• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI PAJAK, TAX GAP DAN COMPILANCE COST SUATU USULAN UNTUK MENGUKUR KINERJA ORGANISASI PAJAK DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS POTENSI PAJAK, TAX GAP DAN COMPILANCE COST SUATU USULAN UNTUK MENGUKUR KINERJA ORGANISASI PAJAK DAERAH"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

POTENSI

PAJAK,

TAX

GAP

DAN

SUATU USULAN UNTUK MENGUKUR

ORGANISASI

PAJAK

DAERAH

Azhari

A

Samudrai

Abstract: Managemenl of road traffict which bad in some large cities nesia caused the emergence of vehicle limitation. Although, this idea makes the decline of tax which is received by local govennent. Kompas, gth and gth October 2007, inteNiewed local goverment olficial in

jakaia

and concluded that goverment had no way out to solve that problem, except immediately goverment realize the plan of vehicle ownership restriction. it is supported by lnstitut Studi Transpottasi ( lnstra

)

research which state that in the year

of

2014 many cities

wi

meet traffic problem.

Kate-kata kunci: Tax gap, Compliance cosl, kinerja organisasi pajak

daenh.

PENDAHULUAN

Di

balik semua itu tidak dapat disangkal, sumber dana utama pendapatan asli daerah sungguh-sungguh mengandalkan pajak yang berasal dari kendaraan (PKB, BBNKB, dan PBBKB), dimana ketiga

jenis

pajak ini menyumbang 77,05% dari total penerimaan pajak daerah. Secara logika ide pembatasan kendaraan penumpang tentu saja akan menyebabkan menurunnya penerimaan pajak di masa mendatang.

lldak

hanya karena alasan rencana pembatasan kendaraan bermotor saja, dari

sisi penerimaan pajak atas kendaraan bermotor dalam dua tahun belakangan ini teriadi penurunan penerimaan yang disebabkan oleh tidak maksimalnya jumlah pemilik yang melakukan balik nama kendaraan. Hal initentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan terhadap kinerja organisasi Dinas Pendapatan Daerah.

Penurunan penerimaan pajak tahun-tahun terakhir ini memperlihatkan fenomena dan perilaku yang memunculkan pertanyaan, faktor apa yang menyebabkan menaik

atau

menurunnya penerimaan pajak

daerah.

Menurut

konsep

system dynamics kecenderungan penerimaan pajak yang selalu meningkat kemudian menurun atau naik lagi mengandung makna yang berarti dan disebut sebagai behavioratau dinamika. Perilaku muncul dari mana atau oleh siapa (Warren, 2001:5-6). Pada system dynam-ics dipertanyakan berapa nilai/angka besaran itu pada suatu titik waktu yang akan daiang. Warren menjelaskan bahwa terdapat

tiga

pertanyaan yang harus dijawab, mengapa kinerja organisasi, dalam hal ini kinerja perpajakan terjadi seperti itu (why), dimana atau

di

posisi mana seharusnya tindakan dilakukan, sehingga penerimaan dapat lebih ditingkatkan (where), dan bagaimana cara mengubahnya (horry), pertianyaan terakhir ini lebih cenderung kepada kebijakan yang akan diambil.

Pengukuran kinerja perpajakan tidak cukup hanya mengandalkan aspek keuangan yakni hanya dengan meningkatkan tax revenue belaka. Hal ini disebabkan bahwa

I

Azhari A Samudra adalah Ketua Konsenlrasi llmu Adminislrasi Psaajakan. Jurusan llmu Administrasi Negara, FISIP UMJ Jakaria
(2)

124

JURNAL SOSIAL & POLITIK, VOLUME 18 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

PEI{GUKURAN

KINERJA

(3)

Azhad A Samud@, Analisis Potensi Pajak, Tax Gap Dan Compliance Cost

....

125 finansial tidak lagi cocok dan relevan (Skinner 1992:28). Penelitian-penelitian mengenai kelemahan sistem pengukuran kinerja dengan hanya mengandalkan rasio finansial telah banyak dilakukan. Kaplan (2001 : 11) dan Cooper (2204:38) menerangkan bahwa pengukuran yang hanya berbasis finansial selain kurang relevan untuk digunakan pada saat inijuga sistemnya sudah ketinggalan zaman, berodentasi pada pelaporan kinerja masa lalu (laging metrlcs), kebutuhan jangka pendek, kurang fleksibel (ntexlble), tidak memicu perbaikan (does not foster improvement) dan rancu pada aspek biaya (cosl distotlion) .

Saat ini organisasi tidak lagi bertumpu pada aspek keuangan, karena bila hanya bertumpu pada aspek keuangan belaka, cenderung menghasilkan informasi yang lambat, kurang fokus dan tedalu terdistorsi sehingga sulit bagi manajer untuk melakukan proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang akurat. Pernyataan Kaplan dan Norton (1996:79) didukung oleh para ahli seperti Stoop (1996i118), Ferdow and De Meyer (1990;68), Kenny and Dunk's, Globerson and Riggs. Pengukuran kinerja organisasi berbasis nonlinansial menjadi semakin penting karena meningkalnya minat manajemen untuk menemukan permasalahan dari proses operasi organisasi. Setiap organisasi mulai cenderung tertarik pada pengukuran kinerja dalam berbagai aspek kombinasi misalnya

aspek

keuangan, kepuasan pengguna, kepuasan pegawai, Kepuasan komunitas dan stakel,olders dan aspek waktu. Dalam perkembangannya diantiara pengukuran kineria yang saat ini dipakai untuk mengukur kinerja organisasi bisnis dan publik ialah model Pengukuran Kineria ISO 9001:2O0O, Total Quality Man-agement, Balance Scorecard dan Malcolm Baldrige.

Dari beberapa model pengukuran kinerja tersebut, dimensi yang dimanfaatkan untuk mengintervensi model pengukuran kinerja dalam penelitian

ini

ialah paduan konsep dari beberapa pakar antara lain Heaphy, Gruska, Sloper dan Kaplan. Dimensi yang digunakan meliputi finansial, kepemimpinan, perencanaan stratejik, wajib pajak sebagai pelanggan, manajemen sumberdaya manusia, pengelolaan pengetahuan dan manajemen proses. lndikator dari ketujuh dimensitersebut diambildari ke empat metode pengukuran

kinerja dan ditambah dengan konsep

perpajakan,

sehingga

dapat dirumuskan indikator

yang

relevan. Sebagaimana penjelasan Kenny

and

Dunk's sebelumnya, Kaplan dan Norton mengingatkan tujuan finansial bukan ukuran yang

memadai bagi organisasi pemerintah. Organisasi pemerintah perlu

mengukur keberhasilannya melalui kemampuan mengatur pengeluaran sejumlah anggaran dan dapat meningkatkan kinerja dalam bentuk pemenuhan kebutuhan masyarakat atau berfokus pada pelayanan publik.

PENGUKURAN

KINERJA

PERPAJAKAN

Berbeda halnya dengan organisasi pajak, tujuan finansialjustru memerlukan uraian

dan

pendekatan

tersendiri.

Pada

organisasi

pajak

daerah

pendekatan finansial dijelaskan dengan pendekatan benefit received dan peningkatan penerimaan dari retribusi fuser charges). Pendekatan ini sudah dicetuskan sejak lama oleh Hobbes (1588), Locke (1632), Grotius (1645) dan Erik Lindahl (1960). Konsep ini kemudian dikembangkan pada pajak kendaraan bermotor.

Dari uraian tersebut memberikan pandangan, bahwa dimensi yang mana yang dapat dipakai untuk melakukan pengukuran kinerja pada instansi pajak. Pandangan

(4)

I

26

JURNAL SOS'A L & POLITIK, VOLUME 1 8 NOMOR 2' TAHUN 2OO8

penerimaan daerah.

a.

Local

Taxing

Power (Tax Assignment)

(5)

Azhad A Samudra, Analisis Potensi Pajak, Tax Gap Dan Compliance Cosl

....

127

b.

Tax

Effott

Tax effott merupakan upaya pemerintah lokal untuk meningkatkan penerimaan pajak. Menurut Devas et a/1, (2001:61) salah satu tolok ukurnya ialah hasil (yteld) menyangkut tentang upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak (tax effotT) karcna hasil itu membandingkan antara jumlah pajak yang dipungut dengan PORB. Stotsky dan Mariam (1997:1) dalam studinya di 43 negara Sub Sahara menjelaskan fax effort negara-negara bagian itu sangat rendah. Hal inidisebabkan oleh usaha untuk menggali pajaknya.iuga rendah. Upaya optimalisasi pajak negara itu dilakukan dengan upaya meningkatkan tarif pajak, mengkaji ulang aturan paiak dan insentif petugas pajak.

c.

Efektivitas P4ak

(Tax

Pertormance lndex)

Efektivitas pajak berupaya mendeskripsikan hubungan antara hasil pemungutan pajak dengan potensi pajak dengan anggapan semua wajib pajak membayar pajaknya-Analisis efektifitas pajak daerah dapatjuga menggunakan alat analisis seperti fax per-formance index (Sidik dan Soewondo, 2001-75). Alat analisis ini dapat menentukan upaya-upaya pelaksanaan administrasi pemungutan pajak untuk mencapai efektifitas kerja yang maksimal dan dapat meningkatkan penerimaan daerah. Untuk mendukung konsep efektivitas pajak perlu pula dijelaskan mengenai konsep potensi pajak dan kesenjangan patak (tax gap).

d.

Potensi

Pqak

dan

Tax

Gap

Potensi pajak ialah kemampuan untuk menghasilkan pajak atau kemampuan yang pantas dikenakan pajak secara totialiias. Menurut Dalton potensi pajak mendeskripsikan seberapa besar pajak yang dapat dipungut dari masyarakat tanpa menimbulkan akibat ketidaksenangan. Apabila ketidaksenangan muncul,

hal ini

membuktikan bahwa pemungutan pajak telah melampaui kapasiias pajak yang ada.

Dalam menghitung pajak harus pula dipertimbangkan mengenai tax gap.

fodet

menjelaskan, secara sederhana kesenjangan pajak (fax gap) merupakan perbedaan antara potensi pajak yang ada dengan jumlah pajak yang telah dibayar oleh wajib pajak, atau perbedaan antara pajak terhutang dengan pajak yang

aktual

(Nilitchell 2007:1). Oalam pelaksanaan pemungutan pajak terdapat selisih atau gap yang terjadi antara jumlah penerimaan pajak dengan jumlah pajak terutang yang ada. Selisih jumlah pajak ini merupakan potensi pajak yang hilang, karena itu diperlukan pengelolaan pajak yang baik sehingga dapat dihimpun seluruh dana secara maksimal. Selisih pajak atau potensi pajak yang hilang

terebut

dinamakan fax gap. Untuk melihat kepatuhan pajak, Toder

(2007:14)

membagi fax gap dalam

3

komponen

yail|l

nonfiling ialah apabila terdapat

wajib

pajak

tidak

melaporkan

jumlah

pajak pada tepat waktu atau tidak melaporkan

diii

undenepofting yaitu tindakan wajib pajak yang memperkecil jumlah pendapatan (understanding income) atau tindakan untuk memperbesar pengeluaran (overstsating deduction),se'ta underpayment merupakan pajak terhutang tidak dibayar secara penuh atau terjadi kurang bayar pajak. Scheneider yang melakukan penelitian pada 145 kota menyimpulkan lax gap ditingkat federaltidak lebih dari 14% lRS, 2007:1).

e.

Efisiensi Pajak

(6)

128

JURNAL SOS/AL & POLITIK, VOLUME 18 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

meminimalisasi biaya

me

aksud meliputibiaya langsung

dan tidak langsung

yang

pemungutan pajak. Termasuk

dalam kontelis

iniadalah

si perpajakan dan sebagainya

seperti tabel berikut:

Tabel

l.

INDIKATOR KINERJA PERPAJAKAN MENURUT PARA AHLI PAJAK

Pendapat Ahli lndikator

Hobbes (1588), Locke (1632), crotius (1645I dan Lindahl ('1960)

1. Tax Bases

2

Tax Svstem (Benefits received Apo) Locke ( 1632),Rozefi 2005 1. Local Taxing Powe.

Nick Devas (1989)

1.

Hasil (Veld)

2.

Keadilan (Equity)

3.

Efisiensi Ekonomi

4.

Ability to implement

5. Cocok sebaoai Sumber P€nerimaan

Joram Mayshar (1991)

1.

Administration,

2.

Substitution

3.

Aclive compliance

4

Passive comolian@

Pablo Sena (2000) 1. Efiectiveness lndicator 2. Minimalisasi ComDliance Cost

Christoph Habammer (2005) 'l.Task fulfilment (type of income, tax compliance)

2 Customer satisfaction (service management)

3

Human re@urces management

4

Efficiencv (financial manaqement)

Liu Hui (2005) 1. Tax Efectivitas

2. Tax Efiicieno,/ Janet Gale Stotsky (1997) 1. Tarit pajak

2. Mengkaji ulang peraturan pajak 3. lnsentif petuoas paiak

[image:6.595.29.493.238.808.2]
(7)

Azhai A Samuda, Analisis Potensi Pajak, Tax Gap Dan Compliance Cost

....

129 METODE YANG DIGUNAKAN

Metode yang digunakan pada simulasi penelitian ini adalah system dynamics. Model simulasi

dengan sysfem

dynamics mengacu

pada pendekatan

kualitatif-kuantitatif. Penggunaan pendekatan berpikir sistem kualitatif dalam

proses operasionalnya difasilitasi dengan penggunaan program kompulet (software powersim constructon sebagai

alat

bantu pengungkapan gagasan (cognitive mapping) alau memformulasikan model sebagai pendekatan berpikir sistem kuantitatif. (system dy-namics).

Pendekatan berpikirsistem kualitatif digunakan untuk membangun struktur, untuk mensimulasikan struktur menjadi suatu perilaku serta memahami kompleksitas sistem dan untuk mendukung proses berpikir intuitif-dialogis, sedangkan pendekatan berpikir sistem kuantitatif digunakan untuk mendukung proses berpikir rasional. Dalam proses pemanfaatan pendekatan berpikir

sistem

kuantitatif-kualitatif,

dua

pendekatan ini digunakan secara terpadu sesuai kebutuhan.

a.

Sumber

Data

dan Teknik Pengumpulan

Data

Data yang dipedukan dalam penelitian ini meliputi data primer yang diperoleh dari

hasil

pengamatan

atau observasi

secara langsung terhadap

obyek yang

diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan studi kepustakaan terutama

yang

berkaitan dengan masalah penelitian, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara a). studi dokumentasi dan b). Pedoman Wawancara.

b.

Pengukuran dan Pengamatan Variabel

Pengukuran dan pengamatan variabel dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama ialah melakukan studieksplanasiyaitu mengungkapkan data mengenaikineria organisasi. Tahap ini bertujuan menemukan acuan teoritis dan fakta empiris untuk merumuskan indikator kinerja organisasi.

Tahap kedua, meminta pertimbangan ahli kinerja untuk memperoleh justilikasi ilmiah kemungkinan penggunaan variabel, indikatordan mekanisme pengukuran kineria Dipenda. Tahap ketiga, merancang dan pendistribusian kuesioner pada responden untuk memperoleh informasi yang dapat mengungkap sejumlah indikator kinerja yang bersifat kualitatif, misalnya penilaian pegawaiterhadap renstra dan sebagainya. Tahap keempat, melakukan studi dokumentasi pada Dipenda dan BPS dengan maksud agar diperoleh bahan

uji

causal

effect tiap

indikator kinerja organisasi dan

juga

untuk mempelajari prilaku struktur dari waktu ke waktu. Tahap kelima, melakukan observasi dan wawancara secara mendalam agar diperoleh data perbandingan yang lebih akurat antara data perolehan dari wawancara dengan data sekunder dari laporan. Tahap ini dimaksudkan agar informasi yang diperoleh saling melengkapi.

c.

Teknik

Analisis

Data

Untuk menjawab perlanyaan penelitian yang peftama:data yang diperoleh dari

(8)

I

30

JURNAL SOS/A L & POLITIK VOLUME 1 8 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

dD,

s

rJa

pan

dan

hasil pajak.

HASIL PENELITIAN

a.

Gambaran Kinerja Organisasi Berdasarkan LAKIP

tahun 2006. Sedangkan realisasi penerimaan tahun 2007 bila dibandingkan dengan target 2OO7 lebih menurun lagi hingga -26,36%. Dengan memakai pengukuran LAKIe

yaiiu membandingkan realisasi penerimaan daerah antara tahun anggaran 2007 dengan

iahun

anggaran 2006. maka diperoleh

tingkat

kinerja keuangan organlsasi yang

menurut LAKIP selama tahun anggaran 2006 terdapat penurunan penerimaan pajak

daerah

sebesar -9,32%, sedangkan untuk tahun 2007 diperoleh angka penurunan

peraturan ditingkat bawah dalam pemungutan pajak.

b.

Deraiat Desentralisasi Fiskal

(9)

Azhai A Samudra, Analisis Potensi PajaK Tax Gap Dan Comptiance Cost

....

131

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan keuangan daerah selama kurun waktu 7 tahun anggaran, baik rasio terhadap TPD maupun terhadap APBD memiliki selisih perbedaan angka yang kecil. Adapun PAD sebagai sumber penerimaan murni daerah dapat digolongkan tinggi dengan rasio rata-rata perTPD 55% dan rata-rata per APBD sebesar 49%, sedangkan penerimaan berupa sumbangan atau bantuan dari pusat hanya 6% untuk rata-rata per TPD dan 5% untuk rata-rata per APBD. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pusat rendah. Derajat desentralisasi fiskal DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.

Derajat

Desentralisasi

Fiskal dan

Posisi

Fiskal

Propinsi

DKI Jakarta Tahun 2001-2007

INDIKATOR HASIL

1. Derajat Desentralisasi Fiskal

PAD / TPD BHPBP / TPD Sumbangan / TPD

0,55 0,38 o,06 2. Upaya / Posisi Fiskal (fax

etrod)'\

Elastisitas (ADHB) PAD terhadap PDRB 1 ,06

Sumber : Hasil Olahan Data

c.

Gambaran Kinerja Perpajakan Dipenda DKI Jakarta

n c

n n

Pajak Daerah.

Local Taxing

Power

dkan untuk melihat besarnya kewenangan

p

ue denganAPBD daerah setempat. Sejalan
(10)

132

JURNAL SOSIAL & POLITIK, VOLUME 18 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

hanya memberikan kontribusi PAD terhadapAPBD rata-rata kurang dari 10%, maka di DKI Jakarta taxing

power

mencapai 51,35%.

Tax

Effort

Pengkajian upaya/posisi fiskal (tax erTort) merupakan upaya pemerintah lokal untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah. Pengkajian fax efforl dapat dilakukan dengan

membandingkan

hasil penerimaan pajak dengan PDRB non migas.

Menurut Reksohadiprojo (2001:156) yang mengutip pendapat Musgrave, upaya/posisi fiskal dapat dihitung dengan mencari koefisien elastisitas PAD terhadap PDRB, yakni dengan cara menghitung rata-rata pertumbuhan selama tujuh tahun anggaran (2001-2007). Hasil penelitian menunjukkan perhitungan elastisitas PAD terhadap PDRB Harga Berlaku, dimana pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku ikut mempengaruhi penerimaan pajak. Artinya apabila PDRB naik 1,0 % maka penerimaan pajak akan meningkat sebesa|1,06%. Angka ini menunjukkan bahwa angka penerimaan pajak elastis terhadap PDRB harga berlaku.

Efektifitas Paiak

(Tax

Pedomance tndex)

Pengkajian

Tax

Peiormance /ndex bertujuan

mendeskripsikan efektivitas penerimaan pajak dengan cara membandingkan realisasi penerimaan pajak dengan potensi pajak. Semakin besar TPI menunjukkan bahwa semakin efektif pemunguian pajak. Tax

Peiormance

lndex juga bermanfaat mengukur hubungan antara hasil pemungutan pajak dengan potensi pajak dengan asumsi semua wajib pajak membayar pajak yang terhutang.

Dengan menggunakan angka potensi pajak yang telah dihitung secara cermat dapat dihitung efektivitas pemungutan empat jenis pajak (PKB, BBNKB, Pajak Hotel dan Pajak Restoran). Hasil penelitian menemukan efektivitas pajak kendaraan bermotor 80,1470, BBNKB 58,71%, Pajak Hotel 52,13 dan Pajak Restoran 73,33%, sedangkan rata-rata angka efektivitas pajak atas 4 jenis pa.iak ini adalah 66,0870. Angka rata-rata ini menunjukkan bahwa jumlah penerimaan pajak yang berhasil dipungut oleh Dipenda DKI Jakarta baru mencapai 66,08% dari totial potensi pajak yang ada dengan potential /oss 33,92%. Adapun pajak hotel memiliki potens/b/ /oss paling tinggi sekit"t 47,87o/o,

disusul BBNKB 41 ,29%, Pajak Restoran 26,67% dan Pajak Kendaraan Bermotor 19,86%.

Realisasi pajak terhadap potensi PKB sudah hampir maksimal, sebab menurut data dari BPS dari total kendaraan yang ada sekiiar 18,1% berasal dari kendaraan dinas pemerintah, corps diplomatik, kendaraan hilang, kendaraan mati dan mutasi. Polential /oss justru terjadi pada pada BBNKB, karena pemilik kendaraan cenderung memperlambat atau

tidak

membaliknamakan kendaraan

yang

sudah dibeli, tapi memperpanjang kendaraan dengan cara meminjam kartu tanda penduduk pemilik kendaraan lama.

Efisiensi Pajak

(11)

Azhai A Safiudtu, Analisis Potensi Pajak, Tax Gap Dan Compliance Cost

....

133 biaya total yang ditetapkan per jenis pajak harus diupayakan dibawah 7% dari iumlah pajak yang dipungut. Angka inimerupakan jumlah yang maksimaldiperuntukkan sebagai

biaya

pemungutan

pajak daerah. Alokasi biaya

7Vo

ini hanya ditujukan

untuk pemungutan yang memang masuk akal dan dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk menggambarkan tingkat efisiensi pajak dapat dihitung dengan perbandingan marginal revenue dengan marginal cosl melalui persamaan: MR (Rev 42007

-

Rev 42003) : MC (Cost 42007

-

Cost 42003), bila MR lebih besar dibandingkan dengan MC, maka hasil penerimaan pajak dianggap baik. Dari hasil perbandingan tersebut maka diperoleh nilai MR (6.834.572

-

4.412.615) : MC (4'18.276 -314.178).=2.42'1.957 > 104.098, atau MR > MC. Bila dihitung secara preseniase, maka kenaikan marg,nal

revenue juga terlihat lebih tinggi (54,89%) dibanding marginal cost

(33,13%). Perbandingan hasil tersebut memperlihatkan marginal revenue terlihat lebih tinggi dan mengindikasikan tingkat efisiensi yang baik.

Namun dari analisis diperoleh informasi bahwa tax operating cost tahun 2007 ialah sebesar 8,82%, dimana didalamnya terdapat cost of col/ection sebesar 5%. Jika dibandingkan dengan cost of collection negara-negara maju seperti Ukraina dan Rusia hanya berkisar sekitar 2% (Bird and Wallace, 1996:12), maka angka cosf of collection sebesar 5% dianggap sangat tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa organisasi Dipenda belum mencapai efisiensi yang seharusnya. Dengan menghitung tax operating cost akan lebih terasa bahwa organisasi sungguh-sungguh belum melakukan tindakan efisiensi yang seharusnya.

[image:11.595.31.551.302.835.2]

Selanjutnya dengan mengacu pada hasil penelitian teniang biaya kepatuhan pajak yang dilakukan oleh Adinur (2008:86) dapat dinterpretasikan bahwa tax disfotTion cost ialah'. ar. Direct Money Cost 6,69oh, b).Time Cost 12,05%; serta cl. Psychological Cost 11,11%. Dengan demikian total biaya kepatuhan pajak yang merupakan beban pajak (tax burdenl yang sesungguhnya harus dikeluarkan oieh wajib pajak ialah 37,96%.

Angka

ini

merupakan

toal biaya

kepatuhan

pajak ditambah tax operating

cost cost economy selain itu merupakan disinsentif bagi kepatuhan

wajib

pajak dalam pemenuhan kewajiban pajak sebagaimana dijelaskan pada gambar berikut ini.

Gambar

l.

COST OF TAXATION DI DKI JAKARTA

TAHUN 2OO7

P6ydolopl€l Td opoElino C6tll,11 CGt A.l1

12,05

(12)

I34

JURNAL SOS'A L & POLITIK, VOLUME 18 NOMOR 2' TAHUN 2OO8

hatd to

tax'

diminimalisasi

den

genakan Pajak

teru

atan berseniata

dan

otel melati dan

Tabel 4.2.

Kinerja Dipenda DKI Jakarta

Berdasarkan

lndikator

Perpa.iakan Tahun 2001 -2007

lndikator

Hslto/"1

1. Local Taxing Power

Kontribusi PAD terhadaP

APBD 51,35

2-f ax Effort Elastisitas PAD terhadaP

PDRB (ADHB) 1,06

3. Efektivitas PdaW Tax

Peiormance

lndex

Perbandingan Penerimaan Pajak dgn Potensi Paiak

Daerah*) 66,08

4. Efiisiensi Pajak/ Cosl

Collection

Operating cost Compliance cost:

- Direct Money Cost -Time Cost

- Psvcholoqv Cost

a,a2

6,69 12,05

11.11

Sumber: Hasil Olahan Data

(13)

Azhai A Samudta, Analisis Potensi Pajak, Tax cap Dan Compliance Cost

....

135

KESIMPULAN

Secara keseluruhan penelitian menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat dirumuskan dalam simpulan sebagai berikut:

1.

Pengukuran kinerja yang dipakai selama ini oleh Dipenda menggunakan model LAKIP yang pada implikasinya dilapangan model initidak dapat menggambarkan secara baik dan rinci faktor-faktor yang menyebabkan kinerja suatu instansi dapat berjalan dengan benar, sebagai akibatnya organisasi tidak mampu merumuskan kebijakan tax potential, fax gap, mendeteksi

potertlal

/oss, menghitung compr:-ance cosl dan menurunkan cost of taxalion.

2.

Alternatif pengukuran kinerja organisasi di masa datang perlu dilakukan dengan konsep yang lebih signifikan dengan memakai indikator meliputi tax potential, tax gap, tax effectivity, tax efficiency (cost of collection dan compliance cost), tax ef-fott dan tax pedormance index.

lmplikasi Penelitian

lmplikasi teoritis dan praktis dari penelitian adalah:

1.

lmplikasi teoritis: Untuk mengukur kinerja organisasi di masa yang akan datang disarankan agar organisasi tidak menggunakan perbandingan antara target dan realisasi pajak, tetapi menggunakan perbandingan potensi pajak dengan realisasi pajak. Dala potensi pajak dapat merinci faktor-faktor yang menyebabkan kineria organisasi berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada fax gap, selain dapat mendeskripsikan potensi pajak yang nonfiling, undenepofting dan

under

payment, penelitian

ini

menambahkan variabel lainnya yaitu invisible potential yang berguna untuk menjelaskan potensi pajak yang tersembunyi

dan

belum dieksplorasi organisasi.

2.

lmplikasi kebiiakan (praktis): Dari analisis tax gap teriihat potenf,a/ /oss pajak ho-tel dan pajak restoran sangat tinggi, karena itu disarankan agar organisasi di masa daiang merumuskan kebijakan untuk mengekplorasi potensi dimaksud. Untuk menanggulangi

cost

of

taxation yang tinggi

pemerintah

perlu

merumuskan kebijakan pembenahan administrasi perpajakan dengan

cara

meminimalisasi aturan biaya

pungut (fax

operating

cosl),

mempermudah pengisian SPTPD,

memperkirakan potensi pajak sesungguhnya (prcsumtive taxation) dan

meminimalisasi fasilitas perpajakan. Pembenahan administrasi perpaiakan juga harus dilakukan terhadap kelompok pembayar pajak (tax payer) dan kelompok yang bermain disekitar pusat kekuasaan yang memperoleh fasilitas perpajakan. Semua bentuk tax exemption harus dilaporkan sebagai pemasukan, walaupun pada akhirnya dikembalikan kepada pihak tertentu, namun tax exemption yang dilaporkan inidapat dijadikan sebagaibentuk bagian pengambilan keputusan yang akurat di masa mendatang. Alasan penting pemberlakuan tax exemption karcna dapat dipersamakan dengan pengenaan pajak penghasilan atas pembelian alat tulis kantor yang dilakukan oleh pemerintah.

3.

Acuan untuk wajib pajak; dalam rangka efisiensi pajak yakni dengan menekan tax compliance tetut€ma time cost dan psychology cost pada pajak hotel dan pajak
(14)

1

36

JURNAL SOS'A L & POLITIK, VOLUME 1 8 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

DAFTAR RUJUKAN

Bird, Richard M. and Francois Vaillancourt, 1988, Fisca/ Decentralization in Develop-ing Countries, Cambridge University Press,

UK-Bird, Richard M., '1999, Tax Poticy and Economic Development, Baltimore, London, The John Hopkins University Press.

Brennan, Geoffrey and James M. Buchanan.' 1999, Tax Limits and the Logic of Consti-tu;tional

R;stiction

in Democratic Choice and Taxation

'A

Theoretical and Em' pirical Analysis", Cambridge University Press.

Cauley, Troy J,'1960. Pubtic Finance and

Genent

Welfare, (New York

:

Charles E Menil Books lnc.).

Cresswell, John W, 1994. Research Design, Quatitative and Quantitative Aproaches, Sage Publications lnc.

Heaphy, Maureen

'

S

and Gregory

F

Gruska, 1995,

Ihe

Malcolm

Baldige

National 'Quatity

Award, A Yardstick'for Quality Growth, Addison Wesley Publishing'

Kaolan. Robert S and Norton,

D.P,

1996, The Batanced Scorecard' Translating

Stnt-egy into Action, Harvard Business School Press

Kaplan, Robert.S. dan DP Norton, 2001, The

Stntegy

Focused O.rganization: How

'

batanced Scorecad Companies Thrive in The Business Environment, Boston

Musgrave,

RichardAdan

Peggy B Musgjave, 1991'.Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek, Edisi ke-s, Penerbit Erlangga, Jakarta'

Rogers, Slave, 1990 , Peiormance Management in Local Govemmenf, Jessica Kindsley

Publisher, London.

Sidik, Machfud dan Soewondo, 2001, Keuangan Daerah' Jakarta : Universitas Terbuka' Skinner,

W.,

1992, Missrng the tinks

in

Manufacturing Strategy, ln Voss,

CA

(ed)'

-

Manufacturing Strat-egy: Process and Content, London Chapman and Hall'

Stephen, George,1992,The Batdige Quarty System, NewYork, John Willey and Sons' lnc.

Sterman, John D., 2oOO. "System Thinking and Modeling fot a Complex Word, Busi"

ness Dynamics, lrwin McGraw-Hill, Boston' USA'

, 2000, Business Dynamics, Systems thinking and Modeling for a

---6nptex

Worl4 Massachusetts lnstitute of Technology , Sloan School of

Man-agement, lrwin MacGraw-Hill.

Stewart, John, '1988, Understanding The Management of Local Governmenf, London' Longman.

Tasrif, Muhammad, 2006, Analisis Kebijakan Menggunakan Model System Dynamics' Program Magister Studi Pembangunan, lnstitut Teknologi Bandung'

(15)

Azhai A Samudn, Analisis Potensi Pqak, Tax Gap Ddn Conpliance Cosl

....

137

/emg Agencyfor lntemational Development (USAID), PPC/CDIE/Dl Report, work paper.

Bird, Richard M and Sally Wallace,2oO3, ls

lt

Rea y so Hard to Tax the Hardlo-Tax? The Context and Role of Presumptive Taxes, Depaftement of Economic, ldeas, Working Paper, Connecticut Univ.

Calingo, Luis MR., 2001, National Quality and Business Exellence Awards, Mapping the Filed and Prospects forAsia, Published by The Asian Productivity Organiza-tion, 1-2-10 Hirakawacho, Tokyo, Japan.

Cooper, W.K, Kingshuk KS., and Robert SS, Measuing Complexity in High Technol-ogy Manufacturing. lndexes for Evaluation, lnterfaces, No.22.

Habammer, Christoph, 2oo5,

Peiormance

Comparison

of

Tax Offices

in

Germany, Management of The Tax Administration, Performance Evaluation and the New Technologies, A Project in The State of Bavaria, Rhineland-Palatinate, Saxony and Thurangiea, CIAT Technical Conference, Paris, France, Oclober.

lRS, 2006,

Ihe

,RS estimates are dlscussed rh Government Accountability Otrice, "Tax Compliance," GAO-07-391T, January 23, 2007. See also U.S. Department of Treasury, "A Comprehensive Strategy for Reducing the Tax Gap," September

Kaplan, Robert S., Measuring Manufacturing Perfomance: ANew Challenge for Mana' gerial Accounting Research, The Accounting Review, Vol. 18,No. 4.

Kaplan, Robert S and David H Norton, 2002, dalam Performa, The Business of Gov-emment, Key Factorc in lmplementing a Peiormance Management System.

Kaplan, Robert S. dan David

P

Norton, 1992, The Balanced Scorecard

-

Measurcs that

Dive

Pertormance, HBR, Januari/Februari.

, 1996, Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System (HBR, Januari/Februari.

,

1997, Why does

a

Bus,hess Need

a

Balanced Scorecard

?

(Journal of Cost Management, Mei/Juni.

,2ooo, Having Trouble With Your

grategy?

Then Map lt (HBR, September-Oktober.

Kenny GK, and Dunk'sA.S., The Utility of Peiormance Measures;Production Manager's Perception, IEEE Transactions Of Engineering Management.

Liu

Hui, 2005, Achieving Revenue Administration Excellence

in

Shenzen, China, Shenzen State Tax, Article,Volume 1,

July-Mayshar, Joram, 1991 Taxation

with

Cost Administafion, Scandanavian Journal of Economic, article.

Mainer, Robert, The

lmpact of

Strategic Planning

on

Executive Behavior, Suatu Komentiar Khusus, Boston Consulting Group, tanpa tahun.
(16)

138

JURNAL SOS/AL & POLITIK, VOLUME 18 NOMOR 2, TAHUN 2OO8

Ott, Katarina, 1982, Tax Administration Reform in Transisition,

fhe

Case of Croatia Rozeff, Michael

S,

2005, How

the

Power

to

Tax Destroys, Working paper, email

msroz@buffalo.edu.

Schmidt H Wanen and Finnigan JP, 1992: The Race Without a Finish Line, San Fran-cisco, Jossey Bass lnc.

Sidik, Machfud, 2002, Perimbangan Keuangan Pusat dan Oaerah sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal (antara Teori danAplikasinya di lndonesia), Makalah Semi-nar, 13 Maret

Serra, Pablo,

2ooo, Measuring

the Performance Of

Chile's Tax Administration, Documentos No Trabajo, Centro De Economia Aplicada, No. 77, Article.

Sterman, Jhon D,

et.all,2002,

System Dynamics Review,

Vol

18/2, Wiley, England-Sterman, John D.,2OO1. "System dynamics modeling: Tools for learning in a complex

world". Calilomia management review 43 ( l ).

Stotsky, Janet Gale and Walde Maniam , 1997, Tax Effott in Sub-Saharan

Africa,lnleq

national Monetary Fund (lMF), Working Paper.

Toder. Eric, 2OO7,

lMat

is

lax

Gap? Tax Notes, October 22.

_,2007,

Reducing the Tax Gap: The lllusions of Pain Free Deficit Reduction,

Urban lnstitute and Urban Brookings Tax Policy Center.

Warren, Kim, 2001, Strategy Dynamics, Back to fact-based strategic management,

Gambar

Tabel l.INDIKATOR KINERJA
Gambar l.COST OF TAXATION DI DKI JAKARTATAHUN

Referensi

Dokumen terkait

Selector X5 PAB/SINGLE digunakan untuk memilih mode PAB atau single, jika X5 dalam kondisi ON maka operasi mesin berada dalam mode PAB dimana digunakan kecepatan referensi dari

KODE 1 2 5 6 URAIAN NILAI 7 4 NILAI NILAI MUTASI NILAI BERTAMBAH BERKURANG SALDO PER 31 DESEMBER 2018 SALDO PER 1 JANUARI 2018 SAT.. KUANTITAS KUANTITAS

Dalam mewujudkan hal tersebut, telah disusun model desa hijau bebas sampah plastik yang selanjutnya diujiterap dengan (1) road show sosialisasi ke sasaran-sasaran strategis seperti

Dampak kedepannya terhadap pengelolaan sampah yakni diharapkan terdapat penyempurnaan fungsi kelembagaan yang berperan untuk mengawasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat

Hasil penelitian menegaskan bahwa adalah mungkin untuk memprediksi perilaku konsumen organik dengan niat untuk membeli makanan organik, yang dapat dijelaskan lebih

Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarankan hal-hal sebagai barikut: (1) Pembelajaran interval menggunakan lagu model dapat dijadikan alternatif dalam melaksanakan

Berangkat dari pertanyaan tersebut, siswa menentukan apakah prosedur yang diberikan benar atau salah, jika prosedur benar maka siswa memberikan tanda centang (

Masyarakat yang dijadikan mitra dipilih dari masyarakat desa Batu Tanam yang memiliki kebun yang ditanami buah- buahan dan bersedia untuk mengelola lebah madu dari kelompok