ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DITINJAU DARI PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK YPT Pringsewu TA 2013/2014)
Oleh
ARIEF AGENG SANJAYA
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK YPT Pringsewu tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 595 siswa yang terdistribusi dalam lima belas kelas, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ 3 sebagai kelas eksperimen dan X TKR 1 sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Arief Ageng Sanjaya dilahirkan pada tanggal 2 Mei 1991 di Desa Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara buah hati dari
Bapak Suharno, S.T dengan Ibu Ir Siswiyanti, M.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah pertama di Pringsewu, yaitu SD Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 1 Pringsewu, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan Ujian Masuk Lokal (UML) Universitas Lampung 2009.
Penulis juga berorganisasi di dalam kampus dan luar kampus. Anggota muda di
himasakta dan fppi pada tahun 2009-2010. Anggota di himasakta, bem, fppi pada tahun 2010-2011. Ketua umum himasakta 2011-2012. Ketua BEM FKIP pada tahun
Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata (KKN) Tematik tahun 2012 di desa Taman sari Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahun yang
Moto
Bergerak tuntaskan perubahan, mengabdi
untuk indonesia
PERSEMBAHAN
Segala Puji syukur ku ucapkan kepada sang pencipta Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW
Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada
Kedua orangtuaku tercinta Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang
takkan pernah habis, yang selalu sabar dalam
membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan dan
memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.
Pakdhe, budhe, om, tante, mas, mbak, adik, keponakan, serta seluruh sanak saudara baik dari bapak maupun ibu,
atas semua doa dan dukungan yang telah kalian berikan
Sahabat-sahabat terbaikku baik di kampus maupun di luar kampus atas semua doa, semangat persaudaraan, dan
kebersamaan yang telah kalian berikan
Para pendidik yang kuhormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah membuatku lebih berwawasan
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Dengan Metode Penemuan Terbimbing
Terhadap Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas X SMK YPT Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014)” sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan atas dorongan, bantuan, arahan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi dan memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran selama penyusunan skripsi, sehingga
skripsi ini menjadi lebih baik.
2. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II dan Pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
3. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku dosen pembahas dan Ketua Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan masukan, motivasi, dan kritikan dalam penyelsaian skripsi.
4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd sebagai pengganti pembimbing I yang membantu dalam penyelsaian skripsi
5. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung.
6. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,
beserta staf dan jajarannya
8. Bapak Drs. H. Winarto Mustari, M.M., selaku Kepala SMK YPT Pringsewu beserta Wakil, staff, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan
selama penelitian.
9. Ibu Prima, S.Pd., selaku guru mitra dan guru mata pelajaran matematika kelas X SMK YPT Pringsewu yang telah banyak membantu penulis selama
melakukan penelitian.
10. Siswa-siswi Kelas X SMK YPT Pringsewu yang telah banyak membantu
penulis selama melakukan penelitian.
11. Ayahanda Suharno, S.T., Ibunda Ir Siswiyanti, Yunda Titis Nindia Sari Anggraini, Dinda M. Ziddan Bayu Aji dan Andika Satria Yoga S, dan keluarga
besarku, terima kasih atas doa, semangat, dan dukungannya.
12. Sahabat perjuangan di FPPI ; Budi Cahyanto, Yoga Winando, Adi Suripto,Eko
13. Sahabat di himasakta ; Ermayanti Sutiyo, Fajar Swasono, Vina, Yunda Nanik,
Arina, Efendi, Dhita, Deni, Lili, Didik, Dek Nan, Nasir, Febby, Ichon, Hamadin, Lisa Ensya dan kawan-kawan pengurus
14. Sahabat di BEM FKIP ; Imut, Akbar, Wahyu, Ami, Karsiwan, Yuni, Badri, Septi, Sani, Evi, Suci, Andi, Lisa, Naim, Nisa, Yudi, Lia
15. Sahabat DPM ; Trian, fitma, wiwin, sifha, hani, dan kawan-kawan pengurus 16. Sahabat di KAMMI Yosse, Nur, Putra, Mitha, Ely Ulfa Sari, Deni, Nurul,
Martini, Fahita, Abe, Marel, Ari, Erma, Tika, Nisa, Riko,Anggi Dan
Kawan-Kawan Pengurus
17. Sahabat ngaji Arjun, Bowo, Imam, Gamal, Hengki, Roni, Satria, Elan, Hakim,
Rio, Surya
18. Sahabat-sahabat seperjuanganku di griya kencanaa yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.
19. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Matematika 2009 yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini : Selvi, Astri, Ana, Pitri H, Zia, Resti, Lena, Febri, Hendra, Jenifer, Bahrudin, Umpu, Cha, Ifa, Siti,
Ayu Rahma, Ageng, Novi, Prety, Evi, Nyoman, Yuni, Astia, Nike, Jenny, Marthina, Albertus, Wayan, Vera, Restu, Yosse, Adi, Rini, Tullah, Elan, Inug,
Pitri O, Desi, Albertus, Riandra, Ikim, Meditama, Linda, Bobby, Ohmet, C_lonk, Purbo, Evi, Maria, Yus, Ayu, Amal, Rara, Andin, Novio, Ari, Ika, Puspa, Ines, Sri, Heri, dan Weny.
21. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL Taman Sari kecamatan Ketapang
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012 : mama penda, pak su, iren, desi, eni, andi, tika, haris, putri, inal, erik, putri, atas persaudaraannya selama ini, dan
semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.
22. Rekan-rekanku, kakak-kakakku, dan mbak-mbakku: atas motivasi, dukungan,
perhatian, dan semangatnya selama ini.
23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, September 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
1. Belajar dan Pembelajaran ... 9
2. Efektivitas Pembelajaran ... 10
3. Metode Penemuan Terbimbing ... 12
4. Metode Konvensional ... 15
5. Pemahaman Konsep Matematis ... 17
B. Kerangka Pikir ... 18
C. Anggapan Dasar ... 20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 21
B. Desain Penelitian ... 22
C. Prosedur Penelitian ... 23
D. Data Penelitian... 24
E. Teknik Pengumpulan Data ... 24
F. Instrumen Penelitian ... 24
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27
1. Uji Normalitas ... 28
2. Uji Hipotesis ... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
B. Pembahasan ... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ... .. 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahap Pembelajar Penemuan Terbimbing ... 14
3.1 Nilai Rata-Rata Kelas... 21
3.2 Desain Penelitian ... 23
3.3 Pedoman Penskoran ... 24
3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep ... 28
3.5 Rekap Uji Non Parametrik ... 30
4.1 Rekapitulasi Hasil Posttest ... 32
4.2 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 33
4.3 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... ... 46
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... ... 75
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... ...103
B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... . 126
B.2 Soal Posttest ... 127
B.3 Lembar Ceklis ... 128
B.4 Kunci Jawaban Soal Posttest dan Nilai ... . 129
C. PERHITUNGAN C.1 Daftar Nilai Awal Siswa ... 136
C.2 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 139
C.3 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 143
C.4Uji Homogenitas ... 146
C.5 Uji Reliabilitas……….… 147
C.6 Hasil Postes ... 149
C.7 Uji Normalitas Kelas Eksperimen……….... 152
C.8 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 156
C.10 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen .. 163
C.11 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 164
C.12 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen ... 165
C.12 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 166
D. LAIN-LAIN D.1 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi………...……….168
D.2 Surat Kesediaan Membahas……….………...169
D.3 Surat Izin Penelitian ………...…....170
D.4 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ………...171
D.5 Daftar Hadir Seminar Proposal ………...173
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat. Hal ini menuntut para pendidik
agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam
pendidikan matematika. Pendidikan matematika harus mampu menghasilkan manusia bermutu, yang mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain di dunia.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang
pendidikan dasar sampai menengah. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional (dalam UU Nomor 20 Tahun 2003) yaitu
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2 Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika
lingkup pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang metode matematika, menyelesaikan metode dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Sejalan dengan uraian diatas Kilpatrick dan Findell (2001) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah membentuk pola pikir siswa yang dapat
di ukur dari kemampuan kecakapan yang dimilikinya, yang disebut dengan Mathematical Proficiency atau kecak
apan matematika. Berdasarkan hasil penelitian mereka, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat lima jenis kompetensi matematika yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika di sekolah, yaitu :
1. Conceptual understanding : comprehension of mathematical concepts, operation, and relations
2. Procedural fluency : skill in carrying out procedures flexibly, accurately, efficiently, and appropriately
3. Strategic competence : ability to formulate, represent, and solve mathematical problems
4. Adaptive reasoning : capacity for logical thougt, reflection, explanation, and justification
5. Productive disposition : habitual inclination to see mathematics as sensible, useful, and worthwhile, coupled with a belief in diligence and
3 Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep siswa dalam mata pelajaran matematika di Indonesia belum sesuai dengan harapan.
Hasil survei The Trends In International Mathematics And Science Study
(TIMSS). Hasil survey TIMMSS pada tahun 2003 menunjukkan prestasi matematika siswa Indonesia berada di pringkat 34 dari 45 negara dengan rerata 411. Pada tahun 2007 prestasi matematika siswa Indonesia berada di pringkat 36
dari 49 negara. Pada tahun 2011 Indonesia kemudian menduduki pringkat 38 dari 45 negara dengan skor 386. Berikut adalah contoh soal TIMSS 2011
1. Berapa besar derajat jarum panjang (jarum untuk menit) pada jam 6.20 a.m menuju 8.00 a.m pada hari yang sama?
2. Terdapat 10 kelerang di dalam tas : 5 berwarna merah, dan 5 berwarna
biru. Sue mengambil sebuah kelereng dari tas secara acak. Kelereng yang ia ambil berwarna merah. Kemudian ia mengembalikan kelereng tersebut
dalam tas. Berapa peluang kelereng berikutnya yang ia ambil secara acak berwarna merah?
(dalam Rafianti, 2013)
Survei dari TIMSS menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep masih rendah. Peringkat ini memang tidak dapat dijadikan alat ukur mutlak bagi
4 semua pihak dalam dunia pendidikan seingga siswa dapat lebih meningkatkan
prestasi belajar dalam matematika.
Selain hasil penelitian tentang rendahnya kemampuan pemahaman konsep, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa guru di SKM YPT
Pringsewu mengenai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil wawancara menunjukkan bahwa keampuan pemahaman konsep masih rendah
yaitu 50%, akibatnya nilai matematikanya dibawah KKM.
Proses pembelajaran di sekolah SMK YPT Pringsewu sebagian besar masih
menggunakan pembelajaran konvensional. Siswa hanya terpaku rumus dan contoh yang diberikan oleh guru, sehingga jika diberikan soal yang berbeda dengan contoh
maka banyak siswa yang tidak bisa menjawab. Hal ini yang menyebabkan siswa merasa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami.
Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu pembelajaran yang tidak hanya
sekedar pemberian informasi yang dilakukan oleh guru kepada siswanya, tidak hanya sekedar hafalan-hafalan yang mudah dilupakan oleh siswa. Masih dibutuhkan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematiS. Proses yang melibatkan siswa secara aktiv untuk mengeksplorasikan ide-idenya dan memfasilitasi kebutuhan belajarnya.
Pemahaman konsep siswa dapat diusahakan menjadi baik dengan cara memilih
5 bahwa semakin tepat metode yang digunakan, maka diharapkan semakin efektif
pula pencapaian tujuan yang diinginkan. Penggunaan metode penemuan bisa dijadikan alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep.
Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu langkah untuk mendorong
siswa menemukan prinsip umum, mencari, dan memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru sebagai fasilitator, bertindak sebagai penunjuk jalan
yang membantu siswa dalam memahami konsep. Penemuan terbimbing merupakan salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum KTSP. Metode terbimbing diharapkan bisa membantu siswa dalam memahami materi
pelajaran metematika.
Menurut Hamalik (2002: 134), metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi
objek-objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep. Siswa melakukan discovery (penemuan), sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar. Bimbingan dimaksudkan
agar penemuan yang dilakukan siswa terarah, memberi petunjuk siswa yang mengalami kesulitan untuk menemukan suatu konsep, dan waktu pembelajaran
lebih efisien. Bimbingan diberikan melalui serangkaian pertanyaan atau LKS, bimbingan yang diberikan guru tergantung pada kemampuan siswa dan materi
yang sedang dipelajari.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing ditinjau dari
6
B. Rumusan Masalah
“Apakah pembelajaran metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa?”
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional serta hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran matematika sebagai metode alternatif yaitu dengan menggunakan model
7 b. Bagi sekolah yang bersangkutan, untuk menambah sumbangan pemikiran
bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas siswanya.
c. Bagi peneliti lainnya, melalui hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
bahan masukan dan bahan kajian bagi peneliti di masa yang akan datang.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini:
1. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan bimbingan guru.
2. Metode konvensional adalah suatu metode pembelajaran yang terfokus pada guru. Guru menyampaikan materi pelajaran secara langsung dengan metode
ceramah, guru memberi contoh, guru melakukan tanya jawab dengan siswa, dan guru memberi latihan.
3. Model pembelajaran penemuan terbimbing dikatakan efektif apabila
pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa dengan
pembelajaran konvensional.
4. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah
diadakan tes. Indikator pemahaman konsep berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/ PP/2004 yaitu :
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
8 c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak diimplementasi dalam
pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989: 159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak, selama
anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Selain Piaget, dikenal pula Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Dinyatakan oleh Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17)
bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor sosial.
Secara lebih khusus konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa seseorang
pada umumnya melalui empat tahap dalam belajar sesuai yang dikemukakan Horsley (1990: 59) yaitu
10 tahap ini merupakan tahap untuk mengukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan.
2. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas pembelajaran akan tercapai apabila siswa berperan aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya aktif mendengarkan penjelasan dari guru, namun siswa mengonstruksi ide-ide mereka secara individual maupun
berkelompok. Dalam kegiatan tersebut, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator. Mulyasa (2006: 193) juga menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru dan membentuk
kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu
ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran dan erat kaitannya dengan ketercapaian kompetensi siswa.
Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif
dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran, mengelola kelas agar tertib dan teratur. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman konsep yang baik.
Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 584), berasal
11 Efektivitas dalam pendidikan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (dalam
Suryosubroto, 2006: 9) dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari mengajar guru, menyangkut sejauh mana rencana kegiatan belajar mengajar (KBM) terlaksana,
dan dari belajar murid, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan KBM.
Menurut Kyriacou (2011: 16-17), pembelajaran efektif bisa dirumuskan sebagai
pembelajaran yang berhasil, sebagaimana yang dikehendaki oleh guru. Terdapat tiga variabel pokok yang berguna untuk membuat pembedaan tentang pembelajar-an efektif, yaitu
(1) variabel konteks, mengacu pada seluruh karakteristik konteks aktivitas belajar, biasanya berupa pelajaran berbasis ruang kelas, yang mungkin memiliki dampak tertentu bagi kesuksesan aktivitas belajar, (2) variabel proses, mengacu pada apa yang sebenarnya berlangsung di ruang kelas dan membahas persepsi, strategi, dan perilaku guru dan murid, dan karakteristik tugas belajar dan aktivitas-aktivitasnya itu sendiri, dan bagaimana semua itu berinteraksi satu sama lain, (3) variabel produk, mengacu pada semua hasil pendidikan yang diinginkan oleh guru dan yang telah menjadi dasar mereka dalam merencanakan pelajaran dari kriteria yang mereka gunakan untuk menilai efektivitas.
Setiap pembelajaran pasti menunjukkan perbedaan. Perbedaan pemahaman dalam
penelitian ini terlihat dari hasil tes pemahaman konsep siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata skor tes pemahaman konsep. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan efektivitas pembelajaran akan tercapai apabila siswa mencapai kompetensi dari tujuan pembelajaran yang
12
3. Metode Penemuan Terbimbing
Menurut Gilstrop (dalam Sudjarwo,2012 : 214) metode penemuan terbimbing
didifinisikan sebagai suatu prosedur yang menemukan belajar secara individual manipulasi objek atau pengaturan atau pengkondisian objek dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelem generalisasi atau penarik kesimpulan dibuat. Menurut
Sund (dalam Roestiyah, 2008: 20), penemuan (discovery) adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut seperti mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Menurut Marzono (dalam sudjarwo,2012:215) pembelajaran berbasis inkuiri merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh guru agar kegitan pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga membentuk dimensi proses belajar,
seperti sikap dan persepsi positif tentang belajar, memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan, memperluas dan memperbaiki pengetahuan,
menggunakan pengetahuan secara bermakna dan kebiasaan berpikir produktif.
Menurut Bell (dalam Sutaji 2011, 3.23) metode penemuan terbimbing dapat dirumuskan sebagai berikut
13 secara mandiri dan produktiv; 5) Siswa dapat belajar menemukanpengaitan antara variable-variabel yang mengatakan pada generalisasi matematika; 6) Siswa mendapatkan strategi keterlibatan yang bernilai melalui pemecahan masalah; 7) Siswa dapat memahami metode pembuktian pemecahan masalah secara matematis; 8) Siswa akan mempunyai landasan pemahaman yang kuat ddan ilmi dalam matematikan; 9) Siswa dapat menemukan algoritma dan prinsip-prinsip matematis; 10) Siswa menghargai atau mengapesiasi metode penelitan pra matematikawan
Depdiknas, (2008: 17), siswa dihadapkan pada situasi untuk bebas menyelidiki
dan menarik kesimpulan, guru sebagai penunjuk jalan agar siswa mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka miliki untuk mendapatkan pengetahuan baru, siswa berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip
umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru, sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang dipelajari.
Abidin (2011) menyatakan metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dan
kekurangan yaitu
(1) siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya, (2) sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, (3) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat, (4) siswa yang memperoleh pengetahuannya dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuan ke berbagai konteks, dan (5) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri. Sedangkan kelemahan metode penemuan terbimbing yaitu (1) banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa tetap bersemangat mencari penemuan-penemuan, (2) tidak semua anak mampu melakukan penemuan, (3) metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan tiap topik, dan kelas yang banyak muridnya akan sangat merepotkan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar dengan metode penemuan.
14 untuk menemukan pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan bimbingan guru.
Tabel 2. 1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah.
kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membuat hipotesis. Membim-bing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi atau data-data melalui percobaan maupun telaah literature
Siswa melakukan percobaan maupun telaah literatur untuk mendapatkan data-data atau informasi
4. Menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengola-han data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan dan menganalisis data serta menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul
5. Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan
Siswa membuat
kesimpulan
Dengan mengikuti langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing
15
4. Metode Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini adalah salah satu
metode pembelajaran yang bepusat pada guru. Sanjaya (2006:259) menyatakan bahwa pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar
yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Jadi pada umumnya penyampaian pelajaran menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Menurut Djafar (2001:86) pembelajaran konvensional dilakukan
dengan satu arah. Dalam pembelajaran ini peserta didik sekaligus mengerjakan dua kegiatan yaitu mendengarkan dan mencatat.
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaan yang telah lama digunakan.
Djamarah (2006) menyebut pembelajaran konvensional sebagai model pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru
dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan
penjelasan, serta pembagian tugas, dan latihan.
Sejalan dengan hal tersebut, Van de Walle (2008: 12) menyatakan bahwa guru
16 untuk mengerjakan latihan. Fokus utama dari pelajaran adalah mendapatkan
jawaban. Para siswa menyandarkan pada guru untuk menentukan apakah jawabannya benar. Anak-anak yang mendapatkan pengalaman seperti ini akan
mempunyai pandangan bahwa matematika adalah sederatan aturan yang tidak ada polanya yang dibawa oleh guru. Akibatnya, anak-anak dijauhkan dari sumber pengetahuan yang sebenarnya sangat baik.
Dengan memaknai pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran
tradisional, pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri. Menurut Subiyanto (dalam Uno, 2007) bahwa pembelajaran konvensional mempunyai ciri-ciri, yaitu peserta didik tidak mengetahui tujuan mereka belajar pada hari itu; guru biasanya
mengajar dengan berpedoman pada buku; tes atau evaluasi biasanya bersifat sumatif dengan maksud untuk mengetahui perkembangan siswa; dan siswa harus
mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru dengan patuh mempelajari urutan yang diterapkan dan kurang sekali mendapatkan kesempatan untuk menyatakan
pendapatnya.
Menurut Ruseffendi (2005: 17) pembelajaran konvensional pada umumnya
memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil
daripada proses, dan pengajaran berpusat pada guru. Sedangkan, Djamarah dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa model pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran konvensional
17 dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih
efesien daripada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan guru mudah menguasai kelas. Sedangkan kelemahan model pembelajaran
konvensional yaitu siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru dan tidak banyak mendapat umpan balik atau cenderung searah, dan siswa kurang mengerti materi yang disampaikan guru.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada model pembelajaran konvensional, guru berperan sebagai pemindah informasi kepada siswa dan siswa sebagai pendengar yang bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan dan metode yang digunakan adalah ceramah, contoh, dan latihan soal.
5. Pemahaman Konsep Matematis
Wardhani (2008: 8) mengemukakan bahwa konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek. Suatu konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan
yang disebut definisi. Dengan adanya definisi, menurut Soedjadi ( 2000: 14), orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran atau lambang dari konsep yang
didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud konsep tertentu, sehingga menjadi jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu.
18 (a) mampu menyatakan ulang suatu konsep, (b) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (c) memberi contoh dan noncontoh dari konsep, (d) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (e) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep, (f) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan (g) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.
Menurut Sardiman (2007: 42), pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna
dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Pemahaman tidak sebatas sekedar
tahu, tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami. Apabila siswa benar-benar memahami sesuatu, maka akan siap memberikan jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau
berbagai masalah dalam belajar
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep materi
ajar matematika yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa setelah diadakan tes. Dalam penelitian ini, yang menjadi indikator pemahaman konsep, yaitu
menyatakan ulang suatu konsp, mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dan non-contoh, menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, mengembangkan syarat perlu dan
syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, dan mengaplikasikan konsep.
19 Penelitian tentang efektivitas pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing
terhadap pemahaman konsep matematis ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas adalah metode pembelajaran, dalam hal ini
metode penemuan terbimbing dan pembelajaran konvensional, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa.
Pemahaman suatu konsep adalah salah satu tujuan pembelajaran matematika.
Pemahaman siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman siswa itu sendiri, terutama saat proses pembelajaran di kelas. Tingkat pemahaman konsep siswa dapat diusahakan agar lebih baik dengan berbagai cara, salah satunya dengan memilih
metode pembelajaran yang tepat.
Selama proses penemuan, siswa mendapat bimbingan guru sejauh yang diperlukan, sesuai dengan kemampuan siswa dan materi ajar, bimbingan diberikan
untuk mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan melalui pertanyaan atau LKS. Selain itu, bimbingan dalam proses penemuan dimaksudkan agar waktu dalam pembelajaran lebih efisien dan juga pada umumnya siswa terlalu
tergesa‐gesa menarik kesimpulan dan tidak semua siswa dapat menemukan
sendiri. Dengan demikian, konsep yang ditemukan siswa tidak akan salah dan dipahaminya dengan baik.
Setelah siswa menemukan yang dicari, yaitu suatu konsep/prinsip, siswa diberi latihan soal. Pemberian latihan soal dapat bermanfaat bagi siswa untuk memantapkan pemahamannya terhadap sesuatu konsep yang telah ditemukannya
20 bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa
melalui proses penemuan yang telah dilakukan.
Berdasarkan hal-hal di atas, pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing memungkinkan siswa untuk memiliki pemahaman kosep matematis lebih baik.
C. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran penemuan
terbimbing, dianggap memberikan kontribusi yang sama
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Umum
pembelajaran penemuan terbimbing efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis.
2. Hipotesis Kerja
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi
21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMK YPT Pringsewu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK YPT Pringewu yang terdistribusi dalam limabelas kelas (X) dengan siswa sebanyak 595 siswa. Data nilai diambil dari data nilai
ujian akhir smester satu.
Tabel 3.1. Rata-rata dan banyak kelas X
No. Kelas Rata-rata Nilai Banyak Peserta Didik
1 TKJ I 70 36
2 TKJ II 58 44
3 TKJ III 60 43
4 TKJ IV 62 40
5 TKR I 60 43
6 TKR II 50 40
7 TKR III 53 38
8 TKR IV 55 37
9 TKR V 58 41
10 TKR VI 55 37
11 TKR VII 54 40
12 AV I 51 41
13 AV II 52 38
14 AV III 65 37
15 AV IV 52 40
Populasi 57 595
22 Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
dengan mengambil dua kelas dengan kemampuan yang sama atau hampir sama. Tahap-tahap pengambilan sampel, yaitu
1. Mencari data awal dari guru kelas SMK YPT Pringsewu 2. Menghitung rata-rata nilai ulangan semester untuk setiap kelas.
3. Menentukan 2 kelas dengan nilai rata-rata kelas yang sama atau hampir
sama, kemudian 2 kelas tersebut akan dikategorikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Diasumsikan kelas dengan nilai rata-rata sama atau hampir sama memiliki kemampuan awal yang sama.
Berdasarkan teknik pemilihan sampel tersebut, maka diperoleh kelas X TKJ 3
sebagai kelas pembelajaran penemuan terbimbing dan kelas X TKR 1 sebagai kelas pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain posttest only control design. Pada penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dari
nilai ujian akhir semester untuk mengetahui pemahaman konsep matematis awal siswa, kemudian pada kelas eksperimen diberi perlakuan, yaitu pembelajaran dengan menerapkan metode penemuan terbimbing, sedangkan pada kelas kontrol,
pembelajaran dilakukan secara konvensional. Setelah diberi perlakuan, masing-masing kelas diberi Post-test untuk memperoleh data pemahaman konsep yang
23 yang dikemukakan oleh Furchan (1982: 368) desain pelaksanaan penelitian
digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.2. Desain penelitian
Kelompok Perlakuan
A1 X1 O
A2 X2 O
Keterangan: A1 = Eksperimen A2 = Kontrol O = Posttest
X1 = Model pembelajaran Penemuan terbimbing X2 = Model pembelajaran konvensional
C. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui kondisi
lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, banyak siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa
2. Menentukan sampel penelitian.
3. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan perangkat postest. 4. Melaksanakan perlakuan pada kelas yang menjadi sampel.
5. Melakukan uji coba perangkat tes.
6. Melakukan perbaikan perangkat tes bila diperlukan.
7. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 8. Menganalisis data
24 D. Data Penelitian
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui tes pada akhir pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan tes. Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis yang diberikan diakhir pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen tes pemahaman konsep matematis, berupa soal uraian. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Skor jawaban disusun berdasarakan indikator
pemahaman konsep matematis.
Tabel 3.3. Indikator dan pedoman penskoran tes pemahaman konsep
No Indikator Keterangan Skor
1. Menyatakan ulang suatu konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah
1
c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya
1
c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
2
25 dan non contoh b. Memberi contoh dan non contoh tetapi
salah
1
c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah
1
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika dengan benar memilih prosedur tetapi salah
1
b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat
1
c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2 Sumber: Sartika, 2011: 22
Sebagai upaya untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid dan reliabel.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu instrument dalam melakukan fungsi ukurannya. Terhadap tes yang disusun, terlebih dahulu dilakukan validasi
untuk mengukur validitas dari perangkat tes. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu
sendiri sebagai alat ukur hasil belajar, yaitu sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
26
Menurut Azwar (2007: 175), pengujian validitas isi tidak melalui analisis
statistika, tetapi menggunakan analisis rasional. Lebih lanjut, Thoha (2001: 112) menyatakan bahwa cara untuk menguji validitas isi adalah dengan membanding-kan antara kisi-kisi soal dengan butir soalnya. Oleh karena itu, soal tes
dikonsul-tasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu, kemudian dikonsuldikonsul-tasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas X. Dengan asumsi bahwa guru
mata pelajaran matematika kelas X SMK YPT Pringsewu mengetahui dengan benar kurikulum SMK, validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Butir tes yang dikategorikan valid adalah yang
dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa
yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh guru. Menurut guru mitra, soal tes sudah valid , langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen tes untuk
menguji reliabilitas.
2. Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas yang digunakan yaitu metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut:
r11 = k
�11 = koefisien reliabilitas tes k = banyaknya butir soal ��2 = varians butir
�2
27 Harga
r
11yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas. Arikunto (2006: 195) mengatakan bahawa kriteria indeks reliabilitas adalah sebagai berikutNilai Interpretasi
Berdasarkan pendapat Arikunto di atas, nilai
11
r untuk untuk postest memenuhi
kriteria sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen tes tersebut sudah layak
digunakan untuk mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
28
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah datadari dua kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, pengujian normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat. Adapun
hipotesis yang digunakan untuk menguji normalitas adalah: H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji Chi Kuadrat dirumuskan sebagai berikut:
2E = frekuensi yang diharapkan K = banyaknya kategori/pengamatan
Sudjana (2005: 273)
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai X_hitung≤X_(1-α)(k-3) dengan
taraf signifikansi 0, 05.
Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep
Metode �� � �� �� Keputusan Uji
Penemuan terbimbing 14,69 9,49 H0 ditolak
Konvensional 18,33 9,49 H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 3.2 data pemahaman konsep matematis pada kelas eksperimen
�ℎ� ��2 >�2 �� pada taraf nyata α= 0,05 yang berarti Ho ditolak dan kelas
29 ditolak, yaitu kedua data sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran C.9 dan C.10.
3) Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji non parametrik
a. karena data tidak berdistribusi normal maka statistik yang digunakan uji Mann-Whitney U atau uji-U. Menurut Martanto (2010: 153) untuk menghitung nilai
statistik uji Mann-Whitney U, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut
Ho: (tidak ada perbedaan peringkat kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional)
H1: (ada perbedaan peringkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)
Jika terima H1 dilakukan uji, dengan hipotesis :
Ha : Peringkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas pembelajaran penemuan terbimbing lebih rendah dari peringkat pemahaman konsep
matematis siswa pada kelas pembelajaran konvensional.
Hb : Peringkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas pembelajaran
30 Tolak Ha jika rata-rata pringkat pemahaman konsep matematis siswa
pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi dari rata-rata pringkat pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional.
a. Taraf signifikan : α = 0,05
b. Mengurutkan data tanpa memperhatikan kategori sampel.
c. Menjumlahkan urutan tiap kategori sampel dan menghitung nilai statistik U.
d. Statistik uji :
R1 = jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n1. R2= jumlah urutan yang diberikan pada sampel dengan jumlah n2.
Nilai yang dipilih untuk U dalam pengujian hipotesis adalah nilai yang paling
kecil dari kedua nilai tersebut. e. Kriteria uji :
Jika taraf signifikan > 0,05 maka H0 diterima
Jika taraf signifikan < 0,05 maka H1 diterima
Tabel 3.4 Rekap Uji Non Parametrik
31
Tabel di atas menunjukkan Mean Rank yaitu pada kelompok kesatu rerata peringkatnya 36,92 lebih rendah dari pada rerata peringkat kedua yaitu 50,08 .
Tabel di atas menunjukkan nilai U sebesar 641,5. Nilai Sig atau P Value sebesar 0,014 < 0,05 maka H1 diterima. Ada perbedaan yang signifikan antara peringkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dengan peringkat
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas kontrol. Jika H1 diterima, maka
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Pada siswa SMK YPT Prinsewu, pemahaman konsep matematis siswa pada
kelas yang menggunakan pembelajaran penemuan terbimbing lebih tinggi
daripada kelas yang menggunakan pembelajaaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran penemuan terbimbing efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa kelas X SMK YPT Pringsewu.
B.Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1. Guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk memahami konsep matematika, namun dalam penerapannya harus dilakukan
dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga
memperoleh hasil yang maksimal.
41 waktu yang lebih lama hingga dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa telah
43
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.
Anwar, Sanusi. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Azwar, S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Penerbit : Pustaka Pelajar, Jakarta.
Cochran, R., John Mayer, dan Bernadette Mullins. 2007. The Impact of Inqury-Based Mathematics on Context Knowledge and Classroom Practice. [Online].Tersedia:http://sigmaa.maa.org. [11 April 2014].
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
Djafar, Tengku. 2001. Kontribusi Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: andi Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Horsley, S. L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia:
Association Supervision and Curriculum Development.
Kuhlthau, C Carol. 2006. Guided Inquiry Learning In The 1st Century. Westport, CT: Libraries Unlimited.
44 Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Markaban. 2006. Metode Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: PPPG Matematika
Martono, Nanang. 2010. Statistika Sosial. Gava Media: Yogjakarta
Putra, Eddy Permana. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas IV SD di Gugus 4 Kecamatan Busungbiu. [Online]. Tersedia: http://ejournal.undiksha. ac.id/. [16 Juli 2014].
Rafianti, Isna. 2013.Penerapan Metode Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences Untuk Meningkatkan Kemampu-an Pemahaman Konsep, Penalaran Matematis dan Self Confidence Siswa Mts. [Online]. Tersedia: repository.upi.edu. [ 16 Juli 2014]
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru
Edisi 5. Bandung: Tarsito.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Bandung. Kencana Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media
Sardiman, M.A. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Suryosubroto, B. 2006. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutaji. 2011. Struktur Dan Nilai Pendidikan Drama Tradisional Besutan Dan Model Bahan Pembelajaran Sastra Di Madrasah Aliyah Negeri Jombang.bandung. Universitas Pendidikan Indonesia
45
Thoha, M. Chabib. 2001. TeknikEvaluasiPendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.