• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL STRATEGI HARGA PENAWARAN UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL STRATEGI HARGA PENAWARAN UNTUK PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), PROVINSI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
211
0
0

Teks penuh

(1)

KONSTRUKSI DI INDONESIA

Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Disusun Oleh :

AGISTA FITRIYA NIM : 2011 011 0139

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)

iii

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk :

Bapak, Ibu, dan Adik ku yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan baik moral maupun materil.

Gumilang Arias yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan

dukungannya.

Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dorongan untuk

terus maju dan berjuang.

(3)

iv

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan

kepada Allah SWT. Tidak lupa sholawat dan salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabat. Setiap kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya

akhirnya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul

Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia“

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat

membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan

saran-saran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :

1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Ir. H. Mandiyo Priyo, MT. selaku dosen pembimbing I. Yang telah

memberikan pengarahan, memberikan waktu untuk semua diskusi, saran,

kritik, bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas

akhir ini.

4. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT. selaku dosen pembimbing II. Yang telah

memberikan semua bimbingan, arahan, kritik, dan saran untuk penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Yoga Apriyanto Harsoyo, ST, M.Eng. sebagai dosen penguji. Terima

(4)

v administrasi akademis.

8. Para Staf dan karyawan LPSE Provinsi Kalimantan Timur yang telah banyak

membantu mencarikan data dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.

9. Bapakku H. Agus Sutrisno, ibuku Hj. Aji Zuefni, SE. adikku Akila Aulia Fitra

dan seluruh anggota keluargaku yang tercinta. Terimakasih atas do’a, nasihat

dan dorongan yang amat besar. Kalian adalah penyemangat terbesar untuk

mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga mampu membanggakan kalian

semua.

10.Gumilang Arias yang selalu memberikan semangat, dukungan dan banyak

membantu penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.

11.Ayu Esmeralda, Dea Niyeza, Jenny Nur Adha, Mardiana, Mutia Shyana,

Nabila, Novika Rachmawati, Rahmatika Nur Laila, Reny Ayudhia, Sindy

Febriani, dan Tari Andriani yang telah menjadi sahabat terbaik dan

penyemangat selama penulis mengerjakan tugas akhir ini. Semoga kita semua

sukses dengan segala usaha kita.

12.Candra Asri, Eka Faizah, Elisabeth Arizona, Fatihah Putri Azzahra, Katon

Suryandaru, Mega Bayu Murti, dan Nadia Shofa yang telah menjadi teman

hidup seperjuangan dan penyemangat selama penulis menjalani perkuliahan

dan mengerjakan tugas akhir ini. Semoga usaha kita sukses semua.

13.Seluruh teman-teman Teknik Sipil 2011. Ade Oktavia Putriningrum, Karina

Purbasari, Rifki Budi Pratama, Ari Yudistira, Sutrisno, Iwan Setiawan dan

semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih

atas dukungan dan kerjasama untuk mencapai kesuksesan bersama. Sungguh

suatu kebahagiaan dapat bertemu, belajar, berkumpul dan bermain dengan

kalian di masa kuliah ini.

14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu

(5)

vi

kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk

penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kami serahkan segalanya,

sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan

akan penyusun terima segala saran dan kritik yang konstruktif demi baiknya

penyusunan ini, sehingga sang Rahman masih berkenan mengulurkan petunjuk

dan bimbingan-Nya.

Amien.

Yogyakarta, September 2016

Penyusun

(6)

vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

INTISARI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 6

F. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik ... 8

1. Registrasi Peserta ... 9

2. Penyedia Barang/Jasa ... 10

B. Pelelangan ... 10

1. Tata Cara Pelelangan ... 11

2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang ... 13

C. Estimasi Biaya Konstruksi ... 14

1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi ... 16

2. Resiko dalam Estimasi ... 19

3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi ... 21

4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek ... 22

(7)

vii

3. Penawaran Lebih Dari Satu Kompetitor ... 34

4. Average Competitor ... 36

B. Mark Up ... 37

C. Expected Profit ... 39

D. Pendekatan Metode Strategi Penawaran ... 41

1. Friedman Method ... 42

2. Gates Method ... 44

3. Ackoff & Sasieni Method ... 45

4. Metode Konvensional ... 46

5. Model-model yang Lain ... 50

E. Pendekatan Metode Statistik ... 51

1. Multi Distribusi Discrete ... 51

2. Multi Distribusi Normal ... 52

3. Single Distribusi Normal ... 53

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 54

B. Populasi/Pengambilan Data Penawaran Konstruksi ... 55

C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 56

D. Pengolahan Data dengan Model Penawaran ... 57

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 57

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Lapangan ... 59

B. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 59

1.Multi Distribusi Discrete ... 60

2.Multi Distribusi Normal ... 61

(8)

viii

3.Ackoff & Sasieni Method ... 91

D. Analisis Expected Profit ... 104

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 107

F. Pembahasan ... 108

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(9)

xii

Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected profit maximum ... 24

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat ... 33

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected Profit yang dihasilkan ... 34

Tabel 3.3 Probabilitas Terhadap Kontraktor A dan B dan AB ... 35

Tabel 3.4 Expected profit menghadapi kontraktor A dan B ... 35

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan ... 36

Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui ... 37

Tabel 3.7 Perhitungan nilai pembanding... 49

Tabel 5.1 Mean, Standar deviasi dan varian multi distribusi normal ... 61

Tabel 5.2 Mean, Standar deviasi dan varian single distribusi normal ... 63

Tabel 5.3 Nilai Z untuk single distribusi normal semua pesaing... 65

Tabel 5.4 Probabilitas menang dengan single distribusi normal ... 66

Tabel 5.5 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model Friedman ... 68

Tabel 5.6 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 70

Tabel 5.7 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model friedman ... 72

(10)

xiii

friedman ... 77

Tabel 5.11 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model

Gates ... 80

Tabel 5.12 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model Gates . 82

Tabel 5.13 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model

Gates ... 85

Tabel 5.14 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Gates .. 86

Tabel 5.15 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model

Gates ... 88

Tabel 5.16 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model Gates . 90

Tabel 5.17 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model

Ackoff & Sasieni ... 92

Tabel 5.18 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model Ackoff &

Sasieni ... 93

Tabel 5.19 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model

Ackoff & Sasieni ... 96

Tabel 5.20 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Ackoff &

Sasieni ... 98

Tabel 5.21 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model

(11)

xiv

(12)

xv

Gambar 3.1 Hubungan antara overhead, labam dan garis pertumbuhan

perusahaan (Cook,1985) ... 38

Gambar 3.2 Hubungan Expected profit dengan Mark up ... 40

Gambar 3.3 Histogram penawaran biaya ... 51

Gambar 3.4 Distribusi normal penawaran biaya ... 52

Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran ... 54

Gambar 5.1 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 71

Gambar 5.2 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Friedman ... 74

Gambar 5.3 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Friedman ... 78

Gambar 5.4 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model Gates ... 83

Gambar 5.5 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Gates ... 87

Gambar 5.6 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Gates ... 91

(13)

xvi

single distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni... 104

Gambar 5.10 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan

multi distribusi discrete ... 105

Gambar 5.11 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan

multi distribusi normal ... 106

Gambar 5.12 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan

(14)
(15)

xvii

tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan maksimum.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah selesai dari tahun 2011-2015 di LPSE Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu muti distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.

Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar 4 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar 0,0002, 5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0001 dan 9 % untuk single distribusi normal dengan expected profit 0,0001. Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 12 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 0,4000, 20 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit 0,0088 dan 20 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0720. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum sebesar 4 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 0,2667, 20 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0540.

(16)

1

Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu, baik membuat rumah tinggal

sederhana maupun membuat suatu infrastruktur raksasa. Pada jaman dunia

modern seperti saat ini, proyek semakin beraneka ragam, canggih dan lebih

kompleks. Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu

dan melaksanakan tugas dengan tujuan yang jelas.

Bila melihat hasil sebuah proyek berupa bangunan gedung pencakar langit

ataupun instalasi industri besar yang menggunakan teknologi canggih, tentunya

dalam proses pembangunan tersebut terdapat beberapa tahap yang harus dilewati

hingga mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa tahap penting yang terdapat

didalam sebuah proyek adalah tahap perencanaan, pelelangan, pemilihan

kontraktor, penjadwalan, pelaksanaan pembangunan dan tahap pemeliharaan.

Pelelangan atau tender adalah suatu penawaran pekerjaan kepada

kontraktor atau konsultan untuk mendapatkan harga penawaran yang bersaing

sesuai spesifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan mengandalkan

kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi, proses pelelangan saat ini sudah mulai

menggunakan sistem melalui jaringan internet yang diatur dalam Peraturan

Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Sejak tahun 2008 pengadaan barang/jasamulai menggunakan sistem

(17)

kontraktor bisa mengikuti tender setelah paket lelang dan spesifikasi lelang

diumumkan oleh lembaga terkait sebagai pemilik proyek. Tahapan pemilihan

penyedia barang dan jasa pemerintah yang mutlak harus diikuti oleh setiap peserta

lelang adalah tahapan pembukaan dokumen penawaran. Pembukaan dokumen

penawaran dilakukan secara resmi dan disaksikan oleh semua peserta lelang. Pada

acara ini panitia pengadaan barang dan jasa akan memberikan seluruh informasi

lengkap mengenai data yang terdapat didalam setiap dokumen penawaran.

Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat didalam dokumen

penawaran, maka secara tidak langsung seluruh peserta lelang dapat mengawasi

panitia pengadaan barang/jasa dan melakukan proses evaluasi dokumen

penawaran tersebut. Dengan demikan proses penentuan pemenang lelang tersebut

menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Semakin banyak peserta yang

mengikuti lelang, maka peluang untuk memenangkan tender akan semakin kecil,

sehingga bila tidak menggunakan strategi penawaran yang tepat, akan sangat sulit

untuk memenangkan lelang.

Perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi khususnya kontraktor

konstruksi atau pemborong bangunan, akan hidup dan berkembang dari

keuntungan yang diperolehnya dengan mengerjakan sebuah proyek. Untuk

mencapai keuntungan, perusahaan harus dapat bekerja secara profesional sehingga

memperoleh keuntungan yang maksimal tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas

pembangunan proyek.

Strategi penawaran bagi suatu perusahaan sangatlah bergantung pada

(18)

Karakteristik kontrak dalam industri konstruksi ditandai dengan persaingan yang

terus meningkat, batas keuntungan yang tidak tinggi (low profit margin) dan nilai

resiko gagal yang tinggi. Perkiraan harga sebuah proyek adalah hasil perhitungan

yang dilakukan oleh estimator berdasarkan dokumen lelang berupa gambar

rencana dan spesifikasinya. Dalam tahap ini, harga yang diperoleh adalah harga

langsung (direct cost), sedangkan harga penawaran adalah biaya langsung

ditambah dengan sejumlah nominal tertentu. Besarnya nominal penambahan biaya

tersebut disebut nilai mark up. Tujuan menggunakan nilai mark up adalah agar

setiap kontraktor memperoleh keuntungan dan menutupi biaya ovehead

perusahaan.

Permasalahan utama kontraktor dalam mengajukan penawaran adalah

menetapkan harga penawaran. Apabila mengajukan harga penawaran terlalu

tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan

peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila

mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang

yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang

besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh. Kedua kondisi tersebut sangat

menyulitkan kontraktor dalam menentukan harga penawaran yang tepat. Didalam

penawaran pelelangan proyek, segala sesuatunya harus nampak jelas dan rasional,

sehingga hal ini sangat penting dalam menentukan strategi penawaran yang tepat.

Masalah lain yang timbul yaitu persaingan kontraktor semakin meningkat untuk

(19)

Perkiraan nilai mark up yang diimplementasikan dalam penawaran

proyek-proyek konstruksi dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengajuan harga

penawaran, dimana nilai mark up yang didapat merupakan nilai mark up yang

dihitung melalui data-data penawaran terdahulu disuatu wilayah dengan rentang

waktu tertentu. Model pendekatan perhitungan mark up merupakan alat bantu

bagi kontraktor dalam menyusun strateginya dalam menghadapi tender sistem

penawaran bersaing, sehingga mengetahui kesempatan terbaik dalam mengikuti

tender atau mendapatkan kesempatan optimum untuk memenangkan proyek dan

mendapatkan keuntungan optimum.

Berbagai metode dengan pendekatan statistik dapat digunakan untuk

menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat

harga penawaran yang lebih akurat dan efektif dalam sebuah pelelangan proyek.

Di dalam penelitian Tugas Akhir ini akan digunakan tiga metode untuk

menghitung nilai mark up, yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff &

Sasieni Method dengan menggunakan tiga pendekatan metode statistik, yaitu

multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal.

Setiap metode akan menghasilkan tiga variasi mark up yang nantinya akan diuji

dengan data pelelangan yang pernah dilakukan, sehingga dapat diketahui nilai

mark up mana yang lebih tepat digunakan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas timbul suatu masalah

(20)

1. Berapakah nilai mark up yang dihasilkan dari data pelelangan yang

dianalisis?

2. Apakah strategi penawaran dengan Friedman Method, Gates Method dan

Ackoff & Sasieni Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam

menentukan nilai mark up?

3. Pilihan pendekatan metode statistik mana yang tepat untuk menentukan

probabilitas menang dalam pelelangan?

4. Metode apakah yang paling tepat dijadikan alternatif untuk menentukan

nilai mark up?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menghitung mark up dari tender proyek konstruksi di Provinsi Kalimantan

Timur menggunakan pendekatan strategi penawaran Friedman Method,

Gates Method dan Ackoff & Saseni Method.

2. Membandingkan setiap metode dan pendekatan statistik yang digunakan,

mana mark up yang paling tepat untuk dijadikan alternatif harga

penawaran yang efektif.

3. Mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu

(21)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan Konstruksi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan strategi yang paling tepat

didalam menentukan harga penawaran tender konstruksi, sehingga

diperoleh keuntungan yang maksimal. Selain itu diharapkan sebagai

masukan bagi perusahaan konstruksi untuk mencari dan mempelajari

model strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi belajar mengenai strategi

penawaran proyek konstruksi, khususnya pelelangan di wilayah Provinsi

Kalimantan Timur.

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas sehingga dapat menyimpang dari

tujuan penelitian, maka lingkup pembahasannya hanya terbatas sebagai berikut:

1. Data penawaran yang dikumpulkan adalah data pelelangan pekerjaan

konstruksi dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi

Kalimantan Timur tahun 2011-2015.

2. Data yang digunakan adalah data lelang yang proses lelangnya sudah

selesai dilaksanakan dengan jumlah kontraktor yang mengikuti lelang

(22)

3. Data lelang yang digunakan adalah proyek pekerjaan konstruksi dengan

harga minimal Rp.200.000.000,-

4. Untuk pendekatan metode statistik digunakan tiga metode, yaitu multi

distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal.

5. Pembahasan pada penelitian ini hanya pada lingkup strategi harga

penawaran dengan mencari nilai mark up optimum dan probabilitas

expected profit maksimum yang diperoleh kontraktor apabila

menggunakan setiap metode strategi penawaran.

6. Untuk pendekatan strategi penawaran digunakan tiga metode,yaitu

Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di

Indonesia sebelumnya dilakukan oleh Marianti (2012) dengan studi kasus

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kotamadya Yogyakarta dan

Hakas Prayuda (2013) dengan judul penelitian Model Strategi Harga Penawaran

Untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan

Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Dinda Fardila (2016) dengan

judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia

dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nur Kiswan (2016) dengan studi kasus

(23)

Penelitian dengan judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek

Konstruksi di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik

(LPSE) Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah

(24)

8

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan

sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sistem Layanan

Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dikembangkan dengan basis free license

untuk diterapkan di seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Hingga pertengahan

tahun 2010, telah terdapat sekitar 60 instansi yang memiliki LPSE. Pada

perkembangan selanjutnya, LPSE didefinisikan sebagai unit pelaksana yang

memfasilitasi panitia/unit Layanan Pengadan (ULP) pada proses pengadaan

barang/jasa secara elektronik. LPSE sendiri mengoperasikan sistem

e-procurement bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang

dikembangkan oleh LKPP. Namun secara umum, LPSE diartikan sebagai sistem

e-procurement termasuk di dalamnya aplikasi dan unit pelaksana.

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit layanan

penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa yang didirikan oleh

Kementerian/Lembaga/ Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah untuk

memfasilitasi ULP/Pejabat pengadaan dalam melaksanakan pengadaan

barang/jasa pemerintah secara elektronik. Selain itu, LPSE perlu diadakan agar

dapat melakukan proses pengadaan barang/jasa secara elektronik dari lokasi lain

yang terhubung dengan internet. Selain sebagai unit layanan sebagaimana tersebut

(25)

16 dan 109 ayat 7 Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE,

dengan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaannya dilakukan oleh LKPP.

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) akan menjalankan fungsi sebagai

berikut :

a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.

c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/Panitia dan Penyedia

barang/jasa.

d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada

PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.

e. Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK/Panitia dan Penyedia

barang/jasa.

Adapun beberapa syarat dan ketentuan untuk bergabung dengan layanan

pengadaan secara elektronik adalah sebagai berikut:

1. Registrasi Peserta

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), mengajukan permintaan sebagai

pengguna SPSE kepada pengelola LPSE bagi PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan

suatu paket pekerjaan tertentu. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran

secara online pada website LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi

dokumen pendukung yang di persyaratkan oleh LPSE. Dengan membuat atau

mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan dalam SPSE, maka

PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan dan penyedia barang/jasa telah memberikan

(26)

2. Penyedia barang / jasa

Adapun ketentuan untuk lembaha-lembaga atau perusahaan penyedia

barang dan jasa sebagai berikut :

a. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di perusahaan.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi

(SIUJK) atau ijin usaha sesuai bidang masing-masing.

d. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada perubahan).

e. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir

keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website

LPSE.

f. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna SPSE

paling lambat 2 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran suatu

paket pekerjaan yang akan diikuti.

B. Pelelangan

Pelelangan adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka

(untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak maupun

elektronik sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kretiria

dapat mengikutinya. Tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi ini dilakukan

setelah tahap desain diselesaikan oleh konsultan perencana. Proses pengadaan

perusahaan jasa konstruksi diatur oleh Keputusan Presiden RI terutama proyek di

(27)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

Pelelangan dibedakan menjadi dua macam yaitu pelelangan umum dan

pelelangan terbatas. Prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya

saja ada sedikit perbedaan dalam memenuhi syarat agar dapat mengikuti

pelelangan. Dalam pelelangan terbatas yang diizinkan mengikuti lelang adalah

penyedia barang/jasa yang hanya diundang oleh pengguna jasa. Pelelangan

dilakukan pada umumnya tergantung pada besar atau kecilnya proyek, tingkat

kompleksitas proyek, biaya proyek dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

1. Tata Cara Pelelangan

Adapun tata cara pelelangan untuk penyedia barang/jasa secara umum

sebagai berikut :

a. Penyedia barang/jasa harus memenuhi seluruh persyaratan peserta lelang.

Peserta harus memenuhi kualifikasi, klasifikasi dan memiliki sumber daya

sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang dibuat oleh panitia lelang.

b. Panitia akan mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui

media cetak, papan pengunguman maupun media elektronik. Biasanya

pengunguman ditujukan kepada penyedia berdasarkan jenis perusahaan,

meliputi perusahaan kelas kecil, menengah, dan besar. Setiap penyedia

barang/jasa boleh mendaftar dengan memenuhi persyaratan yang

ditentukan oleh panitia.

c. Tahap prakualifikasi yaitu tahap untuk panitia pelelangan yang diwajibkan

(28)

lelang sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada

calon peserta lelang.

d. Penyusunan daftar calon peserta lelang, penyampaian undangan dan

pengambilan dokumen lelang.

e. Penjelasan lelang (Aanwijzing) dilakukan pada tempat dan waktu yang

ditentukan dan dihadiri oleh calon peserta lelang yang mendaftarkan diri

untuk mengikuti pelelangan. Penjelasan lelang meliputi metode

pengadaan, penyampaian penawaran, dan ketentuan penting lainnya.

f. Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran. Sistem

penyampaiannya harus mengikuti ketentuan yang disyaratkan didalam

dokumen. Pembukaan dokumen penawaran terbagi tiga macam yaitu

sistem satu sampul, sistem dua sampul dan sistem dua tahap.

g. Evaluasi penawaran. Dilakukan oleh panitia terhadap semua penawar yang

dinyatakan lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi tersebut

meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga berdasarkan kretiria,

metode dan tata cara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen

lelang.

h. Pembuatan berita acara hasil pelelangan. Panitia membuat kesimpulan dari

hasil evaluasi pelaksanaan pelelangan termasuk tata cara penilaian hingga

penetapan urutan pemenang.

i. Penetapan pemenang lelang. Penetapan dilakukan oleh panitia lelang

berdasarkan penawaran yang secara administratif dan teknis dapat

(29)

j. Sanggahan peserta lelang. Seluruh peserta lelang diberi kesempatan untuk

menyampaikan sanggahan secara tertulis apabila keberatan atas penetapan

pemenang.

k. Pemerintah surat keputusan penetapan penyedia Barang/jasa. Surat ini

dikeluarkan setelah tidak ada sanggahan dari peserta lelang dan penerima

surat wajib menerima keputusan tersebut.

2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang

Pelelangan dinyatakan gagal dan harus dilakukan pepelangan ulang

apabila sebagai berikut :

a. Penyedia barang/jasa tercantum dalam daftar calon peserta kurang dari tiga

penyedia.

b. Penawaran yang masuk kurang dari tiga.

c. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

dalam dokumen lelang.

d. Tidak ada penawaran yang harga penawarannya dibawah atau sama

dengan anggaran dana yang tersedia.

e. Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum

dalam dokumen lelang ternyata besar.

f. Terjadinya praktik KKN dan disanggah oleh peserta lelang.

g. Calon pemenang lelang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak

bersedia ditunjuk.

h. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang

(30)

C. Estimasi Biaya Konstruksi

Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi.

Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh

proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) dalam

Priyo (1999) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah

a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan

biaya yang ada.

b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.

c. Untuk kompetensi pada saat penawaran.

Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif desain

yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Estimasi

biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus

menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat

menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum

pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi

dokumen penawaran lainnya.

Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengistimasi

biaya langsung yang secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu

metode yang digunakan untuk melakukan estimasi biaya konstruksi adalah

menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau

koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Hal lain yang perlu dipelajari

dalam kegiatan ini adalah pengaruh produktivitas kerja dari para tukang yang

(31)

penawaran biaya konstruksi antara pihak konsultan, owner dan kontraktor

mempunyai hasil yang berbeda. Tetapi perincian biaya yang dicantumkan

meliputi biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tak terduga dan biaya

overhead.

Dalam menentukan biaya estimasi sebaiknya mendekati biaya aktual,

maka sangat dibutuhkan suatu data dari pengalaman-pengalaman penawar yang

lalu dan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun pengamatan

(Patmadjaja,1999).

Biaya aktual merupakan biaya pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi

yang tentu saja tidak dapat diketahui persis jika pekerjaan belum selesai, namun

nilai ini dibutuhkan dalam menentukan Expected Profit Maximum. Asumsi yang

umum dipakai adalah bahwa nilai c sama dengan estimasi dari kontraktor pada

waktu mengajukan penawaran. Seberapa jauh nilai ini dapat digunakan tergantung

dari record pengalaman-pengalaman yang telah lewat.

Biaya konstruksi adalah besarnya biaya aktual yang dikeluarkan untuk

pekerjaan konstruksi tersebut. Biasanya besarnya biaya aktual ini baru dapat

diketahui dengan pasti setelah pekerjaan konstruksi telah selesai. Namun estimasi

biaya tidak mungkin menunggu biaya aktual dan estimasi biaya ini merupakan

suatu elemen penting dalam strategi penawaran. Umumnya dalam strategi

penawaran besarnya estimasi harus ditentukan dahulu sebelum dimulai sehingga

pada umumnya dibuat suatu asusmsi bahwa estimasi biaya dianggap sama dengan

(32)

Menurut Cook (1985) dalam Panjaitan (2010), Penawaran yang baik

adalah penawaran yang berdasarkan perhitungan estimasi biaya yang tepat seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook, 1985)

Batas A pada Gambar 2.1 menunjukkan suatu penawaran ideal dimana

batas A ini dapat diturunkan lagi sampai batas B dan batas B merupakan suatu

batas penawaran yang paling kompetitif atau layak. Apabila biaya penawaran

dinaikkan melebihi batas A maka harga penawaran akan menjadi batas tak layak.

1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi

Ada beberapa metode dalam melakukan estimasi biaya konstruksi, yaitu:

a. Estimasi harga pasti (Fixed-price)

Harga pasti dihitung menggunakan dua metode yaitu :

1) Metode Lumpsum (lumpsum estimate), umumnya dilakukan bila jenis

(33)

berani mengambil resiko bila ketidakpastian terjadi di lapangan maka

tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi

owner adalah harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga

memudahkan untuk menentukan anggaran.

2) Metode harga satuan (unit price estimate), metode ini berdasarkan harga

satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan juga

estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya

yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana

arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya.

b. Estimasi harga perkiraan (approximate estimate)

Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada

beberapa metode yang termasuk ketegori ini yaitu :

1) Harga per fungsi yaitu metode didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis

penggunaan.

2) Harga luas yaitu metode yang menggunakan harga tiap luas lantai.

3) Harga volume kubik yaitu metode didasarkan pada volume bangunan.

4) Modular take off yaitu metode yang mengacu pada konsep modul yang

kemudian dikalikan untuk seluruh proyek.

5) Partial take off yaitu metode jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan

yang diperkirakan menggunakan harga satuan.

6) Harga satuan panel yaitu metode dengan mengasumsikan harga satuan per

(34)

7) Harga parameter yaitu metode yang menggunakan harga satuan dari

komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai,

dinding dan sebagainya.

Berdasarkan tahapan proyek konstruksi, jenis-jenis estimasi biaya dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Estimasi kelayakan. Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah

untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka

perkiraan biaya konstruksi dilakukan berdasarkan pengalaman dan

dibandingkan dengan bangunan yang identik.

b. Estimasi konseptual. Biaya suatu bangunan diperkirakan berdasarkan

volume bangunan atau faktor lain dengan patokan harga berdasarkan pada

bangunan yang identik. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai

berikut:

1) Metode satuan luas, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis

yang pernah dibangun dan bersifat garis besar dengan tingkat

ketelitian sangat rendah.

2) Metode satuan isi, metode ini digunakan pada bangunan yang

volumenya sangat dipentingkan, metode ini hanya dapat diandalkan

pada fase awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang

kurang identik.

3) Metode harga satuan fungsional yaitu menggunakan fungsi dari

(35)

4) Metode faktorial yaitu metode yang digunakan pada proyek yang

jenisnya sama, metode ini paling berguna untuk proyek yang

mempunyai komponen utama sejenis.

5) Metode sistematis dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya.

Harga satuan ditentukan oleh jumlah tiap haga satuan elemen dalam

setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.

c. Estimasi detail/terperinci yaitu memperkirakan biaya konstruksi secara

lebih terperinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi,

gambar potongan dan gambar detail yang tersedia. Metode ini sering

disebut metode harga satuan atau volume pekerjaan (Quantity Take off).

d. Sistem estimasi sub kontraktor digunakan pada bagian konstruksi khusus

di sub kontraktor.

e. Estimasi pekerjaan tambah kurang digunakan karena kebutuhan pemilik

proyek, kesalahan dalam dokumen kontrak atau perubahan kondisi lokasi

proyek.

f. Estimasi kemajuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan

sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah

diramalkan sebelumnya.

2. Resiko dalam Estimasi

Seorang estimator harus berusaha mengidentifikasi sebanyak mungkin

bagian-bagian yang mengandung resiko atau ketidakpastian dalam estimasinya.

Beberapa cara untuk mengidentifikasi resiko dalam estimasi biaya konstruksi

(36)

a. Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk

dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak.

b. Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum penawaran.

c. Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran.

d. Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek.

e. Memilih sub kontraktor dan suplyer yang tepat.

f. Mengikuti rapat penjelasan .

g. Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek.

h. Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan

proyek.

i. Membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek.

j. Membuat strategi untuk mendapatkan proyek.

k. Mengidentifikasi dan memahami klausa-klausa dalam spesifikasi yang

memberikan resiko untuk kontraktor.

l. Mengidentifikasi kondisi khusus dalam spesifikasi yang memberikan

resiko tambahan untuk kontraktor.

m. Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah.

n. Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek.

o. Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek.

p. Mengidentifikasi lokasi pembuangan.

q. Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah lokasi proyek.

(37)

s. Melakukan analisis pekerjaan yang disubkontraktorkan untuk memastikan

bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.

3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi,

antara lain sebagai berikut :

a. Produktivitas tenaga kerja. Produktivitas adalah volume pekerjaan yang

dapat dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok pekerja dalam satuan

waktu. Semakin besar produktivitas maka semakin cepat pekerjaan

terselesaikan. Hal ini berkaitan dengan jumlah upah yang dibayarkan

namun juga perlu analisis lebih mendalam karena dengan produktivitas

makin besar maka harga satuan upah tenaga kerja akan semakin mahal.

b. Ketersediaan material dan sumber daya proyek. Semakin langka material

di pasaran maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan, atapun jika

diperlukan waktu pemesanan yang lebih lama dengan biaya yang

dibebankan kepada konsumen.

c. Cuaca sangat mempengaruhi proses pelaksanaan proyek konstruksi yang

memungkinkan pelaksanaan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif

lebih lama akan sangat memepengaruhi biaya suatu pekerjaan.

d. Masalah konstruksibilitas yaitu kesulitan ataupun penggunaaan metode

yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga akan menjadi faktor

resiko yang tinggi dan mengakibatkan biaya akan semakin mahal.

e. Tipe kontrak, lokasi proyek, keterbatasan lokasi dan lain sebagainya dapat

(38)

4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek

Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang

diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan

pelaksanaan pembangunan proyek (Priyo, 2012). Anggaran biaya pada bangunan

yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, hal ini disebabkan

perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Ada dua

faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya yaitu faktor teknis

dan non teknis.

Faktor teknis antara lain berupa ketentuan dan persyaratan yang harus

dipenuhi dalam pelaksanaan pembangunan serta gambar-gambar konstruksi

bangunan. Faktor non teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga

kerja. Contoh dari faktor teknis adalah ketentuan pada pedoman teknik bangunan

gedung negara tahun 2002 yang menentukan biaya pekerjaan standar bangunan

gedung dan koefisien atau faktor pengali bangunan gedung bertingkat yang dapat

dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Ada beberapa jenis anggaran biaya yang umum digunakan oleh kontraktor

di Indonesia, antaran lain sebagai berikut :

a. Anggaran biaya kasar atau taksiran, penyusunannya hanya memerlukan

gambar pra rencana dan keterangan singkat mengenai bahan bangunan

yang digunakan.

b. Anggaran biaya teliti. Perhitungan ini menggunakan seluruh ornamen yang

digunakan dalam pembangunan. Anggaran biaya teliti pada umumnya

(39)

Tabel 2.1 Biaya pekerjaan standar bangunan gedung

KOMPONEN GEDUNG NEGARA

Pondasi 5 % - 10 %

Struktur 25 % - 35 %

Lantai 5 % - 10 %

Dinding 7 % - 10 %

Plafond 6 % - 8 %

Atap 8 % - 10 %

Utilitas 5 % - 8 %

Finishing 10 % - 15 %

Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara, 2002

Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat

JUMLAH LANTAI HARGA SATUAN PER M2 TERTINGGI

2 Lantai 1,090 standar harga satuan gedung bertingkat

3 Lantai 1,120 standar harga satuan gedung bertingkat

4 Lantai 1,135 standar harga satuan gedung bertingkat

5 Lantai 1,162 standar harga satuan gedung bertingkat

6 Lantai 1,197 standar harga satuan gedung bertingkat

7 Lantai 1,236 standar harga satuan gedung bertingkat

8 Lantai 1,265 standar harga satuan gedung bertingkat

Sumber : Pedoman Teknik Bangunan Gedung Negara, 2002

Pada perancangan estimasi anggaran biaya konstruksi, tahap desain

adalah sebagai berikut (Priyo, 2012) :

a. Mengumpulkan data-data berupa data teknis dan data non teknis.

b. Estimasi pendahuluan berdasarkan luas, klasifikasi dan jumlah lantai.

c. Mengelompokkan data ke dalam daftar urutan pekerjaan untuk

(40)

d. Menghitung volume tiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek.

e. Mengelompokkan daftar harga material dan upah pekerjaan dalam suatu

tabel material, upah dan sewa alat.

f. Menganalisa harga satuan pekerjaan untuk tiap-tiap item pekerjaan.

g. Menghitung rencana anggaran biaya proyek.

h. Merencanakan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek.

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Patmadjaja (1999) melakukan studi berbagai model strategi penawaran

yang didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul dan

digunakan di negara maju, diantaranya dipilih model Friedman, model Gates dan

Ackoff & Sasieni. Model-model didekati dengan bentuk distribusi diskrit berganda

maupun distribusi normal tunggal dan berganda. Hasil penelitian tersebut

ditampilkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum

Jenis Distribusi Model

Ackoff & Sasieni 10

Distribusi Normal Tunggal

Friedman 5

Gates 15

Ackoff & Sasieni 10

(41)

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bila kontraktor sangat

membutuhkan pekerjaan demikian pula dengan para pesaing yang juga

membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai teori model strategi

penawaran, maka sebaiknya digunakan model Friedman dengan distribusi diskrit

berganda untuk para pesaing yang dikenal identitasnya, namun apabila para

pesaing tidak dikenal identitasnya maka gunakan model Friedman dengan

distribusi normal tunggal. Bila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan

atau permintaan pasar sedang tinggi maka sebaiknya menggunakan model

penawaran Gates atau Ackoff & Sasieni yang akan menghasilkan Mark Up

Optimum yang lebih besar. Model yang menghasilkan penawaran yang rendah

adalah model Friedman dengan distribusi diskrit berganda, sebaliknya model

Gates atau Ackoff & Sasieni menghasilkan mark up optimum yang lebih tinggi.

Sargianto (2008) melakukan studi model strategi penawaran dengan studi

kasus di Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan Bidang

Prasarana Wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Dalam penelitiannya menggunakan

data pelelangan tahun anggaran 2003-2007. Metode strategi penawaran yang

digunakan yaitu Expected profit Method dan Friedman Method dengan analisis

perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian ini dengan

menggunakan Expected Profit Method besarnya nilai Mark Up yang masih

berpeluang untuk menang tender berkisar antara -4% sampai -20%, sedangkan

untuk Friedman Method besarnya nilai mark up memberikan peluang untuk

memenangkan tender berkisar antara -12% sampai -19%. Nilai mark up yang

(42)

penawaran kontraktor lebih rendah dari biaya langsung (direct cost) yang

ditentukan oleh Kimpraswilhub Kabupaten Sleman sebagai Owner Estimate

terlalu tinggi. Expected Profit Method dan Friedman Method dapat menjadi

alternatif pilihan dalam strategi penawaran proyek konstruksi yang digunakan

untuk menentukan besarnya penawaran yang akan diajukan pada proyek-proyek

berikutnya asalkan sudah diketahui Owner Estimate terlebih dahulu.

Zulianto (2008) melakukan penelitian berdasarkan data penawaran pada

tahun anggaran 2007 dengan studi kasus di Dinas Permukiman, Prasarana

Wilayah dan Perhubungan Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya menggunakan

dua metode yaitu Expected Profit Method dan Friedman Method dengan analisis

perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian menunjukkan dengan

menggunakan Expected Profit Method medapatkan nilai mark up 4 % untuk

mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,71. Sedangkan untuk mengalahkan

7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 1. Profit optimum sebesar

0,00456 dari biaya langsung dapat dicapai dengan menggunakan mark up sebesar

2 %. Dengan menggunakan Friedman Method menghasilkan nilai mark up 2 %

untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,70. Sedangkan untuk

mengalahkan 7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 0,79.

Friedman Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam strategi penawaran

proyek konstruksi yang digunakan untuk menentukan besarnya penawaran yang

akan diajukan pada proyek-proyek berikutnya asalkan sudah diketahui Owner

(43)

Panjaitan (2010) melakukan penelitian pada perusahaan yang

membutuhkan jasa kontraktor akan melakukan tender untuk mendapatkan

penawaran yang kompetitif, sehingga penyusunan penawaran tender adalah

bagian pekerjaan yang penting bagi kontraktor untuk memeperoleh pekerjaan.

Penelitian ini melakukan studi atas bebagai model strategi penawaran yang

didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul pada tender

proyek pembangunan yang sejenis pasa satu perusahaan dengan waktu tertentu.

Lingkup pembahasan hanya mentitik beratkan pada strategi harga penawaran

tender pada proyek konstruksi dengan memperhitungkan faktor resiko. Penawaran

dalam penelitian ini adalah tender dengan sistem terbuka yang digunakan sebagai

studi model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia, khususnya

pada pembangunan perumahan PT.PP London Sumatera Utara. Model yang

digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penawaran model Friedman, Gates

dan Ackoff & Sasieni. Model-model tersebut diterapkan dengan sejumlah data

harga penawaran dari kontraktor-kontraktor yang mengikuti tender pada

perusahaan tersebut mulai dari tahun 2005-2008. Kemudian hasil data diuji

dengan data yang sengaja disisihkan untuk pengujian model tersebut. Dari hasil

penelitian ini terlihat bahwa Multi Distribusi Discrete terhadap masing-masing

pesaing dengan data dari semua tahun menghasilkan probabilitas menang terbesar

pada tender pembangunan perumahan PT.PP Lonsum dengan nilai mark up 3 %.

Model strategi harga penawaran pada tender proyek pembangunan PT.PP Lonsum

selama tahun 2005 sampai tahun 2008 bahwa model Gates dengan Multi

(44)

Marianti (2012), melakukan studi atas berbagai metode strategi penawaran

yang didasarkan pada expected profit maksimum. Diantaranya dipilih Expected

Profit Method dan Friedman Method. Metode tersebut diterapkan pada sejumlah

data tender konstruksi di LPSE Kotamadya Yogyakarta untuk tahun anggaran

2009 sampai 2012. Jumlah data yang digunakan setelah melewati proses

pemampatan adalah 15 penawaran proyek dengan 15 kontraktor. Hasil penelitian

ini dengan menggunakan Expected Profit Method didapat nilai mark up yang

dihasilkan adalah -12 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,75.

Sedangkan mengalahkan 15 pesaing digunakan mark up sebesar -20 % dengan

probabilitas menang 1 dan profit optimum sebesar 0,0000 untuk mengalahkan

pesaing dari biaya langsung. Dengan menggunakan Friedman Method didapat

nilai mark up yang masih memberikan peluang untuk mengalahkan pesaing

dengan metode Friedman adalah -9 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan

probabilitas menang 0,60 dan mark up -19 % untuk dapat mengalahkan 15

pesaing dengan probabilitas 0,74 dengan profit optimum sebesar 0,00000 dari

biaya langsung. Dari analisa perhitungan kedua metode, terlihat bahwa kedua

metode sama-sama tidak mendapatkan profit terhadap 15 pesaing dari 15 tender

yang ada. Jika dilihat dari nilai mark up dan probabilitas untuk memenangkan

tender, maka sebaiknya yang digunakan adalah Friedman Method karena metode

ini memiliki mark up yang lebih kecil untuk mengalahkan 15 pesaing . semakin

kecil nilai mark up yang digunakan, maka resiko kerugian terhadap nilai proyek

akan semakin kecil, namun probabilitas untuk memenangkan tender juga akan

(45)

29

Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu

bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan

disepakati bersama (Nugraha, 1985). Dalam melakukan penawaran, kontraktor

akan menempatkan harga penawaran yang kompetitif, yang artinya harga

penawaran tidak dapat diajukan terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan profit

yang besar. Sebaliknya kontraktor juga tidak dapat mengajukan harga penawaran

terlalu rendah dengan harapan memenangkan tender semakin besar. Dua kondisi

yang berlawanan ini berlangsung dalam waktu yang sama sehingga menyulitkan

kontraktor untuk menentukan harga penawaran yang tepat.

Pada umumnya, terdapat empat jenis penawaran yang selau diaplikasikan

oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:

a. Penawaran dilakukan secara negoisasi. Penawaran yang dilakukan pada

proyek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh satu

atau dua kontraktor dan belum ada standar harga yang jelas, semua bentuk

pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar, seperti pembangunan bangunan

militer, dll.

b. Penawaran dilakukan secara paket. Penawaran dimana pemilik proyek yang

menetapkan anggaran dan tidak bisa diganggu gugat. Pada umumnya

penawaran jenis paket ini pekerjaannya meliputi pekerjaan perencanaan dan

(46)

c. Penawaran dilakukan secara terbuka. Penawaran yang dilakukan secara

terbuka dan harga penawaran bergantung hasil analisis dan diumumkan

kepada semua peserta tender.

d. Penawaran dilakukan secara tertutup. Penawaran jenis ini dilakukan tertutup

dan harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.

Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah

penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkali digunakan

pada proyek-proyek pemerintah atau proyek melalui bantuan negara-negara luar.

Di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah berskala besar dengan

anggaran diatas 50 milyar rupiah diwajibkan menggunakan penawaran sistem

terbuka.

Tahap awal dalam perkara penawaran adalah menentukan keputusan untuk

ikut atau tidak ikut dalam sebuah pelelangan. Keputusan ini sangat bergantung

dari empat aspek, yaitu:

a. Aspek dari proyek itu sendiri, meliputi jenis proyek, pemilik proyek,

keuntungan yang mungkin dicapai, lokasi proyek, ukuran proyek dan

tingkat resiko.

b. Aspek internal perusahaan, meliputi kebutuhan akan pekerjaan dan

kemampuan perusahaan.

c. Aspek pasar, meliputi kondisi ekonomi dan kompetisi antar penawar.

d. Aspek sumber daya yang dimiliki, meliputi estimator dan subkontraktor.

Banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan

(47)

oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang

senyata-nyatanya. Beberapa strategi umum yang sering digunakan, yaitu :

a. Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan

mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam

kompetisi.

b. Strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta

lelang untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela

mendapatkan keuntungan minimal.

c. Strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memeperoleh

simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya.

d. Strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang

bertujuan untuk memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal

pembayaran termin.

e. Strategi perundingan bawah meja, merupakan strategi yang bertujuan

mendapatkan nilai Owner Estimate dalam suasana tidak formal.

1. Konsep Dasar Penawaran

Harga penawaran terendah dalam suatu proyek biasanya didasarkan atas

biaya langsung (direct cost) dari proyek tersebut. Perbedaan antara harga

penawaran dengan estimasi bergantung dari berbagai faktor, misalnya kebutuhan

kontraktor untuk mendapatkan pekerjaan, menaikkan harga penawaran

seminimum mungkin dan memaksimalkan profit yang ingin dicapai. Setiap

kontraktor pada kenyataannya ingin memanfaatkan kesempatan untuk

(48)

Mengajukan harga penawaran yang tinggi sangat memungkinkan pesaing

yang mengajukan harga lebih rendah akan memenangkan lelang tersebut, jika

menawar terlalu rendah, maka penawar yang mendekati owner estimate yang

mempunyai kesempatan untuk menang, sehingga kontraktor harus menyatukan

kondisi yang bertentangan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Penawaran harus cukup rendah dengan keyakinan untuk memenangkan

proyek walaupun tidak mendapatkan keuntungan.

b. Penawaran harus cukup tinggi untuk mendapatkan profit walaupun

kesempatan untuk memenangkan proyek kecil.

Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana

yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut :

a. Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan.

b. Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat dicapai.

2. Penawaran dengan Satu Kompetitor

Sebelum strategi penawaran ini dibicarakan lebih lanjut, perlu diketahui

bagaimana menentukan probabilitas dari suksesnya penawaran. Langkah awal

adalah menghitung nilai R dengan Persamaan 3.1.

R =

c

bA

(3.1)

dengan :

R : Rasio ( Mark Up + 1 )

bA : Penawaran Kompetitor A

(49)

Untuk penawaran dengan satu kompetitor dimisalkan seperti pada Tabel

3.1 dimana kompetitor yang dihadapi sebanyak 62 pesaing dalam jangka beberapa

tahun.

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat

R = b/c Jumlah

R < 0,98 0

0,98 ≤ R < 1,00 1

1,00 ≤ R < 1,02 3

1,02 ≤ R < 1,04 5

1,04 ≤ R < 1,06 13

1,06 ≤ R < 1,08 18

1,08 ≤ R < 1,10 14

1,10 ≤ R < 1,12 5

1,12 ≤ R < 1,14 2

1,14 ≤ R < 1,16 1

1,16 ≤ R < 0

Total 62

Sumber : Anonim, 1990

Jika bid ratio (b/c) adalah 0,98 (2 % kurangnya dari biaya estimasi),

probabilitas untuk memenangkan penawaran terhadap A adalah 1,00. Dalam

Tabel 3.1 ditunjukkan kontraktor A mempunyai nilai bid ratio (b/c) kurang dari

1,02 sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 3.2 ditunjukkan jika diajukan penawaran

dengan mark up 2 % (bid ratio = 1,02) , maka probabilitas untuk menang adalah

58/62 atau 0,94. Nilai-nilai expected profit pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa

penawaran sebesar 1,06 atau mark up sebesar 6 % adalah yang optimum jika

hanya bersaing dengan kontraktor A. Jika estimasi c, sebesar Rp.100 juta, maka

(50)

Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa optimum mark up adalah sebesar +6 %. Hal

ini menunjukkan bahwa nilai optimum mark up tidak bergantung dari estimasi

biaya pelaksanaan saat itu, dapat ditentukan mendahului perhitungan biaya

berdasarkan record penawaran yang lewat. Jadi optimum mark up akan sama

besar persentasenya baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan besar. Tentu

saja tidak dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu, harus mengklasifikasi

pekerjaan yang akan diambil data-datanya.

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan

b/c pA Expected Profit

pA(b-c)

0,98 62/62 = 1,00 1,0 (0,98c-c) = -0,02c

1,00 61/62 = 0,98 0,98 (1,00c-c) = 0

1,02 58/62 = 0,94 0,94 (1,02c-c) = 0,019c

1,04 53/62 = 0,85 0,85 (1,04c-c) = 0,034c

1,06 40/62 = 0,65 0,65 (1,06c-c) = 0,039c

1,08 22/62 = 0,36 0,36 (1,08c-c) = 0,029c

1,10 8/62 = 0,13 0,13(1,10c-c) = 0,013c

1,12 3/62 = 0,05 0,05(1,12c-c) = 0,006c

1,14 1/62 = 0,02 0,02 (1,14c-c) = 0,003c

1,16 0/62 = 0 0,00 (1,16c-c) = 0

Sumber : Anonim, 1990

3. Penawaran Lebih Dari satu Kompetitor

Misalkan kontraktor mendapatkan saingan 2 kompetitor (A dan B) dengan

cara seperti di atas, analisisnya disimpulkan pada Tabel 3.3 mengenai probabilitas

terhadap masing-masing kontraktor. Sedangkan pada Tabel 3.4 menyimpulkan

bahwa jika diambil mark up sebesar 8 % maka probabilitas untuk menang

(51)

sekaligus, maka probabilitasnya adalah 0,19. Probabilitas ini (PAB) adalah hasil

perkalian Pa dan Pb.

Tabel 3.3 Probabilitas terhadap kontraktor A , B dan AB

b/c pA pB pAB

Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B

b/c pAB Expected Profit

pAB(b-c)

Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa optimum mark up untuk mengalahkan

kontraktor A dan B adalah 6 %. Kesimpulannya semakin banyak saingan yang

dihadapi maka semakin kecil optimum mark up. Semakin banyak jumlah pesaing

(52)

4. Average Kompetitor

Penjelasan pada subbab sebelumnya adalah didasarkan pada pendapatan

bahwa seluruh pesaing telah dikenal. Jika tidak mengenal pesaing secara

menyeluruh, maka konsep average bidder dapat digunakan. Pola penawaran dari

setiap pesaing dapat diperoleh dengan mengkombinasikan semua pesaing tersebut

ke dalam suatu pola distribusi probabilitas. Caranya sama dengan konsep satu

kompetitor. Pada Tabel 3.5 ditunjukkan Pav sebagai probabilitas dimana akan

diajukan penawaran yang lebih rendah dari setiap kompetitor yang tidak dikenal.

Jika hanya satu kompetitor yang dihadapi, optimum mark up adalah 6 %. Jika ada

tiga kompetitor, maka prosedur yang sama seperti ketika menghadapi lebih dari

satu kompetitor dapat digunakan.

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan

b/c pAV Expected profit

pAB(b-c)

0,98 1,00 -0,020

1,00 0,98 0,000

1,02 0,95 0,019

1,04 0,89 0,036

1,06 0,72 0,043

1,08 0,51 0,041

1,10 0,30 0,030

1,12 0,12 0,014

1,14 0,05 0,007

1,16 0,00 0,000

Sumber : Anonim, 1990

Pada Tabel 3.6 ditunjukkan bahwa jika tiga kompetitor yang dihadapi

maka probabilitas rata-rata adalah pangkat 3 dari probabilitas ketika menghadapi

1 pesaing. Dalam Tabel 3.6 mark up yang dihasilkan berkisar 4 % sampai 5 %

(53)

optimum mark up bervariasi sesuai jumlah kompetitor yang dihadapi. Dalam hal

ini ketepatan dalam memperkirakan banyaknya kompetitor yang akan mengikuti

tender akan sangat menentukan.

Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui

b/c pAB Expected profit

pAB(b-c)

0,98 1,00 -0,020

1,00 0,94 0,000

1,02 0,86 0,017

1,04 0,70 0,028

1,06 0,37 0,022

1,08 0,13 0,010

1,10 0,03 0,003

1,12 0,00 0,000

1,14 0,00 0,000

1,16 0,00 0,000

Sumber : Anonim, 1990

B. Mark Up

Mark up adalah besaran dalam persen (%) yang dikalikan terhadap biaya

estimasi proyek yang merupakan salah satu putusan akhir dengan menambahkan

pada biaya estimasi. Umumnya kontraktor ingin menentukan nilai mark up yang

sebesar-besarnya, namun dengan harapan ingin tetap menjadi penawar terendah.

Didalam menentukan nilai mark up, kontraktor membutuhkan data-data

penawaran yang telah lalu dalam kurun waktu tertentu (Hostorical data) sebagai

acuan. Besarnya mark up umumnya termasuk biaya overhead, biaya tak terduka,

bunga Bank dan juga tergantung dari jenis dan besarnya nilai proyek. Sehingga

besarnya nilai mark up yang ditentukan pada suatu penawaran akan menentukan

(54)

Nilai mark up memungkinkan negatif bila harga penawaran lebih rendah

dari owner estimate. Rumus untuk mencari mark up adalah harga penawaran

dibagi dengan biaya estimasi dalam besaran persen.

Mark Up =

C B

(3.2)

dengan :

B : Bid Ratio

C: Estimate Cost

Sebagai gambaran dapat diperhatikan pada Gambar 3.1 berikut ini

(Cook,1985):

Gambar 3.1 Hubungan antara over head, laba, dan garis pertumbuhan

perusahaan (Cook,1985)

Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa garis pertumbuhan perusahaan terus

meningkat dan menunjukkan suatu perusahaan yang sehat dimana laba yang

Gambar

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook, 1985)
Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat
Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum
Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedemikian penting CSR bagi perusahaan, pemangku kepentingan dan masyarakat maka perusahaan harus menempatkan orang-orang CSR (yang dikenal dengan CSR/CD Officer) yang tepat

[r]

data yang digunakan untuk mengetahui kualitas perairan menggunakan IMLP (Indeks Mutu Lingkungan Perairan), Baku Mutu Air Laut, clan analisis struktur

Demak dalam merealisasikan program kerjanya sebagai pelaksana evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan adalahhasilnya

Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar t ersebut perlu dit indaklanj ut i dalam Perat uran Pemerint ah unt uk menj amin kelancaran, ket ert iban dan kelest arian sumber

tntEAN WAIIB OIOIioltI DAERA]1, PE]'ERINIAfiA]I Uilt l.l, AD0{IIIISIRASI IGt

Studi ini diadakan untuk melihat seberapa bagus responden dari kelompok umur yang berbeda memahami kata-kata slang yang digunakan dalam studi ini dan faktor-faktor yang

Two substances are identical except that the electron mean free time for substance A is twice the electron mean free time for substance B.. If the same electric field exists in