• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE ORDERLY ADMINISTRATION OF STANDARDIZATION OF TOPOGRAPHICAL NAMES IN BANDAR LAMPUNG STUDIES IN BANDAR LAMPUNG GOVERNMENT OFFICE SUBSECTIONS OF THE VILLAGE GOVERNMENT TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG STUDI PADA KANTOR P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE ORDERLY ADMINISTRATION OF STANDARDIZATION OF TOPOGRAPHICAL NAMES IN BANDAR LAMPUNG STUDIES IN BANDAR LAMPUNG GOVERNMENT OFFICE SUBSECTIONS OF THE VILLAGE GOVERNMENT TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG STUDI PADA KANTOR P"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE ORDERLY ADMINISTRATION OF STANDARDIZATION OF TOPOGRAPHICAL NAMES IN BANDAR LAMPUNG STUDIES IN BANDAR LAMPUNG GOVERNMENT OFFICE SUBSECTIONS OF THE

VILLAGE GOVERNMENT

By

RURY PURNAMA SARI

Standardization of topographical names is the process determining the name of a part of the earth’s surface that can be recognized identity as natural elements by default are set by regulatory authorities both nasionally and internationally. The standardization in fact there are some areas that haven’t standardized resulting inequality in the administration.

The purpose of this study was to describe the orderly administration of standardization of topographical names in Bandar Lampung. The research method used is descriptive qualitative with taking informants consisting of the dictricts/villages part of government official subsection village government.

The result showed: That the activities aren’t carried out planning, Organizing in a complex division of labor, Mobilization or unbalanced motivation, Supervision isn’t always done in the activity, as well as the assessment of the work is rarely given.

(2)

ABSTRAK

TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG STUDI PADA KANTOR PEMERINTAH KOTA

BANDAR LAMPUNG BAGIAN PEMERINTAHAN SUBBAGIAN PEMERINTAHAN KELURAHAN

Oleh

RURY PURNAMA SARI

Pembakuan Nama Rupabumi adalah proses penetapan nama suatu bagian dari permukaan bumi yang dapat dikenal identitasnya sebagai unsur alam dan unsur buatan manusia secara baku ditetapkan oleh lembaga yang berwenang baik lingkup nasional maupun internasional. Pembakuan ini pada kenyataannya masih ada sebagian wilayah yang belum dibakukan maupun sudah dibakukan sehingga terjadi ketidakmerataan secara administrasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tertib administrasi Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan mengambil informan yang terdiri dari pihak kecamatan/kelurahan dan aparatur Bagian Pemerintahan subbagian Pemerintah Kelurahan.

Hasil penelitian menunjukkkan: Perencanaan kegiatan yang tidak dilakukan, Pengorganisasian dalam pembagian tugas yang rumit, Penggerakan atau motivasi yang tidak seimbang, Pengawasan yang tidak selalu dilakukan dalam kegiatan, serta Penilaian yang jarang diberikan terhadap hasil pekerjaaan.

(3)

TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi pada Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan)

Oleh :

RURY PURNAMA SARI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(4)

TERTIB ADMINISTRASI PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi pada Kantor Pemerintah Kota Bandar Lampung Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan)

(Tesis)

Oleh :

RURY PURNAMA SARI

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...17

C. Tujuan Penelitian ...17

D. Kegunaan Penelitian ...18

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang teori manajemen dalam konsep administrasi ...19

B. Tertib Administrasi ...21

C. Fungsi-fungsi Administrasi ...31

D. Pembakuan Nama Rupabumi ...40

E. Kerangka Pikir ...41

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...44

B. Fokus Penelitian ...45

C. Jadwal Penelitian ...46

D. Informan Penelitian ...46

E. Lokasi Penelitian ...46

F. Tehnik Pengumpulan Data ...47

G. Tehnik Pengolahan Data ...48

H. Tehnik Analisa Data ...50

I. Tehnik Keabsahan Data ...51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...54

A.1.Dasar Hukum Terbentuknya Pembakuan Nama Rupabumi Tingkat Kota Bandar Lampung ...54

(15)

B.1.Analisis Perencanaan Tertib Administrasi Pembakuan

Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...84 B.2.Analisis Pengorganisasian Tertib Administrasi Pembakuan

Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...99 B.3.Analisis PenggerakanTertib Administrasi Pembakuan

Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...109 B.4.Analisis PengawasanTertib Administrasi Pembakuan

Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...115 B.5.Analisis PenilaianTertib Administrasi Pembakuan

Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...120

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...126 B. Saran ...128

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Daftar Narasumber dan Tanggal Wawancara ...53 Tabel 2.Matrik Tertib Administrasi Pembakuan Nama

Rupabumi di Kota Bandar Lampung ...64 Tabel 3.Tertib Administrasi dalam Perencanaan kegiatan

Pembakuan Nama Rupabumi ...92 Tabel 4.Tertib Administrasi dalam Penggerakan kegiatan

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Surat Pra-riset

Lampiran 3. Surat Keterangan Riset

Lampiran 4. Surat Balasan Tempat Penelitian Lampiran 5. Peta Kota Bandar Lampung

Lampiran 6. SK Walikota Bandar Lampung Tahun 2012 Lampiran 7. Permendagri Nomor 39 Tahun 2008

Lampiran 8. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2006

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

NKRI adalah salah satu negara yang mempunyai banyak unsur geografis/rupabumi yang tersebar dari Sabang sampai Marauke, baik unsur alam maupun unsur buatan seperti: Pulau, Gunung, Pegunungan, Bukit, Danau, Sungai, Muara, Selat, Laut, Jalan, Desa, Kota, Fasilitas Umum, Fasilitas Sosial, dan lain-lainnya. Sebagian besar unsur geografis/ rupabumi tersebut masih banyak yang belum bernama dan yang sudah bernama sehingga, masih perlu dilakukan pembakuan untuk menjamin tertib administrasi wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu segera dilakukan Pembakuan Nama Rupabumi.

(20)

Berkaitan dengan pembakuan nama rupabumi, Resolusi konperensi PBB mengenai standarisasi nama-nama geografis, menghasilkan resolusi nomor I/4 merekomendasikan pembentukan suatu lembaga Nasional Names Authority (NNA) yang berwenang membakukan dan menentukan kebijakan mengenai nama geografis (rupabumi) di wilayahnya. Pemerintahan Indonesia melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tanggal 29 Desember 2006 telah membentuk Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri yang mempunyai wewenang penuh untuk mengatur tatacara pembakuan nama rupabumi dalam pelaksanaan tugasnya, Tim Nasional bekerjasama dengan Panitia Provinsi dan Panitia Kabupaten/Kota.

Sesuai dengan peraturan tersebut adapun tujuan dari pelaksanaan pembakuan nama rupabumi di Indonesia yaitu mewujudkan tertib administrasi di bidang pembakuan nama rupabumi di Indonesia, menjamin tertib administrasi wilayah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, mewujudkan adanya gasetir nasional sehingga, ada kesamaan pengertian mengenai nama rupabumi di Indonesia, serta mewujudkan data dan informasi akurat mengenai nama rupabumi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik untuk kepentingan pembangunan nasional maupun internasional.

(21)

Pemerintah daerah yaitu kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di Indonesia terhitung sejak awal 2009 sampai dengan 2017. Pemerintah pusat memerintahkan kepada seluruh Provinsi, Kabupaten/Kota untuk membentuk panitia pembakuan nama rupabumi di daerah dan mengalokasikan dana dalam APBD masing-masing guna mendukung pelaksanaan panitia pembakuan nama rupabumi di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membentuk panitia pembakuan nama rupabumi Kota Bandar Lampung, dan mengalokasikan dana dalam APBD untuk anggaran kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi sejak tahun 2009 sampai saat ini. Pemda Kota Bandar Lampung telah menyelesaikan inventarisasi pembakuan nama rupabumi untuk unsur alami dan unsur wilayah administrasi dan merencanakan pada tahun anggaran 2014 akan melaksanakan inventarisasi nama rupabumi untuk unsur buatan.

(22)

TNPNR Ketua: Mendagri

Anggota: Menteri Pertahanan Menteri Luar Negeri Menteri Kel & Per

Menteri Diknas Sekretaris I: Ka. Bakosurtanal

Sekretaris II: Dirjen PUM

KELOMPOK PAKAR Anggota:

Toponimi,Bahasa/Linguistik , Antropologi, Sejarah,

Geografi, Pemetaan, Geologi, Basis Data,

Kelautan

TIM PELAKSANA Ketua: Ka.Bako Wk.Ketua: Dirjen PUM

Anggota :

KP3K-KKP, BPS, Kemlu, Ditopad TNI AD, Dishidros TNI AL,

PDRTR-Bakosurtanal, BPN, Lapan, Kemkominfo, Perpus Nas RI, ANRI,

Kemhan, Kem. ESDM

SEKRETARIAT Anggota: Bakosurtanal, Kemdagri, Dishidros

TNI AL, KKP

PPNR Provinsi

PPNR Kabupaten/Kota

Kelompok Kerja ( POKJA)

Struktur Organisasi dan Operasional Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi

Berdasarkan Perpres No. 112/2006

Pasal 12 (1)

Pasal 11

Pasal 8 (3)

Pasal 6 (1) Pasal 6 (2)

(23)

Berdasarkan struktur organisasi pada halaman sebelumnya, terlihat jelas bahwa alur-alur yang harus dilalui baik koordinasi antara satu pihak dengan yang lain saling terkait untuk pelaksanaan kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi pada tingkat nasional. Untuk Pemda Kota Bandar Lampung struktur organisasi dan operasional Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi dibuat dengan acuan dari Pemerintah pusat sehingga, Pemda Kota Bandar Lampung dapat mencontoh seperti apa yang telah dibuat oleh Pemerintah pusat.

Penggalian sejarah budaya bangsa dapat dilakukan dengan pendekatan toponimi atau nama rupabumi. Sebagai contoh adanya penggunaan Wai di Sumatera, tetapi juga ditemukan di Maluku, di Papua dan di daerah Pasifik. Dari fenomena ini dapat ditelusur adanya kaitan etnik bangsa di wilayah Indonesia dengan di Pasifik, lebih jauh dapat ditelusur dengan penelitian yang detail akan dapat diketahui migrasi etnik bangsa tersebut pada masa lalu. Dengan pendekatan toponimi dapat digunakan untuk melestarikan budaya masa lalu nenek moyang kita.

(24)

peta dasar; peta turunan; peta foto; dan peta citra sedangkan, gasetir meliputi gasetir ringkas (concise gazetter) dan gasetir lengkap (complete gazetter).

Untuk peran toponimi yang kedua yaitu non kartografi, memiliki beberapa adanya kepentingan, diantaranya:

a. Adanya kepentingan sosial, yaitu peran toponimi disini untuk menunjukkan kejayaan atau kekuasaan masa lalu; sebagai identitas nasional; keberlangsungan sejarah dan peninggalan; dan untuk keperluan Pemerintahan yang baik.

b. Adanya kepentingan ekonomi, peran toponiminya yaitu pembakuan nama untuk jadi acuan dalam berbagai kegiatan pembangunan; manfaat dari basisdata toponimi artinya lengkap, akurat dan kesiapan; dasar pembuatan alamat untuk pos dan pengiriman; layanan darurat bantuan bencana; perencanaan trip dan promosi wisata; perencanaan infrastruktur/ prasarana jalan; analisa demografi; serta penarikan pajak.

c. Adanya kepentingan budaya, untuk dapat menunjukan budaya suatu bangsa; keberlangsungan sejarah dan peninggalan; melibatkan sejarah, liguistik, sosiologi dan etnografi; dapat menjawab pertanyaan historis; dan pengalaman kolonial.

(25)

Negara-negara anggota dan non-anggota. Indonesia merupakan salah satu anggota dari konperensi tersebut, yang masuk kedalam divisi Asia. Negara-negara yang tergabung menjadi anggota konperensi, diperlukan adanya kredensial dari Pemerintah masing-masing untuk delegasi hadir dalam konperensi. Dalam konperensi ini dipantau kegiatan-kegiatan Negara-negara anggota yang disajikan dalam Laporan Nasional masing-masing negara yang dipersiapkan oleh National Names Authority (NNA) dari negara masing-masing, termasuk kegiatan teknis seperti update penerbitan gasetir; nama-nama geografik baru atau perubahan/penghapusan nama-nama; pengembangan sistem informasi nama-nama geografik nasional; pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia serta semua kegiatan telah dilaksanakan dalam lima tahun setelah konperensi sebelumnya.

Topik-topik yang hangat dan kadang bersifat politis dan lintas negara juga dikemukakan dalam konperensi ini. Bukan tidak mungkin organisasi ini juga dipakai untuk berbagai tujuan politik, seperti protes Korea Selatan agar nama laut antara Semenanjung Korea dengan Jepang, yang kini bernama Japan Sea

(Laut Jepang) diganti dengan nama asli yang pernah disebut di abad ke 11 sebagai Laut Timur (East Sea). Sebuah info mengatakan bahwa Jepang mengganti nama East Sea menjadi Japan Sea ketika Jepang sebagai negara imperialis menjajah Korea sebelum Perang Dunia ke-2.

(26)

Kerajaan Ottoman. Begitu juga protes India ketika Tibet dimasukkan dalam peta Cina. Untuk wilayah Indonesia juga pernah diprotes oleh masyarakat dunia, ketika Indonesia mengganti nama Indian Ocean menjadi Indonesian Ocean (Samudera Indonesia) dan Mallaca Strait menjadi Sumatera Strait

(Selat Sumatera).

Nama baku secara internasional adalah Indian Ocean, yang harus kita terjemahkan dalam Bahasa Indonesia (exonim) adalah Samudera Hindia, dan bukan pula Samudera India, karena Indonesia dan India adalah dua negara dari sejumlah besar negara disekitar Samudera Hindia. Sebaliknya kita harus bangga bahwa nama laut Sulawesi diadopsi oleh semua negara yang mengitari laut tersebut yaitu Filipina dan Malaysia. Begitu juga laut arafura diadopsi namanya oleh Australia yang berbatasan dengan pantai Utara Australia.

(27)

Dengan kata lain, tidak semudah itu dapat mengganti nama-nama geografik yang sudah baku secara internasional. Inilah aturan main dalam penamaan geografik (rupabumi) yang dipantau dan menjadi bagian kegiatan PBB dibawah UN-ECOSOC. Dalam sebuah resolusi I/4 yang merekomendasikan agar tiap negara anggota PBB membentuk suatu National Names Authority (NNA) dengan nama dan bentuk apapun sesuai dengan struktur Pemerintahan tetapi, dengan tugas dan anggaran yang jelas untuk melaksanakan standarisasi nama-nama unsur rupabumi di negara masing-masing (wilayah kedaulatan masing-masing).

Resolusi itu juga memberi petunjuk tentang pelaksanaan di lapangan melalui

interview penduduk setempat, minimal dua orang yang tidak tergantung satu sama lain, kemudian dicatat ucapannya dengan tape dan lain sebagainya. Resolusi juga mengatur publikasi gasetir nama-nama geografik/rupabumi, sebagai daftar nama-nama yang telah baku dan disahkan oleh otoritas Nasional Nama Geografik yang dibentuk melalui proses yang cukup panjang. Sehingga, gasetir ini menjadi pegangan atau acuan bagi instansi Pemerintah sendiri untuk tertibnya administrasi Pemerintahan, bagi mass media untuk menulis dalam surat kabarnya nama baku, dengan ortografi yang benar serta posisinya yang tepat, juga bagi lembaga pemetaan, nama-nama baku ini dipakai agar peta tersebut menjadi peta nasional.

(28)

juga membawa nama tempat asalnya menjadi tempat nama desa baru dan menghilangkan nama desa setempat yang mempunyai arti budaya penting. Contohnya; di Lampung, pata transmigran menamakan sendiri pemukimannya dengan nama tempat asalnya sehingga, ada nama Surabaya I, Surabaya II, Wonosobo, dan sebagainya. Indonesia belum mempunyai produk hukum apapun mengenai kegiatan dan standarisasi nama-nama geografis, walaupun pernah diajukan ke Pemerintah sejak tahun 1975-an.

Yang pernah diterbitkan adalah keputusan Mendagri mengenai Panitia Pembakuan Nama Geografik (PPNG) pusat dan daerah di masa Menteri Dalam Negeri Rudini dan diteruskan oleh Menteri Yogi S. Memet. Cukup banyak pelatihan telah dilakukan tetapi, tidak adanya anggaran yang jelas, maka tidak ada satupun kegiatan yang dilaksanakan sehingga, tiap UNCSGN Indonesia hanya jadi pendengar saja. Panitia tersebut dibentuk setelah Indonesia gagal memperoleh pengakuan pada sidang konperensi PBB di Montereal tahun 1987 bahwa PBB meminta Indonesia untuk menyampaikan nama-nama geografis/rupabumi yang ada bukan berdasarkan jumlah geografisnya.

(29)

mengerti, mengapa urusan nama memerlukan produk hukum (Undang-undang/Peraturan Pemerintah/Keputusan Presiden), dan seolah-olah nama geografis adalah tugasnya orang-orang pemetaan saja secara otomatis.

Beberapa penjelasan mengenai tujuan pembakuan nama rupabumi yang dikaitan dengan unsur politis, budaya, ekonomi, maupun sosial. Indonesia melalui Mendagri yang pernah menerbitkan keputusan tentang Panitia Pembakuan Nama Geografik (PPNG) pusat dan daerah, setelah dibentuknya PPNG pusat dan daerah panitia ini tentunya harus mengetahui apa saja prosedur penamaan rupabumi. Untuk itu, pada bab ini penulis akan menjelaskan isi dari prosedur yang dimaksud yang termaktud dalam Permendagri No. 39/2008 pasal 15, yaitu:

(1). Camat atau sebutan lain melakukan inventarisasi nama-nama unsur rupabumi di wilayahnya;

(2). Inventarisasi nama-nama unsur rupabumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap unsur rupabumi yang belum bernama dan bernama;

(3). Dalam hal unsur rupabumi belum bernama dan bernama yang tidak sesuai dengan prinsip penamaan rupabumi, penamaannya diusulkan oleh Kepala Desa/Lurah atau sebutan lain kepada Camat atau sebutan lain setelah memperhatikan usulan nama dari masyarakat;

(30)

Permendagri Nomor 39 Tahun 2008 pasal 15 tentang Prosedur Pembakuan Nama Rupabumi yang dijelaskan pada dihalaman sebelumnya, maka Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dimiliki pada Subbagian Pemerintahan Kelurahan meliputi :

1. Menerima surat dari Gubernur Lampung dan memberikan arahan kepada Walikota untuk melaksanakan program/kegiatan pembakuan nama rupabumi;

2. Menerima dan menyampaikan kepada Sekretaris Daerah untuk menindaklanjuti arahan dari Walikota dan seterusnya surat tersebut diteruskan kepada Asisten Bidang Pemerintaha;.

3. Menerima, menelaah, dan memberikan arahan kepada Kepala Bagian Pemerintahan agar menindaklanjuti instruksi dari Asisten Bidang Pemerintahan;

4. Menerima, menelaah dan memberikan petunjuk kepada Kasubbag Pemkel agar dapat melaksanakan program/kegiatan pendataan pembakuan nama rupabumi;

5. Memberikan petunjuk kepada staf subbagian pemkel agar mengirimkan surat beserta blanko pengisian data nama rupabumi kepada Camat yang telah diparaf Kasubbag pemkel dan ditandatangani oleh Kabag Pemerintahan;

(31)

7. Merekapitulasi data-data nama rupabumi dari kecamatan oleh staf subbagian pemkel dan Kasubbag pemkel memaraf draf final data-data nama rupabumi;

8. Meneruskan draf final data nama rupabumi untuk diketahui oleh Kabag Pemerintahan dan Asisten Bidang Pemerintahan;

9. Menerima, menelaah draf final nama rupabumi untuk ditandatangani oleh Sekretaris Daerah;

10.Mengirimkan draf final nama rupabumi ke Biro Otda Provinsi Lampung untuk selanjutnya diteruskan ke BAKORSURTANAL pusat.

Beberapa kajian diatas tentunya muncul satu pertanyaan apakah dengan diberlakukannya prosedur-prosedur itu, adakah manfaat yang bisa diambil untuk kepentingan umum, Kepentingan umum disini berupa apa?. Tentu hal ini akan muncul kajian-kajian baru sehingga akan muncul juga perspektif bahwa dengan diberlakukannya Permendagri ini hanyalah diperuntukan bagi kepentingan pemerintah saja tetapi, kurang penting untuk umum. Untuk itu penulis akan menjelaskan bahwa sebenarnya pembakuan nama rupabumi ini penting untuk diketahui oleh masyarakat umum, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik.(http:www.share.pdfonline.com/naskah akademik ruu informasi geospasial.htm).

(32)

pengguna informasi publik“. Dengan diberlakukannya pasal ini maka, Pemerintah telah memberikan ruang kepada publik untuk dapat mengakses semua informasi yang telah disiarkan kecuali informasi yang bersifat rahasia. Informasi ini penting diketahui oleh publik karena dengan begitu publik akan mengetahui semua aktivitas yang dilakukan oleh Pemerintah secara nyata tanpa adanya manipulasi melalui media elektronik/massa. Dan tentunya manfaat yang didapatkan oleh publik lebih tambah wawasan dan berguna untuk kebutuhan mereka.

Hal-hal tersebut dalam pelaksanaannya tentunya tidak selalu berjalan mulus. karena untuk melaksanakan pengadministrasian atau penataan suatu nama rupabumi agar tertib tidaklah mudah. Masalah yang terjadi dalam pengadministrasian pembakuan nama rupabumi di tingkat aparatur Pemerintah diantaranya;

a. SDM/petugas pelaksana untuk dilapangan masih sangat minim, sehingga pekerjaan tidak efektif dijalankan dan juga tidak efisien waktu;

b. Minimnya anggaran untuk kegiatan pembakuan nama rupabumi sehingga, yang harusnya aparat Pemerintah melaksanakan sosialisasi ke masyarakat umum tentang pentingnya membakukan nama pada suatu wilayah belum dapat dilaksanakan;

(33)

Pengadministrasian rupabumi juga mengalami kendala lain, yaitu kurangnya ketertarikan masyarakat atas pembakuan nama rupabumi karena tidak berdampak langsung dan tidak memberikan keuntungan finansial bagi mereka. Dalam kehidupan modern saat ini nama rupabumi dibakukan sebagai bagian dari tata administrasi pemerintahan yang baik (good governance), artinya pemerintah disini memberikan bentuk pelayanan publik kepada masyarakat apabila ada masyarakat yang ingin mengajukan usul terhadap tempat tinggalnya untuk dibakukan oleh pemerintah, maka pemerintah siap membantu melalui perwakilan dari aparat pemerintah yaitu camat/lurah.

(34)

Pembakuan nama rupabumi terkait erat dengan hubungan koordinasi dan kerjasama secara internal antara subbagian pemerintahan kelurahan Pemda Kota Bandar Lampung dan Biro Tata Pemerintahan subbagian pertanahan Pemda Provinsi serta kecamatan. Menarik untuk dibahas apabila hal ini secara terus-menerus diterapkan dan dilaksanakan lebih maksimal dalam organisasi atau instansi Pemerintah, sehingga akan terbentuk hubungan simbiosis mutualisme yang integral. Pada penelitian penulis lakukan saat ini bahwa dalam program/kegiatan Tertib Administrasi Pembakuan Nama Rupabumi memiliki hubungan kerjasama yang terjalin secara internal, yaitu antara Pemerintahan Kota dalam hal ini Subbagian Pemerintahan Kelurahan dan Kecamatan-kecamatan se-Kotamadya Bandar Lampung.

(35)

dengan Pedoman Pembakuan Nama Rupabumi (Permendagri No.39/2008) ataukah sebaliknya.

Berdasarkan pemaparan diatas maka, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Tertib Administrasi Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung”. Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Pemda Kota

Bandar Lampung Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan masukan agar Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan dapat menjalankan tugas-tugas dalam menertibkan secara administratif pembakuan nama rupabumi yang ada di Kota Bandar Lampung, sehingga kelak masyarakat Kota Bandar Lampung mengetahui nama-nama rupabumi secara jelas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Tertib Administrasi Pembakuan Nama Rupabumi di Kota

Bandar Lampung studi pada Kantor Pemda Kota Bandar Lampung Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan?“.

C. Tujuan Penelitian

(36)

D. Kegunaan Penelitian

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Pemerintahan khususnya mengenai Administrasi di bidang pembakuan nama rupabumi pada wilayah Pemerintahan Kota/Kecamatan/Kelurahan. b. Secara Praktis

(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan tentang teori manajemen dalam konsep administrasi

Secara teoritis istilah administrasi dan manajemen mempunyai konsep definitif yang berbeda. Kedua istilah tersebut, dapat disajikan dengan pengertian yang berbeda pula. Administrasi pada pokoknya dapat digarisbawahi sebagai kegiatan kerjasama antara dua orang manusia atau lebih, lembaga dan manusia atau bahkan antara lembaga dengan memanfaatkan segenap fasilitas yang ada, baik material, personal dan finansial untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Dari batasan yang sederhana ini dapat ditarik suatu konsep, bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan yang diinginkan itu dilakukan kegiatan-kegiatan subtansial sesuai dengan sifat tujuan itu sendiri. Kegiatan-kegiatan-kegiatan itu dijalankan atas dukungan segenap sumber yang tersedia, agar benar-benar memperoleh tingkat efisiensi dan efektifitas tertentu. Istilah lain yang dipakai untuk penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut adalah penataan.

(38)

tujuan yang dicita-citakan, maka perlu adanya kegiatan lain yang dapat mengarahkan, mengatur, menggerakkan dan mengendalikan setiap tindakan penataan kearah yang diinginkan.

Menurut Hasibuan (1986:2), manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur akan timbul masalah, proses dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan pengaturan tersebut.

Dalam bukunya “Principles of management an analysis of managerial

functions” Harold Koontz dan C.O Donnel mendefinisikan manajemen sebagai usaha pencapaian tujuan yang diinginkan dengan membangun suatu lingkungan (suasana) yang menyenangkan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok terorganisir.

Menurut Manullang (1994:8), manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan daripada human and natural resources (terutama human resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

(39)

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. (Winardi,1979:4).

Pada hakikatnya manajemen bertujuan untuk melaksanakan gugusan kegiatan administrasi, agar berjalan sesuai dengan pola dan rencana yang dibuat bersama. Tanpa manajemen yang baik, akan sulit diperoleh suatu koordinasi usaha dan kerjasama individu, lebih-lebih apabila kegiatan administrasi itu berlangsung dalam organisasi yang lebih kompleks atau besar. Manajemen sangat dibutuhkan oleh setiap usaha yang membutuhkan kerjasama antara individu, kelompok maupun antar organisasi.

Dari beberapa tinjauan manajemen dalam konsep administrasi diatas, dalam penelitian ini penulis menggunakan tinjauan manajemen menurut George R. Terry karena disesuaikan dengan tempat penelitian penulis bekerja saat ini. Selain itu, diharapkan dengan menerapkan teori ini penelitian yang akan penulis teliti secara unsur pelaksanaan proses administrasi menjadi lebih tertib dan terarah.

2. Tertib Administrasi

(40)

termasuk aparatnya dengan baik pula maka, semua pekerjaan yang dijalankan akan berjalan lancar.

Dan apabila tertib atau aturan tidak ditaati (dilanggar) maka, konsekuensinya adalah buruknya administrasi, cara yang bisa ditempuh dengan menetapkan sangsi yang berat bagi yang melanggar. Tertib administrasi yang ingin penulis tuangkan dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah proses secara administrasi kegiatan pembakuan nama rupabumi telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan ataukah sebaliknya.

Definisi administrasi menurut Siagian (2001) adalah keseluruhan proses kerjasama antara dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil guna. Peranan dalam administrasi sangatlah penting, karena administrasi bukan hanya merupakan suatu seni sekaligus proses. Sebagai seni, penerapan administrasi memerlukan kiat tertentu yang sifatnya sangat situasional dan kondisional. Administrasi selalu terikat pada kondisi situasi, waktu dan tempat. Sebagai proses, dalam penyelenggaraan administrasi terkandung pemikiran yang sangat mendasar yaitu bahwa semakin lama proses administrasi itu berlangsung, harus diupayakan tercapainya tingkat dan mutu pekerjaan yang semakin meningkat.

(41)

Sedangkan, menurut White (1955:1), Administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, baik pemerintahan maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.

Menurut Atmosudirjo (1982: 30-40), Administrasi merupakan suatu fenomena sosial, yaitu perwujudan tertentu di dalam masyarakat modern. Eksistensi administrasi ini berkaitan dengan organisasi. Jadi, barang siapa hendak mengetahui adanya administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih dahulu suatu organisasi yang masih hidup, disitu terdapat administrasi.

Menurut Gie (1981:9), Administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Menurut Hadari Nawawi, Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

(42)

administrasi harus benar-benar dikuasai dan dipahami oleh aparatur di tingkat kota maupun propinsi. Mengingat dengan tercapainya tertib administrasi, maka pemerintahan kota mampu memberikan pertanggungjawaban atas semua kegiatan-kegiatan yang dikelola.

Ukuran atau indikator tertib administrasi meliputi : 1. Penyeleksian data atau pemberkasan

Menurut Andrew E. Sikula dalam Anwar Prabumangkunegara (2002:35) penyeleksian adalah pemilihan. Menyelidiki merupakan suatu pengumpulan dari suatu pilihan. Proses seleksi melibatkan pilihan dari berbagai objek dengan mengutamakan beberapa objek saja yang dipilih.

Strategi Campbell, Dunnette, Lawler, Weick (1970) didasarkan pada penggunaan dari metode mekanikal/klinikal dalam mengumpulkan dan mengolah data. Pengumpulan data secara mekanikal ialah jika data dikumpulkan berdasarkan pedoman-pedoman, peraturan-peraturan, dan prosedur yang telah ditetapkan semula. Pengumpulan data secara klinikal adalah jika ada data dikumpulkan dengan cara lentur atau fleksibel dalam arti kata bahwa macam data yang dikumpulkan dari seseorang, berbeda dengan data yang dikumpulkan dari orang lain, tergantung pada orang yang mengumpulkan data tersebut.

Strategi seleksi oleh para ahli diatas, membaginya menjadi 6 (enam) strategi, yaitu:

(43)

Data dikumpulkan mekanikal dan diolah secara klinikal. Disini seorang ahli tanpa mengadakan wawancara dan mengamati, mengobservasi calon, menafsirkan pola/profil dari nilai-nilai yang diperoleh dari berbagai tes.

2. Statistical murni

Dalam strategi ini menggunakan informasi biografikal dan nilai-nilai tes dalam suatu persamaan regresi ganda untuk meramalkan prestasi kerja manajerial.

3. Klinikal murni

Strategi ini berdasarkan pada peramalannya pada wawancara atau observasi perilaku tanpa menggunakan informasi objektif/

4. Pengharkatan perilaku

Pengumpulan data dilakukan secara klinikal sedangkan, pengolahannya dilakukan secara mekanikal. Para ahli setelah mengobservasi perilaku calon/ setelah mewawancarainya meringkas kesan-kesan dalam bentuk pengharkatan pada satu/lebih skala yang telah disediakan.

5. Gabungan klinikal

Hal ini merupakan situasi klinikal yang palingsering dijumpai dimana informasi yang didapat digabungkan dan dikembangkan sebagai satu gagasan.

6. Gabungan mekanikal

(44)

ganda untuk mendapatkan peramalan-peramalan perilaku akhir dari semua data yang tersedia

Nilai dari keenam strategi diteliti oleh Sawyer dan hasilnya dibahas secara ringkas oleh Campbell, dkk. Dari hasil penelitian Sawyer disimpulkan bahwa cara pengolahan data secara mekanikal lebih baik dari cara pengolahan yang klinikal.

7. Pengelompokkan data

Sebuah artikel yang dibuat oleh I Made Anom Ariawan, dkk menjelaskan bahwa pengelompokkan data adalah sekumpulan data yang besar dengan cara membagi data tersebut kedalam beberapa gerombolan /kelompok. (http://ejournal/matemetika/vol2/No4/nop2013/17.22)

Tujuan pengelompokan data adalah untuk mempermudah proses analisis dan interpretasi dari data besar dengan membagi data tersebut menjadi beberapa kelompok. Terdapat beberapa teknik dalam pengelompokkan suatu data, pengelompokkan data yang dimaksudkan adalah pengelompokkan data yang didasarkan pada objek dari data tersebut. Salah satu analisis yang sering digunakan untuk pengelompokkan ini adalah analisis gerombol (cluster). Analisis gerombol merupakan analisis multi varian yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek dari data yang diteliti berdasarkan kesamaan karakteristik yang dimilikinya.

(45)

berdasarkan objek, analisis multivarian lain yang juga sering digunakan adalah untuk menggambarkan baris (objek) dan kolom (peubah) yang ada pada matriks data secara bersama-sama dalam sebuah grafik berdimensi rendah. Penggambaran ini meliputi keragaman dan korelasi antar peubah, serta kedekatan antar objek yang nantinya akan mampu mengidentifikasikan pengelompokan objek.

8. Pengelolaan data

Menurut Hamiseno (1978:1), pengelolaan adalah subtantif dari mengelola. Mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan, sampai pengawasan dan penilaian. Pengelolaan juga menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat menjadi sumber penyempurnaan dan peningkatan pengeloaan selanjutnya.

Di dalam buku yang berjudul Metodelogi Penelitian Pendidikan karangan Margono (2007:190) menyebutkan bahwa pengolahan /pengelolaan data pada prinsipnya ada dua cara, hal itu tergantung dari datanya yaitu:

1. Analisis non statistik 2. Analisis statistik

(46)

oleh pengembangan hipotesis. Apa yang ditemukan pada suatu saat adalah satu pedoman yang langsung terdapat apa yang akan dikumpulkan berikutnya dan dimana akan dicari.

3. Pendistribusian

Menurut Sutanta (2003:24) dalam buku karangannya yang berjudul

Sistem Informasi Manajemen menjelaskan bahwa dalam sistem distrubusi pengolah data disebarkan ke bagian-bagian, kemudian dikumpulkan dalam satu perkumpulan secara logiks dan diawasi oleh bagian yang mempunyai peringkat lebih tinggi sehingga membentuk satu-kesatuan..

Keuntungan bentuk distribusi pengolahan data seperti yang ada didalam buku Sistem Informasi Manajemen karangan Sutanta, adalah sebagai berikut:

1. Dapat menimbulkan biaya-biaya, sistem ini akan mampu memberikan penghematan daya-daya baik dalam bidang personil.

2. Mempersingkat waktu respon untuk memperoleh data. Data yang diolah dalam sistem distribusi adalah data yang diterima dari masing-masing unit. Ini berarti memperoleh data-data lebih cepat.

(47)

4. Kemampuan backup data yang lebih efektif, karena masing-masing unit akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan kepentingan unit itu sendiri.

Kelemahan bentuk distribusi pengolahan data, yaitu:

1. Pemanfaatan orang lebih banyak dan ada keterpaksaan dan memfokuskan tenaganya menyelesaikan pekerjaan dengan cepat.

2. Jika terjadi keterlambatan dalam menyiapkan data oleh satu unit saja, maka informasi data bisa dikatakan gagal dalam kecepatannya.

3. Jika dalam pengawasan antara pimpinan dengan pegawai tidak sepaham, makaakan muncul kemungkinan konflik dalam perkumpulan yang menyatu tadi.

4. Sumberdaya manusia

Menurut Faustino Cardoso Gomes (2003:1), sumberdaya manusia merupakan satu sumberdaya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang melakukan aktivitas. Secara umum sumberdaya yang terdapat dalam suatu organisasi bisa dikelompokkan atas dua macam, yaitu (1) sumberdaya manusia, (2) sumberdaya non manusia.

(48)

1. Kemampuan (Capabilities) 2. Sikap (Attitudes)

3. Nilai-nilai (Values)

4. Kebutuhan (Needs)

5. Karakteristik demografinya (Penduduk) (Gomes, 2003:26)

6. Sarana dan Prasarana

Menurut Moenir (1992:119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja.

Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan, berbagai tindakan hukum dengan menggunakan sarana/instrument pemerintahan, antara lain:

1. Sarana yang terhimpun dalam public domain/ kepunyaan publik misalnya, alat tulis menulis, sarana transportasi dan komunikasi, gedung-gedung perkantoran, dll.

2. Sarana/ instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan unsur Pemerintah dan kemasyarakatan. Sarana yuridis meliputi, peraturan perundang-undangan, peraturan kebijaksanaan, rencana-rencana, perizinan, penggunaan instrumen hukum keperdataan.

(49)

Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi yang tinggi, segala kegiatan dan tindakan harus dilaksanakan dengan pertimbangan dan perhitungan yang rasional. Guna menjamin dan menciptakan rasionalitas yang tinggi, perlu langkah-langkah kegiatan. Dan langkah kegiatan itu disebut dengan fungsi pokok. Adapun fungsi-fungsi pokok administrasi menurut Siagian dalam bukunya Fungsi-fungsi manajerial dan Filsafat Administrasi, meliputi :

1. Perencanaan (Planning)

Menurut Siagian (2003:88) dalam bukunya yang berjudul Filsafat Administrasi, Planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Planning atau perencanaan juga merupakan klasifikasi pokok fungsi organik. Fungsi organik yang dimaksud disini adalah semua organik yang mutlak harus dijalankan oleh administrasi maupun manajemen. Ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi-fungsi itu akan mengakibatkan lambat atau cepat matinya organisasi.

Ideal atau baiknya yang harus ada dalam perencanaan antara lain:

1. Titik tolak merupakan kondisi awal darimana kita berpijak didalam menyusun rencana dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal untuk melaksanakan rencana tersebut.

(50)

3. Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka, pencapaian tujuan tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumberdaya dan waktu. 4. Keinginan, cita-cita; perencana memilih keinginan hasil yang akan

dicapai dan memiliki perencanaan yang sesuai keinginan tersebut. 5. Sumberdaya alam, manusia,modal dan informasi; sumberdaya alam

harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung suatu perencanaan. Perencana harus mampu mendayagunakan sumberdaya alam dengan kemampuan sumberdaya alam yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan, sebab informasi yang valid dapat memberikan masukan dalam pengambilan keputusan.

6. Hasil guna dan daya guna (effective and efficient) perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan tujuan.

7. Ruang, lokasi; lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran suatu perencanaan, sebab dalam merencanakan suatu wilayah harus mengetahui kondisi lokasi tersebut dan mengadaptasinya.

8. Waktu, future oriented (berorintasi masa depan); hasil perencanaan tidak hanya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi juga, berorientasi untuk masa datang.

(51)

wajib dilaksanakan pada setiap perencanaan kegiatan apapun, karena apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka, rencana menjadi tidak bermanfaat/ sulit dilaksanakan. Selain itu, beberapa hal yang wajib ada dalam perencanaan merupakan turunan dari definisi perencanaan menurut Conyern Diana (1984). Ahli tersebut, menjelaskan bahwa proses yang berjalan terus menerus melibatkan berbagai tahapan yang skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik/ dengan kata lain keputusan yang rasional.

Adapun keputusan rasional yang dimaksud adalah menuju suatu kondisi yang akan datang lebih baik sebagaimana hal tersebut dapat dicapai dengan perencanaan yang disusun berdasarkan data yang cukup dan analisis yang tepat akan memberikan keputusan dan hasil yang baik pula. 2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

(52)

Ideal atau baiknya yang membuat suatu organisasi berhasil, diantaranya sebagai berikut:

1. Nilai dan visi adalah suatu tujuan yang digunakan sebagai target yang harus dicapai oleh suatu organisasi, jika nilai organisasi tidak ada maka, organisasi itu akan rusak karena tidak memiliki tujuan yang jelas.

2. Misi adalah hal-hal yang untuk mencapai visi (tujuan), tanpa adanya misi yang jelas maka, visi tidak akan pernah tercapai. Visi dan misi sangat berkaitan satu sama lain. Jika tidak memiliki misi maka, organisasi tidak akan pernah mencapai visi yang diinginkan.

3. Aturan adalah batasan-batasan yang harus dimiliki organisasi. Jika suatu organisasi memiliki aturan yang tidak jelas maka, akan terjadi penyimpangan yang dapat merugikan.

4. Profesionalisme adalah bagaimana cara organisasi itu bertindak. 5. Insentif adalah bonus atau hadiah.

6. Sumberdaya; jika organisasi kehilangan sumberdaya maka, organisasi tidak akan bisa bergerak dengan baik.

7. Rencana kerja merupakan susunan kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi.

8. Penggerakkan (Motivating)

(53)

dapat memberikan bimbingan instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan.

Tujuan pemberian penggerakan (motivating), sebagai berikut: 1. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai.

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai. 3. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai.

5. Meningkatkan kedisplinan dan menentukan tingkatan absensi pegawai. 6. Mengefektifkan pengadaan pegawai.

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai. 9. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.

10. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas-tugasnya. 11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat , bahan baku dan lain-lain.

Ideal atau baiknya yang harus ada dalam penggerakan (motivating) menurut Siagian, yaitu:

1. Tujuan organisasi yang jelas kepada setiap anggota organisasi.

2. Adanya pemahaman terhadap tujuan organisasi agar dapat diterima oleh anggota organisasi.

3. Kejelasan dari kebijakan yang ditempuh oleh pimpinan untuk pencapaian tujuan organisasi.

(54)

5. Adanya kejelasan filsafat yang dianut pimpinan organisasi dalam menjalankan kegiatan organisasi.

6. Adanya kejelasan mengenai peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi yang dijalankan pegawainya.

7. Perlakukan pegawai sebagai manusia dengan penuh pengertian.

8. Berikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mampu bekerja.

9. Terapkan keyakinan pada diri pegawainya apabila bekerja dengan baik dalam organisasi tujuan pribadi pegawainya akan tercapai semaksimal mungkin.

10. Tekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan.

11. Pengawasan (Controling)

Ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

(55)

Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan itu adalah untuk mempermudah mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah ditentukan sebelumnya dan sekaligus dapat melakukan tindakan perbaikan apabila kelak terjadi penyimpangan dari rencana/program yang telah digariskan.

Pandangan Winardi (2000:172) mengenai pentingnya pengawasan adalah seperti tertuang dibawah ini:

1. Perubahan dalam lingkungan organisasi

Berbagai perubahan dalam lingkungan organisasi terjadi secara terus menerus dan tidak dapat dihindari seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku dan sebagainya.

2. Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya akan memerlukan pelaksanaan dari fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.

3. Meminimalisasi tingginya kesalahan-kesalahan

(56)

4. Kebutuhan pimpinan mendelegasikan wewenang

Bila pimpinan memdelegasikan wewenang kepada pegawainya, tanggung jawab pimpinan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara pimpinan dapat menentukan apakah pegawai telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.

Melalui pemahaman tersebut sistem pengawasan terhadap program dan kegiatan Pemerintah, kita mengenal sistem pengawasan dan pemeriksaan baik internal maupun eksternal. Secara ekternal terhadap BPK yang merupakan lembaga negara yang kedudukannya diatur oleh konstitusi. Secara internal terdapat BPKP, Inspektorat Jenderal/ Inspektorat Utama dan Bawasda Provinsi, Kabupaten/Kota yang kedudukannya berada didalam Pemerintahan. Di lingkungan Sekretariat Negara, kini telah dibentuk Deputi Pengawasan yang fungsinya hampir sama dengan Inspektorat Jenderal di Departemen.

5. Penilaian (Evaluating)

Menurut Arikunto, penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

Evaluasi yang baik menurut Sanjaya (2008:352-354), harusnya yaitu: 1. Memberikan motivasi yang diarahkan untuk meningkatkan motivasi

(57)

2. Validitas, penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administrasi saja, tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi.

3. Adil, setiap pegawai mendapatkan perlakuan yang sama dengan pegawai lain tanpa memandang perbedaan sosial-ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan.

4. Terbuka, alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun yang dinilai. Keterbukaan penilaian suatu pekerjaan bukan hanya akan mendorong pegawai untuk memperoleh hasil yang baik, sehingga motivasi bekerja mereka akan bertambah juga.

5. Berkesinambungan, penilaian tidak mengenal waktu kapan penilaian seharusnya dilakukan. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

6. Bermakna, penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya pegawai. Untuk mengetahui dalam memperoleh hasil dari tujuan pekerjaan dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai tujuan dari hasil pekerjaan.

7. Pembakuan Nama Rupabumi

(58)

di masyarakat. Kegiatan pembakuan nama rupabumi dimaksudkan untuk menciptakan sinergitas, kesinambungan dan koordinasi yang berkelanjutan antara pemerintah propinsi dan kabupaten/kota guna memantapkan data dan informasi yang akurat mengenai nama rupabumi baik untuk kepentingan daerah,provinsi dan pembangunan nasional.

Rupabumi adalah bagian dari permukaan bumi yang dapat dikenal identitasnya sebagai unsur alam dan unsur buatan manusia, misalnya sungai, danau, gunung, tanjung, desa dan bendungan. Nama rupabumi adalah nama yang diberikan pada unsur rupabumi. Penamaan rupabumi suatu daerah kabupaten/kota harus memiliki keunikan yang menunjukkan identitas daerah. Letak geografis yang pasti memiliki batas wilayah yang jelas1.

8. Kerangka pikir

Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pembakuan Nama Rupabumi bahwa Pembakuan nama rupabumi merupakan sebuah agenda kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintahan di daerah baik secara nasional ataupun internasional. Tujuannya agar suatu wilayah baik di kabupaten/kota/provinsi dapat diketahui lokasi-lokasi yang mempunyai potensi berupa unsur alam baik yang muncul secara alami maupun buatan manusia. Hal ini, tentunya akan memberikan keuntungan dari suatu daerah karena wilayah-wilayah yang akan dibakukan nama rupabuminya muncul pada peta.

(59)

Munculnya wilayah tersebut pada peta maka, akan dikenal oleh semua orang banyak bahwa wilayah itu ada dan kita dapat melestarikannya sebagai aset daerah. Kota Bandar Lampung sebagai pengelola kegiatan pembakuan nama rupabumi yaitu Bagian Pemerintahan Subbagian Pemerintahan Kelurahan berperan sebagai perwakilan dari pemerintahan kota, untuk membakukan nama rupabumi yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung.

(60)
[image:60.842.185.708.95.259.2]

Gambar. 2 Kerangka Pikir

Tertib administrasi dalam konsep manajemen George R. Terry dan fungsi

administrasi :

1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Penggerakan 4. Pengawasan

5. Penilaian

Tertib Administrasi

Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung Bagian Pemerintahan subbagian Pemerintahan Permendagri no. 39

(61)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif dengan metodelogi penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan adalah untuk mencari temuan-temuan fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. Mengenai hal ini, Hadari Nawawi berpendapat bahwa :

Pengertian penelitian deskriptif adalah pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak (fact finding) atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan-penemuan fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. (H. Hadari Nawawi 1996:73)

Menurut Hadari Nawawi, tipe penelitian deskriptif memiliki ciri- ciri:

1. Memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian yang dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat faktual. 2. Menerangkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana

adanya, diiringi dengan interpretasi yang rasional (Hadari Nawawi, 2001:63).

(62)

Adapun alasan penulis menggunakan model pendekatan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan pembakuan nama rupabumi secara tertib administrasi di Kota Bandar Lampung.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi penelitian kualitatif, sekaligus untuk membatasi penelitian guna memilih data yang relevan dan data yang tidak relevan, sehingga tidak perlu dimasukkan dalam penelitian. Adapun batasan-batasan yang penulis fokuskan di penelitian ini adalah aspek dalam tertib administrasi nama rupabumi di Kota Bandar Lampung, dengan indikator :

1. Perencanaan tertib administrasi pembakuan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung.

2. Pengorganisasian tertib administrasi pembakuan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung.

3. Penggerakkan tertib administrasi pembakuan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung.

4. Pengawasan tertib administrasi pembakuan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung;

5. Penilaian tertib administrasi pembakuan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung.

(63)

C. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Pemerintahan subbagian Pemerintahan Kelurahan Kota Bandar Lampung, sedangkan penelitian dilakukan November 2013 sampai dengan Januari 2014.

D. Informan Penelitian

Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah antara lain: a. Kabag Pemerintahan Pemkot Bandar Lampung

b. Kasubbag Pemerintahan Kelurahan Pemkot Bandar Lampung

c. 1 orang petugas lapangan subbagian pemerintahan kelurahan Pemkot Bandar Lampung

d. Lurah Pasir Gintung Kecamatan Tanjungkarang Pusat e. Lurah Waykadis Kecamatan Tanjung Senang

f. Lurah Kupang Teba Kecamatan Telukbetung Utara g. Lurah Kedamaian Kecamatan Tanjungkarang Timur h. Lurah Surabaya Kecamatan Kedaton

E. Lokasi Penelitian

(64)

karena penelitian ini pihak-pihak seperti di Kantor Kecamatan yang memiliki wewenang dan lebih memahami kondisi geografis di tiap-tiap kecamatan.

F. Tehnik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dengan cara : 1. Wawancara

Dengan melihat kondisi objek yang diteliti maka, wawancara mendalam dilakukan kepada Kasubbag Pemerintahan Kelurahan, Camat, Pegawai kecamatan, Pegawai Pemkel, beberapa tokoh adat dan masyarakat di 5 kecamatan/kelurahan se-Kota Bandar Lampung.

2. Observasi

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka peneliti mencoba untuk turun lapangan mengidentifikasi situasi dan kondisi objek penelitian khususnya mengenai proses penertiban secara administrasi dalam membakukan nama rupabumi di Kota Bandar Lampung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa-peristiwa itu dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau menemukan keterangan mengenai peristiwa tersebut.

(65)

dokumen-dokumen yang berupa laporan-laporan, Peraturan daerah, Peraturan Walikota dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini. Adapun dokumen yang bisa membantu dalam menjelaskan penelitian ini antara lain Peraturan Walikota Bandar Lampung, laporan hasil survei nama rupabumi yang telah diinput tahun 2009-2012 yang disetujui oleh pembubuhan tandatangan Sekretaris Daerah Kota Bandar Lampung.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan sebagai berikut : 1. Tahap pertama

Tahap ini diawali dengan melakukan obeservasi terhadap pola interaksi yang terjadi dengan birokrasi dengan pihak kecamatan, tokoh adat, maupun tokoh masyarakatnya. Dari gejala-gejala yang ditemukan pada saat observasi ini menjadi dasar untuk pengembangan terhadap kesimpulan terhadap objek yang penulis teliti.

(66)

Melakukan pengamatan partisipatif, penulis juga secara otomatis menerapkan teknik studi kasus yang berarti mencermati suatu gejala secara mendalam dan mempertahankan keutuhan objek yang diteliti sebagai satu kesatuan. Pengkategorian data yang diperoleh sudah mulai dilakukan pada tahap ini dengan berdasar pada konsep yang terkait dengan penelitian seperti tugas dan wewenang birokrasi, proses pendelegasian kegiatan, hubungan kerjasama yang terjalin, dan sebagainya yang dimungkinkan untuk terus berkembang seiring dengan analisis di lapangan. Untuk menunjang validitas dan reliabilitas data yang dikumpulkan dan analisisnya maka, penulis disaat bersamaan juga melakukan wawancara mendalam dengan responden. Hasil pengumpulan dan analisis data kemudian disusun sebagai draf penelitian awal ( kasar) untuk kemudian disempurnakan pada tahap selanjutnya. Penggabungan teknik pengamatan partisipatif dan wawancara mendalam dimungkinkan karena dalam pengumpulan informasi kualitatif diakui bahwa tidak ada satupun yang secara tunggal dapat menghasilkan hasil-hasil yang konklusif (yield conclusive result, Danim, 2000:86)

2. Tahap kedua

(67)

wilayah kecamatan atau kelurahan sudah mulai disusun dan termasuk mengidentifikasi segala kendala dan peluang bagi birokrat terhadap pelaksanaan kegiatan.

H. Tehnik Analisis Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil wawancara dari informan. Dalam melakukan analisis data peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman yang terdiri dari beberapa tahapan antara lain :

1. Pengumpulan informasi dan data-data melalui wawancara terhadap informan/responden yang berkaitan dengan masalah rupabumi

2. Mengelompokkan masing-masing data dan informasi yang diperoleh di lapangan sebagai gambaran terhadap operasionalisasi yang teridentifikasi dalam penelitian ini

3. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif, grafik jaringan, table dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam table ataupun uraian penjelasan.

(68)

I. Tehnik Keabsahan Data

Tehnik keabsahan data yang penulis gunakan dalam metode penelitian kualitatif ini adalah trianggulasi. Menurut Herdiansyah (2010:210) secara definisi, trianggulasi adalah penggunaan dua atau lebih sumber untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu fenomena yang akan diteliti. Sumber tersebut dijabarkan lebih dalam yang berarti banyak hal, seperti perspektif, metodelogi, tehnik pengumpul data, dan lain sebagainya.

Denzin (1976) mengemukakan ada 4 (empat) tipe trianggulasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, antara lain :

1. Trianggulasi dalam hal teori, adalah penggunaan multiple teori,yaitu lebih dari satu teori utama atau beberapa perspektif untuk menginterpretasi sejumlah data.

2. Trianggulasi dalam hal metodelogi, adalah penggunaan multimetode untuk mempelajari topik tunggal/kasus tunggal. Multi metode yang dimaksudkan yaitu menggabungkan antara metode kualitatif dengan metode kuantitatif yang sering disebut dengan metode gabungan.

3. Trianggulasi dalam hal metode pengumpulan data, adalah penggunaan lebih dari satu metode pengumpulan data dalam kasus tunggal. Metode pengumpulan data pada umumnya dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu wawancara, observasi, FGD, dokumentasi dan sebagainya.

(69)

trianggulasi observer juga untuk mengurangi bias observer yang biasanya terjadi ketika peneliti melakukan obeservasi, dan biasanya bias observer ini terjalin hubungan emosional antara peneliti dan subjek yang akan diteliti.

(70)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Melalui analisis pada Bab hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan, bahwa Tertib Administrasi Pembakuan Nama Rupabumi oleh aparatur subbagian Pemerintah Kelurahan menunjukkan cukup tertib secara administrasi. Hal ini penulis lihat dari beberapa indikator dibawah ini:

1. Perencanaan pada kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung tidak menerapkan proses adanya perencanaan kegiatan baik untuk Pemda Kota maupun kecamatan/kelurahan, sedangkan untuk proses hasil pelaporan dan waktu penetapan pelaksanaan kegiatan cukup baik karena langsung menindaklanjuti instruksi yang diberikan dan cukup tepat waktu.

(71)

sebagaimana sama-sama menjalin koordinasi yang baik dan data yang didapat cukup akurat pada faktor pendukungnya, sedangkan faktor penghambatnya untuk Pemda Kota anggaran untuk pelaksanaan, monitoring maupun memverifikasi Kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di tingkat Kota Bandar Lampung masih sangat minim jika dibandingkan dengan Provinsi/kabupaten lain, faktor penghambat bagi aparatur kecamatan/kelurahan adalah anggaran untuk mengikuti bimbingan teknik belum memadai, karena bimtek di tahun 2012 Pemerintah Pusat sudah menetapkan ditahun tersebut hanya 5 kecamatan dan 5 kelurahan saja yang dilakukan proses pendataan nama rupabumi. Untuk kecamatan/kelurahan lainnya belum, begitu juga dengan pelaksanaan bimtek akan diadakan jika dirasa perlu dan anggaran mendukung.

3. Penggerakan atau motivasi yang ada pada kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung yang diberikan oleh pimpinan kepada pegawai berupa adanya pemberian honor di Pemda Kota, tetapi tidak berlaku bagi pegawai di kecamatan/kelurahan. Dalam motivasi ini terbentuk kerjasama dengan menjalin koordinasi yang cukup baik dilakukan oleh Pemda Kota maupun aparatur kecamatan/kelurahan kepada narasumbernya.

(72)

Kota Bandar Lampung. Sedangkan, untuk pelaksanaan pengawasan di kecamatan/kelurahan ada yang beberapa saja yang kontinu melaksanakannya yang lainnya hanya sesekali saja.

5. Penilaian pada kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung tidak dilakukan oleh Pemda Kota Bandar Lampung karena hal tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di Kota Bandar Lampung sebaiknya menerapkan proses perencanaan sebelum dimulainya sebuah pekerjaan agar kedepan kegiatan ini lebih unggul dengan kegiatan yang lain.

2. Pengorganisasian kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi yang memiliki hambatan berupa belum memadainya soal anggaran untuk pelaksanan monitoring, verifikasi oleh Pemda Kota, maupun anggaran pelaksanaan bimtek yang belum bisa dilaksanakan untuk beberapa kecamatan/kelurahan sebaiknya diusulkan sedikit lebih besar dari anggaran yang sebelumnya.

(73)

4. Pengawasan kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi di kecamatan/kelurahan Kota Bandar Lampung sebaiknya lebih sering dilakukan oleh aparatur kecamatan/kelurahan agar bila ada kesalahan-kesalahan dalam proses pengerjaannya bisa langsung diperbaiki

(74)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Abdul Wahab, Solichin.2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. CV. Alfabeta. Bandung.

Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Administrasi dan Manajemen Umum. Ghalia Indonesia. Jakarta.

CST, Kansil. 2005. Modul Hukum Administrasi Negara. Pradnya Paramita. Jakarta.

Herbert ,Simon cs. 1959. Public Administration, Alfred Knopf. New York.

HR, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Miles dan Huberman. 1992. “Analisa data Kualitatif”. UI press : Jakarta.

Moelong, L.J.2004. Metode Penelitian Kualitatif : PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Margono. 2007. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nawawi ,Hadari.1985.Administrasi Personel.Gunung Agung. Jakarta.

……….., 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial.Percetakan Universitas

Gajah Mada Press.Yogyakarta.

(75)

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai Pustaka, Jakarta.

Siagian, Sondang P. 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Rineka Cipta, Jakarta.

...1997. Filsafat Administrasi. Gunung Agung. Jakarta. ...2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Bumi Aksara. Jakarta. Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia

(SANRI). PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta. Robert, K.Yin.2003. Studi Kasus Desain dan Metode. PT. RajaGrafindo

Persada.Jakarta.

White, Leonard. 1955. Introduction to the study of Public Administration. The Mac Milan Company New York.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik : Teori, Proses dan Studi Kasus. CAPS.Yogyakarta.

Yousa, Amri. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses. Laboratorium Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Administrasi Negara. FISIP Universitas Padjajaran, Bandung.

B. Peraturan Perundang-undangan

Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor 245/I.01/HK/2012 tentang Pembentukan Tim Panitia Kegiatan Inventarisasi, pendataan dan monitoring Pembakuan Nama Rupabumi Tingkat Kota Bandar Lampung Tahun 2012. Permendagri Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kebijakan Pembakuan Nama

Rupabumi.

(76)

no.39-2008,rtf , 24 November 2013, Pukul 09:06 WIB.

Gambar

Gambar. 2 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

c) Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid

Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dsis

(2) Perusahaan atau industri yang mempergunakan bahan kimia berbahaya dengan kuantitas sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK) sebagaimana

Derajat subsitusi CMC tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini diperoleh dari perlakuan asam trikloroasetat 20 % dan waktu reaksi 3 jam. Sehingga viskositas CMC

Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis dan karakterisasi Na-CMC dari selulosa tanaman eceng gondok yang diperoleh dari dua daerah yang berbeda, yaitu daerah Jatinangor

Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi pada subjek I muncul dengan adanya pemahaman akan dirinya sebagai individu indigo, reaksi yang positif dari orangtua

Pad Pada a saa saat t pen penger gerjaa jaan n lan lantai haru tai harus di s di len lengkap gkapi dengan kabe i dengan kabel l duc ductin ting g dan pemasangan