EVALUASI SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN KOPI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
SKRIPSI
OLEH : WILSON 100301179
AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
EVALUASI SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN KOPI BEBERAPA KECAMATAN DI KABUPATEN MANDAILING NATAL
SKRIPSI
OLEH : WILSON 100301179
AGROEKOTEKNOLOGI-ILMU TANAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Nama : Wilson
Nim : 100301179
Departemen : Agroekoteknologi Program Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Supriadi, MS. Ir. Hardy Guchi, MP. Ketua Anggota
Mengetahui :
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRACT
Coffee is an agriculture commodity in Mandailing Natal Regency which has economic value most high, however the region’s condition at that area has different land capability which influenced by topography condition, climate and temperature so this research need to be conducted. This research held on some subdistricts in Mandailing Natal Regency, Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra University and Soil Biology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra University. Data is obtained by survey system and data sample is gotten random expressly (Purposive Random Sampling) with six parametres i.e. pH, Organic Carbon, Total Nitrogen, Available Phosphate, Cation Exchange Capacity, and Base Saturation. Data is tested by using assumption classic test i.e. outlier test, normality, linearity, correlation analyze and quadratic regression. The research result show that soil chemistry characteristic relationship to production is not influenced obviously.
ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian di Kabupaten Mandailing Natal yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun kondisi wilayah di daerah tersebut memiliki kemampuan lahan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim dan suhu sehingga perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU, dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian USU. Data diperoleh dengan sistem survei dan sampel data diambil secara acak sengaja (Purposive Random Sampling) dengan 6 parameter yaitu pH, C-organik, N-total, P-tersedia, KTK dan Kejenuhan Basa. Data diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji outlier, normalitas, linieritas, analisis korelasi dan regresi kuadratik. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kimia tanah hubungannya terhadap produksi tidak berpengaruh nyata.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Petumbukan pada tanggal 04 November 1992 dari ayah Anton dan ibu Suiling. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Methodist Tanjung Morawa dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.
Selama memulai perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA), anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), dan anggota Komunitas Mahasiswa Buddhis (KMB). Selain itu penulis juga mengikuti Seminar Nasional seperti Percepatan Pencapaian Ketahanan Pangan melalui Revitalisasi Lahan Marginal, serta pernah mengikuti Olimpiade Sains Nasional Pertamina.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi di Kabupaten Mandailing Natal” .
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dan mendidik penulis selama ini dan juga kepada ketiga adik yang memberi semangat kepada penulis. Tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih Ir. Supriadi, M.P. dan Ir. Hardy Guchi, M.P. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membantu penulis dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga skripsi ini dapat menjadi bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, April 2014
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN………...……….viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kejenuhan Basa ... 12
Tanaman kopi ... 13
KONDISI UMUM WILAYAH Kabupaten Mandailing Natal... 17
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ... 19
Bahan dan Alat ... 19
Metode Penelitian ... 19
Pelaksanaan Penelitian ... 19
Persiapan... 20
Analisis Laboratorium ... 20
Pengambilan Sampel ... 21
Pengumpulan Data... 21
Pengolahan Data ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24
Kondisi Umum Sampel ... 24
Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Analisis Hubungan Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi Kopi pada Beberapa Kecamatan di Mandailing Natal Uji Normalitas Data ... 30
Uji Outlier Data ... 31
Uji Linearitas Data ... 32
Analisis Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kopi ... 33
Analisis Regresi Kuadratik Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi .... 34
DAFTAR TABEL
No Hal
1 Data Ketinggian Tempat (m) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
24 2 Data Suhu (oC) Lokasi Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal
24 3 Persentase Nilai pH (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan
di Kabupaten Mandailing Natal
25 4 Data pH Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten
Mandailing Natal
25 5 Persentase Kandungan C-Organik (%) Sampel Lahan Kopi
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
26 6 Data Kandungan C-Organik (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa
Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
26 7 Persentase Kandungan N-Total (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa
Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
26 8 Data N-Total (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal
27 9 Persentase Kandungan P-Tersedia (ppm) Sampel Lahan Kopi
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
27 10 Data P-Tersedia (ppm) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal
28 11 Persentase Kandungan Kapasitas Tukar Kation (%) Sampel Lahan
Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
28 12 Data Kapasitas Tukar Kation (me/100g) Sampel Lahan Kopi
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
28 13 Persentase Kandungan Kejenuhan Basa (%) Sampel Lahan Kopi
Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
29 14 Data Kejenuhan Basa (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan
di Kabupaten Mandailing Natal
29 15 Data Produksi Kopi (g) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal
30 16 Uji Asumsi Klasik Data Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kopi 31 17 Nilai Uji Linieritas Sifat Kimia Tanah Hubungannya terhadap
Produksi
32 18 Analisis korelasi Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi 33 19 Analisis Regresi Kuadratik Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi
Kopi
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Data Ketinggian Tempat dan Suhu Lahan Kopi Beberapa Kecamatan
Di Kabupaten Mandailing Natal 43
2. Hasil Analisis N-Total, P-Tersedia, Kation Basa (K, Ca, Mg) 44
3. Hasil Analisis Na 46
4. Hasil Analisis KTK 48
5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah menurut Balai Penelitian Tanah
Bogor (2005) 49
6. Data Kriteria Penilaian pH Tanah 50
7. Data Kriteria Penilaian Kandungan C-Organik (%) Tanah 51 8. Data Kriteria Penilaian Kandungan N-Total (%) Tanah 52 9. Data Kriteria Penilaian Kandungan P-Tersedia (ppm) Tanah 53 10.Data Kriteria Penilaian Kandungan KTK (me/100g) Tanah 54 11.Data Kriteria Penilaian Kandungan KB (%) Tanah 55
12.Data Produksi Kopi 56
13.Uji Normalitas pH 57
14.Uji Normalitas C-Organik 57
15.Uji Normalitas N-Total 58
16.Uji Normalitas P-Tersedia dan Transformasi Logaritma P-Tersedia 58
17.Uji Normalitas KTK 59
18.Uji Normalitas KB dan Transformasi Logaritma KB 60 19.Uji Normalitas Produksi Kopi dan Transformasi Logaritma 61
Produksi Kopi
20.Uji Outlier pH Tanah 62
22.Uji Outlier N-Total 62 23.Uji Outlier Transformasi Logaritma P-Tersedia 63 24.Uji Outlier KTK dan Transformasi Akar KTK 63 25.Uji Outlier Transformasi Logaritma KB 64 26.Uji Outlier Transformasi Akar Produksi Kopi 64 27.Uji Linearitas pH dengan Transformasi Akar Produksi 65 28.Uji Linearitas Transformasi Logaritma C-Organik dengan
Transformasi Akar Produksi 65
29.Uji Linearitas N-Total dengan Transformasi Akar Produksi 66 30.Uji Linearitas Transformasi Logaritma P-Tersedia dengan
Transformasi Akar Produksi 66
31.Uji Linearitas Transformasi Logaritma KTK dengan Transformasi
Akar Produksi 67
32.Uji Linearitas Transformasi Logaritma KB dengan Transformasi
Akar Produksi 67
33.Analisis Korelasi Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi 68 34.Analisis Korelasi Antara Sifat Kimia Tanah 69 35.Analisis Regresi Kuadratik pH terhadap Transformasi Akar
Produksi 76
36.Analisis Regresi Kuadratik Transformasi Logaritma C-Organik
Terhadap Transformasi Akar Produksi 77
37.Analisis Regresi Kuadratik N-Total terhadap Transformasi
Akar Produksi 78
38.Analisis Regresi Kuadratik Transformasi Logaritma P-Tersedia
Terhadap Transformasi Akar Produksi 79
39.Analisis Regresi Kuadratik Transformasi Logaritma KTK
terhadap Transformasi Akar Produksi 79
40.Analisis Regresi Kuadratik Transformasi Logaritma KB
ABSTRACT
Coffee is an agriculture commodity in Mandailing Natal Regency which has economic value most high, however the region’s condition at that area has different land capability which influenced by topography condition, climate and temperature so this research need to be conducted. This research held on some subdistricts in Mandailing Natal Regency, Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra University and Soil Biology Laboratory Agriculture Faculty North Sumatra University. Data is obtained by survey system and data sample is gotten random expressly (Purposive Random Sampling) with six parametres i.e. pH, Organic Carbon, Total Nitrogen, Available Phosphate, Cation Exchange Capacity, and Base Saturation. Data is tested by using assumption classic test i.e. outlier test, normality, linearity, correlation analyze and quadratic regression. The research result show that soil chemistry characteristic relationship to production is not influenced obviously.
ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu komoditas pertanian di Kabupaten Mandailing Natal yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun kondisi wilayah di daerah tersebut memiliki kemampuan lahan yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh kondisi topografi, iklim dan suhu sehingga perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal, Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU, dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian USU. Data diperoleh dengan sistem survei dan sampel data diambil secara acak sengaja (Purposive Random Sampling) dengan 6 parameter yaitu pH, C-organik, N-total, P-tersedia, KTK dan Kejenuhan Basa. Data diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yaitu uji outlier, normalitas, linieritas, analisis korelasi dan regresi kuadratik. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa sifat kimia tanah hubungannya terhadap produksi tidak berpengaruh nyata.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan lahan menjadi sangat penting seiring semakin meningkatnya kebutuhan yang berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi. Sementara kemampuan lahan pada suatu wilayah memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda sehingga kemampuan tanah untuk meningkatkan produktivitas tanaman juga berbeda-beda. Evaluasi kimia pada tanah menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan kemampuan tanah.
Untuk mengevaluasi sifat dan karakteristik tanah terutama sifat kimia tanah pada suatu lahan, dibutuhkan kegiatan evaluasi atau survei pada lahan tersebut. Menurut Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa tujuan survei tanah adalah untuk mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertenu dengan mengamati sifat dan karakteristik tanah.
Sifat kimia tanah merupakan salah satu indikator untuk menentukan tingkat kemampuan lahan. Sifat kimia tanah menunjukkan aktivitas ion yang tidak dapat dilihat secara langsung namun dapat diuji dengan menggunakan bahan-bahan kimia. Sifat kimia tanah juga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pemupukan untuk unsur hara tanaman.
Dalam era perdagangan bebas, komoditas kopi sebagai bahan baku utama industri kopi bubuk, mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Dengan teknik budidaya yang baik dan sesuai maka bisa dihasilkan mutu produk yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen (Ernawati et al., 2008).
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu daerah dengan areal pertanian yang luas dan merupakan daerah penghasil tanaman pertanian dan perkebunan yang banyak mengusahakan tanaman musiman dan tahunan. Salah satu tanaman perkebunan yang produksinya cukup tinggi yaitu kopi. Menurut BPS (2012) menyatakan bahwa pada kopi robusta dengan luasan areal produktif sebesar 866,60 ha dapat menghasilkan produksi sebesar 654,83 ton sementara pada kopi arabika dengan luasan areal produktif sebesar 1.177,94 ha dapat menghasilkan produksi sebesar 1.422,27 ton.
Sifat kimia juga mempengaruhi produktivitas kopi. Apabila tanaman kopi mengalami kekurangan salah satu unsur hara yang dibutuhkannya dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi unsur hara serta penghambatan pertumbuhan dan produksi kopi sehingga produktivitas tanaman kopi tidak optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, melihat pentingnya evaluasi sifat kimia pada pertanaman kopi membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini di Kabupaten Mandailing Natal.
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah menggambarkan karakteristik tanah pada daerah tertentu, mengklasifikasikan tanah menurut sistem standar klasifikasi, batas-batas tanah pada peta, dan membuat prediksi tentang sifat tanah. Perbedaan penggunaan tanah dan bagaimana respon dari manajemen yang dianggap mempengaruhi mereka. Informasi yang dikumpulkan dalam survei tanah membantu dalam pengembangan rencana penggunaan lahan dan mengevaluasi serta memprediksi efek penggunaan lahan terhadap lingkungan (NRCS, 2014).
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya kedalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan interpretasi kesesuaian lahan dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Survei tanah memberikan informasi ilmiah yang diperlukan untuk benar mengelola dan melestarikan tanah. Survei tanah memberikan data tentang kimia, fisika, dan biologi tanah, mereka menunjukkan hubungan tanah untuk tanaman dan air, mereka menyediakan peta untuk menampilkan hubungan untuk penilaian dan penggunaan, memberikan dasar untuk memprediksi dan meminimalkan degradasi tanah dan sumber daya air, memungkinkan penilaian dampak manajemen pada perubahan ekologi dan lingkungan, dan memungkinkan pengguna lahan untuk mengelola lahan secara berkelanjutan (NRCS, 2012).
untuk pengolahan, membutuhkan survey, yang akan digunakan sebagaimana potensi alaminya. Untuk memproses data survey tanah, Sistem Informasi Geografis (GIS) dapat digunakan (Kundarto dan Virgawati, 2004).
Sifat Kimia Tanah pH
Derajat ionisasi dan disosiasi ke dalam larutan tanah menentukan khuluk kemasaman tanah. Ion-ion H+ yang dapat dipertukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah potensial atau cadangan. Besaran dari kemasamana tanah potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas menciptakan kemasaman aktif. Kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah (Tan, 1998).
Nilai pH tanah yang rendah tidak hanya membatasi pertumbuhan tanaman tetapi juga mempengaruhi faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. pH rendah menurunkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, menurunkan aktivitas biologi tanah dan meningkatkan keracunan aluminium (Damanik et al., 2011).
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang dinyatakansebagai –log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+ (Sulaeman et al., 2005).
berbeda dapat mempengaruhi hal tersebut. Suhu mengubah aktivitas kimia, sehingga sebagian besar pengukuran pH meliputi koreksi suhu standar 25 oC (77oF). PH tanah umumnya dicatat sebagai rentang nilai untuk kedalaman tanah yang dipilih (NRCS, 1998).
Setiap tanaman memiliki tingkat adaptasi yang berbeda pada tanah masam. Beberapa tanaman mampu beradaptasi pada tanah yang berpH rendah tetapi sebagian besar tanaman akan tumbuh baik pada pH diatas 5,5. Terhambatnya pertumbuhan tanaman di tanah masam berkaitan erat dengan beberapa permasalahan kesuburan tanah (Damanik et al., 2011).
Tabel Kelas Kemasaman (pH) Tanah
Kelas pH tanah
Sangat masam <4,5
Masam 4,5 – 5,5
Nitrogen di dalam tanah berada dalam dua bentuk yaitu bentuk N-organik dan N-anorganik. Bentuk organik merupakan yang terbesar yakni berada dalam ikatan-ikatan senyawa organik misalnya bahan-bahan organik yang berasal dari hasil pelapukan tumbuhan dan hewan. Bentuk-bentuk anorganik terdapat sebagai bentuk ammonium, nitrat, N2O, NO dan gas N2 yang hanya dapat digunakan setelah
Kurangnya sinkronisasi pada mineralisasi nitrogen dan serapan tanaman, dan N yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh kopi untuk mempertahankan hasil yang tinggi. Karena sejak N total bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan dari ketersediaan N, praktek manajemen N harus didasarkan pada hasil yang diharapkan dan penilaian empiris spesifik antara aplikasi pupuk N dan respon tanaman secara ekonomi (Nunez, 2011).
Tinggi rendahnya kandungan nitrogen total tanah ini dipengaruhi oleh jenis dan sifat bahan organik yang diberikan terutama tingkat dekomposisinya. Dengan semakin lanjut dekomposisi suatu bahan organik maka semakin banyak pula nitrogen organik yang mengalami mineralisai sehingga akumulasi nitrogen di dalam tanah semakin besar jumlahnya (Ningsih, 2011).
C-Organik
Bahan organik di wilayah tropika berperan menyediakan unsur N, P, dan S yang dilepaskan secara lambat, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah masam, menurunkan fiksasi P karena pemblokan sisi fiksasi oleh radikal organik, membantu memantapkan agregat tanah, memodifikasi retensi air dan membentuk komplek dengan unsur mikro. Meskipun kandungan bahan organik kebanyakan tanah hanya berkisar 2-10% peranannya sangat penting (Supriyadi, 2008).
dengan penambahan ke-dalaman tanah. Semakin dalam, maka bahan organik semakin berkurang (Njurumana et al., 2008).
Penyimpanan karbon dalam tanah menunjukkan keseimbangan dinamis antara input detrital (terutama oleh sampah, pemangkasan ranting dengan daun dan akar mati) dan output bahan organik dalam bentuk karbon dioksida penghabisan dari tanah. Suhu dan kelembaban adalah dua faktor lingkungan vertikal mempengaruhi respirasi tanah dan penyimpanan karbon tanah. Biasanya, karbon organik tanah adalah fungsi dari iklim dan penggunaan lahan. Nilai karbon organik tanah terutama diinterpretasikan berdasarkan iklim yang berlaku di daerah tersebut, Secara umum, peningkatan karbon organik tanah dengan peningkatan curah hujan, penurunan suhu dan rasio penguapan presipitasi (Devi dan Kumar, 2009).
Tabel Kelas Kandungan C-Organik
Kelas C-organik Nilai
Sangat Rendah < 1 0
Rendah 1 – 2 1
Sedang 2,1 – 3 2
Tinggi 3,1 – 5 3
Sangat Tinggi >5 (gambut) 4
Sumber : Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) P Tersedia
Unsur P merupakan komponen utama dari proses fotosintesis. Unsur P biasanya terkandung dalam berbagai pupuk. Pupuk tersebut penting untuk tanah yang mengalami defisiensi unsur P, terutama tanah yang sering tidak dipupuk. Seperti halnya nitrogen, unsur P harus ada dalam bentuk anorganik sederhana sebelum diadsorpsi oleh tanaman. Unsur P biasanya dalam bentuk ion ortophosphat (H2PO4-
ion ortophosphat diendapkan atau desorpsi oleh ion-ion Al3+ dan Fe3+. merupakan jenis paling tersedia untuk tanaman (Suhariyono dan Menry, 2005).
Dalam analogi potensial air tanah, potensial fosfat yang rendah mengisyaratkan ketersediaan P yang tinggi, sedangkan potensial fosfat yang tinggi menunjukkan ketersediaan P yang lebih rendah bagi tanaman. Oleh karena ketersediaan P bagi tanaman berkaitan dengan kelarutan P, potensial fosfat dapat digunakan untuk membuat prediksi tak langsung ketersediaan fosfat bagi tanaman (Tan, 1998).
Fosfat dalam suasana asam akan diikat sebagai senyawa Fe, Al-fosfat yang sukar larut. NH4F yang terkandung dalam pengekstrak Bray akan membentuk
senyawa rangkai dengan Fe & Al dan membebaskan ion PO43-. Pengekstrak ini
biasanya digunakan pada tanah dengan pH <5,5 (Sulaeman et al., 2005).
Menurut Nyakpa et al (1988) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan P tanah yaitu : tipe liat, pH tanah, waktu reaksi, temperatur, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, ion Fe, Al dan Mn, adanya mineral yang mengandung Fe, Al dan Mn, tersedianya Ca, dan kegiatan jasad renik disamping itu penggenangan juga mempengaruhi.
Kapasitas Tukar Kation
Kation tukar letaknya di tempat yang dapat diperoleh pada permukaan partikel dan juga antara lapisan kisi kristal diperluas oleh montmorilonit dan vermiculite. Mereka tertarik pada partikel dengan muatan negatif yang keberadaannya dapat ditunjukkan oleh perpindahan partikel tanah liat menuju kutub postitf ketika arus listrik dilewatkan melalui suspensi tanah liat dalam air, perilaku yang disebut sebagai electrophoresis (Marshall dan Holmes, 1988).
Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh tingkat pelapukan tanah, kandungan bahan organik tanah dan jumlah kation basa dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki KTK yang lebih tinggi, demikian pula tanah-tanah muda dengan tingkat pelapukan baru dimulai dari tanah-tanah dengan tingkat pelapukan lanjut mempunyai nilai KTK rendah (Tambunan, 2008).
Kapasitas tukar kation tanah tergantung pada jumlah dan jenis pembagian mineral halus dan partikel organik yang ada. Tanah berpasir umumnya memiliki kapasitas tukar kation rendah karena proporsi kecil dari materi bermuatan negatif. Tanah tinggi akan bahan organik memiliki kapasitas tukar kation besar karena muatan negatif besar dikembangkan oleh humus. Sejauh tanah liat diperhatikan kapasitas tukar kation dari montmorillonoid dan vermikulit seperti mineral, ditemukan di tanah Midwest dan tanah dari daerah kering yang luas (Coleman dan Mehlich, 1957).
Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau dengan kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan kadar bahan organik rendah atau berpasir (Soewandita, 2008).
Kejenuhan Basa
Nilai kejenuhan basa (KB) adalah persentase dari total kapasitas tukat kation (KTK) yang ditempati oleh kation-kation basa seperti kalium, kalsium, magnesium, dan natrium. Nilai KB berhubungan erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerap bagi tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa (Tan, 1991).
Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 80 – 50%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80% akan melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah daripada tanah yang sama dengan kejenuhan basa 50%. Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan persen kejenuhan basa tanah (Tan, 1998).
tanah adalah kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), dan natrium (Na). Kation asam adalah aluminium (Al) dan hidrogen (H). Jadi, kejenuhan basa menggambarkan bagaimana partikel tanah permukaan diisi dengan kation basa (Ca, Mg, K, dan Na) (Johnston dan Karamanos, 2005).
Semakin besar KTK suatu tanah maka semakin besar pula aktivitas koloidnya untuk mengadsorpsi dan mempertukarkan kation. Namun nilai KTK suatu tanah tidak dapat dipakai untuk mengukur kesuburan tanah. Oleh sebab itu digunakan kejenuhan basa sebagai parameter untuk menentukan tingkat kesuburan tanah. Semakin besar kejenuhan basa maka tanah lebih subur (Mukhlis et al., 2011).
Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah-tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedang tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai kejenuhan basa yang tinggi pula (Soewandita, 2008).
Tanaman Kopi
Tanaman kopi sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya bisa ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi budidaya kopi poliklonal (Ernawati et al., 2008).
mineralnya lebih rendah. Walaupun syarat-syarat yang berhubungan dengan tanah dapat dipenuhi dengan baik (AAK, 1990).
Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian tempat tumbuh, curah hujan, sinar matahari, angin dan tanah. Kopi robusta tumbuh optimal pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi beberapa jenis diantaranya masih dapat tumbuh baik dan mempunyai nilai ekonomis pada ketinggian di bawah 400 m dpl. Sedangkan kopi arabika menghendaki tempat tumbuh yang lebih tinggi dari lokasinya daripada kopi robusta, yaitu antara 500-1.700 m dpl (Bank Indonesia, 2014).
Kopi arabika tumbuh pada ketinggian 600-2000 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya adalah 18-26o C. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap. Umumnya berbuah sekali dalam setahun (Najiyati dan Danarti, 1997).
Produktivitas kopi pada situasi tertentu tergantung pada faktor-faktor agro-iklim dan teknologi produksi. Ada gagasan bahwa konversi hutan menjadi sistem pertanian akan menyebabkan degradasi lahan dan merusak sistem berkelanjutan. Konversi vegetasi alami untuk tanaman tahunan menyebabkan kerugian tanah C terbesar. Namun, ada laporan perkebunan kopi memperkaya karbon organik tanah. Status karbon organik akan memberikan indikasi tidak langsung keberlanjutan penggunaan lahan itu (Devi dan Kumar, 2009).
jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda-beda (Najiyati dan Danarti, 1997).
Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis robusta yang mutunya dibawah arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberika dan Ekselsia masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik daripada robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada robusta (Hakim, 2011).
Faktor pembatas yang dapat membatasi pertumbuhan dan hasil kopi adalah bahan organik tanah, Nitrogen, dan Fosfor. Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan pemupukan seperti dengan pupuk kandang, urea, dan SP-36 (Adnyana, 2011).
Kopi arabika memiliki persyaratan tanah yang khusus, meskipun dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah yang berbeda. Banyak contoh menunjukkan bahwa itu tumbuh dengan baik pada tanah yang berasal dari vulkanik, seperti di Khe Sanh, tetapi juga pada tanah berbasis granit yang ditemukan di Huong Phung. Meskipun jenis tanah adalah kurang penting, tekstur dan struktur yang menentukan bagi kinerja tanaman. pH harus 4,5-6, tetapi perkebunan baik juga dapat ditemukan pada netral (pH 7) tanah. Bahan organik tanah harus dari 2 sampai 4%. Pada sebagian besar tanah di Huong Hoa kopi yang ditanam berhasil. Namun, penting untuk menyadari bahwa tanah yang berbeda memerlukan manajemen yang berbeda( Kuit et al., 2004).
GAMBARAN UMUM
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten di kawasan Pesisir Barat (Pantai Barat) Sumatera Utara. Daerah ini terletak antara 0o 10’ – 1o 50’ Lintang Utara dan 98o 10’ – 100o 10’ Bujur Timur pada ketinggian 4.145 m dpl dengan luas wilayah 6.620 km2 atau 9.23% dari luas Sumatera Utara. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan di bagian Utara, Propinsi Sumatera Barat pada sebelah Timur dan Selatan. Sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Mandailing Natal terbagi dalam 3 (tiga) bagian topografi, yaitu: 1. Dataran rendah, merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0o – 2o dengan luas
sekitar 160.500 hektar atau 18,68% dari luas Kabupaten Mandailing Natal. 2. Dataran landai, dengan kemiringan 2o – 15o, dengan luas 36.385 hektar atau
3. Dataran tinggi, dengan kemiringan 7o – 40o, dengan luas 662.139 hektar atau 77,08% dari luas Kabupaten Mandailing Natal. Dataran tinggi ini dibedakan lagi menjadi dua jenis, yaitu :
- Daerah perbukitan dengan luas 308.954 hektar atau 46,66% - Daerah pegunungan dengan luas 353.185 hektar atau 53,34%
Suhu di daerah ini berkisar antara 23oC – 32oC dengan kelembaban antara 80-85%. Kabupaten ini terdiri dari 23 kecamatan dan 386 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk 413.750 jiwa, terdiri dari 203.565 laki-laki (49,20%) dan 210.185 perempuan (50,80%). Data tersebut tentu sudah berubah karena data bersangkutan pada tahun 2006.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Kopi Kabupaten Mandailing Natal, Laboratorium Riset dan Teknologi FP USU dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Mei sampai dengan November 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian skala 1: 750.000 digunakan sebagai peta dasar, sampel tanah yang diambil pada beberapa kecamatan, dan bahan kimia lainnya yang berhubungan dengan analisis laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS digunakan untuk mengetahui koordinat lokasi penelitian, timbangan listrik untuk menimbang sampel tanah, tabung erlenmeyer untuk pengukuran sampel tanah, ayakan untuk menyaring tanah dan alat lainnya yang berhubungan dengan analisis laboratorium serta kamera untuk dokumentasi.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, pengumpulan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Random Sampling digunakan untuk memperoleh data lapangan dan menginterpretasikan hasil survei lapangan dalam bentuk tabel analisis.
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan pekerjaan dilapangan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, dan penyusunan rencana kerja dilapangan.
Pelaksanaan
Pekerjaan dimulai dengan survei atau pengecekan lapang, pelaksanaan pengambilan data dengan menggunakan GPS dengan berpedoman pada peta dasar, dan peta jenis tanah.
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-20 cm dengan jumlah sampel tanah sebanyak 39 sampel.
Analisis Laboratorium
Untuk pengamatan kimia tanah maka diperlukan contoh tanah biasa, diambil pada setiap titik sampel pengamatan yang akan digunakan untuk analisis pH, C-organik, N-total, P-tersedia, Kejenuhan Basa, dan KTK.
1. pH tanah
dilakukan dengan metode Elektrometri dengan menggunakan pH meter. 2. C-organik
Dilakukan dengan metode Walkey-Black 3. N-total
Dilakukan dengan metode Kjeldahl 4. Kapasitas Tukar Kation
Dilakukan dengan metode ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7.
5. P tersedia
Dilakukan dengan metode ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7.
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja (Purposive random sampling) di lahan tanaman kopi pada beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Titik Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yaitu berupa : 1. Lapangan
yaitu data produksi dan sampel tanah 2. Pelengkap
yaitu data iklim, curah hujan, dan data pelengkap lainnya.
berwarna merah dan dijumlahkan. Selanjutnya di hitung dengan menggunakan rumus berikut :
Produksi (g) = jumlah buah matang x jumlah cabang produktif x 114 g/100 butir Pengolahan Data
1. Analisis sampel data dilakukan di Laboratorium
Untuk menghitung nilai pH, kandungan C-Organik, N-Total, P-Tersedia, KTK dan KB dilakukan dengan analisis di Laboratorium.
2. Analisis deskriptif pada data sampel
Data sampel dianalisis statistik dengan menggunakan rataan, maksimum, minimum, standar deviasi dan koefisien variasi. Kemudian data sampel dianalisis untuk mengetahui persentase kriterianya berdasarkan kriteria Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) (Lampiran 4).
3. Uji Asumsi Data Klasik
Untuk melihat keragaman sifat kimia tanah dan produksi kopi dilakukan uji asumsi data yang berupa uji outlier, uji normalitas dan uji linieritas. Apabila uji tersebut telah memenuhi syarat, maka dilakukan analisis lanjutan.
4. Analisis Korelasi
Data diuji dengan menggunakan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara sifat kimia tanah dengan produksi kopi dan hubungan antara sifat kimia tanah tersebut, dengan menggunakan rumus :
T0 =
√(1-r2xy)
Rxy√n-2
Dimana : T0 = nilai korelasi
Rxy = koefiesien korelasi
5. Analisis Regresi Kuadratik
Untuk melihat hubungan antara sifat kimia tanah dengan produksi kopi di kaji dengan analisis linier, dengan bentuk persamaan :
Y = b0 + b1X + b2X2
Dimana : Y = variabel terikat (produksi kopi) b0 = intersep dari garis pada sumbu Y
b1 = koefisien regresi kuadratik
b2 = koefisien regresi kuadratik
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Umum Sampel
Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh data ketinggian tempat dan suhu (Lampiran 1) di lahan kopi dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut.
Tabel 1. Data Ketinggian Tempat (m) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Rataan Ketinggian maksimal
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ketinggian tempat di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan ketinggian yaitu 1010.64 m dpl dengan ketinggian maksimal yakni 1353 m dpl dan minimal 861 m dpl. Koefisien variasi untuk ketinggian tempat sebesar 14.29%.
Tabel 2. Data Suhu (oC ) Lokasi Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Kecamatan Rataan Suhu maksimal
Dari Tabel 2 dapat kita lihat bahwa suhu di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan suhu yaitu 23.92oC dengan suhu tertinggi yakni 31oC dan terendah 18oC. Koefisien variasi untuk suhu yaitu sebesar 13.20%..
Sifat Kimia Tanah
pH Tanah
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa pH tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) kemasaman tanah terbanyak pada kriteria masam (Tabel 3 dan 4) (Lampiran 6) berikut.
Tabel 3. Persentase Nilai pH (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Mandailing Natal
Dari Tabel 3 dilihat bahwa persentase nilai pH di Kabupaten Mandailing Natal yaitu sangat masam sebesar 28.21%, masam sebesar 53.85%, dan agak masam sebesar 17.95%.
Tabel 4. Data pH Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari analisis statistik dilihat bahwa nilai pH di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 4.91 dengan pH tertinggi yakni 6.15 dan terendah 4.01. Koefisien variasi untuk pH yaitu sebesar 11.75%.
Karbon Organik
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa karbon organik (C-organik) tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) Kandungan C-organik terbanyak pada kriteria sedang (Tabel 5 dan 6) (Lampiran 7) berikut.
Kecamatan Sangat
Masam Masam
Agak
Masam Netral Alkalis
Mandailing Natal 28.21 53.85 17.95 - -
Kecamatan Rataan pH
maksimal pH minimal
Tabel 5. Persentase Kandungan C-Organik (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari Tabel 5 dilihat bahwa persentase kandungan C-organik di Kabupaten Mandailing Natal yaitu sangat rendah sebesar 5.13%, rendah sebesar 33.33%, sedang sebesar 41.03%, dan tinggi sebesar 20.51%.
Tabel 6. Data Kandungan C-Organik (%)Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari analisis statistik dilihat bahwa kandungan C-organik di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 2.29% dengan C-organik tertinggi yakni 4.34% dan terendah 0.96%. Koefisien variasi untuk C-organik adalah sebesar 34.36%.
Nitrogen Total
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa Nitrogen total (N-total) tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) kandungan N-total terbanyak pada kriteria sangat tinggi (Tabel 7 dan 8) (lampiran 8) berikut.
Tabel 7. Persentase Kandungan N-total (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Kecamatan Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi Mandailing Natal 5.13 33.33 41.03 20.51 -
Kecamatan Rataan C-organik maksimal
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi ---%--- ---%--- ---%--- ---%--- ---%---
Dari Tabel 7 dilihat bahwa persentase kandungan N-total di Kabupaten Mandailing Natal yaitu rendah sebesar 2.56%, sedang sebesar 30.77%, tinggi sebesar 23.08%, dan sangat tinggi sebesar 43.59%.
Tabel 8. Data N-total (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari analisis statistik dilihat bahwa kandungan N-total di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 0.66% dengan N-total terttinggi yakni 1.16% dan terendah 0.20%. Koefisien variasi untuk N-total yaitu sebesar 40.61%.
Fosfat Tersedia
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa Fosfat Tersedia (P-tersedia) tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) kandungan P-tersedia terbanyak pada kriteria rendah dan sangat tinggi (Tabel 9 dan 10) (Lampiran 9) berikut.
Tabel 9. Persentase Kandungan P-tersedia (%)Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari Tabel 9 dilihat bahwa persentase kandungan P-tersedia Kabupaten Mandailing Natal yaitu sangat rendah sebesar 10.26%, rendah sebesar 30.77%, sedang sebesar 15.38%, tinggi sebesar 12.82%, dan sangat tinggi sebesar 30.77%. Tabel 10. Data P-tersedia (ppm)Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal Kecamatan Rataan N-total
maksimal
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi Mandaling Natal 10.26 30.77 15.38 12.82 30.77
Dari hasil analisis statistik dilihat bahwa kandungan P-tersedia di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 13.37 ppm dengan P-tersedia tertinggi yakni 52.70 ppm dan terendah 2.14 ppm. Koefisien variasi untuk P-tersedia sebesar 81.25%.
Kapasitas Tukar Kation
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) kandungan KTK terbanyak pada kriteria sedang (Tabel 11 dan 12) (Lampiran 10) berikut.
Tabel 11. Persentase Kandungan Kapasitas Tukar Kation (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari Tabel 11 dilihat bahwa persentase Kapasitas Tukar Kation di Kabupaten Mandailing Natal yaitu sedang sebesar 30.77%, tinggi sebesar 56.41%, dan sangat tinggi sebesar 10.26%.
Tabel 12. Data Kapasitas Tukar Kation (me/100g) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari analisis statistik dilihat bahwa nilai Kapasitas Tukar Kation di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 29.57 me/100g tanah dengan KTK tertinggi yakni 49.75 me/100g tanah dan terendah 16.13 me/100g tanah. Koefisien variasi untuk KTK adalah sebesar 25.96%.
Kecamatan Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi
Mandailing Natal - - 30.77 56.41 10.26
Kejenuhan Basa
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa Kejenuhan Basa (KB) tanah menurut Balai Penelitian Tanah Bogor (2005) kandungan KB terbanyak pada kriteria sangat rendah (Tabel 13 dan 14) (Lampiran 11) berikut.
Tabel 13. Persentase Kandungan Kejenuhan Basa (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa persentase Kejenuhan Basa di Kabupaten Mandailing Natal yaitu sangat rendah sebesar 46.15%, rendah sebesar 23.08%, sedang sebesar 10.26%, tinggi sebesar 17.975%, dan sangat tinggi sebesar 2.56%. Tabel 14. Data Kejenuhan Basa (%) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di
Kabupaten Mandailing Natal
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa nilai Kejenuhan Basa di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 34.14% dengan KB tertinggi yakni 128.71% dan terendah 6.08%. Koefisien variasi untuk KB yaitu sebesar 80.06%.
Produksi Tanaman Kopi
Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh hasil produksi dapat dilihat pada Tabel 15 (Lampiran 12) berikut.
Kecamatan Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Tabel 15. Data Produksi Kopi (g) Sampel Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailing Natal
Kecamatan Rataan Produksi maksimal Mandailing Natal 1753.20 6869.64 184.68 1294.57 73.84
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai Produksi di Kabupaten Mandailing Natal memiliki rataan yaitu 1753.20 g dengan produksi tertinggi yakni 6869.64 g dan terendah 184.68 g. Koefisien variasi untuk produksi kopi yaitu sebesar 73.84%. Analisis Hubungan Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Kopi pada Beberapa Kecamatan di Mandailing Natal
Uji Asumsi Data Klasik
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan statistika uji asumsi data klasik diperoleh hasil sebagai berikut.
Uji Normalitas
Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat uji normalitas pada pH, C-Organik, N-Total dan KTK (Lamnpiran 13, 14, 15, dan 17) memiliki nilai yang jauh di atas 0.05, maka distribusi data adalah normal atau bisa dianggap normal.
Dilihat dari Tabel 16, uji normalitas pada P-Tersedia, KB, dan Produksi (Lampiran 16, 18 dan 19) memiliki nilai lebih kecil dari 0.05, maka distribusi data belum bisa dikatakan normal. Namun setelah dilakukannya transformasi data, maka distribusi data berada diatas 0.05 dan bisa dianggap normal.
Uji Outlier
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat uji outlier pada KTK (Lampiran 24) terlihat ada data yang berada di luar BoxPlot yang berupa data data outlier. Data yang memiliki tanda bulatan (O) merupakan data outlier, namun setelah dilakukan transformasi pada data tersebut tidak terlihat ada satupun data yang ada di luar BoxPlot.
Tabel 16. Uji Asumsi Klasik Data Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kopi
Data Normalitas Outlier Linier
pH - - -
KTK - Transformasi akar Transformasi
logaritma
Tabel 17. Nilai Uji Linieritas Sifat Kimia Tanah Hubungannya terhadap Produksi
Linieritas Data Produksi
pH 0.00057
C-Organik 0.021
N-Total 0.001
P-Tersedia 0.015
Kapasitas Tukar Kation 0.002
Kejenuhan Basa 0.006
Pada Tabel 17 hasil uji linearitas pH dengan Produksi Kopi (Lampiran 27) terlihat garis regresi pada grafik yang mengarah ke kanan bawah. Koefisien regresi adalah 0.00057. Hal ini membuktikan adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar nilai pH tanah, maka produksi kopi akan semakin menurun.
Dilihat pada Tabel 17 uji linearitas N-Total dengan Produksi Kopi (Lampiran 29) terlihat garis regresi pada grafik yang mengarah ke kanan bawah. Koefisien regresi adalah 0.001. Hal ini membuktikan bahwa adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar nilai N-Total tanah maka produksi kopi akan semakin menurun.
Pada Tabel 17 dilihat uji linearitas P-Tersedia dengan Produksi Kopi (Lampiran 30) terlihat regresi pada grafik yang mengarah ke kanan atas. Koefisien regresi adalah 0.015. Hal ini membuktikan adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar nilai P-Tersedia tanah maka produksi kopi akan semakin meningkat.
Berdasarkan Tabel 17 uji linearitas KTK dengan Produksi Kopi (Lampiran 31) terlihat regresi pada grafik yang mengarah ke kanan atas. Koefisien regresi adalah 0.002. Hal ini membuktikan adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar nilai KTK maka produksi kopi akan semakin meningkat.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17 uji linearitas KB dengan Produksi Kopi (Lampiran 32) terlihat regresi pada grafik yang mengarah ke kanan bawah. Koefisien regresi adalah 0.006. Hal ini membuktikan adanya linearitas pada hubungan dua variabel tersebut, yang berarti semakin besar nilai KB maka produksi kopi akan semakin menurun.
Analisis Korelasi Sifat Kimia Tanah dan Produksi Kopi
Tabel 18. Analisis Korelasi Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Kapasitas Tukar Kation; KB = Kejenuhan Basa
tn = tidak nyata dan * = nyata
Pada Tabel 18 diketahui bahwa korelasi sifat kimia tanah terhadap produksi kopi tidak berkaitan erat, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan korelasi antara sifat kimia tanah terhadap produksi kopi.
Berdasarkan pada Tabel 18 diketahui bahwa korelasi pada pH tanah berkaitan erat terhadap Kejenuhan Basa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai pH akan mempengaruhi nilai Kejenuhan Basa pada tanah.
Dilihat pada Tabel 18 diketahui bahwa korelasi pada kandungan C-Organik berkaitan erat terhadap P-Tersedia. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai C-Organik akan mempengaruhi nilai P-Tersedia.
Pada Tabel 18 diketahui bahwa korelasi pada kandungan N-Total berkaitan erat terhadap nilai P-Tersedia dan KTK. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai N-Total akan mempengaruhi nilai P-Tersedia dan KTK.
Korelasi pada kandungan P-Tersedia berkaitan erat terhadap nilai KTK (Tabel 18), sehingga dapat diketahui bahwa semakin besar nilai P-Tersedia akan mempengaruhi nilai KTK. Demikian halnya korelasi pada nilai KTK berkaitan erat terhadap nilai KB. Semakin tinggi nilai KTK akan mempengaruhi nilai KB.
Analisis Regresi Kuadratik Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Kopi
Tabel 19. Analisis Regresi Kuadratik Sifat Kimia Tanah terhadap Produksi Kopi
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19 dapat dilihat analisis regresi kuadratik sifat kimia tanah hubungannya terhadap produksi kopi tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan nilai F0 lebih kecil dari F tabel (4.11). Tidak adanya
pengaruh nyata antara sifat kimia tanah terhadap produksi kopi dapat disebabkan karena terdapat beberapa faktor lingkungan yang kurang mendukung terhadap produksi kopi.
Dari Tabel 19 diperoleh nilai R square tertinggi terdapat pada nilai KTK sebesar 0.08 sedangkan nilai R square terendah terdapat pada nilai KB sebesar 0.01. Hal ini dapat dipengaruhi karena setiap daerah sampel memiliki kemampuan tanah dan kandungan unsur hara yang berbeda sehingga terjadi hubungan yang tidak berpengaruh nyata.
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai F tertinggi adalah KTK sebesar 1.55, sementara nilai F terendah adalah N-Total yaitu sebesar 0.09. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai KTK lebih besar pengaruhnya terhadap produksi kopi dibandingkan sifat kimia tanah lainnya.
Pembahasan
erat dengan pH dan tingkat kesuburan tanah. Kemasaman akan menurun dan kesuburan akan meningkat dengan meningkatnya KB. Laju pelepasan kation terjerap bagi tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa.
Pada Tabel 18 analisis korelasi N-Total berpengaruh nyata terhadap P-Tersedia dan KTK tanah. Hal ini disebabkan karena nitrogen merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah sehingga dengan adanya nitrogen maka aktivitas mikroba tanah meningkat sehingga tingkat dekomposisi juga meningkat dan menyebabkan ion-ion yang terjerap menjadi aktif sehingga KTK meningkat. Dengan adanya aktivitas ion, maka akan mengikat unsur hara P-tersedia pada tanah dan menyebabkan P-Tersedia menjadi meningkat. Tambunan (2008) menyatakan bahwa nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh tingkat pelapukan tanah, kandungan bahan organik tanah dan jumlah kation basa dalam larutan tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi memiliki KTK yang lebih tinggi. Didukung oleh literatur Nyakpa et al (1988) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan P tanah yaitu : tipe liat, pH tanah, waktu reaksi, temperatur, jumlah dan tingkat dekomposisi bahan organik, ion Fe, Al dan Mn, adanya mineral yang mengandung Fe, Al dan Mn, tersedianya Ca, dan kegiatan jasad renik.
mempertukarkan kation. Namun nilai KTK suatu tanah tidak dapat dipakai untuk mengukur kesuburan tanah. Oleh sebab itu digunakan kejenuhan basa sebagai parameter untuk menentukan tingkat kesuburan tanah.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai pH tanah tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. Hal ini terjadi karena nilai pH tanah pada lahan sampel tidak memenuhi nilai pH optimal untuk pertumbuhan dan produktivitas kopi. Tanaman kopi menghendaki tanah dengan pH 5.5 – 6.5, namun pada Tabel 3 dapat kita lihat rataan nilai pH tanah di lahan sampel sebesar 4.19. Hal ini didukung oleh literature AAK (1990) yang menyatakan bahwa Tanaman kopi menghendaki reaksi yang agak masam dengan pH 5,5-6,5. Tetapi hasil yang baik sering kali diperoleh pada tanah yang lebih masam, dengan catatan keadaan fisiknya baik. Pada umumnya tanah yang lebih masam kandungan mineralnya lebih rendah.
Pada Tabel 19 dapat dilihat hubungan C-Organik, N-Total, P-Tersedia, KTK dan Kejenuhan Basa tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kopi. namun pada kenyataannya unsur hara tanah tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kopi. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan data atau pengambilan sampel tanah atau pada lahan tersebut masih memiliki karakteristik sifat kimia tanah yang sama. AAK (1991) menyatakan bahwa dengan diimbangi pemberian fosfat yang cukup, nitrogen menjamin pertumbuhan tanaman kopi muda dengan cepat dan kuat. Penambahan N yang cukup juga menambah jumlah cabang produktif. Jika N mendorong pertumbuhan vegetatif maka fosfat akan meningkatkan pertumbuhan generatif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Analisis korelasi sifat kimia tanah hubungannya terhadap produksi kopi tidak ada hubungan keeratan.
2. Analisis regresi kuadratik sifat kimia tanah hubungannya terhadap produksi kopi tidak berpengaruh nyata.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta. AAK, 1990. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.
Adnyana, I. M. 2011. Aplikasi Anjuran Pemupukan Tanaman Kopi Berbasis Uji Tanah di Desa Bongancina Kabupaten Buleleng. Udayana Mengabdi Vol 10 (2); 64-66
Bank Indonesia, 2014. Perkebunan Kopi Arabika. Diakses dari pada tanggal 28 Maret 2014.
BPS, 2012. Mandailing Natal dalam Angka. Diakses pada
Coleman, N. T. dan A. Mehlich. 1957. The Chemistry of Soil pH. dalam The Yearbook of Agriculture; 72 – 79.
Damanik, M. M .B., B. E . Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan H. Hanum. 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU PRESS, Medan.
Devi, S. G.M. dan K. S. A. Kumar. 2009. Characteristics of Coffee-growing Soils and Their Organic Carbon Stocks in Karnataka State. Agropedology Vol 19 (1); 6-14
Ernawati, Rr., R. W. Arief, dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan, Bogor.
Hakim, M . A. 2011. Strategi Peningkatan Produktivotas Kopi Arabika Desa Sitinjo Induk Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi. USU, Medan.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Presindo. Jakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan
Perencanaan Tata Guna Laha. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Johnston, A. dan R. Karamanos. 2005. Base Saturation and Basic Cation
Saturation Ratios- How Do They Fit in Northern Great Plains Soil Analysis. Potash & Phospate Institute, Canada.
Kundarto, M. dan S. Virgawati. 2004. Soil Survey Using Grid System on Study of Land Resource Potency for Agriculture Development. 3rd FIG Regional Conference, Jakarta.
.
Marshall, T.J. dan J.W. Holmes. 1988. Soil Physics. Cambridge University Press, New York.
Mukhlis, Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Press, Medan.
Najiyati, S. dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ningsih, A. L. 2011. Analisis Sifat Fisika, Kimia, dan Biologi Tanah pada Daerah Buffer Zone dan Resort Sei Betung di Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang. USU, Medan.
Njurumana, G. ND., M. Hidayatullah, dan T. Butarbutar. 2008. Kondisi Tanah pada Sistem Kaliwu dan Mamar di Timor dan Sumba. Info Hutan Vol. 5 (1); 46-51
NRCS, 1998. Soil Quality Indicators : pH. Natural Resources Conversation Service .United States Department of Agriculture. Diakses dari
NRCS. 2012. Soil Survey . Natural Resources Conversation Service United Stated Department of Agriculture. Diakses dari 23 Februari 2014
NRCS, 2014. Soil Survey Manual. Natural Resources Conversation Service United Stated Department of Agriculture. Diakses dari tanggal 5 Mei 2014.
Nunez, P. A., A. Pimentel, I. Almonte, D. Sotomayor-Ramirez, N. Martinez, A. Perez, dan C. M. Cespedes. Soil Fertility Evaluation of Coffee (Coffea spp.) Production Systems and Management Recommendation for The Barahona Province, Dominician Republic. Dalam J. Soil Sci. Plant Nutr Vol. 11 (1); 127-140
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. Pulung, A.G. Amarah, A, Munawar, G.B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Ritung, S., Wahyunto, F. Agus, dan H. Hidayat. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan
dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Barat. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre, Bogor.
Soewandita, H. 2008. Studi Kesuburan Tanah dan Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bengkalis. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.10 (2); 128-133
Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan Kering Madura. Embryo Vol. 5 (2); 176-183
Tambunan, W.A. 2008. Kajian Sifat Fisik dan Kimia Tanah Hubungannya dengan Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Kwala Sawit PTPN II. USU, Medan.
Tan, K. H. 1991. Dasar - Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Terjemahan: D. H. Goenadi. 259 Hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Ketinggian Tempat dan Suhu Lahan Kopi Beberapa Kecamatan di Kabupaten Mandailng Natal Lampiran 2. Hasil Analisis N-Total, P-Tersedia, Kation Basa (K, Ca, Mg)
Lampiran 3. Hasil Analisis Na
Catt : melampirkan lembar hasil analisis di BPTP SUMUT Lampiran 4. Hasil Analisis KTK
Catt : melampirkan lembar hasil analisis di Laboratorium Riset Teknologi FP USU
Lampiran 19. Uji Normalitas Produksi Kopi dan Transformasi Logaritma Produksi Kopi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Produksi .150 39 .027 .860 39 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
transformasi_log_Produksi .098 39 .200* .962 39 .215
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 20. Uji Outlier pH Tanah
Lampiran 21. Uji Outlier C-Organik
Lampiran 23. Uji Outlier Transformasi Logaritma P-Tersedia
Lampiran 24. Uji Outlier KTK dan Transformasi Akar KTK
Lampiran 27. Uji Linearitas pH dengan Transformasi Akar Produksi
Lampiran 29. Uji Linearitas N-Total dengan Transformasi Akar Produksi
Lampiran 31. Uji Linearitas Transformasi Logaritma KTK dengan Transformasi Akar Produksi
Lampiran 33. Analisis Korelasi Sifat Kimia Tanah Terhadap Produksi Correlations
pH transformasi_akar_produksi
pH
Pearson Correlation 1 -.024
Sig. (2-tailed) .885
Sum of Squares and
Cross-products 12.655 -.049
Covariance .333 -.001
N 39 39
transformasi_akar_produksi
Pearson Correlation -.024 1
Sig. (2-tailed) .885
Sum of Squares and
Cross-products -.049 .331
Covariance -.001 .009
Pearson Correlation 1 -.146
Sig. (2-tailed) .376
Sum of Squares and
Cross-products 1.051 -.086
Covariance .028 -.002
N 39 39
transformasi_akar_produksi
Pearson Correlation -.146 1
Sig. (2-tailed) .376
Sum of Squares and
Cross-products -.086 .331
Covariance -.002 .009
N 39 39
Correlations
NTotal transformasi_akar_produksi
NTotal
Pearson Correlation 1 -.033
Sig. (2-tailed) .842
Sum of Squares and
Cross-products 2.734 -.031
Covariance .072 .000
N 39 39
transformasi_akar_produksi
Pearson Correlation -.033 1
Sig. (2-tailed) .842
Sum of Squares and
Cross-products -.031 .331
Covariance .000 .009
Correlations
trans2_log_KTK Pearson Correlation 1 .039
Sig. (2-tailed) .813
Sum of Squares and
Cross-products .113 .008
Covariance .003 .000
N 39 39
transformasi_akar_produksi Pearson Correlation .039 1
Sig. (2-tailed) .813
Sum of Squares and
Cross-products .008 .331
Covariance .000 .009
Correlations
Pearson Correlation 1 -.078
Sig. (2-tailed) .638
Sum of Squares and
Cross-products 4.301 -.093
Covariance .113 -.002
N 39 39
transformasi_akar_ produksi
Pearson Correlation -.078 1
Sig. (2-tailed) .638
Sum of Squares and
Cross-products -.093 .331
Covariance -.002 .009
N 39 39
Lampiran 34. Analisis Korelasi Antara Sifat Kimia Tanah Correlations
pH transformasi_log_C
pH
Pearson Correlation 1 -.021
Sig. (2-tailed) .899
Sum of Squares and
Cross-products 12.655 -.077
Covariance .333 -.002
N 39 39
transformasi_log_C
Pearson Correlation -.021 1
Sig. (2-tailed) .899
Sum of Squares and
Cross-products -.077 1.051
Pearson Correlation 1 -.174
Sig. (2-tailed) .289
Sum of Squares and Cross-products 12.655 -1.025
Covariance .333 -.027
N 39 39
NTotal
Pearson Correlation -.174 1
Sig. (2-tailed) .289
Sum of Squares and Cross-products -1.025 2.734
Covariance -.027 .072
Correlations
pH transformasi_log_P
pH
Pearson Correlation 1 .181
Sig. (2-tailed) .270
Sum of Squares and
Cross-products 12.655 1.338
Covariance .333 .035
N 39 39
transformasi_log_P
Pearson Correlation .181 1
Sig. (2-tailed) .270
Sum of Squares and
Cross-products 1.338 4.315
Pearson Correlation 1 -.024
Sig. (2-tailed) .883
Sum of Squares and
Cross-products 12.655 -.029
Covariance .333 .000
N 39 39
transformasi_log_KTK
Pearson Correlation -.024 1
Sig. (2-tailed) .883
Sum of Squares and
Cross-products -.029 .113
Pearson Correlation 1 .800**
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products 12.655 5.899
Covariance .333 .155
N 39 39
transformasi_log_KB
Pearson Correlation .800** 1
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products 5.899 4.301
Covariance .155 .113
N 39 39
Correlations
transformasi_log_C NTotal
transformasi_log_C
Pearson Correlation 1 -.030
Sig. (2-tailed) .856
Sum of Squares and
Cross-products 1.051 -.051
Covariance .028 -.001
N 39 39
NTotal
Pearson Correlation -.030 1
Sig. (2-tailed) .856
Sum of Squares and
Cross-products -.051 2.734
Pearson Correlation 1 .354*
Sig. (2-tailed) .027
Sum of Squares and
Cross-products 1.051 .754
Covariance .028 .020
N 39 39
transformasi_log_P
Pearson Correlation .354* 1
Sig. (2-tailed) .027
Sum of Squares and
Cross-products .754 4.315
Covariance .020 .114
N 39 39
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
transformasi_log_C trans2_log_KTK
transformasi_log_C
Pearson Correlation 1 .034
Sig. (2-tailed) .836
Sum of Squares and
Cross-products 1.051 .012
Covariance .028 .000
N 39 39
transformasi_log_KTK
Pearson Correlation .034 1
Sig. (2-tailed) .836
Sum of Squares and
Cross-products .012 .113
Covariance .000 .003
Correlations
transformasi_log_C transformasi_log_KB
transformasi_log_C
Pearson Correlation 1 -.083
Sig. (2-tailed) .616
Sum of Squares and
Cross-products 1.051 -.176
Covariance .028 -.005
N 39 39
transformasi_log_KB
Pearson Correlation -.083 1
Sig. (2-tailed) .616
Sum of Squares and
Cross-products -.176 4.301
Covariance -.005 .113
N 39 39
Correlations
NTotal transformasi_log_P
NTotal
Pearson Correlation 1 .485**
Sig. (2-tailed) .002
Sum of Squares and
Cross-products 2.734 1.664
Covariance .072 .044
N 39 39
transformasi_log_P
Pearson Correlation .485** 1
Sig. (2-tailed) .002
Sum of Squares and
Cross-products 1.664 4.315
Covariance .044 .114
N 39 39
Correlations
NTotal trans2_log_KTK
NTotal
Pearson Correlation 1 .713**
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products 2.734 .397
Covariance .072 .010
N 39 39
transformasi_log_KTK
Pearson Correlation .713** 1
Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
Cross-products .397 .113
Covariance .010 .003
N 39 39
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
NTotal transformasi_log_KB
NTotal
Pearson Correlation 1 -.377*
Sig. (2-tailed) .018
Sum of Squares and
Cross-products 2.734 -1.292
Covariance .072 -.034
N 39 39
transformasi_log_KB
Pearson Correlation -.377* 1
Sig. (2-tailed) .018
Sum of Squares and
Cross-products -1.292 4.301
Covariance -.034 .113
N 39 39
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
transformasi_log_P trans2_log_KTK
transformasi_log_P
Pearson Correlation 1 .402*
Sig. (2-tailed) .011
Sum of Squares and
Cross-products 4.315 .281
Covariance .114 .007
N 39 39
trans2_log_KTK
Pearson Correlation .402* 1
Sig. (2-tailed) .011
Sum of Squares and
Cross-products .281 .113
Covariance .007 .003
N 39 39
Correlations
transformasi_log_P transformasi_log_KB
transformasi_log_P
Pearson Correlation 1 -.033
Sig. (2-tailed) .840
Sum of Squares and
Cross-products 4.315 -.144
Covariance .114 -.004
N 39 39
transformasi_log_KB
Pearson Correlation -.033 1
Sig. (2-tailed) .840
Sum of Squares and
Cross-products -.144 4.301
Covariance -.004 .113
N 39 39
Correlations
trans2_log_KTK transformasi_log_KB
transformasi_log_KTK
Pearson Correlation 1 -.347*
Sig. (2-tailed) .030
Sum of Squares and
Cross-products .113 -.242
Covariance .003 -.006
N 39 39
transformasi_log_KB
Pearson Correlation -.347* 1
Sig. (2-tailed) .030
Sum of Squares and
Cross-products -.242 4.301
Covariance -.006 .113
N 39 39
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 35. Analisis Regresi Kuadratik pH terhadap Transformasi Akar Produksi
Model Summary
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.102 .010 -.045 .095
The independent variable is pH.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .003 2 .002 .188 .830
Residual .328 36 .009
Total .331 38