STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GERBANG UTAMA
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Oleh
ARISCHA OKTAVIANA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRACT
APPLICATION STUDY OF SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ON MAIN GATE DEVELOPMENT PROJECT INSTITUTE OF TECHNOLOGY SUMATERA
By
ARISCHA OKTAVIANA
Supply chain management is developed to get the right product in the right quantity and at the right time and place with minimum cost. The aim of the study was to determine the extent to which the concept or model of supply chain management approach can be applied so that the efficiency will appear on every job at the Main Gate construction project Sumatera Institute of Technology. The research was carried out in August 2013 by using descriptive methods. The data used were primary data and secondary data. Primary data obtained from questionnaires to 11 respondents i.e. people who have an important role in the process of procurement of materials, stuffs, and services at the Main Gate construction project Sumatera Institute of Technology. While the secondary data obtained from the literature, observations and the results of the location of activities related to the research project undertaken. Data processing was performed using the statistical method, after which the questionnaires collected descriptive data analysis. The results of 11 selected respondents stated that the analysis of quality, time, costs, and assets at the Main Gate project development Sumatera Institute of Technology is an important level of importance and level of implementation is good. The level of interest in the success of supply chain management reached 50 %, indicating that the essential supply chain management implemented. While the implementation level only reached 48 %. Unavailability of materials procurement schedules and manpower development projects cause delays Main Gate Institute of Technology Sumatera so that the projects are scheduled for completion by the end of 2013, is not expected according to a predetermined schedule.
ABSTRAK
STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK (SUPPLY CHAIN MANAGEMENT) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GERBANG UTAMA
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Oleh
ARISCHA OKTAVIANA
Supply chain management dikembangkan untuk mendapatkan produk yang tepat
dalam jumlah yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat dengan biaya yang minimum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana konsep atau model pendekatan supply chain management dapat diterapkan sehingga akan muncul efisiensi pada setiap pekerjaan pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera. Penelitian ini dilakukan secara bertahap pada bulan Agustus 2013 dengan menggunakan metode deksriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari kuesioner kepada 11 responden yaitu orang-orang yang mempunyai peran penting dalam proses pengadaan material, barang, dan jasa pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kepustakaan, pengamatan dan hasil kegiatan dilokasi proyek terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan menggunakan metode statistik data, dimana setelah kuesioner terkumpul dilakukan analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian dari 11 responden terpilih menyatakan bahwa analisis kualitas, waktu, biaya, dan aset pada pembangunan proyek Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera tingkat kepentingan adalah penting dan tingkat pelaksanaan adalah baik. Tingkat kepentingan dalam keberhasilan supply chain management mencapai 50%, hal ini menunjukan bahwa supply chain management penting dilaksanakan. Sedangkan dalam tingkat pelaksanaannya hanya mencapai 48%. Tidak tersedianya jadwal pengadaan material dan tenaga kerja menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera sehingga proyek yang dijadwalkan selesai pada akhir tahun 2013, diperkirakan tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
HALAMAN JUDUL ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Batasan Masalah ... 3
E. Manfaat Penelitian ... 3
F. Sistematika Penulisan ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Supply Chain Management ... 6
B. Konsep dan Karakteristik Supply Chain Management ... 7
C. Pelaku – pelaku Supply Chain Management Konstruksi ... 9
1. Owner (Pelaku Hilir) ... 10
2. Kontraktor (Pelaku Utama) ... 10
3. Subkontraktor, Supplier, dan Mandor (pelaku di hulu) a. Subkontraktor dan Spesialis ... 11
b. Subkontraktor tenaga kerja ... 12
c. Supplier dan manufaktur konstruksi ... 13
D. Bidang Fokus dan Aturan Supply Chain Management pada Konstruksi ... 14
E. Pengukuran Kinerja Supply Chain Management ... 14
F. Dimensi dan Ukuran Kinerja Supply Chain Management ... 16
G. Manfaat Pengukuran Kinerja Supply Chain Management ... 17
H. Strategi Supply Chain Management ... 17
I. Keuntungan Penerapan Supply Chain Management ... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ... 20
B. Perencanaan Survei ... 24
C. Pelaksanaan Survei ... 25
D. Teknik Survei ... 25
E. Pengolahan Data ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian ... 27
B. Pengumpulan Data Penelitian ... 27
C. Matrik Pemetaan Data Penelitian ... 28
D. Kemungkinan Penerapan Manajemen Supply Chain ... 31
E. Pengolahan Data Penelitian ... 31
F. Analisis Penelitian ... 48
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel.1 .... Matrik Pemetaan Ketersediaan Sumber Daya ... 29
Tabel.2 .. Hasil kuesioner tingkat kepentingan penyelesaian proyek
konstruksi tepat waktu ... 32
Tabel.3. Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan penyelesaian proyek
konstruksi tepat waktu ... 32
Tabel.4. Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemberian sanksi
yang diberikan apabila penyelesaian proyek terlambat ... 33 Tabel.5 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pemberian sanksi
yang diberikan apabila penyelesaian proyek
konstruksi terlambat ... 33
Tabel.6 Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemilihan material
sesuai standar kualitas yang telah ditetapkan ... 34
Tabel.7 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pemilihan material
sesuai standar kualitas yang telah ditetapkan ... 34
Tabel.8 Hasil kuesioner tingkat kepentingan peningkatan
kualitas hasil konstruksi ... 35 Tabel.9 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan peningkatan
kualitas hasil konstruksi ... 35 Tabel.10 Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemanfaatan waktu
yang diperlukan untuk mencari supplier ... 36 Tabel.11 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan dalam memanfaatkan
waktu untuk mencari supplier ... 36 Tabel.12 Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemanfaatan waktu
mulai dari permintaan, penawaran, harga, hingga pembuatan
Tabel.13 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pemanfaatan waktu mulai dari permintaan, penawaran harga, hingga pembuatan
kontrak pembelian ... 37 Tabel.14 .. Hasil kuesioner tingkat kepentingan ketepatan waktu
pengiriman material dari supplier tepat waktu ... 38 Tabel.15 .. Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan ketepatan waktu
pengiriman material dari supplier tepat waktu ... 38
Tabel.16 Hasil kuesioner tingkat kepentingan penyelesaian tahapan pelaksanaan proyek sesuai dengan waktu yang
direncanakan ... 39 Tabel.17 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan penyelesaian
tahapan pelaksanaan proyek sesuai dengan waktu
yang direncanakan ... 39 Tabel.18 .. Hasil kuesioner tingkat kepentingan efisiensi biaya
pengadaan material ... 40
Tabel.19 .. Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan efisiensi biaya
pengadaan material ... 40
Tabel.20 Hasil kuesioner tingkat kepentingan efisiensi biaya
persediaan ... 41
Tabel.21 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan efisiensi biaya
persediaan ... 41
Tabel.22 Hasil kuesioner tingkat kepentingan efisiensi biaya
operasional ... 42
Tabel.23 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan efisiensi biaya
operasional ... 42 Tabel.24 Hasil kuesioner tingkat kepentingan efektivitas
pengalokasian biaya teknologi informasi ... 43 Tabel.25 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan efektivitas
pengalokasian biaya teknologi informasi ... 43 Tabel.26 Hasil kuesioner tingkat kepentingan pengalokasian
dana dalam seluruh rantai SCM secara tepat ... 44 Tabel.27 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pengalokasian dana
Tabel.28 Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemanfaatan
peralatan dan teknologi secara tepat ... 45
Tabel.29 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pemanfaatan
peralatan dan teknologi secara tepat ... 45
Tabel.30 .. Hasil kuesioner tingkat kepentingan pemberdayaan
SDM secara optimal ... 46
Tabel.31 .. Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan pemberdayaan
SDM secara optimal ... 46 Tabel.32 Hasil kuesioner tingkat kepentingan jalinan kerjasama
dengan partner bisnis ... 47 Tabel.33 Hasil kuesioner tingkat pelaksanaan perusahaan dalam
menjalin kerjasama dalam partner bisnis ... 47 Tabel.34 Tabel Indikator Tingkat Keberhasilan Supply
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Konseptual Supply Chain Management Konstruksi ... 7
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian ... 23
Gambar 3. Denah Lokasi Penelitian... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.1 Form Survey Penelitian A.2 Perhitungan Statistik
A.3 Tabel Matrik dan Tabel Indikator
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkup pengadaan dalam proyek konstruksi yang menempati porsi dengan
nilai terbesar akan berpengaruh secara langsung terhadap struktur pendanaan dan pengelolaan cash flow proyek, dan tentunya juga cost of money yang akan timbul. Kesalahan dalam pelaksanaan proses pengadaan tersebut di atas akan
menyebabkan terjadinya peningkatan biaya pelaksanaan, permasalahan dalam pengelolaan cash flow dan juga menyebabkan keterlambatan jadwal
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan proyek. Suatu alternatif model supply
chain management dan pengelolaan inventory yang tepat akan meminimalisir
terjadinya kesalahan-kesalahan yang bisa menyebabkan kerugian pada tahap
konstruksi atau penyelesaian proyek.
Supply chain management, tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan program
pembangunan ekonomi nasional yang tertuang dalam dua Peraturan Presiden
(Perpres) yaitu Perpres No. 32 tahun2011 tentang “Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025” dan
Perpres No. 26 tahun 2012 tentang “Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional”. Disamping itu, untuk mengembangkan supply chain
management konstruksi perlu diidentifikasikan masalah koordinasi dan
sinkronisasi, yaitu antar pelaku terkait (stakeholder). Oleh sebab itu, dalam
planning and control, dan single point of responsability, disinilah peran
harmonisasi sangat diperlukan.
Supply chain management dikembangkan untuk mendapatkan produk yang
tepat dalam jumlah yang tepat serta pada waktu dan tempat yang tepat dengan biaya yang minimum. Karena sifat proyek yang unik atau spesifik dan mempunyai batasan waktu, maka pendekatan manajemen supply chain pada
proses pengadaan di proyek dilakukan pada sebagian besar material yang dibutuhkan,yakni material utama proyek setelah dibuat MRP (Material
Requirement Plan). Aturan pareto yang biasanya digunakan sebagai dasar
analisis menyatakan bahwa 20% dari jenis item atau material yang dibeli
kemungkinan akan mempunyai nilai yang menempati porsi sekitar 80% dari keseluruhan nilai pada lingkup proses pengadaan, sisanya 80% jenis item atau material lainnya hanya akan mempunyai nilai 20% dari total nilai pengadaan.
B. Rumusan Masalah
Inefisiensi dalam manajemen rantai pasok (supply chain management),
mengakibatkan terjadinya pemborosan, ketidaksesuaian dengan jadwal pendistribusian material, barang dan jasa dalam suatu proyek konstruksi.
Padahal sistem manajemen sangat mempengaruhi dalam menentukan durasi suatu proyek konstruksi.
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui sejauh mana konsep atau model pendekatan supply chain
management dapat diterapkan pada proyek pembangunan Gerbang Utama
Institut Teknologi Sumatera.
2. Mengetahui efisiensi konsep supply chain management pada pekerjaan proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera.
D. Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan terbatas pada proses pendistribusian material, barang dan jasa yang ada pada pekerjaan struktur proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain :
1. Memberikan kontribusi penelitian mengenai pendekatan supply chain
management pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut
Teknologi Sumatera.
F. Sistematika Penulisan
Sub bab ini memaparkan sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dalam penyusunan laporan skripsi yang terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menggambarkan penjelasan tentang latar belakang yang
berisi pokok pikiran mengapa memilih permasalahan dalam penelitian ini, kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah yang akan diangkat
berdasarkan uraian latar belakang. Berikut akan dikemukakan pula tentang tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan tentang landasan teori, rumusan teori yang akan berisi konsep-konsep penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian
yang diperoleh dari berbagai sumber.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan mencakup hasil pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan pembahasan data
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menguraikan tentang simpulan yang dapat diambil dari skripsi ini dan saran mengenai topik dari skripsi ini. Pada akhir penulisan ini,
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Supply Chain Management
Pengertian Supply Chain Management menurut para ahli, antara lain :
1. Levi, et.al (2000) mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer,
distributor, retailer, dan customer. Artinya barang diproduksi dalam
jumlah yang tepat, pada saat yang tepat, dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai suatu biaya dari sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan.
2. Pires, et.al. (2001) mengartikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai sebuah jaringan supplier, manufaktur, perakitan, distribusi, dan fasilitas logistik yang membentuk fungsi pembelian dari
material, transformasi material menjadi barang setengah jadi maupun produk jadi, dan proses distribusi dari produk-produk tersebut ke
konsumen.
3. Heizer & Rander (2004), mendefinisikan Supply Chain Management
produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan
ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor.
4. Chow et.al. (2006) mengartikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan) sebagai pendekatan yang holistik dan strategis dalam hal permintaan, operasional, pembelian, dan manajemen proses logistik.
B. Konsep dan Karakteristik Supply Chain Management
Berdasarkan hasil pengembangan yang dilakukan oleh O’Briendan Vrijhoef (London,2002) kegiatan dalam lokasi proyek telah memiliki jaringan
tersendiri antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya. Di luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak supplier, subcontractor, designers, dan owner yang secara langsung maupun tidak langsung bekerjasama sehingga membentuk supply chain untuk mendukung kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi
proyek tersebut.
Project-Site Activity Procende Network
Gambar 1. Gambaran Konseptual Supply Chain Management Konstruksi (Sumber : O’Brien, 2002)
Beberapa karakteristik dari supply chain management konstruksi,yaitu :
1. Karakteristik produknya unik, y a i t u produk konstruksi bangunan pada umumnya dibuat berdasarkan permintaan tertentu (custom made product).
Dengan demikian tidak ada satu pun produk konstruksi yang sama, walaupun hal ini tergantung pada tingkatan mana melihatnya.
2. Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara
(temporaryorganization). Suatu rangkaian supply chain management yang terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi akan berakhir ketika
selesai masa produksi.
3. Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya
berlangsung di site konstruksi (in siteproduction). Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang sama,baik kondisi fisik (kondisi tanah, pengaruh cuaca,dll)
maupun non fisik (regulasi yang berlaku, kondisi lalu lintas, dll) yang mempengaruhinya tidak akan pernah sama.
4. In site production dan off site production. Terjadinya produksi di dalam
site konstruksi (in site production), telah membagi dua batasan proses
yang terjadi dalam produksi konstruksi.
5. Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa supply chain management di
menunjukkan bahwa desain supply chain yang buruk memiliki potensi untuk
meningkatkan biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, 1993).
Hal ini menunjukkan bahwa pola supply chain management konstruksi juga
akan memberikan kontribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga supply chain management konstruksi memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya
peningkatan dalam industri konstruksi.
Dalam konteks konstruksi di mana fragmentasi sudah menjadi bagian dari
karakteristik industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu
susunan supply chain management yang menghasilkan produk konstruksi tertentu. Dengan demikian sangatlah perlu dilakukan pengelolaan supply chain management yang baik sehingga dapat mengurangi kesia-siaan
(ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian value dalam supply chain-nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan memberikan kepuasan pada pelanggan.
C. Pelaku - Pelaku Supply Chain Management Konstruksi
Berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di supply chain management konstruksi dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam
1. Owner (Pelaku Hilir)
Dalam proses produksi konstruksi bila produk yang dibuat berdasarkan permintaan owner, maka peran owner sangat tinggi. Proses supply chain
management dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai dibuatnya
produk konstruksi bangunan dan berakhir pada owner ketika produk tersebut selesai diproduksi (Vrijhoef, 1999:138).
Peran owner ada dalam setiap tahapan, sejak tahap feasibility study, perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, operasi, dan pemeliharaan. Bahkan dalam tahapan proses produksi owner dapat menunjuk langsung pihak
yang terlibat untuk pelaksanaan nominated subcontractor/nominated supplier.
2. Kontraktor (Pelaku Utama)
Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan
pekerjaan pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Sekarang ini berkembang berbagai organisasi yang berperan sebagai kontraktor, mulai dari perusahaan
individu hingga perusahaan besar dengan jumlah pekerja yang banyak. Begitu pula dengan ruang lingkup pekerjaan kontraktor dalam suatu
proyek, terdapat spektrum yang sangat beragam, mulai dari lingkup pekerjaan yang sangat sempit, hingga lingkup keseluruhan pekerjaan
3. Subkontraktor, Supplier, dan Mandor (pelaku di hulu)
a. Subkontraktor dan Spesialis
Subkontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak dengan kontraktor utama untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan
kontraktor utama. Terminologi subkontraktor dalam konteks tradisional terdapat satu kontraktor yang memiliki hubungan kontrak
dengan owner yaitu kontraktor utama sehingga menempatkan kontraktor lainnya yang tidak memiliki hubungan langsung dengan owner sebagai subordinan dari kontraktor utama tersebut. Hirarki
dalam hubungan kontrak ini menimbulkan istilah kontraktor utama, subkontraktor, bahkan sub-subkontraktor.
Penggolongan sub kontraktor berdasarkan jenis aktivitas terdiri dari : subkontraktor pada aktivitas dasar, subkontraktor pada pekerjaan yang membutuhkan teknik khusus, serta subkontraktor pada pekerjaan
khusus dan yang berkaitan dengan material khusus. Sedangkan penggolongan subkontraktor berdasarkan sumber daya yang diberikan terdiri dari:subkontraktor yang memberikan jasa pelaksanaan saja
(labor-only subcontractor), subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa pekerja dan material, subkontraktor yang memberikan
sumber daya berupa pekerja, material, dan perencanaan (design), serta subkontraktor yang memberikan sumber daya berupa pekerja, material, dan perencanaan (design), dan jasa pemeliharaan. Sedangkan specialist
trade contractor adalah suatu perusahaan yang memberikan design,
dari item-item yang diperlukan dalam suatu proyek konstruksi
bangunan. Specialist trade contractor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu specialist contractor yang memberikan jasa perencanaan (design
service) bagi item yang diproduksi serta dipasang pada konstruksi
bangunan dan trade contractor yang melaksanakan pekerjaan dengan skill tertentu dalam konstruksi bangunan tanpa melakukan
perencanaan.
b. Subkontraktor tenaga kerja
Industri konstruksi merupakan entry point yang relatif mudah dalam
memasuki dunia kerja sehingga muncul suatu kelompok pekerja dengan skill yang rendah. Kelompok ini memiliki pemimpin yang disebut dengan mandor.Mandor bertindak sebagai penghubung antara
kontraktor dengan pekerja. Mandor memberikan jasa kepada kontraktor sebagai pemasok tenaga kerja (labor only subcontractor) berbagai keahlian yang spesifik (misalnya: tukang gali, tukang batu,
dan tukang kayu) dan tingkatan keahlian yang berbeda-beda (misalnya: pekerja terampil, pekerja setengah terampil, dan tukang). Dengan
proses produksi pada industri konstruksi yang umumnya memiliki karakteristik penggunaan teknologi yang relatif rendah serta tingginya intensitas penggunaan pekerja maka keberadaan mandor sebagai
pemasok tenaga kerja yang menyediakan jasa kepada kontraktor untuk mengkonversikan material menjadi intermediate product sangat
c. Supplier dan manufaktur konstruksi
Dilihat dari jenis material yang diperlukan dalam suatu proyek konstruksi bangunan, terdiri dari material alam seperti pasir, kerikil,
batu alam, dan material hasil produksi manfaktur seperti besi beton, keramik, panel beton precast. Dengan demikian terdapat dua jenis pelaku yang terlibat dalam aliran material-material yang dibutuhkan
dalam proyek konstruksi bangunan :
- Manufaktur konstruksi memproduksi material-material konstruksi
dengan mengolah material-material alam hingga menghasilkan komponen bangunan tertentu.
- Supplier mendistribusikan material yang diperoleh kepada
pengguna. Dari jenis material yang didistribusikan maka supplier ini dapat dibedakan menjadi supplier material alam dan supplier
komponen bangunan.
Material alam terlebih dahulu mengalami proses di dalam suatu manufaktur sebelum memasuki lokasi konstruksi hal ini menunjukkan
adanya hubungan antar industri konstruksi dan industri manufaktur yang memproduksi komponen bangunan. Industri manufaktur
khususnya yang memproduksi komponen konstruksi telah mendukung industri konstruksi. Adanya manufaktur konstruksi sebagai pihak yang melakukan produksi di luar lokasi konstruksi (off site production),
D. Bidang Fokus dan Aturan Supply Chain Management pada Konstruksi
Aturan dalam supply chain management yang dapat diterapkan pada proyek konstruksi adalah :
1. Fokus yang menjadi tujuan utama yang berdampak pada aktifitas di
proyek adalah pengurangan biaya dan jangka waktu aktifitas. Yang menjadi pertimbangannya adalah pihak kontraktor harus dapat
memastikan aliran material utama proyek dan tenaga kerja ke lapangan untuk menghindari gangguan jadwal pekerjaan. Hal ini bisa dicapai denan memfokuskan pada hubungan yang baik antara lapangan dengan direct
supliers.
2. Pihak vendor atau supplier yakni mengurangi biaya-biaya khususnya yang
berhubungan dengan logistik, lead time, dan inventory.
3. Mentransfer informasi mengenai aktivitas pekerjaan dari site ke anggota supply chain pertama, sehingga akan terjadi sinkronisasi kegiatan untuk
menghindari koordinasi yang kurang baik di lapangan.
4. Mengintegrasikan manajemen dan meningkatkan kinerja kegiatan supply chain management dengan pekerjaan di lapangan.
E. Pengukuran Kinerja Supply Chain Management
Kinerja supply chain management adalah semua aktivitas pemenuhan permintaan customer yang dinyatakan secara kuantitatif. Hasil yang akan
Kriteria pengukuran kinerja suatu supply chain management, yaitu :
1. Sumber daya. Tujuan dari kriteria ini adalah mencapai tingkat efisiensi yang setinggi-tingginya. Bentuk nyata yang dapat diukur dalam kriteria ini
antara lain total biaya, biaya distribusi, biaya produksi, biaya inventory, dan lain sebagainya.
2. Keluaran. Tujuan dari kriteria ini adalah mencapai tingkat kepuasan
pelanggan yang setinggi-tingginya. Bentuk nyata yang dapat diukur dalam kriteria ini antara lain volume produksi, jumlah penjualan, jumlah pesanan
yang dapat dipenuhi tepat waktu, dan lain sebagainya.
3. Fleksibilitas. Tujuan dari kriteria ini adalah untuk menciptakan
kemampuan yang tinggi dalam merespon perubahan yang terjadi di lingkungannya. Bentuk nyata yang dapat dukur dalam kriteria ini antara lain pengurangan jumlah backorder, pengurangan jumlah lost sales,
kemampuan merespon variasi permintaan dan lain sebagainya.
Menurut Felix (2001), beberapa permasalahan yang terjadi dalam sistem pengukuran kinerja supply chain management,antara lain :
1. Tidak adanya pendekatan yang seimbang dalam mengintegrasikan ukuran non keuangan dan keuangan.
2. Tidak adanya berpikir sistem, dimana suatu supply chain harus dipandang sebagai satu kesatuan pengukuran yang utuh dari keseluruhan sistem supply chain tersebut.
F. Dimensi dan Ukuran Kinerja Supply Chain Management
Menurut Tucker dan Taylor (1990), ukuran kinerja terdiri dari empat komponen yaitu satuan metrik yang digunakan (kesesuaian, efisiensi, efektivitas, biaya, dan reaksi), suatu skala (rupiah, jam), suatu rumusan
(persentase a terhadap b dan rata-rata waktu antara kegagalan), dan suatu kondisi saat pengukuran dilakukan.
Ukuran kinerja adalah suatu evaluasi kuantitatif dari suatu proses atau produk. Suatu ukuran umumnya terdiri dari suatu angka dan satuannya. Angka tersebut menunjukkan besarnya dan satuan menunjukkan suatu arti dan
maksud. Metrik (standar penilaian seperti frekuensi, persentase, dan lain sebagainya) digunakan untuk merefleksikan perkembangan suatu produk dan
untuk menentukan apakah sesuai atau tidak dengan progres yang diharapkan. Pengelolaan, analisis, dan perbaikan supply chain menjadi hal yang penting saat ini. Model supply chain yang ada lebih menekankan pada dua ukuran
kinerja yang berbeda (Beamon, 1999) : 1. Biaya
2. Kombinasi antara biaya dan kemampuan reaksi pelanggan
Biaya-biaya tersebut meliputi biaya persediaan dan biaya operasional. Sedangkan kemampuan reaksi pelanggan meliputi lead time, kemungkinan
stock out, dan tingkat pemenuhan. Pada kenyataannya, masih banyak ukuran
kinerja lain yang berkaitan dengan analisis supply chain yang belum
digabungkan ke dalam model kuntitatif. Misalnya ukuran kepuasan konsumen
(Christopher, 1994), aliran informasi (Nicoll, 1994), kinerja pemasok (Davis, 1993), dan manajemen resiko (John dan Randolph, 1995).
G. Manfaat Pengukuran Kinerja Supply Chain Management
Tujuan pengukuran kinerja supply chain management adalah :
1. Untuk menciptakan proses delivery secara fisik (barang mengalir dengan lancar dan inventory tidak terlalu tinggi).
2. Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi diantara tiap channel).
3. Cash flow yang baik pada setiap channel dari supply chain.
Menurut Handfield dan Nichols, Jr. (2000) sistem pengkuran kinerja supply chain yang efektif dapat :
1. Memberikan dasar untuk memahami sistem itu 2. Mempengaruhi perilaku seluruh sistem
3. Memberikan informasi mengenai hasil kerja sistem kepada setiap unit baik
yang terlibat maupun yang tidak terlibat secara langsung di dalam supply chain.
H. Strategi Supply Chain Management
Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan
menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan
Perkembangan terakhir dari konsep yang digunakan dan dikembangkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pergerakan barang atau material adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi jumlah supplier, hal ini dilakukan untuk mengurangi ketidakseragaman, biaya-biaya negosiasi, dan pelacakan (tracking). Konsep ini adalah awal kecenderungan dari konsep multiple supplier ke
single supplier.
2. Mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance. Konsep ini
menganggap bahwa hanya dengan supplier partnership, key supplier untuk material tertentu merupakan strategic sources yang dapat
diandalkan dan dapat menjamin lancarnya pergerakan material dalam supply chain.
Keputusan-keputusan dalam manajemen rantai pasokan ada tiga :
1. Tingkat strategis, yakni suatu keputusan jangka panjang yang berkaitan dengan lokasi (keadaan geografis lokasi), produksi (menentukan produk apa yang dibuat, dimana pembuatannya, pemasok mana yang dipakai, dari
pabrik mana distribusi dipasok), persediaan (cara mengatur persediaan seluruh rantai pasokan), dan transportasi (mode transportasi).
2. Tingkat tastis, yakni suatu keputusan jangka menengah yang perkiraan besarnya kebutuhan bulanan, mingguan, pembuatan MRP, rencana distribusi dan transportasi, serta rencana produksi.
I. Keuntungan Penerapan Supply Chain Management
Keuntungan penerapan supply chain management, antara lain sebagai berikut :
1. Mengurangi persediaan barang, sehingga bisa mengurangi biaya inventory, biaya penyimpanan, biaya kerusakan, dan kehilangan akibat penyimpanan.
2. Menjamin kelancaran penyediaan barang karena kerjasama yang dilakukan antara pihak perusahaan jasa konstruksi dan vendor.
3. Menjamin mutu material yang disuplai sesuai dengan kondisi yang diinginkan dan harga yang lebih kompetitif.
J. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai manajemen rantai pasok (supply chain management)
telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Andarias
Sanda Lapu’ (2004) mengenai Study Awal Supply Chain Management Pada
Kontraktor-Kontraktor di Surabaya, menunjukkan bahwa konsepsupply chain
management mengikuti konsep non-tradisonal.
Hasil penelitian M. Arif Rahmadi (2008),mengenai Kajian Penerapan Supply
Chain Pada Proyek Konstruksi (Studi Kasus Pada PT. X) menunjukkan
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi supply chain management
yang diterapkan pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera. Jenis data pada penelitian ini merupakan data kualitatif-kuantitatif
dan proses penelitiannya mengambil kesimpulan dari khusus ke umum (induktif). Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan antara lain :
1. Pendahuluan
Berisi tentang latarbelakang dan uraian permasalahan yang perlu diteliti dan dijawab terkait dengan topik penelitian, serta menjelaskan tujuan
yangingin dicapai melalui penelitian. 2. Identifikasi masalah dan tujuan penelitian
Berisi tentang permasalahan mengenai hal-hal apa saja yang membuat
tidak efisiennya sistem manajemen rantai pasok (supply chain management).
3. Studi Pustaka
4. Identifikasi masalah dan kondisi di proyek
Hal ini membahas mengenai permasalahan dan kondisi yang terjadi di lokasi proyek.
5. Pengumpulan Data
Dirancang suatu kuesioner untuk mendapatkan informasi dari beberapa responden yang mempunyai peran penting dalam pengadaan material,
barang, dan jasa pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera.
Teknik pengumpulan data, terbagi menjadi : a. Penelitian kepustakaan
Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literatur-literatur dan tulisan-tulisan yang mempunyai kaitan erat dengan masalah yang diajukan dalam penelitian ini;
b. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan yaitu dengan cara penelitian langsung ke lokasi proyek, melakukan peninjauan dan pencacatan secara langsung.
Kemudian diikuti dengan mengajukan pertanyaan kepada bagian pengadaan material, barang, dan jasa pada proyek tersebut.
6. Analisis Data dan Pembahasan
Jenis data yang digunakan dalampenelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu : a. Data Primer : dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu
orang-orang yangmempunyai peran penting dalam proses pengadaan material,barang, dan jasa padaproyek pembangunan Gerbang Utama
b. Data Sekunder : diperoleh dari kepustakaan, pengamatan dan hasil
kegiatan dilokasi proyek dan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan menggunakan Metode Statistik data, dimana
setelah kuesioner terkumpul dilakukan analisis data secara deskriptif. 7. Simpulan dan Saran
Berisi hasil dari keseluruhan proses penelitian dan keterbatasan penelitian.
Mulai
Identifikasi Masalah dan Tujuan
Study Pustaka
Kondisi Aktual Proyek
- Penyusunan Kuesioner
- Pengambilan Data real di lapangan
[image:36.595.192.453.93.604.2]Selesai
Gambar 2. Diagram alir penelitian Penyebaran Kuesioner untuk
Pengumpulan Data
Analisis Data dan Pembahasan
B. Perencanaan Survei
Sebelum dilakukan survei, terlebih dahulu ditentukan tujuan dari survei tersebut, dan siapa saja responden yang akan ditanya pendapatnya, dan berapa jumlah responden tersebut.
1. Tujuan Survei
Survei ini dibuat untuk mendapatkan opini dari para responden di bidang
pengadaan material, barang, dan jasapada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera.
2. Responden
Responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang mempunyai peran penting dalam proses pengadaan material, barang, dan jasa pada proyek
pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera. 3. Perencanaan Kuesioner
Format kuesioner yang disebar sama untuk semua pihak, yaitu identitas
responden, pertanyaan seputar hal-hal mengenai pengadaan material,
barang, dan jasa pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut
Teknologi Sumatera. Semua pertanyaan dalam kuesioner adalah
pertanyaan tertutup yang artinya responden menjawab dengan cara
mencheck list pada setiap pertanyaan.
C. Pelaksanaan Survei
Survei dilakukan dengan cara terjun langsung ke lokasi proyek, dan mencatat
serta mendokumentasikansecara langsung proses pengadaan material, barang,
dan jasa. Sedangkan untuk kuesioner itu sendiri, disebarkan ke orang-orang
yang berperan penting dalam proses pengadaan material, barang, dan jasa
sehingga nantinya didapat data input primer.
D. Teknik Survei
1. Survei Langsung
Survei ini dilakukan di lokasi proyek pembangunan Gerbang Utama
Institut Teknologi Sumatera.
2. Survei Tak Langsung
Survei ini menggunakan kuesioner sebagai data input primer yang
menghimpun informasi berkaitan dengan proses pengadaan material,
barang, dan jasa pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut
Teknologi Sumatera.
E. Pengolahan Data
Setelah melaksanakan survei dan mendapatkan data-data yang diperoleh dari
data. Pengolahan data bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Supply chain management sudah diterapkan dan memiliki tingkat
pencapaian penerapan supply chain management sebesar 71,5% pada
proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera;
2. Pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera,
pendekatan supply chain management yang sudah diterapkan adalah
warehouse, material handling, packaging, teknologi informasi, dan
struktur organisasi;
3. Pencapaian tingkat pelaksanaan supply chain management hanya mencapai 48% lebih rendah dari tingkat kepentingan pada proyek pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera;
4. Tidak tersedianya kesesuaian antara jadwal pengadaan material dan tenaga kerja menyebabkan terjadi inefisiensi waktu, biaya, dan jumlah persediaan
B. Saran
Adapun saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah :
1. Penerapan supply chain management pada proyek pembangunan Gerbang
Utama Institut Teknologi Sumatera dapat ditingkatkan pencapaiaanya dengan adanya kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaan;
2. Tersedianya kesesuaian antara jadwal pengadaan material dan tenaga kerja untuk mengoptimalkan pencapaian supply chain management pada proyek
pembangunan Gerbang Utama Institut Teknologi Sumatera;
3. Diharapkan ada job description yang baik dan jelas bagi masing-masing
staff untuk menghindari adanya kerancuan dalam pembagian tugas yang
DAFTAR PUSTAKA
Chopra, S., and Meindl, P. (2001). Supply chain management: Strategy, planning,
and operations. New Jersey – Prentice Hall.
Handfield, R., and Nichols, Jr., E. L. (2002). Supply chain redesign: Transforming supply chains into integrated value systems. New Jersey: Financial Times- Prentice Hall.
http://is.its-sby.edu/~wahyu/download/sosiotek/Introduction%20to%20SCM.pdf diakses pada 24 Juni 2013
http://www2.bc.edu/~fichman/703_07s_05_SCM.pdf diakses pada 24 Juni 2013 Joel D Wisner.et al.Principles of Supply Chain Management.A Balance
Approach (Thomson 2005)
Kementerian Pekerjaan Umum.2012.Harmonisasi Rantai Pasok Konstruksi (Konsepsi, Inovasi dan Aplikasi di Indonesia)
Pujawan, I N. (2005). Supply chain management. Guna Widya. Simchi-Levi, D.,Kaminski, P., and Simchi-Levi, E. (2000). Designing and managing the supply chain: Concept, strategies, and case studies. Irwin McGraw-Hill.
Richardus Eko Indrajit.Richardus Djokopranoto.“Konsep Manajemen Supply
Chain” (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia 2002)
Ronald H.Ballou.Business Logistics / Supply Chain Management 5 edition. (Prentice Hall 2004 )
Shoshanah Cohen and Joseph Roussel.Strategic Supply Chain Management (The 5 Disciplines For Top Performance)
Sunil Chopra.Peter Meindl.Supply Chain Management. (Prentice Hall 2001)
Universitas Lampung.2010.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.Unila Offset.Bandar Lampung