• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjadwalan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Ass Mesin Jahit Dan Baut Bearing Di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penjadwalan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Ass Mesin Jahit Dan Baut Bearing Di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara Bandung"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Abstrak

“Penjadwalaan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Ass Mesin Jahit

Dan Baut Bearing di PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA” Oleh:

Kolumbanus Aryono 1.03.07.020

PT. Sinar Sakti Matra Nusantara merupakan salah satu perusahaan manufaktur di Bandung. Penjadwalan yang dilakukan oleh PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA sudah berstandar internasional. Namun pada saat ini penerapannya kembali ke dalam sistem yang lama, yaitu penjadwalan dilakukan berdasarkan pembuatan produk yang memiliki jumlah komponen yang paling banyak dan jumlah proses operasi yang paling banyak di prioritaskan pertama. Sedangkan produk yang memiliki jumlah komponen dan proses operasinya lebih sedikit diprioritaskan pengerjaannya setelah produk yang memiliki komponen jumlah komponen dan proses operasi yang paling banyak.

Penjadwalan pada penelitian ini dilakukan dengan dengan menggunakan metode

priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif dan jadwal non delay. Pada jadwal aktif tidak ada operasi yang dapat dilakukan lebih awal tanpa menunda operasi lainnya atau melanggar technological constrain (memberikan urutan proses pada setiap job atau dengan kata lain memberikan routing untuk setiap

job). Sedangkan jadwal non delay adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut.

Penjadwalan mesin dengan sistem lama yang dilakukan oleh perusahaan memiliki

makespan yang sangat lama sebesar 3656 menit. Sedangkan penjadwalan mesin metode priority dispatching dengan algoritma jadwal aktif memiliki makespan

lebih pendek sebesar 1657 menit. Dan penjadwalan mesin dengan algoritma jadwal non delay memiliki makespan sama sebesar 1657 menit.

Penjadwalan yang terpilih adalah penjadwalan mesin metode priority dispatching

dengan algoritma jadwal aktif atau jadwal non delay. Karena penjadwalan algoritma jadwal aktif dan penjadwalan mesin dengan menggunakan algoritma jadwal non delay memiliki makespan paling pendek dibandingkan dengan penjadwalan dengan sistem lama yang dilakukan oleh perusahaan.

(2)

1

Bab 1

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dalam proses produksi, suatu perusahaan sebelumnya pasti membutuhkan suatu sistem produksi yang perencanaan dan pengendaliannya baik. Untuk membuat sistem produksi yang perencanaan dan pengendalian yang baik. Maka penjadwalan produksi merupakan suatu hal penting dalam perencanaan produksi karena pada dasarnya merupakan rincian atau output akhir dari tahap perencanaan sebelum tahap implementasi dan pengendalian produksi. Penelitian ini mengembangkan model penjadwalan untuk sistem manufaktur bertipe job-shop. Proses manufaktur bertipe job-shop memiliki ciri-ciri berikut: pengelompokan mesin

menurut fungsi (process layout) sehingga tidak efisien, volume produksi kecil, tetapi lebih fleksibel untuk menerima jenis pesanan yang berbeda. Dari segi respon terhadap pasar, penjadwalan job-shop biasanya untuk produk yang bersifat

make-to-order, yaitu untuk memenuhi variasi kebutuhan pasar atas specialty products (produk khas).

Adapun permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan adalah perusahaan harus merencanakan ulang penjadwalan produksi setiap kali order

datang. Hal ini disebabkan karena kedatangan order tidak menentu dalam suatu periode perencanaan produksi. Seperti yang dialami oleh PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA setiap order yang baru datang, perusahaan harus mempertimbangkan apakah perusahaan sanggup memenuhi batas waktu penyelesaian (due date) yang disepakati dengan konsumen sesuai dengan sumber daya yang ada di perusahaan. Pihak perusahaan harus mengambil keputusan apakah menerima atau menolak order tersebut.

(3)

2

harus bisa mengatur penggunaan mesin dan peralatan (utilitas) agar dapat memenuhi due date dari setiap order yang masuk. Hal ini bisa didapat bila ada penjadwalan yang baik terhadap mesin dan peralatan.

Penjadwalan yang dilakukan oleh PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA sudah berstandar internasional. Namun pada saat ini penerapannya kembali ke dalam sistem yang lama, yaitu penjadwalan dilakukan berdasarkan pembuatan produk yang memiliki jumlah komponen yang paling banyak dan jumlah proses operasi yang paling banyak di prioritaskan pertama. Sedangkan produk yang memiliki jumlah komponen dan proses operasinya lebih sedikit diprioritaskan pengerjaannya setelah produk yang memiliki komponen jumlah komponen dan proses operasi yang paling banyak.

Penjadwalan sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dibandingkan dengan melakukan penjadwalan berdasarkan jumlah komponen dan proses operasi. Penjadwalan dapat menggunakan beberapa metode diantaranya metode priority dispatching yaitu algoritma jadwal aktif berdasarkan SPT (Short Processing Time) dan algoritma jadwal non delay.

Oleh karena penjadwalan produksi sangatlah penting maka penulis melakukan penelitian berdasarkan permasalahan di perusahaan dengan judul “Penjadwalaan N Job M Mesin Dalam Proses Pembuatan Produk Ass Mesin Jahit Dan Baut Bearing di PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA Bandung”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mendapat penjadwalan mesin yang baik sehingga dapat memenuhi due date setiap order yang datang?

(4)

3

3. Bagaimana memperoleh pengurutan pekerjaan (job sequencing) yang dapat mengurangi makespan produksi dan meningkatkan efektivitas penggunaan (utilitas) mesin?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari peneilitian ini antara lain:

1. Membandingkan penjadwalan yang dilakukan oleh perusahaan dengan penjadwalan yang menggunakan metode priority dispatching, metode penjadwalan algoritma jadwal aktif dengan aturan prioritas SPT (Shortest Proscessing Time) dan menggunakan penjadwalan non delay. Sehingga penjadwalan dapat mengoptimalkan efektifitas penggunaan mesin pada lantai produksi.

2. Menyusun penjadwalan mesin yang baik untuk produk pada lantai produksi

job shop sehingga dapat memenuhi due date setiap order yang datang.

3. Mendapatkan pengurutan pekerjaan (job sequencing) sehingga dapat mengurangi makespan produksi dan meningkatkan efektifitas penggunaan mesin.

1.4. Pembatasan Masalah

Adapun batasan yang diambil dalam memecahkan masalah agar pembahasan yang dilakukan dapat lebih terarah adalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah ass mesin jahit dan baut bearing yang merupakan beberapa produk yang diproduksi di PT. Sinar Sakti Matra Nusantara.

2. Penjadwalan hanya dilakukan pada pekerjaan (job) yang termasuk pada permintaan yang bersifat job shop (setiap job bergerak dari satu mesin atau stasiun menuju mesin atau stasiun kerja lainnya dengan pola random)

3. Dalam penelitian ini, penjadwalan yang dilakukan adalah penjadwalan mesin pada proses pembuatan produk dan agar dapat meminimasi makespan.

(5)

4

1.5. Asumsi yang Digunakan

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data, terdapat beberapa asumsi yang digunakan antara lain:

1. Setiap pekerjaan diselesaikan menurut jadwal yang telah disusun. 2. Ongkos set up dan work in process diabaikan.

3. Setiap mesin dalam kondisi siap pada saat dilakukan penjadwalan. 4. Setiap operasi merupakan suatu kesatuan.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan laporan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

1.1.Latar Belakang Masalah

Berisikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti. 1.2.Identifikasi Masalah

Berisikan mengenai masalah yang timbul serta pengidentifikasian masalah. 1.3.Tujuan Penelitian

Berisikan tentang tujuan dilaksanakan penelitian kerja praktek. 1.4.Pembatasan Masalah

Berisikan tentang pembatasan dari penelitian. 1.5.Asumsi Penelitan

Berisikan asumsi yang mempermudah proses pengolahan dan perhitungan. 1.6.Sistematika Penulisan

(6)

Bab 2

Landasan Teori

2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Perencanaan produksi merupakan suatu fungsi manajemen, dimana dalam perencanaan ditentukan usaha dan tindakan yang perlu diambil oleh pihak perusahaan, serta mempertimbangkan masalah yang akan timbul pada masa yang akan datang berdasarkan penyesuaian permintaan (demand) yang berasal dari peramalan dengan keseluruhan kemampuan yang ada (Adam; 1992).

Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan dan kemampuan dari perusahaan.

Proses perencanaan dan pengendalian produksi dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses perencanaan dan pengedalian produksi tersebut terdiri dari tahapan-tahapan yang telah tersusun secara sistematis dan saling terkait satu sama lain.

(7)

Market

Gambar 2.1. Sistem Perencanaan Produksi (Heizer; 1993)

Tahapan-tahapan perencanaan dan pengendalian produksi antara lain peramalan, prencanaan kebutuhan material, perencanaan kebutuhan kapasitas dan penjadwalan.

2.2. Pengertian Penjadwalan

(8)

pengambilan keputusan yaitu untuk menetapkan suatu jadwal (Baker; 1974). Definisi lain mengatakan bahwa penjadwalan ialah proses pengurutan pembatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin dalam jangka waktu tertentu (Conway; 1976).

Dari sekian banyak definisi penjadwalan yang telah ada pada saat ini, intinya adalah:

• Penjadwalan berfungsi sebagai alat pengambil keputusan.

• Penjadwalan merupakan teori yang berinsi prinsip-prinsip dasar, model, teknik dan kesimpulan logis dalam pengambilan keputusan.

Untuk menyelesaikan masalah penjadwalan yang dihadapi, dapat digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut dibagi menjadi dua yaitu:

• Pendekatan yang lebih modern mencakup gabungan antara metode penelitian operasional, intelegensia tiruan, simulasi kejadian dan ide-ide yang diambil dari teori control (Baker; 1974).

• Pendekatan tradisional meliputi metode-metode penelitian operasional.

2.2.1. Tujuan Penjadwalan

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penjadwalan produksi (Bedworh; 1987) adalah:

• Meningkatkan utilitas sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

• Mengurangi makespan yang juga berarti menurunkan flow time rata-rata dan

work in process rata-rata.

(9)

jadwal konstan, maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu aliran akan mengurangi waktu persediaan”.

• Meminimasi biaya produksi.

• Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah pekerjaan yang menunggu antrian suatu mesin yang dalam keadaan sibuk. Hal ini bertujuan untuk menghindari biaya flow time, yaitu biaya penyimpanan produksi setengah jadi.

• Memenuhi keinginan konsumen, naik dalam hal kualitas produk yang dihasilkan maupun dalam ketepatan waktu.

• Membantu dalam pengambilan keputusan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

Pada saat merencanakan suatu jadwal produksi, yang harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa tenaga kerja, peralatan (processor) ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah-ubah (terutama operator dan bahan baku), maka penjadwalan merupakan proses yang dinamis.

Adapun tipe keputusan yang akan diperoleh dari pelaksanaan penjadwalan tersebut berupa:

• Pengurutan pekerjaan (sequencing)

• Penugasan (dispatching)

• Pengurutan operasi suatu job (routing)

• Penentuan waktu mulai dan selesai pekerjaan (timing)

Persoalan penjadwalan timbul apabila, beberapa pekerjaan (job) akan dikerjakan bersamaan, sedangkan sumber daya seperti mesin (peralatan) jumlahnya terbatas. Untuk mencapai hasil yang optimal dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka diperlukan adanya penjadwalan sumber-sumber tersebut secara efisien.

(10)

1. Job

Job dapat didiartikan sebagai suatu pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mendapatkan suatu produk. Job biasanya terdiri dari beberapa operasi yang harus dikerjakan (minimal 1 operasi). Manajemen melalui perencanaan yang telah dibuat atau berdasarkan pesanan dari pelanggan memberikan job kepada bagian shop floor untuk dikerjakan. Informasi yang dipunyai oleh suatu job

dilakukan didalamnya, saat harus diselesaikan dan saat job mulai dikerjakan. 2. Operasi

Operasi adalah himpunan bagian dari job, untuk menyelesaikan suatu job, operasi-operasi dalam job diurutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut ditentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operasi baru dapat dikerjakan apabila operasi atau proses yang mendahuluinya sudah dikerjakan terlebih dahulu. Setiap operasi mempunyai waktu proses, waktu proses (tij) adalah waktu pengerjaan yang diperlukan untuk melakukan

operasi tersebut. Waktu proses operasi untuk suatu job biasanya telah diketahui sebelumnya dan mempunyai nilai tertentu.

3. Mesin

Mesin adalah sumber daya yang diperlukan untuk mengerjakan proses penyelesaian suatu job. Setiap mesin hanya dapat memproses satu tugas pada saat tertentu.

2.2.2. Klasifikasi Penjadwalan

Permasalahan penjadwalan dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor: 1. Mesin:

- Mesin tunggal - 2 mesin - M mesin 2. Aliran proses:

- Job shop

(11)

3. Pola kedatangan: - Statis

- Dinamis

4. Elemen penjadwalan: - Deterministik - Stokastik

2.2.2.1. Berdasarkan Jumlah Mesin

Dibedakan menjadi dua bagian yaitu: 1. Penjadwalan pada mesin tunggal 2. Penjadwalan pada mesin ganda

2.2.2.2. Pola Aliran Proses

Pola aliran proses produksi dapat dibedakan atas: 1. Job shop

Pada aliran job shop, masing-masing job memiliki urutan proses operasi yang unik. Setiap job bergerak dari satu mesin/stasiun kerja menuju mesin/stasiun kerja lainnya dengan pola yang random. Lintasan prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini.

M1 M1 M1

J2

J1

Gambar 2.2. Lintasan Proses Job shop

(12)

- Proses penanganan material dan peralatan produksi multi-guna dapat diatur dan dimodifikasi untuk menangani produk yang berbeda.

- Produk-produk yang berbeda diproses dalam lot-lot atau batch.

- Pemrosesan order-order membutuhkan pengendalian dan perencanaan yang terperinci sehubungan dengan variasi pola-pola aliran dan pemisahan stasiun-stasiun kerja.

- Pengendalian membutuhkan informasi tentang job dan shop yang terperinci, meliputi urutan proses, prioritas order, waktu yang dibutuhkan oleh setiap job stasiun dari setiap job n process, kapasitas dari stasiun kerja dan kapasitas yang dibutuhkan dari stasiun kerja kritis pada suatu periode.

- Beban-beban stasiun kerja yang berbeda secara mencolok, masing-masing memiliki persentase utilitas kapasitas yang berbeda.

- Ketersediaan sumber-sumber meliputi: material, personal dan peralatan harus dikoordinasikan dengan perencanaan order.

- Sejumlah material work in process cenderung meningkat. Hal ini dalam aliran proses menyebabkan antrian-antrian dan work in process

yang panjang.

- Menggunakan teknik-teknik penjadwalan tradisional, total waktu dari awal operasi pertama sampai operasi terakhir, relatif panjang dibandingkan dengan total waktu operasi.

- Para pekerja langsung biasanya memiliki skill (keahlian) yang lebih tinggi dan lebih terlatih dari pada pekerja untuk operasi flow process.

Dua permasalahan utama yang hendak diselesaikan dengan menggunakan penjadwalan:

- Penentuan mesin yang akan digunakan (pengalokasian mesin) untuk menyelesaikan suatu proses produksi.

(13)

1. Flow shop yang cenderung memiliki keamanan urutan operasi (routing) untuk semua job.

Flow shop dibedakan atas:

- Pure flow shop, yaitu flow shop yang memiliki jalur yang sama untuk semua tugas. Lintasan prosesnya dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 2.3. dibawah ini.

M1

M1 M1

J1

Gambar 2.3. Lintasan Proses Pure Flow Shop

- General flow shop, yaitu flow shop yang memiliki pola aliran berbeda. Ini disebabkan adanya variasi dalam pekerjaan tugas, sehingga tugas yang datang tidak harus dikerjakan pada semua mesin. Jadi mungkin suatu proses dilewati. Lintasan prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.4. dibawah ini.

M1

M1 M1

J1

J2

Gambar 2.4. Llintasan Proses General Flow Shop

2.2.2.3. Pola Kedatangan Pekerjaan (Job) Pola kedatangan pekerjaan dapat dibedakan atas:

1. Pola kedatangan statis, yaitu pola dimana pekerjaan datang secara bersamaan dan semua fasilitas tersedia saat kedatangan job.

(14)

2.2.2.4. Sifat Informasi

Dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Informasi bersifat deterministik, yaitu suatu informasi yang didalamnya terdapat kepastian tentang pekerjaan dan mesin, misalnya mengenai waktu kedatangan pekerjaan dan waktu proses.

2. Informasi bersifat stokastok, yaitu model didalamnya terdapat kepastian mengenai pekerjaan dan mesin.

Informasi-informasi yang berhubungan dengan karakteristik job, yaitu saat kedatangan, batas waktu penyelesaian, perbedaan kepentingan diantara job yang dijadwalkan, banyak operasi dan waktu proses tiap operasi. Disamping itu terdapat pula informasi yang menyangkut karakteristik mesin seperti jumlah mesin, kapasitas, fleksibilitas serta efisiensi penggunaan yang berbeda untuk job

yang berbeda.

2.2.3. Input Sistem Penjadwalan

Dalam melakukan aktivitas penjadwalan diperlukan input berupa kebutuhan kapasitas dari order-order yang akan dijadwalkan baik itu jenis serta jumlah sumber daya yang akan digunakan. Informasi ini dapat diperoleh dari:

• Lembar kerja operasi (OPC) yang berisi keterampilan dan peralatan yang dibutuhkan, serta waktu standar pengerjaan.

Bill of Material (BOM) yang berisi kebutuhan-kebutuhan akan komponen, sub komponen dan bahan pendukung.

(15)

2.2.4. Output Sistem Penjadwalan

Untuk memastikan bahwa suatu aliran kerja yang lancer melalui tahapan produksi, maka sistem penjadwalan harus dibentuk aktivitas-aktivitas output

sebagai berikut:

1. Pembebanan (loading)

Pembebanan melibatkan penyesuaian kebutuhan kapasitas untuk order-order

yang diterima atau diperkirakan dengan kapasitas yang tesedia. Pembebanan dilakukan dengan menugaskan order-order pada fasilitas-fasilitas, operator-operator dan peralatan tertentu.

2. Pengurutan (sequencing)

Pengurutan ini merupakan penugasan tentang order-order dimana yang diprioritaskan untuk diproses dahulu bila uatu fasilitan harus memproses banyak job.

3. Prioritas job (dispatching)

Prioritas job merupakan prioritas kerja tentang job-job mana yang akan diseleksi dan diprioritaskan untuk diproses.

4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dilakukan dengan:

• Meninjau kembali status order-order pada saat melalui sistem tertentu.

• Mengatur kembali urutan-urutan, misalnya expediting, order-order

yang jauh dibelakang atau mempunyai prioritas utama.

(16)

Elemen-elemen input-output, prioritas dan ukuran kinerja dari sistem penjadwalan akan tampak seperti Gambar 2.5. dibawah ini.

Pemabatasan:

Ketersediaan kapasitas jangka pendek

Keterbatasan persediaan pengaman

Kebutuhan perawatanPembatasan urutan-urutan

Input kebutuhan kapasitas dari:Pesanan yang diterimaPermintaan jangka pendek

Keterampilan Peralatan Bahan baku Dll.

Ukuran Kinerja

Output jadwal terperinci tentang:

Pembebanan pesananUrutan-urutan pesananExpediting pesananUpdating and control

Variabel keputusan:Ukuran workforce

harian

Tingkat produksi harian

Penugasan pesananPrioritas

Sebagaimanan dinyatakan dalam lembar operasi dan BOM

Minimasi (biaya penjadwalan) = (biaya menganggur karena rendahnya utilitas) + (biaya karena pengiriman barang terlambat) + (biaya karena penyesuaian jadwal)

Gambar 2.5. Elemen-elemen Sistem Penjadwalan (Ginting;2007)

2.2.5. Istilah –istilah dalam Penjadwalan

Dalam melakukan sebuah penjadwalan, terdapat beberapa istilah yang digunakan diantaranya adalah:

Processing time (ti) : waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu

operasi termasuk persiapan dan pengaturan proses.

Due date (di) : batas waktu yang diperbolehkan untuk menyelesaikan

suatu pekerjaan.

Completion time (ci): rentang waktu mulai dari awal (t=0) sampai pekerjaan

selesai dikerjakan.

Lateness (Li) : perbedaan antara completion time dengan due date,

sehingga bisa positif (+) atau negatif (-).

Li = ci - di < 0 ……… (2.1)

(17)

Tardiness (Ti) : keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan dari saat due

date.

Slack time (Si) : waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerjaan (waktu

proses – due date).

Si = di – ti ………. (2.2)

Flow time (Fi) : waktu antarasaat dimana pekerjaan 1 telah siap untuk

dikerjakan sampai pekerjaan selesai.

Waiting time (Wi): waktu tungu pekerjaan 1 dari saat pekerjaan siap

dikerjakan sampai saat operasi pendahulu selesai.

Makespan (Ms) : jangka penyelesaian suatu penjadwalan (penjumlahan

seluruh waktu proses).

Ms = Cmax ……… (2.3)

Ready time (Ri) : menunjukan saat pekerjaan ke-I dapat dikerjakan (siap

dijadwalkan).

2.2.6. Tipe Lingkungan Penjadwalan

Lingkungan penjadwalan dalam suatu sistem produksi dapat dibedakan beberapa macam yang masing-masing mempunyai karateristik yang berbeda. Tipe-tipe lingkungan penjadwalan dalam sistem produksi, antara lain:

1. Classic Job Shop

Karakteristik sistem produksi ini adalah produknya diskrit, alirannya kompleks, job unik dan part-part tidak multi purpose (kegunaan).

2. Open Job Shop

Sistem produksi ini hanpir sama dengan job shop, tetapi perbedaannya pada

job yang berulang dan part yang multi purpose. Selain pada sistem produksi ini job-job yang dikerjakan sering kali mempunyai alternatif routing.

3. Batch Shop

(18)

4. Flow Shop

Proses produksinya bisa diskrit atau kontinyu, aliran linear, job mempunyai kemiripan yang tinggi, pengelompokkan dan penentuan ukuran lot menjadi suatu yang penting.

5. Batch/Flow Shop

Mirip dengan flow shop, dengan perbedaan mempunyai proses batch yang kontinyu.

6. Manufacturing Cell

Proses produksinya diskrit, mempunyai tipe open job shop atau batch shop

yang terotomatis. 7. Assembly Shop

Versi perakitan (Assembly Version) dari open job shop atau batch shop. 8. Assembly Line

Volume produksinya tinggi dan variasinya rendah. 9. Transfer Line

Sistem ini bercirikan volume produk sangat tinggi dan bervariasi rendah, fasilitas produksi yang linear dengan operasi yang terotomatis.

10.Flexible Transfer Line

(19)

2.3. Aturan Prioritas

Aturan prioritas digunakan untuk memenuhi job mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu (Baker; 1974) mengklasifikasikan aturan-aturan prioritas ke dalam 2 tipe, yaitu:

1. Aturan Prioritas Lokal

Pada autran prioritas ini penugasan didasarkan pada informasi yang berkaitan dengan job yang berada pada antrian suatu mesin secara individual. Aturan yang termasuk pada tipe ini adalah:

Shortest processing Time (SPT)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work in process, mean flow

serta mean lateness.

Least Work Remaining (LWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki sisa waktu yang terpendek.

First Come First Served (FCFS)

Most Work Remaining (MWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak.

Most Operation Remaining (MOPNR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak dan terpanjang.

2. Aturan Prioritas Global

Aturan prioritas global memanfaatkan informasi atau status dari mesin-mesin yang lainnya. Aturan yang tergolong tipe ini adalah:

Anticipates Work In Next Queue (AWINQ)

Prioritas tertinggi diberikan kepada operasi yang berbeda pada stasiun dengan antrian terpendek.

First Of First On (FOFO)

(20)

Selain itu juga pengklasifikasian aturan ini berdasarkan informasi-informasi yang bersifat dinamis (Baker; 1974), diantaranya:

1. Aturan statis

Tipe ini memandang setiap job mempunyai prioritas yang sama. Prioritas yang termasuk ke dalam tipe ini adalah:

First Arrival at The Shop Served (FASFS)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang tiba paling awal di shop.

Total Work (TWORK)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memilki total proses untuk seluruh operasi yang dilaksanakan paling sedikit.

Earliest Due Date (EDD)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memiliki due date paling cepat.

2. Aturan dinamis

Tipe ini memberikan prioritas yang berbeda untuk operasi-operasi yang berbeda pada suatu job. Aturan yang termasuk dalam tipe ini adalah:

Operation Due Date (OPNDD)

Due date operasi suatu job dapat ditentukan dari perbandingan interval

antara due date job dengan waktu kedatangan operasi. Disini prioritas tertinggi diberikan pada operasi due date tercepat.

First Come First Server (FCFS)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada operasi yang terlebih dahulu masuk ke dalam antrian suatu mesin.

Slact Time per Operation (ST/O)

Prioritas yang tertinggi diberikan pada job yang memiliki harga slack time per operation paling kecil.

Slack Time (ST)

(21)

Untuk menyelesaikan permasalahan job shop, banyak cara yang dapat digunakan diantaranya dengan metode matematis, heuristic dan simulasi. Kebanyakan ntuk menyelesaikan permasalahan ini digunakan metode heuristic, salah satunya adalah adanya priority rules. Biasanya priority rules ini dipakai baik untuk operation schedulling maupun dispatching. Ada beberapa aturan yang bisa digunakan dalam priority rules ini, yaitu:

1. Random

Memilih job dalam antrian dengan kemungkinan yang sama pada setiap job. 2. Critical Ratio (CR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki critical ratio terkecil. 3. Most Work Remaining (MWKR)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak. 4. Shortest Processing Time (SPT)

Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work in process, mean flow serta mean lateness.

5. Least Work Remaining (LWKR)

Aturan ini mempertimbangkan successiveoperation yaitu semua operasi yang tergantung dari operasi yang bersangkutan.

6. Least Set-Up (LSU)

Memilih job yang memiliki waktu set-up yang terkecil, dengan demikian akan meminimasi change over time (perubahan waktu yang berlebihan).

2.4. Kriteria Optimalitas dalam Penjadwalan

(22)

Process Time (ti)

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu operasi j, termasuk didalamnya wakt untuk persiapan (set-up).

Makespan (Ms)

Bisa diesbut juga flow time maksimum, yaitu jangka waktu penyelesaian suatu penjadwalan yang merupakan jumlah seluruh waktu proses.

Ms = ∑�=1……… (2.5)

Ready Time (rj)

Waktu yang dibutuhkan suatu job pada saat siap untuk dijadwalkan.

Due Date (di)

Batas waktu penyelesaian yang ditentukan untuk job i atau batas waktu akhir suatu job boleh diselesaikan.

di = ti + Wi ………. (2.6)

Waiting Time (Wi)

Waktu tunggu seluruh operasi dari suatu job.

Wi = ∑ � ……… (2.7)

Flow Time (Fi)

Lamanya job I berada dilantai pabrik. Flow time dihitung sejak job

dijadwalkan sampai job selesai dikerjakan.

Fi = ti + rj ………... (2.8)

Fi = Ci – rj ……….... (2.9)

Completion Time (Ci)

Waktu yang dibutuhkan sejak satu job mulai di set-up sampai selesai diproses.

Ci = Fi + rj ……….... (2.10)

Mean Flow Time

Rata-rata waktu yang dihabiskan oleh setiap job dilantai produksi.

Fs = 1

n∑ Fi n

t=1 ………. (2.11)

Lateness (Li)

(23)

Li = Ci – di ……….. (2.12)

Li < 0, saat penyelesaian memenuhi batas akhir.

Li > 0, saat penyelesaian melewati batas akhir.

Mean Lateness

LS =

Keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan hingga saat due date. Ditunjukan oleh lateness yang berharga positif. Jika lateness berharga negative maka besarnya tardiness adalah nol.

Ti = max (Li,0) ……… (2.14)

Mean Tardiness

Rata-rata keterlambatan seluruh job yang dijadwalkan.

Ts = 1

n ∑ Ti n

t=1 ………. (2.15)

Earliness (Ei)

Penyelesaian suatu job lebih awal dari due date atau lateness yang bernilai negatif.

Ei = min (Li,0) ………. (2.16)

Slack Time (Si)

Waktu sisa yang tersedia bagi suatu job.

Si = di – ti ……….... (2.17)

• Utilitas Mesin (U)

Merupakan bagian dari kapasitas mesin yang dibebani untuk menjalankan proses-proses yang dibutuhkan terhadap waktu yang tersedia.

U = ∑nn =1ti Cmax

……… (2.18)

Number of Tardy Job

Menunjukan kuantitas job yang terlambat.

Nt = ∑ni=1dt ……… (2.19) Dimana:

di = 1 jika Ti 0 ……….. (2.20)

(24)

Critical Ratio (CR)

Prioritas tertinggi diberikan kepada job yang memiliki CR terkecil.

C = ��(�)

�� ………. (2.22) Dimana:

aj(t) = dj – t ………. (2.23)

Keterangan: aj(t) = allowance

dj = due date

Pj = waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan operasi j, sehingga:

Pj = aj(t) – Sj ………. (2.24)

Sj = slack time

Sedangkan kriteria optimalisasi penjadwalan yang sering digunakan pada saat ini adalah:

a. Berkaitan dengan waktu - Minimasi mean flow time

- Minimasi max flow time

- Minimasi mean tardiness

- Minimasi meanlateness

- Minimasi max tardiness

b. Berkaitan dengan ongkos

Kriteria ini lebih menekankan pada ongkos yang timbul dari penjadwalan yang dilakukan seperti ongkos penalty akibat keterlambatan, ongkos flow time dan ongkos inventory. Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mendapatkan ongkos yang minimal.

Beberapa kriteria yang berkaitan secara langsung terhadap ongkos ini adalah: - Minimasi jumlah produk yang mengalami keterlambatan

(25)

c. Kriteria gabungan

Merupakan gabungan atau kombinasi dari beberapa optimalitas. Sedangkan mengelompokkan beberapa besaran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu penjadwalan (Simon; 1982) adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan waktu penyelesaian

• Minimasi maksimal makespan

• Minimasi rata-rata makespan

• Minimasi waktu penyelesaian maksimal 2. Berdasarkan batas penyelesaian

• Minimasi maksimal keterlambatan

• Minimasi rata-rata waktu keterlambatan

• Minimasi jumlah job yang terlambat

• Minimasi rata-rata jumlah job yang terlambat 3. Berdasarkan penggunaan sumber

• Rata-rata jumlah job yang menunggu untuk diproses

• Rata-rata waktu mesin menunggu

2.5. Klasifikasi Penjadwalan

Penjadwalan terbagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Single Machine Schedulling

a. Shortest Processing Time (SPT) b. Earliest Due Date (EDD)

c. Minimazing Number of Job Tardy

2. Flow Shop Schedulling

- Johnson Algorithm 3. Job Shop Schedulling

(26)

2.6. Job ShopSchedulling

Penjadwalan job shop adalah pengurutan pekerjaan untuk lintasan produk yang tidak beraturan (tata letak pabrik berdasarkan proses). Penjadwalan pada proses produksi tipe job shop lebih sulit dibandingkan dengan penjadwalan flow shop. Hal ini disebabkan oleh 3 alasan, yaitu:

1. Job shop menangani variasi produk yang sangat banyak, dengan pola aliranyang berbeda-beda melalui work center.

2. Peralatan pada job shop digunakan secara bersama-sama oleh bermacam-macam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan flow shop digunakan khususnya hanya untuk satu jenis produk.

3. Job yang berbeda mungkin ditentukan oleh prioritas yang berbeda pula. Hal ini mengakibatkan order tertentu yang dipilih harus diproses seketika pada saat order tertentu yang dipilih harus diproses seketika padaa saat order

tersebut ditugaskan pada suatu work center. Sedangkan pada flow shop tidak terjadi permasalahan seperti diatas karena keseragaman output yang diproduksi untuk persediaan. Prioritas order pada flow shop dipengaruhi terutama pada pengirimannya dibandingkan tanggal pemrosesan.

Ukuran keberhasilan dari suatu pelaksanaan aktivitas penjadwalan khususnya penjadwalan job shop adalah meminimasi kriteria-kriteria keberhasilan sebagai berikut:

1. Rata-rata waktu alir (mean flow time) sksn mengurangi persediaan barang setengah jadi.

2. Rata-rata keterlambatan (mean tardiness).

3. Jumlah job yang terlambat, akan meminimasi dari maksimum ukuran keterlambatan.

(27)

Masalah yang terjadi pada penjadwalan dapat diselesaikan dengan cara: 1. Sequencing, dapat diselesaikan dengan metode:

a. Priority rule

b. Queue

2. Timing, awal dan akhir tiap job dihitung berdasarkan pada urutan, routing dan waktu proses.

Metode-metode yang dapat digunakan dalam penyelesaian masalah penjadwalan: a. Heuristik

b. Matematis c. Simulasi

2.6.1. Ruang Jawab Persoalan Penjadwalan Job Shop

Persoalan job shop mempunyai ciri khas yaitu aliran penjadwalan pekerjaan dalam shop tidak searah. Persoalan ini biasanya membutuhkan matriks waktu proses yang menyatakan waktu pemrosesan tiap opeasi dari suatu job dan matriks

routing yang menunjukan urutan mesin untuk mengerjakan beberapa operasi dari suatu job. Penyelesaian persoalan n job m mesin pada lintasan produksi job shop

(n!)m jadwal, suatu jadwal dikatakan layak jika memenuhi kriteria: 1. Tidak ada overlap diantara waktu serta proses operasi.

2. Hubungan ketergantungan antar operasi setiap job tidak dilanggar.

Jadwal yang layak tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Backer; 1974): 1. Jadwal Feasible

(28)

2. Jadwal Semi Aktif

Jadwal semi aktif diperoleh jika tidak ada satu operasi pun yang dapat dikerjakan lebih awal tanpa mengubah susunan operasi lainnya. Penjadwalan ini diusulkan oleh Giffler dan Thompson.

3. Jadwal Aktif

Jadwal aktif adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun operasi dapat dipindahkan lebih awal tanpa menunda operasi lain dengan aturan prioritas SPT (Short Processing Time) yaitu prioritas diberikan kepada pekerjaan yang memiliki waktu paling singkat dijadwalkan pada urutan pertama, kemudian diikuti job yang terbesar.

Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:

Pst = Suatu jadwal parsial yang mengandung sejumlah t operasi yang telah

dijadwalkan. t = Stage (tahap)

Rj = Saat paling awal dimana operasi j∈ st siap dijadwalkan atau dikerjakan Cj = Saat paling awal operasi j∈ st dapat diselesaikan dimana J = Rj + tij

tij = Waktu pemrosesan operasi dari job ke i pada operasi ke j. Saat paling

awal, yaitu suatu operasi dapat dimulai (Rj*) pada mesin m ditentukan

oleh penyelesaian dari operasi pendahulunya (j-i) dan penyelesaian operasi terakhir pada mesin m, sehingga berlaku Rj* = max (Rj-1,tm).

• Algoritma jadwal aktif adalah sebagai berikut:

Step 1 : t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parsial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap

dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu. Step 2 : Tentukan r* = min (rj) diaman rj adalah saat paling awal operasi j

dapat diselesaikan (rj = cj + tij). Tentukan m*, yaitu mesin di

mana r* dapat direalisasi.

Step 3 : Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan

(29)

Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst

sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap berikutnya. Step 4 : Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki

kumpulan data dengan cara: - Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung

operasi k yang telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

Step 5 : Kembali ke langkah 2 sampai seluruh pekerjaan terjadwalkan.

4. Jadwal Non Delay

Jadwal non delay adalah kumpulan jadwal feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut.

Adapun langkah-langkah dari metode ini adalah:

• Notasi-notasi yang dihunakan dalam teknik ini adalah sebagai berikut: Pst = Suatu jadwal parsial yang mengandung sejumlah t operasi yang

telah dijadwalkan. t = Stage (tahap)

Rj = Saat paling awal dimana operasi j∈ st siap dijadwalkan atau

dikerjakan

Cj = Saat paling awal operasi j∈ st dapat diselesaikan dimana J = Rj + tij

tij = waktu proses pekerjaan i pada operasi j.

• Algoritma jadwal non delay ini adalah sebagai berikut:

Step 1 : t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap

(30)

Step 2 : Tentukan c* = min (cj) diaman cj adalah saat paling awal operasi

j dapat mulai dikerjakan. Tentukan m*, yaitu mesin di mana c* dapat direalisasi.

Step 3 : Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan

memiliki cj = c* untuk suatu aturan prioritas tertentu.

Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst

sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap berikutnya. Step 4 : Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki

kumpulan data dengan cara: - Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung

operasi k yang telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

Step 5 : Kembali ke langkah 2 sampai seluruh pekerjaan terjadwalkan.

2.6.2. Asumsi Dasar Penjadwalan

Dalam menyelesaikan suatu masalah penjadwalan biasanya diberlakukannya beberapa asumsi yang menyangkut karakteristik tugas, operasi mesin yang digunakan dan waktu proses. Hal ini dimaksudkan untuk menyederhanakan masalah penjadwalan itu sendiri. Asumsi-asumsi dasar tersebut (Baker; 1974), antara lain:

1. Karakteristik job

Job terdiri dari urutan operasi yang telah ditentukan.

• Suatu operasi hanya bisa dikerjakan pada satu tipe mesin dari setiap tipe mesin dalam shop.

• Waktu proses diketahui dengan pasti seperti halnya due date.

• Urutan waktu set-up bersifat independen dan waktu transportasi antar mesin dapat diabaikan.

• Operasi yang sedang dikerjakan pada mesin tidak dapat di interupsi.

• Operasi tidak dapat dimulai sampai operasi pendahulunya diselesaikan.

(31)

• Setiap part (bagian) hanya dapat diproses di suatu mesin pada satu mesin.

2. Karakteristik operasi

• Setiap operasi merupakan satu kesatuan, walaupun mungkin terdiri dari beberapa unit.

• Setiap operasi yang telah dimulai pengerjaannya pada suatu mesin harus diselesaikan.

• Setiap operasi tidak boleh diproses lebih dari satu mesin pada waktu yang sama.

• Setiap operasi dikerjakan menurut yang telah disusun dan tidak didasarkan pada urutan lainnya.

• Setiap operasi boleh diproses satu kali pada mesin yang sama.

• Setiap operasi dapat diproses pada beberapa jenis mesin yang mampu melaksanakan operasi tersebut.

• Setiap job hanya mempunyai satu routing dalam memproses operasional.

3. Karakteristik mesin

• Setiap mesin hanya memproses satu tugas pada suatu saat tertentu.

• Setiap mesin secara kontinyu siap untuk dibebani tugas selama proses.

• Penjadwalan apabila tidak mengalami interupsi akibat kerusakan atau perawatan.

• Setiap mesin operasi sesuai dengan informasi waktu dan distribusi yang diketahui secara tepat.

4. Karakteristik waktu proses

• Waktu proses telah dikerahui baik rata-rata maupun distribusinya.

• Waktu proses independen terhadap jadwal, artinya urutan set-up time.

• Bersifat independen dan move time antara mesin dapat diabaikan.

(32)

2.6.3. Penjadwalan Produk Berstruktur Multi Level

Berdasarkan strukturnya, setiap produk dapat dibedakan atas produk yang berstruktur satu level dan produk yang berstruktur multi level. Produk-produk yang berstruktur satu level biasanya disebut juga sebagai komponen tunggal yaitu produk-produk yang hanya membubuhkan serangkaian operasi pemesinan dengan urutan proses (routing) tertentu.

Produk-produk ynag mempunyai struktur multi level terdiri dari sejumlah

part (komponen) yang harus diproses melalui serangkaian operasi pemesian dan peralatan hingga menjadi produk akhir. Billington et.al (1983) menggambarkan struktur produk seperti pada Gambar 2.6. dibawah ini.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.6. Empat Macam Struktur Produk

(a) seri: satur produk pada satu level; (b) parallel: multi produk satu level dengan proses seri; (c) assembly: satu produk multi level, tidak terjadi pengamanan komponen; (d)

general: satu produk multi level, terjadi kesamaan komponen.

(33)

2.6.4. Matriks Routing dan Matriks Waktu Untuk Persoalan Job Shop

Dalam penjadwalan job shop diperlukan input berupa jmlah job, jumlah operasi dalam tiap job dan urutan operasi beserta mesin yang memprosesnya (routing). Hal ini ditampilkan dalam bentuk matriks waktu proses yang menyatakan urutan mesin yang memproses tiap-tiap urutan operasi.

Suatu penjadwalan digambarkan dengan susunan balok-balok, dimana setiap balok merupakan triplet dari job-operasi-mesin. Panjang balok menyatakan waktu proses pekerjaan yang bersangkutan. Notasi triplet yang digunakan tiap balok (I,j,k) dimana I menunjukan nomor pekerjaan, j menyatakan urutan pekerjaan dan k mewakili mesin yang diperlukan. Masalah penjadwalan ini di deskripsikan secara grafis dengan menggunakan skala gantt chart. Contoh matriks waktu proses dan matriks routing mesin (Baker; 1974) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1. Matriks waktu proses

Job Operasi

1 2 3

1 3 2 4

2 4 4 1

3 2 2 3

4 3 3 3

Tabel 2.2. Matriks routing

Job Operasi

1 2 3

1 2 3 1

2 1 3 2

3 2 4 3

4 3 1 2

(34)

mempresentasikan satu operasi j dari job I diproses dimesin k dan tijk untk

memepresentasikan waktu proses operasi j dai job i diproses di mesin k.

Setelah input dari masing-masing telah didefinisikan, proses selanjutnya adalah penugasan operasi job dari tiap mesin. Penugasan ini mempunyai aturan yang bermacam-macam dan penggunaannya biasanya ditentukan oleh kebijakan manajemen berdasarkan sistem produksinya serta kriteria optimalitas yang diinginkan.

2.6.5. Teknik Penyelesaian Masalah Job Shop

Dalam penyelesaian masalah job shop dapat menggunakan beberapa teknik pendekatan, daitara teknik tersebut adalah:

1. Teknik pendekatan optimal

Teknik pendekatan optimal merupakan pendekatan yang memberikan solusi terbaik terhadap suatu permasalahan ditinjau dari kriteria tertentu. Pendekatan optimal memiliki 2 metode, yaitu metode program integer dan metode branch and bound. Namun kedua metode ini memiliki tingkat kesukaran yang tinggi dan belum tentu menghasilkan jadwal yang benar-benar optimal.

2. Teknik pendekatan heuristik

Tekni pendekatan heuristik digunakan dalam masalah penjadwalan untuk jumlah operasi lebih kompleks dengan waktu penyelesaian yang relatif lebih cepat. Walaupun pendekatan heuristik tidak menghasilkan jadwal yang optimal, namun pendekatan heuristik dapat menghasilkan jadwal yang baik dan mendekati optimal. Teknik pendekatan heuristik terbagi atas:

Priority dispatching rules

(35)

memilih salah satu operasi diantara operasi-operasi yang mengalami konflik pada mesin m* pada setiap tahap.

Sampling procedures

Probabilistic dispatching procedures

2.7. Metode Penjadwalan

Proses perancangan algoritma penjadwalan dengan memperhatikan aktivitas perawatan pencegah merupakan pengembangan dari rancangan algoritma penjadwalan heuristik yang telah dikenal antara lain:

1. Meode Forward

Metode ini menjadwalkan proses kerja dalam setiap sumber daya mulai sejak awal produksi (saat t=0) sampai dapat diselesaikannya suatu produk direncanakan. Tujuan dari metode ini adalah menjadwalkan produksi apabila titik waktu mulainya telah ditentukan sebelumnya dan tidak diberikan batas waktu harus diselesaikannya keseluruhan suatu produk. Kelebihan metode ini adalah bahwa penjadwalan dapat disusun secara short processing time (SPT) sehingga didapat suatu penjadwalan produksi dengan flow time yang minimum. Kelemahan dari metode ini adalah karena titik awal ditentukan terlebih dahulu, maka ada resiko keterlambatan sehingga dapat menimbulkan kerugian berupa penalty cost dan kepercayaan konsumen, selain itu jika selesai sebelum due date maka ada ongkos simpan.

2. Metode Backward

(36)

bahwa penjadwalan tidak dapat mendeteksi adanya sumber daya yang menganggur sehingga utilitas sumber daya yang ada tidak dapat maksimum. Selain itu ada kemungkinan menghasilkan penjadwalan yang tidak fleksibel yaitu wajtu mulai proses pertama kali sudah terlewat dari waktu sekarang (waktu saat menjadwalkan).

3. Metode Kompromi

Metode ini merupakan gabungan antara metode forward dan metode

backward, sehingga dari penggabungan metode tersebut maka dapat mereduuksi kelemahan metode masing-masing. Tujuan dari metode ini adalah membentuk suatu penjadwalan dengan flow time yang minimum, dapat memenuhi due date serta memiliki tingkat utilitas sumber daya yang maksimum. Kelebihan dari metode ini adalah adanya beberapa kriteria optimalisasi yang dapat tercakup langsung dengan metode tersebut, yaitu minimasi flow time, pemenuhan due date, maksimasi utilitas sumber daya. Kelemahanya adalah bahwa metode ini lebih rumit perhitungan serta masih belum mampu mendeteksi kriteria optimalisasi minimasi ongkos produksi.

4. Metode Forced

(37)

2.8. Gantt Chart

Gantt chart atau yang disebut juga bar chart yang dikembangkan oleh Henry Gantt sekitar tahun 1900. Chart ini terdiri dari da koordinat aksis, dimana satu aksis mempresentasikan waktu yang telah dilalui dan aksis lainnya mempresentasikan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Pekerjaan ini dinyatakan dalam bentuk batangan.

Gantt chart memiliki keuntungan dalan kelemahan pula, yang diantaranya: Keuntungan Gantt Chart adalah:

• Dalam situasi keterbatasan sumber, penggunaan Gantt chart memeungkinkan evaluasi lebih awal mengenai penggunaan sumber daya yang telah direncanakan.

• Kemajuan pekerjaan mudah diperiksa pada setiap waktu karena sudah tergambar dengan jelas.

• Semua pekerjaan diperlihatkan secara grafis dalam suatu peta yang mudah dipahami.

Kelemahan Gantt Chart adalah:

• Saling ketergantungan antar aktivitas

• Perkembangan proyek

• Ketidakpastian

Makespan = 36

4 8 4 6 12 2

(38)

37

Bab 3

Metodologi Penelitian

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah 3.1.1. Flowchart Penelitian

Berikut ini adalah flowchart atau metodologi penelitian yang dilakukan dalam melakukan penelitian:

Mulai

Pengamatan di Perusahaan

Studi Literatur

Pengumpulan Data: 1. Data Umum Perusahaan 2. Data Jam Kerja

3. Data Produk

4. Data Mesin yang digunakan 5. Data Proses Produksi 6. Data Waktu Proses

Pengolahan Data:

1. Identifikasi routing (proses, job, waktu dan mesin) 2. Penjadwalan yang dilakukan di perusahaan 3. Penjadwalan dengan algoritma jadwal aktif 4. Penjadwalan dengan algoritma jadwal non delay

5. Gantt chart

Perbandingan optimalitas atau performansi makespan dari ketiga penjadwalan yang

telah dilakukan.

Analisis

Kesimpulan dan Saran

Selesai

(39)

38

3.1.2. Flowchart Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Shortest Processing Time)

Mulai

t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parsial yang mengandung t operasi terjadwal). Set St (yaitu kumpulan

operasi yang siap dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

Tentukan r* = min (rj) diaman rj adalah saat paling awal operasi j dapat diselesaikan (rj = cj + tij).

Tentukan m*, yaitu mesin di mana r* dapat direalisasi.

Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan memiliki cj < r* untuk suatu aturan prioritas

tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst sehingga terbentuk suatu jadwal

parsial untuk tahap berikutnya.

Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dari St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang telah dihilangkan

- Menambah satu pada t.

Seluruh pekerjaan terjadwalkan?

Selesai Ya

Tidak

Gambar Gantt Chart

(40)

39

3.1.3. Flowchart Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma Jadwal Non Delay

Mulai

t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parial yang mengandung t operasi terjadwal). Set St (yaitu kumpulan

operasi yang siap dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

Tentukan c* = min (cj) diaman cj adalah saat paling awal operasi j dapat mulai dikerjakan. Tentukan m*,

yaitu mesin di mana c* dapat direalisasi.

Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan memiliki cj = c* untuk suatu aturan

prioritas tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst sehingga

terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap berikutnya.

Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dari St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang telah dihilangkan

- Menambah satu pada t

Seluruh pekerjaan terjadwalkan?

Selesai Ya

Tidak

Gambar Gantt Chart

(41)

40

3.2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah

3.2.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan diperlukan adanya tahapan-tahapan kegiatan penelitian yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut:

1. Pengamatan di perusahaan, pada tahap ini peneliti melakukan penelitian langsung di perusahaan PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA, yaitu mempelajari dan memahami tentang proses pembuatan produk Ass Mesin Jahit dan Baut Bearing yang berhubungan dengan penelitian. Serta melakukan pengidentifikasian dan perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian.

2. Melakukan studi literatur yang mengacu dari berbagai sumber, baik dari buku maupun tugas akhir yang dijadikan referensi untuk memperoleh data dan teori-teori yang dibutuhkan untuk mendukung dalam melakukan penelitian. 3. Melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan masalah

penjadwalan ini. Adapun data-data yang diperlukan yaitu sebagai berikut:

• Data umum perusahaan.

• Data jam kerja.

• Data produk yang dibuat pada periode tertentu sesuai dengan order .

• Data mesin-mesin yang dipakai.

• Data proses produksi.

• Data waktu proses.

4. Melakukan pengolahan data terhadap data yang telah dikumpulkan, dengan langkah-langkah dari metode ini adalah sebagai berikut:

• Identifikasi routing (proses, job, waktu dan mesin).

• Penjadwalan awal yang dilakukan oleh perusahaan.

• Penjadwalan pekerjaan (job) mesin dengan metode algoritma jadwal aktif. Metode algoritma jadwal aktif adalah kumpulan jadwal feasible

(42)

41

Time) yaitu prioritas diberikan kepada pekerjaan yang memiliki waktu paling singkat dijadwalkan pada urutan pertama, kemudian diikuti job

yang terbesar.

• Penjadwalan pekerjaan (job) mesin dengan metode algoritma jadwal non delay. Metode algoritma jadwal non delay adalah kumpulan jadwal

feasible dimana tidak satupun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang memerlukan mesin tersebut. Jika ada mesin yang digunakan secara bersama-sama maka aturan yang digunakan adalah aturan SPT.

• Menggambar Gantt Chart. Gantt Chart (Bar Chart) terdiri dari dua koordinat aksis dimana satu aksis mempresentasikan waktu yang telah dilalui dan aksis lainnya mempresentasikan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Pekerjaan ini dinyatakan dalam bentuk batang.

5. Melakukan analisis secara deskriptif terhadap hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan pada penjadwlana proses pembuatan produk dan yaitu penjadwalan yang dilakukan perusahaan, penjadwalan dengan algoritma jadwal aktifdengan aturan prioritas SPT dan penjadwalan dengan algoritma jadwal nondelay.

(43)

42

3.2.2. Langkah-langkah Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma Jadwal Aktif Berdasarkan SPT (Shortest Processing Time)

1. Mulai pada t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parsial yang mengandung t operasi

terjadwal). Set St (yaitu kumpulan operasi yang siap dijadwalkan) sama

dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

2. Tentukan r* = min (rj) diaman rj adalah saat paling awal operasi j dapat

diselesaikan (rj = cj + tij). Tentukan m*, yaitu mesin di mana r* dapat

direalisasi.

3. Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan memiliki cj <

r* untuk suatu aturan prioritas tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap

berikutnya.

4. Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data

dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang

telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

(44)

43

3.2.3. Langkah-langkah Metode Penjadwalan Priority Dispatching Algoritma Jadwal Non Delay

1. t = 0, Pst = 0 (yaitu jadwal parial yang mengandung t operasi terjadwal). Set St

(yaitu kumpulan operasi yang siap dijadwalkan) sama dengan seluruh operasi tanpa pendahulu.

2. Tentukan c* = min (cj) diaman cj adalah saat paling awal operasi j dapat

mulai dikerjakan. Tentukan m*, yaitu mesin di mana c* dapat direalisasi. 3. Untuk setiap operasi dalam Pst yang memerlukan mesin m* dan memiliki cj =

c* untuk suatu aturan prioritas tertentu. Tambahkan operasi yang prioritasnya paling besar ke dalam Pst sehingga terbentuk suatu jadwal parsial untuk tahap

berikutnya.

4. Membuat suatu jadwal parsial baru Pt+1 dan memperbaiki kumpulan data

dengan cara:

- Menghilangkan operasi j dar St

- Membuat St+1 dengan cara menambah pengikut langsung operasi k yang

telah dihilangkan - Menambah satu pada t.

(45)

Bab 4

Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpulan Data

4.1. 1. Sejarah Umum Perusahaan

4.1.1.1. Sejarah Umum PT. Sinar Sakti Matra Nusantara

MATRA MACHINERY SERVICES bermula dari sebuah bengkel kecil di Bandung pada bulan Juli 1969 seluas 30 m2 dengan empat orang mekanik. Lima belas tahun kemudian secara hukum didirikan CV. MATRA (akte Notaris Melly Nathanael SH No. 10/9 Agustus 1984-Bandung).

Tujuh tahun kemudian, sesuai dengan perkembangan status hokum perusahaan ini ditingkatkan menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan nama PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA, akte notaries Sabar Pertakoesoema SH No. 31/20 Mei 1991 Bandung. Kemudian setelah melalui beberapa perubahan diubah kembali dan terakhir diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor urut 3223, tambahan Berita Negara Republik Indonesia tanggal 2 April 2002 Nomor 27, Keputusan Mentri Kehakiman dan Hak Azasi Manusia Nomor C-16144 HT.01.04 tahun 2001 tanggal 30 Oktober 2001. Selanjutnya berdasarkan keterangan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA nomor 08 tanggal 09 Pebruari 2009 Notaris. R. Sabar Partakoesoema, SH. diadakan perubahan Pemegang Saham dan Komisaris yang baru.

Saat ini, berkat upaya dan kerja keras dari seluruh karyawan dan manajemen, MATRA telah dikenal sebagai salah satu bengkel permesinan besar di Indonesia berstandar tinggi yang ditangani oleh lebih dari 100 tenaga kerja terampil untuk melayani kelanjutan kegiatan dunia industri.

MATRA memberikan pelayanan permesinan yang mencakup: 1. Pelayanan perbaikan turbin

(46)

Melalui pelayanannya, MATRA telah berhasil menciptakan efisiensi yang maksimal dalam waktu dan biaya bagi para klien karena seluruh pekerjaan dilaksanakan secara lokal di Bandung, Indonesia dan sesuai dengan standar internasional. Untuk memenuhi tujuan ini, MATRA secara berkelanjutan terus meningkatkan keterampilan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan dan seminar serta melakukan investasi pada peralatan dan mesin terbaru pada CNC, FMS dan Machining Center.

Seiring dengan perkembangan teknologi, demi kenyamanan klien, kami juga memberikan konsultasi on-line secara cuma-cuma melalui internet.

Setelah berkecimpung selama lebih dari tiga dekade, kami merasa berbahagia bahwa kami telah berhasil menyumbangkan solusi terbaik kepada para klien kami mulai dari toko donat, pabrik tekstil sampai instalasi besar di luar Pulau. Termasuk juga industri pertahanan seperti, TNI, PINDAD, serta PLN dan perusahaan industri asing maupun domestik ternama lainnya.

4.1.1.2. Kapasitas dan Kemampuan Perusahaan a. Pelayanan Perbaikan Turbin

Melalui perpaduan antara keahlian dan know-how dunia teknologi turbin internasional, MATRA memberikan pelayanan inspeksi turbin, pemeliharaan dan overhaul serta produksi dan penggantian suku cadang serta rotating equipment.

Klien kami terutama datang dari berbagai sektor industri seperti pembangkit listrik, pabrik gula, petrokimia, pupuk, pulp dan kertas, pertambangan serta bidang-bidang lainnya.

Tidak masalah apakah menyangkut pembangkit tenaga generator atau turbin, tim kami selalu siap untuk memberikan pelayanan servis yang memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan teknologi yang berstandar internasional.

(47)

diperbaiki untuk kemudian mengembalikannya kepada kondisi yang prima dan memastikan bahwa turbin tersebut berfungsi dengan maksimal kembali.

Pelayanan perbaikan turbin terdiri dari:

- Pemeriksaan menyeluruh pada seluruh unit dan servis diagnostik. - Identifikasi dan perbaikan kerusakan dalam sistem pemeliharaan. - Pembersihan secara mekanik dan kimiawi.

- Reparasi shaft turbin dengan welding, powder, metal spray, ceramic coating

dan hardchrome plating. - Balancing.

- Laporan evaluasi kondisi untuk seluruh pekerjaan mesin dan instrumentasi terkait dilengkapi dengan sertifikasi pengetesan sesuai dengan kebutuhan. Perbaikan lainnya yang berhubungan dengan turbin, selain itu pula MATRA menerima pembuatan part turbine seperti:

- Disc

- Carbon ring

- Seal diaphragm

- Trip body

- Labyrinth

- Housing turbine

- Sudu - Bearing

- Shaft

Semua pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan kemampuan permesinan yang berpresisi tinggi, mulai dari penentuan jadwal kerja dan anggaran kerja sampai dengan penyelesaian pekerjaan.

b. Pelayanan Perbaikan Mekanikal

MATRA memberikan pelayanan perbaikan mekanikal termasuk inspeksi, full service dalam reparasi atau overhaul serta pemeliharaan:

(48)

- Reparasi journal bearing, rekondisi motor dan generator.

- Pembuatan gear, shaft, bushing, perlengkapan peralatan serta asesoris lainnya.

Pada dua dekade terakhir, MATRA telah memberikan pelayanan perbaikan mekanikal dalam berbagai bidang industri seperti tekstil, kertas, minyak, sumber daya energi dan sebagainya.

Teknisi berpengalaman MATRA memberikan pelayanan pembongkaran dan pemasangan on site, perbaikan dan pemeliharaan berbagai jenis katup (Valve) yang terdapat di dunia industri. Pelayanan perbaikan meliputi pelapisan

hardchrome plating, rubber, penggantian parts, uji khusus performa dan tes tekanan untuk jenis katup: Globe Valves, Gate Valves, Plug Valves, Butterfly Valves, dan lain sebagainya.

Semua jenis katup yang telah diperbaiki sesuai dengan spesifikasi kemudian dilakukan uji tekan udara serta tes hidro untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Pada akhirnya katup akan dipasang kembali dan dilapisi anti corrosion painting yang tahan panas.

c. Tooling Services

Berbekal pengalaman kami dalam Turbine Services dan Mechanical Services selama lebih dari dua dekade, peralatan bantu (Tooling) merupakan suatu produk yang telah memberikan kontribusi atas ketelitian dan keakuratan produk yang kami hasilkan selama ini.

Assembly atau Dis-assembly Tools, Special Equipment Tools, Supporting Tools yang kami pergunakan selama ini menjadi keahlian tersendiri bagi kami selama ini dan sejenis peralatan yang sama juga digunakan pada industri besar dalam membantu meningkatkan kinerja produk baik dalam indusri perminyakan, otomotif, train maupun aircraft production & maintenance.

Dengan berbekal keahlian dan pengalaman tersebut, kamipun memiliki kemampuan melakukan rekayasa dan manufaktur dalam berbagai peralatan untuk mendukung industri besar yang bergerak dibidang produksi &

(49)

- Assembly & Dis-assembly Tools untuk Turbine & Aircraft Engines

- Ground Support Equipment, Scaffolding, Docking dsb.

- Transportation Equipments, Troulley, Sling, Engine Stand dsb. - Test Equipment, Special Purpose Tools & Equipment

- Jig & Fixtures

d. Konsultasi Teknis

Demi kelancaran dan kenyamanan komunikasi, MATRA menyediakan juga kemudahan bagi anda berupa konsultasi teknis secara cuma-cuma, melalui telepon, fax dan internet.

Masalah permesinan dan turbin diantaranya yang menyangkut program proses produksi, evaluasi penggunaan suku cadang atau peralatan permesinan untuk pabrik, perbaikan dan pemeliharaan mesin-mesin industri, dapat dikomunikasikan untuk dicarikan solusi terbaik bagi perusahaan yang menjadi klien.

4.1.1.3. Fasilitas

Perusahaan MATRA dilengkapi State Of The Facilities untuk mendukung seluruh pekerjaan, baik Turbine Services, Mechanical Services dan Tooling Services adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jenis-jenis Mesin MATRA

Nama Mesin Jenis Mesin Jumlah

Unit

(50)

Nama Mesin Jenis Mesin Jumlah Unit

Drilling Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 14 Jig Boring Machine-Manex Turbine,Mechanical and Tooling Services 1 Corter Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 5 Honing Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 3 Conred Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 2 Sawing Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 4 Polishing Machine Danit Turbine,Mechanical and Tooling Services 1 Grafier Machine 1:10 Turbine,Mechanical and Tooling Services 1 Tapping Machine Turbine,Mechanical and Tooling Services 1

SMAG Electric-National Welding Process 1

TIG-Messer Griesheirn Welding Process 1

MIG-Messer Griesheirn Welding Process 1

Powder Spray Surface Treatment 2

Wire Spray-Metco USA Surface Treatment 1

Normalizing Surface Treatment 1

Induction Hardening Surface Treatment 1

Carbonizing Surface Treatment 1

Heat Treatment Surface Treatment 1

4.1.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA memiliki struktur organisasi perusahaan yang merupakan susunan kepengurusan atau pengelola dari suatu organisasi, himpunan ataupun kelompok kerja. Struktur ini sangatlah menentukan untuk kelancaran kerja, dimana hubungan antara pimpinan dengan bawahan diatur dengan sebaik-baiknya. Disamping itu juga berguna untuk mengatur atau menjelaskan wewenang pekerjaan masing-masing badan atau seksi agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau kesalahpahaman dalam melaksanakan pekerjaan.

(51)

sangat berperan sekali dalam keberhasilannya melakukan meningkatkan produksi PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA.

Adapun struktur organisasi PT. SINAR SAKTI MATRA NUSANTARA ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan. Keterangan Gambar dan Struktur Organisasi Perusahaan:

• Keuangan terdiri dari 4 orang

• Accounting terdiri dari 3 orang

• Quality Control terdiri dari 3 orang

• Supervisor terdiri dari 3 orang

• Marketing terdiri dari 5 orang

• Kepala Seksi terdiri dari 7 orang.

Direktur Utama Assisten Direksi

Diektur Operasional

Manajer Bengkel PemasaranManajer Personalia & UmumManaj / Ass Manaj Manajer

Gambar

Gambar 2.1. Sistem Perencanaan Produksi (Heizer; 1993)
Gambar 2.2. dibawah ini.
Gambar 2.4. Llintasan Proses General Flow Shop
Gambar 2.5. Elemen-elemen Sistem Penjadwalan (Ginting;2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait