• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: AHMAD SAYOGO

20120130216

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

i

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE

HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE

(HAWT) UNTUK

DAERAH PANTAI SELATAN JAWA

TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Strata-1

Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

Ahmad Sayogo

20120130216

PROGRAM STUDI S.1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

ii

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE

HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH

PANTAI SELATAN JAWA “ ini adalah asli hasil karya saya dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis disebutkan sumbernya dalam naskah dan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta,

(4)

iii

Motto

“Selesaikan apa yang sudah kamu mulai”

Tak ada masalah yang tak dapat

diselesaikan”

(5)

iv

1. Bapak dan Ibuku tercinta, Darwoto dan Sri Lertari, terimakasih atas didikan, kasih sayang, kesabaran, kepercayaan dan dukunganmu selama ini,

sehingga aku mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dimasa depan kelak aku

akan membuatmu bangga dengan karya-karyaku.

2. Alfa Widi Astuti S.Hut. kakak tercinta yang telah memberikan motivasi untuk sukses semuda mungkin, saya harap kakak lebih sukses daripada saya

saat ini, semoga kakak bisa meraih apa yang kalian cita-citakan.

3. Novi Caroko, S.T., M.Eng. dan Wahyudi, S.T., M.T. Selaku dosen pembimbing, terimakasih atas bimbingan bapak sehingga saya bisa

menyelesaikan Tugas Akhir ini sampai selesai.

4. Ir. Aris Widyo Nugroho, M.T., Ph.D. Selaku dosen penguji Tugas Akhir. 5. Teman-teman Teknik Mesin UMY angkatan 2012 dan semua angkatan

(6)

v Intisari

Kincir angin merupakan salah satu penggerak mula dari sumber energi untuk membangkitkan listrik yang memanfaatkan tenaga angin. Kelebihan kincir angin adalah disamping sumber daya yang melimpah dan terbarui juga tidak menimbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa gas buang. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang dan membuat kincir angin yang sesuai dengan kecepatan angin di Indonesia dengan material yang kuat, murah dan mudah untuk didapat.

Proses perancangan meliputi perhitungan daya output kincir, desain blade, pemilihan perbandingan roda gigi gearboxs, dan pemilihan generator. Material yang digunakan untuk membuat blade (sudu) adalah kayu Pinus dengan ukuran awal 1250 mm x 150 mm x 30 mm. Proses pembuatan dilakuan dengan cara menyerut kayu secara manual dengan menggunakan mesin pasah. Proses finishing

dilakukan dengan mengamplas secara manual hingga membentuk profil yang diinginkan kemudian dilakukan proses pengecatan untuk menutup pori-pori kayu.

Hasil perancangan yaitu kincir angin tipe horisontal Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dengan jumlah sudu 3 buah. Diameter rotor 3 m dengan material sudu (blade) adalah kayu Pinus dan perbandingan roda gigi pada

gearboxs adalah 1:3 dengan kapasitas generator 500 Watt. Jenis sudu yang digunakan adalah sudu airfoil tipe Clark-Y dengan permukaan bawah datar (flat botom). Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan kincir dapat bekerja pada kecepatan angin 1,5-3,9 m/s.

(7)

vi

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini dengan judul ” PERANCANGAN DAN PEMBUATAN KINCIR ANGIN TIPE HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE (HAWT) UNTUK DAERAH PANTAI SELATAN JAWA”. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan akademis untuk menyelesaikan Program Strata-1 pada Jurusan

Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Hasil dari perancangan ini didapat desain prototype kincir angin tipe

horisontal (HAWT) bersudu 3. Sudu (blade) yang digunakan adalah sudu jenis

airfoil dengan airfoil jenis Clark-Y flat botom. Dari hasil uji coba didapat kincir

angin dapat beroprosi pada kecepatan 1,5-3,9 m/s.

Dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Novi Caroko, S.T., M.Eng., selaku kepala program studi Teknik Mesin

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Novi Caroko, S.T., M.Eng., selaku dosen pembimbing I yang telah

bersedia memberikan bimbingan dan saran yang sangat bermanfaat.

3. Bapak Wahyudi, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia

memberikan bimbingan dan saran yang sangat bermanfaat.

4. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan, pengertian, semangat, dan

doa.

5. Bapak Ir. Aris Widyo Nugroho, M.T., Ph.D.., selaku dosen penguji yang telah

bersedia memberikan masukan-masukan dalam laporan tugas akhir.

6. Aditya Ivanda dan Erwin Pratama selaku tim kelompok dalam penelitian

tugas akhir yang telah bekerjasama dengan baik dalam pengyelesaian tugas

(8)

vii

7. Semua Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan

bekal ilmu bagi penulis selama penulis mengikuti kuliah di Program Studi

Teknik Mesin selama kurang lebih 4 tahun.

8. Seluruh karyawan Jurusan Teknik Mesin di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta atas bantuan yang telah diberikan selama masa kuliah.

Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis demi

perbaikan laporan ini, semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi

penyusun dan teman-teman mahasiswa yang lain.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Yogyakarta, 2016

(9)

viii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vi

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR NOTASI DAN SINKATAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah... 2

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

2.1 Tinjauan Pustaka ... 4

2.2. Dasar Teori ... 5

2.2.1. Potensi Angin di Indonesia ... 5

2.2.2. Kincir Angin ... 6

2.2.3. Jenis Kincir Angin ... 7

2.2.3.1. Kincir Angin Tipe Horizontal (HAWT) ... 7

2.2.3.2. Kincir Angin Sumbu Vertikal (VAWT) ... 8

2.2.4. Komponen Utama Kincir Angin ... 11

(10)

ix

2.2.4.2. Transmisi (Gearboxs) ... 11

2.2.4.3. Generator ... 12

2.2.4.4. Menara (Tower) ... 13

2.2.4.5. Penyimpan Daya (Baterei) ... 14

2.2.5. Parameter Yang Berpengaruh Dalam Peracangan Blade ... 15

2.2.5.1. Swept Area ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1. Tempat dan Waktu Pembuatan ... 30

3.1.1. Tempat Perancangan dan Pembuatan... 30

3.1.2. Waktu pembuatan... 30

3.2.Alat dan Bahan pembuatan ... 30

3.2.1 Alat Pembuatan ... 30

3.2.2. Bahan Pembuatan ... 31

3.3.Diagram Alir Perancangan dan Pembuatan ... 31

BAB IV Perhitungan dan Pembahasan ... 32

4.1. Perhitungan ... 32

(11)

x

4.2. Perancangan Blade (Sudu) Kincir Angin ... 36

4.2.1. Proses Desain ... 36

4.2.2. Proses Analisa Desain ... 37

4.3. Perancangan Poros dan Gearbox ... 42

4.3.1. Perancangan Gearbox ... 42

4.3.2. Perancangan Poros ... 46

4.4. Proses Pembuatan ... 47

4.4.1. Pembuatan Pola ... 47

4.4.2. Proses Penyerutan ... 48

4.4.3. Proses Pengamplasan ... 49

4.4.4. Proses Finishing ... 50

4.4.5. Hasil Pembuatan Kincir Angin ... 51

4.5. Uji Coba Kincir Angin ... 53

4.6. Estimasi Biaya ... 54

BAB VPENUTUP ... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kincir Angin Tipe Horizontal ... 7

Gambar 2.2. Skema dan prinsip kerja kincir angin VAWT tipe Savonius ... 8

Gambar 2.3. Kincir angin VAWT tipe Darrieus ... 9

Gambar 2.4. Kincir angin VAWT tipe H-rotor ... 9

Gambar 2.5. Bilah (Blade) ... 10

Gambar 2.6. Transmisi ... 11

Gambar 2.7. Generator ... 11

Gambar 2.8. Tower ... 12

Gambar 2.9. Baterai (ACU) ... 13

Gambar 2.10. Swept Area... 13

Gambar 2.11. Hubungan nilai TSR terhadap Cp ... 16

Gambar 2.13. Airfoil ... 17

Gambar 2.14. Macam-macam roda gigi ... 22

Gambar 2.15. Komponen Las SMAW ... 26

Gambar 2.16.Jenis baut ... 27

Gambar 2.17. Jenis Mur ... 28

Gambar 3.1.Diagram Alir Perancangan dan Pembuatan ... 31

Gambar 4.1.Gambar 3D Airfoil ... 36

Gambar 4.2. Bentuk Airfoil ... 37

Gambar 4.3 Gambar 3D Kincir Angin ... 37

Gambar 4.4. Analisa aliran fluida pada blade ... 36

Gambar 4.5. Turbulensi pada blade ... 37

Gambar 4.6. Distribusi tekanan pada bladeairfoil ... 38

(13)

xii

Gambar 4.11. Distribusi aliran tekanan pada blade yang dipasangi stik ... 42

Gambar 4.12.Balok kayu pinus ... 47

Gambar 4.13. Pola pada kayu pinus ... 48

Gambar 4.14. Proses penyerutan ... 48

Gambar 4.15. Kayu setelah dilakukan penyerutan... 49

Gambar 4.16. Proses pengamplasan ... 49

Gambar 4.17. Proses finishing ... 50

Gambar 4.18. Kayu pinus setelah dipernis ... 50

Gambar 4.19. Stik blade... 51

Gambar 4.20. Blade yang sudah dirakit dengan stik blade ... 51

Gambar 4.21. Kincir Angin HAWT ... 52

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Pemilihan Modul Roda Gigi ... 59

Lampiran 2. Tabel 1. Tabel Propertis Udara Tekanan 1 atm ... 60

Lampiran 3. Tabel 2. Karakteristik bahan roda gigi ... 61

Lampiran 4. Tabel 3. Faktor bentuk roda gigi ... 62

Lampiran 5. Tabel 4. Faktor dinamis roda gigi (fv) ... 63

Lampiran 6. Tabel 5. Faktor tegangan kontak bahan roda gigi ... 64

Lampiran 7. Tabel 6. Bahan untuk konstruksi mesin ... 65

Lampiran 8. Komponen UtamaKincir Angin... 66

Lampiran 9. GAmbar Desain Blade ... 67

(15)

xiv VAWT : Vertical Axis Wind Turbine

A : Luas Area Swept (m2)

d : Diameter Rotor (m)

P : Daya mekanik kincir angin (Watt)

Cp : Koefisien daya

ρ : Densitas udara (kg/m3)

V : Kecepatan Angin (m/s)

TSR : Tip Speed Ratio

n : Putaran rotor (rpm)

N : Jumlah Blade (sudu)

C : lebar blade (m)

R : Jari-jari rotor (m)

Pd : Daya rencana (Watt)

fc : Faktor koreksi

T : Torsi (Mpa)

σB : Kekuatan tarik bahan (Mpa)

Sf1.Sf2 : Faktor koreksi bahan

ds : diameter poros (mm)

d’0 : Diameter jarak bagi sementara pinion dan roda gigi (mm)

i : Jumlah gigi

a :Jarak sumbu poros (m)

(16)

xv

m : modul gigi

z : jumlah gigi

dk : Diameter kepala roda gigi (mm)

df : Diameter kaki roda gigi (mm)

fv : Faktor koreksi kecepatan

Ft : Gaya tangensial yang terjadi pada roda gigi (Mpa)

F’b : Beban lentur yang diizinkan (N)

Y : Faktor bentuk gigi

(17)

menimbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa gas buang. Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang dan membuat kincir angin yang sesuai dengan kecepatan angin di Indonesia dengan material yang kuat, murah dan mudah untuk didapat.

Proses perancangan meliputi perhitungan daya output kincir, desain blade, pemilihan perbandingan roda gigi gearboxs, dan pemilihan generator. Material yang digunakan untuk membuat blade (sudu) adalah kayu Pinus dengan ukuran awal 1250 mm x 150 mm x 30 mm. Proses pembuatan dilakuan dengan cara menyerut kayu secara manual dengan menggunakan mesin pasah. Proses finishing

dilakukan dengan mengamplas secara manual hingga membentuk profil yang diinginkan kemudian dilakukan proses pengecatan untuk menutup pori-pori kayu.

Hasil perancangan yaitu kincir angin tipe horisontal Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dengan jumlah sudu 3 buah. Diameter rotor 3 m dengan material sudu (blade) adalah kayu Pinus dan perbandingan roda gigi pada

gearboxs adalah 1:3 dengan kapasitas generator 500 Watt. Jenis sudu yang digunakan adalah sudu airfoil tipe Clark-Y dengan permukaan bawah datar (flat botom). Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan kincir dapat bekerja pada kecepatan angin 1,5-3,9 m/s.

(18)

ABSTRACT

Wind turbine was one of the early movers from the energy source to generate electricity utilizing wind power. The advantages of the wind turbine is beside the abundant resources and renewable resources also does not cause the impact of environmental pollution. The purpose of this design is to design and create a windmill that corresponds to wind speed in Indonesia with a strong material, cheap and easy to come by.

The design process includes the calculation of power output of wind turbine, the design of the blade, the selection of gear gearboxs comparison, and selection of the generator. The material used to make the blade is a Pine wood with initial size of 1250 mm x 150 mm x 30 mm. Making process took place by means of a wooden manually by using the machine. The finishing process is done with sanding by hand to form the desired profile then done painting process to close the pores of the wood.

The results of the design of a Horizontal Axis Wind turbines, i.e. (was HAWT) with the number of vanes 3 pieces. The rotor diameter of 3 m with blade is a Pine Wood and comparison gears on gearboxs is 1:3 with a capacity of 500 Watt generator. This type of turbine blade used is type airfoil Clark-Y with a flat bottom surface (flat botom). Based on the testing that has been done so that can work on wind speed 1.5-3.9 m/s.

(19)

1

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan

teknologi membuat kebutuhan akan suplai energi semakin meningkat, terutama

kebutuhan akan energi listrik. Hal ini membuat harga listrik setiap tahunnya

mengalami kenaikan. Kebutuhan listrik saat ini masih tergantung pada bahan

bakar fosil yang berupa bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara yang

jumlahnya semakin menipis. Upaya yang dilakukan pemerintah saat ini adalah

dengan mencari sumber energi alternatif yang tidak bergantung pada bahan bakar

fosil yang jumlahnya terus berkurang. Salah satu upaya pemanfaatan energi

alternatif terbarukan yang ramah lingkungan adalah energi yang berasal dari

angin. Kincir angin merupakan salah satu contoh penggerak mula dari sumber

energi untuk membangkitkan listrik yang memanfaatkan tenaga angin.

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat

melimpah, salah satunya adalah energi angin. Indonesia yang merupakan negara

kepulauan dan salah satu negara yang terletak di garis khatulistiwa merupakan

faktor bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin yang melimpah.

Melimpahnya sumber energi di Indonesia tidak dibarengi dengan pemanfaatan

sumber energi secara maksimal. Wilayah pesisir pantai Selatan Jawa merupakan

wilayah Indonesia yang mempunyai potensi energi angin yang cukup melimpah,

walaupun potensi anginya cukup rendah yaitu antara 3-6 m/s (BPPT, 2015).

Potensi angin tersebut cocok digunakan untuk pembangkit listrik dengan

daya keluaran maksimum 1000 Watt. Daya tersebut sangat cocok digunakan

untuk skala rumah tangga, walaupun masih tergolong kecil. Daya keluaran yang

tergolong kecil tersebut dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif, terutama

bagi daerah yang belum teraliri listrik PLN. Beberapa daerah pesisir Pantai

Selatan Jawa masih ada yang belum teraliri oleh listrik PLN, terutama daerah

(20)

2

terdapat banyak tambak yang kebutuhan listriknya dipenuhi dengan menggunakan

genset yang sumber energinya masih tergantung pada bahan bakar fosil (BBM).

Kincir angin dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang tidak

tergantung pada bahan bakar fosil sehingga dapat mengurangi ketergantungan

tehadap bahan bakar fosil yang jumlahnya semakin menipis.

Kincir angin terbagi atas dua tipe yaitu kincir angin sumbu horizontal atau

Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dan kincir angin sumbu vertikal atau

Vertical Axis Wind Turbine (VAWT). Kincir angin sumbu horizontal atau

(HAWT) merupakan kincir dengan poros utama horizontal dan generator

pembangkit listrik berada pada puncak menara. Poros mendatar pada kincir angin

ini terdiri atas posisi poros yang sejajar dengan permukaan tanah dan posisi poros

sejajar dengan arah datangnya angin. Kincir angin tipe HAWT lebih banyak

digunakan dibandingkan tipe VAWT, hal ini dikarenakan kincir angin tipe

HAWT dapat beroprasi pada kecepatan rendah maupun kecepatan tinggi.

Kelebihan kincir angin adalah disamping sumber daya yang melimpah dan

terbarui juga tidak meninbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa gas

buang. Kincir angin yang tersedia dipasaran saat ini rata-rata harganya relatif

mahal berkisar $500 untuk kapasitas 500 Watt. Permasalahan tersebutlah yang

membuat masyarakat enggan menggunakan kincir angin sebagai sumber energi

alternatif pengganti BBM. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka perlu

dibuat kincir angin yang sesuai dengan kecepatan angin di Indonesia khususnya

pesisir pantai Selatan Jawa dengan material yang kuat, murah dan mudah untuk

didapat.

1.1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas rumusan masalah yang muncul adalah bagaimana

membuat kincir angin yang sesuai dengan angin di pesisir pantai Selatan Jawa.

Angin di wilayah pesisir Pantai Selatan Jawa tergolong rendah yaitu berkisar

(21)

1.2. Batasan masalah

Dalam hal ini batasan masalah dalam perancangan ini adalah :

a. Tidak membahas konstruksi tiang penyangga (tower).

b. Pembahasan difokuskan pada perancangan dan pembuatan blade.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain

a. Mendapakan rancangan dan prototype kincir angin tipe horizontal (HAWT)

dengan penampang sudu berbentuk airfoil.

b. Mengetahui apakah kincir angin dapat bekerja pada kecepatan angin 3-6 m/s.

1.4. Manfaat

Manfaat dari yang diharapkan dari perancangan ini adalah:

a. Dari perancangan alat ini diharapkan dapat menambah referensi tentang alat

tepat guna dalam pengabdian masyarakat serta dapat dijadikan acuan dalam

pengembangan kincir angin tipe HAWT.

b. Hasil dari perancangan alat ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau acuan

bagi para pelajar atau mahasiswa yang akan mengembangkan kincir angin

tipe HAWT di daerah pesisir Pantai Selatan Jawa.

c. Hasil perancangan alat ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

bahan pertimbangan untuk energi alternatif yang ekonomis dan tidak

(22)

4 BAB II

Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori 2.1. Tinjauan Pustaka

Serah (2004) dalam penelitiaannya merancang kincir angin tipe horizontal

HAWT dengan sudu berjumlah 3 buah. Diameter rotor adalah 2 m dengan

menggunakan airfoil tipe NACA 4415. Dari hasil pengujian didapatkan arus

terbesar adalah 0,42 A dengan tegangan 3,34 V, pada kecepatan angin 5,7 m/s.

Asy’ari dkk (2012) melakukan penelitian dengan membuat prototipe

kincir angin HAWT bersudu 3 buah, material sudu (blade) terbuat dari fibreglass

dengan panjang 75 cm. Pengujian dilakukan di daerah waduk Gajah Mungkur

Wonogiri, menggunakan gearbox dengan perbandingan 1:1,2. Dari hasil

pengujian yang dilakukan didapat bahwa kincir tersebut mampu menghasilkan

tegangan 95 volt dan arus 4,5 mA pada kecepatan 5,6 m/s.

Herlambang (2014) melakukan penelitian dengan membuat kincir angin

HAWT multi blade yang digunakan langsung untuk menggerakan pompa torak

kerja ganda. Jenis blade yang digunakan adalah tipe flate plate dengan sudu

berjumlah 9 buah dengan perbandingan roda gigi pada gearbox adalah 1:2.

Material blade terbuat dari plat galvanis dengan diameter rotor 90 cm dan panjang

sudu 43 cm. Daya terbesar yang dapat dihasilkan oleh kincir tersebut adalah

206,08 watt pada kecepatan angin 13 m/s.

Sedangkan Arfarisi (2016) membuat rancang bangun kincir angin HAWT

kapasitas 1000 watt dengan sudu berjumlah 3 buah. Diameter rotor kincir tersebut

adalah 2,28 m dan airfoil yang dipakai adalah tipe NACA 4415. Material yang

dipakai dalam pembuatan blade adalah fibreglass. Dari data pengujian yang

dilakukan kincir tersebut dapat menghasilkan daya terendah pada kecepatan angin

2,67 m/s dengan daya sebesar 4,4 watt. Daya tertinggi dari kincir tersebut adalah

sebesar 65,6 watt pada kecepatan angin 9,2 m/s.

Dari beberapa penelitian kincir angin tersebut dapat disimpulkan bahwa

kincir yang dibuat untuk kecepatan angin 2,67-13 m/s adalah tipe HAWT dengan

(23)

dan NACA 4415. Beberapa penelitian menyebutkan daya output yang dihasilkan

oleh kincir angin masih tergolong kecil berkisar 1,4–203 Watt. Besar kecilnya

daya output yang dihasilkan oleh kincir dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya: jenis dan bahan blade yang digunakan, tipe airfoil, perbanndingan

roda gigi pada gearboxs, diameter rotor, serta generator yang digunakan.

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Potensi Angin di Indonesia

Angin adalah massa udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan

tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Anemometer adalah alat yang

digunakan untuk mengukur kecepatan angin. Satuan yang biasa digunakan untuk

menentukan kecepatan angin adalah km/jam atau dalam Knot (1 knot = 0,5148

m/det = 1.854 km/jam). Sistem penamaan angin biasanya dihubungkan dengan

arah datangnya massa udara tersebut.

(24)

6

2.2.2. Kincir Angin

Pada masa awal pembuatan, kincir angin dibuat untuk mengakomodir

kebutuhan petani di Eropa. Kincir angin atau biasa dikenal denga istilah Windmill

banyak dibangun di wilayah Eropa seperti Belanda, Denmark dan wilayah Eropa

lainnya yang potensi sumber daya anginnya cukup besar. Kincir angin lebih

banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik masyarakat, dengan

adanya prinsip konversi energi dan menggunakan sumber daya alam. Kincir angin

merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah energi kinetik menjadi energi

gerak, dimana energi penggeraknya berasal dari angin. Energi gerak selanjutnya

diteruskan berupa putaran sudu dan poros generator sehingga menghasilkan energi

listrik.

Sesuai dengan namanya, kincir angin menggunakan energi kinetik dari

angin sebagai tenaga pendorongnya. Angin menggerakkan bilah kincir yang

berputar pada porosnya, pada gilirannya mendorong perangkat tertentu, misalnya

generator untuk menghasilkan listrik. Kincir yang berputar ini terhubung ke

generator, bisa juga melalui gearbox atau langsung. Menariknya, sebagian besar

kincir modern yang berputar searah jarum jam.

Kincir angin bekerja dengan memanfaatkan energi angin yang diubah

menjadi gerak putar oleh kincir angin. Kincir angin bekerja berkebalikan dengan

kipas angin yaitu bukan menggunakan listrik untuk menghasilkan tiupan angin,

melainkan menggunakan angin untuk menghasilkan listrik. Angin yang bergerak

kemudian akan memutar sudu pada kincir, gerak putar inilah yang diteruskan oleh

poros untuk memutar rotor pada generator. Generator mengubah energi gerak

putar menjadi energi listrik dengan prinsip teori medan elektromagnetik, yaitu

poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen. Setelah

itu di sekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah

kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator mulai berputar

maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya karena terjadi

(25)

Hal-hal yang dapat menentukan besarnya daya output dari sebuah kincir angin

Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) adalah:

a) Kecepatan angin

b) Jumlah sudu (blade)

c) Jenis dan bahan blade

d) Besarnya sudut serang blade (pitch)

2.2.3. Jenis Kincir Angin

2.2.3.1. Kincir Angin Tipe Horizontal ( HAWT )

Kincir angin sumbu Horizontal (HAWT) memiliki sudu yang berputar dalam

bidang vertikal, seperti propeler pesawat terbang. Kincir angin tipe horizontal

mempunyai sudu dengan bentuk irisan melintang khusus dimana aliran udara pada

salah satu sisinya dapat bergerak lebih cepat dari pada aliran udara di sisi yang

lain ketika angin melewatinya. Fenomena ini menimbulkan daerah tekanan rendah

pada belakang sudu dan daerah tekanan tinggi pada sisi depan sudu. Perbedaan ini

membentuk gaya yang menyebabkan sudu berputar.

Kincir Angin Sumbu Horizontal (HAWT) memiliki poros rotor utama dan

generator listrik di puncak menara. Kincir berukuran kecil diarahkan oleh sebuah

baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan kincir

berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang

dihubungkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox

yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar.

(26)

8

Gambar 2.1. Kincir Angin Tipe Horizontal Sumber : https://id.wikipedia.org, 2016.

2.2.3.2. Kincir Angin Sumbu Vertikal (VAWT)

Kincir jenis ini mememilki bilah yang memanjang dari atas ke bawah.

Kincir yang paling umum dijumpai dan sering digunakan adalah kincir angin

Darrieus. Dinamai Darreius karena sesuai dengan nama penbuatnya yaitu seorang

insinyur dari Perancis yang bernama Georges Darrieus. Desain dari kincir jenis ini

dipatenkan pada tahun 1931 oleh Georges Darrieus. Tinggi dari kincir angin

sumbu Vertikal biasanya berdiri 100 meter dari permukaan tanah dengan lebar

lebih kurang 15 Meter. Kincir jenis ini memiliki porsi yang masih kecil dalm

penggunaannya di kalangan masyarakat. Ada berbagai jenis kincir angin tipe

VAWT yang sering digunakan diantaranya adalah Tipe Savonius, Tipe Darrieus,

dan Tipe H-Rotor. Berikut merupakan jenis kincir angin sumbu vertikal yang

sering digunakan.

a. Kincir Angin Tipe Savonius

Kincir angin tipe ini diciptakan oleh seorang insinyur Finlandia SJ

Savonius pada tahun 1929. Kincir ini merupakan jenis yang paling sederhana dan

menjadi versi besar dari anemometer. Kincir Savonius dapat berputar karena

(27)

kecepatan angin. Meskipun daya koefisien untuk jenis kincir angin bervariasi

antara 30% sampai 45%. Jenis kincir ini cocok untuk aplikasi daya yang rendah

dan biasanya digunakan pada kecepatan angin yang berbeda.

Gambar 2.2. Skema dan prinsip kerja kincir angin VAWT tipe Savonius Sumber: http://www.getsttpln.com/2014.

b. Kincir Angin Tipe Darrieus

Kincir angin jenis ini ditemukan oleh seorang insinyur Perancis George

Jeans Maria Darrieus yang dipatenkan pada tahun 1931. Darrieus memiliki 2

bentuk kincir yang digunakan diantaranya adalah “Eggbeater/Curved Bladed” dan “Straightbladed”. Kincir angin tipe Darrieus mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri terhadap poros. Pengaturan ini dilakukan dengan

tjuan agar kincir mampu menangkap angin lebih efektif. Berbeda dengan kincir

jenis Savonius, kincir angin jenis Darrieus berputar dengan memanfaatkan gaya

(28)

10

Gambar 2.3. Kincir angin VAWT tipe Darrieus Sumber: http://www.getsttpln.com/2014.

c. Kincir Angin Tipe H-Rotor

Kincir ini pertama kali dikembangkan di Inggris melalui penelitian yang

dilakukan selama 1970-1980’an, diuraikan bahwa mekanisme yang digunakan

pada blade berbilah lurus (Straight-bladed) ternyata pada kincir angin tipe

Darrieus tidak diperlukan. Pada kincir angin jenis ini ditemukan bahwa efek

hambatan yang diciptakan oleh sebuah pisau (blade) akan membatasi kecepatan

aliran angin. Oleh karena itu, H-rotor akan mengatur semua kecepatan angin

untuk mencapai kecepatan putaran optimalnya.

(29)

2.2.4. Komponen Utama Kincir Angin 2.2.4.1. Sudu ( Blade )

Blade atau rotor merupakan bagian dari kincir angin yang berfungsi

menerima energi kinetik dari angin dan merubahnya menjadi energi gerak

(mekanik) pada poros penggerak. Rotor terdiri dari baling-baling/sudu dan hub.

Hub merupakan bagian dari rotor yang berfungsi menghubungkan sudu denga

poros utama. Sudu pada kincir merupakan bagian terpenting guna memindah daya

pada poros yang selanjutnya diteruskan ke gearbox atau langsung ke generator.

Pada sebuah kincir angin, jumlah baling-baling atau sudu bervariasi sebanyak 2,3,

dan 4 buah atau lebih. Pada umumnya, sudu kincir angin propeller berjumlah 3

buah yang sering digunakan karena memiliki getaran yang tidak terlalu besar, jika

lebih dari 3 buah sudu maka akan berpengaruh terhadap getaran sehingga

mengakibatkan semakin besar pula torsi yang ditimbulkan. Desain sudu kincir

angin dibuat seaerodinamis supaya mendapatkan nilai efisiensi yang tinggi,

mengingat efisiensi penyaluran daya sudu kincir angin masih rendah yang

berkisar antara 20-30%.

Gambar 2.5. Bilah ( Blade )

Sumber : http://www.getsttpln.com/2014.

2.2.4.2. Transmisi (Gearbox)

Transmisi kincir angin berfungsi untuk memindahkan daya dari rotor ke

generator dengan dipercepat putaranya. Hal ini diperlukan karena umumnya

(30)

12

putaran tinggi. Poros termasuk transmisi pada bagian kincir angin yang berfungsi

untuk memindahkan daya dari rotor ke generator secara langsung maupun melalui

mekanisme transmisi pada gearboxs.

Gambar 2.6. Transmisi

Sumber : http://www.getsttpln.com/2014.

2.2.4.3. Generator

Generator merupakan sumber utama energi listrik yang dipakai sekarang ini

dan merupakan converter terbesar di dunia. Pada prinsipnya tegangan yang

dihasilkan bersifat bolak balik, sedangkan generator yang menghasilkan tegangan

searah karena telah mengalami proses penyearahan. Generator adalah mesin

listrik yang menggunakan magnet untuk mengubah energi mekanik menjadi

energi listrik. Prinsip generator secara sederhana dapat dikatakan bahwa

tegangan diinduksikan pada kontaktor apabila konduktor tersebut bergerak pada

medan magnet sehingga memotong garis garis gaya magnet. Prinsip dasar

generator arus bolak balik menggunakan hukum faraday yang menyatakan jika

sebatang penghantar berada pada medan magnet yang yang berubah-berubah,

(31)

Gambar 2.7. Generator

Sumber: http://www.getsttpln.com/2014.

2.2.4.4. Menara (Tower)

Menara berfungsi menyangga kincir angin. Pada kincir angin modern,

tinggi tower biasanya mencapai 40 – 60 meter. Menara dapat dibedakan menjadi

bentuk tubular dan bentuk lattice seperti gambar di bawah. Keuntungan dari

bentuk tubular yaitu aman, sedangkan lattice mempunyai biaya yang murah.

(a) (b) (c)

Gambar 2.8. Tower (a) Tipe Tubular, (b) Tipe Guyed, (c) Tipe Lattice

(32)

14

2.2.4.5. Peyimpan Daya ( Baterei )

Kincir angin tidak selamanya beroperasi karena keterbatasan angin yang

berhembus di waktu-waktu tertentu untuk dapat memutar rotor kincir. Maka dari

itu, diperlukan penyimpan energi agar menghasilkan energi listrik secara

kontinyu.Jika arus listriknya terlalu besar, maka arus listrik akan disalurkan

menuju jala-jala listrik setelah sebagian disimpan pada baterai.

Dalam pemilihan baterai harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

 Mampu menyimpan daya dalam jumlah besar

 Dapat menyalurkan daya yang disimpan baik dalam jumlah yang kecil maupun besar tanpa mengalami kerusakan.

 Tahan lama (reliable)

 Output tegangan dari baterai harus bebas dari fluktuasi atau noise

Baterai dapat dibedakan berdasarkan tegangannya dan kapasitas

penyimpanannya (Ampere-jam/Ah). Nilai Ah ditentukan berdasarkan kapasitas

penggunaannya. Misalkan baterai dengan kapasitas penyimpanan 200 Ah dibebani

selama 20 jam, maka kapasitas penggunaannya menjadi 10 A/jam (200:20= 10

A). Penggunaan yang lebih besar akan menyebabkan berkurangnya kapasitas Ah

secara drastis.

(33)

2.2.5. Parameter yang Berpengaruh Dalam Perancangan Blade 2.2.5.1. Swept Area

Swept area adala luasan daerah dimana blade (rotor) kincir angin berputar.

Daya keluaran dari kincir angin berpengaruh secara langsung terhadap luasan

swept area. Semakin besar diameter rotor, semakin besar pula daya yang

dihasilkan oleh kincir angin.

Swept area (A) = ………...…(1)

Dimana:

A = Luas Area Swept

d = Diameter Rotor

Gambar 2.10. Swept Area

Sumber: http://www.daviddarling.info, 2016.

2.2.5.2. Daya Angin

Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan uadara yang lebih tinggi ke

tekanan uadara yang lebih rendah. Peristiwa tersebutlah yang menyebabkan

terjadinya hembuasan angin. Terdapat energi yang ditimbulkan akibat peristiwa

tersebut yang disebut energi kinetik. Energi kinetik inilah yang nantinya di ubah

menjadi energi listrik oleh kincir angin.

Energi kinetik dengan masa angin sebesar m yang bergerak pada

kecepatan sebesar v, nantinya akan diubah energinya oleh poros dapat dirumuskan

(34)

16

Dengan menganggap suatu luasan penampang melintang adalah Adengan

kecepatan angin adalah v mengalami perpindahan volume setiap satuan waktu,

maka akan muncul persamaan:

V = v.A...(3)

Dimana :

V= volume aliran udara (m³/s)

v = kecepatan angin (m/s)

Dari persamaan-persamaan diatas menunjukan bahwa energi kinetik dan

aliran udara yang melewati suatu penampang melintang dengan luasan A sebagai

energi P, maka persamaan energinya menjadi:

P = 0,5. ρ. A .v³...(5)

Dimana:

P = daya mekanik (W)

ρ = densitas udara (kg/m³)

v = kecepatan udara (m/s)

Karena setiap jenis kincir angin mempunyai karakteristik aerodinamika

yang unik, maka faktor daya sebagai fungsi dari TSR untuk setiap jenis kincir

angin juga berbeda-beda. Dengan memasukkan faktor daya Cp, maka daya

(35)

P = Cp. 0,5. Ρ. A. v³...(6)

Dimana:

Cp = koefisien daya (efisinsi kincir)

Nilai dari Cp tidak akan pernah melebihi 16/27 atau 0.59 dimana efisiensi

kincir tidak mungkin lebih dari 60% (Bets Limit). Dengan mengacu pada

penelitian sebelumya bahwa nilai cp untuk kincir angin adalah 25-35% (Pigott,

2003). Parameter yang mempengaruhi besar kecilnya nilai Cp adalah jumlah

sudu, panjang chord sudu dan karakteristik aerodinamis sudu tersebut.

2.2.5.3. TSR ( Tip Speed Ratio )

Tip Speed Ratio atau TSR untuk kincir angin adalah rasio antara kecepatan

tangensial ujung blade dan kecepatan aktual angin. TSR berkaitan dengan

efisiensi dan besar torsi yang dihasilkan oleh kincir angin. Semakin tinggi nilai

dari TSR maka torsi yang diterima oleh kincir akan semakin kecil. Untuk

menentukan nilai TSR dapat digunakan persamaan berikut:

TSR =

……….(7)

Dimana: D = Diameter rotor (m)

= putaran rotor (rpm)

(36)

18

Gambar 2.11 Hubungan nilai TSR terhadap Cp (coefficient power) kincir angin Sumber: http://www.ebah.com, 2016.

2.2.5.4. Rotor Solididy

Rotor solidity adalah perbandingan luas sudu dengan luas lintasan sudu

kincir. Nilai solidity berpengaruh terhadap jika solidity tinggi maka torsi yang

dihasilkan oleh kincir juga tinggi, hal ini berbanding lurus dengan daya yang

dihasilkan oleh kincir angin. Nilai solidity untuk kincir angin tipe horisontal 3

blade biasanya adalah 0,014 (Azad dan Kaysar, 2012)

Solidity =

...(9) Dimana:

N = jumlah blade

C = lebar blade (chord)

R = jari-jari rotor

2.2.6. Airfoil

Profil airfoil adalah elemen penting dalam konversi energi angin. Profil

airfoil memberikan nilai koefisien drag yang kecil jika dibandingkan dengan lift

yang diberikan. Terdapat beberapa variabel yang dinyatakan dalam

(37)

ketebalan (thickness), dan kelengkungan (chamber). Bentuk airfoil untuk kincir

angin pada umumnya melengkung pada bagian atas dan lebih datar atau bahkan

cekung pada bagian bawah, ujung tumpul pada bagian depan dan lancip pada

bagian belakang. Bentuk airfoil yang demikian menyebabkan kecepatan udara

yang melalui sisi atas akan lebih tinggi dari sisi bawah sehingga tekanan udara di

bagian atas akan lebih kecil daripada kecepatan udara di bagian bawah.

Gambar 2.12. Airfoil

Sumber: http://code7700.com/lift.html.

Dari gambar terminologi airfoil diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Leading edge, adalah bagian depan dari airfoil yang lansung tekena

angin.

2. Trailing edge, adalah bagian airfoil yang terletak di ujung paling

belakang pada profil airfoil.

3. Mean chamber line, merupakan tengah yang membagi antara permukaan

atas dan permukaan bagian bawah dari airfoil.

4. Chord line, adalah suatu garis lurus yang menghubungkan leading

edge dan trailing edge.

5. Chord, merupakan perpanjangan dari chord line, dengan kata

lain, chord adalah karakteristik dimensi panjang dari suatu airfoil.

6. Maximum chamber, merupakan jarak antara mean chamber line dengan

chord line. Maximum chamber membantu mendefinisikan bentuk

(38)

20

7. Maximum thickness, merupakan ketebalan maksimum dari suatu airfoil,

dan menunjukkan persentase dari chord. Maximum thickness membantu

mendefinisikan bentuk dari airfoil dan juga performa

dari airfoil tersebut.

2.2.7. Sistem Transmisi

Sistem transmisi pada kincir angin digunakan untuk memindahkan daya

yang diakibatkan oleh putaran kincir angin. Sistem transmisi terdiri atas poros,

roda gigi, dan bantalan.

2.2.7.1. Poros

Poros merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada suatu

mesin untuk untuk meneruskan daya dan putaran, hampir semua mesin

meneruskan tenaga dengan putaran poros (Sularso dan Suga, 1997).

Untuk perencanaan poros diperlukan daya rencana (Pd), dimana daya yang

ditransmisikan dikalikan dengan dengan faktor koreksi (fc) yang berguna sebagai

tindakan pengamanan.

Putaran (n) poros dapat dihitung dengan persamaan berikut:

... ..(11)

Dimana:

n = Putaran (rpm)

v = Kecepatan keliling (m/s)

(39)

Momen puntir rencana yang terjadi dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut :

T = 9,74 x 10 ...(12)

Dimana :

fc = Faktor koreksi

Pd = Daya rencana (kW)

n = Putaran poros (rpm)

Tegangan geser yang diizinkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

a =

...(13)

Dimana :

σB = Kekuatan tarik bahan Sf1.Sf2 = Faktor koreksi

Tegangan geser yang terjadi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

=

...(14)

Dimana:

T = momen puntir (kg/mm)

ds = diameter poros (mm)

2.2.7.2. Roda Gigi

Fungsi roda gigi adalah mentransmisikan daya dan putaran dari putaran

tinggi ke putaran rendah ataupun dari putaran rendah ke putaran yang lebih tinggi,

sehingga daya yang dihasilkan dari sudu rotor dapat ditransmisikan ke beban yang

(40)

22

1. Menurut Letak Poros

Pembagian roda gigi menurut letak porosnya ada tiga macam yaitu:

a. Roda gigi poros sejajar

Disebut roda gigi poros sejajar karena giginya berjajar pada dua bidang

silinder, kedua bidang silinder tersebut bersinggungan dan yang satu

menggelinding pada yang lain dengan sumbu tetap sejajar. Berikut jenis roda gigi

yang termasuk dalam poros sejajar antara lain adalah :

a. Roda gigi lurus.

b. Roda gigi luar.

c. Roda gigi miring.

d. Roda gigi pinyon.

e. Roda miring ganda.

b. Roda gigi poros berpotongan

Roda gigi poros berpotongan adalah roda gigi di mana giginya berpotongan

pada dua bidang silinder dan kedua bidang tersebut bersinggungan. Beberapa jenis

roda gigi yang termasuk dalam jenis roda gigi poros berpotongan antara lain:

a. Roda gigi kerucut lurus.

b. Roda gigi kerucut miring.

c. Roda gigi kerucut spiral.

d. Roda gigi kerucut miring ganda.

e. Roda gigi kerucut ZEROL.

c. Roda gigi poros silang

Roda gigi poros silsng merupakan roda gigi yang kedua sumbunya saling

bersilangan namun tidak saling berpotongan dan pemindahan gaya pada

permukaan gigi berlangung secara meluncur dan menggelinding. Berikut jenis

roda gigi yang termasuk dalam poros silang antara lain:

1. Roda gigi cacing.

2. Roda gigi hiperboloid.

3. Roda gigi hipoid.

4. Roda gigi permukaan silang.

(41)

2. Roda Gigi Menurut Bentuk Alur Gigi

Roda gigi menurut benttuk alurnya terbagi atas tiga macam, berikut pembagian

roda gigi menurut bentuk alurnya :

a. Roda gigi lurus adalah roda gigi dengan bentuk alur giginya lurus dan

sejajar dengan poros.

b. Roda gigi miring merupakan roda gigi dengan bentuk alur giginya

memiliki kemiringan tertentu.

c. Roda gigi miring ganda dimana roda gigi dengan bentuk alur giginya

memiliki dua kemiringan tertentu yang sama besarnya.

3. Roda Gigi Menurut Arah Putarannya

Roda gigi menurut arah putarannya terbagi atas dua macam, yauitu:

a. Roda gigi yang mempunyai arah putaran berlawanan terhadap roda gigi

yang digerakkannya.

b. Roda gigi yang mempunyai arah putaran yang sama dengan roda gigi

yang digerakkannya.

Gambar 2.14 Macam-macam roda gigi

(42)

24

Dalam perancangan roda gigi, khususnya roda gigi lurus dapat digunakan

persamaan-persamaaan di bawah ini:

Diameter kepala (dk) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

dk = (z +2)m ...(17)

Dimana:

z = jumlah gigi

m = modul gigi

Diameter kaki roda gigi (df) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

(43)

n =

...(19) Dimana:

v = kecepatan (m/s)

d0 = diameter jarak bagi sebenarnya (mm)

Faktor koreksi terhadap kecepatan (fv) dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut:

P = daya yang ditransmisikan (W)

v = kecepatan (v)

Beban lentur yang diizinkan (F’b) dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut:

σ2 = tegangan yang diizinkan

Lebar roda gigi (b) dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

b =

(44)

26

2.2.8. Pengelasan

Menurut DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah menyambung dua

buah logam dengan proses metalurgi pada logam yang dilaksanakan dalam

keadaan cair. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa las adalah

sambuangan dua atau beberapa batang logam dengan menggunakan panas.

2.2.8.1. Pengelasan SMAW

Pengelasan SMAW (Shield Metal Arc Welding) atau biasa disebut Las

Busur adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan

logam dasar (logam induk) dan elektroda. Proses ini terjadi akibat dari loncatan

ion listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan permukaan plat yang akan dilas

(anoda dan katoda). Panas yang ditumbulkan dari lompatan ion inii dapat

mencapai 4000 sampai 4500 derajat celcius. Terdapat dua sumbervtegangan yang

dapat digunakn yaitu AC (arus bolak balik) dan listrik DC (arus searah). Proses

terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung elektroda dan material

dasar sehingga terjadi hubungan pendek arus listrik sehingga menimbulkan panas.

Panas inilah yang akan mencairkan elektroda dan material dasar sehingga cairan

elektroda dan cairan material dasar akan menyatu membentuk logam lasan.

Berikut merupakan komponen utama las SMAW:

a. Mesin Las

Mesin las (transformator) berdasarkan tegangan terdbagi atas dua macam

yaitu mesin las AC dan mesin las DC. Mesin las ac biasanya berupa trafo las,

sedangkan mesin las DC biasanya dilengkapi denga dioda atau rectifier (perubah

arus bolak balik menjadi arus searah ). Mesin las Dc biasanya dilengkapi dengan

motor penggerak baik engine ataupun motor listrik.

b. Kabel

Kabel ini terbagi menjadi dua yaitu kabel masa dan kabel elektroda yang

berfungsi utuk menyalurkan aliran listrik dari mesin las ke material las dan

kembali lagi ke mesin las. Ukuran kabel harus cukuplah besar untuk mengalirkan

(45)

dan merusak isolasi kabel yang akhirnya membahayakan pada saat proses

pengelasan.

c. Penjepit elektroda (holder) dan klem masa

Penjepit lektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel

elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode sehingga pengelas tidak

merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berfungsi menghubungkan kabel

masa mesin las dengan benda kerja. Klem ini sangat penting karena apabila klem

longgar arus yang dihasilkan tidak stabil sehingga pengelasan tidak dapat berjalan

dengan baik.

d. Elektroda

Elektroda berfungsi sebagai logam pengisi pada saat proses pengelasan

SMAW. Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang

berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi

udara sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang

juga berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektroda

ini merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan

pengelasan.

(46)

28

2.2.9. Mur dan Baut

Mur dan baut merupakan alat pengikat yang sangat penting untuk

mencegah kecelakaan atau kerusakan pada komponen. Mur dan baut berfungsi

untuk menyatukan atau menghubungkan beberapa komponen yang tidak perlu

dilakukan proses pengelasan. Mur dan baut terbagi atas beberapa macam sesuai

dengan fungsinya.

2.2.9.1. Jenis Baut

Dalam penggunaanya baut terbagi atas beberapa jenis berikut merupakan

pembagian jenis baut berdasarkan penggunaanya:

1. Baut tembus, digunakan untuk menjepit dua bagian melaui bidang tembus,

dimana jepitan diketatkan dengan sebuah mur

2. Baut tanam, berguna untuk menjepitdua bagian , baut ditanam pada salah satu

bagian yang mempunyai lubang berulir.

3. Baut tap, untuk menjepit dua bagian dimana jepitan diketatkan dengan ulir

yang diletakan dalam salah satu bagian.

(47)

2.2.9.2. Jenis Mur

Pada umumnya mur memiliki bentuk segi enam. Tetapi untuk pemakaian

khusus dapat dipakai mur dengan bentuk bermacam-macam seperti ditunjukan

pada gambar 2.15 berikut.

Gambar: 2.17 Jenis Mur

Sumber: http://www.karyaagung.net, 2016.

Untuk menentukan jenis dan ukuran mur harus memperhatikan berbagai faktor

(48)

30 BAB III

METODE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya

penelitian, alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian, apa saja yang menjadi

variable dalam penelitian, diagram alir penelitian, serta prosedur-prosedur

penelitian.

3.1. Tempat dan Waktu Pembuatan

3.1.1. Tempat Perancangan dan Pembuatan

Tempat peembuatan dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jl.Lingkar Barat, Tamantirto,

Kasihan, Bantul 55183.

3.1.2. Waktu Pembuatan

Waktu pembuatan dilakukan pada rentang waktu antara bulan Februari hingga

Maret 2016.

3.2. Alat dan Bahan Pembuatan 3.3.1. Alat Pembuatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan adalah:

a. Gergaji kayu

b. Gergaji besi

c. Mistar

d. Pensil

e. Amplas kayu dengan ukuran nomor 400 dan 500

(49)

3.2.2. Bahan Pembuatan

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam pembuatan blade kincr angin ini

adalah sebagai berikut :

a. Kayu pinus berbentuk balok dengan ukuran 1250 mm x 150 mm x 30 mm

b. Elektroda

c. Besi pejal ukuran 12 mm

d. Pernis kayu

3.3. Diagram Alir Perancangan dan Pembuatan

Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan, mulai dari persiapan, proses

perancangan dan pembuatan, serta proses pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah kincir dapat bekerja atau tidak. Tahapan penelitian yang

dilakukan dapat dilihat pada gambar 3.1.

Menentukan jenis kincir dan kecepatan angin rata-rata di wilayah pesisir Pantai Selatan Jawa

Menentukan jenis blade

Desain blade

A B

(50)

32

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan dan Pembuatan Kincir dapat

beroperasi sesuai yang diharapakan?

Tidak

Kesimpulan Ya Proses manufaktur blade

A B

Proses asembly kincir

(51)

33 BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan

4.1.1. Dasar Pemilihan Jenis Kincir Angin

Kincir angin merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang ramah

lingkungan yang dapat dipakai untuk memasok kebutuhan energi listrik

masyarakat. Pada umumnya, perancangan dan pembuatan kincir angin tipe

HAWT lebih banyak dibanding kincir tipe VAWT. Kincir angin HAWT

dipilih karena, berdasarkan studi yang ada, karakteristik angin di wilayah pantai

selatan Jawa adalah laminar. Angin laminar ditunjukan dengan bentuk pepohonan

yang condong pada satu arah. Kincir angin HAWT sangat cocok diaplikasikan

pada daerah yang karakteristik anginya adalah laminar bukan turbulen.

4.1.2. Potensi Kecepatan Angin

Untuk mempermudah dalam proses perancangan maka dipilih daerah pantai

di sekitar Yogyakarta. Menurut studi yang dilakakukan, kecepatan angin di daerah

pantai Pandansimo Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebesar 3–6 m/s (BPPT,

2015). Untuk mempermudah dalam perhitunangan maka, diasumsikan kecepatan

angin sebesar = 4,5 m/s, karena diambil rata-rata.

4.1.3. Penentuan Daya Angin

Dalam perancangan diharapkan nantinya kincir dapat menghasilkan daya

output kincir sekitar 200 Watt pada kecepatan angin 4,5 m/s. Daya tersebut masih

tergolong kecil, tapi cukup digunakan untuk skala rumah tangga yang tidak terlalu

membutuhkan daya listrik yang besar.

Dengan memperhitungkan nilai efisiensi generator yang yang dipakai tidak dapat

mencapai 100%, maka diasumsikan nilai efisiensi sebesar 75% maka:

= x 125%

(52)

34

Berdasarkan teori Betz, tidak semua daya mekanik kincir angin dapat

terkonversi menjadi energi listrik, dengan mempertimbangkan efisiensi kincir

(Cp) yang tidak mungkin melebihi 60% (Betz Lmits). Daya mekanik yang dapat

terkonversi menjadi energi listrk adalah:

Asumsi : = 55%

P = x 145%

= 250 x 145%

= 362,5 Watt

Temperatur di daerah pantai Pandansimo Bantul Daerah Istimewa

Yogyakarta, secara geografis temperature = 30 – 37

Asumsi = 35

Dari tabel propertis udara pada tekanan 1 atm (terlampir) diperoleh: = 1,145 kg/

Berdasarkan perhitungan daya mekanik didapat nilai luasan area rotor (sweap

area) sebesar 6,9 m2 7 m2, maka diameter rotor dapat dihitung dengan:

(53)

Dari perhitungan di atas diameter rotor yang digunakan adala 3 m. setelah

mengetahui diameter rotor yang digunakan selanjutnya dapat diketahui lebar sudu

airfoil yang digunakan. Untuk diameter rotor 3 m dapat digunakan lebar aifoil

sebesar 145 mm (Piggot, 2009 : 15).

4.1.5. Tip-Speed Ratio

TSR pada kincir angin merupakan rasio antara kecepatan tangensial ujung

blade dan kecepatan aktual angin. Karena ada parameter yang belum diketahui

yaitu nilai putaran kincir ( ), maka untuk menentukan nilai TSR dapat ditentukan

terlebih dahulu tanpa proses perhitungan (optional). Nilai TSR untuk kincir angin

dapat dipilih antara 6-8. Untuk perancangan kincir angin dapat dipilih nilai TSR =

7 karena memiliki nilai Cp tertinggi (Piggott, 2003).

TSR =

Dari perhitungan di atas dapat diketahui kincir angin dengan diameter rotor = 3 m,

untuk menghasilkan nilai Cp tertinggi maka harus berputar sebesar 200 rpm pada

kecepatan angin 4,5 m/s.

4.1.6. Rotor Solidity

Rotor solidity adalah perbandingan luas sudu dengan luas lintasan sudu.

Nilai dari rotor solidity berpengaruh terhadap nilai torsi yang diterima oleh kincir.

Jika solidity tinggi maka torsi yang dihasilkan juga tinggi, hal ini berbanding

lurus dengan daya yang dihasilkan oleh kincir angin. Berikut merupakan

(54)

36

 Jumlah blade (N) = 3

 Lebar airfoil (C) = 0,15 m

 Jari-jari rotor (R) = 1,5 m

Solidity =

= = 0,048

4.2. Perancangan Blade (Sudu) Kincir Angin 4.2.1. Proses Desain

Perancangan kincir angin pada tahap awal dimulai dengan menentukan jenis

blade yang akan dipakai. Jenis blade yang dipilih adalah tipe Clark-Y dengan

permukaan bawah datar (flat botom). Proses selanjutnya adalah melakukan

perhitungan dimensi blade kincir angin yang akan dipakai. Mempertimbangkan

karakteristik blade yang digunakan, dimana ketebalan airfoil hanya 11.7% dari

lebar airfoil maka desain blade yang dipilih menggunakan stik menempel pada

airfoil. Stik digunakan untuk memperkuat blade dan menghubungkan dengan hub

kincir serta digunakan untuk mengatur sudut pitch blade. Setelah mendapat

gambar desain yang diinginkan maka desain digambar menggunakan software

Autodesk Inventor. Melalui perangkat lunak inilah detail dan dimensi ditentukan

Desain CAD dari airfoil yang dirancang ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

(55)

Gambar 4.2 Bentuk Airfoil

Gambar 4.3 gambar 3D kincir angin

4.2.2. Proses Analisa Desain

Bentuk blade yang sudah dibuat pada proses desain selanjutnya dilakukan

proses analisa dengan cara melakukan simulasi menggunakan CFD. Proses

simulasi dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik dari blade kincir angin

terhadap aliran fluida yang melaluinya, seperti ditunjukan pada gambar 4.4

(56)

38

Gambar 4.4 Analisa aliran fluida pada blade

Gambar 4.5 Turbulensi pada blade

Pada gambar di atas menunjukan bahwa pada kecepatan angin operasi yaitu

4,5 m/s belum terlihat adanya turbulensi pada bagian ujung blade kincir.

Turbulensi pada blade dapat menghambat kerja kincir angin, karena ketika terjadi

turbulensi maka nilai gaya dorong (drag force) pada kincir akan meningkat.

Gambar di atas menunjukan fenomena aliran fluida yang melewati blade, warna

biru menunjukan kecepatan angin rendah dan warna kuning kemerahan

menunjukan kecepatan angin tinggi. Pada bagian bawah airfoil menujukan warna

biru dan hijau, hal ini menunjukan bahwa kecepatan fluida di bagian bawah airfoil

lebih rendah dari bagian atas airfoil. Karena kecepatan angin rendah maka Angin

(57)

tekananan pada bawah airfoil akan naik sehingga timbul gaya angkat (lift force).

Gaya angkat inilah yang dimanfaatkan oleh airfoil untuk memutar kincir angin

yang nantinya diubah oleh generator menjadi energi listrik.

Fenomena turbulensi baru terlihat pada bagian blade yang terhubung oleh

stik, hal ini terjadi karena bentuk stik yang silinder dan menempel pada bagian

bawah blade. Pada saat simulasi fenomena turbulensi ditunjukan oleh adanya

warna biru pada bagian belakang stik seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.6 Distribusi tekanan pada bladeairfoil

(58)

40

Gambar di atas menunjukan distribusi tekanan yang diterima airfoil kincir

angin. Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan warna pada bagian atas dan

bawah airfoil. Warna biru menunjukan tekanan yang yang rendah sedangkan

warna kuning menujukan tekanan yang lebih tinggi. Distribusi tekanan diatas

menunjukan tekanan bagian bawah airfoil lebih tinggi dibandingkan bagian atas,

sehingga timbul gaya angkat (lift force).

Gambar 4.8 Distribusi aliran fluida pada blade

Gambar 4.9 Distribusi aliran fluida pada blade yang dipasangi stik Angin

(59)

Gambar di atas adalah distribusi aliran fluida pada kecepatan angin 4,5 m/s

dengan arah angin dari depan kincir. Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa

untuk blade yang tidak terpasang stik belum terlihat adanya indikasi tirbulensi,

sehingga masih aman untuk digunakan. Efek turbulensi baru terlihat pada blade

yang dipasangi stik atau pada bagian pangkal blade. Fenomena turbulensi

ditunjukan dengan warna biru tua pada bagian bawah blade yang dipasangi stik.

Gambar 4.10 Distribusi aliran tekanan pada blade

Gambar 4.11 Distribusi aliran tekanan pada blade yang dipasangi stik

Dari gambar di atas dapat dilihat perbedaan warna pada bagian atas dan

(60)

42

warna kuning kemerahan menujukan tekanan yang lebih tinggi. Berdasarkan

gambar di atas tekanan pada bagian atas blade lebih tinggi dari pada bagian bawah

blade. Tekanan yang lebih tinggi pada bagian atas blade membuat kincir berputar,

putaran kincir kemungkinan akan searah jarum jam akibat tekanan yang

ditimbulkan oleh angin.

4.3. Perancangan Poros dan Gearbox 4.3.1. Perancangan Gearbox

Dengan mengacu pada kapasitas generator, daya yang ditransmisikan oleh

kincir adalah 500 W. Dalam proses perancangan diperlukan daya rencana (Pd)

dimana daya yang ditransmisikan dikalikan dengan faktor koreksi (fc) yang

digunakan sebagai tindakan pengamanan.

Pd = fc . P

Dimana, untuk perancangan fc diambil 1,2 untuk daya maksimum sehingga:

Pd = 1,2 x 500 W

= 600 W

Roda gigi yang digunakan adalah roda gigi involut lurus standar, roda gigi ini

dipilih karena daya yang ditransmisikan tidak terlalu besar sehingga tidak

membutuhkan putaran yang terlalu tinggi. Berikut beberapa data yang dibutuhkan

dalam perancangan roda gigi lurus:

 Perbandingan roda gigi (i) = 3

 Putaran generator maksimum (ns2 ) = 1000 rpm (ns1 333 rpm)

 Jarak antara poros utama dan poros output = 100 mm  Dari diagram untuk daya rencana (Pd) 600 W (0,6 KW) maka modul

(61)

 jumlah gigi (z)

z1 =

=

= 40

z2 = i. z1 = 40. 3 = 120 mm

 Diameter kepala

 

dk

dk1 = (z1+2)m dk2 = (z2+2)m

= (40+2)1,25 = (120+2)1,25

= 52,5 mm = 152,5 mm

 Diameter kaki (df)

df = (z-2,5)m

maka:

df1 = (40-2,5)1,25

df2 = (120-2)1,25

df2 = 46,875 mm df2 =146,875 mm

 Kecepatan keliling (v)

v =

=

= 2,615 m/s

 Faktor koreksi terhadap kecepatan (fv)

fv =

=

(62)

44

 Faktor bentuk gigi (Y)

Faktor bentuk (Y) adalah nilai dari faktor bentuk roda gigi berdasarkan

jumlah giginya (z). Berdasarkan tabel (terlampir), berikut nilai faktor bentuk

untuk masing-masing roda gigi. Karena nilai faktor bentuk (Y) untuk z1 terletak

antara Y38 dan Y43 dan z2 terletak pada Y100 dan Y150. Maka nilai faktor bentuk

untuk roda gigi sat dan dua menjadi:

Y1 = Y40 = Y38 + ( Y43– Y38)

(510,12 Mpa) dengan nilai kekerasan

Brinell (HB) = 149-207 dan nilai tegangan lentur ijin (σa) = 26 kg/mm² (255,06

Mpa) seperti pada tabel (terlampir).  Beban lentur yang diizinkan (F’b)

Berdasarkan tabel juga didapat nilai faktor tegangan kontak pada bahan roda

(63)

diijinkan (F’H). Nilai faktor tegangan kontak bahan diambil berdasarkan nilai

 Pengecekan keamanan roda gigi

Dalam pengecekan ini berfungsi untuk melihat apakah perbandingan roda gigi

yang digunakan sudah ideal atau belum. Syarat roda gigi ideal adalah:

(64)

46

Dari hasil perhitungan diatas maka tidak direkomendasikan untuk

menggunakan lebar roda gigi sebesar 14,71 karena hasilnya tidak ideal. Lebar

roda gigi disarankan untuk dibuat maksimum 12,5 mm sehingga ideal untuk

digunakan.

4.3.2. Perancangan Poros

Untuk perancangan poros digunakan material baja S30C dengan diameter 25

mm,dari data tabel didapat nilai kuat tarik bahan �B = 48 kg/mm2 (470,88 Mpa)

maka tegangan geser yang diijinkan adalah:

a =

- Sf2= Faktor keamanan yang tergantung pada bentuk poros yang harganya

berkisar antara 1,3-3,0.

 Nilai torsi yang terjadi pada poros

T = 9,549x106

(65)

 Nilai tegangan geser yang terjadi pada poros

=5,1

= 5,1

=

6,62 Mpa

Dari hasil perhitungan didapat nilai tegangan geser yang terjadi pada poros

kincir adalah 6,62 Mpa lebih kecil dari nilai tergangan geser yang diijinkan yaitu

39,24 Mpa. Poros yang digunakan bisa dikatakan aman karena nilai tegangan

geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diijinkan.

4.4.Proses Pembuatan Blade 4.4.1. Pembuatan Pola

Bentuk desain yang telah ditentukan pada tahap perancangan kemudian di

gambar sketsa pola pada balok kayu pinus yang akan digunakan untuk membuat

blade dengan menggunakan penggaris dan pensil. Pada tahapan ini dilakukan

secara manual.

Gambar 4.12 Balok kayu pinus

(66)

48

Gambar 4.13 Pola pada kayu pinus

4.4.2. Proses penyerutan

Setelah pola digambar pada kayu, kemudian dilakukan proses penyerutan,

proses ini dilakukan secara manual dengan menggunakan gerinda yang mata

gerindanya diubah dengan depasangi amplas khusus kayu. Pada proses digunakan

amplas kasar dengan nomor 400. Karena semua proses dilakukan secara manual,

maka pada proses ini dilakukan secara hati-hati karena jika terjadi kesalahan maka

hasil profil airfoil pada kayu akan tidak sesui yang diharapkan.

Gambar

Gambar 2.8. Tower (a) Tipe Tubular, (b) Tipe Guyed, (c) Tipe Lattice
Gambar 2.9. Baterai (Aki) Sumber: http://garagedebilt.nl, 2016.
Gambar 2.10. Swept Area Sumber: http://www.daviddarling.info, 2016.
Gambar 2.11 Hubungan nilai TSR  terhadap Cp ( coefficient power) kincir angin Sumber: http://www.ebah.com, 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan angin minimal ( cut-in speed ) untuk menggerakan kincir adalah 1.2m/s dengan menghasilkan tegangan listrik sebesar 2.666volt dan kecepatan angin tertinggi

Dari hasil perhitungan diketahui yaitu kincir tanpa pengarah dengan koefesien daya sebesar 35 % pada kecepatan angin 6,83 m/s, kincir. angin dengan pengarah 30 0 mempunyai

Dari hasil perhitungan diketahui yaitu kincir tanpa pengarah dengan koefesien daya sebesar 35 % pada kecepatan angin 6,83 m/s, kincir. angin dengan pengarah 30 0 mempunyai

Dari hasil penelitian ini, kincir angin propeler empat sudu menghasilkan putaran poros kincir terbesar adalah 346 rpm pada berat sudu 0,24 kg dengan kecepatan angin rata – rata 7

Secara keseluruhan hasil perancangan dan pembuatan kincir angin MB 12-7 poros horisomtal dinyatakan berhasil, ini dibuktikan dengan melakukan pengujian yang menunjukkan putaran

 Fokusan dari tugas akhir ini adalah membahas tentang sistem monitoring kecepatan angin pada turbin angin, dan pada perancangan ini menggunakan mikrokontroler ATMega8535

Dari Gambar 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa kincir angin dengan variasi berat sudu 0,24 kg pada kecepatan 5 m/s memiliki nilai putaran poros kincir (n)

Grafik Hubungan Antara Daya Listrik (Watt) Dengan Torsi (N.m) Pada Variasi Berat Sudu 0,24 Kg Dan Kecepatan Angin 7 m/s.. Grafik Hubungan Antara Putaran Kincir Angin (Rpm)