tugu Mina Asri" berada di Desa Boyolangu Kecamatan Boyolangu merupakan kelompok pembudidaya berprestasi yang ada di Tulungagung. Tugu Mina Asri pada tahun 2011 memperoleh penghargaan Adi Bhakti Mina Mandiri yang sebelumnya memperoleh juara di tingkat Jawa Timur8. Penghargaan Bhakti Mina Mandiri adalah penghargaan bagi yang berpretasi dari upaya mengembangkan budidaya ikan hias. Tugu Mina Asri mempunyai luas kolam yang dimiliki oleh seluruh anggota kelompok ada 9.240 m2 yang meliputi kolam pasang dan kolam terpal. Selain memiliki kolam, kelompok ini juga memiliki akuarium 12 unit, sementara untuk jenis ikan yang dibudidayakan antara lain Jenis ikan mas koki, koi, dan Plati marble. Kelompok budidaya ikan hias ini merupakan organisasi non formal yang didasari atas kepentingan bersama untuk mengatasi permasalahan bersama.

Tabel 4 Data luas Lahan dan Jumlah Pembudidaya (RTP) Kabupaten Tulungagung 2011

No Kecamatan Luas Lahan (Ha) Pembudidaya (RTP)

1 Sumber Gempol 10,1 250

2 Boyolangu 14,04 630

3 Tulungagung 1,89 113

4 Kedungwaru 6,38 272

Sumber : Data Lahan dan Pembudidaya Perikanan Tulungagung (2011)

Tabel 4 adalah data pembudidaya dan luas lahan yang ada di daerah Tulungagung Jawa Timur yang menunjukkan besarnya potensi pengembangan komoditas ikan hias dan jumlah pembudidaya ikan hias yang ada di Tulungaagung. Boyolangu sebagai daerah asal kelompok pembudidaya ikan hias mas koki mempunyai lahan dan jumlah pembudidaya ikan hias yang terbesar di kabupaten Tulungagung.

6

Ikan Air Tawar ,Kebanggaan Tulungagung . http://www.trobos.com/show_article.php?rid=9&aid=1257. [diakses 12 februari 2012]

7

Anonim. Temu Usaha Ikan Hias. http://www.tulungagung.go.id/index.php/berita/1437-temu-usaha-ikan-hias-2012. [diakses 12 februari]

8

(19)

Pokdakan Tugu Mina Asri awal berdiri pada tahun 2005 mengalami perkembangan tiap tahunnya baik dari Luas kolam budidaya dan anggotanya. Berikut adalah tabel 5 adalah data perkembangan luas kolam dan jumlah anggota Kelompok Budidaya Ikan Tugu Mina Asri yang menunjukkan ada peningkatan keduanya

Tabel 5Data Perkembangan Luas Kolam dan Jumlah Anggota Pokdakan Tugu Mina Asri

No Awal Tahun Luas Kolam (m2) Jumlah Anggota 1 2006 6350 12

2 2007 6370 12

3 2008 6070 11

4 2009 6570 12

5 2010 6120 12

6 2011 9240 20

Sumber : Data Inventaris Pokdakan Tugu Mina Asri (2011)

Pada Kelompok Budidaya Ikan Hias Tugu Mina Asri produksi ikan mas koki mengalami fluktuasi pada tiap bulannya dalam satu tahun. Berikut gambar 1 grafik produksi ikan hias mas koki dalam luasan kolam Tugu Mina Asri Tulungagung tahun 2011 menunjukan bahwa ada penurunan produksi di beberapa bulan dan peningkatan produksi dibulan tertentu.

Gambar 1 Grafik Produksi Ikan Hias Mas Koki Dalam Luasan Kolam Tugu Mina Asri Tulungagung Tahun 2011

Perumusan Masalah

Pemintaan dunia terhadap ikan hias meningkat sangat besar pada tahun 2003 sampai 2007 dengan peningkatan sebesar 37% jadi pertambahannya sebesar 9% per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia berpeluang untuk menyuplai ikan hias ke luar negeri. Saat ini Singapura menduduki peringkat pertama dalam hal ekspor ikan hias dunia. Singapura yang mempunyai luas wilayah yang lebih kecil

0 5000 10000 15000 20000 25000

Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

(20)

7

dari Indonesia justru mempunyai nilai ekspor ikan hias yang lebih tinggi. Tetapi ternyata 70% bahan baku Singapura berasal dari Indonesia9. Hal ini disebabkan oleh kualitas, infrastruktur, dan pangsa pasar yang dimiliki oleh Singapura lebih bagus. Dengan demikian nilai tambah yang didapatkan berada pada negara Singapura.

Indonesia mempunyai peluang besar dalam meningkatkan dan memasarkan produksi ikan hias untuk mendulang devisa ke dalam negeri. Indonesia mempunyai jenis ikan hias yang besar, lahan perairan yang luas, musim tropis yang dimana tiap musim dapat digunakan memproduksi ikan hias, lahan yang subur, jumlah peternak yang besar, dan harga yang lebih murah. Pasar ikan hias sangat terbuka bagi negara mana saja asalkan produksi ikan hias memenuhi permintaan berdasarkan kriteria yang dibutuhkan. Pasar ikan hias sangat terbuka karena antara jumlah permintaan dunia untuk ikan hias lebih besar dari jumlah produksi ikan hias dunia. Sedangkan jumlah produksi dan kualitas dari produksi ikan hias Indonesia masih dapat diperbaiki karena sebenarnya peternak ikan hias ini banyak yang belum diperhatikan oleh pemerintah.

Pada kondisi riil pembudidaya ikan hias mas koki di Tulungagung menghadapi permasalahan. Permasalahan saat ini yaitu pada kegiatan usahatani. Keadaan alam yang tidak menentu ketersediaan input, dan lain lain yang terjadi selama setahun yang fluktuatif menyebabkan produksi ikan hias juga bersifat fluktuatif juga. Pada bulan tertentu produksi ikan hias pembudidaya rendah sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan pada usahatani. Berikut Gambar 2 grafik produksi ikan hias mas koki selama setahun pada tahun 2012.

Gambar 2Produksi Ikan Hias Mas Koki Kabupaten Tulungagung Berdasarkan Luas Kolam per Bulan Selama Tahun 2011 (ekor)

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan 2011

Permasalahan kenapa hasil budidaya ikan hias mas koki di Tulungagung belum bisa memenuhi pasar atau produksi kecil hal ini adalah yang akan mendasari petelitian ini. Berdasarkan anonim 2003 dalam Trubus, Tulungagung setiap tahun mengalami paceklik selama dua sampai tiga bulanyang biasanya terjadi bulan Juni sampai Agustus karena keadaan alam yang disebabkan perbedaan suhu dan malam yang tinggi.

9

Anonim.Juni 2009.Pasar Ikan Hias Semakin Bernas. Craby&Starky.13 (kolom4-6)

(21)

Perlu adanya analisis usahatani dan deskripsi peran kelompok pembudidaya dalam kegiatan budidaya ikan hias koki di kelompok pembudidaya ikan hias mas koki Tugu Mina Asri di Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung agar beberapa pembudidaya bergabung untuk memenuhi permintaan pasar domestik dan pasar untuk ekspor. Berdasarkan rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

a. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan hias mas koki di Kelompok Tugu Mina Asri Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung? b. Apakah Usaha budidaya produksi ikan hias mas koki di Kelompok Tugu Mina

Asri Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung menguntungkan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya ikan hias mas koki 2 Menganalisis tingkat pendapatan yang diterima oleh pembudidaya ikan hias

Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Agribisnis Penyelenggara Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Memberikan informasi kepada pembudidaya sebagai pertimbangan dalam upaya untuk mengembangkan ikan hias dan meningkatkan pendapatan dari usahatani ikan hias.

3. Pihak-pihak ataupun institusi terkait sebagai referensi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terkait usahatani ikan hias.

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Ikan Hias Mas Koki

Biologi Ikan Mas Koki

Gambar 3. Ikan Mas Koki

Menurut Axelrod dan Schultz (1983) dalam winarni (2001), sistematika Ikan Hias Maskoki adalah :

Phylum : Chordata

Sub phylum: Craniata

Super kelas: Gnathostomata Kelas : Ostheichthyes

Sub Kelas: Actinopterygii Sub ordo : Cyprinoidae

Family : Ciprinidae Genus : Carassius

Berdasarkan ciri-ciri morfologi dan kesamaan jumlah kromosomnya ikan hias mas koki diduga kuat merupakan hasil evolusi dari jenis Crucian carp

(Carassius carassius) yang pertama kali ditemukan di negeri Cina sekitar tahun 256-316 M (Matsui 1976 dalam Winarni 2001)

Secara alami ikan hias mas koki menyukai habitat kolam berlumpur, bendungan sungai atau danau (Wheeler 1975 dalam Winarni 2001). Ikan ini termasuk jenis omnivora semasa larva makanannya berupa planktton dan protozoa terutama dari golonganb rotifera (Matsui 1976 dalam Winarni 2001)

Temperatur optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maupun pemijahan berkisar antara 200 C sampai 260 C. Kisaran temperatur yang diadaptasi tergantung pada kecepatan perubahannya. Tapi temperatur tertinggi yang dapat ditolerir adalah 340 Cdan terendah-20 C (Matsui 1976 dalam Winarni 2001).

Sejarah Singkat dan Perkembangan Ikan Hias Koki

(23)

ditangkarkan pada saat Dinasti Ming dengan metode tradisional. Induk yang diandalkan mirip ikan mas sekarang ini seperti jenis black carp, golden carp, red

-white carp, dan yellow-black carp. Perkembangannya melalui proses mutasi selama berpuluh puluh abad disilangkan lahirlah mas koki seperti yang dikenal saat ini, dengan bentuk dan corak yang lebih indah.

Cara beternak modern dengan manajemen maju mulai dilakukan menjelang abad 20. Banyak tempat budidaya besar berdiri di Cina 3-8 hektar seperti Tung Hoi Aquarium Co. Ltd dan Ocean Aquarium di Dangguan, Guangzhou, provinsi Guandong, Cina selatan. Sehingga hasilnya tangkaran kedua

farm itu menyebar ke seluruh dunia melalui perdagangan ekspor.

Ada sekitar 100 jenis mas koki yang beredar di Cina yaitu jenis oranda,

ryukin, butterfly, telescope, mata balon, lionhead, dan ranchu. Selain itu ada pengelompokan yang berdasarkan warna pada ikan koki. Sedangkan yang menyebar di Indonesia tak sampai 20% dari jenis yang ada di Cina. Tulungagung Jawa Timur yang sebagai sentra budidaya ikan mas koki hanya beberapa jenis dan corak yang dibudidayakan disana yaitu jenis mutiara merah putih, red oranda, red telescope, butterfly, tossa, lionhead, dan mata balon. Tapi yang banyak atau dominan yang sering ditemui adalah jenis koki oranda, koki tossa, koki rhancu

sesuai jenis yang dibudidayakan oleh Pokdakan Tugu Mina Asri berdasarkan keadaan lapang.

Jenis Penyakit dan Hama ikan Koki

Anonim 2003 dalam Trubus Panduan Praktis Rahasia Cina Hasilkan Maskoki Berkualitas memaparkan penyakit dan hama yang biasanya menyerang mas koki. Adapun beberapa jenis hama maupun penyakit yang menyerang adalah sebagai berikut:

1. White spot penyebabnya yaitu protozoa Ichyphiriu multifilis yang gejalanya adalah tubuh ikan tampak terdapat bintik-bintik putih. Lantaran gatal, ikan sering menggosok-gosokan badan ke dasar kolam. Serangan itu semakin hebat tatkala terjadi perubahan suhu ekstrim.

2. Cacing Anchor adalah jenis nematoda yang menyerang sirip dada dan dibawah sirip punggung. Penyerang penyakit ini disebut dengan Learnea sp. Parasit ini suka membenamkan kepalanya dan menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu karena mengisap sari-sari makanan.

3. Argulus kutu ikan yang berbentuk bulat pipih yang mengisap darah ikan. Ikan yang terserang akan menderita kekurangan darah lalu mati.

4. Cacing Kulit merupakan infeksi sporozoa yang menyerang insang. Penyebabnya Trematoda Dactylogyrus dan Gyrodactylus. Gejalanya ikan yang terserangmenunjukkan gejala berenang tidak beraturan dan corsk warna akan memudar jika didiamkan maka ikan akan mati.

5. Infeksi sporozoa yang sering menyerang ikan koki ada tiga yaitu Myxobolus,

(24)

11

Penelitian terdahulu

Penelitian Terdahulu yang Terkait tentang Perikanan

Winarti (2001) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Ekonomi Usaha Pembesaran Ikan Mas Koki (Carrasius Auratus Liin) di Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini mengkaji tentang analisis ekonomi terhadap usaha pembesaran ikan mas koki (kondisi proyek) yang didapat kesimpulan adalah 1) Menghasilkan keuntungan bagi masyarakat yang jauh lebih besar dibanding usaha pertanian (dalam tanpa proyek) , 2) Mendorong usaha lain (eksternalitas) berupa usaha pembenihan ikan hias mas koki dan usaha penjualan pakan cacing sutera (tubifex sp.) , 3) Usaha tersebut layak dan memberikan keuntungan pada sektor lain sehingga merupakan peluang investasi bagi pengembangan daerah sebagai sentra produksi ikan hias mas koki Indonesia

Penelitian Diyaniati (2005) dalam skripsinya yang berjudul Optimalisasi Pengunaan Faktor-Faktor Produksi pada usaha Pembesaran Ikan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga , Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengalokasikan faktor produksi secara optimal serta tidak meninggalkan prinsip-prinsip efisiensi dengan mendeskripsikan keragaan usaha pembesaran ikan guramih, menganalisis fakor produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada usaha pembesaran guramih dan menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi yang optimal agar tercapai keuntungan yang maksimal. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yaitu data primer diperoleh dari pengamatan langsung kepada petani ikan sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi sepeti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kantor kepala desa dan lembaga- lembaga lainnya. Hasil dari penelitian dengana menggunakan fungsi produksi cobb-Douglas memunjukkan bahwa luas kolam (X1), benih (X2), pakan alami (X3), pakan pelet (X4), kotoran ayam (X5), dan tenaga kerja (X6). Alokasi penggunaan faktor produksi usaha pembesaran ikan guramih di Desa petir pada kondisi optimal dapat dicapai pada padat penebaran benih sebanyak 378,310 kg, pakan pelet sebannyak 2.820,333 kg dan penggunaan tenaga kerja sebesar Rp 27.693.232,26 per unit kolam untuk satu kali musim tanam, sedangkan pada kondisi aktual keuntungan yang diperoleh petanihanya sebesar Rp 6.313.740, 90 per unit kolam untuk satu kali musim tanam.

(25)

menunjukkan bahwa hasil produksi yang diduga berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan mas dengan taraf kepercayaam 80% adalah benih, pakan dan tenaga kerja. Hasil analisis efisiensi menunjukkan bahwa alokasi penggunaan faktor-faktor produksi usaha budidaya ikanmas pada kondisi aktual belum efisien karena tingkat penggunaan inputnya belum optimal.

Walaupun sama dalam produk perikanan tetapi penelitian terdahulu diatas berbeda komoditinya seperti Diyaniati (2005) yaitu meneliti tentang ikan konsumsi ikan guramih dan ikan mas. Selain itu penelitian keduanya adalah tentang faktor produksi dengan penggunaan cobb douglas sebagai pembentukan fungsi produksi. Sedangkan Winarti (2001) komoditi penelitiannya sama yaitu ikan hias mas koki tetapi hal yang diteliti berbeda dengan penelitian ini yaitu Winarti (2001) meneliti tentang ekonomi usaha NPV dan Net B/C sebagai alat analisis usaha pembesaran ikan mas koki. Ketiga penelitian ini cukup menggambarkan dan memberikan pandangan tentang kegiatan produksi perikanan.

Penelitian Terdahulu yang Terkait tentang Analisis Usahatani

Penelitian Herdiman (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor” menggunakan analisis usahatani yang terdiri dari biaya dan pendapatan dan efisiensi keragaaan dari usahatani ubi jalar dilihat dari pengguanaan sarana produksi, teknik budidaya, dan pemasarannya. Petani Ubi jalar dalam kegiatan usahatani ternyata tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida selain itu petani ubi jalar tidak melakukan dan tidak menangggung biaya panen karena hasil panen langsung dijual dilahan kepada pembeli tengkulak. Terdapat tiga saluran pemasaran ubi jalar di Desa Gunung malang, namun petani hanya bisa menjual hasil panen ubi jalar ke tengkulak (pedagang pengumpul 1). Sedangkan hasil penelitiannya adalah bahwa total biaya usahatani ubi jalar per hektar sebesar Rp 8.9112.701,59, yang terdiri dari biaya tunai sebesar Rp 6.125.225,40 dan biaya diperhitungkan sebesar Rp 2.787.476,19. Hasil analisis penerimaan usahatani menunjukkan total penerimaan usahatani responden di Desa Gunung Malang untuk lahan seluas stu hektar selama satu musim tanam sebesaar Rp 15.902.225,17 sehingga pendapatan usahatani dari budidaya ubi jalar tersebut sebesar Rp 9.777.377,78 atas biaya tunai dan Rp 6.989.901,59 atas biaya total. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani ubi jalar petani responden di Desa Gunung malang layak untuk dijalankan karena menghasilkan nilai R/C yang cukup tinggi yaitu 2,60 untuk R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total sebesar 1,78. Perbedaan penelitian dengan penelitian ini adalah komoditi yang berbeda dan tidak menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi. Sedangkan persamaanannya adalah menggunakan analisis pendapatan usahatani dengan menggunakan analisis R/C rasio sehingga ada referensi tentang pembahasan pendapatan usahatani.

(26)

13

menganalisis rasio penerimaan dan biaya, serta menganalisis tingkat produktivitas dari tanaman Blimbing Dewa di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan teknik

nonrandom sampling deangan metode pengambilan sampel quota sampling yang dilakukan tehadap Kelompok Tani Maju Bersama dengan total jumlah petani responden 50 dan pengolahan menggunakan software minitab 14.0 dan program

Microsoft Office Excel. Sedangkan pendapatan usahatani didapatkan dari hasil selisih antara penerimaan dengan biaya produksi. Hasil produksi yang didapatkan oleh seluruh petani bellimbing secara keseluruhan dalam satu tahun dengan demiklian penerimaan seluruh petani adalah Rp 169.462.228,58 dengan rata-rata harga jual masing-masing petani Rp 5.461,14 per kilogram. Adapun biaya total yang dikeluarkan seluruh petani sebesar Rp 5.461,14 per kilogram. Dengan demikian maka pendapatan usahatani atas biaya tunai responden adalah sebesar Rp 40.131.316,56 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 14.086.849,14.

Penelitian FahmiAbidin Achmad tentang Analisis Pendapatan Usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Peternak Desa Cibeureum Kabupaten Bogor yang menganalisis tentang faktor-faktor input yang diperkirakan memiliki dampak cukup signifikan bagi hasil produksi susu segar. Diantaranya adalah pakan konsentra, hijauan, tenaga kerja, obat-obatan, ketersediaan air. Proses pengumpulan data menggunakan metode non propability sampling yaitu teknik justified sampling (sampel yang ditentukan), data yang diambil dari 36 responden. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif gambaran umum responden , pelaksanaan budidaya sapi perah, dan wilayah penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif menggunakan analisi Usahatani dan R/C rasio serta menggunakan Cobb Douglas untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi peternak.

Penelitian Desi Natalis br. Singarimbun yang berjudul “Analisis Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jeruk Siam Madu di Kabupaten Karo (Kasus : Kecamatan Simpang Empat)” yang menganalisi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jeruk, menganalisis keefisienan usahatani jeruk dan menganalisis tingkat keuntungan usahatani jeruk di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo Sumatra Utara. Input yang diguanakan adalah pupuk N, P, K, pupukNPK dan pupuk kandang, pestisida, dolomit, dan tenaga kerja. Sedangkan kegiatannya adalah pemupukan, peniangan, pemberian dolomit, pemberian pupuk kandang, pemangkasan cabang, penyemprotan hama dan penyakit, serta pemanenan. Variabel yang dianalisis adalah pupuk N(X1) , pupuk P(X12pupuk K(X3), pupuk NPK(X4), pestisida(X5), pupuk kandang(X6), dolomit(X7), tenaga kerja(X8), dan jumlah tanaman(X9) berpengaruh nyata terhadap produksi jeruk siam madu pada selang kepercayaan 95% dan hasilnya adalah pupuk K(X3), dan tenaga kerja(X8) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan (99%). Sedangkan pupuk NPK(X4), pupuk kandang(X6) dan dolomit(X7) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan (95%). Sedangkan R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai yang dihasilkan lebih dari nilai 1. Yaitu 1,76 dan 3,11.

(27)
(28)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Teknis Budidaya Ikan Hias Mas Koki

1. Persiapan Kolam

Jenis kolam yang baik untuk usaha budidaya ikan mas koki oranda yaitu kolam bak semen yang dasar kolam harus rata dan dibuat kemalir secara diagonal dari saluran pemasukan dan pembuangan air. Hal ini dilakukan supaya memudahkan dalam pemanenan. Selain itu air yang masuk ke kolam harus baik dan bebas dari hama atau predator. Oleh karena itu saluran pemasukan dan pembuangan air diusahakan menggunakan penyaring.

Jika telah melakukan pemanenan, maka dilakukan pengeringan kolam selama beberapa hari atau minimal satu minggu, supaya penyakit dan hamayang ada di dasar kolam akan mati sehingga tidak akan menyerang benih yang ditebar di kolam tersebut. Selain membunuh hama dan penyakit, pengeringan ini dapat menghilangkan senyawa-senyawa beracun yang mengendap didasar kolam.

2. Penebaran benih

Benih ikan koki yang sudah siap untuk ditebar tidak boleh langsung dimasukkan ke kolam akan tetapi harus diaklimatisasi (penyesuaian suhu dan mineral) terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan untuk menekan jumlah kematian dan mengurangi tingkat stres pada benih. Ketika benih ikan koki oranda dalam kantong oksigen, kantong tersebut dimasukkan ke dalam kolam air kolam lalu dibiarkan mengapung selama 10-20 menit. Setelah itu masukkan air sedikit demi sedikit sampai sekiranya ikan cukup dapat beradaptasi.

3. Pemberian Pakan

Jenis pakan ikan koki oranda ada dua macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami merupakan pakan yang disediakan yang berasal dari alam, yaitu kutu air atau dhapnia dancacing sutra atau tubifex. Pemberian pakan ini dilakukan secara rutin untuk membentuk bodi atau fisik yang menghasilkan kualitas bagus. Sedangkan pakan buatan adalah pakan yang berasal dari buatan pabrik yang bermerk. Pakan buatan untuk memacu pertumbuhan dari ikan koki oranda dan memenuhi gizi tambahan dari kebutuhan ikan mas koki.

Pakan harus diberikan 3-4 kali sehari dan harus dibrikan secara merata agar tidak terjadi persaingan antar ikan koki yang akan menyebabkan pertumbuhan tidak merata. Jumlah pakan yang diberikan akan meningkat setiap bulannya.

4. Penggantian Air Kolam dan Pemanenan

Sisa-sisa makanan pemberian pakan yang berlebih akan mengendap di dasar kolam bak semen sehingga kolam akan menjadi kotor dan rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu. Harus dilakukan pengurasan atau pergantian air kolam setiap bulannya. Air kolam tidak semuanya diganti tetapi hanya sebagian saja.

(29)

Fungsi Produksi

Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Menurut Beattie dan Taylor (1996) dalam Wardani (2012), produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi beberapa material serta beberapa kekuatan input (faktor, sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang dan jasa (output atau produk). Kegiatan produksi sangat bergantung dengan faktor ketersediaan bahan baku secara kontinyu dalam jumlah yang tepat. Sehingga output produk sangat bergantung dengan inputnya. Menurut Nicholson (2004), fungsi produksi merupakan hubungan matematis antara input dan output. Sedangkan menurut Soekartawi et al. (1986), fungsi produksi adalah hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi.

Input produksi adalah penting dalam kegiatan produksi karena input-input yang dipakai akan sangat berpengaruh dalam menghasilkan output. Input produksi terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal, dan manajemen . Untuk tanah, tenaga kerja dan modal adalah syarat mutlak dalam suatu proses produksi.Tanah berperan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan produksi sedangkan tenaga kerja adalah tenaga yang akan digunakan untuk mengerjakan kegiatan produksi sehingga curahan waktu dan jumlah tenaga kerja akan meningkatkan hasil produksi.

Modal dalam proses produksi dibagi menjadi dua yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variabel cost). Modal tetap adalah modal yang tidak sekali habis dipakai, tetapi dapat berkali-kali pemakaian dalam jumlah waktu yang lama. Contohnya mesin pabrik, bangunan tanah, peralatan dan sebagainya. Biaya modal tetap dihitung dari nilai penyusutannya. Sedangkan modal variabel merupakan modal yang habis sekali dipakai, contoh pennggunaan pupuk, benih, pakan, dan sebagainnya. Biaya modal variabel merupakan biaya variabel merupakan biaya riil yang dikeluarkan untuk membelinya.

Menurut Beattie dan Taylor (1996) dalam Wardani (2012) dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3, …, Xm) Keterangan :

Y = hasil produksi

X1,X2,X3,.., Xm = faktor-faktor produksi yang digunakan

(30)

17

Gambar 4 Grafik Fungsi Produksi Klasik dan Tiga Tahap Produksi Sumber : John P.Doll dan Frank Orazem, 1984

Proses produksi, jumlah input yang digunakan cenderung berubah ubah. Perubahan tersebut diakibatkan adanya elastisitas produksi dari input yang digunakan. Elastisitas produksi (εp) adalah persentaaase perubahan jumlah output sebagai akibat dari persentase perubahan jumlah input.

Berdasarkan tingkat elastisitasnya, suatu fungsi produksi memiliki tiga daerah, antara lain :

1. Daerah I

εp>1 artinya setiap perubahan faktor produksi sebesar satu persen maka akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu persen. Jadi pada daerah ini produsen akan memperoleh keuntungan berupa jumlah output yang lebih besar apabila jumlah input ditambahkan. Pada grafik, daerah I memperlihatkan bahwa TP terus meningkat pada tahap increasing rate, AP juga terus meningkat, dan nilai MP yang naik hingga mencapai titik maksimum. Daerah ini juga disebut daerah irrasional karena keuntungan masih dapat ditingkatkan dengan menambah faktor produksi. Sehingga keuntungan maksimum belum tercapai.

2. Daerah II

(31)

3. Daerah III

εp< 0 artnya setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah output yang dihasilkan. Pada daerah ini TP, MP, dan AP mengalami penurunan atau bahkan berniai negatif untuk MP sehingga penambahan input justru akan menyebabkan penurunan jumlah output. Daerah ini termasuk irrasional atau tidak diinnginkan oleh perusahaan.

Skala hasil usaha (return to scale) menunjukkan kondisi yang terjadi pada output jika terjadi peningkatan seluruh faktor produksi pada skala yang sama. Konsep skala usaha merupakan konsep yang terjadi dalam jangka panjang dimana semua faktor produksi dianggap variabel. Ada tiga macam skala hasil usaha yaitu

Constant Return to scale (CRTS), Increasing Return to Scale (IRTS) dan

Decreasing Return to scale (DRTS).

Model Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi (1994), bentuk model fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian adalah fungsi Cobb-Douglas dengan asumsi data tersebar normal dan faktor produksi yang digunakan mewakili variabel-variabel yang mempengaruhi hasil produksi. Terdapat tiga alasan pokok fungsi Cobb-Douglas lebih banyak digunakan oleh para peneliti antara lain :

1. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi lain, seperti kuadratik. Selalin itu, fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linear.

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkaan besaran return to scale. Menurut Soekartawi (1994), penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, oleh sebab itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuh sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas, antara lain :

1. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite)

2. Dalam fungsi produksi diperluakan asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies), artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan , dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaaan model tersebut terletak pada intersept dab bukan pada kemiringan garis (slope)

3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan (u)

Fungsi Cobb-Douglas, selain memiliki kelebihan kelebihan tertentu dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain, bukan bearti fungsi tersebut terhindar darikelemahan-kelemahan yang ada. Umumnya kesulitan/kelemahan yang dijumpai dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : 1. Spesifikasi variabel yang keliru, akan menghasilkan elastisitas produksi

(32)

19

2. Kesalahan pengukuran variabel, terletak pada validitas data. Kesalahan pengukuran akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

3. Bias terhadap variabel manajemen. Dalam praktek, manajemen merupakan hal penting untuk meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang sulit diukur dan dipakai sebagai variabel independen dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas. Alasannya adalah variabel ini erat hubungannya dengan variabel independen lain, karena variabel manajemen erat hubungannnya dengan proses pengambilan keputusan dalam mengalokasi variabel masukan-keluaran, maka variabel ini dalam fungsi pendugaan akan menghasilkan dugaan yang bias.

4. Multikolinearitas, walaupun pada umumnya telah diusahakan agar besaran korelasi antara variabel independen diusahaan tidak terlalu tinggi, namun dalam praktek masalah kolinearitas ini sulit dihindarkan.

Pendapatan Usahatani

Pendapatan Usahatani disebut juga keuntungan yang diterima oleh pembudidaya. Berhasil atau tidaknya usahatani bisa diukur dari tingkat pendapatan yang didapatkan selama masa periode Usahatani. Adapula yang disebut pendapatan rumah tangga usahatani merupapkan total dari penerimaan rumah tangga dikurangi total pengeluaran yang berasal dari kegiatan usahatani maupun luar usahatani pada suatu periode tertentu.

Menurut Suratiyah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dalam dua golongan. Pertama adalah faktor internal dan eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. Faktor internal yang akan mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani yaitu: (1) umur petani, (2) pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan (3) jumlah tenaga kerja keluarga, (4) luas lahan, dan (5) modal. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi dari segi input adalah ketersediaan dan harga input, sedangkan dari segi output adalah permintaan dan harga jual.

Pendapatan yang berasal dari sector usahatani, misalkan penerimaan dari usatani padi, usaha peternakan, usaha budidaya perikanan, kegiatan berburuh tani dan jasa tanah. Sedangkan pendapatan yang berasal dari luar sektor usahatani, meliputi seluruh penerimaan luar usahatani, misalkan usaha angkutan, industri, rumah tangga, kegiatan perdagangan dan lain-lain.

Penelitian ini menganalisis pendapatan yang berasal dari usahatani budidaya ikan hias koki jenis oranda. Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.

Pd = TR-TC Keterangan :

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total biaya

(33)

beberapa istilah yang digunakan dalam melihat pendapatan usahatani yaitu pendapatan kotor usahatani dan pendapatan bersih usahatani. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen yang tidak dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen yang tidak dijual harus dinilai dengan harga pasar. Pendapatan bersih usahatani (net farm income) adalah selisih antara selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih uasahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi tenaga kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Sedangkan total usahatani (total farm expenses) adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga segala pengeluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.

Analisis R-C ratio menurut Soekartawi (2002), analisis return cost (R-C) ratio merupakan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara teoritis, apabila nilai R-C rasio kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan, apabila nilai R-C rasio sama dengan satu usahatani tidak untung atau rugi sedangkan jika R-C rasio lebih besar dari satu maka usahatani menguntungkan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Pada kondisi riil bahwa produksi dari ikan hias mas koki di Kabupaten Tulungagung masih optimal dengan produksi yang masih sangat fluktuatif (Gambar 1) pada satu tahunnya. Padahal permintaan pengumpul di Kabupaten Tulungagung belum memenuhi permintaan ikan koki ini yang akan didistribusikan lagi keluar kota dan keluar pulau bahkan untuk diekspor ke luar negri.

Ikan mas koki merupakan produksi terbesar dari jenis ikan hias yang dibudidayakan di Kabupaten Tulungagung dengan jumlah produksinya yang sangat besar dibandingkan ikan hias lainnya (Tabel 3). Produksi ikan mas koki di tahun 2011 sebesar 52.805.040 , jumlah ini besar tetapi berdasarkan waancara di lapang bahwa para penampung masih kekurangan jumlah ikan hias dibandingkan besar permintaannya. Produksi ikan hias mas koki di Kabupaten masih dinilai sangat baik untuk dikembangkan jumlah produksinya karena nilainya yang besar dibanding dengan budidaya ikan lainnya dan memerlukan waktu yang pendek yaitu tiga bulan panen. Selain itu pengembangan jenis baru dari ikan mas koki akan meningkatkan nilai dari produk ikan hias tersebut.

(34)

21

hias mas koki. Sehingga peran dari kelembagaan yang dilaksanakan kelompok tani akan membantu permasalahan-permasalahan pemudidaya ikan hias.

(35)
(36)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Analisis Faktor - Faktor Produksi dan Pendapatan dilakukan di Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan sengaja (purposive) karena lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi usaha budidaya Ikan Koki Oranda di Indonesia. Kelompok pembudidaya ikan Tugu Mina Asri dipilih sebagai objek penelitian karena tiap tahun mendapatkan juara 1 kelompok tani di Jawa Timur. Penelitian dilakukan Januari-Februari 2012.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara langsung ke petani dengan menggunakan kuisioner yang telah dibuat sebalumnya. Selain itu melakukan pengamatan dan wawancara tidak terstruktur kepada petugas pendamping petani lapang Data sekunder berasal dari literatur-literatur seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, dan semua sumber literatur yang mendukung penelitian ini. Selain itu data sekunder juga berasal dari Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik, dan kantor pemerintahan terkait.

Metode Penarikan Contoh

Penelitian ini dilakukan secara sengaja wilayah dan kelompok yang membudidayakan ikan hias mas koki dengan di Tulungagung sebagai sentra ikan mas koki dan Kelompok Pembudidaya Ikan Tugu Mina asri adalah Kelompok pembudidaya ikan hias yang mendapatkan juara tingkat nasional di Indonesia.

Dari data pembudidaya ikan hias mas koki di kelompok budidaya ikan hias mas koki dilakukan secara sensus yaitu dengan mengambil seluruh populasi menjadi objek atau (sensus sampling). Karena berdasarkan data yang ada menunjukkan jumlah pembudidaya ikan hias mas koki yang ada di Pokdakan Tugu Mina Asri hanya ada tujuh belas orang.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

(37)

Analisis Pendapatan Usaha Budidaya dan R/C rasio

Menurut Soekartawati (2002), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya usahatani adalaha pengorbanan yang dilakuakan oleh petani dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Pendapatan usahatani adalaha selisih antara penerimaan dan semua biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan. Biaya tunak digunakan untuk melihat seberapa besar pengeluaran tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan unutuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan , dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Secara Matematis pendapatan dapat ditulis sebagai berikut :

Y = NP-(BT + BD) Dimana :

Y = tingkat pendapatan (Rp)

NP = nilai produksi (hasil kali jumlah fisik produk dengan harga) (Rp) BT = biaya tunai (Rp)

BD = biaya diperhitungkan (Rp)

R-C rasio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R-C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R-C atas biaya tunai dan R-C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Secara matematik hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

R-C rasio atas biaya tunai = TR/biaya tunai R-C rasio atas biaya total = TR/TC

Keterangan :

TR : total penerimaan usahatani (Rp) TC : total biaya usahatani (Rp)

Secara teoritis R-C menunjukan bahwa setiap msatu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan yang sebesar C nya. Apabila nilai R-C > 1 maka usahatani yang dilakukan menguntungkan sedangkan jika nilai R-R-C < 1, maka berarti usakhatani yang dilakukan merugikan.

Suvival Rate

Survival rate atau sintasan adalah nilai ikan yang mampu bertahan hidup dari keseluruhan total jumlah ikan yang ditebar (Irzal 2004). Kemampuan ikan untuk bertahan hidup sangat bergantung dengan keadaan yang ada di lingkungan sekitar jika lingkungan dan perawatan pada ikan budidaya baik maka ikan yang mampu bertahan hidup semakin besar atau nilai sintasan atau survival rate tinggi. Berikut di bawah ini adalah cara menghitung nilai sintasan atau survival rate

Menurut Birungi, et al (2006) dalam Suryanti (2008):

SR = Nt N0

Keterangan :

(38)

25

N0 : Jumlah ikan yang ditebar (ekor)

Apabila nilai sintasan besar maka semakin besar pula persentase keberhasilan hidup ikan yang dibudidayakan begitu pula sebaliknya.

Analisis Fungsi Produksi

Menurut Soekartawi et all. (1986), analisis fungsi produksi adalah analisis dan pendugaan hubungan kuantitatif antara masukan (faktor-faktor produksi) dan produksinya. Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat mengetahui secara langsung keadaan return to scaleproduksi tersebut, sehingga fungsi produksi lebih mudah untuk diduga.

Secara matematis, persamaan fungsi produksi Cobb-Douglasdapat ditulis sebagai berikut :

Y = aX1b1X2b2 X3b3… Xnbnee Keterangan :

Y = Variabel yang dijelaskan X = Variabel yang menjelaskan a,b = Besaran yang akan diduga

Fungsi produksi cobb-Douglas dapat diubah menjadi bentuk regresi linier, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ln Y = ln a +b1ln X1 +b2ln X2 +b3ln X3 +b4ln X4 +b5ln X5 +b6ln X6 +u

b1 = koefisien regresi kepadatan benih tebar b2 = koefisien regresi tenaga kerja

b3 = koefisien regresi lama budidaya b4 = koefisien regresi obat-obatan

b5 = koefisien pakan cacing sutra / tubifex b6 = koefisien regresi buatan pellet

u = unsur galat

Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa ini dilakuakan untuk hasil dari model fungsi produksi yang dihasilkan dari pengolahan data, pengujian yang dilakukan yaitu :

1. pengujian terhadap Model Penduga

Pengujian teerhadap model penduga dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dan fungsi produksi.

(39)

H0: β1 = β2= ….= βi = 0 H1: β1 ≠ β2≠ ….≠ βi≠ 0

Uji statistic yang digunakan Uji F

Fhitung = R

2 (k1)

(1−R) (n−k)

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi k = jumlah peubah digunakan berpengaruh secara nyata terhadap praoduks, namun apabila terima H0 maka variabel yang digunakan secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Koefisien determinasi (R2) dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesesuaian (goodness of fit) model dugaan, yang mrupakan ukuran deskriptif tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya. Koefisien determinasi (R2) mengukur besarnya keragaman total data yang dapat dijelaskan oleh model, sisanya (1-R2) dijelaskan oleh komponen error. Semakin tinggi nilai R2 bearti model dugaan yang diperoleh semakin akurat untuk meramalakan vartiabel dependent, atau dengan kata lain tingkat kesesuaian antara data aktual dengan ramalannya semakin tinggi. Koefisien determinasi melihat sampai sejauh mana besar keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas (X) terhadap parameter tidak bebas (Y). Koefisien determinasi (R2) dapat dirumuskan sebagai berikut :

R2 = 1−∑et2 ∑yt2

Keterangan : ∑et2

= jumlah kuadratunsur sisa (galat) ∑yt2 = jumlah kuadrat total

2. Uji Masing-Masing Parameter

Pengujian ini untuk masing-masing parameter adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (X) yang digunakan berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variable tidak bebas (Y)

Hipotesis : H0 : βj = 0

H1 : βj < 0 atau βj > 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji t :

Thitung =

bj − βj(H0) StDev (bj)

Dimana :

bj = koefisien model dugaan (slope) untuk variable Xj

(40)

27

Apabila tidak menggunakan tabel, maka dapat dilihat dari nilai P dengan criteria sebagai berikut :

(P-value)/2 < α,maka tolak H0 (P-value)/2 > α,maka terima H0 3. Uji Multikolineritas

Terdapat banyak cara untuk mendeteksi multikolinier, diantaranya menggunakan criteria Variance Inflation Factor variabel independent ke-j (VIFxj). Apabila nilai VIFxj lebih besar dari 10, maka disimpulkan terdapat masalah multikolinier diantara variabel independent

VIFxj = 1 1−R2xj

Definisi Operasional

Faktor produksi yang mempengaruhi usahatani dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang perbaikannya dapat dijangkau oleh petani seperti penggunaan lahan, pupu, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan manajemen, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sulit dikontrol dan berada di luar jangkauan petani seperti iklim, curah hujan, perubahan harga dan lain-lain. Peubah atau variabelyang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani tomat yang diusahakan petani. Dalam menganalisis pendapatan usahatani dan efisiensi faktor produksi, variabel-variabel yang dianalisis adalah : produksi beserta uang tunai yang digunakan unuutuk menghasilkan ikan koki oranda.

4. Tenaga kerja , adalah yang digunakan dalam proses produksi baik untuk persiapan benih, pengolahan kolam, penebaran dan pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan hari orang kerja (HOK).

(41)

6. Biaya tunai, adalah besarnya nilai uang tunai yang dikeluarkan pembudidaya untuk membeli pakan, benih, obat-obatan, upah tenaga kerja luar keluarga, dan lain yang diukur dalam satuan rupiah.

7. Biaya yang diperhitungkan, adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri dan pembayaran upah tenaga kerja untuk keluarga, berdasarkan tingkat upah yang berlaku.

8. Biaya total, merupakan penjumlahan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

9. Harga produk, adalah harga ikan koki oranda ditingkat petani dalam satu musim panen. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram.

10.Penerimaan usahatani, merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual ditingkat pembudidaya. Satuan yang dipakai adalah rupiah.

11.Pendapatan usahatani, merupakan selisih antara penerimaan dan biaya usahatani. Karena ada dua macam biaya, maka perhitungan pendapatan dilakukan atas biaya tunao dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya total.

12.Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram per luas lahan.

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah bahwa semua faktor produksi berpengaruh positif terhadap tingkat produksi ikan mas koki oranda. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah :

1. Kepadatan Benih tebar (X1)

Kepadatan benih yang ditebar akan mempengaruhi jumlah produksi dari ikan mas koki. Jadi semakin besar ikan mas koki oranda yang ditebar maka semakin besar pula jumlah ikan yang dihasilkan.

2. Tenaga kerja dalam keluarga (X2)

Diduga bahwa semakin besar hari orang kerja (HOK) dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maka akan semakin bertambah juga produksi dari produksi ikan mas koki oranda.

3. Lama Budidaya (X3)

Diduga semakin lama hari budidaya akan mempengaruhi jumlah produksi ikan hias mas koki. Semakin lama hari budiaya akan semakin banyak mengurangi jumlah ikan yang diproduksi.

4. Obat-obatan(X4)

Diduga semakin banyak penggunaan obat yang diberikan maka produksi ikan mas koki juga semakin besar.

5. Pakan cacing sutra (X5)

Semakin besar jumlah cacing sutra sebagai pakan alami yang diberikan maka akan semakin besar jumlah hasil produksi ikan mas koki.

6. Pakan buatan (X6)

Gambar

Gambaran Ikan Hias Mas Koki
Tabel 1 Perkembangan Lima Negara Terbesar Ekspor Ikan Hias Tahun 2003-2007
Tabel 2 Perkembangan Lima Negara Terbesar Impor Ikan Hias Tahun 2003-2007
Tabel 3 Jumlah Produksi Ikan Hias Kabupaten Tulungagung 2011 (ekor)
+7

Referensi

Dokumen terkait