RINGKASAN KLIPING BERITA KESEHATAN
Tanggal 5 Juni 2007
A
MANAJEMEN
Kebijakan, Perencanaan dan Anggaran, Pengawasan, Hukum dan Organisasi, Data dan Informasi, Analisis Pembangunan Kesehatan, Penanggulangan Masalah/Krisis Kesehatan, Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Peningkatan dan Pemberdayaan SDM, Promosi Kesehatan, Komunikasi Publik, BUMN
”DPR Ragukan soal Desa Siaga – Data Depkes dinilai tidak akurat”. DPR meragukan pernyataan Depkes perihal jumlah Desa Siaga pada tahun 2006 yang diklaim telah mencapai 12 ribu desa. Anggota Komisi IX DPR RI dari Faksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Zuber Zabawi, mengatakan dari kunjungannya ke beberapa provinsi seperti Jawa Tengah, ternyata banyak masyarakat desa tidak mengetahui bahwa desa mereka telah ditunjuk sebagai Desa Siaga. Selain itu, Zuber juga mengkritik program pelaksanaan Desa Siaga yang dilakukan Depkes. Menurutnya, koordinasi antara pusat dan daerah tidak berjalan. Depkes juga dinilai tidak cermat dalam mengeluarkan program. Zuber mengusulkan Depkes agar membuat SKB dengan Depdagri. Sementara Dirjen Bina Kesmas Depkes, Sri Astuti Suparmanto, membantah pernyataan anggota DPR tersebut. Jumlah Desa Siaga 2006 itu valid. Ada datanya. Perihal SKB, Depkes telah membuatnya. (Hr. Media Indonesia, Hr. Seputar Indonesia 05/06/2007)
”Depkes akan Beri Insentif bagi Daerah”. Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes, Achmad Hardiman, mengatakan Departemen Kesehatan menjanjikan akan memberikan penghargaan dalam bentuk insentif bagi kabupaten dan kota yang dinilai konsisten melakukan upaya pencegahan merokok di daerahnya. Saat ini berbagai wacana tengah dibahas di jajaran Depkes. (Hr. Media Indonesia 05/06/2007)
”Kadis Kesehatan Banten Tantang Kejaksaan”. Kepala Dinkes Propinsi Banten,
Djaja Budisuhardja, menantang Kejaksaan untuk membuktikan ada tidaknya indikasi korupsi pengadaan alat kesehatan Rp 8,9 miliar yang dikelola oleh lembaganya. Djaja membantah telah terjadi tindak pidana korupsi pengadaan alat kesehatan untuk rumah sakit Kab. Serang. (Hr. Sentana 05/06/2007)
”Pertemuan Menteri Kesehatan Asia Pasifik bahas flu burung”. Para anggota delegasi Indonesia untuk pertemuan Menteri Kesehatan (HMM) dan Satgas Kesehatan (HTF) 21 anggota ekonomi Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) yang membahas berbagai langkah bersama di seputar isu flu burung tiba di Sydney Senin (4/6). Delegasi RI dari Jakarta beranggotakan 10 orang pejabat Depkes dan Menko Perekonomian. Dalam pertemuan Sydney, para menteri 21 anggota forum kerjasama ekonomi kembali menjadikan isu flu burung sebagai topik utama. Di antara
anggota ekonomi APEC, Indonesia, China dan Vietnam merupakan anggota yang terus berjuang dalam menanggulangi kasus-kasus flu burung. Untuk di Indonesia, Depkes mencatat terdapat sedikitnya 95 kasus flu burung. Dari jumlah itu, 76 orang diantaranya meninggal dunia. (Hr. Pelita 05/06/2007)
B
KESEHATAN MASYARAKAT
Berita Bina Kesmas (Kesehatan Keluarga, Kesehatan Komunitas, Kesehatan Masyarakat Rentan/Perbatasan, Gizi Masyarakat/Institusi, Kesehatan Kerja)
”100 Balita menderita gizi buruk”. Sebanyak 100 balita di Jakarta Utara
mengalami gizi buruk. Jumlah penderita ini terhitung sejak Januari hingga Mei 2007. Namun angka ini mengalami penurunan dibanding bulan-bulan sebelumnya. Walikota Jakarta Utara, Effendi Anas, mengatakan tenaga survei telah diturunkan untuk menekan angka dan mendata kesehatan anak balita di seluruh puskesmas di wilayah Jakarta Utara. Selain itu untuk menekan kasus gizi buruk, pihaknya juga memberikan makanan tambahan sebanyak empat kali dalam satu bulan selama 60 hari. (Hr. Sentana 05/06/2007)
D
PELAYANAN FARMASI
Farmasi Komunitas dan Klinik, Penggunaan Obat Tradisional, Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Produksi dan Distribusi Farmasi & Alkes, Makanan dan Minuman, Napza, Kosmetika
”Perusahaan farmasi borong obat murah”. Menkes Siti Fadilah Supari
mengungkapkan obat Rp 1.000 yang menjadi program pemerintah sering tak sampai ke tangan konsumen karena langsung dibeli oleh para spekulan. Menurut Siti, ada satu perusahaan yang langsung membeli obat murah dalam jumlah banyak ketika obat itu didistribusikan. Perusahaan farmasi itu merasa produknya tersaingi. Siti mengaku sudah menelepon perusahaan yang memborong obat itu. Untuk mengatasi kurangnya stok obat murah, pemerintah akan mewajibkan perusahaan farmasi yang menjadi BUMN untuk memproduksi obat murah dan mengimbau semua perusahaan farmasi agar tak memborong obat murah. Sementara seorang petinggi GP Farmasi mengatakan pemerintah bisa saja menghukum langsung perusahaan farmasi yang ketahuan memborong obat. Asalkan memang tindakan perusahaan itu terbukti menghambat program pemerintah. (Koran Tempo 05/06/2007)
E
P2PL DAN LITBANGKES
Penanggulangan Penyakit Bersumber Binatang, Menular Langsung, Surveilans Epim dan Kesehatan Matra, Penyehatan Lingkungan, Penyehatan Air dan Sanitasi, Penyakit Tidak Menular serta hasil-hasil penelitian di bidang kesehatan.
”Indonesia gagal cegah virus flu burung”. Pemerintah dinilai gagal mencegah
lebih luas perkembangan virus flu burung. Padahal ancaman pandemi bukan tidak mungkin masih terjadi jika melihat cara penanganannya yang tidak tegas. Pengurus YLKI, Sudaryatmo, mengatakan kegagalan pemerintah mencegah merebaknya penyebaran flu burung menjadi ancaman malapetaka. Selama ini penanganannya tidak tegas dan tak melibatkan semua pihak terkait seperti ahli terkait. Seberapa besarpun anggaran yang dihabiskan, jika manajemen penanganannya tidak baik hasilnya juga tak baik. (Hr. Sentana 05/06/2007)
”Pemkot Bogor Canangkan Program Pengobatan Massal”. Kepala Dinkes Kota Bogor, dr. Trianda Elan, mengatakan untuk membasmi penyebaran penyakit kaki gajah, Pemkot Bogor akan mencanangkan Program Pengobatan Massal Eliminasi Penyakit Filariasis di kota Bogor yang akan dimulai 8 Juni 2007 mendatang. Menurutnya setiap orang sehat yang berusia antara 2 s/d 65 tahun wajib untuk minum obat anti filariasis. Sementara Kasubdit Filariasis dan Schistosomiasis Depkes RI, dr. I Nengah Dharma, mengatakan berdasarkan hasil survey cepat tahun 2000, jumlah penderita kronis yang dilaporkan sebanyak 6.500 orang tersebar di 1.553 desa. Data ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena hanya 3.020 puskesmas (42%) dari 7221 Puskesmas yang menyampaikan laporan ke Departemen Kesehatan RI. (Hr. Sentana 05/06/2007)
”Penyebaran HIV/AIDS di Papua meningkat”. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Papua, Adriana B. Carolina, mengatakan hingga 31 Maret 2007 hasil survei BPS Papua menyimpulkan berdasarkan topografi wilayah ternyata penyebaran HIV/AIDS sangat tinggi di wilayah pegunungan dibandingkan wilayah pesisir. Berdasarkan jenis kelamin, pria lebih berisiko terkena HIV/AIDS dengan persentase 2,9% dibandingkan wanita sekitar 1,9%. (Hr. Seputar Indonesia 05/06/2007)
Sub Bidang Pendapat Umum Bidang Pendapat Umum dan Berita Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes Catatan :
Harian sore, tabloid/majalah mingguan, 2 mingguan atau bulanan dan media daerah dikliping/diringkas sesuai tanggal diterimanya di Bidang Pendapat Umum dan Berita.