• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA MAKNA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI FUNGSI SABHARA (Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA MAKNA KERJA DENGAN STRES KERJA PADA ANGGOTA POLISI FUNGSI SABHARA (Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA MAKNA KERJA DENGAN STRES KERJA

PADA ANGGOTA POLISI FUNGSI SABHARA

(Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten

Situbondo)

SKRIPSI

Oleh:

Septa Waspada Hariyono Putra

201210230311315

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA MAKNA KERJA DENGAN STRES KERJA

PADA ANGGOTA POLISI FUNGSI SABHARA

(Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten

Situbondo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh:

Septa Waspada Hariyono Putra

201210230311218

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

i

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Hubungan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota polisi fungsi Sabhara (Studi pada Polres Kota Malang, Polres Kabupaten Bondowoso, dan Polres Kabupaten Situbondo)

2. Nama Peneliti : Septa Waspada Hariyono Putra

3. NIM : 201210230311315

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 17 November 2015 – 22 November 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 19 Januari 2016 Dewan Penguji

Ketua Penguji : Hudaniah S.Psi., M.Si ( )

Anggota Penguji : 1. Tri Muji Ingarianti M.Psi ( ) 2. Zakarija Achmat M.Psi ( )

3. Ari Firmanto M.Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Hudaniah M.Si Tri Muji Ingarianti M.Psi

Malang, 5 Februari 2016 Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

ii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Septa Waspada Hariyono Putra

Nim : 201210230311315

Fakultas / Jurusan : Psikologi/ Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/ karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan antara Makna Kerja dengan Stres Kerja pada Anggota Polisi Fungsi Sabhara (Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo).

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, 5 Februari 2016 Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, dan hidayatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Makna Kerja dengan Stres Kerja pada Anggota Polisi Fungsi Sabhara (Studi pada Polres Malang, Polres Kabupaten Bondowoso, dan Polres Kabupaten Situbondo )”skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memiliki kelemahan dan keterbatasan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan karena ada bimbingan, dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya atas segala bantuan yang telah diberikan terutama kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Yuni Nurhamida, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi, arahan dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.

3. Hudaniah S.Psi.,M.Si selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Tri Muji Ingarianti M.Psi selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, kesabaran dan ketelatenan untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berharga, serta selalu memberi semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan mendidik saya selama perkuliahan ini.

6. Kepada Kapolresta Malang, Kapolres Bondowoso, dan Kapolres Situbondo, serta anggota Sabhara yang telah membantu mensukseskan skripsi ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan anda sekalian.

7. Kepada keluargaku tercinta, Bapakku Hariyono S.H, Ibuku Waihartini Purwaningtyas S.Pd, serta Kakakku Martha Hariyono Putra S.Psi yang tanpa henti memberikan kasih sayang dan dukungan selama hidup ini.

8. Noor Latifah Andina, seseorang yang selalu ada, dan memberikan bantuan serta motivasi selama perkuliahan ini.

(6)

iv

10. Teman-teman IMM “Restorasi” Fakultas Psikologi, terutama untuk ketua umum sekaligus sahabat saya, Ahmad Sulaiman yang telah menemani dan membantu saya selama ini.

11. Teman – teman seperjuangan Psikologi kelas F angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan, keceriaan dan semangat dalam mengalami suka duka bersama selama kuliah. 12. Teman-teman Pusat Layanan Psikologi UMM, Pak Jek, Mbak Ifa, Mbak Dilla, Mbak

Eka, Mas Aris, Oki, Daus, Intan, Riris, Nyimas, Ovi, Putri, Devinta, Rafi, dan Yunda yang selama membantu mengembangkan potensi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 5 Februari 2016 Penulis

(7)

v DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Surat Pernyataan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

ABSTRAK ... 1

PENDAHULUAN ... 2

Makna Kerja ... 5

Stres Kerja ... 8

Makna Kerja dengan Stres Kerja ... 10

METODE PENELITIAN ... 12

Rancangan Penelitian ... 12

Subjek Penelitian ... 12

Variabel dan Instrumen Penelitian ... 13

Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 13

HASIL PENELITIAN ... 14

DISKUSI ... 16

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 18

REFERENSI ... 19

(8)

vi

DAFTAR TABEL

(9)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Skala Try Out Makna Kerja dan Stres Kerja ... 22

Lampiran II Rekapitulasi Hasil Try Out ... 27

Lampiran III Hasil Validitas dan Reliabilitas ... 38

Lampiran IV Blue Print Skala A dan Skala B ... 48

Lampiran V Skala Penelitian ... 54

Lampiran VI Reakapitulasi Identitas Subyek ... 58

Lampiran VII Rekapitulasi Data Skala Makna Kerja ... 64

Lampiran VIII Rekapitulasi Data Skala Stres Kerja ... 73

(10)

1

HUBUNGAN ANTARA MAKNA KERJA DENGAN STRES KERJA

PADA ANGGOTA POLISI FUNGSI SABHARA

(Studi pada Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso,

dan Kabupaten Situbondo)

Septa Waspada Hariyono Putra

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

septa.waspada9@gmail.com

Polisi fungsi Sabhara rentan mengalami stres kerja yang diakibatkan oleh tingginya jam kerja dan beban kerja. Makna kerja diharapkan mampu mencegah serta mengurangi stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Penelitian ini mengambil subjek menggunakan teknik total sampling pada anggota Polisi fungsi terdiri dari anggota Sabhara Polres Kota Malang, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Situbondo. Metode Pengumpulan data menggunakan skala adaptasi The Work and Meaning Inventory (WAMI) dan skala stres kerja. Data penelitian dianalisa dengan menggunakan korelasi Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara makna kerja dengan stres kerja (r= -0,450 ; p= 0,000<0,01), yang berarti semakin makna kerja positif, maka stres kerja semakin rendah, begitupula sebaliknya, semakin makna kerja negatif, maka stres kerja semakin tinggi. Sumbangan efektif variabel makna kerja pada stres kerja sebesar 20,2%.

Kata Kunci: Makna kerja, Stres kerja, Polisi, Sabhara.

Sabhara function Police susceptible to occur job stress that caused by a full time of work and load of work.Meaning of work which is gotten from the individual marking to their job,was predicted can preventing and reducing a job stress of Sabhara function Police member. The purpose of this research is to know the corellation of meaning of work and job stress from Sabhara function Police. This corellational quantitative research used total sampling technique for Sabhara function police member. Those are Sabhara function Police of Malang City Police Departement, Bondowoso Police Departement, and Situbondo Police Departement. The method of assesment was using adaptation scale of The Work and Meaning Inventory (WAMI) and job stress scale. A data that collected was analyzed by Product Moment correlation. The result of this research showed that meaning of work and job stress have a negative corellation ( r= -0,450 ; p= 0,000<0,01),it’s mean that when meaning of work is positive, the job stress will lower, in other word, when meaning of work is negatif, the job stress will higher. The effective contribution of meaning of work to job stress is about 20,2%

Keyword: Meaning of work, Job stress, Police, Sabhara

(11)

2

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan bagian dari birokrasi pemerintahan yang berfungsi sebagai penegak hukum (law enforcement) dan pemelihara ketertiban umum (order maintenance). Polisi merupakan salah satu pilar yang penting, karena badan tersebut mempunyai peranan sangat penting dalam mewujudkan janji-janji hukum menjadi kenyataan (Rahardjo, 2002). Selain itu, Polisi sebagai lembaga yang mandiri memiliki kewenangan untuk mengatur, merencanakan, dan membiayai dirinya sendiri (Rahardjo, dalam Azhari 2011). Dalam hal ini, Polisi menjadi salah satu lembaga hukum yang berfungsi untuk menegakkan hukum dan membantu masyarakat untuk mendapatkan perlindungan.

Untuk menunjang tugas dan kewajiban kepolisian, Polri dibagi menjadi lima fungsi, yaitu fungsi intelijen, fungsi reserse dan kriminal, fungsi Sabhara, fungsi lalu lintas, dan fungsi bimbingan masyarakat. Dari kelima fungsi yang telah disebutkan, Polisi fungsi Sabhara memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan fungsi kepolisian lainnya. Polisi fungsi Sabhara adalah satuan Polisi yang senantiasa siap siaga untuk menghindarkan dan mencegah terjadinya ancaman atau bahaya yang merugikan masyarakat dengan upaya untuk melindungi serta mencegah terjadinya tindak kriminalitas di masyarakat (Sutanto, 2004).

Polisi fungsi Sabhara adalah sebagian dari ”wajah polisi di lapangan”, yang selalu berhadapan langsung dengan masyarakat umum. Berdasarkan hasil wawancara dengan kasat Sabhara Polres Situbondo, AKP. Hariyono, S.H pada tanggal 26 September 2015, bertempat di Polres Situbondo. Polisi Sabhara memiliki jam kerja kantor dimulai pukul 7 pagi hingga pukul 4 sore dan dilanjutkan dengan piket bergantian hingga larut malam. Jam kerja Polisi fungsi Sabhara pun dapat dikatakan tidak menentu, tergantung dari ada tidaknya kejadian yang mewajibkan anggota Sabhara untuk bekerja dan berjaga untuk masyarakat bahkan hingga 24 jam. Adapun tugas dan kewajiban pada fungsi Sabhara, merujuk kepada Visi dan Misi Polisi yaitu “Melayani dan Mengayomi Masyarakat” dengan misi memaksimalkan Turjawali (Pengaturan, Penjagaan, Pengawalan, dan Patroli), TPTKP (Tindak Pertama Tempat Kejadian Perkara), Longmat (Pertolongan dan Penyelamatan), Tipiring (Tindak Pidana Ringan), dan Dalmas (Pengendalian Massa). Tugas serta beban kerja yang banyak, mengakibatkan Polisi fungsi Sabhara rentan mengalami stres kerja.

Tuntutan tugas yang banyak pada anggota Polisi fungsi Sabhara, rentan menimbulkan stres kerja yang tinggi. Pernyataan tersebut didukung dengan survey yang dilakukan oleh Mardinata (dalam laman Liputan6.com pada tanggal 25 Januari 2015, 7 Pekerjaan di 2015 dengan Tingkat Stres Kerja Tertinggi). Dimana dari 7 pekerjaan dengan tingkat stres kerja tertinggi, Polisi sebagai salah satu pekerjaan dalam bidang hukum menempati posisi ke 6.

(12)

3

dilakukan oleh Marchelia (2014), menemukan fakta bahwa pekerja yang bekerja pada shift malam, cenderung mengalami stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja yang melakukan pekerjaan di shift pagi. Hal ini menunjukkan bahwa anggota Polisi fungsi Sabhara yang bekerja hingga larut malam untuk melakukan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli pada masyarakat, memiliki kecenderungan untuk mengalami stres kerja yang tergolong tinggi.

Sedangkan dari faktor keluarga, anggota Sabhara dinilai kurang memiliki waktu yang berkualitas untuk menghabiskan aktivitasnya bersama keluarga. Dan dari segi pendapatan atau gaji, anggota Sabhara dikatakan mendapatkan gaji yang tergolong cukup, namun faktor pendapatan ini bisa menjadi suatu hal yang sangat berisiko ketika tugas anggota Sabhara ternyata mampu mengancam kesehatan jiwa dan raganya. Berdasarkan hasil kajian terhadap stress kerja, timbulnya stres kerja pada suatu Instansi atau organisasi (Polisi Sabhara) mengakibatkan produktivitas kerja yang dilakukan menjadi tidak maksimal bahkan menurun. (Naqvi,2013) dan berdasarkan beban kerja yang tinggi disertai dengan konsekuensi yang tidak mendukung kesejahteraan dan kebahagiaan pada anggota Polisi, mengakibatkan stres kerja yang dialami oleh anggota Polisi meningkat (Lutfiyah,2011).

Stres kerja yang dialami oleh anggota Polisi seringkali diakibatkan oleh adanya kesenjangan antara harapan keluarga Polisi dengan pekerjaan yang dilakukan oleh anggota polisi dilapangan. Berdasarkan studi yang dikumpulkan oleh Puskominfo Bid Humas Polda Metro Jaya, didapatkan hasil riset sebagai berikut: 1. Antara 10 hingga 20 persen dari semua isteri Polisi tidak puas dengan pekerjaan pelaksana hukum dan berharap suami mereka mengejar pekerjaan lain; 2. Pergeseran jam kerja dan panggilan kerja secara tiba-tiba, seringkali mengganggu rencana yang telah dibuat oleh keluarga; 3. Keluarga Polisi terutama istri merasa bahwa iklim politik sangat kental pada departemen kepolisian, sehingga mereka meyakini bahwa promosi hanya sedikit dipengaruhi oleh jasa individu polisi. Desakan dari keluarga Polisi tentang bagaimana pandangan mereka dalam memaknai pekerjaan sebagai Polisi, turut menyumbang faktor timbulnya stres kerja pada anggota Polisi (Puskominfo Bid Humas Polri, 2009).

Konsekuensi yang diakibatkan oleh stres kerja yang dialami oleh anggota kepolisian dapat megakibatkan kejadian yang melanggar kode etik kepolisian. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskominfo Bid Humas Polda Metro Jaya, konsekuensi stres kerja pada anggota Polisi termasuk alkoholisme, bunuh diri, bahkan pembunuhan terhadap orang lain. Fenomena yang pernah terjadi bahkan direkam oleh media terkait dengan pelanggaran kode etik kepolisian oleh anggota polisi antara lain adalah, terjadinya pesta miras pada tahun 2010 yang melibatkan anggota Polisi yang terjadi di Kabupaten Situbondo, kejadian tersebut ditangani langsung oleh Kapolres Situbondo yang pada saat itu ikut menggerebek oknum Polisi tersebut, motif kejadian tersebut diduga karena faktor kejenuhan yang dialami oleh pelaku. Kasus berikutnya yang terekam dalam media adalah, diberitakannya seorang Polisi yang melakukan penembakan terhadap Wakapoltabes Semarang yang disebabkan karena pelaku merasa tertekan oleh sikap atasannya (Hermanto, 2007). Dan kejadian memilukan lainnya adalah penembakan istri oleh anggota Polisi yang disebabkan oleh pertengkaran Rumah Tangga disaat sang suami baru saja pulang dinas (Rusli, 2011).

(13)

4

Inisial DL yaitu membolos kerja secara rutin dan tidak mengindahkan peringatan dari pihak Provos, ketika di datangi oleh pihak provos di kontrakannya, DL ditemui sedang tidur dengan kondisi kamar yang berantakan. DL mengaku bahwa dirinya lelah dan jenuh dengan pekerjaan yang dilakukannya. Khasus berikutnya menimpa anggota Sabhara baru dimana ketika bertugas untuk menjaga Lapas, anggota tersebut pergi tanpa ijin dengan membawa kunci lapas. Setelah diintrogasi oleh Provos, anggota Sabhara tersebut mengaku bahwa ia meninggalkan pekerjaannya karena ada urusan lain dengan temannya, dan ia pun mengaku ingin mencari hiburan. Selain itu, stres kerja pun dapat menimbulkan perselisihan antar anggota yang biasa diakibatkan oleh perbedaan argumentasi ketika bertugas.

Berdasarkan fenomena yang diakibatkan oleh stres kerja, para peneliti menemukan dua faktor utama yang mempengaruhi stres kerja yang dialami oleh para pekerja, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Menurut Robbins dan Rice (dalam Rice, 1999), faktor eksternal adalah situasi yang terjadi diluar diri individu seperti kondisi kerja, tugas yang diberikan dan tuntutan tugas. Sedangkan, faktor Internal (Individual differences) memiliki lima variabel pada individu yang mempengaruhi stress kerja yaitu persepsi, pengalaman kerja social support, locus of control internal yang baik, dan hostility (permusuhan). Persepsi individu terhadap pekerjaan, mampu memberikan individu tersebut sebuah pemaknaan terhadap pekerjaannya. Pemaknaan terhadap pekerjaan yang dimiliki oleh individu disebut makna kerja (meaning of work).

Makna kerja (meaning of work) merupakan kepercayaan, nilai, dan sikap tentang hasil dari kerja dan fungsi-fungsi atau tujuan yang dimiliki individu tentang apa yang diberikan pekerjaannya dalam kehidupan (Brief & Nord,1990; Chalofsky, 2003, dalam Shea & Donald, 2011). Menurut Morin (2004), Makna kerja yang baik pada diri individu dalam memaknai pekerjaan yang sedang dijalankannya, mampu untuk meningkatkan kesejahteraan yang ada pada diri individu tersebut, bahkan setidaknya individu tersebut mampu untuk lebih terbuka dalam menerima hal-hal yang terjadi pada pekerjaannya. Kemampuan individu dalam memaknai pekerjaannya dapat dimulai dengan memahami tujuan sosial dari pekerjaannya. Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa anggota Polisi fungsi Sabhara yang memiliki makna kerja akan pekerjaannya, mampu untuk mensejahterakan dirinya secara pribadi, dan mampu menerima dan terbuka terhadap hal-hal yang terjadi dalam pekerjaannya.

(14)

5

dan ekstrinsik yang seimbang dan bertujuan positif bagi dirinya dan orang lain akan memiliki makna kerja yang positif.

Dalam mewujudkan makna kerja yang positif pada anggota Polisi fungsi Sabhara, seringkali terdapat kesenjangan antara bagaimana sikap ideal yang harus dilakukan anggota Polisi dengan realita yang ada. Adanya kesenjangan tersebut mengakibatkan anggota Polisi khususnya fungsi Sabhara mengalami kesulitan untuk memperoleh makna kerja positif. Tidak diperolehnya makna kerja positif pada individu dapat mengakibatkan individu tersebut cenderung mudah mengalami depresi ketika melakukan pekerjaannya (Steger, 2008). Adanya kesenjangan yang terjadi pada anggota Polisi khususnya fungsi Sabhara adalah, idealnya polisi fungsi Sabhara mampu mempersepsikan pekerjaan di fungsinya secara positif dan memiliki dukungan sosial yang baik. Namun, pada kenyataanya Polisi fungsi Sabhara seringkali mempersepsikan pekerjaan di fungsinya secara negatif dan memiliki dukungan sosial yang kurang baik dari orang sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagimanakah hubungan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Adapun manfaat yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah mampu untuk memberikan informasi serta mengetahui secara lebih mendalam tentang teori makna kerja dan stres kerja dan bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut dalam menjelaskan dinamika psikologis yang terjadi pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Sehingga, dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi positif pada keilmuan Psikologi. Adapun manfaat praktis yaitu memberikan informasi kepada pihak atasan Kepolisian Republik Indonesia tentang makna kerja dan stres kerja yang dialami oleh anggota Polisi fungsi Sabhara, serta bagaimana hubungan antara kedua variabel tersebut. Sehingga, dapat memberikan refrensi bagi pihak atasan Kepolisian Republik Indonesia, untuk lebih memberikan pengawasan dan perhatian terhadap profesionalisme anggota Polisi fungsi Sabhara dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

Berdasarkan manfaat yang telah disebutkan, penelitian ini penting untuk dilakukan guna memperbaiki kualitas diri dari anggota Kepolisian Republik Indonesia khusunya fungsi Sabhara dalam mengatasi stres kerja yang selama ini menjadi salah satu faktor timbulnya berbagai macam masalah pada kepolisian. Selain itu, dengan melakukan penelitian ini, dapat diperoleh bagaimana makna kerja yang dimiliki oleh anggota Polisi khususnya fungsi Sabhara, sehingga dapat menentukan langkah preventif dalam mencegah terjadinya stres kerja.

Makna Kerja

(15)

6

psikologis yang lebih luas yaitu meaning of life ,makna kerja tidak hanya ketika dinilai tidak signifikan,tetapi juga bila dilihat sebagai tujuan yang berbeda atau sebuah tujuan akhir dalam pekerjaan (Steger &Dik, 2009).

Makna kerja dapat dijelaskan sebagai efek keterhubungan (coherence) antara seseorang yang bekerja dengan performa kerjanya, dan tingkat harmonisasi atau keseimbangan yang didapatkan dari hubungan relasi dalam pekerjaan. Berdasarkan penjelasan diatas, makna kerja berkaitan dengan bagimana seseorang memiliki keterikatan atau keterhubungan antara dirinya dengan pekerjaan yang dilakukannya. Dalam hal ini, ketika seseorang memiliki kesesuaian dengan pekerjaan dan merasa nyaman dalam pekerjaannya, maka makna kerja yang dimilikinya cenderung tinggi, begitupula sebaliknya,jika seseorang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, maka ia akan cenderung mencari kesesuaian, dan ketika kesesuaian tidak dapat ditemukan, maka makna kerja orang tersebut akan cenderung rendah.

Selanjutnya, Brief & Nord, (dalam Morin 2008) menjelaskan bahwa pemaknaan sosial dari orang lain tentang pekerjaan, mampu mempengaruhi integritas dan motivasi seseorang untuk memilih pekerjaan. Penilaian akan pekerjaan pun tidak luput dari pengamatan lingkungan sosial. Hal tersebut mengakibatkan subjek atau orang yang bekerja dalam pekerjaannya terpengaruh untuk memaknai pekerjaannya berdasarkan pemaknaan oleh lingungan sosialnya. Namun seiring berjalannya waktu, pendapat tersebut diubah dan menjadikan makna kerja tidak bisa hanya dipengaruhi oleh penilaian sosial, namun makna kerja merupakan suatu hal yang muncul berdasarkan tujuan dari individu yang bekerja. Tujuan yang diperoleh merupakan hasil dari pengalaman seseorang ditambahkan dengan penilaian sosial yang ada pada orang lain terkait dengan pekerjaannya menjadikan seseorang yang memilki pekerjaan mampu memutuskan sejauh mana makna kerjanya. Dengan adanya fakta ilmiah tersebut, dapat dijelaskan bahwa makna kerja merupakan suatu kondisi yang kompleks dimana pemaknaan terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kompleks.

Aspek Makna Kerja

Menurut Morin (2008), terdapat 6 karakterisitik atau aspek-aspek makna kerja :

1. Kebenaran moral: yaitu pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja yang menghargai keadilan dan kesetaraan, dalam lingkungan yang sehat dan aman, dan yang menunjukkan rasa hormat terhadap martabat manusia di mana Anda dapat mengandalkan rekan Anda untuk meminta bantuan bila Anda memiliki kesulitan). 2. Belajar dan pengembangan peluang: yaitu pekerjaan yang dapat dinikmati,

memungkinkan untuk mencapai tujuan dalam bekerja, mampu mencapai keseimbangan dengan kehidupan pribadi, menjanjikan masa depan yang cerah, memberikan pelajaran, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup.

3. Otonomi: yaitu pekerjaan yang memungkinkan seseorang memikul tanggung jawab, mampu melakukan penilaian untuk memecahkan masalah, dan yang memungkinkan seseorang membuat keputusan, dan membuat orang tersebutmampu bekerja secara efektif.

(16)

7

hubungan dekat dengan rekan-rekan kerja, dan memungkinkan untuk memiliki pengaruh di lingkungan orang tersebut bekerja.

5. Tujuan Sosial: yaitu pekerjaan yang berguna bagi masyarakat, dan berguna untuk orang lain.

6. Pengakuan: yaitu pekerjaan yang sesuai dengan keahlian seseorang, yang memberikan gaji yang memungkinkan orang tersebut memenuhi kebutuhannya, dan di mana keterampilan seseorang diakui.

Berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan Steger, dkk (2012), terdapat 3 aspek makna kerja:

1. Positive Meaning in work.

Aspek ini adalah refleksi langsung dari ide kebermaknaan psikologis yang telah menjadi bagian dari psikologi pekerjaan sejak model karakteristik pekerjaan (Hackman &Oldham, 1976, dalam Steger, 2012) Sebagaimana Rossodkk (2010) tunjukkan, makna kerja seringkali adalah pengalaman subjektif bahwa apa yang kita lakukan memiliki makna pribadi. Aspek ini harus dimasukkan untuk menangkap arti bahwa orang menilai pekerjaan mereka). dengan kepedulian dan bermakna.

2. Meaning making through work.

Penelitian empiris telah menunjukkan kerja yang sering dilakukan merupakan sumber penting dari makna dalam kehidupan secara keseluruhan ( Steger & Dik, 2010). Tampaknya ada tumpang tindih antara pekerjaan seseorang dan tujuan hidup (Michaelson, 2005, dalam Steger 2010). Gagasan bahwa pekerjaan bisa bermakna tanpa harus memimpin orang-orang untuk membangun makna dalam kehidupan mereka secara keseluruhan masuk akal (Steger & Dik, 2010). Steger dan Dik (2010) berfokus pada makna dalam literatur hidup untuk mengidentifikasi cara di mana ini mungkin terjadi. Mereka menyarankan bahwa MW dapat membantu orang memperdalam pemahaman mereka tentang diri mereka dan dunia di sekitar mereka, memfasilitasi pertumbuhan pribadi mereka. Dengan demikian, aspek ini membantu menangkap konteks kehidupan yang lebih luas dari pekerjaan orang.

3. Greater good motivations.

Keinginan untuk membuat dampak positif pada kebaikan yang lebih besar secara konsisten berkaitan dengan pengalaman MW (Grant, 2007, dalam Steger 2010), serta hubungan yang baik dalam pola komunikasi (Dik &Duffy, 2009, dalam Steger 2010). Ross dkk (dalam Steger 2010), membahas Aspek ini melalui dimasukkannya tindakan lain yang diarahkan ke makna kerja. Steger dan Dik (2010) juga menekankan dimensi ini. Aspek ini mencerminkan umumnya dipegang ide bahwa pekerjaan yang paling bermakna jika memiliki dampak yang lebih luas pada orang lain.

Faktor yang mempengaruhi Makna Kerja

Menurut Hackman dan Oldham, (dalam Morin 2008), ada tiga faktor yang berkontribusi dalam memberikan makna kerja terhadap seseorang :

(17)

8

2. Identitas tugas dalam pekerjaan: suatu tingkatan dimana sebuah tugas pekerjaan memperbolehkan individu untuk melakukan sesuatu dari awal hingga akhir, dengan nyata, bisa diidentifikasi hasilnya, dan

3. Arti tugas dalam pekerjaan : Suatu tingkat dimana sebuah tugas dalam pekerjaan memiliki dampak yang penting pada kesejahteraannya atau pekerjaan dari orang lain, dalam organisasi atau komunitas.

Stres Kerja

Stres timbul karena adanya stresor. Stresor (Taylor, 2006) adalah segala sesuatu yang ada dan membangkitkan stres pada situasi yang menekan. Rice (1999) mengungkapkan bahwa seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja, namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi stres kerja. Rice (1999) mengatakan bahwa stres kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat eksternal, misalnya definisi mengenai stres kerja yang difokuskan oleh Lee dan Ashlorth pada keistimewaan karakteristik pekerjaan yang mengancam pekerja (dalam Rice, 1999).

Lee dan Ashlorth (dalam Rice,1999) menambahkan bahwa ancaman mungkin berasal dari tuntutan pekerjaan yang berlebihan, kebutuhan pekerja yang tidak terpenuhi, kemungkinan akan kehilangan sesuatu yang besar saat melakukan pekerjaan, waktu bekerja yang singkat, pekerjaan yang berlebihan, dan kebutuhan karyawan yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan harapan, misalnya gaji yang cukup, kepuasan kerja, dan promosi atau jenjang karir. Stres kerja tidak hanya didefinisikan sebagai suatu hal yang bersifat eksternal, namun juga meliputi faktor internal, yaitu individu yang mengalami stres kerja. Spears (2008) mendefinisikan stres kerja sebagai reaksi seseorang terhadap tekanan yang berlebihan atau tuntutan di tempat kerja yang bersifat merugikan. Seyle (dalam Riggio, 2003) menambahkan definisi stres kerja sebagai kurangnya ‘kesesuaian’ antara kemampuan dan keahlian seseorang dengan tuntutan pekerjaan maupun lingkungannya di tempat kerja..

Badan Kesehatan Dunia mendefinisikan stres kerja sebagai respons seseorang terhadap tuntutan pekerjaan atau tekanan pekerjaan yang timbul akibat ketidaksesuaian antara pengetahuan individu dengan tuntutan pekerjaan tersebut sehingga membutuhkan kemampuan serta usaha untuk mengatasinya. Rivai dan Sagala (2009) mendefinisikan stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seorang yang bekerja.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja didefinisikan sebagai situasi yang menuntut usaha individu untuk mengatasinya, stres kerja juga didefinisikan sebagai reaksi individu pada situasi yang menekan dan stres kerja melibatkan perubahan kondisi normal seseorang baik pada kondisi psikologis, fisik dan sosial.

Aspek dan Gejala Stres Kerja

(18)

9

Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek aspek stres kerja oleh Rice (1999) dan Robbins (1998), meliputi :

a. Aspek fisiologis.

Robbins (1998) mengatakan bahwa stres kerja sering ditunjukkan pada gejala fisiologis. Beberapa yang teridentifikasi sebagai gejala-gejala fisiologis adalah: Meningkatnya detak jantung; tekanan darah,dan risiko potensial terkena gangguan kardiovaskuler; Meningkatnya sekresi dari hormon stres (misalnya adrenalin dan noradrenalin); gangguan gastrointestestinal misalnya iritasi sindrom bowel, cilotis,dan luka bernanah; Meningkatnya frekuensi terlukanya tubuh atau kecelakaan; gangguan pernapasan, termasuk akibat dari sering marah (jengkel); gangguan kulit, pusing, sakit kepala belakang dan tegangan otot; gangguan tidur; dan menurunnya fungsi imun misalnya meningkatnya resiko terkena kanker.

b. Aspek Psikologis

Stres kerja dan gangguan gangguan psikologis adalah hubungan yang erat dalam kondisi kerja (Rice, 1999). Gejala-gejala yang terjadi pada aspek psikologis akibat dari stres adalah : kecemasan, ketegangan, kebingungan,dan sensitif atau mudah marah; merasa frustrasi dan mudah marah; sensitif yang berlebihan, emosional,dan hiperaktif; mengalami ketertekanan perasaan, menarik diri,dan depresi; berkurangnya kemampuan komunikasi yang efektif; bosan dan tidak puas terhadap pekerjaan; mengalami kelelahan mental, menurunnya fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi; hilangnya spontanitas dan kreativitas; Rendahnya harga diri.

c. Aspek tingkah laku (behavioral).

Pada aspek ini stres kerja pada karyawan ditunjukkan melalui tingkah laku mereka. Beberapa gejala perilaku pada aspek tingkah laku menurut Rice (1999) adalah : penundaan, menghindari pekerjaan,dan absensi; menurunnya performansi dan produktivitas; meningkatnya penggunaan rokok dan alkohol; makan secara berlebihan sebagai pelarian dan obesitas; nafsu makan menurun sebagai penarikan diri dan kehilangan berat badan, biasanya dikombinasikan dengan tanda-tanda depresi; meningkatnya sikap agresi, vandalisme,dan mencuri (kejahatan); menurunnya hubungan dengan teman dan keluarga; mencoba untuk bunuh diri atau memiliki keinginan untuk bunuh diri.

d. Aspek organisasional.

Aspek organisasional dalam stres kerja memiliki dampak utama pada mental dan fisik pekerja yang juga berimbas pada organisasi, stres kerja diasosiasikan dengan rendahnya performansi kerja karyawan, absensi, dan sering terdapat kecelakaan dalam bekerja. Hal ini termasuk juga rendahnya keinginan untuk berpartisipasi dan menurunnya tanggung jawab terhadap pekerjaan. Pekerja juga memperlihatkan kurangnya perhatian pada organisasi dan koleganya dan pada akhirnya pekerja memilih untuk keluar dari pekerjaannya (Rice, 1999).

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Stres Kerja

(19)

10

a. Persepsi. Persepsi akan memberi pengaruh pada reaksi pekerja terhadap situasi yang dianggap menekan. Pada kondisi yang sama, terdapat perbedaan persepsi antara pekerja yang mendapat teguran dari atasan, perbedaan persepsi memberikan penilaian yang berbeda pula pada kondisi tersebut. Terdapat pekerja yang mempersepsikan teguran sebagai hal yang buruk dan menganggap dirinya tidak mampu bekerja dengan baik sehingga pekerja tersebut merasa tertekan,namun di sisi lain terdapat juga pekerja yang mempersepsikan teguran sebagaiperhatian dari atasan sehingga pekerja merasa harus bekerja lebih baik lagi. Perbedaan persepsi terhadap situasi yang menekan mempengaruhi potensi stresyang terjadi pada pekerja.

b. Pengalaman bekerja. Individu yang telah lama bekerja pada sebuah organisasi memiliki sikap resisten yang baik terhadap stres kerja atau pekerja telah resisten terhadap stresor yang ada pada organisasi pekerja. Individu yang telah lama bekerja memiliki koping yang digunakan oleh pekerja sendiri sebagai mekanisme pekerja menanggulangi stres kerja.

c. Social support, individu yang memiliki dukungan sosial dari rekan kerja maupun keluarga memiliki resiko mengalami stres kerja yang lebih rendah dibanding yang tidak memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial yang berasal dari keluarga, teman dan komunitas sangat dibutuhkan, terutama pada pekerja dengan karakteristik pekerjaan yang membutuhkan kebutuhan sosial yang tinggi.

d. Kepercayaan tehadap locus of control baik internal maupun eksternal. Pekerja yang memiliki Internal locus of control mempercayai bahwa kehidupan pekerja dikontrol oleh diri sendiri, sedangkan external locus of control mempercayai bahwa kehidupan pekerja telah dikontrol oleh kekuatan diluar dirinya. Dalam situasi stres, internal locus of control memberi kecenderungan adanya kepercayaan bahwa pekerja akan mendapatkan efek yang riil dari kondisi tersebut, sehingga pekerja merasa harus melakukan sesuatu untuk dapat mengatasi situasi, sedangkan pekerja yang memiliki external locus of control akan lebih pasif dan defensif.

Hubungan antara Makna Kerja dengan Stres Kerja

Polisi Sabhara memiliki beberapa stressor yang selama ini mendominasi timbulnya stres kerja, beberapa diantaranya yaitu, jam kerja lebih dari standard (lebih dari 8 jam perhari), kurangnya waktu berkualitas bersama keluarga, serta tuntutan tugas yang banyak. Beberapa hal tersebut memilikii dampak yang negatif jika anggota polisi Sabahara tidak memiliki makna kerja yang positif.

(20)

11

seseorang akan memaknai pekerjaannya secara lebih mendalam ketika ia sadar bahwa pekerjaannya memiliki dampak atau pengaruh yang positif terhadap oranglain. Ketika seseorang memiliki ketiga aspek tersebut dengan baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap faktor-faktor internal pada diri anggota polisi fungsi Sabhara.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, stres kerja tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal yang diakibatkan oleh kondisi pekerjaan dan apa yang individu dapatkan dari pekerjaannya, namun faktor internal atau individual differences pun mengambil peran yang ternyata lebih besar dibandingkan dengan faktor ekstrenal. Adapun faktor internal (individual differences) adalah persepsi individu, dukungan sosial, locus of control individu, serta permusuhan atau persaingan antar individu. Namun, ketika makna kerja yang dimiliki anggota polisi Sabhara positif dan ketiga aspek makna kerja terdapat pada diri anggota terebut, stres kerja yang menjadi bagian yang berhubungan dengan bagaimana individu memaknai pekerjaannya akan cenderung rendah. Makna kerja positif mampu merubah faktor-faktor stres kerja menjadi hal yang tidak lagi bersifat negatif. Anggota polisi Sabhara dengan makna kerja positif akan mampu mempersepsikan pekerjaan dan apa yang dilakukannya dalam pekerjaannya dengan baik, memiliki dukungan sosial yang baik dari orang-orang sekitarnya, mampu meregulasi dirinya dengan baik karena didominasi oleh locus of control internal yang baik, serta mampu menjalin relasi dengan sesama dengan menghindari permusuhan dan persaingan yang tidak sehat.

Dengan adanya dampak positif dari makna kerja yang ditunjukkan dengan kondisi internal yang membaik, maka anggota polisi fungsi Sabhara mampu menghadapi kondisi eksternal yang terjadi dalam pekerjaannya. Dengan demikian, anggota polisi fungsi Sabhara mampu mengontrol serta meregulasi dirinya dengan baik ketika dihadapkan pada kondisi eksternal yang tidak bersahabat dalam pekerjaannya (Jam kerja berlebih, waktu libur yang kurang, upah yang tidak mencukupi, dan tekanan dari pihak lain), sehingga potensi munculnya stres kerja menjadi rendah.

Berdasarkan pembahasan diatas tentang hubungan makna kerja dan stres kerja, dapat diasumsikan bahwa makna kerja yang positif pada anggota polisi fungsi Sabhara, mampu merubah faktor-faktor stres kerja internal yang semula negatif menjadi positif. Sehingga dengan adanya hal tersebut mampu mengurangi atau mencegah timbulnya stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak munculnya aspek dan gejala stres kerja pada diri anggota Sabhara.

Hipotesis

(21)

12

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian non-experimental ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota polisi fungsi sabhara. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang dapat digunakan jika memiliki permasalahan yang jelas dan didukung dengan teori yang sesuai dimana data dapat ditunjukkan dengan baik dan didukung hasil penelitian-penelitian sebelumnya (Sugiyono, 2012). Selanjutnya dilakukan dengan membuat sebuah hipotesa sementara dilanjutkan dengan pengumpulan data yang selanjutnya akan dianalisa, dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran.

Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah anggota Polisi fungsi Sabhara yang berasal dari 3 Polres di Jawa timur, berjumlah 223 orang. 3 Polres tersebut yaitu, Polres Kabupaten Situbondo berjumlah 68 orang, Kabupaten Bondowoso 66 orang, Dan Kota Malang 89 orang. Dasar pemilihan ketiga Polres tersebut karena kondisi dan situasi yang terdapat di ketiga polres tersebut tidak sama satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat meliputi tingkat tingginya kerawanan kriminalitas, jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut, dan jumlah kejadian perkara yang ada di masing-masing wilayah. Sehingga, diharapkan ketika penelitian dilakukan pada ketiga tempat tersebut, hasil penelitian dapat merepresentasikan kondisi anggota Sabhara di tempat yang lainnya. Subjek penelitian yaitu seluruh jumlah Populasi pada penelitian atau disebut juga studi populasi. Keputusan peneliti untuk mengambil seluruh jumlah populasi sebagai subjek penelitian karena berdasarkan pada pendapat Frankel. J dan Wallen. N (1993) yang menyatakan bahwa jumlah subjek representatif pada penelitian kuantitatif berjumlah kurang lebih 150 orang. Sedangkan Darmawan (2014) menyatakan bahwa, subjek penelitian akan semakin representatif jika semakin mendekati jumlah populasi.

Variabel dan Instrumen Penelitian

Berdasarkan landasan teori serta rumusan hipotesis penelitian yang ada, terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu: variabel bebas (Independent variable) adalah makna kerja (meaning of work) dan variabel terikat (dependent variable) adalah stress kerja. Makna kerja (meaning of work) merupakan kepercayaan individu terhadap pekerjaan yang diperoleh melalui penilaian individu terhadap pekerjaannya, yang diukur melalui aspek positive meaning in work, meaning making trough work, dan greater good motivations. Stres kerja merupakan bentuk respon maladaptif pada aspek fisiologis, psikologis, perilaku, dan organisasional individu yang diakibatkan oleh stressor pekerjaan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala makna kerja (The Work and Meaning Inventory) dan skala stres kerja.

(22)

13

dibantu oleh pengajar English First kota Malang. Skala tersebut berbentuk skala likert yang terdiri dari 4 skor, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Item pada butir favourable skor yang didapat adalah STS = 1, TS = 2, S = 3, SS = 4. Begitupula sebaliknya untuk skor yang didapatkan pada butir unfavourable adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula makna kerja yang dimiliki oleh individu tersebut.

Sedangkan, untuk mengungkap stres kerja, peneliti mengembangkan item yang disusun berdasarkan pada teori dari Rice (1999) dan Robbins (1998) yang mencakup aspek psikologis, fisik, tingkah laku, dan organisasional yang meliputi intrinsik tugas, peran, interaksi personal dan iklim organisasi. Skor skala semakin tinggi menunjukkan semakin tinggi tingkat stresnya, sebaliknya skor skala semakin rendah menunjukkan semakin rendah tingkat stresnya. Skala dibuat oleh peneliti dan berjumlah 35 item. Skala tersebut berbentuk skala likert yang terdiri dari 4 skor, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Item pada butir favourable skor yang didapat adalah STS = 1, TS = 2, S = 3, SS = 4. Begitupula sebaliknya untuk skor yang didapatkan pada butir unfavourable adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula stres kerja yang dimiliki individu tersebut.

Prosedur dan Analisis data Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisa data penelitian. Pada tanggal 30 September 2015, penelitian diawali dengan tahap persiapan yaitu adaptasi tes dengan cara menerjemahkan 10 item skala The Work and Meaning Inventory yang dibuat oleh steger (2010), dan membuat 35 item untuk skala stres kerja berdasarkan teori Rice dan Robbins (1999). Selanjutnya, pada tanggal 11 November 2015, peneliti menyebarkan skala untuk try out atau uji coba skala kepada 50 orang anggota Polisi Sabhara Polres Kabupaten Malang. Dari uji coba tersebut, didapatkan hasil 9 item valid dari 10 item pada skala Makna Kerja dimana nilai validitas tersebut berkisar antara 0,462 – 0,653, dan nilai reliabilitas yang ditunjukkan oleh cronbach’s alpha sebesar 0,847. Sedangkan untuk skala stres kerja, didapatkan 20 item valid dari 40 item, dan memiliki kisaran nilai validitas 0,320-0,680, dan nilai reliabilitas yang ditunjukkan oleh cronbach’s alpha sebesar 0,871.

Setelah dilakukan uji coba, peneliti melaksanakan penelitian dengan membagikan skala yang telah diperbarui kepada 3 Polres, yaitu Polres Situbondo, Polres Bondowoso, dan Polres Kota Malang, Penelitian dilakukan pada tanggal 17 November 2015 hingga 22 November 2015. Dikarenakan kesibukan anggota Sabahara mendekati pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak se Indonesia, maka peneliti mengalami kesulitan jika harus mengumpulkan seluruh anggota Sabhara dalam suatu tempat untuk mengisi skala penelitian. Untuk itu, sebagai solusinya peneliti mempercayakan skala penelitian kepada masing-masing kepala satuan pada Polres yang dituju. Dari 223 skala yang dibagikan oleh peneliti kepada subjek penelitian, hanya 208 skala penelitian yang dapat dianalisis. hal tersebut diakibatkan oleh adanya beberapa anggota Sabhara yang sulit untuk ditemui untuk mengisi skala penelitian karena sedang melaksanakan tugas atau berdinas.

(23)

14

hubungan diantara kedua variabel dan untuk mengetahui jenis hubungan yang ada pada kedua variabel. Metode yang digunakan untuk menguji hipotesa pada penelitian ini adalah analisis korelasi product moment pearsoni.

HASIL PENELITIAN

Pada penyebaran skala yang dilakukan oleh peneliti, dilakukan analisa terhadap 208 skala penelitian. Berdasarkan hal tersebut, diperoleh gambaran mengenai jumlah, rentang usia, serta jenis kelamin subjek penelitian, yang akan dijelaskan lebih rinci pada tabel deskripsi subyek penelitian di bawah ini :

Tabel 1. Deskripsi Subyek Penelitian

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan bahwa subjek penelitian berjumlah 208 orang, dan subjek didominasi oleh anggota Sabhara yang berusia 20-30 tahun dan dikategorikan memiliki usia yang tergolong masih muda. Dan subjek penelitian lebih didominasi oleh subjek laki-laki dimana hal tersebut memberikan suatu penjelasan bahwa anggota sabhara dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki daripada perempuan.

Tabel 2. Kategori Makna Kerja dan Stres Kerja Variabel Positif/

Tinggi Persentase Negatif/ Rendah Persentase Jumlah

Makna Kerja 203 97,6 % 5 2,4% 100 %

Stres Kerja 92 44,2 % 116 55,8% 100 %

Pada tabel diatas, diperoleh keterangan bahwa hampir seluruh subyek penelitian (97,6%) memiliki makna kerja yang positif. Sedangkan subyek penelitian dengan skor stres kerja yang tergolong tinggi hanya 44,2%. Data tersebut menunjukkan angka yang berlawanan dimana total skor makna kerja pada subyek penelitian berbanding terbalik dengan total skor stres kerja pada subyek penelitian. Namun dalam data diatas, dapat dikatakan bahwa tingkat stres kerja pada sebagian anggota Polisi fungsi Sabhara masing tergolong tinggi dengan persentase 44,2% berbeda tipis dengan anggota Polisi fungsi Sabhara dengan tingkat stres kerja yang rendah dengan persentase 55,8%.

Uji Normalitas

Berdasarkan perhitungan uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 20, diperoleh hasil probabilitas sebesar 0,494. Hasil tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari penelitian memiliki

(24)

15

distribusi normal dan mewakili populasi, selain itu, dengan mengetahui bahwa distribusi data penelitian bersifat normal, maka uji hipotesa penelitian dapat menggunakan analisis statistik parametrik, dimana salah satu syarat uji parametrik adalah data harus berdistribusi normal (Siagian, 2006).

Tabel 4. Uji Linieritas

Berdasarkan perhitungan uji linieritas yang dilakukan menggunakan SPSS 20, diperoleh hasil probabilitas sebesar 0,452. Hasil tersebut lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Sementara pada hasil linierity diperoleh hasil 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dari kedua hasil tersebut, pengujian data untuk uji linieritas memenuhi persyaratan dan dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh dari penelitian memiliki hubungan yang linier. Dengan demikian, maka dapat digunakan analisis korelasi product moment atau analisis regresi linier pada uji hipotesa.

Uji Hipotesis Penelitian Menggunakan Product Moment

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan menggunakan Uji Korelasi Product Moment, diperoleh skor (r= -0,450 ; p= 0,000<0,01), yang berarti ada hubungan antara makna kerja dan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara. Jenis hubungan yang ada pada kedua variabel tersebut adalah hubungan negatif yang signifikan, yaitu ketika semakin positif makna kerja anggota Polisi fungsi Sabhara maka semakin rendah stres kerjanya. Begitupula sebaliknya, semakin negatif makna kerja anggota Polisi fungsi Sabhara, maka semakin tinggi stres kerjanya.

DISKUSI

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan terhadap data penelitian, diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara (r= -0,450 ; p= 0,000<0,01). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anggota Polisi fungsi Sabhara yang memiliki makna kerja positif, cenderung terhindar dari stres kerja sehingga tingkat stres kerjanya pun rendah. Begitupula sebaliknya, ketika makna kerja yang dimiliki negatif, maka akan cenderung mengalami stres kerja dengan tingkat stres kerja yang tinggi.

Polisi fungsi Sabhara diharapkan memiliki makna kerja yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengatasi stres kerja. Makna kerja sendiri memiliki pengertian yaitu kepercayaan serta penilaian individu terhadap pekerjaannya. Makna kerja terbagi menjadi makna kerja negatif dan positif. Dalam penelitian ini, makna kerja positif dipandang lebih bermanfaat untuk anggota Polisi fungsi Sabhara dalam menghadapi stres kerja.

(25)

16

memaknai positif pekerjaan, menemukan makna positif melalui pekerjaan, dan mampu menumbuhkan motivasi yang lebih baik melalui pekerjaan.

Makna kerja positif merupakan elemen yang penting bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas diri dan kesejahteraan psikologisnya (Seligman, 2004). Hal ini tentunya membantu individu dalam mencari sebuah kesejahteraan dan kepuasan dalam hidupnya melalui pemaknaan dirinya terhadap pekerjaan yang ia lakukan. Kemudian, Morin (2011), menyatakan bahwa makna kerja memiliki pengaruh bagi beberapa gangguan psikologis, diantaranya stres dan depresi. Selanjutnya, Morin menyatakan bahwa ketika makna kerja seseorang negatif, maka orang tersebut akan cenderung mengalami stres bahkan depresi. Dalam penelitian ini, didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana ketika beberapa subjek memiliki makna kerja negatif, maka stres kerjanya tinggi, dan sebaliknya. Setiap anggota Sabhara memeiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh makna kerja positif. Hal tersebut dikarenakan makna kerja seseorang tidak dipengaruhi oleh status atau jabatan pekerjaan serta jenis kelamin (Yaktiningsasi, 2012). Pernyataan tersebut diperkuat oleh data penelitian yang menjelaskan bahwa subyek penelitian yang memiliki makna kerja positif tidak terikat oleh pangkat tertentu, ataupun memihak salah satu jenis kelamin.

Proses untuk mendapatkan makna kerja tidak terbatas pada faktor internal, faktor eksternal pun turut memberikan sumbangan yang cukup besar. Sebagaimana disebutkan oleh Diana (2012) yang menyatakan bahwa makna kerja diperoleh dari lingkungan, nilai-nilai, serta budaya yang ada pada tempat dimana seseorang berada. Dalam penelitian ini, faktor keluarga, dan lingkungan sosial anggota Polisi fungsi Sabahara turut memberikan pengaruh terhadap pemaknaan kerja yang dilakukan oleh anggota Sabhara tersebut. bukan tidak mungkin jika pengaruh lingkungan yang negatif dapat menimbulkan makna kerja yang negatif bagi anggota Sabhara. Berdasarkan hasil dari pebelitian yang dilakukan Schnell, Hoge, dan Pollet (2013) pada 203 orang pegawai dari berbagai profesi, ditemukan hasil bahwa makna kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, diantaranya adalah kepastian aturan kerja, tingkat kepentingan tugas dalam pekerjaan, iklim sosial, dan tujuan pribadi untuk berkembang dalam pekerjaan tersebut.

Sementara, makna kerja yang negatif pada diri anggota Sabhara dapat menimbulkan stres kerja yang tinggi. Persepsi individu dan evaluasi diri pada individu memiliki peran yang cukup besar untuk mempengaruhi makna kerja yang dimiliki. Peryataan tersebut didukung oleh pengertian makna kerja sendiri dimana makna kerja merupakan keyakinan, kepercayaan, serta penilaian individu terhadap pekerjaannya. Contoh proses persepsi yang dapat menimbulkan makna kerja negatif yaitu ketika individu memandang bahwa kejadian atau situasi kerja yang melibatkan dirinya tidak sesuai atau tidak memenuhi kriteria pemuasan diri serta harapannya. Hasil persepsi tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif terhadap bagaimana individu tersebut bersikap, berperilaku, serta berpengaruh negatif terhadap motivasinya dalam melaksanakan pekerjaan. Selanjutnya, evaluasi diri yang salah akan turut mengakibatkan munculnya makna kerja negatif. Hal tersebut disebabkan karena penilaian diri yang baik merupakan sebuah aktivitas yang dilaksanakan dengan prosedur yang sistematis dan didukung oleh pendapat serta penilaian orang lain. sehingga, kecenderungan makna kerja negatif akan lebih besar muncul kepada individu yang melakukan penilaian diri tanpa didukung oleh pendapat serta penilaian dari orang lain.

(26)

17

bahwa sebanyak 44,2% anggota Sabhara mengalami stres kerja yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pekerjaan anggota Sabhara rentan menimbulkan stres. Beberapa stressor yang berdampak signifikan terhadap stres kerja anggota Sabhara adalah beban kerja, dan waktu kerja. Robbin (1998) dan Rice (1999) menyatakan bahwa stres kerja dapat dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya adalah, bagaimana individu mempersepsikan kejadian atau permasalahan di dalam pekerjaannya, pengalaman individu dalam bekerja, dukungan sosial yang diberikan kepada individu dalam bekerja, serta bagaimana individu mengendalikan dirinya melalui locus of control.

Penelitian-penelitian sebelumnya pun memberikan hasil serta gambaran bahwa anggota Polisi seperti Polisi lalu lintas dan Polisi Reserse masih rentan mengalami stres kerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka stres kerja yang tergolong tinggi (Ardita, 2008). Penelitian tersebut menambahkan bahwa stres kerja cenderung dipengaruhi oleh faktor internal seperti resiliensi diri. Selain itu, NIOSH (National Institut For Occupational Safety and Health; dalam Mochtar, 2004) menyatakan bahwa, penyebab stres dapat berasal dari dalam diri individu yaitu berdasarkan usia, kondisi fisik ketika bekerja, serta faktor kepribadian. Namun, Novvida (2007), menambahkan jika stres kerja pada setiap individu berbeda atau tidak sama baik dari penyebab, respon, dan tingkatannya. Hal tersebut tergantung bagaimana individu memaknai stres kerja yang dialaminya.

(27)

18

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji korelasi product moment, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara makna kerja dengan stres kerja pada anggota Polisi fungsi Sabhara (r= -0,450 ; p= 0,000<0,01). Hasil tersebut dapat diartikan bahwa semakin positif makna kerja maka akan semakin rendah stres kerja yang dialami oleh anggota Polisi fungsi Sabhara, begitupula sebaliknya.

Implikasi dari penelitian ini meliputi :

1. Anggota Polisi fungsi Sabhara

Bagi anggota Polisi fungsi Sabhara, penelitian ini diharapkan mampu membantu memberikan solusi kepada anggota Sabhara terkait dengan pencegahan stres kerja. Penelitian ini dapat pula digunakan untuk membantu anggota sabhara dalam memperbaiki persepsi diri akan pekerjaan, sehingga dapat membantu anggota Polisi fungsi Sabhara meningkatkan makna kerjanya. Selain itu, penelitian ini diharapkan membuat anggota Polisi fungsi Sabhara mampu lebih memaknai pekerjaan dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang dilaksanakan. Sehingga, dengan adanya hal tersebut dapat meningkatkan produktifitas kerja dan profesionalisme kerja anggota Polisi fungsi Sabhara.

2. Pimpinan Kepolisian Sektor, Resort, Daerah dan Markas Besar Polri

Bagi pimpinan Polri disetiap wlayah, penelitian ini dapat menjadi acuan untuk membuat suatu kebijakan atau peraturan yang ditujukan pada anggotanya. Dengan mengetahui bagaimana kondisi anggotanya terkait dengan makna kerja dan stres kerja, dapat disusun sebuah langkah preventif untuk mencegah anggota Polri mengalami stres kerja dan meningkatkan makna kerja positif pada anggota Polri dalam setiap fungsi. Kemudian, dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi rujukan kepada pimpinan Polri untuk mengadakan pelatihan, konseling, dan pendampingan secara rutin oleh Psikolog, dalam rangka menciptakan kesehatan mental anggota Polri dengan indikator meningkatnya makna kerja yang positif, dan menurunnya angka stres kerja.

3. Peneliti Selanjutnya

(28)

19 DAFTAR PUSTAKA

Aamodt, Michael. (2013). Applying Psychology to Work: 7th Edition. Canada: Jon-David Hague

Ardita Desy. 2008. Hubungan Resiliensi Dengan Stres Kerja Anggota Polri. Skripsi. Yogayakarta: Universitas Islam Indonesia

Azhari, Faizol. (2011). Polri : dalam Fungsi Penegakan Ketertiban dan Dasar Kehidupan Masyarakat. Jurnal Hukum Vol XXVI, No. 2, Agustus 2011

Azwar. (2001). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha

Budhi, W. (2012). Dampak beban kerja terhadap stres kerja pada perawat RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojokerto. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga

Darmawan, Deni. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Dewi, Ratih. (2010). Perbedaan Tingkat Stress Kerja ditinjau dari Penggunaan Strategi Koping pada Pekerja Shift Bagian Finishing PT. Dan Liris Sukoharjo. Skripsi. UNS.

Diana, R. (2011). Hubungan Makna Kerja dengan kecerdasan Spiritual pada Karyawan. Skripsi. Universitas Islam Indonesia

E.P.Seligman. (2004). Positive Psychology in Practice. USA: John Wiley & Sons. Hal 241

Farida, P. (1994). Kebutuhan Dasar Manusia, Stres Adaptasi dan Koping Mekanisme. Disajikan Pada Pelatihan Mata Ajar Kesehatan Jiwa Bagi Guru SPKSJ-SPK. Bogor

Febrian. (2014). Hubungan antara iklim organisasi dengan stres kerja pada karyawan. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Malang.

Hermanto. (2007). Tewasnya wakapoltabes Semarang (http://www.indosiar.com/ragam/

59767/ tewasnya-wakapolwiltabes-semarang.)

Karimah, K. (2012). Hubungan stres kerja dengan kepuasan kerja karyawan di tiga direktorat operasional PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Skripsi. Depok: Fisip UI

Lutfiyah. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stres Kerja pada Polisi Lalu Lintas. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

MacMillan. (2009).Towards an Existential Approach to the Meaning of Work. Thesis.Saint Mary‟s University, Halifax, Nova Scotia

Marcelia. (2014). Pengaruh Shift Kerja terhadap Stres Kerja pada Karyawan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

(29)

20

Margiati, L. (1999). Stres Kerja: Penyebab dan Alternatif Pemecahannya. http: journal.unair.ac.id (Diakses pada tanggal 6 Desember 2015, pukul 13.22)

Merdeka.com.(2015, Januari 20 th) Polisi Teladan: Tinggal di Kandang Sapi, Hidup Bripda Taufiq Kini Berubah. Diakes tanggal 28 September dari http:// www.merdeka.com/peristiwa/terkenal-tinggal-di-kandang-sapi-hidup-bripda-taufiq-kini-berubah. html

Mochtar, R. 2004. Hubungan antara resilience dengan stres kerja pada karyawan PT. Telkom Divre VI Balikpapan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Morin, Estelle. (2004). The Meaning of Work in Modern Time. Disajikan pada Konferensi Dunia ke-10, Manajemen Sumber Daya Manusia. Brasil: Rio de Janeiro

. (2008). The Meaning of Work, Mental Health and Organizational Commitment. Jurnal : Psychological Health: Studies and Projects. Publication by IRSST. Hal 3-8

. (2011). Making Work Meaningful: Promoting Psychological Well-Being. IRSST

Muharomi, E. (2010). Stress Kerja Ditinjau dari Persepsi terhadap Beban Kerja pada Guru yang mengajar Mata Pelajaran Ujian Nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.

Naqvi, Syed. (2013). Job Stress and Employee’s Productivity : Caze of Ahzad Khamir Public Health Sector. Indiciplinary Journal of Contemporary Research in Business.

Novrizal, I. (2015). Hubungan antara prokrastinasi dengan stres kerja pada karyawan Bank Sultra (Sulawesi Tenggara). Skripsi. Fakultas Psikologi: UMM

Nuzulia, S. (2005). Peran Self-Efficacy dan Strategi Coping Terhadap HubunganAntara Stressor Kerja dan Stress Kerja. Jurnal: Psikologika. No 19,hal 32-40

Puskominfo Bid Humas Polri. (2009, September 1 st). Police Workload. Diakses pada 27

September 2015, dari

http://humaspoldametrojaya.blogspot.co.id/search?q=stres+kerja

Rice, Philip L. (1999). Stress and Health. United States of America: Brooks/Cole Publishing company.

Rivai, & Sagala, E.J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Robbins, Stephen P. (1998). Organizational Behavior: Concept, Controversies, Applications. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

(30)

21

Sari, Kharisma. (2014). Pengaruh Stres Kerja Karyawan terhadap Kinerja Ditinjau dari Strategi Coping. Skripsi (tidak diterbitkan). Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.

Satjipto Rahardjo. (2002).Polisi Sipil, Dalam Perubahan Sosial di Indonesia. Jakarta. Penerbit: Buku Kompas.

Schnell, dkk. (2013). Predicting meaning in work: theory,data, implications.The Journal of Positive Psychology: Dedicated to futhering research and promoting good practice. Volume 8, Issue 6.

Sugiarto. (2006). Metode Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Gramedia

Smith, M.J. (1981). Occupational Stress: an Overview of Psychologi factors. Dalam Selvendy.G & Smith M.J. (ed), Pacing and Occupational Stress. London: Taylor & Francis. Ltd.

Steger, Michael. Dkk. (2010). Measuring Satisfaction and Meaning at Work. Oxford,UK. Oxford University Press

Steger, Michael. Dkk. (2012). Measuring Meaningful Work : The Work and Meaning Inventory (WAMI). Journal of Career Assessment 00(0) 1-16

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanto A. (2004). Wajah Peradilan Kita. Bandung: PT. Refika Aditama

Taylor, S. E. (2006). Tend and befriend: Biobehavioral bases of affiliation under stress. Current Directions in Psychological Science, 15, 273–277

Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian & pendidikan. Malang : UMM press

(31)

22

Lampiran I Skala Try Out Makna Kerja

dan Stres Kerja

(32)

23 Assalamualaikum wr, wb. Salam Sejahtera.

Perkenalkan nama saya Septa Waspada Hariyono Putra, saya merupakan mahasiswa semester 7 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang menempuh Skripsi. Pada kesempatan ini, saya sedang menggali data terkait dengan penelitian saya yang bertujuan untuk pengembangan profesionalitas anggota Polisi fungsi Sabhara.

Untuk itu, saya memohon partisipasi dan dukungan anda dalam membantu menyelesaikan dan mensukseskan penelitian saya. Bentuk partisipasi dan dukungan anda adalah dengan mengisi lembar skala ini dengan benar dan sesuai dengan kondisi anda yang sebenar-benarnya.

Hasil dari pengisian skala akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian saya dan instansi kepolisian, sehingga saya tidak bisa menyampaikan hasil penelitian ini kepada anda secara personal. Dengan keikutsertaan anda sebagai responden penelitian, saya selaku peneliti menjamin kerahasiaan anda dan data yang telah anda berikan.

Saya mengucapkan terimakasih banyak atas kerjasama dan dukungannya. Semoga dengan keikutsertaan anda sebagai responden, dapat memberikan sumbangsih kemajuan dalam bidang penelitian Psikologi.

PETUNJUK PENGISIAN

1. Berilah Tanda silang (x) pada salah satu jawaban dari setiap pernyataan seperti dibawah ini : SS : Sangat sesuai, yaitu jika pernyataan tersebut SANGAT SESUAIdengan

keadaan diri Anda.

S : Sesuai, yaitu jika pernyataan tersebut SESUAIdengan keadaan diri Anda.

TS : Tidak sesuai, yaitu jika pernyataan tersebut TIDAK SESUAIdengan keadaan diri

Anda.

STS : Sangat tidak sesuai,yaitu jika pernyataan tersebut SANGAT TIDAK SESUAIdengan keadaan diri Anda.

2. Apabila terjadi kesalahan dalam menjawab, berilah tanda lingkaran pada tanda silang awal dan berilah tanda silang yang baru pada jawaban yang anda anggap lebih sesuai.

3. Apabila anda selesai menjawab, periksalah kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada nomor yang terlewati.

Sebagai informasi skala ini bukanlah tes, sehingga tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk. Jawaban yang diberikan tidak berpengaruh terhadap apapun yang berhubungan dengan pekerjaan anda. Informasi, identitas, dan jawaban akan dijamin kerahasiannya. Untuk itu anda bisa tidak mencantumkan nama dan menuliskan inisial. Atas kesediaan dan bantuan anda, peneliti mengucapkan terimakasih

Malang, 2 November 2015

Hormat Saya,

(33)

24

Jumlah Tanggungan Keluarga :

BAGIAN A

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya telah menemukan karier yang

benar-benarbermanfaat. 2 Saya menilai bahwa, pekerjaan saya berkontribusi

untuk pengembangan kepribadian saya.

3 Pekerjaan saya tidak ada bedanya dengan pekerjaan lainnya.

4 Saya memahami bahwa pekerjaan mendukung

penemuan makna hidup saya

5 Saya memiliki pikiran yang positif, hal tersebut menjadikan pekerjaan saya sangat bermakna. 6 Saya tahu bahwa pekerjaan saya menjadikan dunia

ini mengarah ke hal yang positif

7 Pekerjaan saya membantu untuk memahami lebih baik tentang diri saya

8 Saya telah menemukan pekerjaan yang mempunyai

tujuan memuaskan

9 Pekerjaan saya membantu membahagiakan orang

lain disekitar saya

10 Pekerjaan yang saya kerjakan memiliki tujuan mulia

BAGIAN B

No Pernyataan STS TS S SS

1 Detak jantung saya terasa lebih cepat ketika deadline tugas semakin dekat

2 Kepala saya pusing ketika pekerjaan datang terus menerus

3 Detak jantung saya tetap normal meskipun bekerja disaat orang lain libur

(34)

25 menumpuk dan menuntut saya bekerja keras

5 Kepala saya terasa sakit jika saya bekerja terlalu lama

6 Detak jantung saya tetap stabil meskipun saya bekerja hingga larut malam

7 Ketika tugas menumpuk, saya memilih tidak membantu rekan-rekan meskipun mereka membutuhkan saya 8 Konflik dengan rekan kerja lebih mudah terjadi ketika

tuntutan tugas sedang banyak

9 Saya memberikan ide dan masukan kepada rekan kerja saya meskipun saya sendiri memiliki tugas kerja yang banyak

10 Saya tidak mudah berkonflik dengan rekan kerja meskipun saya bekerja tanpa istirahat yang cukup 11 Saya tidak marah meskipun tidak ada waktu istirahat

dan libur untuk diri saya

12 Saya tidak merasa gelisah meskipun waktu istirahat saya tergantikan dengan tugas yang mendadak

13 Saya merasa khawatir ketika tidak segera menemukan solusi dalam menghadapi masalah pekerjaan

14 Saya cemas ketika pekerjaan menumpuk dan tidak ada orang lain yang membantu

15 Saya mudah membentak orang lain atas kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan

16 Kurangnya informasi dari pihak atasan membuat saya merasa gelisah ketika melaksanakan tugas

17 Saya tidak merasa takut meskipun saya bekerja pada melakukan kesalahan dan tidak tangkas dalam bekerja 20 Saya tidak merasa gelisah meskipun pimpinan saya

memanggil saya untuk bekerja di hari libur nasional 21 Persaingan dalam lingkungan kerja mengakibatkan

penurunan produktivitas saya

22 Saya memilih tidak masuk kerja ketika pekerjaan sedang padat.

23 Saya sulit mengawali tidur dan bangun awal ketika mempunyai tanggungan kerja yang banyak

24 tugas yang datang terus menerus tidak mempengaruhi penurunan produktivitas kerja saya

25 Saya bersemangat untuk masuk kerja meskipun tuntutan tugas sangat banyak

26 Saya tetap dapat tidur nyenyak dan teratur meskipun sebelumnya saya bekerja hingga larut malam.

27 Saya kurang berkontribusi dalam kelompok ketika tugas saya padat

(35)

26

dalam menghadapi permasalahan meskipun jam kerja saya padat

29 Produktivitas kerja saya menurun ketika saya bekerja melebihi jam kerja saya

30 Ketika ada dinas tambahan di hari libur saya. saya tidak akan masuk kerja

31 Ketika jam kerja bertambah, konflik dengan rekan kerja mudah terjadi

32 Produktivitas kerja saya tetap baik meskipun saya bekerja di waktu yang tidak menentu

33 Saya bersemangat masuk kerja meskipun pimpinan memerintahkan saya bekerja hingga larut malam

34 Konflik dengan rekan kerja tidak terjadi, meskipun jam kerja yang tinggi membuat kami kurang istirahat

35 Saya kurang berperan aktif dalam kelompok kerja saya 36 Jam kerja yang padat tidak menghalangi saya untuk

tetap berperan aktif dalam bekerja secara kelompok 37 Detak jantung saya terasa cepat dan meningkat ketika

ada tugas mendadak diluar jam kerja

38 Kepala saya terasapusing ketika jam dinas saya bertambah

39 Detak jantung saya stabil meskipun bekerja melampaui jam kerja

(36)

27

Gambar

Tabel 2.Kategori Makna Kerja dan Stres Kerja ........................................................
Tabel 1. Deskripsi Subyek Penelitian
Tabel diatas menunjukkan skor cronbach alpha = 0,79. Skala A disebut RELIABEL karena
Tabel diatas menunjukkan skor cronbach alpha = 0,854. Skala B disebut RELIABEL karena
+6

Referensi

Dokumen terkait