KONSTRUKSI DI INDONESIA
Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Disusun Oleh :
AGISTA FITRIYA NIM : 2011 011 0139
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
iii
Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk :
Bapak, Ibu, dan Adik ku yang selalu mendoakan dan memberikan
dukungan baik moral maupun materil.
Gumilang Arias yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan
dukungannya.
Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dorongan untuk
terus maju dan berjuang.
iv
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT. Tidak lupa sholawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat. Setiap kemudahan dan kesabaran yang telah diberikan-Nya kepada saya
akhirnya saya selaku penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul
“Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi di Indonesia“
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana S-1 Teknik Sipil pada
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, Penyusun sangat
membutuhkan kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan, petunjuk dan
saran-saran dari berbagai pihak, terima kasih penyusun haturkan kepada :
1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, ST, MT, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Ir. H. Mandiyo Priyo, MT. selaku dosen pembimbing I. Yang telah
memberikan pengarahan, memberikan waktu untuk semua diskusi, saran,
kritik, bimbingan serta petunjuk dan koreksi yang sangat berharga bagi tugas
akhir ini.
4. Ibu Ir. Hj. Anita Widianti, MT. selaku dosen pembimbing II. Yang telah
memberikan semua bimbingan, arahan, kritik, dan saran untuk penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Yoga Apriyanto Harsoyo, ST, M.Eng. sebagai dosen penguji. Terima
v administrasi akademis.
8. Para Staf dan karyawan LPSE Provinsi Kalimantan Timur yang telah banyak
membantu mencarikan data dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
9. Bapakku H. Agus Sutrisno, ibuku Hj. Aji Zuefni, SE. adikku Akila Aulia Fitra
dan seluruh anggota keluargaku yang tercinta. Terimakasih atas do’a, nasihat
dan dorongan yang amat besar. Kalian adalah penyemangat terbesar untuk
mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga mampu membanggakan kalian
semua.
10.Gumilang Arias yang selalu memberikan semangat, dukungan dan banyak
membantu penulis dalam mengerjakan tugas akhir ini.
11.Ayu Esmeralda, Dea Niyeza, Jenny Nur Adha, Mardiana, Mutia Shyana,
Nabila, Novika Rachmawati, Rahmatika Nur Laila, Reny Ayudhia, Sindy
Febriani, dan Tari Andriani yang telah menjadi sahabat terbaik dan
penyemangat selama penulis mengerjakan tugas akhir ini. Semoga kita semua
sukses dengan segala usaha kita.
12.Candra Asri, Eka Faizah, Elisabeth Arizona, Fatihah Putri Azzahra, Katon
Suryandaru, Mega Bayu Murti, dan Nadia Shofa yang telah menjadi teman
hidup seperjuangan dan penyemangat selama penulis menjalani perkuliahan
dan mengerjakan tugas akhir ini. Semoga usaha kita sukses semua.
13.Seluruh teman-teman Teknik Sipil 2011. Ade Oktavia Putriningrum, Karina
Purbasari, Rifki Budi Pratama, Ari Yudistira, Sutrisno, Iwan Setiawan dan
semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih
atas dukungan dan kerjasama untuk mencapai kesuksesan bersama. Sungguh
suatu kebahagiaan dapat bertemu, belajar, berkumpul dan bermain dengan
kalian di masa kuliah ini.
14.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu
vi
kekurangan dalam Tugas Akhir ini, walaupun telah diusahakan bentuk
penyusunan dan penulisan sebaik mungkin.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah kami serahkan segalanya,
sebagai manusia biasa penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan lapang dada dan keterbukaan
akan penyusun terima segala saran dan kritik yang konstruktif demi baiknya
penyusunan ini, sehingga sang Rahman masih berkenan mengulurkan petunjuk
dan bimbingan-Nya.
Amien.
Yogyakarta, September 2016
Penyusun
vi
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
INTISARI ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Masalah ... 6
F. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik ... 8
1. Registrasi Peserta ... 9
2. Penyedia Barang/Jasa ... 10
B. Pelelangan ... 10
1. Tata Cara Pelelangan ... 11
2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang ... 13
C. Estimasi Biaya Konstruksi ... 14
1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi ... 16
2. Resiko dalam Estimasi ... 19
3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi ... 21
4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek ... 22
vii
3. Penawaran Lebih Dari Satu Kompetitor ... 34
4. Average Competitor ... 36
B. Mark Up ... 37
C. Expected Profit ... 39
D. Pendekatan Metode Strategi Penawaran ... 41
1. Friedman Method ... 42
2. Gates Method ... 44
3. Ackoff & Sasieni Method ... 45
4. Metode Konvensional ... 46
5. Model-model yang Lain ... 50
E. Pendekatan Metode Statistik ... 51
1. Multi Distribusi Discrete ... 51
2. Multi Distribusi Normal ... 52
3. Single Distribusi Normal ... 53
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 54
B. Populasi/Pengambilan Data Penawaran Konstruksi ... 55
C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 56
D. Pengolahan Data dengan Model Penawaran ... 57
E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 57
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Lapangan ... 59
B. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 59
1.Multi Distribusi Discrete ... 60
2.Multi Distribusi Normal ... 61
viii
3.Ackoff & Sasieni Method ... 91
D. Analisis Expected Profit ... 104
E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 107
F. Pembahasan ... 108
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 112
DAFTAR PUSTAKA
xii
Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected profit maximum ... 24
Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat ... 33
Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected Profit yang dihasilkan ... 34
Tabel 3.3 Probabilitas Terhadap Kontraktor A dan B dan AB ... 35
Tabel 3.4 Expected profit menghadapi kontraktor A dan B ... 35
Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan ... 36
Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui ... 37
Tabel 3.7 Perhitungan nilai pembanding... 49
Tabel 5.1 Mean, Standar deviasi dan varian multi distribusi normal ... 61
Tabel 5.2 Mean, Standar deviasi dan varian single distribusi normal ... 63
Tabel 5.3 Nilai Z untuk single distribusi normal semua pesaing... 65
Tabel 5.4 Probabilitas menang dengan single distribusi normal ... 66
Tabel 5.5 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model Friedman ... 68
Tabel 5.6 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 70
Tabel 5.7 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model friedman ... 72
xiii
friedman ... 77
Tabel 5.11 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model
Gates ... 80
Tabel 5.12 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model Gates . 82
Tabel 5.13 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model
Gates ... 85
Tabel 5.14 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Gates .. 86
Tabel 5.15 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model
Gates ... 88
Tabel 5.16 Expected profit dengan single distribusi normal untuk model Gates . 90
Tabel 5.17 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model
Ackoff & Sasieni ... 92
Tabel 5.18 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model Ackoff &
Sasieni ... 93
Tabel 5.19 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model
Ackoff & Sasieni ... 96
Tabel 5.20 Expected profit dengan multi distribusi normal untuk model Ackoff &
Sasieni ... 98
Tabel 5.21 Probabilitas menang dengan single distribusi normal untuk model
xiv
xv
Gambar 3.1 Hubungan antara overhead, labam dan garis pertumbuhan
perusahaan (Cook,1985) ... 38
Gambar 3.2 Hubungan Expected profit dengan Mark up ... 40
Gambar 3.3 Histogram penawaran biaya ... 51
Gambar 3.4 Distribusi normal penawaran biaya ... 52
Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran ... 54
Gambar 5.1 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 71
Gambar 5.2 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Friedman ... 74
Gambar 5.3 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Friedman ... 78
Gambar 5.4 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model Gates ... 83
Gambar 5.5 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Gates ... 87
Gambar 5.6 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Gates ... 91
xvi
single distribusi normal untuk model Ackoff & Sasieni... 104
Gambar 5.10 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan
multi distribusi discrete ... 105
Gambar 5.11 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan
multi distribusi normal ... 106
Gambar 5.12 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan
xvii
tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan maksimum.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah selesai dari tahun 2011-2015 di LPSE Provinsi Kalimantan Timur dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu muti distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.
Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar 4 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar 0,0002, 5 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0001 dan 9 % untuk single distribusi normal dengan expected profit 0,0001. Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 12 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 0,4000, 20 % untuk multi distribusi normal dengan expected profit 0,0088 dan 20 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0720. Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum sebesar 4 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit 0,2667, 20 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar 0,0540.
1
Kegiatan proyek telah dikenal sejak dahulu, baik membuat rumah tinggal
sederhana maupun membuat suatu infrastruktur raksasa. Pada jaman dunia
modern seperti saat ini, proyek semakin beraneka ragam, canggih dan lebih
kompleks. Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi sumber daya tertentu
dan melaksanakan tugas dengan tujuan yang jelas.
Bila melihat hasil sebuah proyek berupa bangunan gedung pencakar langit
ataupun instalasi industri besar yang menggunakan teknologi canggih, tentunya
dalam proses pembangunan tersebut terdapat beberapa tahap yang harus dilewati
hingga mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa tahap penting yang terdapat
didalam sebuah proyek adalah tahap perencanaan, pelelangan, pemilihan
kontraktor, penjadwalan, pelaksanaan pembangunan dan tahap pemeliharaan.
Pelelangan atau tender adalah suatu penawaran pekerjaan kepada
kontraktor atau konsultan untuk mendapatkan harga penawaran yang bersaing
sesuai spesifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan mengandalkan
kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi, proses pelelangan saat ini sudah mulai
menggunakan sistem melalui jaringan internet yang diatur dalam Peraturan
Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Sejak tahun 2008 pengadaan barang/jasamulai menggunakan sistem
kontraktor bisa mengikuti tender setelah paket lelang dan spesifikasi lelang
diumumkan oleh lembaga terkait sebagai pemilik proyek. Tahapan pemilihan
penyedia barang dan jasa pemerintah yang mutlak harus diikuti oleh setiap peserta
lelang adalah tahapan pembukaan dokumen penawaran. Pembukaan dokumen
penawaran dilakukan secara resmi dan disaksikan oleh semua peserta lelang. Pada
acara ini panitia pengadaan barang dan jasa akan memberikan seluruh informasi
lengkap mengenai data yang terdapat didalam setiap dokumen penawaran.
Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat didalam dokumen
penawaran, maka secara tidak langsung seluruh peserta lelang dapat mengawasi
panitia pengadaan barang/jasa dan melakukan proses evaluasi dokumen
penawaran tersebut. Dengan demikan proses penentuan pemenang lelang tersebut
menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Semakin banyak peserta yang
mengikuti lelang, maka peluang untuk memenangkan tender akan semakin kecil,
sehingga bila tidak menggunakan strategi penawaran yang tepat, akan sangat sulit
untuk memenangkan lelang.
Perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruksi khususnya kontraktor
konstruksi atau pemborong bangunan, akan hidup dan berkembang dari
keuntungan yang diperolehnya dengan mengerjakan sebuah proyek. Untuk
mencapai keuntungan, perusahaan harus dapat bekerja secara profesional sehingga
memperoleh keuntungan yang maksimal tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas
pembangunan proyek.
Strategi penawaran bagi suatu perusahaan sangatlah bergantung pada
Karakteristik kontrak dalam industri konstruksi ditandai dengan persaingan yang
terus meningkat, batas keuntungan yang tidak tinggi (low profit margin) dan nilai
resiko gagal yang tinggi. Perkiraan harga sebuah proyek adalah hasil perhitungan
yang dilakukan oleh estimator berdasarkan dokumen lelang berupa gambar
rencana dan spesifikasinya. Dalam tahap ini, harga yang diperoleh adalah harga
langsung (direct cost), sedangkan harga penawaran adalah biaya langsung
ditambah dengan sejumlah nominal tertentu. Besarnya nominal penambahan biaya
tersebut disebut nilai mark up. Tujuan menggunakan nilai mark up adalah agar
setiap kontraktor memperoleh keuntungan dan menutupi biaya ovehead
perusahaan.
Permasalahan utama kontraktor dalam mengajukan penawaran adalah
menetapkan harga penawaran. Apabila mengajukan harga penawaran terlalu
tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan yang besar akan menyebabkan
peluang untuk memenangkan tender menjadi sangat kecil. Sebaliknya apabila
mengajukan harga penawaran sangat rendah dengan harapan memiliki peluang
yang besar untuk memenangkan tender, akan menyebabkan keuntungan yang
besar menjadi sangat sulit untuk diperoleh. Kedua kondisi tersebut sangat
menyulitkan kontraktor dalam menentukan harga penawaran yang tepat. Didalam
penawaran pelelangan proyek, segala sesuatunya harus nampak jelas dan rasional,
sehingga hal ini sangat penting dalam menentukan strategi penawaran yang tepat.
Masalah lain yang timbul yaitu persaingan kontraktor semakin meningkat untuk
Perkiraan nilai mark up yang diimplementasikan dalam penawaran
proyek-proyek konstruksi dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengajuan harga
penawaran, dimana nilai mark up yang didapat merupakan nilai mark up yang
dihitung melalui data-data penawaran terdahulu disuatu wilayah dengan rentang
waktu tertentu. Model pendekatan perhitungan mark up merupakan alat bantu
bagi kontraktor dalam menyusun strateginya dalam menghadapi tender sistem
penawaran bersaing, sehingga mengetahui kesempatan terbaik dalam mengikuti
tender atau mendapatkan kesempatan optimum untuk memenangkan proyek dan
mendapatkan keuntungan optimum.
Berbagai metode dengan pendekatan statistik dapat digunakan untuk
menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat
harga penawaran yang lebih akurat dan efektif dalam sebuah pelelangan proyek.
Di dalam penelitian Tugas Akhir ini akan digunakan tiga metode untuk
menghitung nilai mark up, yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff &
Sasieni Method dengan menggunakan tiga pendekatan metode statistik, yaitu
multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal.
Setiap metode akan menghasilkan tiga variasi mark up yang nantinya akan diuji
dengan data pelelangan yang pernah dilakukan, sehingga dapat diketahui nilai
mark up mana yang lebih tepat digunakan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas timbul suatu masalah
1. Berapakah nilai mark up yang dihasilkan dari data pelelangan yang
dianalisis?
2. Apakah strategi penawaran dengan Friedman Method, Gates Method dan
Ackoff & Sasieni Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam
menentukan nilai mark up?
3. Pilihan pendekatan metode statistik mana yang tepat untuk menentukan
probabilitas menang dalam pelelangan?
4. Metode apakah yang paling tepat dijadikan alternatif untuk menentukan
nilai mark up?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghitung mark up dari tender proyek konstruksi di Provinsi Kalimantan
Timur menggunakan pendekatan strategi penawaran Friedman Method,
Gates Method dan Ackoff & Saseni Method.
2. Membandingkan setiap metode dan pendekatan statistik yang digunakan,
mana mark up yang paling tepat untuk dijadikan alternatif harga
penawaran yang efektif.
3. Mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan Konstruksi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan strategi yang paling tepat
didalam menentukan harga penawaran tender konstruksi, sehingga
diperoleh keuntungan yang maksimal. Selain itu diharapkan sebagai
masukan bagi perusahaan konstruksi untuk mencari dan mempelajari
model strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
2. Pengembangan ilmu pengetahuan
Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi belajar mengenai strategi
penawaran proyek konstruksi, khususnya pelelangan di wilayah Provinsi
Kalimantan Timur.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas sehingga dapat menyimpang dari
tujuan penelitian, maka lingkup pembahasannya hanya terbatas sebagai berikut:
1. Data penawaran yang dikumpulkan adalah data pelelangan pekerjaan
konstruksi dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi
Kalimantan Timur tahun 2011-2015.
2. Data yang digunakan adalah data lelang yang proses lelangnya sudah
selesai dilaksanakan dengan jumlah kontraktor yang mengikuti lelang
3. Data lelang yang digunakan adalah proyek pekerjaan konstruksi dengan
harga minimal Rp.200.000.000,-
4. Untuk pendekatan metode statistik digunakan tiga metode, yaitu multi
distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal.
5. Pembahasan pada penelitian ini hanya pada lingkup strategi harga
penawaran dengan mencari nilai mark up optimum dan probabilitas
expected profit maksimum yang diperoleh kontraktor apabila
menggunakan setiap metode strategi penawaran.
6. Untuk pendekatan strategi penawaran digunakan tiga metode,yaitu
Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di
Indonesia sebelumnya dilakukan oleh Marianti (2012) dengan studi kasus
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kotamadya Yogyakarta dan
Hakas Prayuda (2013) dengan judul penelitian Model Strategi Harga Penawaran
Untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) Kota Bandung.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Dinda Fardila (2016) dengan
judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek Konstruksi Di Indonesia
dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nur Kiswan (2016) dengan studi kasus
Penelitian dengan judul Model Strategi Harga Penawaran Untuk Proyek
Konstruksi di Indonesia dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik
(LPSE) Provinsi Kalimantan Timur, sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah
8
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan
sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sistem Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dikembangkan dengan basis free license
untuk diterapkan di seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Hingga pertengahan
tahun 2010, telah terdapat sekitar 60 instansi yang memiliki LPSE. Pada
perkembangan selanjutnya, LPSE didefinisikan sebagai unit pelaksana yang
memfasilitasi panitia/unit Layanan Pengadan (ULP) pada proses pengadaan
barang/jasa secara elektronik. LPSE sendiri mengoperasikan sistem
e-procurement bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang
dikembangkan oleh LKPP. Namun secara umum, LPSE diartikan sebagai sistem
e-procurement termasuk di dalamnya aplikasi dan unit pelaksana.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) adalah unit layanan
penyelenggara sistem elektronik pengadaan barang/jasa yang didirikan oleh
Kementerian/Lembaga/ Perguruan Tinggi/BUMN dan Pemerintah Daerah untuk
memfasilitasi ULP/Pejabat pengadaan dalam melaksanakan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara elektronik. Selain itu, LPSE perlu diadakan agar
dapat melakukan proses pengadaan barang/jasa secara elektronik dari lokasi lain
yang terhubung dengan internet. Selain sebagai unit layanan sebagaimana tersebut
16 dan 109 ayat 7 Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE,
dengan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaannya dilakukan oleh LKPP.
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) akan menjalankan fungsi sebagai
berikut :
a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).
b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.
c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/Panitia dan Penyedia
barang/jasa.
d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada
PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.
e. Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK/Panitia dan Penyedia
barang/jasa.
Adapun beberapa syarat dan ketentuan untuk bergabung dengan layanan
pengadaan secara elektronik adalah sebagai berikut:
1. Registrasi Peserta
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), mengajukan permintaan sebagai
pengguna SPSE kepada pengelola LPSE bagi PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan
suatu paket pekerjaan tertentu. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran
secara online pada website LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi
dokumen pendukung yang di persyaratkan oleh LPSE. Dengan membuat atau
mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan dalam SPSE, maka
PPK/Panitia/Pokja ULP Pengadaan dan penyedia barang/jasa telah memberikan
2. Penyedia barang / jasa
Adapun ketentuan untuk lembaha-lembaga atau perusahaan penyedia
barang dan jasa sebagai berikut :
a. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di perusahaan.
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
c. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi
(SIUJK) atau ijin usaha sesuai bidang masing-masing.
d. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada perubahan).
e. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir
keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website
LPSE.
f. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna SPSE
paling lambat 2 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran suatu
paket pekerjaan yang akan diikuti.
B. Pelelangan
Pelelangan adalah pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka
(untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak maupun
elektronik sehingga masyarakat dunia usaha yang berminat dan memenuhi kretiria
dapat mengikutinya. Tahap pengadaan pelaksanaan konstruksi ini dilakukan
setelah tahap desain diselesaikan oleh konsultan perencana. Proses pengadaan
perusahaan jasa konstruksi diatur oleh Keputusan Presiden RI terutama proyek di
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
Pelelangan dibedakan menjadi dua macam yaitu pelelangan umum dan
pelelangan terbatas. Prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya
saja ada sedikit perbedaan dalam memenuhi syarat agar dapat mengikuti
pelelangan. Dalam pelelangan terbatas yang diizinkan mengikuti lelang adalah
penyedia barang/jasa yang hanya diundang oleh pengguna jasa. Pelelangan
dilakukan pada umumnya tergantung pada besar atau kecilnya proyek, tingkat
kompleksitas proyek, biaya proyek dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
1. Tata Cara Pelelangan
Adapun tata cara pelelangan untuk penyedia barang/jasa secara umum
sebagai berikut :
a. Penyedia barang/jasa harus memenuhi seluruh persyaratan peserta lelang.
Peserta harus memenuhi kualifikasi, klasifikasi dan memiliki sumber daya
sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang dibuat oleh panitia lelang.
b. Panitia akan mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui
media cetak, papan pengunguman maupun media elektronik. Biasanya
pengunguman ditujukan kepada penyedia berdasarkan jenis perusahaan,
meliputi perusahaan kelas kecil, menengah, dan besar. Setiap penyedia
barang/jasa boleh mendaftar dengan memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh panitia.
c. Tahap prakualifikasi yaitu tahap untuk panitia pelelangan yang diwajibkan
lelang sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada
calon peserta lelang.
d. Penyusunan daftar calon peserta lelang, penyampaian undangan dan
pengambilan dokumen lelang.
e. Penjelasan lelang (Aanwijzing) dilakukan pada tempat dan waktu yang
ditentukan dan dihadiri oleh calon peserta lelang yang mendaftarkan diri
untuk mengikuti pelelangan. Penjelasan lelang meliputi metode
pengadaan, penyampaian penawaran, dan ketentuan penting lainnya.
f. Penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran. Sistem
penyampaiannya harus mengikuti ketentuan yang disyaratkan didalam
dokumen. Pembukaan dokumen penawaran terbagi tiga macam yaitu
sistem satu sampul, sistem dua sampul dan sistem dua tahap.
g. Evaluasi penawaran. Dilakukan oleh panitia terhadap semua penawar yang
dinyatakan lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi tersebut
meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga berdasarkan kretiria,
metode dan tata cara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen
lelang.
h. Pembuatan berita acara hasil pelelangan. Panitia membuat kesimpulan dari
hasil evaluasi pelaksanaan pelelangan termasuk tata cara penilaian hingga
penetapan urutan pemenang.
i. Penetapan pemenang lelang. Penetapan dilakukan oleh panitia lelang
berdasarkan penawaran yang secara administratif dan teknis dapat
j. Sanggahan peserta lelang. Seluruh peserta lelang diberi kesempatan untuk
menyampaikan sanggahan secara tertulis apabila keberatan atas penetapan
pemenang.
k. Pemerintah surat keputusan penetapan penyedia Barang/jasa. Surat ini
dikeluarkan setelah tidak ada sanggahan dari peserta lelang dan penerima
surat wajib menerima keputusan tersebut.
2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang
Pelelangan dinyatakan gagal dan harus dilakukan pepelangan ulang
apabila sebagai berikut :
a. Penyedia barang/jasa tercantum dalam daftar calon peserta kurang dari tiga
penyedia.
b. Penawaran yang masuk kurang dari tiga.
c. Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
dalam dokumen lelang.
d. Tidak ada penawaran yang harga penawarannya dibawah atau sama
dengan anggaran dana yang tersedia.
e. Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum
dalam dokumen lelang ternyata besar.
f. Terjadinya praktik KKN dan disanggah oleh peserta lelang.
g. Calon pemenang lelang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak
bersedia ditunjuk.
h. Pelaksanaan pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan dokumen lelang
C. Estimasi Biaya Konstruksi
Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi.
Ketidakakuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh
proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) dalam
Priyo (1999) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah
a. Untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan
biaya yang ada.
b. Untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan.
c. Untuk kompetensi pada saat penawaran.
Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif desain
yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Estimasi
biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus
menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat
menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum
pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi
dokumen penawaran lainnya.
Proses analisis biaya konstruksi adalah suatu proses untuk mengistimasi
biaya langsung yang secara umum digunakan sebagai dasar penawaran. Salah satu
metode yang digunakan untuk melakukan estimasi biaya konstruksi adalah
menghitung secara detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks atau
koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja. Hal lain yang perlu dipelajari
dalam kegiatan ini adalah pengaruh produktivitas kerja dari para tukang yang
penawaran biaya konstruksi antara pihak konsultan, owner dan kontraktor
mempunyai hasil yang berbeda. Tetapi perincian biaya yang dicantumkan
meliputi biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tak terduga dan biaya
overhead.
Dalam menentukan biaya estimasi sebaiknya mendekati biaya aktual,
maka sangat dibutuhkan suatu data dari pengalaman-pengalaman penawar yang
lalu dan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun pengamatan
(Patmadjaja,1999).
Biaya aktual merupakan biaya pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi
yang tentu saja tidak dapat diketahui persis jika pekerjaan belum selesai, namun
nilai ini dibutuhkan dalam menentukan Expected Profit Maximum. Asumsi yang
umum dipakai adalah bahwa nilai c sama dengan estimasi dari kontraktor pada
waktu mengajukan penawaran. Seberapa jauh nilai ini dapat digunakan tergantung
dari record pengalaman-pengalaman yang telah lewat.
Biaya konstruksi adalah besarnya biaya aktual yang dikeluarkan untuk
pekerjaan konstruksi tersebut. Biasanya besarnya biaya aktual ini baru dapat
diketahui dengan pasti setelah pekerjaan konstruksi telah selesai. Namun estimasi
biaya tidak mungkin menunggu biaya aktual dan estimasi biaya ini merupakan
suatu elemen penting dalam strategi penawaran. Umumnya dalam strategi
penawaran besarnya estimasi harus ditentukan dahulu sebelum dimulai sehingga
pada umumnya dibuat suatu asusmsi bahwa estimasi biaya dianggap sama dengan
Menurut Cook (1985) dalam Panjaitan (2010), Penawaran yang baik
adalah penawaran yang berdasarkan perhitungan estimasi biaya yang tepat seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook, 1985)
Batas A pada Gambar 2.1 menunjukkan suatu penawaran ideal dimana
batas A ini dapat diturunkan lagi sampai batas B dan batas B merupakan suatu
batas penawaran yang paling kompetitif atau layak. Apabila biaya penawaran
dinaikkan melebihi batas A maka harga penawaran akan menjadi batas tak layak.
1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi
Ada beberapa metode dalam melakukan estimasi biaya konstruksi, yaitu:
a. Estimasi harga pasti (Fixed-price)
Harga pasti dihitung menggunakan dua metode yaitu :
1) Metode Lumpsum (lumpsum estimate), umumnya dilakukan bila jenis
berani mengambil resiko bila ketidakpastian terjadi di lapangan maka
tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi
owner adalah harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga
memudahkan untuk menentukan anggaran.
2) Metode harga satuan (unit price estimate), metode ini berdasarkan harga
satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan juga
estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya
yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana
arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya.
b. Estimasi harga perkiraan (approximate estimate)
Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada
beberapa metode yang termasuk ketegori ini yaitu :
1) Harga per fungsi yaitu metode didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis
penggunaan.
2) Harga luas yaitu metode yang menggunakan harga tiap luas lantai.
3) Harga volume kubik yaitu metode didasarkan pada volume bangunan.
4) Modular take off yaitu metode yang mengacu pada konsep modul yang
kemudian dikalikan untuk seluruh proyek.
5) Partial take off yaitu metode jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan
yang diperkirakan menggunakan harga satuan.
6) Harga satuan panel yaitu metode dengan mengasumsikan harga satuan per
7) Harga parameter yaitu metode yang menggunakan harga satuan dari
komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai,
dinding dan sebagainya.
Berdasarkan tahapan proyek konstruksi, jenis-jenis estimasi biaya dapat
diuraikan sebagai berikut :
a. Estimasi kelayakan. Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah
untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka
perkiraan biaya konstruksi dilakukan berdasarkan pengalaman dan
dibandingkan dengan bangunan yang identik.
b. Estimasi konseptual. Biaya suatu bangunan diperkirakan berdasarkan
volume bangunan atau faktor lain dengan patokan harga berdasarkan pada
bangunan yang identik. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai
berikut:
1) Metode satuan luas, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis
yang pernah dibangun dan bersifat garis besar dengan tingkat
ketelitian sangat rendah.
2) Metode satuan isi, metode ini digunakan pada bangunan yang
volumenya sangat dipentingkan, metode ini hanya dapat diandalkan
pada fase awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang
kurang identik.
3) Metode harga satuan fungsional yaitu menggunakan fungsi dari
4) Metode faktorial yaitu metode yang digunakan pada proyek yang
jenisnya sama, metode ini paling berguna untuk proyek yang
mempunyai komponen utama sejenis.
5) Metode sistematis dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya.
Harga satuan ditentukan oleh jumlah tiap haga satuan elemen dalam
setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada.
c. Estimasi detail/terperinci yaitu memperkirakan biaya konstruksi secara
lebih terperinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi,
gambar potongan dan gambar detail yang tersedia. Metode ini sering
disebut metode harga satuan atau volume pekerjaan (Quantity Take off).
d. Sistem estimasi sub kontraktor digunakan pada bagian konstruksi khusus
di sub kontraktor.
e. Estimasi pekerjaan tambah kurang digunakan karena kebutuhan pemilik
proyek, kesalahan dalam dokumen kontrak atau perubahan kondisi lokasi
proyek.
f. Estimasi kemajuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan
sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah
diramalkan sebelumnya.
2. Resiko dalam Estimasi
Seorang estimator harus berusaha mengidentifikasi sebanyak mungkin
bagian-bagian yang mengandung resiko atau ketidakpastian dalam estimasinya.
Beberapa cara untuk mengidentifikasi resiko dalam estimasi biaya konstruksi
a. Mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk
dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak.
b. Melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum penawaran.
c. Membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran.
d. Menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek.
e. Memilih sub kontraktor dan suplyer yang tepat.
f. Mengikuti rapat penjelasan .
g. Mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek.
h. Mendapatkan kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan
proyek.
i. Membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek.
j. Membuat strategi untuk mendapatkan proyek.
k. Mengidentifikasi dan memahami klausa-klausa dalam spesifikasi yang
memberikan resiko untuk kontraktor.
l. Mengidentifikasi kondisi khusus dalam spesifikasi yang memberikan
resiko tambahan untuk kontraktor.
m. Mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah.
n. Mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek.
o. Mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek.
p. Mengidentifikasi lokasi pembuangan.
q. Mengkaji ulang laporan penyelidikan tanah lokasi proyek.
s. Melakukan analisis pekerjaan yang disubkontraktorkan untuk memastikan
bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.
3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi,
antara lain sebagai berikut :
a. Produktivitas tenaga kerja. Produktivitas adalah volume pekerjaan yang
dapat dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok pekerja dalam satuan
waktu. Semakin besar produktivitas maka semakin cepat pekerjaan
terselesaikan. Hal ini berkaitan dengan jumlah upah yang dibayarkan
namun juga perlu analisis lebih mendalam karena dengan produktivitas
makin besar maka harga satuan upah tenaga kerja akan semakin mahal.
b. Ketersediaan material dan sumber daya proyek. Semakin langka material
di pasaran maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan, atapun jika
diperlukan waktu pemesanan yang lebih lama dengan biaya yang
dibebankan kepada konsumen.
c. Cuaca sangat mempengaruhi proses pelaksanaan proyek konstruksi yang
memungkinkan pelaksanaan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif
lebih lama akan sangat memepengaruhi biaya suatu pekerjaan.
d. Masalah konstruksibilitas yaitu kesulitan ataupun penggunaaan metode
yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga akan menjadi faktor
resiko yang tinggi dan mengakibatkan biaya akan semakin mahal.
e. Tipe kontrak, lokasi proyek, keterbatasan lokasi dan lain sebagainya dapat
4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek
Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan pembangunan proyek (Priyo, 2012). Anggaran biaya pada bangunan
yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, hal ini disebabkan
perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Ada dua
faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya yaitu faktor teknis
dan non teknis.
Faktor teknis antara lain berupa ketentuan dan persyaratan yang harus
dipenuhi dalam pelaksanaan pembangunan serta gambar-gambar konstruksi
bangunan. Faktor non teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga
kerja. Contoh dari faktor teknis adalah ketentuan pada pedoman teknik bangunan
gedung negara tahun 2002 yang menentukan biaya pekerjaan standar bangunan
gedung dan koefisien atau faktor pengali bangunan gedung bertingkat yang dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Ada beberapa jenis anggaran biaya yang umum digunakan oleh kontraktor
di Indonesia, antaran lain sebagai berikut :
a. Anggaran biaya kasar atau taksiran, penyusunannya hanya memerlukan
gambar pra rencana dan keterangan singkat mengenai bahan bangunan
yang digunakan.
b. Anggaran biaya teliti. Perhitungan ini menggunakan seluruh ornamen yang
digunakan dalam pembangunan. Anggaran biaya teliti pada umumnya
Tabel 2.1 Biaya pekerjaan standar bangunan gedung
KOMPONEN GEDUNG NEGARA
Pondasi 5 % - 10 %
Struktur 25 % - 35 %
Lantai 5 % - 10 %
Dinding 7 % - 10 %
Plafond 6 % - 8 %
Atap 8 % - 10 %
Utilitas 5 % - 8 %
Finishing 10 % - 15 %
Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara, 2002
Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat
JUMLAH LANTAI HARGA SATUAN PER M2 TERTINGGI
2 Lantai 1,090 standar harga satuan gedung bertingkat
3 Lantai 1,120 standar harga satuan gedung bertingkat
4 Lantai 1,135 standar harga satuan gedung bertingkat
5 Lantai 1,162 standar harga satuan gedung bertingkat
6 Lantai 1,197 standar harga satuan gedung bertingkat
7 Lantai 1,236 standar harga satuan gedung bertingkat
8 Lantai 1,265 standar harga satuan gedung bertingkat
Sumber : Pedoman Teknik Bangunan Gedung Negara, 2002
Pada perancangan estimasi anggaran biaya konstruksi, tahap desain
adalah sebagai berikut (Priyo, 2012) :
a. Mengumpulkan data-data berupa data teknis dan data non teknis.
b. Estimasi pendahuluan berdasarkan luas, klasifikasi dan jumlah lantai.
c. Mengelompokkan data ke dalam daftar urutan pekerjaan untuk
d. Menghitung volume tiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek.
e. Mengelompokkan daftar harga material dan upah pekerjaan dalam suatu
tabel material, upah dan sewa alat.
f. Menganalisa harga satuan pekerjaan untuk tiap-tiap item pekerjaan.
g. Menghitung rencana anggaran biaya proyek.
h. Merencanakan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek.
D. Hasil Penelitian Terdahulu
Patmadjaja (1999) melakukan studi berbagai model strategi penawaran
yang didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul dan
digunakan di negara maju, diantaranya dipilih model Friedman, model Gates dan
Ackoff & Sasieni. Model-model didekati dengan bentuk distribusi diskrit berganda
maupun distribusi normal tunggal dan berganda. Hasil penelitian tersebut
ditampilkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum
Jenis Distribusi Model
Ackoff & Sasieni 10
Distribusi Normal Tunggal
Friedman 5
Gates 15
Ackoff & Sasieni 10
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bila kontraktor sangat
membutuhkan pekerjaan demikian pula dengan para pesaing yang juga
membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai teori model strategi
penawaran, maka sebaiknya digunakan model Friedman dengan distribusi diskrit
berganda untuk para pesaing yang dikenal identitasnya, namun apabila para
pesaing tidak dikenal identitasnya maka gunakan model Friedman dengan
distribusi normal tunggal. Bila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan
atau permintaan pasar sedang tinggi maka sebaiknya menggunakan model
penawaran Gates atau Ackoff & Sasieni yang akan menghasilkan Mark Up
Optimum yang lebih besar. Model yang menghasilkan penawaran yang rendah
adalah model Friedman dengan distribusi diskrit berganda, sebaliknya model
Gates atau Ackoff & Sasieni menghasilkan mark up optimum yang lebih tinggi.
Sargianto (2008) melakukan studi model strategi penawaran dengan studi
kasus di Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan Bidang
Prasarana Wilayah Kabupaten Sleman, DIY. Dalam penelitiannya menggunakan
data pelelangan tahun anggaran 2003-2007. Metode strategi penawaran yang
digunakan yaitu Expected profit Method dan Friedman Method dengan analisis
perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian ini dengan
menggunakan Expected Profit Method besarnya nilai Mark Up yang masih
berpeluang untuk menang tender berkisar antara -4% sampai -20%, sedangkan
untuk Friedman Method besarnya nilai mark up memberikan peluang untuk
memenangkan tender berkisar antara -12% sampai -19%. Nilai mark up yang
penawaran kontraktor lebih rendah dari biaya langsung (direct cost) yang
ditentukan oleh Kimpraswilhub Kabupaten Sleman sebagai Owner Estimate
terlalu tinggi. Expected Profit Method dan Friedman Method dapat menjadi
alternatif pilihan dalam strategi penawaran proyek konstruksi yang digunakan
untuk menentukan besarnya penawaran yang akan diajukan pada proyek-proyek
berikutnya asalkan sudah diketahui Owner Estimate terlebih dahulu.
Zulianto (2008) melakukan penelitian berdasarkan data penawaran pada
tahun anggaran 2007 dengan studi kasus di Dinas Permukiman, Prasarana
Wilayah dan Perhubungan Kabupaten Bantul. Penelitian ini hanya menggunakan
dua metode yaitu Expected Profit Method dan Friedman Method dengan analisis
perhitungan pada pesaing yang dikenal saja. Hasil penelitian menunjukkan dengan
menggunakan Expected Profit Method medapatkan nilai mark up 4 % untuk
mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,71. Sedangkan untuk mengalahkan
7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 1. Profit optimum sebesar
0,00456 dari biaya langsung dapat dicapai dengan menggunakan mark up sebesar
2 %. Dengan menggunakan Friedman Method menghasilkan nilai mark up 2 %
untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,70. Sedangkan untuk
mengalahkan 7 pesaing digunakan mark up 0 % dengan probabilitas 0,79.
Friedman Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam strategi penawaran
proyek konstruksi yang digunakan untuk menentukan besarnya penawaran yang
akan diajukan pada proyek-proyek berikutnya asalkan sudah diketahui Owner
Panjaitan (2010) melakukan penelitian pada perusahaan yang
membutuhkan jasa kontraktor akan melakukan tender untuk mendapatkan
penawaran yang kompetitif, sehingga penyusunan penawaran tender adalah
bagian pekerjaan yang penting bagi kontraktor untuk memeperoleh pekerjaan.
Penelitian ini melakukan studi atas bebagai model strategi penawaran yang
didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul pada tender
proyek pembangunan yang sejenis pasa satu perusahaan dengan waktu tertentu.
Lingkup pembahasan hanya mentitik beratkan pada strategi harga penawaran
tender pada proyek konstruksi dengan memperhitungkan faktor resiko. Penawaran
dalam penelitian ini adalah tender dengan sistem terbuka yang digunakan sebagai
studi model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia, khususnya
pada pembangunan perumahan PT.PP London Sumatera Utara. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penawaran model Friedman, Gates
dan Ackoff & Sasieni. Model-model tersebut diterapkan dengan sejumlah data
harga penawaran dari kontraktor-kontraktor yang mengikuti tender pada
perusahaan tersebut mulai dari tahun 2005-2008. Kemudian hasil data diuji
dengan data yang sengaja disisihkan untuk pengujian model tersebut. Dari hasil
penelitian ini terlihat bahwa Multi Distribusi Discrete terhadap masing-masing
pesaing dengan data dari semua tahun menghasilkan probabilitas menang terbesar
pada tender pembangunan perumahan PT.PP Lonsum dengan nilai mark up 3 %.
Model strategi harga penawaran pada tender proyek pembangunan PT.PP Lonsum
selama tahun 2005 sampai tahun 2008 bahwa model Gates dengan Multi
Marianti (2012), melakukan studi atas berbagai metode strategi penawaran
yang didasarkan pada expected profit maksimum. Diantaranya dipilih Expected
Profit Method dan Friedman Method. Metode tersebut diterapkan pada sejumlah
data tender konstruksi di LPSE Kotamadya Yogyakarta untuk tahun anggaran
2009 sampai 2012. Jumlah data yang digunakan setelah melewati proses
pemampatan adalah 15 penawaran proyek dengan 15 kontraktor. Hasil penelitian
ini dengan menggunakan Expected Profit Method didapat nilai mark up yang
dihasilkan adalah -12 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan probabilitas 0,75.
Sedangkan mengalahkan 15 pesaing digunakan mark up sebesar -20 % dengan
probabilitas menang 1 dan profit optimum sebesar 0,0000 untuk mengalahkan
pesaing dari biaya langsung. Dengan menggunakan Friedman Method didapat
nilai mark up yang masih memberikan peluang untuk mengalahkan pesaing
dengan metode Friedman adalah -9 % untuk mengalahkan 1 pesaing dengan
probabilitas menang 0,60 dan mark up -19 % untuk dapat mengalahkan 15
pesaing dengan probabilitas 0,74 dengan profit optimum sebesar 0,00000 dari
biaya langsung. Dari analisa perhitungan kedua metode, terlihat bahwa kedua
metode sama-sama tidak mendapatkan profit terhadap 15 pesaing dari 15 tender
yang ada. Jika dilihat dari nilai mark up dan probabilitas untuk memenangkan
tender, maka sebaiknya yang digunakan adalah Friedman Method karena metode
ini memiliki mark up yang lebih kecil untuk mengalahkan 15 pesaing . semakin
kecil nilai mark up yang digunakan, maka resiko kerugian terhadap nilai proyek
akan semakin kecil, namun probabilitas untuk memenangkan tender juga akan
29
Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu
bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan
disepakati bersama (Nugraha, 1985). Dalam melakukan penawaran, kontraktor
akan menempatkan harga penawaran yang kompetitif, yang artinya harga
penawaran tidak dapat diajukan terlalu tinggi dengan harapan mendapatkan profit
yang besar. Sebaliknya kontraktor juga tidak dapat mengajukan harga penawaran
terlalu rendah dengan harapan memenangkan tender semakin besar. Dua kondisi
yang berlawanan ini berlangsung dalam waktu yang sama sehingga menyulitkan
kontraktor untuk menentukan harga penawaran yang tepat.
Pada umumnya, terdapat empat jenis penawaran yang selau diaplikasikan
oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:
a. Penawaran dilakukan secara negoisasi. Penawaran yang dilakukan pada
proyek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh satu
atau dua kontraktor dan belum ada standar harga yang jelas, semua bentuk
pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar, seperti pembangunan bangunan
militer, dll.
b. Penawaran dilakukan secara paket. Penawaran dimana pemilik proyek yang
menetapkan anggaran dan tidak bisa diganggu gugat. Pada umumnya
penawaran jenis paket ini pekerjaannya meliputi pekerjaan perencanaan dan
c. Penawaran dilakukan secara terbuka. Penawaran yang dilakukan secara
terbuka dan harga penawaran bergantung hasil analisis dan diumumkan
kepada semua peserta tender.
d. Penawaran dilakukan secara tertutup. Penawaran jenis ini dilakukan tertutup
dan harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.
Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah
penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkali digunakan
pada proyek-proyek pemerintah atau proyek melalui bantuan negara-negara luar.
Di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah berskala besar dengan
anggaran diatas 50 milyar rupiah diwajibkan menggunakan penawaran sistem
terbuka.
Tahap awal dalam perkara penawaran adalah menentukan keputusan untuk
ikut atau tidak ikut dalam sebuah pelelangan. Keputusan ini sangat bergantung
dari empat aspek, yaitu:
a. Aspek dari proyek itu sendiri, meliputi jenis proyek, pemilik proyek,
keuntungan yang mungkin dicapai, lokasi proyek, ukuran proyek dan
tingkat resiko.
b. Aspek internal perusahaan, meliputi kebutuhan akan pekerjaan dan
kemampuan perusahaan.
c. Aspek pasar, meliputi kondisi ekonomi dan kompetisi antar penawar.
d. Aspek sumber daya yang dimiliki, meliputi estimator dan subkontraktor.
Banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan
oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang
senyata-nyatanya. Beberapa strategi umum yang sering digunakan, yaitu :
a. Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan
mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam
kompetisi.
b. Strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta
lelang untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela
mendapatkan keuntungan minimal.
c. Strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memeperoleh
simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya.
d. Strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang
bertujuan untuk memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal
pembayaran termin.
e. Strategi perundingan bawah meja, merupakan strategi yang bertujuan
mendapatkan nilai Owner Estimate dalam suasana tidak formal.
1. Konsep Dasar Penawaran
Harga penawaran terendah dalam suatu proyek biasanya didasarkan atas
biaya langsung (direct cost) dari proyek tersebut. Perbedaan antara harga
penawaran dengan estimasi bergantung dari berbagai faktor, misalnya kebutuhan
kontraktor untuk mendapatkan pekerjaan, menaikkan harga penawaran
seminimum mungkin dan memaksimalkan profit yang ingin dicapai. Setiap
kontraktor pada kenyataannya ingin memanfaatkan kesempatan untuk
Mengajukan harga penawaran yang tinggi sangat memungkinkan pesaing
yang mengajukan harga lebih rendah akan memenangkan lelang tersebut, jika
menawar terlalu rendah, maka penawar yang mendekati owner estimate yang
mempunyai kesempatan untuk menang, sehingga kontraktor harus menyatukan
kondisi yang bertentangan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Penawaran harus cukup rendah dengan keyakinan untuk memenangkan
proyek walaupun tidak mendapatkan keuntungan.
b. Penawaran harus cukup tinggi untuk mendapatkan profit walaupun
kesempatan untuk memenangkan proyek kecil.
Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana
yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut :
a. Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan.
b. Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat dicapai.
2. Penawaran dengan Satu Kompetitor
Sebelum strategi penawaran ini dibicarakan lebih lanjut, perlu diketahui
bagaimana menentukan probabilitas dari suksesnya penawaran. Langkah awal
adalah menghitung nilai R dengan Persamaan 3.1.
R =
c
bA
(3.1)
dengan :
R : Rasio ( Mark Up + 1 )
bA : Penawaran Kompetitor A
Untuk penawaran dengan satu kompetitor dimisalkan seperti pada Tabel
3.1 dimana kompetitor yang dihadapi sebanyak 62 pesaing dalam jangka beberapa
tahun.
Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat
R = b/c Jumlah
R < 0,98 0
0,98 ≤ R < 1,00 1
1,00 ≤ R < 1,02 3
1,02 ≤ R < 1,04 5
1,04 ≤ R < 1,06 13
1,06 ≤ R < 1,08 18
1,08 ≤ R < 1,10 14
1,10 ≤ R < 1,12 5
1,12 ≤ R < 1,14 2
1,14 ≤ R < 1,16 1
1,16 ≤ R < 0
Total 62
Sumber : Anonim, 1990
Jika bid ratio (b/c) adalah 0,98 (2 % kurangnya dari biaya estimasi),
probabilitas untuk memenangkan penawaran terhadap A adalah 1,00. Dalam
Tabel 3.1 ditunjukkan kontraktor A mempunyai nilai bid ratio (b/c) kurang dari
1,02 sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 3.2 ditunjukkan jika diajukan penawaran
dengan mark up 2 % (bid ratio = 1,02) , maka probabilitas untuk menang adalah
58/62 atau 0,94. Nilai-nilai expected profit pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa
penawaran sebesar 1,06 atau mark up sebesar 6 % adalah yang optimum jika
hanya bersaing dengan kontraktor A. Jika estimasi c, sebesar Rp.100 juta, maka
Pada Tabel 3.2 terlihat bahwa optimum mark up adalah sebesar +6 %. Hal
ini menunjukkan bahwa nilai optimum mark up tidak bergantung dari estimasi
biaya pelaksanaan saat itu, dapat ditentukan mendahului perhitungan biaya
berdasarkan record penawaran yang lewat. Jadi optimum mark up akan sama
besar persentasenya baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan besar. Tentu
saja tidak dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu, harus mengklasifikasi
pekerjaan yang akan diambil data-datanya.
Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan
b/c pA Expected Profit
pA(b-c)
0,98 62/62 = 1,00 1,0 (0,98c-c) = -0,02c
1,00 61/62 = 0,98 0,98 (1,00c-c) = 0
1,02 58/62 = 0,94 0,94 (1,02c-c) = 0,019c
1,04 53/62 = 0,85 0,85 (1,04c-c) = 0,034c
1,06 40/62 = 0,65 0,65 (1,06c-c) = 0,039c
1,08 22/62 = 0,36 0,36 (1,08c-c) = 0,029c
1,10 8/62 = 0,13 0,13(1,10c-c) = 0,013c
1,12 3/62 = 0,05 0,05(1,12c-c) = 0,006c
1,14 1/62 = 0,02 0,02 (1,14c-c) = 0,003c
1,16 0/62 = 0 0,00 (1,16c-c) = 0
Sumber : Anonim, 1990
3. Penawaran Lebih Dari satu Kompetitor
Misalkan kontraktor mendapatkan saingan 2 kompetitor (A dan B) dengan
cara seperti di atas, analisisnya disimpulkan pada Tabel 3.3 mengenai probabilitas
terhadap masing-masing kontraktor. Sedangkan pada Tabel 3.4 menyimpulkan
bahwa jika diambil mark up sebesar 8 % maka probabilitas untuk menang
sekaligus, maka probabilitasnya adalah 0,19. Probabilitas ini (PAB) adalah hasil
perkalian Pa dan Pb.
Tabel 3.3 Probabilitas terhadap kontraktor A , B dan AB
b/c pA pB pAB
Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B
b/c pAB Expected Profit
pAB(b-c)
Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa optimum mark up untuk mengalahkan
kontraktor A dan B adalah 6 %. Kesimpulannya semakin banyak saingan yang
dihadapi maka semakin kecil optimum mark up. Semakin banyak jumlah pesaing
4. Average Kompetitor
Penjelasan pada subbab sebelumnya adalah didasarkan pada pendapatan
bahwa seluruh pesaing telah dikenal. Jika tidak mengenal pesaing secara
menyeluruh, maka konsep average bidder dapat digunakan. Pola penawaran dari
setiap pesaing dapat diperoleh dengan mengkombinasikan semua pesaing tersebut
ke dalam suatu pola distribusi probabilitas. Caranya sama dengan konsep satu
kompetitor. Pada Tabel 3.5 ditunjukkan Pav sebagai probabilitas dimana akan
diajukan penawaran yang lebih rendah dari setiap kompetitor yang tidak dikenal.
Jika hanya satu kompetitor yang dihadapi, optimum mark up adalah 6 %. Jika ada
tiga kompetitor, maka prosedur yang sama seperti ketika menghadapi lebih dari
satu kompetitor dapat digunakan.
Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan
b/c pAV Expected profit
pAB(b-c)
0,98 1,00 -0,020
1,00 0,98 0,000
1,02 0,95 0,019
1,04 0,89 0,036
1,06 0,72 0,043
1,08 0,51 0,041
1,10 0,30 0,030
1,12 0,12 0,014
1,14 0,05 0,007
1,16 0,00 0,000
Sumber : Anonim, 1990
Pada Tabel 3.6 ditunjukkan bahwa jika tiga kompetitor yang dihadapi
maka probabilitas rata-rata adalah pangkat 3 dari probabilitas ketika menghadapi
1 pesaing. Dalam Tabel 3.6 mark up yang dihasilkan berkisar 4 % sampai 5 %
optimum mark up bervariasi sesuai jumlah kompetitor yang dihadapi. Dalam hal
ini ketepatan dalam memperkirakan banyaknya kompetitor yang akan mengikuti
tender akan sangat menentukan.
Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui
b/c pAB Expected profit
pAB(b-c)
0,98 1,00 -0,020
1,00 0,94 0,000
1,02 0,86 0,017
1,04 0,70 0,028
1,06 0,37 0,022
1,08 0,13 0,010
1,10 0,03 0,003
1,12 0,00 0,000
1,14 0,00 0,000
1,16 0,00 0,000
Sumber : Anonim, 1990
B. Mark Up
Mark up adalah besaran dalam persen (%) yang dikalikan terhadap biaya
estimasi proyek yang merupakan salah satu putusan akhir dengan menambahkan
pada biaya estimasi. Umumnya kontraktor ingin menentukan nilai mark up yang
sebesar-besarnya, namun dengan harapan ingin tetap menjadi penawar terendah.
Didalam menentukan nilai mark up, kontraktor membutuhkan data-data
penawaran yang telah lalu dalam kurun waktu tertentu (Hostorical data) sebagai
acuan. Besarnya mark up umumnya termasuk biaya overhead, biaya tak terduka,
bunga Bank dan juga tergantung dari jenis dan besarnya nilai proyek. Sehingga
besarnya nilai mark up yang ditentukan pada suatu penawaran akan menentukan
Nilai mark up memungkinkan negatif bila harga penawaran lebih rendah
dari owner estimate. Rumus untuk mencari mark up adalah harga penawaran
dibagi dengan biaya estimasi dalam besaran persen.
Mark Up =
C B
(3.2)
dengan :
B : Bid Ratio
C: Estimate Cost
Sebagai gambaran dapat diperhatikan pada Gambar 3.1 berikut ini
(Cook,1985):
Gambar 3.1 Hubungan antara over head, laba, dan garis pertumbuhan
perusahaan (Cook,1985)
Dari Gambar 3.1 terlihat bahwa garis pertumbuhan perusahaan terus
meningkat dan menunjukkan suatu perusahaan yang sehat dimana laba yang