• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah NaOH yang Dibutuhkan pada Unit Gliserin Destilasi dan Pemutihan dengan Parameter Bilangan Penyabunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Jumlah NaOH yang Dibutuhkan pada Unit Gliserin Destilasi dan Pemutihan dengan Parameter Bilangan Penyabunan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DESTILASI DAN PEMUCATAN DENGAN

PARAMETER BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

TUGAS AKHIR

MARIA EP DAMANIK 102401060

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DESTILASI DAN PEMUCATAN DENGAN

PARAMETER BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

MARIA E.P DAMANIK 102401060

PROGRAM STUDI D3 KIMIA INDUSTRI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Jumlah NaOH yang Dibutuhkan pada Unit Gliserin Destilasi dan Pemutihan dengan Parameter Bilangan Penyabunan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Maria E.P Damanik

Nomor Induk Mahasiswa : 102401060

Program Studi : Diploma 3 (D3) Kimia Industri

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juni 2013

Diketahui

Program Studi D3 Kimia Industri Dosen Pembimbing

Ketua

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Drs. Amir Hamzah Siregar, M.Si

NIP.195512181987012001 NIP.196106141991031002

Diketahui/disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua

Dr. Rumondang Bulan, M.S

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DESTILASI DAN PEMUCATAN DENGAN PARAMETER

BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

MARIA EP DAMANIK

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

memberikan kesehatan, kekuatannya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini dengan baik.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Drs. Amir Hamzah Siregar,

M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama

penyusunan karya ilmiah ini. Terimakasih kepada Dr. Sutarman, M.Sc selaku

Dekan FMIPA USU, Dr. Rumondong Bulan, MS selaku Ketua Departemen

Kimia FMIPA USU, Dra. Emma Zaidar, M.Si selaku Ketua Program Studi D3

kimi FMIPA USU dan kepada seluruh dosen, staff dan pegawai di Kimia FMIPA

USU. Terimakasih kepada PT. Ecogreen Oleochemicals yang telah membantu

penulis dalam praktek kerja lapangan selama satu bulan.

Terimakasih kepada orangtua, abang dan adik yang telah

mendukung, mendoakan penulis hingga karya ilmiah ini selesai dengan baik.

Terimakasih juga kepada teman-teman perkuliahan selama tiga tahun yaitu dan

seluruh teman-teman Kimia Industri 2010 dan teman terdekat penulis yang telah

(6)

PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DESTILASI DAN PEMUCATAN DENGAN

PARAMETER BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

ABSTRAK

(7)

DETERMINATION OF TOTAL UNITS REQUIRED NaOH AT GLYCERINE DISTILATION AND BLEACHING WITH

PARAMETERS SAPONIFICATION VALUE IN PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

ABSTRACT

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar isi vi

Daftar tabel viii

Daftar gambar ix

Bab 1. Pendahuluan 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 1

1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 3

1.5. Lokasi Penelitian 3

1.6. Metode Penelitian 3

1.6.1. Metode Penelitian Kepustakaan 4

1.6.2. Metode pengumpulan Data 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 5 2.1. Kelapa Sawit 5

2.2. Perkembangan Konsumsi produk-produk 6

minyak sawit 2.2.1 Minyak Kelapa Sawit sebagai 6

bahan pangan 2.2.2 Industri Farmasi dan Kosmetika 7

2.3. Produk-Produk Non Pangan 7

(9)

2.3.2. Industri Gliserin 8

3.1. Asam Lemak 8

3.1.1 Destilasi Asam Lemak 12

3.1.2 Uraian Proses Destilasi 12

3.1.3 Tekanan Vakum 14

4.1 Gliserin 14

4.1.1 Pengertian Gliserin 14

4.1.2 Proses Terbentuknya Gliserol 16

4.1.3 Kegunaan Gliserin 18

5.1 Daerah Pemucatan 20

6.1 Daerah Destilasi Asam Lemak 23

7.1 Bilangan Penyabunan 25

Bab 3. Metode Percobaan 27

3.1. Alat- Alat 27

3.2. Bahan- Bahan 27

3.3. Prosedur Percobaan 28

Bab 4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Data Percobaan 24

4.2. Perhitungan 24

4.3 Pembahasan 30

Bab 5. Kesimpulan dan Saran 31

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 32

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Titik cair berbagai asam lemak pada 11

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

3.1 Struktur Gliserida 10

3.1.2. Diagram Blok Proses Distilasi Asam lemak 12

4.1.1. Rumus Molekul Gliserin 14

4.1.2. Reaksi Pembentukan Trigliserida 16

(12)

PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DESTILASI DAN PEMUCATAN DENGAN

PARAMETER BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

ABSTRAK

(13)

DETERMINATION OF TOTAL UNITS REQUIRED NaOH AT GLYCERINE DISTILATION AND BLEACHING WITH

PARAMETERS SAPONIFICATION VALUE IN PT. ECOGREEN OLEOCHEMICALS

ABSTRACT

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Ecogreen Oleochemicals merupakan salah satu industi oleokimia yang

mengolah bahan baku minyak inti kelapa sawit/CPKO (Crude Palm Kernel Oil)

menjadi produk-produk seperti asam lemak, lemak alcohol, dan gliserin. Gliserin

terutama digunakan dalam industri kosmetika, antara lain sebagai bahan makanan,

bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampoo, obat kumur, dan pasta gigi

(Personel and Administration Departement, 2010).

Produksi dan konsumsi minyak sawit untuk kebutuhan lokal dan mancanegara

baik itu dalam bentuk minyak sawit maupun dalam bentuk hasil pengolahan dari

minyak sawit tersebut (asam lemak ataupun gliserin) semakin terus bertambah

belakangan waktu ini. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq

Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping

kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, zaitun dan sebagainya. Pada

masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai

hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega,

sabun, kosmetika, dan lain-lain, tetapi juga dapat menjadi substitusi bahan bakar

minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi. Apalagi,

) merupakan salah

satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting. Dewasa ini, kelapa

sawit tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman

budi daya yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati

(15)

minyak bumi yang sumbernya tidak dapat dibaharui, minyak sawit merupakan

sumber bahan minyak nabati yang dapat dibaharui, sehingga tidak akan pernah

habis selama umat manusia mau membudidayakannya secara komersial.

(Djoehana, 2006)

NaOH (Natrium Hidroksida) adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan

pada proses distilasi dan pemucatan. Sifat NaOH korosif dan bisa menghasilkan

panas apabila diberi air sehingga NaOH sering juga disebut soda api. Secara

umum sifat basa adalah memiliki tekstur yang licin karena diakibatkan korosif

lemak pada permukaan kulit dan larutan NaOH pada air akan membentuk ion

sehingga merupakan larutan elektrolit.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mendalami dan menulis

karya ilmiah dengan judul, ”PENENTUAN JUMLAH NaOH YANG

DIBUTUHKAN PADA UNIT GLISERIN DISTILASI DAN PEMUCATAN

DENGAN PARAMETER BILANGAN PENYABUNAN DI PT. ECOGREEN

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Pada proses di PT. Ecogreen Oleochemicals dalam memproduksi gliserin di

tahap destilasi dan pemucatan, perusahaan menambahkan NaOH dengan

menggunakan parameter bilangan penyabunan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui berapa jumlah NaOH yang dibutuhkan pada unit gliserin

destilasi dan pemucatan kemudian dihubungkan dengan parameter bilangan

penyabunan.

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui hubungan antara kadar NaOH yang digunakan dengan

parameter bilangan penyabunan.

1.5 Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengambil data yang dibutuhkan

mengenai penentuan jumlah NaOH yang dibutuhkan dengan parameter bilangan

penyabunan di PT. Ecogreen Oleochemicals Medan Plant Belawan.

1.6 Metode Penelitian

(17)

1.6.1 Metode Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh data maupun informasi yang dibutuhkan dengan cara

membaca dan mempelajari buku-buku perkuliahan ataupun umum, serta mencari

sumber informasi yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

1.6.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data pada penulisan Tugas Akhir ini, penulis

menggunkan data primer dan sekunder yang didapatkan dari PT. Ecogreen

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

(19)

2.2 Perkembangan Konsumsi Produk-Produk Minyak Sawit

2.2.1 Minyak Sawit sebagai Bahan Pangan

Minyak sawit telah digunakan sebagai minyak goreng sejak lama sekali,

bahkan sebelum orang mengenal proses rafinasi. Setelah mengalami rafinasi,

pemucatan dan penghilangan bau, minyak sawit bisa digunakan untuk

membuat berbagai produk yang lebih tinggi nilainya. Produk-produk pangan

yang menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku ataupun bahan

suplemennya antara lain minyak goreng, margarine, produk-produk mie

termasuk mie instant, produk snack extruded, keripik-keripik,

produk-produk roti, pastiries cookies dan sebagainya.

Ada bermunculan issue-isue negative untuk produk-produk pangan asal

minyak sawit antara lain kasus-kasus kolesterol, kasus asam lemak trans, tidak

efektifnya beta karoten dan sebagainya. Hal ini merupakan tantangan yang

cukup berat karena sebenarnya issue negative ini tidak benar. Telah banyak

penelitian yang membuktikan bahwa minyak sawit sebagai salah satu jenis

minyak nabati tidak mengandung kolesterol, yang ada adalah fitosterol yang

sebenarnya akan dapat menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) dan

meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein). Demikian juga trans asam

lemak trans telah dinyatakan oleh sekelompok peneliti dan National Public

Health Institute, Helsinkie, bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

kadar asam lemak trans yang terdapat dalam jaringan lemak dengan resiko

(20)

2.2.2 Industri Farmasi dan Kosmetika

Kadar karotennya yang tinggi dan merupakan sumber alami provitamin A

(jumlah provitamin A per gram minyak sawit setara dengan 900 IU vitamin A),

maka industri farmasi banyak memanfaatkan minyak sawit ini. Sebagai

perbandingan, sumber alami vitamin A dalam minyak ikan yang dianggap

terkaya hanya setara 600 IU sedangkan ubi jalar dan wortel setara 35-37 IU

pergramnya.

Selain digunakan untuk pembuatan obat-obatan, dalam industri kosmetika

minyak sawit juga banyak digunakan, terutama karena minyak sawit sangat

mudah diserap oleh kulit manusia dibanding dengan minyak nabati atau

hewani lainnya. Dalam hal ini minyak sawit dijadikan bahan penting dalam

pembuatan beauty cream, shampoo, lotion, campuran bahan pelembab kulit

dan produk kosmetik lainnya.

2.3 Produk-produk Non Pangan 2.3.1 Industri Asam Lemak

Proses pengolahan minyak menjadi asam lemak secara singkat adalah

sebagai berikut : Pertama-tama pembebasan fosfotida dengan asam fosfat, lalu

pencucian untuk menghilangkan sisa asam fosfat, yang dilengkapi dengan

degumming. Setelah minyak dibersihkan kemudian diuraikan menjadi asam

lemak dan gliserol dengan menambahkan air demineral pada suhu 250-255°C

dan tekanan 50-55 bar. Asam lemak kasar yang dihasilkan, dimurnikan untuk

memperoleh produk yang stabil dengan produk hidrogenasi, destilasi, atau

(21)

Campuran asam lemak dipisahkan menjadi asam lemak tunggal dengan

kemurnian lebih dari 99%. Dari minyak inti sawit dapat diperoleh asam lemak

C8 (kaprilat) dan C10 (kaprat). Asam lemak dengan susunan rantai pendek dan

tingkat kemurnian di atas, mudah bereaksi dengan alkohol mono dan polihidrat

untuk menjadi senyawa ester yang digunakan dalam formulasi pelumas

sintetis. Asam lemak seperti asam miristat dan palmitat dapat diesterkan

sebagai emoluen pada produk kosmetika dan shampoo. Asam laurat, miristat

dan palmitat dapat diubah menjadi senyawa alkohol dan untuk pembuatan

formulasi detergen.

2.3.2 Industri Gliserin

Gliserin yang diperoleh pada proses hidrolisa dapat dimurnikan (diatas

95%) dengan cara penguapan berganda dan dilanjutkan dengan destilasi dan

deionisasi. Penggunaan gliserin mula-mula sekali adalah pada industri

kosmetik yang berfungsi sebagai pelembab kulit agar tetap segar. Selain itu

dapat dipakai juga sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan dalam

pembuatan shampo, obat kumur-kumur dan pasta gigi. Gliserin juga digunakan

sebagai hemactan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, zat alkit,

selofan adesif, plester dan sabun (Sagung Seto, 2001)

3.1 Asam Lemak

Asam lemak dan gliserol merupakan zat kimia yang berdaya guna memiliki

nilai jual yang sangat tinggi. Asam lemak yang tersusun dari minyak dan lemak

(22)

digunakan di beberapa industri sebagai salah satu komponen dari berbagai

macam produk. Proses pengolahan minyak dimana prosesnya menghasilkan

gliserol dan asam lemak.

Pada tahun 1980 di Amerika Serikat 28% asam lemak digunakan sebagai

campuran berbagai produk, sekitar 18% digunakan untuk industri sabun. Asam

lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun minyak dan lemak, biasanya

merupakan molekul tak bercabang yang mengandung 14 dan 22 atom karbon.

Senyawa penyusun minyak dan lemak selalu mempunyai jumlah atom yang

genap, Hal ini karena senyawa tersebut bersifat biosintesis, baik asam lemak

jenuh maupun tidak jenuh biasanya diperoleh kembali dari hidrolisis bahan

lipid. (Herlina dan Ginting, 2002)

Pengolahan minyak menjadi asam lemak merupakan proses yang penting

karena salah satu dari dua pintu gerbang utama yang menjembatani industri

minyak nabati dengan industri oleokimia. Peranan asam lemak sangat penting

sekali khususnya bagi industri oleokimia. Dampak positif lain dengan

didirikannya pabrik asam lemak sehingga menghemat devisa negara, selain itu

juga akan merangsang industri-industri lain sehingga akan tercipta lapangan

kerja baru yang dapat mengurangi masalah pengangguran di Indonesia.

Minyak dan lemak merupakan ester asam lemak dan gliserol atau gliserin.

Dalam sains dikenal juga dengan nama trigliserida. Dalam ilmu kimia dasar,

strukturnya digambarkan ssebagai berikut :

(23)

O

H2C - O - C

R1

O

HC – O - C

R2

O

H2C – O – C

[image:23.595.219.310.81.321.2]

R3

Gambar 3.1 Struktur Trigliserida

Rumus molekulnya dikenal sebagai C3H5(COOR)3 jika gugus alkil adalah

sama. Minyak dan lemak tidak hanya dikenal sebagai sumber makanan bagi

manusia, tetapi merupakan bahan baku lilin, margarine, detergent, kosmetika,

obat-obatan dan pelumas. Tentunya diolah dengan proses yang berbeda. Untuk

digunakan dasar industri sebagai bahan kosmetika dan consumer produk

trigliserida harus dihidrolisa yang menghasilkan asam lemak dan gliserol.

Asam lemak lanjut dihidrogenasi menjadi alcohol. Keduanya asam lemak dan

alkohol merupakan bahan baku pembuatan berbagai jenis kosmetik dan

konsumer produk. Minyak dan lemak dibedakan berdasarkan titik lelehnya.

Minyak merupakan cairan pada suhu kamar, sedangkan lemak membeku

berupa padatan atau semi padatan. Komponen utama pembentuk minyak atau

lemak trigliserida. Bahan ini merupakan hasil esterifikasi satu molekul gliserol

dengan tiga molekul asam lemak yang menghasilkan tiga molekul air dan satu

(24)

Trigliserida atau gliserida yang terbentuk dari asam lemak jenuh dengan

rantai yang panjang, memliki titik didih atau titik cair lebih tinggi dari pada

asam-asam lemak jenuh rantai pendek. Demikian juga dengan asam-asam

lemak tak jenuh.

Titik cair asam-asam lemak yang terdapat dalam minyak dan lemak

ditampilkan pada TABEL 1. dibawah ini.

Jenis

asam

Lemak

Jumlah

Atom C

Nama umum dan

Rumus kimia Titik cair °C Asam lemak jenuh 4 6 8 12 14 16 18

Asam butirat (C3H7COOH)

Asam karoat (C3H11COOH)

Asam kaprilat (C7H15COOH)

Asam laurat (C11H23COOH)

Asam muislat ( C13H27COOH)

Asam palmitat (C15H31COOH)

Asam stearat (C17H35COOH)

-7,9 -3,4 16,7 44,2 54,4 62,9 69,9 Asam lemak tidak jenuh 18 18 18 Asam oleat

(CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH

Asam linoleat

CH2(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)CH7

Asam linolenat

CH3CH27CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COO

16,3

-5

[image:24.595.110.526.253.723.2]

-11

(25)

Asam lemak jenuh lebih stabil dibandingkan asam lemak tidak jenuh,

akibatnya titik leleh asam lemak jenuh lebih tinggi. Kestabilan asam lemak jenuh

mudah dipengaruhi oleh temperatur.

3.1.1 Destilasi Asam lemak

Sebagian besar zat pengotor pada CPO dan CPKO tetap terikut dalam

asam lemak. Zat pengotor ini harus dipisahkan untuk mendapatkan

fraksi-fraksi asam lemak yang berkualitas tinggi. Destilasi asam lemak, disamping

terutama untuk memisahkan fraksi-fraksi asam lemak, juga untuk

memisahkan fraksi-fraksi asam lemak, juga untuk memisahkan zat pengotor

dari fraksi-fraksi asam lemak.

Fraksi-fraksi asam lemak yang diperoleh pada destilasi asam lemak terbagi

atas dua fraksi utama, yaitu fraksi asam lemak C6-10 dan fraksi asam lemak

C12-18. Sekitar 30% impuritis bertitik didih diatas 270°C pada tekanan 8 mbar

serta sebagian kecil asam lemak beratom C20, yang lazim disebut fraksi

residu, dapat dihidroksi ulang pada splitter.

3.1.2 Uraian Proses Destilasi

Diagram blok proses destilasi asam lemak atas dua bagian fraksi C6-10 dan

C12-18 dapat digambarkan sebagai berikut

As. lemak as. Lemak as. Lemak

[image:25.595.122.520.651.708.2]

C12-18 residu

(26)

Umumnya proses distilasi asam lemak dimulai dengan pengeringan. Pada

proses pengeringan ini, air yang terkandung pada asam lemak dikurangi sampai

tingkat tertentu hingga tidak mengganggu proses distilasi. Pengeringan asam

lemak tidak hanya bertujuan untuk mengurangi air, tetapi juga untuk

mengurangi kandungan impuritis yang bertitik didih sekitar 100°C pada

tekanan 8 mbar.

Zat pengotor yang dipisahkan pada bagian bawah kolom kedua berupa :

a. Digliserida

b. Monogliserida

c. Asam lemak C18-20

d. Trigliserida

e. Colour bodies

Gliserida yang terkandung pada residu, merupakan bagian yang tidak

terkonversi seutuhnya menjadi asam lemak dan gliserin pada hidrolisa

trigliserida CPO atau CPKO, oleh sebab ini fraksi residu ini dapat diolah

kembali menjadi asam lemak dan gliserin.

3.1.3 Tekanan Vakum

Kondisi tekanan yang digunakan selalu dibawah 1 atm. Besar tekanan

(27)

Terdapat 2 hal pokok yang melatar belakangi kondisi vakum ini, antara lain :

a.Efisiensi pemakaian energi

b.Meningkatkan mutu asam lemak yang dihasilkan

4.1 Gliserin

4.1.1 Pengertian Gliserin

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Jadi

tiap atom karbon mempunyai gugus –OH. Satu molekul gliserol dapat

mengikat satu, dua, tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang

disebut monogliserida, digliserida, dan trigliserida.

Adapun rumus molekul gliserin dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

CH2OH

| CHOH |

CH2OH

Gambar 4.1.1. Rumus Molekul Gliserin

Sifat fisik dari gliserol :

a. merupakan cairan tidak berwarna

b. tidak berbau

c. cairan kental dengan rasa manis

d. densitas 1,261

(28)

Gliserol juga digunakan sebagai penghalus pada krim cukur, sabun, dalam

obat batuk, dan syrup atau untuk pelembab (Hart, 1983).

Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.

Jadi tiap karbon mempunyai gugus –OH. Gliserol dapat diperoleh dengan

jalan penguapan hati-hati, kemudian dimurnikan dengan destilasi pada

tekanan rendah. Pada umumnya lemak apabila dibiarkan lama di udara akan

menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak. Hal ini disebabkan oleh proses

hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Disamping itu dapat pula

terjadi proses oksidasi terhadap asam lemak tidak jenuh, yang hasilnya

menambah bau dan rasa yang tidak enak. Adanya oksidasi asam lemak tidak

jenuh yang akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya akan terbentuk

aldehida. Inilah yang menyebabkan terjadinya bau dan rasa yang tidak enak

atau tengik. Gliserol larut baik dalam air dan tidak larut dalam eter. Gliserol

digunakan dalam industri farmasi dan kosmetika sebagai bahan dalam

preparat yang dihasilkan. Dan gliserol berguna bagi manusia untuk sintesis

lemak di dalam tubuh.

Gliserol yang diperoleh dari hasil penyabunan lemak atau minyak adalah

suatu zat cair yang tidak berwarna dan mempunyai rasa yang agak manis,

(29)

4.1.2 Proses Terbentuknya Gliserol

Pada umumnya, lemak atau minyak tidak terdiri dari satu macam

trigliserida melainkan campuran dari trigliserida. Trigliserida merupakan lipid

sederhana dan merupakan cadangan lemak dalam tubuh manusia.

Reaksi pembentukan trigliserida ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

O

H2C – OH O Enzim Lipase H2C – O – R

HC – OH + 3R – C – OH O

H2C – OH HC – O – C – R + 3H2O

O

H2C – O – C – R

[image:29.595.112.497.230.408.2]

Gliserol Asam lemak Trigliserida Air

Gambar 4.1.2. Reaksi Pembentukan Trigliserida

Trigliserida di atas merupakan trigliserida sederhana karena merupakan

trimester yang terbuat dari glliserol dan tiga molekul asam lemak yang sama.

Beberapa lemak atau minyak menghasilkan satu atau dua ikatan ester akan

terputus dan dihasilkan gliserol dan garam dari asam lemaknya. Gliserol juga

dapat dihasilkan dari reaksi hidrolisa ttrigliserida yang dilakukan dengan

(30)

Reaksi pembentukan gliserol ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

O H

H2C – O – C – R H – C – OH O

O 54 – 58 bar H – C – OH + 3 R – C – OH

HC – O – C – R + 3H2O 250 – 225° C H – C – OH

O H

H2C – O – C – R

[image:30.595.113.474.111.296.2]

Trigliserida air Gliserol Asam lemak

Gambar 4.1.2. Reaksi Pembentukan Gliserol

Dari reaksi kesetimbangan antara trigliserida dengan air dihasilkan gliserol dan

asam lemak. Oleh sebab itu asam lemak atau gliserol harus segera dikeluarkan

(Ketaren, 1986).

Istilah gliserol dan gliserin sering kali digunakan secara tertukar.

Walaupun demikian, perbedaan tajam antara keduanya sangat terlihat. Gliserol

adalah istilah yang digunakan untuk campuran murni, sedangkan gliserin

berhubungan kepada tingkat komersialnya, terlepas dari kemurniannya.

Gliserol alami pada dasarnya diperoleh sebagai produk samping di dalam

produksi asam lemak, ester lemak atau sabun dari minyak atau lemak. Di

Malaysia, gliserol dihasilkan melalui pemecahan minyak sawit atau minyak

inti sawit dengan metode berikut :

a. Penyabunan minyak / lemak dengan NaOH untuk membentuk

(31)

mengandung 4 – 20 % gliserol dan juga diketahui sebagai atau

gliserin.

b. Splitting atau hidrolisis dari minyak inti sawit dibawah tekanan dan

temperatur yang tinggi untuk menghasilkan asam lemak atau

gliserin. Gliserin ini mengandung 10 – 20 % gliserol.

c. Transesterifikasi dari minyak dengan methanol katalis untuk

menghasilkan metil ester. Sejak proses tidak menggunakan air,

konsentrasi gliserol lebih tinggi

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan

dalam industri kosmetika antara lain sebagai bahan pengatur kekentalan

shampoo, obat kumur, pasta gigi dan sebagainya (Fauzi, 2002).

4.1.3 Kegunaan Gliserin

Gliserin mempunyai peran hampir di setiap industri. Penggunaan terbesar

dari gliserin adalah pada resin alkid, dimana ±35.000 ton/tahun. Industri kertas,

dimana gliserin berfungsi sebagai bahan pelunak adalah pengguna terbesar

berikutnya, yaitu 25.000 ton/tahun. Industri nitrogliserin sebesar 7.500

ton/tahun, tetapi pemasarannya berkurang 25 tahun terakhir, dengan

digantikannya nitrogliserin oleh bahan peledak yang lebih murah.

a. Makanan dan minuman

Gliserin mudah di cerna dan tidak beracun dan bermetabolisme bersama

karbohidrat, meskipun berada dalam bentuk kombinasi pada sayuran dan

lemak binatang. Untuk produk makanan dan pembungkus makanan yang

(32)

Gliserin, sejak 1959 diakui sebagai satu diantara bahan yang aman oleh Food

and Drug Administration.

Kegunaan sebagai :

a. Pelarut untuk pemberian rasa (seperti vanilla) dan pewarna

makanan

b. Agen pengental dalam sirup

c. Pengisi dalam produk makanan rendah lemak (biskuit)

d. Pencegah kristalisasi gula pada permen dan es

e. Medium transfer panas pada kontak langsung dengan makanan saat

pendinginan cepat

f. Pelumas pada mesin yang digunakan untuk pengolahan dan

pengemasan makanan

Pada tahun-tahun terakhir, poligliserol dan poligliserol ester meningkat,

penggunaanya dalam makanan, khususnya mentega dan lemak.

b. Obat-obatan dan kosmetik

a. pada obat-obatan dan kedokteran gliserin adalah bahan dalam larutan

alkohol dan obat penyakit

b. gliserin pada kanji digunakan dalam selai dan obat salep

c. obat batuk dan obat bius, seperti larutan gliserin-fenol

d. turunanya digunakan sebagai obat penenang krim dan lotion untuk

menjaga kehalusan dan kelembutan kulit

e. bahan dasar pembentukan pasta gigi, sehingga diperoleh kehalusan,

(33)

c. Bahan pembungkus dan pelumas

Pembungkus daging, jenis khusus kertas, memerlukan bahan pelunak untuk

memberi kelenturan dan kekerasan.

5.1 Daerah Pemucatan

Pemucatan adalah proses penyerapan secara fisik dengan menggunakan

tanah liat atau karbon aktif untuk membuang zat-zat yang tidak diinginkan,

seperti residu sabun (untuk menetralkan minyak), presipitasi gum (dari

praperlakuan asam), logam, produk-produk oksidasi, dan pigmen warna seperti

klorofil.

Pemucatan adalah proses yang kritis pada pemurnian minyak nabati baik

secara fisik maupun kimia. Pada pemurnian secara fisik, Minyak kelapa sawit

(MKS) diberi praperlakuan dengan asam untuk menghilangkan gum. Pada

pemurnian secara kimia, perlakuan ini tidak diperlukan. Bahan baku yang

digunakan yaitu MKS dari tangki timbun. MKS dialirkan dengan kecepatan

sekitar 35-60 ton/jam. Temperatur awal MKS yaitu 40-60°C. Aliran MKS

dipompakan melalui sistem rekorveri panas, berupa piring penukar panas untuk

menaikkan temperatur sampai 60-90°C.

Setelah itu, sekitar 20% MKS dipompakan ke dalam slurry tank dan

dicampur dengan tanah liat (6-12 kg/ton MKS) yang dosisnya dikendalikan

oleh PLC (Programmable Logic Controllers) untuk menghasilkan campuran

setengah cair. Pengaduk di dalam slurry tank akan mencampur MKS dengan

(34)

Pada saat yang bersamaan, 80% MKS dipompakan melalui piring penukar

panas lain dan uap pemanas meningkatkan temperatur MKS sampai 90-130°

(temperatur yang dibutuhkan untuk reaksi MKS dengan asam fosfat). Setelah

itu, MKS dipompa ke dalam mixer statis dengan ditambahkan asam fosfat

0,35-0,45 kg/ton MKS. Pengadukan yang terus-menerus di dalam pencampur

bertujuan untuk menghilangkan gum. Proses ini akan mempermudah

penghilangan gum pada proses penyaringan berikutnya sehingga ukuran

deodorizer tidak perlu terlalu besar. Selain itu, proses ini juga bertujuan untuk

mencegah pemanasan permukaan. MKS yang telah mengalami proses

degumming ini kemudian dialirkan ke bleacher.

Di dalam bleacher, 20% slurry dan 80% degumming MKS akan dicampur

dan proses pemucatan pun dimulai. Proses pemucatan minyak sawit dilakukan

dengan penambahan tanah liat untuk menghilangkan zat-zat yang tidak

diinginkan (semua pigmen, trace metal, dan produk-produk oksidasi) dari

MKS. Proses ini akan meningkatkan rasa awal, aroma akhir, dan stabilitas

oksidatif produk. Proses pemucatan ini juga membantu mengatasi masalah

pada proses pengolahan selanjutnya dengan menyerap sabun, ion logam

penyebab oksidasi, menguraikan peroksida, mengurangi warna, dan menyerap

senyawa minor. Temperatur di dalam bleacher harus sekitar 100-130°C selama

30 menit untuk mendapatkan pemucatan yang optimal. Uap bertekanan rendah

diinjeksikan ke dalam bleacher untuk mengaduk konsentrasi slurry supaya

menghasilkan kondisi pemucatan yang lebih baik.

Slurry yang mengandung minyak dan tanah liat dialirkan melaui saringan

(35)

liat. Temperatur harus dipertahankan antara 80-120°C untuk proses

penyaringan yang lebih baik. Di dalam saringan Niagara, slurry dialirkan

melalui saringan dan tanah liat akan terkumpul di saringan. Oleh karena itu,

pembersihan tanah liat dari saringan Niagara harus dilakukan setiap 45 menit

untuk menjamin proses penyaringan yang baik. Minyak sawit yang telah

dipucatkan dari saringan Niagara kemudian dipompa ke dalam tangki

penyangga yang difungsikan sebagai tempat penimbunan sementara sebelum

minyak sawit diproses lebih lanjut.

Umumnya, ada saringan kedua yang digunakan bersama-sama dengan

saringan Niagara yang berperan sebagai saringan pengendap jika ada sebagian

tanah liat yang bocor keluar. Adanya tanah liat dalam minyak yang diproses

akan menyebabkan kerusakan deodorizer, mengurangi stabilitas oksidatif

produk minyak, dan berperan sebagai katalis aktivitas dimerisasi dan

polimerisasi. Pressure life filter umumnya digunakan sebagai pemucatan filter.

Saringan dengan system batch ini bekerja secara automatis menggunakan PLC

dengan system SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) atau

dengan panel yang dilengkapi dengan tombol tekan dan diagram warna yang

serupa dengan alur proses sebenarnya. “Tes Biru” dilakukan untuk setiap batch

penyaringan untuk menjamin proses penyaringan dilakukan dengan sempurna.

Dengan uji ini, jika terjadi kebocoran pada saringan Niagara atau saringan

(36)

6.1 Daerah Destilasi Asam Lemak

Pemisahan campuran cairan menjadi beberapa komponen dasarnya

merupakan proses utama dalam industri kimia. Destilasi merupakan metode

yang paling banyak digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Destilasi

adalah inti dari proses pemurnian minyak dan lebih spesifik lagi adalah

destilasi kolom.

Kolom destilasi untuk pengilangan minyak mempunyai kapasitas yang

terbesar dibandingkan peralatan rekayasa kimia lain dengan kolom tunggal

berdiameter 0,3-10 m dan tinggi 3-7,5 m. Disamping mencapai kualitas produk

dengan biaya minimal, rancangan ini juga bertujuan untuk menghasilkan

kemurnian produk yang konstan, walaupun terjadi beberapa variasi dalam

komposisi bahan baku. Kolom silinder vertikal memberikan bentuk yang

kompak, penggunaan lahan yang minimal, dan sejumlah besar tahapan

pemisahan melalui penguapan dan kondensasi.

Secara praktik, destilasi dapat dilakukan dengan salah satu dari dua

metode prinsip. Metode pertama berdasarkan produksi uap dengan merebus

campuran cairan yang akan dipisahkan dan mengkondensasikan uap tanpa

menyisakan cairan apa pun kembali pada bentuk semula. Dalam metode ini,

tidak ada refluks. Metode kedua berdasarkan pada kembalinya sebagian

kondensat secara terus-menerus.

Dalam pabrik PFAD, bahan baku yang diolah berupa Palm Fatty Acid

Distillate (PFAD) sehingga menghasilkan produk utama berupa Distillate Fatty Acid (DFA). Disamping itu, dalam pengolahan ini juga menghasilkan

(37)

Bahan baku PFAD dari tangki timbun dengan temperatur sekitar 50-100°C

akan dialirkan melalui serangkaian alat penukar panas untuk menaikkan

temperaturnya sampai 200-220°C. Kemudian PFAD yang sudah dipanaskan itu

akan masuk ke degasifer untuk pemisahan kotoran dan asam lemak ringan

dalam sisterm vakum.

Setelah itu, komponen asam lemak berat (C10, C12, C14, C16, dan C18) yang

mengendap ke bagian dasar degasifer dialirkan dialirkan ke kolom C untuk

pemisahan lebih lanjut antara komponen asam lemak ringan dan asam lemak

berat. Sebelumnya, ada 3 kolom distilasi yang digunakan untuk proses distilasi,

yaitu (1) kolom A untuk precut, (2) kolom B untuk destilasi asam lemak, dan

(3) kolom C untuk residu.

Pada kolom C, PFAD dengan temperatur 220-255°C akan dipanasi lagi

dengan boiler thermal oil sampai temperatur 240-300°C dalam sistem vakum.

Asam lemak akan menguap pada kondisi vakum serta pemisahan asam lemak

ringan dan asam lemak berat akan terjadi. Pada ujung atas kolom C, asam

lemak ringan (precut dengan bilangan karbon C16) dievaporasi menjadi uap

yang secara terus-menerus ditarik oleh sistem vakum. Precut kemudian

dilewatkan pada alat penukar panas serta didinginkan dengan air lunak dan air

umpan PFAD sebelum masuk penyimpanan.

Pada saat yang bersamaan, asam lemak berat dari dasar kolom C (C16 dan

C18) dipompakan ke kolom B untuk pemisahan lebih lanjut. Adanya temperatur

tinggi di dalam kolom B yang didapatkan dari thermal oil reboiler (290-310°C)

selama proses destilasi karena titik didih asam lemak yang lebih tinggi. Asam

(38)

vakum ke dalam refluks holder. Ketika refluks mengalami aliran yang berlebih,

kelebihan DFA dipompakan ke alat penukar panas serta didinginkan dengan air

lunak dan aliran umpan PFAD yang masuk. DFA kemudian didinginkan dalam

alat penukar panas spiral / air panas dan PHE sebelum dikirim ke penyimpanan

pada temperatur 60-90°C. Dengan kata lain, produk pada dasar kolom B

berupa residu. Hasil destilasi yang tidak sempurna dapat didaur ulang ke kolom

B untuk pemisahan lebih lanjut (Iyung Pahan, 2006).

7.1. Bilangan Penyabunan

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk

menyabunkan satu gram minyak atau lemak.

Apabila sejumlah contoh minyak atau lemak disabunkan dengan larutan

KOH berlebihan dalam alkohol maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida,

yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau lemak.

Larutan alkali yang tertinggal ditentukan dengan titrasi menggunakan asam,

sehingga jumlah alkali yang bereaksi dapat diketahui.

Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya larutan alkali yang

dipergunakan adalah larutan KOH yang diukur dengan hati-hati ke dalam

tabung dengan menggunakan buret atau pipet.

Sebagian dipergunakan dalam penyabunan = (meq

Total KOH (meq) total) (meq yang tertinggal)

Sebagian lagi yaitu meq. yang tertinggal

Campuran minyak atau lemak dengan larutan KOH dididihkan pada pendingin

(39)

yang tersisa ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan HCl 0,5 N. Bilangan

penyabunan dapat ditetapkan dengan jalan mengurangkan jumlah

miliequivalen larutan alkali beralkohol yang dipergunakan, dikalikan dengan

berat molekul dari larutan tersebut, dibagi dengan berat contoh dalam gram.

Berat molekul untuk larutan KOH adalah 56,1 ; sedangkan berat molekul

larutan NaOH adalah 39,9.

Bilangan penyabunan = 56,1 (��.�����.���)− (��.�����.���)

���� ����� ℎ

atau = 39,9 (��������.����)− (��.�����.���)

���� ����� ℎ

(Ketaren, 1986)

Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram

lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi, besar atau kecilnya bilangan

penyabunan ini tergantung pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam

lemak atau dapat dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan

tergantung pada berat molekul lemak tersebut. Makin kecil berat molekul

lemak, makin besar bilangan penyabunannya. Baik sabun maupun gliserol

(40)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Top loading balnce dengan ketelitian 0,01 gr

- Methrom dosimat titrator dengan magnetik stirer

- Erlenmeyer asah 400 ml

- Dispenser atau pipet ukur 50 ml

- Refluks kondenser

- Piring panas dengan variabel pemanas kontrol

- Pipet volume 20 ml

3.2 Bahan

- Larutan NaOH 0,2 N

- Larutan H2SO4 0,2 N

(41)

3.3 Prosedur Percobaan

- Timbang sampel 0,01 gram terdekat, 100 ± 1 gram sampel dalam erlenmeyer

yang bersih dan aduk dengan baik

- Tambahkan 100 ml aquades yang telah didihkan dan 3 tetes indikator PP 1%.

Netralkan dengan H2SO4, sampai terbentuk titik akhir indikator jika larutan

bersifat basa

- Pipet kedalam labu takar 20 ml larutan NaOH. Dididihkan dan refluks selama 5

menit, biarkan dingin beberapa saat dan bilas kondensor dengan sedikit aquades

- Lepaskan Erlenmeyer dari kondensor, tutup dan biarkan dingin

- Titrasi sampai terbentuk titik akhir indikator dengan larutan asam sulfat

- Jalankan blanko pada saat yang bersamaan, tetapi dengan menggunakan 140 ml

(42)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Tanggal Sampel W (gram)

Vs (ml) Vb (ml) N SE (ml)

01-03-13 4E8 100 18,798 19,128 0,2041 0,07 02-03-13 4E8 100 18,795 19,128 0,2041 0,07 03-03-13 4E8 100 18,742 19,128 0,2041 0,08 04-03-13 4E8 100 18,749 19,128 0,2041 0,08 05-03-13 4E8 100 18,698 19,128 0,2041 0,09 06-03-13 4E8 100 18,631 19,128 0,2041 0,10

100 18,735 19,128 0,2041 0,08

4.2. Perhitungan

Penentuan Bilangan Penyabunan

SV =(��−�� )��� 100

Dimana :

SV = Saponification Value

Vb = ml penitrasi yang terpakai pada blanko

(43)

N = Normalitas larutan H2SO4

W = gram sampel

∑ SV = (19,128−18,735)� 0,2041 � 100 100

= 0,393 � 0,2041 � 100

100

= 8,0211

100

= 0,08 ml

4.3 Pembahasan

Salah satu produk yang dihasilkan oleh PT. Ecogreen Oleochemicals

adalah gliserin air. Untuk mendapatkan produk akhir dari gliserin air dilakukan

proses pemucatan dan distilasi. Pada kolom distilasi digunakan untuk memurnikan

gliserin dari zat-zat pengotornya. Pemisahan pengotor dari gliserin air tersebut

terlebih dahulu dilakukan dengan penambahan soda kaustik (NaOH) ke dalam

larutan gliserin untuk mengubah senyawa-senyawa pengotor tersebut menjadi

garam natriumnya (sabun).

Bilangan penyabunan adalah banyaknya miligram KOH yang diperlukan

untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Bilangan penyabunan dapat

ditentukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan standart H2SO4 0,2 N

dan ditambahkan dengan NaOH 0,2 N dan direfluks selama 5 menit. Selanjutnya

ditambahkan indikator PP 1%. Titik akhir titrasi ditandai oleh perubahan larutan

menjadi bening (tidak berwarna). Jumlah bilangan penyabunan yang

(44)

Sehingga semakin banyak NaOH yang diberikan, maka bilangan penyabunan pun

semakin rendah.

Apabila jumlah bilangan penyabunan dari produk melebihi batas yang

diperbolehkan, maka produk tersebut tidak layak untuk dipasarkan karena tidak

sesuai dengan standart mutu yang telah ditetapkan oleh PT. Ecogreen

(45)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penentuan bilangan penyabunan dan

jumlah NaOH yang ditambahkan selama enam hari dari produk gliserin, adalah :

01 Maret 2013 = 0,07 ml ; dengan penambahan 250 kg NaOH

02 Maret 2013 = 0,07 ml ; dengan penambahan 250 kg NaOH

03 Maret 2013 = 0,08 ml ; dengan penambahan 265 kg NaOH

04 Maret 2013 = 0,08 ml ; dengan penambahan 265 kg NaOH

05 Maret 2013 = 0,09 ml ; dengan penambahan 275 kg NaOH

06 Maret 2013 = 0,10 ml ; dengan penambahan 285 kh NaOH

Sehingga, semakin banyak NaOH yang diberikan pada suatu gliserin, maka

(46)

5.2 Saran

Diharapkan kepada PT. Ecogreen Oleochemicals agar dapat memberikan jumlah

NaOH menurut standart mutu perusahaan agar bilangan penyabunannya tidak

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Djoehana, S. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Yogyakarta : Penerbit Kansius

Fauzi, Y. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha Pemasaran. Jakarta : Penebar Swadaya

Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga

Herlina, N dan Ginting, H.S. 2002. Lemak dan Minyak. Medan : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Edisi kesatu. Jakarta : UI Press

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penenbar Swadaya

Poedjiadi, A. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press

Seto, S. 2001. Pangan dan Gizi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB

Gambar

Gambar  3.1  Struktur Trigliserida
Tabel 3.1. Tiitik cair berbagai asam lemak pada minyak dan lemak
Gambar 3.1.2. Diagram blok proses distilasi asam lemak
Gambar 4.1.2. Reaksi Pembentukan Trigliserida
+2

Referensi

Dokumen terkait