• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cerita mengenai sifat adil Yudhistira dalam bentuk buku ilustrasi berjudul Telaga Ajaib

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cerita mengenai sifat adil Yudhistira dalam bentuk buku ilustrasi berjudul Telaga Ajaib"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Muhammad Judha Perwira

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 26 Juni 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pakar Timur No.42 RT 03/08 B, Bandung 40198

Telepon : 087871919219

Email : judhawazza@yahoo.com

PENDIDIKAN

1997-2003 : SD Komplek Api, Tangerang 2003-2006 : SMPN 1 Curug, Tangerang 2006-2009 : SMAN 1 Curug, Tangerang

KEMAMPUAN

(5)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

CERITA MENGENAI SIFAT ADIL

YUDHISTIRA DALAM BENTUK BUKU

ILUSTRASI BERJUDUL TELAGA AJAIB

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012/2013

Oleh:

Muhammad Judha Perwira 51909026

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik serta hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini. Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan terhadap Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Adapun Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang guna memperoleh gelar Sarjana Desain Jenjang Strata 1 Program Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia. Dengan judul “Cerita Mengenai Sifat Adil Yudhistira dalam Bentuk Buku Ilustrasi Berjudul Telaga Ajaib”

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat terbatasnya waktu, data yang diperoleh, dan kemampuan menulis, sehingga dalam penyusunannya tidak luput dari kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang dapat dijadikan perbaikan dan peningkatan kualitas di masa mendatang.

Semoga segala kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya bagi semua pihak yang membacanya

Bandung, 22 Juli 2013

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

SURAT KETERANGAN HAK EKSKLUSIF ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Rumusan Masalah ... 2

I.4 Batasan Masalah ... 2

I.5 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II JULANG SULAWESI BURUNG ENDEMIK INDONESIA II.1 Pandawa Lima ... 4

II.1.1 Yudhistira ... 4

II.2 Sifat-sifat Yudhistira ... 6

II.3 Nilai Sosial ... 8

II.3.1 Pengertian Nilai Sosial ... 8

II.3.2 Ciri-ciri Nilai Sosial ... 9

(8)

II.3.4 Macam-macam Nilai Sosial ... 10

II.4 Psikologi Perkembangan Anak ... 11

II.4.1 Teori Perkembangan Kognitif. ... 11

II.4.2 Kemampuan Anak Pada Perkembangan Usia 8-12 Tahun ... . 12

II.5 Kesimpulan dan Solusi ... 12

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 14

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 15

III.1.2 Strategi Kreatif ... 16

III.1.3 Strategi Media ... 18

III.1.4 Strategi Distribusi ... 19

III.2 Konsep Visual ... 20

III.2.1 Format Desain ... 20

III.2.2 Tata Letak(Layout) ... 20

III.2.3 Tipografi ... 21

III.2.4 Illustrasi ... 22

III.2.5 Warna ... 29

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Buku Papertole ... 30

IV.1.1 Media ... 30

IV.1.2 Teknis Produksi Media ... 30

IV.2 Media Pendukung ... 40

DAFTAR PUSTAKA. ... 45

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aizid, R. 2010. Atlas Tokoh-tokoh Wayang. Jogjakarta: DIVA Press. Kresna, A. 2012. Mengenal Wayang. Jogjakarta: Laksana.

Kresna, A. 2013. Drupadi. Jogjakarta: DIVA Press. Maryati, K, & Suryawati, J. 2006. Sosiologi. Jakarta: Esis.

Rajagopalachari, C. 2012. Kitab Epos Mahabharata. Jogjakarta: IRCiSoD.

Tondowidjojo, J. 2013. Enneagram Dalam Wayang Purwa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Website:

Awan. 2009. Pengertian Kartun. Tersedia di:

http://awanbiru-awan.blogspot.com/2009/10/pengertian-kartun.html [20 April 2013]

Ghufron, M. 2010. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Tersedia di:

http://em-ge.blogspot.com/2010/04/perkembangan-anak-usia-sekolah-dasar.html [01 April 2013]

Irwan. 2008. Kemampuan Anak Berdasarkan Tahapan Perkembangan Usia. Tersedia di:

http://wisma-husada.blogspot.com/2008/08/kemampuan-anak-berdasarkan-tahapan.html

[10 April 2013]

Mawardi, AD. Tanpa tahun. Piaget: Tahap Operasional Konkret. Tersedia di: http://coretanpembelajaranku.blogspot.com/2013/01/piaget-tahap-operasional-konkret.html

[03 April 2013]

Nurzubaini. 2012. Teori Perkembangan Anak Menurut Para Ahli. Tersedia di: http://nurzubaini.blogspot.com/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para.html

(10)

Putra, A,P. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Tersedia di: http://adhityapurnamaputra.blogspot.com/2012/04/pertumbuhan-dan-perkembangan-anak.html

[01 April 2013]

Putra, W,M. 2012. Gaya Gambar Dalam Komik. Tersedia di:

http://wimatra.blogspot.com/2012/11/gaya-gambar-dalam-komik.html [20 April 2013]

Tan, R. Tanpa tahun. Pengertian Paper Tole. Tersedia di:

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Masalah

Indonesia mempunyai beragam kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa, salah satunya adalah wayang. Wayang adalah suatu seni dekoratif yang berkembang di masyarakat dan terkenal di Indonesia hingga saat ini. Wayang juga merupakan suatu media yang dijadikan sebagai media pendidikan karena di dalam cerita pewayangan selalu ada pesan moral yang bisa diambil, seperti dalam kisah Mahabharata dengan tokoh sentralnya yaitu para Pandawa Lima. Pandawa Lima adalah tokoh sentral di dalam kisah Mahabharata. Pandawa adalah sebutan untuk anak laki-laki dari Pandu, yaitu Yudhistira, Bima, dan Arjuna yang dilahirkan oleh Dewi Kunti. Sedangkan Nakula dan Sadewa dilahirkan oleh Dewi Madrim. Tokoh Pandawa dijelaskan mempunyai sifat yang baik dan unggul di bidang pendidikan. Yudhistira mempunyai sifat yang jujur, bijaksana, adil, serta penuh percaya diri. Bima mempunyai sifat patuh, berani, serta teguh pada pendirian dan keputusannya. Arjuna mempunyai sifat mulia, beriman, dan berjiwa ksatria. Sedangkan Nakula dan Sadewa mempunyai sifat setia, berbelas kasih, mampu menyimpan rahasia, serta bijak dan cerdik.

Idealnya, sifat-sifat baik ini bisa dijadikan contoh pembelajaran, contohnya pada sosok salah satu tokohnya yaitu Yudhistira. Sifat adil yang menjadi salah satu sifat yang dimiliki oleh Yudhistira, diharapkan bisa menjadi salah satu cara untuk mengajarkan nilai-nilai sosial kepada masyarakat, khususnya anak-anak sehingga mereka akan terbiasa melakukan rasa adil dari mereka kecil. Hal ini akan berguna pada saat sudah dewasa, karena sifat adil merupakan sifat positif yang mengajarkan rasa tidak pilih kasih dalam berteman dan bersosialisasi. Dalam prosesnya, orangtua diharapkan mampu ikut andil dalam mengajarkan serta mengarahkan agar anak-anak menjadi lebih mengerti.

(12)

yang keberadaannya terabaikan oleh waktu yang berjalan. Tokoh Yudhistira menjadi terlupakan, tidak diceritakan ulang. Bila disandingkan dengan tokoh yang diceritakan berulang pada masa sekarang, maka keberadaannya menjadi sangat kecil.

Dengan kondisi seperti ini, maka keberadaan media informasi untuk memperpanjang daur cerita menjadi penting. Salah satu media yang bisa digunakan adalah buku ilustrasi. Buku ilustrasi yang digunakan berisi cerita tentang sifat adil Yudhistira. Hal ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dan pengenalan tentang sifat adil Yudhistira agar anak-anak mengetahui dan mau belajar, serta mengambil pesan moral dari sifat adil Yudhistira ini. Dengan mempelajari dan melaksanakan sifat adil, maka diharapkan anak-anak akan berlaku adil di kehidupannya.

I.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang bisa disimpulkan dari tokoh Yudhistira, yaitu:

• Tokoh Yudhistira merupakan tokoh masa lalu yang tidak banyak diceritakan di masa sekarang, sehingga keberadaannya menjadi terkikis padahal tokoh ini memiliki sifat yang mengandung nilai sosial didalamnya.

• Tidak banyak diketahui mengenai nilai sosial yang terkandung didalam sifat Yudhistira.

I.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dapat disimpulkan rumusan masalah mengenai tokoh Yudhistira, yaitu:

Membuat reka ulang cerita mengenai sifat adil Yudhistira dalam bentuk buku ilustrasi.

I.4. Batasan Masalah

(13)

I.5.Tujuan Perancangan

• Mengenalkan sifat baik Yudhistira kepada anak-anak, khususnya tentang keadilan yang merupakan salah satu sifat baik yang dimiliki Yudhistira. • Dapat mempengaruhi anak untuk selalu bersikap adil dalam setiap

(14)

BAB II

NILAI SOSIAL SIFAT YUDHISTIRA

II.1. Pandawa Lima

Akbar Kaflola (seperti dikutip Suanda, 2010) menjelaskan bahwa Pandawa adalah sebutan untuk sejumlah tokoh pewayangan keturunan Pandu. Pandawa artinya keluarga Pandu yang terdiri atas lima orang tokoh, yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Oleh sebab itu, keluarga Pandu seringkali disebut dengan Pandawa. Pandu adalah anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu Dretarasta (Dasarata) dan Widura.

Dalam cerita Mahabharata, kelima orang anak Pandu itu lahir dari dua orang ibu, Dewi Kunti dan Dewi Madrim (Madri). Dewi Kunti melahirkan Yudistira, Bima, dan Arjuna, sedangkan Dewi Madrim melahirkan anak kembar, Nakula dan Sadewa. Masing-masing anak yang lahir mempunyai kisah tersendiri, misalnya Yudistira, adalah anak pemberian Dewa Dharma diundang Kunti melalui mantra. Hal itu berkaitan dengan cerita sebelumnya saat Pandu mendapat kutukan Resi Kindama yang dibunuhnya ketika tengah bersenggama dalam wujud rusa. Demikian pula Pandawa yang lainnya mempunyai kisah kelahiran yang terkait dengan para Dewata. Bima dengan Dewa Bayu, Arjuna dengan Dewa Indra, Nakula dan Sadewa dengan Dewa Aswin.

Diantara kelima tokoh Pandawa, Yudhistira terlihat sebagai tokoh sentral dengan sering munculnya dalam beberapa kisah didalam Kitab Mahabharata. Yudhistira juga dikenal dengan sifat-sifatnya yang seakan-akan tanpa ada kekurangan sama sekali.

II.1.1 Yudhistira

(15)

reaja hingga dewasa, ia selalu berwatak sabar dan lila legawa bagaikan seorang brahmana yang tidak lagi menginginkan keduniaan. Walaupun beberapa kali akan dibunuh oleh keluarga Kurawa atas dasar ketamakan merebut kekuasaan tahta kerajaan Astina, ia tetap sabar dan tidak membalas dengan kekerasan (hal. 62)

Gambar II.1 Yudhistira versi India

Sumber: topyaps.com/wp-content/uploads/2012/06/yudhistira.jpg

Nama lain Yudhistira adalah Puntadewa, Darmawangsa, Ajatasatru, dan Gunatalikrama. Ia memiliki watak lemah lembut, sangat santun, rela berkorban, dan cinta keadilan. Semenjak kecil, ia diasuh oleh ibunya di pertapaan Wukir Retawu, tempat Resi Abiyasa, kakeknya, bertempat tinggal. Sejak ayahnya meninggal dunia, untuk sementara waktu, negara Astina diperintah oleh Prabu Destarata, kakak Pandu Dewananta. Pandawa seharusnya berhak atas tahta Astina, tetapi karena kelicikan Sengkuni, adik ipar Destarata, maka tahta Astina jatuh ke tangan Duryudana atau Kurupati. Duryudana sendiri selalu ingin menyingkirkan para sepupunya, yaitu Pandawa, agar selamanya tahta kerajaan Astina menjadi milik Kurawa (hal. 67)

(16)

setelah mengangkat Parikesit, cucu Arjuna yang telah dianggap mempu menjalankan pemerintahan Astina. Dalam pendakian spiritual tersebut, satu per satu Pandawa moksa di tengah perjalanan. Tinggallah dirinya ditemani seekor anjing yang ditemukan di dalam perjalanan, yang selalu setia mengikuti langkah kakinya (hal.68)

II.2. Sifat-sifat Yudhistira

Gambar II.2 Wayang kulit Yudhistira

Sumber: http://tokohwayangpurwa.blogspot.com/2009/10/puntadewa.html

Pada Kitab Epos Mahabharata (1959), Yudhistira digambarkan mempunyai beberapa sifat baik yang terkenal dimiliki olehnya. Beberapa sifat baik tersebut adalah sifat adil, setia, dan bertanggung jawab.

a. Adil

(17)

sendiri merupakan anak dari ayahnya dengan Dewi Kunti.

b. Setia

Kesetiaan Yudhistira digambarkan saat ia dan keempat adiknya, serta Dropadi, akan mendaki Himalaya untuk menemui ajal. Saat itu Yudhistira menemukan seekor anjing yang setia menemaninya sampai ke puncak Himalaya. Saat Yudhistira sudah mencapai puncak dan akan dimasukkan ke surga, ia dilarang untuk membawa anjing tersebut ke dalam. Yudhistira menolak, dan lebih memilih dimasukkan ke neraka asalkan anjing tersebut tetap ikut bersamanya. Yudhistira beranggapan anjing itu telah menemaninya semenjak ia mulai mendaki Himalaya. Ternyata anjing tersebut adalah seorang dewa yang menyamar untuk menguji kesetiaan Yudhistira, akhirnya Yudhistira dimasukkan ke dalam surga.

c. Bertanggung Jawab

Sifat bertanggung jawab Yudhistira muncul saat ia kalah bermain dadu dengan Duryudhana karena ia dicurangi oleh Duryudhana dan Sengkuni. Saat itu semua yang ia pertaruhkan telah menjadi milik Duryudhana. Dan sesuai dengan kesepakatan, siapa yang kalah maka harus mengungsi ke hutan selama 12 tahun. Yudhistira menjalankan kesepakatan tersebut, sebagai bentuk tanggung jawabnya karena telah kalah dalam permainan dadu tersebut.

(18)

terhadap sikap saling berbagi dan tidak pilih-pilih dalam berteman serta memahami perbedaan.

Sifat adil ini terdapat pada salah satu cerita Pandawa Lima di dalam Kitab Mahabharata yang berjudul Telaga Ajaib, dimana pada cerita tersebut munculnya keadilan dari seorang Yudhistira yang memilih Nakula sebagai adiknya yang dihidupkan kembali, karena Yudhistira menginginkan semua keturunan ayahnya yang berasal dari dua ibu hidup semua dan ada yang mewakili. Pada cerita ini, Yudhistira tidak pilih kasih walaupun sebenarnya Nakula bukanlah adik kandung dari ibu yang sama. Sifat adil Yudhistira ini menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, tegas, dan tidak pilih kasih.

II.3. Nilai Sosial

II.3.1. Pengertian Nilai Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai didefinisikan sebagai sifat atau hal-hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan. Sementara itu, nilai budaya dan nilai sosial didefinisikan sebagai konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Dalam sosiologi, nilai didefinisikan sebagai konsepsi (pemikiran) abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Contohnya, orang menganggap menolong adalah perbuatan baik, sedangkan mencuri adalah perbuatan buruk. Dengan demikian, perbuatan saling menolong tersebut merupakan sesuatu yang bernilai dalam kehidupan masyarakat. Nilai dalam kehidupan masyarakat inilah yang disebut nilai sosial (Kun Maryati & Juju Suryawati, 2006, hal. 34)

(19)

mempunyai nilai sosial karena adil adalah sifat yang bernilai didalam kehidupan bermasyarakat.

II.3.2. Ciri-ciri Nilai Sosial

Menurut Maryati & Suryawati (2006), beberapa ciri nilai sosial adalah sebagai berikut:

- Konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga masyarakat.

- Disebarkan antara sesama warga masyarakat. - Terbentuk melalui proses sosialisasi.

- Bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.

- Dapat memengaruhi perkembangan diri seseorang. - Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.

- Cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, nilai sosial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

- Nilai dominan

Nilai dominan adalah nilai yang dianggap penting dibandingkan nilai-nilai lainnya.

- Nilai mendarah daging

Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan, sehingga seseorang menjalankannya tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi, melainkan secara tidak sadar.

Sifat adil ini diharapkan dapat memengaruhi perkembangan diri anak-anak. Apabila sifat adil ini mulai diajarkan saat mereka kecil, maka sifat adil ini diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk nilai sosial, yaitu nilai mendarah daging. Anak-anak akan menjadi terbiasa untuk bersifat adil, dan sifat tersebut akan menjadi salah satu bentuk dari kepribadiannya.

II.3.3. Fungsi Nilai Sosial

(20)

2006) fungsi nilai sosial adalah sebagai berikut:

- Dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk menetapkan “harga” sosial dari suatu kelompok.

- Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan berperilaku. - Penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan

sosial.

- Alat solidaritas di kalangan anggota kelompok (masyarakat). - Alat pengawas/kontrol perilaku manusia dengan daya tekan

dan daya mengikat tertentu agar orang mau berperilaku sesuai dengan sistem nilai.

Berdasarkan fungsi nilai sosial, maka sifat adil Yudhistira mempunyai fungsi sebagai alat pengawas atau kontrol bagi anak-anak agar mereka mempunyai perilaku yang tidak bertentangan dengan sistem nilai sosial yang ada di lingkungannya.

II.3.4. Macam-macam Nilai Sosial

Menurut Notonegoro (seperti dikutip Maryati & Suryawati, 2006) nilai sosial di bagi menjadi 3, yaitu:

- Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur fisik manusia.

- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas.

- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian antara lain sebagai berikut:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal manusia.

).

auan.

ak.

b. Nilai keindahan yang bersumber pada rasa keindahan (nilai estetis

c. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada kodrat manusia, seperti kehendak dan kem

d. Nilai religius merupakan nilai ketuhanan yang tertinggi dan mutl

(21)

dalam nilai kerohanian terdapat nilai kebaikan atau nilai moral yang sumbernya dari hati manusia. Bagi anak-anak, nilai kerohanian diharapkan mampu menjadi sesuatu yang berguna bagi batinnya, agar anak-anak memiliki hati baik dan bersih.

II.4. Psikologi Perkembangan Anak

Nana Syaodih (seperti dikutip Octaria, 2012) ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan, yaitu:

- Pendekatan pentahapan, yaitu perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.

ap individu.

- Pendekatan diferensial, yaitu pendekatan yang memandang individu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

- Pendekatan ipsatif, yaitu pendekatan yang berusaha melihat karakteristik seti

Dari ketiga pendekatan ini, maka dipilih pendekatan pentahapan tentang perkembangan anak. Pendekatan pentahapan ini dipilih pada pentahapan yang bersifat khusus, karena hanya akan mempertimbangkan faktor tertentu sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak.

II.4.1. Teori Perkembangan Kognitif

Jean Piaget (seperti dikutip Lidinillah) sangat terkenal dengan teorinya tentang bagaimana seorang anak belajar melalui tindakan yang dilakukannya.

Hal terpenting dari teori Piaget adalah bahwa setiap individu termasuk mengalami 4 tahapan perkembangan kognitif. Tahapan perkembangan tersebut adalah:

- Tahap sensorimotor (usia 0-18 bulan)

- Tahap preoperasional (usia 18 bulan – 6 atau 7 tahun) - Tahap operasional konkrit (usia 8-12 tahun)

- Tahap formal operasional (usia 12 tahun-dewasa)

(22)

hanya pada benda-benda konkrit. Anak masih belum memahami perkara-perkara yang abstrak, seperti konsep kenegaraan, ketuhanan, dan makna hidup.

II.4.2. Kemampuan Anak pada Perkembangan Usia 8-12 Tahun

Menurut Irwan (seperti dikutip Husada, 2008) mengenai kemampuan anak berdasarkan Tahapan Perkembangan Usia, anak usia 8-12 tahun merupakan periode sekolah tingkat 4-8. Pada usia tersebut, disebutkan bahwa kemampuan anak adalah sebagai berikut:

- Mengeksplorasi dan memahami berbagai jenis tulisan, seperti bibliografi, puisi, dan cerita fiksi.

- Mengeksplorasi dan memahami jenis tulisan bergaya narasi, persuasi, dan eksposisi.

- Membaca kemudian menarik kesimpulan dari sebuah bacaan. - Mengidentifikasi jenis pidato dan gaya bahasa.

- Mengidentifikasi secara tepat unsur penting dari suatu cerita seperti waktu, tempat, plot, dan permasalahan.

- Membaca dan menulis sebuah cerita untuk kesenangan dan mengetahui gaya tulisan yang dibutuhkan.

- Menganalisa tulisan sehingga dapat dipahami maksudnya. Anak usia 8-12 sudah mulai dapat memahami dan menarik kesimpulan dari sebuah bacaan yang bersifat persuasi. Selain itu, pada usia ini anak-anak sudah mampu menganalisa maksud dari sebuah tulisan.

II.5. Kesimpulan dan Solusi

(23)

diharapkan mampu untuk mengontrol serta mengawasi sikapnya dalam berperilaku agar tidak menyimpang dari nilai sosial di kehidupan bermasyarakat. Sifat adil Yudhistira juga termasuk ke dalam nilai kerohanian, dimana terdapat nilai kebaikan atau moral yang terkandung di dalamnya yang dapat berguna bagi anak agar mempunyai hati yang baik dan bersih. Nilai sosial ini juga yang akan menjadi faktor untuk melakukan pendekatan pentahapan pada anak yang akan digunakan sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak.

(24)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1. Strategi Perancangan

Permasalahan yang ditemukan dalam pengenalan sifat adil Yudhistira kepada anak-anak yaitu kurangnya media informasi yang kurang dipahami oleh anak-anak, khususnya di Indonesia, yang menyebabkan ketidaktahuan anak-anak mengenai sifat adil Yudhistira yang merupakan salah satu sifat baik dari Yudhistira, salah satu tokoh Pandawa Lima. Sehingga dibutuhkan perancangan buku bergambar berupa papertole mengenai sifat adil Yudhistira sebagai media informasi bersifat persuasif dengan tujuan untuk menginformasikan, serta mengenalkan tentang sifat adil ini. Sekaligus untuk memberikan pelajaran pada anak untuk bersikap adil melalui cerita di dalam kisah Pandawa yang menceritakan keadilan Yudhistira, yang pada akhirnya bertujuan agar anak mampu bersikap adil di lingkungannya, sekaligus menjaga nilai-nilai sosial yang terkandung di dalam sifat adil ini.

‘Adapun pemilihan target audiens dari buku papertole sifat adil Yudhistira dari segi demografis, psikografis, dan geografisnya adalah sebagai berikut:

a. Demografis

- Usia : Anak-anak usia 8-12 tahun - Status sosial : Menengah-atas

- Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan b. Psikografis

- Anak yang sudah mampu berpikir logis serta menarik kesimpulan dari bacaan

- Anak yang sudah mampu memahami tulisan bersifat narasi, persuasi dan deskripsi

c. Geografis

(25)

d. Target sekunder

Target sekunder untuk buku papertole sifat adil Yudhistira ini adalah anak-anak di kota-kota besar yang sudah mampu memahami sebuah tulisan, serta menarik kesimpulan dari bacaan.

III.1.1. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan dalam strategi perancangan media informasi mengenai sifat adil Yudhistira adalah melalui media buku papertole yang berisi kisah Yudhistira yang bersifat adil, beserta alasannya, serta nilai sosial yang terkandung didalam sifat adil tersebut.

a. Tujuan komunikasi

- Mengenalkan sifat adil Yudhistira pada anak-anak, agar anak paham bentuk dari sifat adil tersebut. - Menekankan pentingnya bersikap adil, agar

anak-anak mampu untuk bersikap tidak pilih kasih. b. Materi pesan

Menanamkan pada anak untuk selalu bersikap adil. Sekaligus menjadi media pembelajaran mengenai pentingnya untuk bersikap adil agar tidak terjadi rasa pilih kasih dalam berteman dan bersosialisasi

c. Pendekatan komunikasi visual

Bahasa visual yang digunakan adalah melalui gaya penggambaran ilustrasi kartun yang karakternya mengambil dari tokoh wayang yang disederha

d. Pendekatan komunikasi verbal

(26)

III.1.2. Strategi Kreatif

Pendekatan kreatif pada media papertole sifat adil Yudhistira adalah dengan menampilkan informasi mengenai sifat adil Yudhistira melalui satu kisah pada cerita Mahabharata yang berjudul “Telaga Ajaib”. Teknik penceritaan yang diusung menggunakan teknik sudut pandang orang ketiga terbatas, dimana didalam cerita ini hanya dipilih satu watak saja, yaitu Yudhistira. Pemilihan teknik penceritaan ini ditujukan untuk menginformasikan pesan moral yang terkandung dalam cerita, serta menggambarkan tentang sebab-akibat dari apa yang telah dilakukan.

Story Line:

- Story Line 1: (Sifat adil sebagai alat solidaritas) Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Pandawa Lima sedang berada di hutan. - Pandawa Lima kehausan.

- Yudhistira menyuruh kepada Nakula untuk mengambil air di sebuah telaga.

- Story Line 2: (Sifat adil untuk mengarahkan dalam berperilaku)

Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Telaga yang dimaksud adalah telaga yang ada di hutan.

- Telaga tersebut dijaga oleh Batara Yama yang menyamar.

- Batara Yama tidak mengizinkan Nakula mengambil air apabila tidak menjawab pertanyaan.

- Nakula tidak peduli dengan ancaman Batara yama yang menyamar.

- Nakula tidak sadarkan diri setelah meminum air. - Yudhistira menjadi cemas karena Nakula tidak

(27)

- Yudhistira memerintahkan Bima, Arjuna, serta Sadewa secara bergantian untuk menyusul Nakula. - Story Line 3: (Sifat adil sebagai alat pengawas)

Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Ketiga saudara Yudhistira tidak kembali. - Yudhistira semakin cemas.

- Yudhistira memutuskan untuk menyusul saudara-saudaranya.

- Yudhistira terkejut saat sampai di telaga.

- Yudhistira melihat keempat saudaranya tergeletak tidak sadarkan diri.

- Yudhistira semakin bersedih saat mengetahui itu semua.

- Story Line 4: (Sifat adil sebagai penentu memenuhi peranan sosial)

Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Yudhistira memutuskan untuk meminum air untuk mengatasi rasa haus dan terkejutnya.

- Tiba-tiba muncul suara Batara Yama yang menyamar dan memperingatkan Yudhistira.

- Yudhistira terkejut mendengar suara peringatan tersebut.

- Batara Yama yang menyamar memperingatkan Yudhistira boleh meminum air telaga apabila dapat menjawab pertanyaan.

- Batara Yama juga akan menghidupkan satu dari empat saudara Yudhistira yang tidak sadarkan diri. - Story Line 5: (Nilai kerohanian di dalam sifat adil)

Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Yudhistira setuju dengan perjanjian Batara Yama yang menyamar.

(28)

- Yudhistira menjawab semua pertanyaan dengan benar.

- Batara Yama mengizinkan Yudhistira meminum air. - Batara Yama juga bertanya siapa yang akan dipilih

Yudhistira untuk dihidupkan kembali.

- Yudhistira memilih Nakula dan menjelaskan alasannya.

- Story Line 6: (Sifat adil sebagai faktor menyusun tahap perkembangan anak)

Telaga Ajaib Pandawa Lima

- Batara Yama yang menyamar puas dengan jawaban Yudhistira.

- Batara Yama menampakkan wujud aslinya. - Batara Yama memuji sifat adil Yudhistira.

- Batara Yama menghidupkan kembali saudara-saudara Yudhistira.

III.1.3. Strategi Media

Media yang digunakan berupa buku papertole yang isinya berisi tentang kisah dalam cerita Mahabharata yang menceritakan sifat adil Yudhistira. Konten ceritanya meliputi kisah Yudhistira yang bersikap adil, serta nilai sosial yang terkandung di dalam kisah tersebut. Segmentasinya ditujukan untuk anak usia 8-12 tahun karena dianggap sudah mampu mengolah informasi secara visual maupun verbal tetapi belum mampu untuk memahami secara jauh apa yang dimaksud di dalam informasi tersebut.

(29)

Papertole dipilih sebagai media informasi karena dengan berubahnya penampakan gambar dari dua dimensi menjadi tiga dimensi, gambar yang dihasilkan lewat seni papertole akan terlihat lebih hidup, tanpa sedikitpun merusak substansi dari gambar aslinya. Bobot nilai seninya pun cenderung semakin tinggi. Akan tetapi, walaupun disebut sebagai karya seni tiga dimensi, tapi papertole hanya mampu dinikmati dari sisi muka atau depan. Meskipun demikian, sesungguhnya gambar-gambar itu pun mampu “berbicara” banyak tentang segala sisi yang ada pada “diri”-nya. Dan kemampuan “berbicara” itu melebihi gambar aslinya yang berupa gambar dua dimensi. Disitulah sebenarnya letak keunikan sekaligus kekuatan seni papertole yang mungkin tidak terdapat pada seni lainnya.

Media pendukung yang dipilih untuk buku papertole Telaga Ajaib Pandawa Lima ini berupa:

- Poster A3

- Mini X Banner ukuran 25 cm x40cm - Iklan majalah ukuran A4

- Sticker berukuran 13x5cm - Pin ukuran 4 cm x 4 cm

- Buku saku ukuran 10 cm x 14 cm - Spidol

- Permainan ular tangga ukuran 30 cm x 30 cm

III.1.4. Strategi Distribusi

(30)

III.2. Konsep Visual

Menurut Awan (2009), kartun merupakan suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara cepat dan ringkas. Kartun biasanya hanya mengungkap esensi pesan yang harus disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail, dengan menggunakan simbol-simbol, serta karakter yang mudah dikenal dan dimengerti secara cepat. Maka dari itu, konsep visual yang akan ditampilkan menggunakan gaya ilustrasi kartun yang segmentasinya dikhususkan pada anak usia 8-12 tahun.

Gambar III.1 Contoh gambar kartun Pandawa Lima

Sumber: http://nawnewknow.blogspot.com/2013/01/kumpulan-kartun-wayang.html

III.2.1. Format Desain

Format desain dari papertole cerita bergambar sifat adil Yudhistira ini digunakan pada kertas ukuran custom, yaitu 21cm x 26cm. Ukuran ini disesuaikan karena media papertole membutuhkan ketahanan rancangan kertas ditunjang dari panjang dan lebarnya yang sama ukurannya. Selain itu, tingkat keterbacaan teks dan tampilan ilustrasi akan lebih jelas terlihat.

III.2.2. Tata Letak (Layout)

(31)

IIII.2.3. Tipog

Tipografi Juddul Buku

rita menggu gan dan tega

unakan Gab as.

(32)

Sedangkan tipografi dalam isi buku cerita bergambar ini menggunakan MoolBoran, karena menggunakan jenis teks yang mudah dibaca sehingga tidak menyulitkan bagi anak-anak dalam membaca isi cerita.

III.2.4. Ilustrasi

Ilustrasi dibuat menggunakan teknik manual dan digital dengan gaya visual kartun yang diadaptasi dari bentuk wayang kulit. Gaya visual ini menampilkan bentuk kartun tetapi dengan ciri khas wayang kulit yaitu tampak samping dan panjang pundak yang tidak sama panjang. Berdasarkan gaya visual tersebut, kemudian dilakukan perubahan-perubahan untuk menyesuaikan gaya visual dengan anak-anak sebagai target audiens.

Pemilihan gaya ilustrasi kartun ini diharapkan dapat menarik perhatian anak-anak karena saat ini gaya ilustrasi kartun sering bermunculan di berbagai media cetak maupun elektronik.

a. Studi Karakter

Studi karakter diangkat berdasarkan gambaran tokoh dari kisah Pandawa Lima didalam Kitab Epos Mahabharata dalam bentuk wayang kulit.

(33)

- Nama : Yudhistira - Jenis kelamin : Laki-laki

- Karakteristik : Bijaksana, adil, sakti

- Deskripsi : Yudhistira adalah anak sulung dari Pandu dengan Dewi Kunti. Pada karakter ini Yudhistira memakai kalung dan gelang serta selendangnya yang menutupi bagian pinggang sampai dengkulnya.

- Tokoh Pendukung

Gambar III.5 Karater Bima

- Nama : Bima - Jenis kelamin : Laki-laki

- Karakteristik : Berani, tegas, tidak suka ikut campur

- Deskripsi : Bima adalah anak kedua Pandu dengan ibu Dewi Kunti. Bima terkenal dengan badannya yang besar dan sifatnya yang tidak kenal rasa takut. Pada karakter ini Bima digambarkan lebih tinggi dibandingkan karakter yang lain dan mempunyai mata dengan penglihatan yang tajam.

Gambar III.6 Karater Arjuna

(34)

- Karakteristik : Sopan, lembut, berani.

- Deskripsi : Arjuna adalah anak ketiga Pandu dari Dewi Kunti. Pada karakter ini Arjuna digambarkan mempunyai rambut yang panjang dan mata yang dibuat dengan kesan lembut, sesuai dengan sifat Arjuna pada umumnya.

- Nama : Nakula

Gambar III.7 Karakter Nakula

- Jenis kelamin : Laki-laki

- Karakteristik : Patuh, cerdik, sopan.

- Deskripsi : Nakula adalah anak keempat Pandu, atau anak pertama Pandu dari Dewi Madrim. Pada karakter ini Nakula digambarkan memakai kalung dan gelang, serta selendang yang lebih pendek daripada yang lain.

Gambar III.8 Karakter Sadewa

- Nama : Sadewa - Jenis kelamin : Laki-laki

- Karakteristik : Pintar, sopan, patuh.

(35)

Gambar III.9 Karakter Batara Yama

- Nama : Batara Yama - Karakteristik : Bijaksana.

- Deskripsi : Batara Yama adalah seorang pengawas dan penjaga didalam cerita Mahabharata. Pada karakter ini Batara Yama digambarkan memakai mahkota yang berlapis dan menggunakan baju serta sepatu.

b. Studi Properti

- Pakaian

(36)

Tabel III.1 Studi Properti Pakaian

- Mahkota

(37)

Tabel III.2 Studi Properti Mahkota

- Perhiasan

(38)

Tabel III.3 Studi Properti Perhiasan

c. Studi Lokasi

Lokasi yang diangkat dalam buku cerita bergambar ini digambarkan sesuai dengan lokasi utama pada cerita Telaga Ajaib Pandawa Lima Seri Yudhistira.

- Hutan

Hutan yang dijadikan acuan adalah hutan yang ada di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan untuk menguatkan karakter wayang yang terkenal di daerah tersebut.

Gambar III.10 Hutan

Gambar III.10 Studi hutan  

 

 

(39)

- Telaga

Telaga yang dijadikan acuan adalah telaga Dieng Plateau yang ada di Wonosobo, Jawa Tengah.

 

 

 

 

 

III.2.5. Warna

Warna-warna yang digunakan adalah menggunakan warna-warna komplementer atau kontras. Warna komplementer adalah warna yang bertentangan di dalam lingkaran warna.

Gambar III.11 Studi telaga

(40)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1. Buku Papertole

IV.1.1. Media

Dalam pembuatan papertole ini terdapat tahapan-tahapan proses sehingga menjadikan suatu papertole. Pertama-tama menentukan cerita yang akan diambil, bisa langsung dari buku cerita, buku novel, buku biografi, dan lain-lain. Cerita untuk buku papertole ini diambil dari salah satu bagian cerita didalam Kitab Epos Mahabharata saduran C. Rajagopalachari yang berjudul Telaga Ajaib.

Pengembangan cerita diawali dari sebuah sinopsis yang kemudian dikembangkan lagi menjadi storyline, lalu memilih penggalan cerita untuk dibuat ilustrasinya didalam storyboard. Setelah itu melakukan studi karakter dari karakteristik wayang kulit, mengingat pembuatan cerita papertole ini berdasarkan cerita Pandawa Lima yang cukup sering dijadikan bahan cerita didalam pementasan wayang. Kemudian dilanjutkan dengan proses penyederhanaan dari bentuk wayang kulit.

IV.1.2 Teknis Produksi Media

(41)

Gambar IV.1 Sketsa manual

Setelah sketsa manual selesai dikerjakan, proses selanjutnya adalah memindai dengan alat pemindai, karena selanjutnya akan diberi warna denganteknik digital. Software yang digunakan dalam melakukan editing dan mewarnai sketsa menggunakan aplikasi software Adobe Ilustrator CS3. Adobe Ilustrator digunakan karena untuk menjiplak sketsa manual sehingga menjadi gambar digital berupa vektor, sehingga gambar tidak akan pecah jika diperbesar.

Setelah dimasukkan ke dalam komputer, sketsa dijiplak hanya dengan menampilkan garisnya saja agar memudahkan dalam pewarnaannya.

(42)

Setelah sketsa selesai dijiplak, barulah tahap berikutnya dilakukan pewarnaan secara menyeluruh menggunakan software Adobe Ilustrator. Mode warna yang digunakan adalah CMYK, karena hasilnya akan dicetak. Pada pewarnaan tahap awal, garis-garis masih terlihat karena untuk memperjelas gambar.

Gambar IV.3 Sketsa setelah diwarna

Setelah diwarna tahap awal, maka selanjutnya menghilangkan garis hitam, agar gambar terlihat lebih halus.

Gambar IV.4 Hasil akhir pewarnaan

(43)

a. Halaman Pertama

Isi pada halaman pertama ini menceritakan saat para Pandawa sedang kehausan dan mencari air. Saat itu Nakula ditugaskan oleh Yudhistira untuk mengambil air disebuah telaga yang terlihat saat Nakula memanjat pohon. Pada ilustrasi ini terihat saat Nakula pergi membawa ember untuk mengambil air, sedangkan saudara-saudaranya yang lain mengantar kepergian Nakula dengan melambaikan tangan.

Gambar IV.5 Halaman pertama buku

b. Halaman Kedua

(44)

Gambar IV.6 Halaman kedua buku  

 

 

 

 

 

 

c. Halaman Ketiga

Isi pada halaman ketiga ini menceritakan saat Yudhistira khawatir karena Nakula, lalu Sadewa, Arjuna, dan Bima tidak kunjung kembali saat ingin mengambil air di telaga. Karena rasa khawatir itu, maka Yudhistira menyusul saudara-saudaranya ke telaga. Akan tetapi setelah sampai di telaga, Yudhistira terkejut melihat saudara-saudaranya tidak sadarkan diri. Yudhistira menjadi sedih dan berharap ada yang dapat menjelaskan semua ini. Pada ilustrasinya, digambarkan semua saudara Yudhistira tidak sadarkan diri di tepi telaga, sedangkan Yudhistira yang baru sampai di telaga, menjadi bersedih melihat kejadian tersebut.

(45)

 

 

 

 

   

Gambar IV.7 Halaman ketiga buku  

 

d. Halaman Keempat

Isi pada halaman keempat ini menceritakan saat Yudhistira ingin meminum air dari telaga tersebut, lalu ada suara peringatan Batara Yama yang kembali muncul. Tidak seperti saudaranya yang lain, Yudhistira menuruti apa yang menjadi syarat untuk meminum air tersebut, yaitu harus menjawab pertanyaan yang disebutkan. Apabila Yudhistira berhasil menjawab pertanyaannya, maka Batara Yama akan menghidupkan salah satu adiknya, dan mengizinkan Yudhistira untuk meminum air dari telaga tersebut. Pada ilustrasinya, digambarkan saat Yudhistira sedang menjawab pertanyaan dari Batara Yama yang menyamar.

 

 

 

 

 

(46)

e. Halaman Kelima

Isi pada halaman kelima ini menceritakan saat Yudhistira telah berhasil menjalankan syarat Batara Yama yaitu menjawab pertanyaannya Maka sesuai dengan perjanjian, Yudhistira boleh memilih salah satu saudaranya untuk dihidupkan kembali. Disinilah sifat adil Yudhistira muncul. Yudhistira memilih Nakula yang dihidupkan kembali, karena Yudhistira menginginkan semua keturunan ayahnya tetap ada, dan Nakula mewakili keturunan ayahnya dengan ibu Dewi Madrim, sedangkan Yudhistira sendiri mewakili keturunan ayahnya dengan ibu Dewi Kunti. Ilustrasi yang ditampilkan saat Yudhistira dengan mata terpejam mengatakan bahwa yang dipilihnya adalah Nakula.

Gambar IV.9 Halaman kelima buku  

 

 

 

 

 

f. Halaman Keenam

(47)

yang ditampilkan saat Batara Yama dengan wujud aslinya sedang memuji Yudhistira berkat sifat adilnya tersebut.

Gambar IV.10 Halaman keenam buku  

 

 

 

 

 

Setelah pewarnaan selesai, maka tahap selanjutnya adalah memisahkan satu gambar yang telah selesai menjadi lima gambar yang sama untuk membuat lapisan yang akan ditumpuk dan dijadikan satu halaman papertole.

(48)

Penggolongan atau pemisahan gambar ini perlu karena untuk mengetahui posisi gambar ketika akan dicetak dan ditumpuk. Setiap lapisan akan dipotong sesuai dengan letak ilustrasi yang ditampilkan. Jika gambar pada ilustrasi berada di bagian paling belakang, maka gambar tersebut hanya mempunyai satu lapisan. Apabila gambar pada ilustrasi berada di paling depan, maka lapisannya menyesuaikan berapa lapisan papertole yang akan dibuat, dan tentunya mempunyai lapisan yang paling banyak. Pada buku papertole Telaga Ajaib ini, mempunyai lima lapisan pada setiap halamannya.

Setelah pemisahan lapisan ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah mencetak lapisan tersebut lalu menyatukannya dengan menggunakan lem doubletape yang mempunyai ukuran ketebalan 24mm. Penggunaan doubletape jenis ini berguna untuk menempel bagian dasar dengan lapisan diatasnya sehingga mempunyai jeda lapisan dan tampak timbul. Selanjtnya menempelkan setiap lapisan yang ditentukan sesuai pemisahan yang telah dilakukan.

(49)

dapat

buku papertole Telaga Aja

u papaertole

sm

dan cutting

aib

g

ketika dibukaa

(50)

dimensi yang ditumpuk sehingga menghasilkan gambar seolah-olah seperti gambar tiga dimensi.

IV.2. Media Pendukung

- Poster

Poster digunakan sebagai media informasi telah terbitnya buku ini. Layout poster dibuat agar lebih fokus kepada pesan yang akan disampaikan oleh buku papertole ini. Poster ini ditujukan kepada orangtua agar mau membelikan anaknya buku untuk anaknya untuk belajar mengenai sifat adil.

Gambar IV.7 Poster

Gambar IV.15 Poster

Media : Poster

Ukuran : 42 cm x 29,7 cm Bahan : Artpaper 150 gsm Teknis Produksi : Cetak Offset - Mini X Banner

(51)

pen

Gambarr IV.16 Mini XX Banner

(52)

dan

iaya, akan ttetapi

- Bu

Gambar IV.188. Buku saku

: Buku sakku : 10 cm x 14 cm oduksi : Cetak offfset

gikan secara papertole in

a cuma-cum ni.

ma selama ppromosi seebagai

(53)

Media : Pin Ukuran : 4 cm x 4 cm

Bahan : Plastik

- Stiker

Stiker ini dibagikan sebagai hadiah untuk yang membeli buku papertole ini. Gambar stiker bermacam-macam, yang nantinya dapat dipilih oleh si pembeli buku.

Gambar IV.20 Stiker

Media : Stiker

Ukuran : 13 cm x 5 cm

Bahan : Kertas stiker vinil - Spidol

Spidol bisa didapatkan apabila menambah sedikit biaya pembelian. Buku papertole juga akan mendapatkan potongan harga apabila si pembeli menambah biaya untuk mendapatkan spidol ini.

(54)

Media : Spidool

Ukuran : 6 cmm x 14 cm Bahan : Spidool whiteboaard - Ular Tanggaa

Gambar IV.222 Permainan ular tanggaa

Gambar

Gambar III.1 Contoh gambar kartun Pandawa Lima Sumber: http://nawnewknow.blogspot.com/2013/01/kumpulan-kartun-wayang.html
Gambar III.3 TGTipografi Juddul Buku
Gambar III.4 Karakter Yudhistira
Gambar III.6 Karater Arjuna
+7

Referensi

Dokumen terkait