• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR (PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR: 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI NOMOR :142/PID/2015/PT.DKI.) LEGAL MEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR (PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR: 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI NOMOR :142/PID/2015/PT.DKI.) LEGAL MEM"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN

DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR

(PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NOMOR:

1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. DAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI

NOMOR :142/PID/2015/PT.DKI.)

LEGAL MEMORANDUM

Diajukan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Hukum di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nama : Suci Mardhatillah

Nim : 20120610322

Fakultas : Hukum

Prodi : Ilmu hukum

Konsentrasi : Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

Bismillahirrohmanirrohim,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SUCI MARDHATILLAH

Nim : 20120610322

Judul skripsi : KEYAKINAN HAKIM DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN

TERHADAP PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA

KEKERASAN DI PGC CILILITAN JAKARTA TIMUR

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil

penulisan, dan pemaparan asli dari saya sendiri. Jika terdapat karya orang lain, saya

akan memberikan sumber yang jelas. Apabila dikemudian hari ada penyimpangan dan

ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan gelar Sarjana S-1 yang telah diperoleh karna karya tulis ini, dan

sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. Demikian peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 2 Juni 2016

Yang menyatakan,

Suci Mardhatillah

(3)

HALAMAN MOTTO

Kesuksesan hanya dapat kita raih dengan segala upaya dan usaha yang disertai

dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua saya Bapak Marsal dan Ibu Ernawati

Saudara-saudara saya

Afdhal Islami

Arzakhil Fadli

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya kepada kita semua. Skripsi yang berjudul keyakinan hakim dalam

mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pengeroyokan di PGC cililitan

jakarta timur, ini disusun guna memenuhi pesyaratan memperoleh gelar Sarjana pada

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala bimbingan dan bantuan yang penulis terima dari beberapa pihak sehingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada

yang terhormat :

1.

Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

2.

Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3.

Bapak Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini hingga

selesai

4.

Ibu Dr.Yeni Widowaty, S.H., M.Hum Selaku Dosen Pembimbing II yang telah

(6)

5.

Bapak Romi Leo Rinaldo, S.H., dan LBH Jakarta Selaku Informan dalam

penulisan ini.

6.

Semua Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang

telah mengajar dan membimbing saya selama di perkuliahan

7.

Semua staff TU Fakultas Hukum Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah

memberikan bantuan dalam proses kegiatan belajar mengajar selama berkuliah.

Dengan iringan doa semoga ALLAH SWT melimpahkan pahala kepada semua

pihak yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

...

i

HALAMAN PERSETUJUAN

...

ii

HALAMAN PENGESAHAN

...

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

...

iv

HALAMAN MOTTO

...

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

...

vi

KATA PENGANTAR

...

vii

DAFTAR ISI

...

ix

ABSTRAK

...

x

Bab I . Latar Belakang

...

1

Bab II . Kasus Posisi

...

10

Bab III . Masalah Hukum

...

15

Bab IV . Ringkasan Putusan

A.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur

...

16

B.

Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Timur

...

17

Bab V . Pertimbangan Hukum

...

18

Bab VI . Analisis

keyakinan hakim dalam megambil keputusan terhadap pembuktian perkara

pada kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang

saling

...

26

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Pada tanggal 18 september 2014 terjadi tindak pidana kekerasan di PGC

Cililitan Jakarta Timur yang diduga dilakukan oleh Pulungan dan kawan-kawannya

hingga menyebabkan tewasnya sopir angkot yang bernama M Ronal. Sehari setelah

kejadian, Aldi kakak M Ronal melaporkan kejadian tindak pidana kekerasan

adiknya ke Resor Metropolitan Jakarta Timur. Berdasarkan laporan tersebut

seminggu setelah kejadian penyidik Polri melakukan penyidikan ke lapangan dan

penyidik mendapatkan ciri-ciri pelaku sebagai berikut: tukang ojek, putih, tinggi

dan berambut gondrong setelah mendapatkan ciri-ciri tersebut, penyidik kemudian

menangkap Dedi (tukang ojek), setelah melalui proses peradilan di Pengadilan

Negeri Jakarta Timur Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur menyatakan

Dedi terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

kekerasan karena tidak terima dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Dedi dan penasehat hukumnya mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta

Timur, dimana putusan Pengadilan Tinggi menyatakan Dedi tidak terbukti bersalah

dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kekerasan secara

bersama-sama yang mengakibatkan M Ronal meninggal dunia.

Timbul masalah hukum yaitu bagaimana keyakinan hakim dalam megambil

keputusan terhadap pembuktian perkara pada kasus tindak pidana kekerasan jika

terdapat keterangan saksi yang saling berlawanan.

Berdasarkan hasil analisis, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak memperhatikan jumlah

minimal alat bukti yang dimiliki jaksa dan kekuatan keterangan para saksi a charge,

Sedangkan pertimbangan hakim yang mengklaim telah menemukan alat bukti

keterangan terdakwa tidaklah tepat karena pernyataan terdakwa yang meralat

keterangan saksi Sadiono yang mengatakan bahwa terdakwa melakukan pemukulan

sebanyak tiga kali, menjadi dua kali bukanlah keterangan terdakwa. Ini dilakukan

oleh terdakwa dalam menanggapi ucapan tersebut dalam konteks ketika terjadi

pemaksaan pengakuan yang dilakukan oleh penyidik ketika membuat BAP

,

Berkenaan dengan diputus bersalahnya Dedi oleh Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Timur berdasarkan atas keyakinan hakim yang salah menafsirkan

konteks pengakuan terdakwa yang memukul korban sebanyak dua kali di muka

persidangan. Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

Putusan Pengadilan

Negeri Jakarta Timur dirasa kurang tepat

dan

Putusan Pengadilan Tinggi yang

membatalkan putusan Pengadilan Negeri adalah tepat karena telah menganalisa

dengan seksama jumlah alat bukti yang dimiliki dan nilai kekuatan alat bukti

tersebut.

(11)

BAB I

LATAR BELAKANG

Lembaga peradilan merupakan institusi negara yang mempunyai tugas

pokok untuk memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan

perkara-perkara yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara-perkara melalui

lembaga peradilan hanya akan berjalan dengan baik, apabila semua pihak yang

terlibat di dalamnya, baik pihak-pihak yang berperkara maupun hakimnya sendiri

mengikuti aturan main (rule of game) secara jujur sesuai tertib peraturan yang ada.

1

Pembuktikan secara yuridis untuk mencari kebenaran tidaklah sama. Kebenaran

yang hendak dicari hakim dalam menyelesaikan suatu perkara, dapat berupa

kebenaran formil maupun kebenaran materiil yang keduanya termasuk dalam

lingkup kebenaran hukum yang bersifat kemasyarakatan.

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan

atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang

selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan

hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk mencari siapakah

pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum dan

selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan

apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang

didakwa t

ersebut dapat dipersalahkan”

.

2

1

Setiawan, 1992, Aneka Masalah Hukurn , Alumni, Bandung, hlm. 358.

2

(12)

Dalam konteks penegakan hukum pidana di negara kita, salah satu

pengingat bagi para hakim untuk selalu menghadirkan dirinya secara total,

sekaligus menjadi penguji keteguhan dan integritas

3

dirinya dalam memutus suatu

kasus ialah adanya prasyarat keyakinan hakim bagi penjatuhan suatu putusan

(vonis) pidana, selain prasyarat keterbuktian dengan berbagai alat pembuktian yang

telah diakui dan dilimitasi oleh hukum acara formal. Hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya

dua alat bukti yang sah ia memperoleh suatu keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya

(Undang No.8 Tahun 1981 pasal 183). Hal ini ditegaskan kembali oleh (

Undang-Undang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman pasal 6 ayat (2) bahwa tidak

seorangpun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan karena alat

pembuktian yang sah menurut undang-undang mendapat keyakinan bahwa

seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan

yang didakwakan atas dirinya. Sistem seperti ini mengakibatkan walaupun

bukti-bukti dalam suatu kasus sudah bertumpuk-tumpuk, sudah memenuhi batas

minimum pembuktian atau bahkan lebih, jika hakim tidak sampai pada

keyakinannya terhadap kesalahan terdakwa maka hakim tidak boleh

mempersalahkan dan menghukum terdakwa.

4

Prasyarat keyakinan hakim ini tentunya tidak boleh dimaknai sebatas

sebuah prasyarat formal untuk suatu putusan vonis (pidana), bahwa pada saat

3

Ahmad Ali, keterpurukan hukum di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta,2005, Hal.43. 4

(13)

seorang hakim tidak benar-benar melibatkan keyakinannya (sebagai wujud

kehadirannya) dalam memutus dan melahirkan suatu putusan (vonis) pidana, maka

pada saat itulah dia bersikap arogan dan melupakan dirinya sebagai seorang hakim.

Seorang hakim dalam segala pergulatan kemanusiaannya ketika mengadili dan

hendak menjatuhkan putusannya, seharusnya bisa memaknai keyakinannya bukan

hanya terhadap deskripsi naratif fakta dari alat-alat bukti (yang dilimitasi oleh

undang-undang) yang terungkap dalam berbagai proses pembuktian di

persidangan.

5

Pembuktian dalam perkara pidana menurut Pasal 184 KUHAP memerlukan

adanya alat bukti yang sah, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk

dan keterangan terdakwa. Hakim dapat menjatuhkan pidana berdasarkan Pasal 183

KUHAP, sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah yang dapat membentuk

keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa.

6

Menurut Hari Sasangka dan Lily

Rosita,yang dimaksud dengan alat bukti adalah segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan satu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut, dapat

digunakan sebagai bahan pembuktian guna menimbulkan keyakinan hakim atas

kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan terdakwa.

7

Terbentuknya keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana didasarkan

pada hasil pemeriksaan alat-alat bukti yang dikemukakan dalam persidangan. Salah

satu tindak pidana yang sering terjadi adalah pengeroyokan yang menyebabkan

5

Jajang Cardidi, ”Kajian Hermeneutis Terhadap Makna Keyakinan dan Peranannya untuk Putusan (vonis) Pidana”, E-Journal Graduate Unpar,Vol. 1 No. 2. 2014, hal 17

6

Anonim, KUHAP dan KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 271. 7

(14)

kematian, Sehingga tindak pidana pengeroyokan merupakan perbuatan yang

bertentangan dengan norma hukum dan dilarang oleh undang-undang.

Terdapat beberapa kasus penganiayaan yang dilakukan secara

bersama-sama. Salah satu kasus pengeroyokan, terjadi di PGC Cililitan Jakarta Timur,

Terdakwa Dedi (tukang ojek) bersama-sama dengan beberapa orang temannya

memukuli korban M Ronal (sopir angkot) dengan menggunakan botol bir mengenai

bagian kepala dan batang otak korban M Ronal, sehingga menyebabkan korban M

Ronal meninggal dunia. akibat perbuatan terdakwa Dedi, Majelis hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Timur menimbang bahwa unsur-unsur barang siapa, dengan

terang-terangan dan dengan tenaga bersama, dan dengan menggunakan kekerasan terhadap

orang sehingga mengakibatkan maut telah terpenuhi maka terdakwa terbukti secara

sah bersalah dan dijatuhi pidana penjara selama 2 (dua) tahun. Dedi merasa tidak

puas dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur terdakwa Dedi mengajukan

banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta Timur. Majelis hakim Pengadilan Tinggi

Jakarta Timur menimbang bahwa keterangan saksi satu dengan saksi yang lain tidak

ada kesesuaian, terdakwa Dedi dinyatakan tidak terbukti secara sah dan

menyakinkan bersalah. Sehingga Dedi harus dibebaskan dari dakwaan.

Hakim dalam memutus kasus diatas mempunyai pertimbangan dan putusan

yang berbeda, hakim Pengadilan Negeri dan hakim Pengadilan Tinggi Jakarta

Timur mempunyai keyakinan dan pembuktian yang berbeda dalam memutus kasus

pengeroyokan di PGC Cililitan Jakarta Timur, proses pembuktian memegang peran

yang sangat penting dalam penyelesaian suatu tindak pidana dipersidangan

(15)

terdakwa benar bersalah atas tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Pembuktian dalam hal ini bukanlah upaya untuk mencari-cari kesalahan pelaku saja

namun yang menjadi tujuan utamanya adalah untuk mencari kebenaran dan

keadilan materil dengan berdasar alat bukti yang cukup serta proses yang

menimbulkan keyakinan hakim.

Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses peradilan

pidana mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti

tidaknya seorang terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang

didakwakan Jaksa Penuntut Umum. Tata cara pembuktian tersebut terikat pada

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab

Hukum Acara Pidana (KUHAP). Alat bukti sah untuk membuktikan kebenaran

materiil tersangka/terdakwa bersalah atau tidak bersalah. Bagi aparat penegak

hukum bagi polisi, jaksa maupun hakim akan mudah membuktikan kebenaran

materiil bila saksi dapat menunjukan bukti kesalahan tersangka/terdakwa yang

melakukan tindak pidana tersebut tetapi hal ini akan sulit untuk membuktikan

kebenaran materiil, bila saksi tidak dapat menunjukan bukti perbuatan tindak

pidana yang dilakukan tersangka/terdakwa. Bukti-bukti yang ditemukan di tempat

kejadian, saksi tidak dapat menunjukan bahwa bukti tersebutlah yang digunakan

atau milik korban/saksi yang diambil oleh tersangka/terdakwa. Hakim dalam

(16)

digariskan dalam ketentuan hukum acara pidana agar nantinya dapat meyakinkan

hakim dari hasil pemeriksaan di persidangan.

8

Memperoleh sebuah putusan yang sesuai dengan apa yang dicari dalam

KUHAP yakni kebenaran materiil maka hakim dalam melaksanakan pemeriksaan

harus mengindahkan aturan-aturan tentang pembuktian, ketidakpastian hukum dan

kesewenang-wenangan akan timbul apabila hakim dalam melaksanakan tugasnya

diperbolehkan menyandarkan putusannya hanya atas keyakinan, biarpun itu sangat

kuat dan sangat murni. Keyakinan hakim itu harus didasarkan pada sesuatu, yang

oleh undang-undang dinamakan alat bukti. Pembuktian yang sesuai dengan

ketentuan KUHAP yang diatur dalam Pasal 183. Ketentuan Pasal 183 KUHAP,

hakim dalam memutuskan suatu perkara harus minimal 2 (dua) alat bukti yang sah

untuk memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana terjadi.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagai produk bangsa

Indonesia telah menetapkan beberapa alat bukti yang sah dan dapat dipergunakan

untuk membuktikan salah tidaknya terdakwa. Adapun alat bukti yang sah menurut

undang-undang sesuai dengan apa yang disebut dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP

adalah :

a)

Keterangan saksi

Menurut Pasal 1 butir 27 KUHAP, keterangan saksi adalah salah satu alat

bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai

8Sanyata Harsono, “

(17)

suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami

sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

b)

Keterangan ahli

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, keterangan ahli adalah keterangan yang

diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang

diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam

undang-undang.

c)

Surat

Menurut Pasal 187 KUHAP, Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184

ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah,

adalah:

a.

berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh

pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya,

yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang

didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan

alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu.

b.

surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk

dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang

(18)

c.

surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan

yang diminta secara resmi dan padanya.

d.

surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan

isi dari alat pembuktian yang lain.

d)

petunjuk

Menurut Pasal 188 KUHAP ayat (1), Petunjuk adalah perbuatan, kejadian

atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan

yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa

telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

e)

keterangan terdakwa

Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP, Keterangan terdakwa adalah apa yang

terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang dilakukan atau yang ia

ketahui sendiri atau ia alami sendiri.

Pasal 184 ayat (1) KUHAP tercantum alat-alat bukti yang sah antara lain

keterangan saksi. Umumnya keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling

utama dalam perkara pidana karena hampir semua pembuktian perkara pidana

selalu bersandar pada pemeriksaan keterangan saksi.

9

Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dalam memutuskan perkara

berdasarkan alat bukti dan rasio pemikiran hakim (keyakinan), barulah hakim boleh

menjatuhkan pidana kepada seseorang melalui suatu putusan. Pembuktian ini

9

(19)

menjadi penting apabila suatu perkara tindak pidana telah memasuki tahap

penuntutan di depan sidang pengadilan karena dalam hal penuntutan Jaksa Penuntut

Umum harus menunjukkan segala fakta yang terungkap di persidangan terhadap

apa yang menjadi dakwaan dalam surat dakwaan.

Berkaitan dengan Pembuktian dan keyakinan Hakim, Penulis menemukan

hal yang menarik untuk dikaji tentang pembuktian sebagaimana terdapat dalam

putusan Pengadilan Negeri Nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. dan Putusan

Pengadilan Tinggi Nomor 142/PID/2015/PT.DKI tentang tindak pidana kekerasan

(20)

BAB II

KASUS POSISI

Tanggal 18 september 2014 terjadi pengeroyokan di PGC Cililitan Jakarta

Timur yang menyebabkan tewasnya sopir angkot yang bernama M Ronal. Kejadian

tersebut berawal dari rebutan penumpang antara Pulungan dan M Ronal. dimana

Pulungan merasa M Ronal mengambil penumpang miliknya, Karena Pulungan

tidak terima, akhirnya Pulungan beserta teman-temanya memukuli, menendang dan

menjambak M Ronal secara bersama-sama.

Berdasarkan hasil Visum Et Repertum Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R.

Said Sukanto tanggal 19 September 2014, terdapat luka memar di dahi kanan dan

kiri, kelopak atas dan bawah mata kiri, puncak bahu kiri dan pipi kiri akibat

kekerasan tumpul, didapat luka lecet pada pelipis kiri dan kanan, pipi kanan, lengan

kiri atas, siku kiri kanan, lengan kanan atas bawah, tungkai atas,lutut kanan kiri,

punggung kaki kiri, punggung atas kiri, pinggang kanan belakang akibat kekerasan

tumpul. Hasil pemeriksaan dalam didapatkan kemerahan pada lubang saluran

makanan, memar pada paru belakang kanan dan kiri, memar pada limpa, hati bagian

kanan belakang, batang otak terdapat dan hampir pada seluruh pembuluh darah otak

terdapat pelebaran pembuluh darah dan ditemukan pendarahan pada otak sebanyak

dua puluh tiga gram. Sebab kematian karena kekerasan tumpul di kepala dan batang

otak, sehingga menyebabkan pendarahan yang terjadi pada otak dan batang otak.ini

(21)

Sehari setelah kejadian, Aldi kakak M Ronal melaporkan kejadian

pengeroyokan adiknya ke Resor Metropolitan Jakarta Timur. Berdasarkan laporan

tersebut seminggu setelah kejadian penyidik Polri melakukan penyidikan ke PGC

Cililitan Jakarta Timur tempat tongkrongan sopir mikrolet 06-A di warung Padang

dan penyidik mendapatkan ciri-ciri pelaku sebagai berikut: tukang ojek, putih,

tinggi dan berambut gondrong setelah mendapatkan ciri-ciri tersebut penyidik

kemudian menangkap Dedi yang diduga melakukan pengeroyokan tersebut.

Di hari yang sama penyidik melakukan Berita Acara Pemeriksaan BAP

terhadap Dedi yang didampingi oleh penasehat hukum Djarot Widodo, SH &

Associates. Pada BAP Dedi mengakui melakukan pengeroyokan secara

bersama-sama dengan Mandala, Pulungan, Culep, Erik, Kw, Opik dan Maksi di muka umum

di depan PGC Cililitan Jakarta Timur. Dedi kemudian ditahan oleh penyidik

berdasarkan surat perintah penetapan penahanan sejak tanggal 26 September 2014,

dilakukan perpanjangan penahanan sampai tanggal 18 Juli 2015.

Pada persidangan penuntut umum menuntut Dedi dengan dakwaan

subsidair pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP dan dakwaan primair dalam Pasal 170 ayat

(2) ke-3 KUHP bahwa

“ Dengan terang

-terangan dan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang sehingga mengakibatkan maut“.

Memohon Majelis Hakim agar menjatuhkan pidana terhadap Dedi, dengan pidana

penjara selama 7 (tujuh) tahun dan 6 (enam) bulan, dikurangi masa penahanan yang

telah dijalani Dedi dengan perintah Dedi tetap ditahan, dan menetapkan agar Dedi

(22)

Dalam persidangan Dedi dan penasehat hukumnya yang bernama Romy

Leo Rinaldo, SH dan Ade Laoren,SH., para Advokat dari Lembaga Bagian Hukum

(LBH) Jakarta menolak dakwaan Jaksa penuntut umum atas dasar proses

penangkapan terhadap Dedi tidak beralasan secara hukum, karena tidak ada bukti

permulaan yang cukup untuk menetapkan Dedi sebagai tersangka dan harus di

tangkap, karena proses penangkapan tersebut tidak didahului oleh pemeriksaan alat

bukti yang mengarah kepada Dedi, dalam hal ini saksi pelapor (Aldi kakak korban)

yang pertama kali diperiksa dalam persidangan mengatakan tidak melihat Dedi dan

tidak ada di TKP, Dedi ditangkap hanya berdasarkan ciri-ciri yang umum,

berdasarkan perkiraan rambut gondrong dan sebagainya dan ciri-ciri tersebut

tidaklah identik dan bukan pula hasil pemeriksaan sebelumnya yang dapat

dipertanggungjawabkan, Tindakan Polisi penangkap dan Penyidik adalah

bertentangan dengan asas non self incrimination dimana memaksa dan mengancam

Dedi untuk mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya, jika tidak akan ditembak,

Saksi-saksi yang diajukan oleh penuntut umum diperiksa dalam proses penyidikan

setelah Dedi ditangkap dan diperiksa sebagai tersangka tanpa ada bukti permulaan

yang cukup, hal ini terbukti dengan keterangan Wawan Susanto Als Bowo yang

mengatakan melihat foto Dedi dalam berkas perkara, atas laporan saksi pelapor

sdr. Aldi yang tidak ada di tempat kejadian, Dedi tidaklah terlibat dalam peristiwa

pengeroyokan sebagaimana yang didakwakan, hal mana dikuatkan dengan

keterangan saksi ade charge Dwi Hastuti, Sulaiman, Mulyadi dan Komariah.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri setelah mendengar keterangan Dedi dan

(23)

pengeroyokan secara bersama-sama. Setelah putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Timur, penuntut umum, Dedi dan penasehat hukumnya mengajukan banding.

Dalam memori banding penuntut umum mengatakan sependapat dengan putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang memutuskan Dedi terbukti bersalah

melakukan tindak pidana, tapi keberatan atas hukuman yang dijatuhkan kepada

Dedi karena dinilai terlalu ringan dan belum memenuhi rasa keadilan.

Memori banding yang diajukan Dedi dan penasehat hukumnya menyatakan

keberatan atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur bahwa pada pemeriksaan

di tingkat pertama ada kekeliruan. Ada yang kurang lengkap dalam penerapan

hukum acara, putusan pada halaman 48 tidak benar. “Terdakwa telah mengakui

dipersidangan melakukan kekerasan dengan cara memukul dari arah belakang

dengan botol bir sebanyak 2 kali..”, keterangan tersebut bukan keterangan Dedi

dipersidangan, tetapi keterangan Dedi ketika menanggapi saksi polisi Sadino,

dalam konteks keterangan itu diberikan karena Dedi ditekan dan dipaksa mengakui

perbuatan yang tidak dilakukannya.

Jaksa Penuntut Umum tidak dapat menghadirkan saksi verbalitas untuk

menguji bantahan terdakwa. Dedi telah mencabut semua keterangan dalam BAP

karena atas tekanan/paksaan dari penyidik Polri, keterangan dua orang saksi polisi

penangkap tidak memiliki nilai pembuktian karena keterangan tersebut merupakan

testimoni de auditu.

Keterangan saksi Wawan Susanto alias Bowo sangat diragukan

kebenarannya dan diduga merupakan kesaksian palsu, pembuktian hanya

(24)

sekitar rumahnya, itu bertepatan dengan tempus delicti peristiwa yang didakwakan,

keterangan saksi ade charge yang melihat peristiwa, menerangkan tidak melihat

adanya Dedi. Penerapan pasal 170 ayat (2) ke 3 KUHP tidak tepat dan keliru karena

ketujuh pelaku lainnya bersifat DPO.Setelah mengajukan memori banding

penasehat hukum Dedi mengajukan kontra memori banding yang isinya senada

dengan memori banding

Setelah majelis hakim Pengadilan Tinggi memeriksa dan meneliti dengan

seksama berkas perkara beserta turunan resmi Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

Timur tanggal 13 April 2015 nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt,Tim, dan telah

membaca, memperhatikan, memori banding yang diajukan oleh Penuntut Umum

dan Penasehat Hukum Dedi, Majelis Hakim memutuskan Dedi tidak terbukti secara

(25)

BAB III

MASALAH HUKUM

Berdasarkan uraian-uraian di atas, terdapat masalah hukum yaitu, Bagaimanakah

keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pada

kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang saling

(26)

BAB IV

RINGKASAN PUTUSAN

Dalam bab ini akan diuraikan ringkasan putusan hakim dari Pengadilan

Negeri nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim. Tanggal 13 april 2015, Pengadilan

Tinggi nomor 142/PID/2015/PT.DKI. Tanggal 26 juni 2015.

A.Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Dalam kasus keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap

pembuktian perkara pengeroyokan ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta

Timur pada sidangnya tanggal 6 april 2015 telah memberikan putusan sebagai

berikut:

1.

Menyatakan terdakwa yang bernama : Dedi tersebut diatas, terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Dengan Terang

-terangan Dan Dengan Tenaga Bersama Menggunakan Kekerasan

Terhadap Orang Sehingga Mengakibatkan Maut ” sebagaimana

tersebut

dalam dakwaan primair

2.

Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana

penjara selama : 2 (dua) tahun

3.

Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani

terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

(27)

5.

Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

2.000,- (dua ribu rupiah)

B.Putusan Pengadilan Tinggi

Dedi dan penasehat hukumnnya menolak putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Timur dan mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi DKI yang kemudian

memberikan putusan sebagai berikut:

1.

Menerima permintaan banding dari penuntut umum dan terdakwa

2.

Membatalkan putusan pengadilan negeri jakarta timur nomor

1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim,tanggal 13 april 2015

3.

Menyatakan terdakwa dedi tidak terbukti secara sah dan menyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan penuntut

umum

4.

Membebaskan terdakwa dari dakwaan penuntut umum tersebut

5.

Memerintahkan terdakwa dikeluarkan dari tahanan

6.

Menyatakan terdakwa dipulihkan dalam kemampuan,kedudukan,dan

harkar serta martabatnya

(28)

BAB V

PERTIMBANGAN HUKUM

A.Pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur

Adapun pertimbangan pertimbangan hukum yang digunakan oleh Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur dalam rangka menetapkan putusannya

dalam kasus keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian

perkara pengeroyokan ini adalah sebagai berikut :

1.

Terdakwa telah didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan

subsideritas dan dakwaan primer maka majelis terlebih dahulu

mempertimbangkan dakwaan primer, sebagaimana diatur dalam pasal 170

ayat (2) ke 3 KUHP yaitu unsur-unsurnya yaitu: barang siapa, dengan

terang-terangan dan dengan tenaga bersama, dan dengan menggunakan

kekerasan terhadap orang sehingga mengakibatkan maut

2.

Selanjutnya Majelis mempertimbangkan unsur-unsur tersebut. unsur

Barang Siapa, dimaksudkan manusia sebagai subjek hukum,dengan

demikian menjadi jelas bahwa yang dimaksud dengan unsur Barang Siapa

dalam hal ini adalah diri Terdakwa, yang ada dimuka persidangan saat ini,

sedangkan apakah benar ia dapat dinyatakan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan suatu tindak pidana sebagaimana

didakwakan oleh Penuntut Umum, tentunya akan dipertimbangkan

(29)

ketentuan pidana yang didakwakan kepadanya, telah terbukti secara sah

dan menyakinkan dalam perbuatannya.

3.

Unsur dengan terang-terangan dan dengan Tenaga bersama, Pengertian

secara terang-terangan berarti tidak secara sembunyi-sembunyi dan

tentunya orang lain dapat melihatnya serta secara bersama-sama dapat

diartikan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama hal

tersebut terbukti dari fakta hukum dipersidangan yang berupa pengakuan

dimuka Persidangan pada saat Ketua Majelis Hakim menanyakan tentang

kebenaran keterangan Saksi Sadiono tentang pemukulan yang dilakukan

Terdakwa dengan tegas Terdakwa mengatakan bukan 3 kali memukul

korban tetapi 2 kali dikuatkan adanya keterangan Saksi Wawan Susanto

alias Bowo yang berprofesi sebagai kenek 06 A yang melihat langsung

kejadian Pengeroyokan Pada Hari Kamis Tanggal 18 September 2014

sekira pukul 21.30 di depan PGC Cililitan Kecamatan Kramat Jati Jakarta

Timur dari jarak 3 Meter karena sedang duduk didalam angkot dan melihat

Terdakwa dan kawan2nya memukul Korban M Ronal dari arah belakang.

Hal tersebut membuktikan adanya pengeroyokan yang dilakukan terdakwa

bersama-sam kawan-kawannya yang sampai saat ini belum tertangkap

akan tetapi terdakwa walaupun hanya dua kali memukul korban tetap

Terdakwa telah terbukti dengan secara terang-terangan dan dengan tenaga

bersama melakukan Pengeroyokan. Unsur menggunakan kekerasan

terhadap orang sehingga mengakibatkan maut Pengertian dari Melakukan

(30)

mungkin secara tidak sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan

segala macam senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya yang

menyebabkan orang yang terkena tindakan kekerasan merasa sakit yang

sangat. Hal tersebut telah terungkap dipersidangan Terdakwa telah

mengakui dipersidangan melakukan kekerasan dengan cara memukul dari

arah belakang dengan botol bir sebanyak 2 kali hal tersebut dilihat oleh

saksi Wawan Santoso alias Bowo ( Kenek angkot nomor 06 A ) yang pada

saat itu sedang duduk didalam angkot yang jaraknya dari tempat kejadian

hanya 3 meter sehingga dapat melihat dengan jelas Terdakwa dan

kawan-kawannya sedang memukul korban walaupun terdakwa akhirnya tidak

mengakui dengan alasan pada saat kejadian terdakwa tidak berada

ditempat kejadian hal tersebut adalah merupakan usaha untuk tidak mau

bertanggung jawab atas perbuatannya.

4.

Dipersidangan juga dihadirkan Saksi A de Charge oleh Penasehat Hukum

Terdakwa yang memberikan keterangan dibawah sumpah Dewi astuti

yang menerangkan sepulang jualan sekitar Jam.21.00 Wib, naik angkot

T-15A, dan melihat keributan ada seseorang sedang dibawa oleh lebih dari 2

(dua) orang yang kemudian seseorang tersebut dipukuli bersama-sama dan

pada saat itu saksi tidak melihat terdakwa tetapi melihat Dodi dan Maksi

yang memukuli korban, Saksi Sulaeman memberikan keterangan melihat

pada saat kejadian yang diawali dengan terikan maling oleh Erik salah satu

pelaku pengeroyokan sebelumnya saksi melihat korban menghindari

(31)

angkot kemudian saksi melihat korban dipukuli oleh Erik dan

kawan-kawannya tetapi saksi tidak melihat terdakwa dan saksi Komariah yang

tidak melihat kejadian tersebut tetapi saksi komariah sempat menegur

Terdakwa pada saat pulang ngojek dan Mulyadi adalah teman terdakwa

yang berprofesi sebagai tukang ojek yang juga tidak melihat kejadian

tetapi bertemu terdakwa setelah pulang ngojek

5.

Saksi-saksi A De Charge yang diajukan oleh Penasehat hukum terdakwa

yang mengaku melihat kejadian tersebut dan tidak melihat Terdakwa

ditempat kejadian hal tersebut bukanlah merupakan bukti yang kuat karena

Terdakwa mengakui dengan tegas telah memukul sebanyak 2 kali

dipersidangan dengan botol bir hal tersebut adalah merupakan pengakuan

dimuka persidangan dan dikuatkan dengan saksi Wawan Susanto alias

Bowo yang melihat sendiri pada saat kejadian Terdakwa memukul Korban

dari arah belakang.

6.

Walaupun Terdakwa tidak mengakui akan perbuatannya dengan alibi tidak

pergi ketempat kejadian dan hanya berada dirumah hal tersebut telah

terbantahkan dengan pernyataan Terdakwa sendiri dimuka persidangan

yang mengakui telah memukul Koraban sebanyak 2 kali ketika Majelis

Hakim mengkonfrontir keterangan Saksi Sadiono

7.

bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 170 ayat (2) ke 3 KUHP telah

terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah

(32)

dalam dakwaan primer,oleh karena dakwaan primer telah terbukti maka

dakwaan subsider dan seterusnya tidak perlu dipertimbangkan lagi.

8.

bahwa Majelis Hakim pada pokoknya sependapat dengan tuntutan dari

Jaksa Penuntut Umum bahwa para terdakwa terbukti bersalah melakukan

tindak pidana, namun tidak sependapat mengenai pemidanaan yang patut

dijatuhkan kepada para terdakwa tersebut, mengingat Majelis Hakim

dalam memutus perkara ini berdasarkan pada pertimbangan dengan

memperhatikan keadilan sesuai peraturan perundang-undangan (legal

justic), keadilan sesuai keinginan masyarakat (social justic) dan keadilan

sesuai kebenaran hakiki (moral justic) serta memperhatikan pula hal-hal

yang memberatkan dan meringankan para terdakwa tersebut sehingga adil

kiranya apabila Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara terhadap

terdakwa

9.

bahwa oleh karena dalam pemeriksaan perkara ini terhadap diri para

terdakwa telah dikenakan penahanan yang sah, maka sesuai Pasal 22 Ayat

(4) KUHAP oleh Majelis Hakim berpendapat bahwa masa penahanan

yang telah dijalani oleh para terdakwa harus dikurangkan seluruhnya dari

pidana yang dijatuhkan, oleh karena Terdakwa dinyatakan telah terbukti

bersalah, maka Terdakwa haruslah dijatuhi pidana sesuai dengan

kesalahannya, karena Terdakwa dinyatakan terbukti bersalah maka

Terdakwa harus pula dibebani membayar ongkos

(33)

Pada tingkat banding, Pengadilan Tinggi dalam memutuskan kasus

keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara

pengeroyokan ini memberikan pertimbangan hukum sebagai berikut:

1.

Keterangan saksi-saksi baik yang diajukan oleh penuntut umum maupun

yang diajukan oleh Dedi dan surat berupa visum et repertum mendapatkan

fakta bahwa: hari kamis tanggal 18 september jam 19.30 wib terjadi

pengeroyokan terhadap M Ronal, kejadian tersebut di daerah PGC tempat

mangkal ojek dimana Dedi juga mangkal di tempat tersebut, berdasarkan

VER M Ronal meninggal akibat kekerasan tumpul di kepala dan batang

otak, sehingga menyebabkan perdarahan yang terjadi pada otak dan batang

otak.

2.

Berdasarkan hasil Visum Et Repertum Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R.

Said Sukanto tanggal 19 September 2014, terdapat luka memar di dahi

kanan dan kiri, kelopak atas dan bawah mata kiri, puncak bahu kiri dan

pipi kiri akibat kekerasan tumpul, didapat luka lecet pada pelipis kiri dan

kanan, pipi kanan, lengan kiri atas, siku kiri kanan,lengan kanan atas

bawah, tungkai atas, lutut kanan kiri, punggung kaki kiri, punggung atas

kiri, pinggang kanan belakang akibat kekerasan tumpul. Dari hasil

pemeriksaan dalam didapatkan kemerahan pada lubang saluran makanan,

memar pada paru belakang kanan dan kiri, memar pada limpa, hati bagian

kanan belakang, batang otak terdapat dan hampir pada seluruh pembuluh

darah otak terdapat pelebaran pembuluh darah dan ditemukan pendarahan

(34)

tumpul di kepala dan batang otak, sehingga menyebabkan pendarahan

yang terjadi pada otak dan batang otak.

3.

Dedi menyangkal ikut memukul dengan dalih sudah pulang dan tidak

berada di tempat kejadian, keterangan Dedi tersebut sesuai dengan

keterangan saksi-saksi Dewi Astuti, Sulaiman, Komariah dan Mulyadi

4.

Berdasarkan keterangan saksi Wawan Susanti alias Bowo yang melihat

kejadian dari jarak tiga meter dan melihat Dedi ikut memukul, bahwa

keterangan saksi yang menangkap Dedi polisi bernama Sadiano yang

menerangkan bahwa Dedi menerangkan telah memukul tiga kali kepada

M Ronal, keterangan tersebut disangkal oleh Dedi bahwa ia memukul dua

kali, keterangan saksi-saksi tersebut tidak dapat dijadikan bukti yang

membenarkan Dedi ikut memukul M Ronal, karena keterangan saksi

Sadiano menerangkan, bahwa Dedi memukul menggunakan botol

sedangkan Saksi Bowo menerangkan Dedi memukul dengan tangan

kosong, sehingga keterangan tersebut tidak ada kesesuaian, sedangkan

keterangan saksi Kusnasi dan saksi Budi Priyanto tidak hadir di

persidangan, sehingga keterangan berita acara pemeriksaan di Kepolisian

tanpa disumpah dibacakan dalam persidangan dan keterangan tersebut

disangkal oleh Dedi, bahwa keterangan saksi yang tidak disumpah,

meskipun sesuai satu dengan yang lain, kemudian keterangan tersebut

dibacakan di persidangan, tidak menjadi alat bukti, apalagi keterangan dua

(35)

karena itu keterangan dua orang saksi tersebut tidak dapat dijadikan bukti

yang membenarkan Dedi ikut melakukan pemukulan kepada M Ronal.

5.

Dakwaan primair yang pertama sama dengan unsur dakwaan subsidair,

oleh karena itu Dedi dinyatakan tidak terbukti secara sah dan menyakinkan

bersalah.maka Dedi harus dibebaskan dari dakwaan.

6.

Berdasarkan pertimbangan diatas maka Majelis Hakim Pengadilan

Tingkat banding berpendapat bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan

Negeri Jakarta Timur nomor:1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim, tanggal 13

(36)

BAB VI

ANALISIS

Keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pada

kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang saling

berlawanan.

Putusannya Nomor 1204/Pid.B/2014/PN.Jkt.Tim tanggal 6 April 2015,

Pengadilan Negeri Jakarta Timur memutuskan Dedi terbukti secara sah dan

menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pengeroyokan. Sedangkan dalam

putusan No. 142/PID/2015/PT.DKI 26 Juni 2015 Pengadilan Tinggi Jakarta Timur

yang dalam putusannya menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah bersalah

melakukan tindak pidana kekerasan.

Penulis sependapat dengan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Timur yang

telah membatalkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur berdasarkan atas

pertimbangan bahwa alat bukti yang di miliki oleh jaksa penuntut umum tidak

memenuhi pasal 183 KUHAP bahwa “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana

kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang

sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan

bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”

.

Alat bukti yang di ajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) di muka

persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Timur adalah berupa keterangan saksi dan

(37)

1.

Aldi (kakak korban)

Aldi merupakan kakak korban yang sama sekali tidak mengetahui

peristiwa pengeroyokan tersebut secara langsung, namun dia diberitahu

oleh wawan alias bowo bahwa peristiwa tersebut terjadi pada pukul

21.00 di PGC Clilitan Jakarta Timur. Menurut informasi dari wawan

yang mengeroyok M Ronal ada sembilan orang yang diantaranya adalah

Musa, Hendrik, dan lainnya yang aldi tidak kenal, termasuk Dedi

(terdakwa) sebelum diberitahu oleh penyidik.

2.

Sadiano (penyidik polri)

Sadiano merupakan saksi penyidik yang juga bertugas mennagkap

terdakwa di depan PGC Cililitan Jakarta Timur pada tanggal 25

september 2014 pukul 12.00 WIB. Saksi sendiri tidak melihat peristiwa

pengeroyokan, namun mendapat informasi bahwa korban merupakan

sopir mikrolet 06-A sehingga langsung mencari informasi ke tempat

tongkrongan sopir mikrolet 06-A di warung Padang. Saksi mendengar

omongan orang lain yang tidak dikenal bahwa ciri-ciri pengeroyok

adalah tinggi, putih, gondrong, dan berprofesi sebagai tukang

ojek.Setelah menangkap, terdakwa dibawa dengan mobil avanza serta

membawa surat tugas yang ditunjukkan kepada terdakwa. Selama

perjalanan, terdakwa mengaku memukul korban sebanyak tiga kali

dengan menggunakan botol, yang disebabkan oleh rebutan penumpang

mikrolet 06-A. Saksi tidak melakukan kekerasan terhadap terdakwa

(38)

3.

Tarso (penyidik polri)

Tarso merupakan saksi penyidik yang tidak mengetahui peristiwa

pengeroyokan secara langsung. Berdasarkan informasi dari Kanit saksi

bahwa korban dan terdakwa sama-sama berprofesi sebagai sopir angkot

mikrolet 06-A. Kemudian saksi mengadakan penyelidikan dari

peristiwa tersebut di sekitar lokasi kejadian di PGC Cililitan Jakarta

Timur selama kurang lebih empat hari dan mendapatkan ciri-ciri pelaku

antara lain:berkulit putih, tinggi, gondrong, memakai topi terbalik, dan

berprofesi sebagai tukang ojek. Setelah diselidiki, pada tanggal 25

september 2014 sekitar pukul 12.00 WIB, terdakwa berhasil di tangkap

berdasarkan ciri-ciri yang telah didapat, dan langsung diintrogasi di

dalam mobil. Selama introgasi, didapatkan bahwa terdakwa mengakui

perbuatannya dengan memukul korban menggunakan botol bir

sebanyak tiga kali di bagian leher dan kepala. Saksi dalam

mengintrogasi terdakwa tidak melakukan kekerasan.

4.

Wawan susanto alias bowo (kenekangkot)

Wawan merupakan kenek mikrolet 06-A yang juga berprofesi sebagai

kru film telah melihat sendiri peristiwa pengeroyokan terhadap korban

sekitar pukul 21-30 WIB di depan PGC Cililitan Jakarta Timur, dengan

terdakwa sebagai salah satu pelaku. Pada saat kejadian terjadi, saksi

sedang berhenti untuk mencari sewa penumpang, dengan jarak tiga

meter dari kejadian tersebut. Saksi melihat terdakwa memukul korban

(39)

mengenal terdakwa, namun baru kenal dengan terdakwa setelah

ditunjukkan foto terdakwa oleh polisi.

5.

Kusnadi (sopir angkot)

Kusnasi merupakan sopir angkot yang melihat peristiwa pengeroyokan

yang terjadi pada hari kamis 18 september 2014 sekitar pukul 21.30

WIB di jalan Letjen Sutoyo dekat PGC Cililitan Jakarta Timur. Saksi

tidak mengenal korban, namun mengetahui nama korban setelah

diberitahu di kantor polisi. Terhadap pelaku yang kurang lebih

berjumlah lima orang, saksi juga tidak mengenalnya, namun masih ingat

wajah-wajah para pelaku dan membenarkan salah satu pelaku

pengeroyokan adalah terdakwa (Dedi). Saksi mengetahui peristiwa

tersebut karena saksi sedang berhenti mencari penumpang, tiba-tiba

saksi melihat ada sopir angkot 06-A yang ribut di depan Mall PGC

Cililitan arah Cawang. Tidak lama setelah itu, saksi melihat ada orang

yang dikejar sambil diteriaki copet, dan kemudian orang tersebut

dipukuli, ditendang, dan dijambak secara bersama-sama oleh para

pelaku, lalu saksi langsung pergi meninggalkan tempat kejadian karena

situasinya ramai.

6.

Budi priyanto (sopir angkot)

Budi priyanto merupakan sopir angkot yang melihat peristiwa

pengeroyokan yang terjadi pada hari kamis 18 september 2014 sekitar

pukul 21.30 WIB di jalan Letjen Sutoyo dekat PGC Cililitan Jakarta

(40)

setelah diberitahu di kantor polisi. Terhadap pelaku yang kurang lebih

berjumlah lima orang, saksi juga tidak mengenalnya, namun masih

ingat wajah-wajah para pelaku dan membenarkan salah satu pelaku

pengeroyokan adalah terdakwa (Dedi). Saksi mengetahui peristiwa

tersebut karena saksi sedang berhenti mencari penumpang, tiba-tiba

saksi melihat ada sopir angkot 06-A yang ribut di depan Mall PGC

Cililitan arah Cawang. Tidak lama setelah itu, saksi melihat ada orang

yang dikejar sambil diteriaki copet, dan kemudian orang tersebut

dipukuli, ditendang, dan dijambak secara bersama-sama oleh para

pelaku, lalu saksi langsung pergi meninggalkan tempat kejadian karena

situasinya ramai.

Majelis hakim Pengadilan Negeri menilai bahwa saksi Aldi, Sadiano, dan

Tarso masih memiliki kekuatan pembuktian sebagai saksi di persidangan karena

pengertian saksi telah diperluas oleh putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

65/PUU-VIII/2010 Pengujian Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang

hukum acara pidana diperluas menjadi “orang yang dapat memberikan keterangan

dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang tidak

selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.Selain itu saksi Sadiano

dan Tarso di hadirkan dalam persidangan berfungsi sebagai saksi verbalisan.

Berdasarkan

Pasal 1 angka 26

kitab undang-undang hukum acara

pidana

(KUHAP),

adalah “orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan,penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana

(41)

Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 memperluas definisi saksi dalam

KUHAP, dapat penulis simpulkan bahwa keterangan saksi Aldi, Sadiono, dan

Tarso tidak dapat diterima di depan persidangan karenaAldi merupakan saudara

dari korban yang mengakibatkan keterangan saksi Aldi tidak dapat di terima.

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 168 ayat (2) KUHAP bahwa Saudara dari

terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga

mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara

terdakwa sampai derajat ketiga, sedangkan Sadiono dan Tarso yang merupakan

saksi penyidik yang dihadirkan di depan persidangan berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Nomor 1531/K/Pid.Sus/2010 yang menyatakan: “Bahwa pihak

kepolisian dalam pemeriksaan a quo mempunyai kepentingan terhadap perkara agar

perkara yang ditanganinya berhasil di pengadilan, sehingga keterangannya pasti

memberatkan atau menyudutkan bahwa bisa merekayasa keterangan. Padahal yang

dibutuhkan sebagai saksi adalah orang yang benar-benar diberikan secara bebas,

netral, objektif dan jujur (vide Penjela

san Pasal 185 ayat (6) KUHAP)”

, sehingga

keterangan saksi Sadiano dan Tarso patut diduga sarat akan kepentingan dan tidak

mempunyai kekuatan hukum yang kuat.

Saksi selanjutnyayang dimiliki oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) adalah

Saksi Kusnadi dan Budi yang sebelumnya diperiksa oleh penyidik dalam BAP

sebagai saksi tidak dapat dihadirkan di depan persidangan yang mengakibatkan

hakim tidak bisa mengambil sumpah dan mendengar keterangan mereka berdua

secara langsung, sehingga diganti dengan pembacaan berita acara pemeriksaan

(42)

187 huruf a bahwa BAP saksi juga termasuk alat bukti surat, yang selengkapnya

berbunyi “

berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat

umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan

tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,

disertai dengan alasan yang jelas dan

tegas tentang keterangannya itu”.

ketentuan

ini juga dikuatkan dengan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 1985

tentang Kekuatan Pembuktian Berita Acara pemeriksaan saksi dan Visum at

Repertum yang dibuat di luar negeri oleh pejabat asing, yang menjelaskan bahwa

BAP saksi bukan hanya sekedar pedoman hakim untuk memeriksa suatu perkara

pidana, melainkan juga sebuah alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian.

R.Soesilo menambahkan bahwa sesungguhnya berita acara itu dapat disamakan

dengan suatu keterangan saksi yang tertulis, bahkan nilainya sebagai alat bukti lebih

besar dari pada kesaksian untuk membuktikan kesalahan terdakwa, oleh karena

berita acara itu dibuat oleh pegawai penyidik yang oleh undang-undang diwajibkan

untuk itu. Pada hakekatnya berita acara itu adalah suatu keterangan saksi yang oleh

undang-undang diberi nilai sebagai bukti yang sah.

1

Menurut penulis pembacaan BAP saksi Kusnadi dan Budi dinilai

bermasalah karena didalam pasal 112 ayat (1) KUHAP memerintahkan kepada para

saksi untuk wajib hadir dipersidangan (setelah dilakukan pemanggilan oleh jaksa

secara sah) selain itu di dalam pasal 159 KUHAP menegaskan bahwa hakim

berwenang untuk menghadapkan saksi kepersidangan jika yang bersangkutan tidak

(43)

Dianti,http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e8bc9adcfa87/kekuatan-pembuktian-mau untuk datang dengan sendiri. Saksi Kusnadi dan Budi dalam hal ini tidak

mengemukakan alasan ketidakhadiran mereka dalam persidangan yang

mengakibatkan mereka dapat dijerat pasal 224 ayat (1) KUHAP karena menolak

dengan sengaja untuk menjadi saksi. Ketidakhadiran mereka tanpa alasan yang

jelas menyebabkan tidak diakuinya keterangan mereka berdua dalam BAP sebagai

saksi menurut Pasal 185 ayat (1) KUHAP bahwa Keterangan saksi sebagai alat

bukti ialah apa yang saksi nyatakan didepan sidang pengadilan. Serta Pasal 185 ayat

(7) KUHAP Bahwa keterangan saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu

dengan yang lain kemudian keterangannya tersebut dibacakan di muka persidangan

tidak menjadi alat bukti, apalagi keterangan mereka disangkal oleh terdakwa. BAP

saksi yang bersangkutan hanya bisa dibacakan dimuka persidangan jika saksi

tersebut meninggal dunia atau berhalangan hadir karena alasan yang sah, atau tidak

dipanggil karena jauh kediamannya atau bilamana ada kepentingan negara,

sebagaimana yang diatur dalam pasal 162 ayat (1) KUHAP. Artinya hakim

Pengadilan Negeri Jakarta Timur terkesan terburu-buru dalam memeriksa

pembuktian keterangan saksi Kusnadi dan Budi.

Satu-satunya saksi yang memenuhi kriteria seseorang disebut sebagai saksi

dalam pasal 1 angka 26

kitab undang-undang hukum acara pidana

(KUHAP),

adalah “orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia

lihat sendiri dan ia alami sendiri” adalah wawan. Namun kesaksian wawan alias

bowo yang diajukan oleh penuntut umum di depan persidangan adalah patut untuk

(44)

diperiksa dan menandatangani BAP sebagai saksi sebanyak 1 kali tetapi dalam BAP

wawan terbukti dan telah di sumpah dalam pemeriksaan dipenyidikan, bahwa ia

telah di periksa dalam BAP sebanyak 2 kali yaitu pada tgl 25 september 2014 dan

terakhir tgl 23 oktober 2014.

Setelah itu kejanggalan yang penulis temukan dalam kesaksian Wawan di

muka persidangan adalah bahwa ia mengatakan telah diperlihatkan foto terdakwa

pada saat proses penyidikan di kantor kepolisian sedangkan dalam BAP

disebutkan bahwa ia di perlihatkan fisik terdakwa dan membenarkan terdakwa

adalah pelakunya.

Menurut penulis yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Tinggi

Jakarta Timur hingga mencapai suatu keyakinan untuk memutus putusan adalah

adanya pertentangan keterangan yang di ungkapkan oleh saksi-saksi a charge

sebagai berikut :

1)

Bahwa dari sisi banyaknya pemukulan yang dilakukan oleh

terdakwa terdapat pertentangan antara saksi sadiano dan tarso

dengan saksi wawan yang mana sadiano dan tarso mengatakan

bahwa berdasarkan keterangan terdakwa, terdakwa memukul

sebanyak tiga kali dengan botol bir (yang kemudian di ralat oleh

terdakwa sendiri yang ketika itu di konfrontir oleh hakim sebanyak

dua kali) dengan wawan yang mengatakan terdakwa memukul

(45)

2)

Bahwa dari sisi alat yang digunakan, sadiano dan tarso mengatakan

bahwa terdakwa memukul dengan botol bir (botol bir sebagai barang

bukti tersebut tidak pernah dihadirkan dalam persidangan)

sedangkan wawan mengatakan bahwa terdakwa memukul dengan

tangan kosong

3)

Bahwa dari sisi tempus delicti berdasarkan kesaksian a charge dapat

dibagi menjadi dua waktu yaitu sore dan malam.saksi-saksi yang

mengatakan bahwa terjadinya tindak pidana pada malam hari sekitar

pukul 19.30 sampai 21.30 adalah aldi,sadiano, tarso, dan wawan

sedangkan saksi yang mengatakan bahwa terjadinya tindak pidana

pada sore hari pukul 17.30 adalah kusnadi dan budi

4)

Bahwa dari sisi locus delicti terdapat pertentangan keterangan saksi

acharge dengan ade charge. saksi-saksi a charge yang dalam hal ini

hanya diwakilkan oleh saksi wawan yang melihat kejadian di PGC

cililitan Jakarta timur, sedangkan saksi ade charge yang disumpah

di muka persidangan (dewi astuti, sulaiman, komariah dan mulyadi)

mengemukakan keterangannya bahwa mereka tidak melihat

terdakwa di lokasi kejadian, sebagaimana yang diakui oleh terdakwa

sendiri.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, tepat kiranya putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta Timur yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri

Jakarta Timur karena saksi a charge yang memiliki nilai pembuktian yang sah

(46)

namun mereka tidak memenuhi syarat-syarat untuk disebut sebagai saksi di muka

persidangan. Selain itu, hakim juga telah mempertimbangkan keterangan

masing-masing saksi dan Pasal 185 ayat (6) KUHAP yang memperhatikan persesuaian

antara keterangan saksi satu dengan yang lain, persesuaian antara keterangan saksi

dengan alat bukti yang lain, alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk

memberi keterangan yang tertentu, serta cara hidup dan kesusilaan saksi serta

segala sesuatu yang pada umumnya dapatmempengaruhi dapat tidaknya keterangan

itu dipercaya. otomatis alat bukti yang dimiliki oleh Jaksa hanya bukti surat (visum

et repertum) yang dalam hal ini bukan sebagai pembuktian keterlibatan terdakwa,

tetapi hanya sebagai bukti yang menerangkan bahwa korban mati karena kekerasan.

M. Yahya Harahap megungkapkan bahwa bertitik tolak dari ketentuan asal

185 ayat (2) KUHAP, keterangan seorang saksi saja belum dianggap sebagai suatu

alat bukti yang cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa (unus testis nullus

testis). Ini berarti jika alat bukti yang dikemukakan penuntut umum yang terdiri dari

seorang saksi saja tanpa ditambah dengan keterangan saksi yang lain atau alat bukti

yang lain, kesaksian tunggal seperti ini tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang

cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa sehubungan dengan tindak pidana

yang didakwakan kepadanya.

2

Teori pembuktian dalam hukum pidana adalah sebagai berikut:

2

(47)

1.

Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim belaka (

conviction

intime

) : Terbukti tidaknya kesalahan terdakwa semata-mata ditentukan atas

penilaian keyakinan atau perasaan hakim. Dasar hakim membentuk

keyakinannya tidak perlu didasarkan pada alat bukti yang ada.

2.

Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif (

positif

wettelijk bewijs theori

) : Apabila suatu perbuatan terdakwa telah terbukti

sesuai dengan alat-alat bukti sah menurut undang-undang, maka hakim

harus menyatakan terdakwa terbukti bersalah tanpa mempertimbangkan

keyakinannya sendiri.

3.

Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis

(

conviction rasionnee

). Putusan hakim didasarkan atas keyakinannya tetapi

harus disertai pertimbangan dan alasan yang jelas dan logis. Di sini

pertimbangan hakim dibatasi oleh reasoning yang harus reasonable.

4.

Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara negatif

(negatif

wettelijk bewijs theorie

) : Sistem pembuktian ini berada diantara sistem

positif wettelijk dan sistem conviction resionnee.

Pembuktian dalam KUHAP menganut teori Pembuktian Menurut

Undang-Undang Secara Negatif sebagaimana diatur dalam Pasal 183 yang menentukan

bahwa “H

akim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang

bersalah melakukannya

”.

Ketentuan tersebut sejajar dengan pasal 341 ayat (4) Ned.

(48)

atas pengakuan salah terdakwa saja, melainkan harus ditambah dengan alat-alat

bukti yang lain

”.

Pasal tersebut mengharuskan hakim dalam menjatuhkan putusan

harus mempertimbangkan aspek kesalahan terdakwa yang terbukti melalui

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah dan berdasarkan dua alat bukti yang

sah tersebut, hakim memperoleh keyakinan bahwa tindak pidana yang dilakukan

terdakwa memang benar-benar terjadi dan terdakwalah pelakunya.

3

Ketentuan Pasal 183 KUHAP tersebut di atas nyata bahwa pembuktian

harus didasarkan kepada undang-undang (KUHAP), yaitu alat-alat bukti yang sah,

disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat-alat bukti tersebut.

Sebenarnya sebelum diberlakukan KUHAP. ketentuan yang mana telah ditetapkan

dalam Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No. 14 Tahun 1970)

Pasal

6 yang berbunyi: “Tiada seorang jua pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila

pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang mendapat

keyakinan, bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggungjawab telah bersalah

atas perbuatan yang ditu

duhkan kepadanya”.

Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa sistem pembuktian berdasar

undang-undang negative sebaiknya dipertahankan berdasarkan dua alasan, pertama

memang sudah layaknya harus ada keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa

untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana, janganlah hakim terpaksa

memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan terdakwa. Kedua

3

(49)

ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun

keyakinannya, agar ada patokan-patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim

dalam melakukan peradilan.

4

Kasus tindak pidana pengeroyokan yang didakwakan kepada terdakwa

tersebut tidaklah memiliki minimal dua alat bukti, yang dengan alasan tersebut

mengharuskan majelis hakim Pengadilan Tinggi Jakarta Timur untuk tidak

meyakini bahwa terdakwalah yang melakukan tindak pidana tersebut.

(50)

BAB VII

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan analisis kasus tindak pidana kekerasan di atas,

keyakinan hakim dalam mengambil keputusan terhadap pembuktian perkara pada

kasus tindak pidana kekerasan jika terdapat keterangan saksi yang saling

berlawanan, bahwa

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur tidak

memperhatikan jumlah minimal alat bukti yang dimiliki jaksa dan kekuatan

keterangan para saksi a charge, Sedangkan pertimbangan hakim yang mengklaim

telah menemukan alat bukti keterangan terdakwa tidaklah tepat karena pernyataan

terdakwa yang meralat keterangan saksi Sadiono yang mengatakan bahwa terdakwa

melakukan pemukulan sebanyak tiga kali, menjadi dua kali bukanlah keterangan

terdakwa. Ini dilakukan oleh terdakwa dalam menanggapi ucapan tersebut dalam

konteks ketika terjadi pemaksaa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulisan ilmiah ini berisi tentang pembuatan sistem informasi geografis objek wisata Kota Bukitinggi, yang dapat digunakan untuk mengetahui letak suatu obyek dan data-data yang

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang bertujuan untuk (1) mendeskripsikan modul mata kuliah Bahasa Indonesia berbasis proyek, (2) mendeskripsikan tanggapan

Sub-sub judul dalam buku ini antara lain, Kota Raya di Tepian Brantas (membahas tentang sejarah Kerajaan Majapahit dan lahirnya Kota Mojokerto), Batik

Siti Rahayu Hassan, Mohammad Syuhaimi Ab-Rahman, Aswir Premadi and Kasmiran Jumari. The Development of Heart Rate Variability Analysis Software for Detection of Individual

Pada hemat penulis, keteladanan, bermain, bercerita, pujian, hukuman dan sebagainya merupakan metode atau cara yang dilakukan dalam melaksanakan model tertentu yang digunakan

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

Tipe 4 Jawaban benar atau salah yang dengan jelas menunjukkan ciri-ciri karakteristik yang menonjol dari dua urutan tahap berpikir van Hiele dan mengandung