• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Solar Cooker Tipe Kotak Sederhana Yang Dilengkapi Phase Change Material Sebagai Thermal Storage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Solar Cooker Tipe Kotak Sederhana Yang Dilengkapi Phase Change Material Sebagai Thermal Storage"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN

SOLAR COOKER

TIPE KOTAK SEDERHANA

YANG DILENGKAPI

PHASE CHANGE MATERIAL

SEBAGAI

THERMAL STORAGE

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

FELIX ONN

NIM. 080401028

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul Pengujian Solar Cooker Tipe Kotak Sederhana yang dilengkapi PCM (Phase Change Material) sebagai Thermal Storage”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan

Strata-1 (SStrata-1) pada Departemen Teknik Mesin Sub bidang Teknik Produksi, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi

penulis, Namun berkat dorongan, semangat, do’a dan bantuan baik materiil, moril,

maupun spiritual dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk itu

sebagai penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Eng. Himsar Ambarita ST,MT. selaku Dosen pembimbing, yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada

penulis.

2. Bapak Ir. Syahrul Abda, MSc selaku Dosen pembanding I dan Bapak Tulus

B. Sitorus ST,MT selaku Dosen pembanding II.

3. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik

Mesin Universitas Sumatera.

5. Kedua orang tua penulis, Darwinto Onn dan Ingrin Kustamin serta kakak

penulis, Grinny Onn yang tidak pernah putus-putusnya memberikan

dukungan, do’a serta kasih sayangnya yang tak terhingga kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin, yang

telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis

kuliah.

7. Teman-teman 1 team skripsi, Teguh Wirawan dan Howard yang telah

membantu dan memberikan dukungan.

8. Rekan-rekan khususnya Rudi Martin, Rio Arinedo Sembiring, Juwirianto,

(3)

menuntaskan kerja praktek baik kerja praktek manajemen maupun teknologi

mekanik dan seluruh rekan mahasiswa angkatan 2008 serta abang-abang

mahasiswa Teknik Mesin yang telah mendukung dan memberi semangat

kepada penulis.

9. Teman-teman yang selalu memotivasi penulis selama mengerjakan skripsi

ini.

Penulis meyakini bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis akan sangat berterimakasih dan dengan senang hati menerima saran, usul,

dan kritik yang membangun demi tercapainya tulisan yang lebih baik. Akhir kata

penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberi manfaat kepada pembaca. Terima

kasih.

Medan, 25 April 2012

(4)

ABSTRAK

Dunia sedang mengalami krisis energi karena bahan bakar minyak dan gas berkurang tajam akibat penggunaan secara besar-besaran oleh manusia. Sebelum terjadi krisis energi di dunia, harus dicari energi alternatif yang dapat diperbaharui. Salah satunya adalah energi surya. Fokus kajian ini adalah Solar Cooker. Tujuannya adalah mengatasi kelemahan Solar Cooker tipe kotak yaitu tidak dapat memasak secara tidak langsung. Memasak secara tidak langsung sebenarnya mungkin, apabila memakai storage material yang disebut PCM. PCM yang digunakan adalah Erythritol (titik leleh 117 oC). Energi yang telah disimpan selama siang hari, digunakan untuk memasak secara tidak langsung. Hasil pengujian didapat bahwa, 0.3 kg beras dan 0.6 kg air yang dimasak secara tidak langsung telah masak dalam waktu 2 jam. Kesimpulan dari hasil pengujian menunjukkan memasak secara tidak langsung itu memungkinkan. Lokasi pengujian ada pada kota Medan, Indonesia dengan 3,43 o LU 98,44 o BT.

.

(5)

ABSTRACT

The world unrenewable energy such as petroleum and gases have decrease dramatically because of the massive use for humanity using. Before facing crisis energy, developing another alternative energy such as renewable energy was needed. One of box solar cooker weakness is cannot use for evening cooking. Actually evening cooking with box solar cooker is possible, if we use storage material which called as PCM. PCM used is Erythritol (melting Temperatur 117 oC).

The stored energy during the sunshine hours is use for indirect cooking. The experimental results showed, food (0.3 kg rice and 0.6 kg water) was found well-cooked within 2 hours. This means, indirect cooking is possible using storage material. Experiment location at Medan, Indonesia, which is the latitude 3,43 ‘ north – longitude 98,44’ east

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR SIMBOL x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Batasan Masalah 1

1.3 Tujuan Penelitian 1

1.4 Manfaat Penelitian 2

1.5 Sistematika Penulisan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

2.1 Radiasi Surya 4

2.1.1 Teori Dasar Radiasi 4

2.1.2 Pemanfaatan Energi Surya 6

2.2 Konveksi Natural 12

2.3 Solar Cooker 13

2.3.1 Sejarah Solar Cooker 13

2.3.2 Tipe-tipe Solar Cooker 14

2.3.3 Bagian-Bagian Utama Solar Cooker 19 2.4 Penyimpanan Panas Pada Phase Change Material 22 2.4.1 Klasifikasi Phase Change Material 22 2.4.2 Solar Cooker dengan Material Penyimpan Panas (Thermal

Storage material) 27

BAB III METODOLOGI 29

3.1 Peralatan Pengujian 29

3.2 Bahan 39

(7)

3.4 Prosedur Pengujian 37

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA 39

4.1 Analisa Pengujian Tahap pertama 39

4.2 Analisa Pengujian Tahap kedua 44

4.3 Perbandingan Pengujian dengan Jurnal Internasional 49

4.4 Analisa perhitungan biaya 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Material paraffin 24

Tabel 2.2 Material nonparaffin 24

Tabel 2.3 Material Metallics 25

Tabel 2.4 Material Salt Hydrates 26

Tabel 3.1 Properties of Erythritol 35

Tabel 4.1 Perbandingan Pengujian dengan Jurnal Internasional 49

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Matahari dan Bumi 4

Gambar 2.2 Solar Water Heater 6

Gambar 2.3 Solar Cooker 7

Gambar 2.4 Solar Dries 8

Gambar 2.5 Solar Ponds 9

Gambar 2.6 Solar Architecture 9

Gambar 2.7 Solar Air-Conditioning 10

Gambar 2.8 Solar Chimney 11

Gambar 2.9 Solar Distilation Water 11

Gambar 2.10 Solar Power Plant 12

Gambar 2.11 Solar Cooker Bentuk Box 15 Gambar 2.12 Solar Cooker Bentuk Panel 16 Gambar 2.13 Solar Cooker Bentuk Ketel 16 Gambar 2.14 Solar Cooker Bentuk Parabola 17 Gambar 2.15 Solar Cooker Bentuk Sceffler 18 Gambar 2.16 Vessel (a) Model Buddhi and Sahoo

(b) Model Domanski et al

(c) Model Sharma et al, dan

(d) Model Buddhi dan Sharma 20

Gambar 2.17 Rancangan Narashima Rao 21

Gambar 2.18 Klasifikasi Phase Change Material 23

Gambar 3.1 Komputer 29

Gambar 3.2 Agilent 34972a 30

Gambar 3.3 Hobo Microstationdata logger 30

Gambar 3.4 Vessel 32

Gambar 3.5 Box Solar Cooker 32

Gambar 3.6 Air dan Beras 33

Gambar 3.7 Plat alumunium 34

Gambar 3.8 Erythritol 34

(10)

Gambar 3.10 Expermental Set-up pada saat Discharging 36 Gambar 3.11 Diagram Blok Proses Pengerjaan Skripsi 38

Gambar 4.1 Sesaat, Sebelum, dan Sesudah pengujian 39

Gambar 4.2 Vessel Tahap Pertama 39

Gambar 4.3 Perbandingan Radiasi Matahari Aktual dan Teoritis 15 Maret 2012 40

Gambar 4.4 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 15 Maret 2012 41 Gambar 4.5 Perbandingan Radiasi Matahari Aktual dan Teoritis 17 Maret 2012 42

Gambar 4.6 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 17 Maret 2012 43

Gambar 4.7 Vessel Tahap Kedua 45

Gambar 4.7 Perbandingan Radiasi Matahari Aktual dan Teoritis 28 Maret 2012 45

Gambar 4.8 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 28 Maret 2012 46 Gambar 4.9 Perbandingan Radiasi Matahari Aktual dan Teoritis 2 April 2012 46

Gambar 4.10 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 02 April 2012 47 Gambar 4.11 Perbandingan Radiasi Matahari Aktual dan Teoritis 23 April 2012 47

(11)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Arti Satuan

Ak Luas penampang kolektor m2

Av Luas Penampang vessel m2

cair Panas Jenis air kJ/kg oC

cberas Panas Jenis beras kJ/kg oC

cp Panas Jenis kJ/kg oC

cpcm Panas Jenis pcm kJ/kg oC

dv Diameter vessel m

g gravitasi bumi m/s2

Gsc Daya radiasi rata-rata yang diterima atmosfer bumi W/m2

Gaa Rata-rata radiasi matahari selama proses charging W/m2 h Koefisien Perpindahan Panas Konveksi W/m2K

I Intensitas Radiasi W/m2

k Konduktivitas Bahan Termal W/mK

ku Kalor Uap kJ/kg

kl Kalor latent kJ/kg

L Panjang m

Nu Bilangan Nusselt -

Pr Prandatl

-�̇ Laju Perpindahan Panas MJ

Qpcm Energi PCM MJ

Qradiasi Energi Radiasi MJ

Qnasi Energi untuk memasak nasi J

Ra Bilangan Rayleigh -

r Jari-jari vessel cm

Ts Temperatur permukaan oC

Tr Temperatur lingkungan oC

Tpcmmax Temperatur maximum PCM oC

Tabmax Temperatur maximum Plat absorber oC

(12)

Tfo out Temperatur dimana makanan dikeluarkan oC

tfo in Waktu dimana makanan dimasukkan Jam

tfo out Waktu dimana makanan dimasukkan Jam

v Viskositas kinematik m2/s

Huruf Yunani

Simbol Arti Satuan

� Koefisien Udara 1 / K

∆� Perbedaan Temperatur awal dan akhir oC

∆� Selang waktu perhitungan s

� Massa Jenis kg/m3

α Diffusivitas termal m2/s

η Effisiensi -

(13)

ABSTRAK

Dunia sedang mengalami krisis energi karena bahan bakar minyak dan gas berkurang tajam akibat penggunaan secara besar-besaran oleh manusia. Sebelum terjadi krisis energi di dunia, harus dicari energi alternatif yang dapat diperbaharui. Salah satunya adalah energi surya. Fokus kajian ini adalah Solar Cooker. Tujuannya adalah mengatasi kelemahan Solar Cooker tipe kotak yaitu tidak dapat memasak secara tidak langsung. Memasak secara tidak langsung sebenarnya mungkin, apabila memakai storage material yang disebut PCM. PCM yang digunakan adalah Erythritol (titik leleh 117 oC). Energi yang telah disimpan selama siang hari, digunakan untuk memasak secara tidak langsung. Hasil pengujian didapat bahwa, 0.3 kg beras dan 0.6 kg air yang dimasak secara tidak langsung telah masak dalam waktu 2 jam. Kesimpulan dari hasil pengujian menunjukkan memasak secara tidak langsung itu memungkinkan. Lokasi pengujian ada pada kota Medan, Indonesia dengan 3,43 o LU 98,44 o BT.

.

(14)

ABSTRACT

The world unrenewable energy such as petroleum and gases have decrease dramatically because of the massive use for humanity using. Before facing crisis energy, developing another alternative energy such as renewable energy was needed. One of box solar cooker weakness is cannot use for evening cooking. Actually evening cooking with box solar cooker is possible, if we use storage material which called as PCM. PCM used is Erythritol (melting Temperatur 117 oC).

The stored energy during the sunshine hours is use for indirect cooking. The experimental results showed, food (0.3 kg rice and 0.6 kg water) was found well-cooked within 2 hours. This means, indirect cooking is possible using storage material. Experiment location at Medan, Indonesia, which is the latitude 3,43 ‘ north – longitude 98,44’ east

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang, konsumsi energi yang cukup besar adalah untuk

keperluan memasak (Chen R, 2009). Sebagian besar penggunaan energi untuk

memasak adalah berasal dari bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil selain merupakan

bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui, bahan bakar jenis ini juga mengakibatkan

dampak lingkungan diantaranya menyebabkan pemanasan global, dan mengeluarkan

gas beracun akibat pembakaran yang tidak sempurna.

Untuk membantu mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan suatu

inovasi teknologi yang menggunakan tenaga yang dapat diperbaharui (renewable energy) seperti penggunaan energi matahari untuk keperluan memasak atau yang lebih dikenal dengan solar cooker.

Potensi energi matahari di Indonesia khususnya kota Medan sangatlah besar.

Kota Medan berada pada posisi 3,43 oLU 98,44 oBT. Akan tetapi penggunaan energi matahari untuk keperluan memasak memiliki beberapa kelemahan, yaitu

proses memasak akan terganggu jika cuaca mendung dan tidak dapat digunakan pada

malam hari. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka solar cooker perlu dilengkapi dengan Phase Change Material sebagai storage material.

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah

1. Jenis Phase Change Material yang digunakan adalah Erythritol. 2. Lokasi penelitian berada pada 3,43 oLU 98,44 oBT.

3. Bentuk solar cooker yang digunakan adalah tipe box. 4. Bahan yang akan dimasak adalah beras dan air.

5. Beras dan air dimasak sesaat setelah charging process selesai.

1.3 Tujuan Penelitian

(16)

1. Untuk mengetahui solar cooker type box dapat digunakan memasak secara tidak langsung.

2. Untuk mengetahui energi yang di simpan pada Phase Change Material yang dijemur pada saat matahari terik dapat digunakan untuk memasak secara

tidak langsung.

3. Untuk mengetahui efisiensi dan kapasitas maximum beras yang dapat

dimasak dengan 3kg Erythritol sebagai storage material

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi pengunaan energi listrik untuk kebutuhan memasak

2. Menutupi kekurangan dari solar box cooker yang hanya dapat digunakan pada siang hari.

3. Memberikan wacana untuk penelitian lebih lanjut

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan

masalah yang berisi antara lain : latar belakang, batasan masalah, tujuan

penelitan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai

landasan dalam memecahkan masalah, adapun teori-teori yang dikaji antara

lain mengenai : radiasi surya, konveksi natural, solar cooker, dan penyimpanan panas pada Phase Change Material.

BAB III METODOLOGI

Bab ini berisi kerangka pemikiran dan langkah yang dilakukan untuk

mengidentifikasi permasalahan, juga beberapa aspek yang menunjang metode

(17)

BAB IV DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisi analisis dari data hasil pengujian antara lain : analisa pengujian

tahap pertama, analisa pengujian tahap kedua, perbandingan pengujian

dengan jurnal internasional, dan analisa perhitungan biaya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pengujian yang dilakukan dan saran

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiasi Surya

2.1.1 Teori Dasar Radiasi

Matahari mempunyai diameter 1,39×109 m. Bumi mengelilingi matahari

dengan lintasan berbentuk ellipse dan matahari berada pada salah satu

pusatnya. Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49×1011 m.

Gambar 2.1 menunjukkan hubungan Matahari dan Bumi.

Gambar 2.1 Hubungan Matahari Dan Bumi

(Sumber : Himsar Ambarita,2011)

Dimana :

Gsc = Daya radiasi rata-rata yang diterima atmosfer bumi (W/m2)

Lintasan bumi terhadap matahari berbentuk ellipse, maka jarak antara bumi

dan matahari adalah tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47x1011 m yang terjadi pada tanggal 3 Januari 2011, dan jarak terjauh pada tanggal 3 juli dengan jarak

1,52x1011 m. Karena adanya perbedaan jarak ini, menyebabkan radiasi yang diterima

atmosfer bumi juga akan berbeda.

Beberapa Istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah :

1. Air Mass (m)

Adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi pada

(19)

tepat pada posisi zenit. Artinya pada posisi tegak lurus (zenit =0) nilai m

= 1 , pada sudut zenith 600, m = 2 .

2. Beam Radiation

Radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokkan oleh atmosfer.

Istilah ini sering juga disebut radiasi langsung (direct solar radiation).

3. Diffuse Radiation

Radiasi energi surya dari matahari yang telah dibelokkan atmosfer

4. Total Radiation

Adalah jumlah beam dan diffuse radiation.

5. Irradiance [W/m2]

Adalah laju energi radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan

luas permukaan tersebut Solar irradiance biasanya disimbolkan dengan G. Dalam bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut dengan

Intensitas radiasi.

6. Irradiation atau Radian Exposure[J/m2]

Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan dalam

interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan mengintegralkan G

pada interval waktu yang diinginkan, misalnya untuk 1 hari biasa

disimbolkan H dan untuk 1 jam biasa disimbolkan I.

7. SolarTime atau Jam Matahari

Adalah waktu berdasarkan pergerakan semu matahari di langit pada

tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST ) berbeda dengan

penunjukkan jam biasa (standard time, disimbolkan STD ).

Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor dengan asumsi efisiensi

kaca 90%, intensitas radiasi diperoleh dari alat ukur, dan dihitung permenit, sehingga

energi radiasi dapat di hitung mengunakan rumus (Duffle,2006):

Qradiasi = I Ak� 90% (2.1)

Dimana: Qradiasi = Energi Radiasi (MJ)

I = Intensitas radiasi (W/m2) Ak = Luas penampang kolektor(m2)

(20)

2.1.2 Pemanfaatan Energi Surya

Dalam era ini, pengunaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui

semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia, kemajuan

teknologi dan lain lain. Namun hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan

sumber daya alam tersebut. Sehingga para ilmuwan telah mencoba mengembangkan

potensi sumber daya alam yang dapat diperbarui contohnya air, angin dan energi

surya. Pembahasan adalah tentang pemanfaatan energi surya, terdapat 2 macam

pemanfaatan energi surya yaitu:

1. Pemanfaatan Fotovoltaic

Pemanfaatan energi surya ini adalah untuk menghasilkan energi listrik.

Menurut Sujono (2009), Energi surya yang diubah menjadi energi listrik

hanya memiliki efisiensi sekitar 10%.

2. Pemanfaatan Termal

Terdapat 9 pemanfaatan termal terbesar yang sudah dilakukan dan diterapkan

dibeberapa negara yaitu:

Solar Water Heater (Pemanas air dengan Energi Surya)

Prinsip kerja solar water heater adalah memanaskan air dengan energi surya. Air dialirkan ke pipa-pipa yang pipih, biasanya dicat warna hitam

untuk memaksimalkan penyerapan energi surya. Air yang telah mencapai

suhu yang diinginkan disimpan ke sebuah silinder sebagai tempat

penyimpanan. Solar water heater juga dilengkapi beberapa sensor untuk menjaga suhu air yang diinginkan. Solar Water Heater juga dapat memanaskan air mengunakan listrik jika cuaca hujan/mendung. Gambar

2.2 menunjukkan solar water heater.

Gambar 2.2 SolarWater Heater

(21)

Keterangan :

1. Pipa-pipa air

2. Tabung silinder

Solar cooker (Memasak dengan Energi Surya)

Solar Cooker adalah alat memasak yang mengunakan energi surya . Perkembangan pengunaan solar cooker ini telah meluas terutama di Negara India, yang memiliki radiasi matahari per hari sekitar 600W/m2 (Buddhi D dkk : 2003). Solar cooker ini juga memiliki berbagai bentuk konstruksi. Beberapa bentuk memiliki cara kerja yang sedikit berbeda,

tapi pada prinsipnya solar cooker mengunakan energi surya, dan diubah menjadi energi panas untuk memasak makanan.

Buddhi D dkk (2003:1), mereka mendesain solar cooker berbentuk box

dan mengunakan termal storage untuk dapat menyimpan energi panas yang akan digunakan untuk memasak pada malam hari. Gambar 2.3

menunjukkan solar cooker jenis panel.

Gambar 2.3 Solar Cooker

(Sumber:

Keterangan :

1. Vessel

(22)

Solar Driers( Pengering dengan Energi Surya)

Pada negara-negara berkembang, produk-produk pertanian dan

perkebunan sering dikeringkan mengunakan tenaga matahari. Konsep

inilah yang digunakan sebagai acuan untuk menciptakan solar driers.

Cara kerjanya adalah udara yang masuk ke dalam kolektor akan

dipanaskan oleh energi surya, udara yang telah panas kemudian masuk ke

dalam kotak pengering, kotak pengering inilah yang diisi produk-produk

pertanian yang akan dikeringkan. Gambar 2.4 menunjukkan

bagian-bagian utama solar driers.

Gambar 2.4 Solar Driers (Sumber: www.climatetechwiki.org)

Solar Ponds

Ini tergolong aplikasi dengan skala cukup besar. Cara kerjanya adalah

garam yang mengendap di dasar, dan disinari matahari akan bertambah

panas. Panas ini digunakan untuk memutar turbin. Mengunakan prinsip

(23)

Gambar 2.5 Solar Ponds

Solar Architecture

Dalam bidang arsitektur, pemanfaatan energi surya telah dikembangkan.

Pemanfaatan dalam bidang ini sudah cukup banyak diterapkan di Jepang.

Dari segi artistik juga mendapatkan tanggapan positif demikian juga dari

segi pemanfaatan energi termalnya. Fungsi dari solar architecture adalah untuk membuat ruangan menjadi nyaman. Gambar 2.6 menunjukkan

desain perumahan yang berdasar pada solar architecture.

Gambar 2.6 Solar Architecture

(Sumber :

(24)

Pengunaan Air-Conditioning mencapai puncaknya pada saat matahari terik/panas. Inilah yang dimanfaatkan menjadi Solar-Air Conditioning. Cara kerjanya adalah dengan kolektor tabung hampa panas yang

memanaskan air untuk mengerakkan sebuah chiller penyerapan sinar

matahari secara langsung. Udara digunakan sebagai pendingin. Dengan

teknologi ini juga, kerusakan atmosfer akan dapat dihindarkan. Gambar

2.7 menunjukkan bagian-bagian solar air-conditioning.

Gambar 2.7 Solar Air-Conditioning

(Sumber:

Solar Chimney

Solar Chimney digunakan untuk ventilasi pada gedung-gedung besar. Sirkulasi udara menjadi baik dan ruangan menjadi tidak terlalu panas.

Biasanya juga digunakan untuk menghasilkan listrik. Cara kerjanya

adalah udara dipanaskan oleh energi surya. Udara yang panas akan

cenderung bergerak ke atas dan keluar melalui cerobong. Pada cerobong

biasanya dipasang turbin. Udara yang bergerak ke atas akan mengerakkan

turbin, sehingga menghasilkan listrik. Gambar 2.8 menunjukkan

(25)

Gambar 2.8 SolarChimney

(Sumber: www://freenewsupdate.blogspot.com/2010/04/solar-updraft-dan

concentracing-solar.html)

Keterangan :

1. Turbin

2. Kolektor

3. Tower/Cerobong

Solar Destilasi/purification

Solar Destilasi/purification digunakan untuk memurnikan air maupun memisahkan air dengan garam. Cara kerjanya adalah air laut dipompakan

setelah itu melewati kolektor, dengan panas dari energi surya ini, air akan

menguap dan menyisakan garam. Uap dikondensasikan menjadi air.

Sehingga didapat 2 hasil yaitu garam dan air tawar. Gambar 2.9

menunjukkan bagian-bagian solar distillation water.

Gambar 2.9 SolarDistilation Water

(Sumber : http://benjimester.hubpages.com/hub/solar-water-distiller-

solar-still)

(26)

Ini merupakan aplikasi dengan skala yang sangat besar, bisa diaplikasikan

di daerah gurun. Dapat menghasilkan listrik dalam kapasitas yang sangat

besar. Cara kerjanya ialah energi surya yang terpapar ke reflektor,

direfleksikan ke tower yang di tengah. Dari tower itulah energi surya

dikumpul dan digunakan untuk menghasilkan listrik. Gambar 2.10

menunjukkan solar power plant di Seville, Spanyol.

Gambar 2.10 SolarPower Plant

(Sumber

setting-on-solar-power-in-spain)

2.2 Konveksi Natural

Jika aliran fluida terjadi secara alami, sebagai akibat perpindahan panas yang

terjadi. Konveksi ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi bebas

dalam bahasa Inggris disebut natural convection atau free convection.

Asumsi yang umum digunakan untuk dapat menurunkan persamaan

pembentuk aliran pada udara di sekitar plat vertikal ini adalah : aliran 2D,

incompressibel, sifat fisik konstan. Untuk memunculkan efek dari perbedaan

kerapatan sebagai gaya pendorong aliran fluida, maka pada persamaan momentum

arah vertikal, gaya gravitasi harus diperhitungkan. Bilangan-bilangan tanpa dimensi

yang sering digunakan untuk menghitung konveksi alamiah adalah (Incropera,1985)

:

RaL =

�� (�−�)�3

��

(2.2)

(27)

g = gravitasi bumi

Ts = suhu permukaan

Tr = suhu ruangan

L = panjang

v = viskositas kinematik ( μ/ρ )

α = diffusitas termal ( k/ρ.cp)

Persamaan mencari bilangan Nusselt untuk konveksi alamiah pada plat luar telah

diturunkan secara analitik, dengan asumsi bawah aliran adalah laminar. Namun

faktanya, aliran tidak selalu laminar melainkan turbulent. Bilangan Nusselt pada plat

vertikal dengan Ts konstan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jika bilangan 10-1<Ra<1012 , maka bilangan Nusselt yang dipakai adalah (Incropera,1985) :

��

�����= 0.68

+

0.387��1 /6

[1+(0.492/��)9/16]8/27 (2.3)

Jika bilangan Ra< 109, maka bilangan Nusselt yang dipakai adalah (Persamaan ini lebih akurat) (Incropera,1985) :

��

�����= 0.68

+

0.67�� 1/4

[1+(0.492/��)9/16]4/9 (2.4)

Dimana : Pr = bilangan Prandtl

2.3. Solar cooker

2.3.1 Sejarah solar cooker

Pada zaman dulu, memasak dengan energi surya sudah dimulai dan telah

tercatat disebuah dokumen oleh seorang fisikawan berkebangsaan Prancis-Swiss,

Horrace de Saussure pada tahun 1767. Perkembangan dengan energi surya ini tidak

begitu signifikan sampai pada awal tahun 1970. Walaupun memang ada beberapa

dokumen yang mencatat bahwa telah ditemukan dan dilakukannya percobaan sekitar

tahun 1940 dan 1950-an.

Yang paling terkenal adalah percobaan yang dibuat oleh Barbara Kerr dari

(28)

menyerap energi surya dan mengubahnya menjadi energi panas, dan terperangkap di

dalam box yang tertutup. Panas yang diserap inilah yang digunakan untuk memasak. Pada solar cooker, panas dapat mencapai 200oC. Solar cooker yang dibuat memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Tapi pada prinsipnya, solar cooker

memerangkap panas untuk digunakan memasak, kecuali pada bentuk parabola.

2.3.2 Tipe-Tipe Solar cooker

Ada beberapa Tipe-Tipe Solar cooker yaitu sebagai berikut : 1) Solar cooker Tipe Box

Sebuah Solar cooker tipe box biasanya memiliki kaca transparan atau plastik, dan memiliki reflektor tambahan untuk mengkonsentrasikan sinar matahari

ke dalam box. Bagian atas biasanya dapat dibuka untuk memungkinkan vessel

bewarna hitam berisi makanan untuk ditempatkan di dalam. Satu atau lebih

reflektor logam yang mengkilap atau bahan berlapis alumunium foil dapat

diposisikan untuk menambah cahaya tambahan ke bagian dalam box. Wadah untuk memasak dan bagian bawah dalam box harus berwarna gelap atau hitam. Di dalam dinding harus reflektif untuk mengurangi kehilangan panas

radiasi dan memantulkan cahaya menuju bagian bawah absorber yang gelap,

yang bersentuhan dengan vessel. Box juga harus memiliki sisi terisolasi. Isolasi termal untuk solar box cooker harus mampu menahan suhu sampai 150°C (300°F) tanpa meleleh atau bereaksi dengan panas yang dapat

menimbulkan gas beracun. Gumpalan koran, wol, kain, rumput kering,

lembar kardus, dll dapat digunakan untuk mengisolasi dinding cooker. Logam

vessel dapat diberi warna hitam baik dengan cat hitam (yang tidak beracun ketika panas), jelaga minyak, atau arang. Solar box cooker biasanya mencapai suhu 150°C (300°F). Hal yang terbaik adalah mulai memasak sebelum tengah

hari, meskipun juga tergantung pada garis lintang dan cuaca. Cooker ini juga dapat digunakan untuk menghangatkan makanan dan minuman. Gambar 2.11

(29)

Gambar 2.11 Solar Cooker Bentuk Box

(Sumber:

Keterangan :

1. Kaki penyangga

2. Kaca

3. Reflektor

2) Solar Cooker Tipe Panel

Solar Cooker tipe panel yang tergolong murah merupakan solar cooker yang menggunakan panel reflektif untuk mengarahkan sinar matahari, untuk

memasak makanan di dalam panci yang tertutup. Sebuah model umum adalah

CoolKit.

Dikembangkan pada tahun 1994 oleh Internasional solar cooker, bahan yang paling sering digunakan adalah bahan reflektif contohnya aluminium foil,

setelah itu dipotong dan dilipat, biasanya ditempelkan pada karton yang telah

dibentuk sedemikian rupa. Hal ini mempermudah penyimpanan. Jenis yang

lainnya adalah hotpot, sebuah bentuk desain panel canggih yang terdiri dari mangkuk kaca. Panel mengunakan aluminium yang mengkilap, hotpot juga memiliki keuntungan termal yang tinggi karena memanfaatkan efek rumah

(30)

Gambar 2.12 Solar Cooker Tipe Panel

(Sumber:

Keterangan :

1. Reflektor

2. Vessel

3) Solar cooker tipe ketel

Solar cooker tipe ketel dapat digunakan untuk mendidihkan air dengan mengandalkan energi matahari saja. Berteknologi rendah yang digunakan

untuk menghasilkan minuman panas. Ada juga yang menggunakan teknologi

tinggi yaitu dengan menggunakan teknologi tabung vakum. Gambar 2.13

menunjukkan solar cooker tipe ketel.

Gambar 2.13 Solar Cooker Tipe Ketel (Sumber:

Keterangan :

1. Reflektor

2. Kaki penyangga

(31)

4) Solar cooker tipe parabola

Sebuah solar cooker konsentrator parabola memiliki kolektor, yang merefleksikan energi surya ke satu titik. Vessel ditempatkan pada titik fokus. Keuntungan dari jenis sistem konsentrator adalah bahwa mereka dapat

mencapai suhu yang tinggi. Di sisi lain, kebutuhan untuk pelacakan sering

memaksa pengguna untuk bekerja di bawah sinar matahari di bawah kondisi

yang berat terutama panas dan silau. Gambar 2.14 menunjukkan solar cooker

tipe parabola.

Gambar 2.14 Solar Cooker Tipe Parabola (Sumber:

Keterangan :

1. Vessel

2. Reflektor

5) Solar cooker tipe Scheffler

Sebuah cooker bernama Scheffler (penemunya bernama Wolfgang Scheffler) menggunakan reflektor ideal paraboloidal besar yang diputar sekitar suatu

sumbu yang sejajar dengan bumi sebagai mekanisme mekanik, berputar 15

derajat per jam untuk mengimbangi rotasi bumi. Sumbu melewati pusat

reflektor dari massa, sehingga reflektor akan berubah arah dengan mudah.

Pemasak terletak pada fokus yang ada pada sumbu rotasi, sehingga cermin

dapat mengkonsentrasikan sinar matahari sepanjang hari. Untuk menjaga

fokus stasioner, bentuk reflektor harus bervariasi.

Oleh karena itu, reflektor Scheffler harus fleksibel, agar dapat diposisikan

untuk menyesuaikan bentuknya. Gambar 2.15 menunjukkan solar cooker tipe

(32)

Gambar 2.15 Solar Cooker Tipe Sceffler (Sumber:

Keterangan :

1. Vessel

2. Reflektor

6) Solar cooker tipeindirect

Solar cooker tipe Indirect adalah tipe solar cooker yang memasak secara tidak langsung atau menggunakan media lain untuk dipanaskan dan

kemudian menyalurkan panas pada cooker atau PCM yang mau dipanaskan. Biasanya tipe solar cooker ini digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Sharma et al dkk (2005:3), mereka mengembangkan solar cooker yang dibuat berfungsi untuk memasak pada malam hari, dibuat berdasar pada evacuated tube. Lokasi pengujian dilakukan di Jepang. PCM yang digunakan adalah Erythritol.

Hussein dkk (2008:2), mereka mengembangkan solar cooker juga dibuat untuk memasak malam hari, dan langsung dihubungkan ke dalam ruangan

(memasak didalam rumah). Lokasi pengujian berada di Egypt, dan berhasil memasak di siang dan sore hari, sekaligus juga dapat digunakan untuk

memanaskan makanan pada malam hari. PCM yang digunakan adalah magnesium nitrate hexahydrate.

2.3.3 Bagian – Bagian utama Solar cooker

Adapun bagian-bagian utama dari Solar cooker adalah

(33)

Booster Mirror merupakan desain dari beberapa tipe kaca dengan sudut tertentu untuk mengoptimasi pantulan cahaya pada solar cooker. Biasanya

booster mirror digunakan pada solar cooker tipe box.

2. Glazing Material

Glazing material termasuk diantaranya kaca, acrelic, fiberglass, dan lain-lain. Glazing material digunakan hanya dalam beberapa aplikasi khusus, namun peranan dari glazing material ini sangat penting. Panel kaca tunggal adalah yang paling sederhana dari jenis - jenis kaca yang lain dan memiliki

tranmisi energi solar yang tinggi. Walaupun sekarang yang paling banyak digunakan adalah 2 panel. Kaca dua panel adalah 2 kaca dibuat menjadi 1

unit.

Beberapa sifat-sifat kaca secara umum adalah :

1. Berwujud padat tapi susunan atom-atomnya seperti pada zat cair.

2. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu).

3. Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s).

4. Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluoride.

Karena itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.

5. Efektif sebagai isolator.

6. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.

3. CookingVessel

Bentuk yang biasa digunakan untuk vessel masak adalah silinder yang terbuat dari aluminium yang digunakan untuk memasak di dalam SBC (Solar Box Collector). Bagian luar dari vessel masak itu dilapisi/dicat warna hitam dan didempetkan pada plat absorber untuk mendapatkan hubungan kontak

antara plat absorber dengan vessel masak dan juga untuk mendapatkan dan meningkatkan perpindahan panas secara konduksi antara plat absorber

(34)

Vessel masak ini harus dapat menyerap panas baik secara radiasi, konveksi maupun konduksi. Radiasi yang didapatkan adalah energi solar

yang masuk ke dalam kaca selanjutnya merambat ke vessel. Konduksi yang didapatkan adalah energi solar yang masuk ke box dan diserap absorber kemudian merambat ke vessel masak ini.

Sharma et al dkk (2005:2), mereka mendesain dan menemukan tabung

silinder yang digunakan untuk mengisi PCM, dan digunakan untuk cooker tipe box. PCM yang mengelilingi makanan, akan meningkatkan perpindahan panasnya, sehingga proses memasak lebih cepat selesai.

Buddhi dan Sharma (2003:1), mereka mendesain dan menemukan

container yang cocok untuk mengisi PCM. Mereka mengunakan Acetanilide sebagai PCM. Gambar 2.16 menunjukkan beberapa desain vessel oleh beberapa peneliti.

Gambar 2.16 Vessel (a) Model Buddhi and Sahoo, (b) Model Domanski et al, (c) Model Sharma et al, dan (d) Model Buddhi dan Sharma

(Sumber: Muthusivagami R.M dkk, 2010)

Narashima Rao dkk (2003), mereka melakukan penelitian tentang vessel

(35)

absorber. Mereka mengatakan bahwa perpindahan panas dari plat absorber ke

vessel akan lebih baik. Gambar 2.17 menunjukkan rancangan Narashima Rao.

Gambar 2.17 Rancangan Narashima Rao

(Sumber: Narashima Rao, 2003)

4. Absorber Tray

Absorber tray dari box cooker adalah FPC (Flat Plate Collector) sederhana. Ketika radiasi solar datang dan melewati kaca dan menuju ke permukaan absorber yang memiliki absorptivity yang tinggi, energi yang

besar diserap oleh vessel ini dan di transfer ke makanan yang akan dimasak dan ditempatkan dalam vessel masak.

5. Insulation (isolasi)

Penting untuk aplikasi panas matahari untuk menyimpan panas energi

maksimum agar tercipta efisiensi dalam bekerja. Untuk mencegah transmisi

energi panas dari dalam box ke luar box, maka penting untuk menyediakan isolasi agar dapat mencegah panas keluar, karena sebagian besar kehilangan

panas dapat terjadi apabila hanya menggunakan kaca atau plastik. Oleh

karena itu isolasi diperlukan di antara dinding luar box dan isolasi sangat

berpengaruh besar terhadap suhu keseluruhan dan kekuatan memasak. Ada

beberapa bahan yang dapat digunakan untuk isolasi misalnya : Glass wool, gulungan kertas, jerami, dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam

isolasi adalah material tersebut harus kering. Nahar (2001), telah melakukan

(36)

isolasi dan tanpa isolasi dan hasil yang didapatkan adalah dengan mengisolasi

setebal 40 mm, mereka mendapati suhu 158oC dan tanpa isolasi mereka memperoleh suhu 117oC. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa dengan isolasi, hasil yang didapatkan lebih efisien.

2.4 Penyimpanan Panas latent pada Phase Change Material (PCM)

PCM termasuk material penyimpan panas latent. PCM ini mengunakan ikatan kimia untuk menyimpan dan melepas panas. Perpindahan panas ini terjadi

ketika terjadi perubahan fasa pada PCM. Cara kerja PCM ini adalah temperatur dari

PCM akan meningkat ketika PCM menyerap panas. Ketika PCM mencapai temperatur dimana PCM akan berubah fasa (titik leleh), PCM akan menyerap panas yang cukup besar tanpa bertambah temperaturnya. Temperatur akan konstan sampai

proses pelelehan berakhir. Panas yang diserap selama perubahan fasa inilah yang

disebut dengan panas latent.

Ketika temperatur lingkungan turun, maka PCM akan berubah menjadi padatan, ketika itulah PCM melepaskan panas latent. PCM menyimpan panas per satuan volume lebih banyak 5-14 x dari pada material penyimpan panas sensible.

Suatu material unsur kimia dapat dikatakan sebagai PCM jika memenuhi beberapa kriteria seperti sifat panas, sifat kimia, sifat fisik, sifat kinetik dan ekonomis.

Buddhi D dkk(2003:1), dalam pengujiannya mengunakan Acetanilide sebagai

termal storage, dia juga menyarankan bahwa untuk dapat memasak 2 kali pada malam hari, diperlukan PCM yang memiliki titik leleh diantara 105-110o C. Sharma dkk (2005:5), mereka mengunakan Erythritol sebagai termal storagenya.

2.4.1 Klasifikasi Phase Change Material ( PCM)

Banyak jenis PCM yang tersedia sesuai yang diinginkan. Range temperatur yang tersedia berkisar antara 0-150 OC biasanya digunakan untuk aplikasi energi

(37)

Gambar 2.18 Klasifikasi Phase Change Material (Sumber : Lalit M.Bal 2010)

1. PCM Organik

Lebih jauh, material organik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu material

paraffin dan non paraffin . Material organik harus bisa mencair secara

sempurna sehingga cairan dan padatan memiliki komposisi yang sama,

perbedaan antara massa jenis fasa cair dan fasa padat menyebabkan segregasi

dan menghasilkan perubahan komposisi kimia dari suatu material. Material

organik dibagi atas 2 macam yaitu :

• Material Paraffin

Parafin terdiri dari campuran ikatan alkane CH3–(CH2)–CH3. Ikatan CH3

yang mengalami proses kristalisasi melepaskan banyak sekali panas latent.

Titik leleh dan heat fusion akan meningkat sesuai dengan panjang rantai CH3. Paraffin merupakan material yang aman, dapat diandalkan, bisa di

(38)

Tabel 2.1 Material Paraffin

Paraffin*

Freezing

point/range (oC)

Heat of

Fusion (kJ/kg) Group*

6106 42-44 189 1

P116 45-48 210 1

5838 48-50 189 1

6035 58-60 189 1

6403 62-64 189 1

6499 66-68 189 1

Sumber : Lalit M.Bal 2010

*Group I: Most promising; Group II : Promising; Group III : Less Promising; Group IV : -

• Material Non-Paraffin

Material organik Non-Paraffin ini adalah PCM dengan jumlah variasi paling banyak. Masing-masing material ini memiliki sifat-sifat tersendiri, tidak

seperti material paraffin yang rata-rata memiliki sifat yang hampir sama.

Jenis material ini adalah material penyimpan panas yang paling sering

digunakan. Beberapa material organik ini memiliki sifat-sifat yaitu :

1. Kalor jenis latent yang tinggi

2. Titik nyala kecil

3. Termal konduktivitas yang rendah

4. Tidak mudah terbakar

5. Tidak terlalu berbahaya

Tabel 2.2 Material Non Paraffin

Material Formula Melting

Point (oC)

Latent heat

(kJ/kg)

Group

Acetic acid CH3COOH 16.7 184 1

(39)

Material Formula Melting

Point (oC)

Latent heat

(kJ/kg)

Group

Tristearin (C17H35COO)C3H5 56 191 I

Stearic acid CH3(CH2)16-COOH 69.4 199 I

Acetamide CH3CONH2 81 241 I

Sumber : Lalit M.Bal 2010

2. PCM Non-Organik

Lebih jauh, PCM Non-Organik dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu

salt hydrates dan metallics.

Salt Hydrates

Salt Hydrates memiliki beberapa sifat yang dapat dikategorikan menjadi

Phase Change Material yaitu :

1. Memiliki panas latent yang tinggi per satuan volume.

2. Memiliki konduktivitas termal yang cukup tinggi.

3. Perubahan volume yang kecil ketika mencair.

4. Tidak korosif, tingkat racun kecil dan tidak bereaksi dengan plastik.

Metallics

Kategori logam yang termasuk dalam metallics adalah logam dengan titik leleh yang rendah dan logam euthetics. Bahan metallics ini masih jarang dipakai sebagai PCM karena kerugian pada jumlah/berat bahan yang diperlukan. Seperti diketahui, besarnya energi termal yang bisa disimpan itu berbanding lurus dengan

volume. Perbedaan dengan PCM lainnya ialah metallics memiliki konduktivitas termal yang tinggi.

Tabel 2.3 Material Metallics

Material Melting Point (oC) Latent heat((kJ/kg) Group

Gallium-Gallium 30.0 80.3 1

Cerrolow eutectic 58 90.9

-Bi-Cd-In eutectic 61 25

(40)

Material Melting Point (oC) Latent heat((kJ/kg) Group

Bi-Pb –In eutectic 70 29

-Bi –ln eutectic 72 25

-Bi-Pb-Tin eutectic 92 28

-Bi-Pb Gallium 90 29

-Sumber : Lalit M.Bal 2010

Tabel 2.4 Material Salt Hydrates

Material Melting Point (oC) Latent heat((kJ/kg) Group

K2HPO4-6H2O 14.0 109 II

FeBr3-6H2O 21.0 105 II

Mn(NO3)2-6H2O 25.5 148 II

FeBr3-6H2O 27.0 105 II

CaCl2-12H2O 29.8 174 I

LiNO3-2H2O 30.0 296 I

LiNO3-3H2O 30 189 I

Na2CO3-10H2O 32 267 II

Na2SO4-10H2O 32.4 241 II

KFe(SO4)2-OH 33 173 I

CaBr2-6H2O 34 138 II

LiBr2-2H20 34 124 I

Zn(NO3)2-6H2O 36.1 134 III

FeCl3-6H2O 37.0 223 I

Mn(NO3)2-4H2O 36.1 115 II

Na2HPO4-12H2O 40.0 279 II

CaSO4-7H2O 40.7 170 I

KF-2H2O 42 162 III

Mgl2-8H2O 42 133 III

Cal2-6H2O 42 162 III

K2HPO4-7H2O 45 145 II

Zn(NO3)2-4H2O 45 110 III

Mg(NO3)2-4H2O 47 142 II

Ca(NO3)2-4H2O 47 153 I

(41)

Material Melting Point (oC) Latent heat((kJ/kg) Group

Na2S2O3-5H2O 48 168 II

K2HPO4-3H2O 48 99 II

Na2SiO3-4H2O 48.5 210 II

MgSO4-7H2O 48.5 202 II

Ca(NO3)2-3H2O 51 104 I

Zn(NO3)2-2H2O 55 68 III

FeCl3-2H2O 56 90 I

Ni(NO3)2-6H2O 57 169 II

MnCl2-4H2O 58 151 II

MgCl2-4H2O 58 178 II

CH3COONa3H2O 58 265 II

Fe(NO3)2-6H2O 60.5 126

-NaAl(SO4)210H2O 61 181 I

NaOH-H2O 64.3 273 I

Na3PO4-12H2O 65 190

-LiCH3COO-2H2O 70 150 II

Al(NO3)2-9H2O 72 155 I

Ba(OH)2-8H2O 78 265 II

Mg(NO3)2-6H2O 89.9 167 II

Sumber : Lalit M.Bal, 2010

2.4.2 Solar cooker dengan Material Penyimpan Panas (Thermal Storage material)

Material penyimpan energi sekarang merupakan alternative yang paling banyak

digunakan untuk peningkatan efisiensi energi. Banyak metode penyimpanan energi

dalam beberapa bentuk yaitu mekanikal, elektronikal, dan termal. Energi termal

dapat disimpan pada cairan dan padatan.

Ada 3 jenis penyimpanan energi termal yaitu:

1. Penyimpanan panas sensible ( Sensible Heat Storage).

Pada penyimpanan panas sensible, energi termal di simpan dengan cara

(42)

telah diserap oleh cairan/padatan, dan melepaskanya ke temperatur di

sekelilingnya pada saat menyimpan dan melepas panas. Besarnya energi

panas yang dapat simpan bergantung pada panas spesifik(Specific Heat) dari medium, jumlah material penyimpan energi, dan perubahan temperature.

Panas sensible dapat dihitung dengan (Atul Sharma,2009):

Q=∫mCpdT = mCp(Δ�) (2.5)

Dimana : m = massa PCM (kg)

Cp = kalor jenis PCM (kJ/kg oC)

Δ� = Perubahan temperatur (oC)

2. Penyimpanan panas Latent (Latent Heat Storage).

Penyimpanan panas Latent adalah penyerapan dan pelepasan panas ketika

Material penyimpan energi ini berubah fasa dari padat menjadi cair maupun

cair menjadi gas kira-kira pada temperatur constant. Material yang digunakan

disebut juga dengan Phase Change Material ( PCM).

Jumlah dari panas latent yang dapat disimpan pada Phase Change Materials adalah (Atul Sharma,2009) :

Q= mCp(Δ�) + m kl + mCp(Δ�) (2.6)

Dimana : m = massa PCM (kg) Cp = kalor jenis (kJ/kg oC)

Δ� = Perubahan temperatur (oC)

kl = kalor latent (kJ/kg)

3. Penyimpanan panas Termo-Kimia.

Sistem penyimpanan panas termo-kimia bergantung pada energi yang

diserap dan dilepaskan dalam proses pembentukan dan pelepasan ikatan

molekul pada reaksi kimia. Dalam hal ini, besarnya energi panas yang dapat

disimpan bergantung pada jumlah material penyimpan energi, reaksi panas

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk dapat digunakan memasak secara tidak langsung, PCM dijemur pada terik matahari (charging process). Panas yang didapat selama charging process adalah panas sensible dan panas latent. Dari panas yang diserap, itulah yang digunakan untuk memasak secara tidak langsung (discharging process). Dengan mengoptimalkan perpindahan panas dan penyimpanan panas latent, memasak secara

tidak langsung menjadi mungkin. Waktu pengujian dilakukan pada bulan

Maret-April.

3.1 Peralatan Pengujian

Adapun beberapa alat pengujian yang digunakan adalah :

1. Komputer.

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data yang telah didapatkan

dari Hobo Microstation data logger dan Agilient 34972a.

3.1Komputer

Spesifikasi :

- Processor : Intel(R)Pentium R, dual CPU T3400, 2.16 GHz

- Memory : 1792 Mb RAM

- Windows : Xp Proffesional

(44)

Alat ini dihubungkan dengan termocouple yang dipasang pada titik-titik

yang akan diukur temperaturnya, setelah itu akan disimpan ke dalam alat

ini, setelah itu dipindahkan ke komputer untuk dapat di olah datanya.

Gambar 3.2 Agilient 34972 A

Dengan Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah Saluran Termocouple 20 buah c. Tegangan 250 Volt

d. Mempunyai 3 saluran utama

e. Dapat memindai data hingga 250 saluran per detik

f. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem control

g. Fungsional antara lain pembacaan suhu Termocouple, RTD, dan Termistor, arus listrik AC

3. Hobo Microstation data logger.

Alat ini di hubungkan ke data logger untuk kemudian dihubungkan ke komputer untuk di olah datanya.

(45)

Keterangan :

1. Ambient Measurement apparatus

Alat ini digunakan untuk mengukur temperatur lingkungan sekitar.

2. Pyranometer

Alat ini digunakan untuk mengukur radiasi matahari pada suatu

lokasi.

3. Wind Velocity Sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kecepatan angin.

4. T and RH smart sensor

Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban udara.

Dengan Spesifikasi :

• Skala pengoperasian : 20 o C -50 o C dengan baterai alkalin

40o C -70 o C dengan baterai lithium

• Input Processor : 3 buah sensor pintar multi channel monitoring

• Ukuran : 8,9 cm x 11,4 cm x 5,4 cm

• Berat : 0,36 Kg

• Memori : 512 kb Penyimpanan data nonvolatile • Interval Pengukuran : 1 detik – 18 jam

• Akurasi Waktu : 0 – 2 detik

4. Vessel

Vessel ini dirancang khusus untuk dapat digunakan memasak pada malam hari, terdiri dari 2 tabung sepusat, ruang antara tabung ini diisi dengan

Erythritol yang berfungsi sebagai sumber panas yang digunakan untuk

memasak beras dan air. Bahan vessel ini adalah aluminium A380. Bagian luar

(46)

Gambar 3.4 Vessel

Keterangan Gambar :

1. PCM

2. Tutup luar vessel

3. Tutup dalam vessel

4. Vessel bagian dalam 5. Vessel bagian luar

5. Solar box cooker

Cooker berbentuk box ini dirancang untuk dapat memanaskan vessel yang berisi Erythritol pada siang hari. Perancangan dan performansi dari box

ini akan menentukan panas yang dapat diserap oleh Erythritol.

(47)

Dengan Spesifikasi :

• Dimensi : Tinggi = 29,5 cm

Panjang = 1 m

Lebar = 1 m

Tebal = 0,0825 m

Insulation : Polystrene (k=0,036 W/mK) Rockwool (k = 0,042 W/mK)

Frame : Kayu Meranti (k = 0,19 W/mK)

Absorber : Aluminium Plate (k= 237 W/mK)

• Penutup : Kaca (k = 1,4 W/mK)

3.2 Bahan

Adapun beberapa bahan yang digunakan untuk pengujian yaitu :

1. Air (H2O) dan Beras.

Kedua bahan ini merupakan bahan yang akan dimasak, baik dalam memasak

air maupun memasak beras. Berat masing-masing bahan ini disesuaikan

dengan takaran yang tepat.

Gambar 3.6 Air dan Beras

2. Plat Aluminium.

Bahan ini digunakan sebagai bahan dasar pembuatan vessel. Konduktivitas yang bagus dari Aluminium akan mempengaruhi perpindahan panas dari

(48)

Gambar 3.7 Plat Aluminium

Dengan Spesifikasi :

a. Panjang = 690 mm

b. Lebar = 690 mm

c. Tebal = 0,2 mm

d. Tipe Aluminium = A380

Spesifikasi Aluminium:

- Mg : 0,1 %

- Cu : 2,5 %

- Si : 10,5 %

e. Konduktivitas Termal = 237 W/m.K

3. Erythritol.

PCM yang digunakan adalah Erythritol (Gambar 3.8). Erythritol sendiri adalah bahan dasar gula diet. Di sini Erythritol berfungsi sebagai storage material. Sifat-sifat Erythritol ditunjukkan pada tabel 3.1.

(49)

Tabel 3.1 Properties of Erythritol

Melting Temperature 117 o C

Latent Heat of Fusion 339.8 kJ/kg

Specific Heat Liquid : 1.38 kJ/kgo C

Solid : 2.76 kJ/kgo C

Density 1300 kg/m3

Thermal Conductivity 0.326 W/m o C

Sumber : Atul Sharma, 2009

3.3 Experimental Setup.

Pengujian dimulai dengan menghubungkan kabel-kabel termocouple ke agilient dan kemudian sisi termocouple lainnya dihubungkan ke panci pelat absorber, kaca, dan dinding untuk memperoleh data temperatur. Setelah itu,

flash disk dihubungkan ke agilient untuk dibaca. Setelah agilient membaca

temperatur selama waktu yang telah diatur, flash disk dicabut dan dibaca

dalam bentuk Microsoft excel pada komputer.

(50)

Gambar 3.10 Experimental setup pada saat discharging

Adapun beberapa parameter yang akan diukur ialah :

1. Temperatur udara(Tu)

Ini adalah temperatur lingkungan sekitar pengujian. Dapat diambil lebih dari

1 titik pengujian, yang kemudian akan dirata-ratakan.

2. Radiasi Solar (Gaa)

Ini menunjukkan seberapa besar radiasi solar pada 1 hari dalam 1 m2. Biasanya data di hitung setiap jam, dari jam 08:00-16:00, kemudian

dirata-ratakan sehingga didapatkan radiasi solar per hari.

3. Temperatur Absorber (Tp)

Ini adalah temperatur plat absorber. Data diambil selama charging process.

4. Waktu (t)

Parameter ini digunakan untuk mengetahui berapa lama bahan makan

dimasak, dari mentah menjadi masak.

5. Temperatur PCM ( TPCM)

(51)

3.4 Prosedur Pengujian.

Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah :

1. Pada jam 08.30 solar box cooker dijemur, demikian juga dengan vessel, dimasukkan ke dalam, proses ini disebut dengan charging process.

2. Parameter-parameter yang akan diukur dihubungkan ke data logger dan komputer.

3. Charging process dilakukan pada saat matahari masih terik.

4. Ketika charging process tidak mungkin lagi dilakukan, beras dan air

dimasukkan ke dalam vessel yang berada didalam box.

5. Proses memasak secara tidak langsung dimulai, dan disebut dengan

proses discharging.

Dalam Skripsi ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan proses,

(52)

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 3.11 Diagram Blok Proses Pengerjaan Skripsi Kesimpulan

Analisa hasil pengujian

Buku referensi, Jurnal dll

Studi literatur

Pengujian dan pengambilan data memasak beras secara

indirect

Perancangan Vessel dan Solar box cooker

Pembelian PCM Erythritol

Perbandingan dengan jurnal internasional

Pengujian Pelelehan Erythritol

Apakah bisa? Mulai

(53)

BAB IV

DATA DAN ANALISA DATA

Pengujian dilakukan selama bulan Maret-April di kota Medan, Indonesia

dengan posisi lintang 3,43 o LU dan 98,44 o BT dengan solar box cooker dan vessel

yang telah didesain (Gambar 3.4 dan 3.5). Perbandingan hasil pengujian akan

dilakukan dengan Jurnal Energy Conversion and management 44 (2003) oleh Buddhi

D

Pengujian untuk membuktikan pengunaan storage material telah dilakukan. Dengan mengunakan vessel tahap ke dua, storage material dipanaskan secara manual mengunakan gas, sampai meleleh sebagian. Setelah itu, vessel dimasukkan ke dalam container dan 0.5 kg(0.3kg air + 0.2 kg beras) dimasukkan ke dalam vessel, dan 1 jam kemudian nasi telah matang (Gambar 4.1). Ini membuktikan bahwa jika storage material itu meleleh, berarti dimungkinkan untuk memasak hanya dengan mengunakan storage material tersebut.

Gambar 4.1 Sesaat Sebelum dan Sesudah Pengujian

4.1 Analisa Pengujian tahap pertama

Pengujian tahap pertama ini dilakukan pada bulan Maret di Kota Medan,

Indonesia. Untuk melakukan pengujian, maka di desain vessel khusus. Gambar 4.2 menunjukkan bentuk vessel tahap pertama.

(54)

Keterangan Gambar :

1. PCM

2. Tutup luar vessel

3. Tutup dalam vessel

4. Vessel dalam 5. Vessel luar

Pada tanggal 15 Maret 2012, radiasi matahari aktual dan teoritis dari pukul

09:00 sampai pukul 16:00 ditunjukkan pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Radiasi Matahari Tanggal 15 Maret 2012

Rata-rata radiasi matahari pada tanggal 15 Maret 2012 adalah 618 W/m2. Pada jam 11:00 terjadi penurunan radiasi yang cukup signifkan karena mendung.

Sebanyak 4 kg Erythritol yang telah dimasukkan ke dalam vessel yang di desain khusus di uji. Pengujian di lakukan dari pukul 09:00 sampai 16:00. Waktu yang

diperlukan untuk mencapai titik leleh dari Erythritol sangat lama. Baru pada pukul

14:26 temperatur Erythritol mencapai 117oC. Gambar 4.4 memperlihatkan temperatur masing-masing titik yang diukur.

0,0

Radiasi Pengukuran tanggal 15 Maret 2012

Radiasi Pengukuran

(55)

Gambar 4.4 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 15 Maret 2012

Melalui pendekatan melalui rumus-rumus perpindahan panas dapat

diperkirakan jumlah Erythritol yang meleleh. Diasumsikan konveksi pada plat

vertikal. Di hitung pada waktu dimana Erythritol mencapai 117oC yaitu pada pukul 14:28-15:05.

Sifat-sifat di evaluasi pada temperatur 397 K; β = 1/Tr = 0.0025

T

(K)

ρ

(kg/m3)

v.106 (m2/s)

k.103 (W.mK)

α .106

(m2/s) Pr

g

(m/s2) L

(m)

397 0.878 26.08 33.5 37.79 0.69 9.81 0.1

Menghitung Erythritol yang meleleh :

• Menghitung bilangan RaL : (Ts = 404.5 K; Tr = 390.1 K)

RaL =

�� (�−�)�3

��

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan RaL = 605118.4 ( karena RaL

>109), maka :

• Menghitung Nusselt :

��

���� = 0.68 + 0.67��

1/4

[1 + (0.492/��)9/16]4/9

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan ������= 15.04, maka :

(56)

• Menghitung koefisien konveksi : (dengan dv = l = 0.1 m)

h =

��������

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan h = 4.22 W/m2 K, maka :

• Menghitung �̇ ( dengan Av = 0.106 m2)

�̇ = h A Δ� x 60 s

Dimasukan nilai masing-masing, didapatkan �̇ = 457 J, maka :

• Menghitung massa lebur

�̇ =���

Didapatkan nilai massa Erythritol yang meleleh adalah 9.55 gr

Sedikitnya massa Erythritol yang meleleh, kemungkinan untuk memasak

secara tidak langsung adalah kecil. Pengujian kedua dilakukan pada tanggal

17 Maret 2012.

Pada tanggal 17 Maret 2012, radiasi matahari aktual dan teoritis dari pukul

09:00 sampai pukul 16:00 ditunjukkan pada gambar 4.5.

Gambar 4.5 Radiasi Matahari Tanggal 17 Maret 2012

Rata-rata radiasi pada tanggal 17 Maret 2012 adalah 685 W/m2, di lakukan pengujian dari pukul 09:15 sampai pukul 15:40, dengan intensitas radiasi

yang lebih tinggi dibandingkan 15 Maret 2012, pada sekitar pukul 13:00 0,0

Radiasi Pengukuran tanggal 17 Maret 2012

Radiasi Pengukuran

(57)

Erythritol sudah mencapai titik lelehnya. Gambar 4.6 memperlihatkan

temperatur masing-masing titik yang diukur.

Gambar 4.6 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 17 Maret 2012

Melalui pendekatan melalui rumus-rumus perpindahan panas dapat diperkirakan

jumlah Erythritol yang meleleh. Diasumsikan konveksi pada plat vertikal. Di hitung

pada waktu dimana Erythritol mencapai 117oC yaitu pada pukul 13:25-14:47. Menghitung massa Erythritol yang meleleh :

Sifat-sifat udara dievaluasi pada temperatur 400 K ; β = 1/Tr = 0.0025

T

(K)

ρ

(kg/m3)

v.106 (m2/s)

k.103 (W.m K)

α .106

(m2/s) Pr

g

(m/s2) L

(m)

400 0.871 26.4 33.8 38.3 0.69 9.81 0.1

• Menghitung bilangan RaL : (Ts = 410K; Tr =389.9K)

RaL =

�� (�−�)�3 ��

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan RaL= 835286.5 (karena RaL

>109), maka :

• Menghitung Nusselt:

��

����= 0.68 + 0.67��

1/4

[1 + (0.492/��)9/16]4/9

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan ������= 16.02, maka :

(58)

• Menghitung koefisien konveksi : (dengan dv = l = 0.1 m)

h =

��������

Dimasukkan nilai masing-masing didapatkan h = 4.5 W/m2 K, maka :

• Menghitung �̇ : (dengan Av =0.106 m2)

�̇ = h A Δ� x 60 s

Dimasukkan nilai masing-masing, didapatkan �̇ = 631 J, maka :

• Menghitung massa lebur

�̇ =���

Didapatkan nilai massa Erythritol yang melebur adalah 86.55 gr

Dengan lamanya pencapaian titik leleh dari Erythritol, maka dilakukanlah

improvisasi yaitu pada desain vessel dan dilakukan pengurangan quantity

Erythritolnya. Dan dilakukanlah pengujian tahap ke dua.

4.2 Analisa Pengujian tahap kedua

Pengujian tahap kedua dilakukan setelah vessel di improvisasi dan quantity

dari PCM di kurangi (dari 4 kg menjadi 3kg). Pengujian dilakukan pada bulan Maret-April di Kota Medan, Indonesia. Gambar 4.5 menunjukkan desain vessel tahap dua.

Perhitungan dimensi vessel :

- Massa PCM = 3 kg

- Volume beras dan air = 1.5 Liter

- Tinggi vessel = 12 cm - ρ pcm = 1300 kg/m3

• Jari-jari vessel bagian dalam : V = π r2 t

1.5 = 3.14 (r2) 1.2 r = 0.65 dm = 6.5 cm

• Jari-jari vessel bagian luar:

V = m / ρ Vtot = π r2 t

(59)

Gambar 4.7 Vessel Tahap kedua Keterangan Gambar :

1. PCM

2. Tutup luar vessel

3. Tutup dalam vessel

4. Vessel bagian dalam 5. Vessel bagian luar

Pada tanggal 28 Maret 2012, radiasi matahari aktual dan teoritis dari pukul

08:30 sampai pukul 15:00 ditunjukkan pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Radiasi Matahari Tanggal 28 Maret 2012

Rata-rata radiasi matahari pada tanggal 28 Maret 2012 adalah 564 W/m2. Pengujian ini masih dilakukan untuk mengetahui performansi dari vessel yang baru.

Storage material dimasukkan ke solar box cooker sekitar pukul 08.30 sampai 15.00. Gambar 4.8 memperlihatkan temperatur masing-masing titik yang diukur.

0,0

Radiasi Pengukuran tanggal 28 Maret 2012

Radiasi pengukuran

(60)

Gambar 4.8 Grafik time vs temperatur pengujian tanggal 28 Maret 2012 Pada tanggal 2 April 2012, radiasi matahari aktual dan teoritis dari pukul

08:30 sampai pukul 16:30 ditunjukkan pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 Radiasi Matahari Tanggal 2 April 2012

Rata-rata radiasi matahari pada tanggal 28 Maret 2012 adalah 479.7 W/m2.

Vessel dimasukkan ke solar box cooker sekitar pukul 08.30-16.30. Pada jam 12:31 terjadi penurunan radiasi yang signifikan, diakibatkan oleh cuaca yang mendung.

Sehingga tidak memungkinkan untuk memasak secara langsung. Pada jam 13:00,

makanan (beras 200gr + air 250 gr) dimasukkan ke dalam vessel. Dengan bantuan -200,0

Radiasi Pengukuran tanggal 2 April 2012

Radiasi Pengukuran

Poly. (Radiasi Pengukuran)

(61)

energi panas yang telah diserap selama charging proses, pada jam 14:00 nasi telah

matang.

Gambar 4.10 Grafik Time vs Temperatur Pengujian Tanggal 02 April 2012

Pada tanggal 23 April 2012, radiasi matahari aktual dan teoritis dari pukul

08:30 sampai pukul 16:25 ditunjukkan pada gambar 4.11.

Gambar 4.11 Radiasi Matahari Tanggal 23 April 2012 0

Radiasi Pengukuran tanggal 28 April 2012

Radiasi Pengukuran

Poly. (Radiasi Pengukuran)

(62)

Rata-rata radiasi matahari pada tanggal 23 April 2012 adalah 522 W/m2. Dilakukan pengujian, dimulai dari jam 08:30-16:25. Makanan (0.2kg beras dan 0.3kg

air) dimasukkan ke dalam vessel yang berada didalam box pada pukul 14:51. Pada jam 16:25 nasi telah masak. Temperatur masing-masing titik yang diukur

diperlihatkan pada gambar 4.12.

Gambar 4.12 Grafik Time vs Temperatur Pengujian 23 April 2012

Perhitungan efisiensi yang didapat selama charging process (jam 08:30- 16:25), efisiensi kaca diasumsikan 90%, maka:

Q PCM = m c Δ�

= 3 (2.76)(104- 27)

= 637.56 kJ

= 0.63 MJ

Qrad = ∑ ( I AkΔ� 90 % )

= 7 MJ

Dimana : I = Radiasi matahari(W/m2) Ak = Luas kolektor (m2)

Δ� = Selang waktu perhitungan (sec)

Gambar

Gambar 2.13 Solar Cooker Tipe Ketel
Gambar 2.14 Solar Cooker Tipe Parabola
Gambar 2.15 Solar Cooker Tipe Sceffler
Gambar 2.16 Vessel (a) Model Buddhi and Sahoo, (b) Model Domanski et
+7

Referensi

Dokumen terkait

DOI: 10.22146/ajche.80081 Spent Coffee Grounds Biochar Composite Phase Change Material Design Challenges in a Lab-Scale Solar Water Heater System for Thermal Energy Storage Raphael