• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis gender produksi rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis gender produksi rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN

LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH,

KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA

Oleh:

HERISA DINARSI A14202022

SKRIPSI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

HERISA DINARSI. Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura (di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya kelautan yang merupakan modal bagi berkembangnya mata pencaharian nelayan disamping menangkap ikan. Budidaya rumput laut dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan. Budidaya rumput laut di Sumenep telah dilakukan sejak krisis moneter tahun 1997 karena harganya yang tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan, khususnya Dusun Lauk Lorong, Desa PakandanganTengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Rumput laut ini dapat menghasilkan berbagai macam produk yang dapat memberikan manfaat seperti antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Kegiatan budidaya rumput laut ini tidak hanya dapat dilakukan oleh laki- laki saja, tetapi perempuan juga dapat melakukannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik nelayan rumput laut, mendeskripsikan pembagian kerja antara suami dan istri nelayan rumput laut, menganalisis perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi antara suami dan istri nelayan rumput laut, dan untuk menganalisis besarnya kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian ini dilakukan di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian dilakukan sekitar bulan Maret-April 2007 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang memproduksi (budidaya dan pengolahan) rumput laut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap 18 rumahtangga responden yang kesemuanya merupakan anggota dari Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh responden melalui survai dan hasil wawancara. Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta desa, Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan, dan hasil- hasil penelitian terdahulu.

(3)

bahwa suami berperan pada kegiatan produktif, sedangkan istri berperan pada kegiatan reproduktif dan sosial.

Suami lebih akses terhadap lahan budidaya rumput laut, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, dan rajungan. Istri lebih akses terhadap lahan untuk ladang, pendapatan pengolahan rumput laut dan mengupas rajungan, dan hasil tanam ladang. Kontrol yang dimiliki suami adalah hampir semua sumberdaya dan manfaat yaitu pada lahan budidaya, lahan untuk ladang, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, tenaga kerja, hasil budidaya rumput laut, rajungan, dan penyuluhan. Istri memegang kontrol pada pengolahan pasca panen, peralatan pengolahan pasca panen, pendapatan yang lain, dan hasil tanam ladang.

Pola pengambilan keputusan suami dan istri dalam rumahtangga nelayan budidaya rumput laut dilakukan secara bermusyawarah, yaitu merupakan hasil diskusi antara suami dan istri. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama tetapi masih dengan perbedaan pengaruh dari masing- masing responden. Pola pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif dan sosial lebih diputuskan secara bersama.

(4)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT

DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN

TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP,

MADURA

Oleh Herisa Dinarsi

A 14202022

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herisa Dinarsi, lahir di Kediri pada tanggal 20 April 1984. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan H. Ir. Hery Koentjoro Pribadi dan Hj. Dyah Konsepsiana. Penulis menempuh pendidikan pertama kali di TK Dharma Wanita Rungkut Menanggal Surabaya pada tahun 1988. Pendidikan dasar ditempuh penulis di SDN Rungkut Menanggal I Surabaya hanya sampai kelas IV kemudian dilanjutkan di SDN Pucang III Sidoarjo sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri I Sidoarjo kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri I Sidoarjo.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama dan papaku tersayang, juga ocenk (adekku yang paling manis) dan semua keluargaku atas doa dan dukungannya selama ini.

2. Teguh Aribowo, seseorang yang cukup berarti buatku untuk dukungan yang telah diberikannya. You’re so special 4 me.

3. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS sebagai dosen pembimbing atas saran-saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi.

4. Ir. Melani Abdulkadir Sunito, MSi selaku dosen penguji utama dan Martua Sihaloho SP, MSi. selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun.

5. Bapak Suhdi dan Ibu Nanik sebagai ketua Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah atas kerjasamanya.

6. Bapak Kepala Desa Pakandangan Tengah atas bantuannya.

7. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep atas kerjasamanya. 8. Masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.

9. Mbimbin (tanteku yang cantik), Lalat (adekku yang guendut), dan Emak buat semangat yang telah diberikan.

10.Sahabatku Novi, Lela, Jubido, yang selalu ada di saat-saat yang aku butuhkan dan semangat yang diberikannya.

(9)

12.Teman-temanku KPM 39 semuanya. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. It’s so special.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan.

(10)

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Kegunaan Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Rumput Laut ...5

2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan ...8

2.3 Peran Perempuan Nelayan Dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga ...9

2.4 Konsep Gender dan Seks ...12

2.5 Teknik Analisis Gender ...15

2.6 Kerangka Pemikiran ...18

2.7 Hipotesa ...19

2.8 Definisi Operasional ...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...23

3.2 Metode Penelitian ...24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...24

3.4 Penentuan Sampel...25

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...26

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELTIAN 4.1 Lokasi Penelitian ...27

4.2 Gambaran Umum Peranian Rumput Laut di Pakandangan Tengah ...35

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...36

4.4 Tenaga Kerja...45

BAB V SUMBERDAYA PRIBADI DAN PEMBAGIAN KERJA RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT 5.1 Sumberdaya Pribadi Responden ...43

(11)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN

LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH,

KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA

Oleh:

HERISA DINARSI A14202022

SKRIPSI

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

RINGKASAN

HERISA DINARSI. Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura (di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI)

Rumput laut adalah salah satu sumberdaya kelautan yang merupakan modal bagi berkembangnya mata pencaharian nelayan disamping menangkap ikan. Budidaya rumput laut dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan. Budidaya rumput laut di Sumenep telah dilakukan sejak krisis moneter tahun 1997 karena harganya yang tinggi dan dapat membantu perekonomian masyarakat nelayan, khususnya Dusun Lauk Lorong, Desa PakandanganTengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep. Rumput laut ini dapat menghasilkan berbagai macam produk yang dapat memberikan manfaat seperti antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Kegiatan budidaya rumput laut ini tidak hanya dapat dilakukan oleh laki- laki saja, tetapi perempuan juga dapat melakukannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik nelayan rumput laut, mendeskripsikan pembagian kerja antara suami dan istri nelayan rumput laut, menganalisis perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi antara suami dan istri nelayan rumput laut, dan untuk menganalisis besarnya kontribusi perempuan terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian ini dilakukan di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penelitian dilakukan sekitar bulan Maret-April 2007 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah rumahtangga yang memproduksi (budidaya dan pengolahan) rumput laut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode pengambilan secara sengaja (purposive sampling) yaitu dengan melakukan pemilihan terhadap 18 rumahtangga responden yang kesemuanya merupakan anggota dari Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah.

Metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survai yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh responden melalui survai dan hasil wawancara. Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta desa, Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan, dan hasil- hasil penelitian terdahulu.

(13)

bahwa suami berperan pada kegiatan produktif, sedangkan istri berperan pada kegiatan reproduktif dan sosial.

Suami lebih akses terhadap lahan budidaya rumput laut, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, dan rajungan. Istri lebih akses terhadap lahan untuk ladang, pendapatan pengolahan rumput laut dan mengupas rajungan, dan hasil tanam ladang. Kontrol yang dimiliki suami adalah hampir semua sumberdaya dan manfaat yaitu pada lahan budidaya, lahan untuk ladang, peralatan budidaya, alat tangkap rajungan, kredit, hewan ternak, tenaga kerja, hasil budidaya rumput laut, rajungan, dan penyuluhan. Istri memegang kontrol pada pengolahan pasca panen, peralatan pengolahan pasca panen, pendapatan yang lain, dan hasil tanam ladang.

Pola pengambilan keputusan suami dan istri dalam rumahtangga nelayan budidaya rumput laut dilakukan secara bermusyawarah, yaitu merupakan hasil diskusi antara suami dan istri. Keputusan yang diambil merupakan keputusan bersama tetapi masih dengan perbedaan pengaruh dari masing- masing responden. Pola pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif dan sosial lebih diputuskan secara bersama.

(14)

ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT

DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN

TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP,

MADURA

Oleh Herisa Dinarsi

A 14202022

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)
(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS GENDER PRODUKSI RUMPUT LAUT DI DUSUN LAUK LORONG, DESA PAKANDANGAN TENGAH, KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP, MADURA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Herisa Dinarsi, lahir di Kediri pada tanggal 20 April 1984. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara pasangan H. Ir. Hery Koentjoro Pribadi dan Hj. Dyah Konsepsiana. Penulis menempuh pendidikan pertama kali di TK Dharma Wanita Rungkut Menanggal Surabaya pada tahun 1988. Pendidikan dasar ditempuh penulis di SDN Rungkut Menanggal I Surabaya hanya sampai kelas IV kemudian dilanjutkan di SDN Pucang III Sidoarjo sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMP Negeri I Sidoarjo kemudian dilanjutkan ke SMU Negeri I Sidoarjo.

(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Analisis Gender Produksi Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Mama dan papaku tersayang, juga ocenk (adekku yang paling manis) dan semua keluargaku atas doa dan dukungannya selama ini.

2. Teguh Aribowo, seseorang yang cukup berarti buatku untuk dukungan yang telah diberikannya. You’re so special 4 me.

3. Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS sebagai dosen pembimbing atas saran-saran, bimbingan, dan kritikannya selama proses penulisan proposal, penelitian dan penulisan skripsi.

4. Ir. Melani Abdulkadir Sunito, MSi selaku dosen penguji utama dan Martua Sihaloho SP, MSi. selaku dosen penguji Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya yang membangun.

5. Bapak Suhdi dan Ibu Nanik sebagai ketua Kelompok Nelayan As-Sakinah dan Al-Falah atas kerjasamanya.

6. Bapak Kepala Desa Pakandangan Tengah atas bantuannya.

7. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep atas kerjasamanya. 8. Masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data atau informasi untuk melengkapi data dalam penelitian ini.

9. Mbimbin (tanteku yang cantik), Lalat (adekku yang guendut), dan Emak buat semangat yang telah diberikan.

10.Sahabatku Novi, Lela, Jubido, yang selalu ada di saat-saat yang aku butuhkan dan semangat yang diberikannya.

(19)

12.Teman-temanku KPM 39 semuanya. Terimakasih buat kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini. It’s so special.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkan.

(20)

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Perumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan Penelitian ...3

1.4 Kegunaan Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Rumput Laut ...5

2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan ...8

2.3 Peran Perempuan Nelayan Dalam Kegiatan Ekonomi Rumahtangga ...9

2.4 Konsep Gender dan Seks ...12

2.5 Teknik Analisis Gender ...15

2.6 Kerangka Pemikiran ...18

2.7 Hipotesa ...19

2.8 Definisi Operasional ...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...23

3.2 Metode Penelitian ...24

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...24

3.4 Penentuan Sampel...25

3.5 Pengolahan dan Analisis Data ...26

BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELTIAN 4.1 Lokasi Penelitian ...27

4.2 Gambaran Umum Peranian Rumput Laut di Pakandangan Tengah ...35

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...36

4.4 Tenaga Kerja...45

BAB V SUMBERDAYA PRIBADI DAN PEMBAGIAN KERJA RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT 5.1 Sumberdaya Pribadi Responden ...43

(21)

BAB VI AKSES, KONTROL, DAN KONTRIBUSI PEREMPUAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA

RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT

6.1 Akses dan Kontrol ...60

6.2 Pendapatan Per Bulan ...65

6.3 Kontribusi Perempuan Terhadap Pendapatan Rumahtangga Nelayan Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah ...66

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ...69

7.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ...71

(22)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1 Kerangka Analisis Harvard Profil Aktivitas ...17 Tabel 2 Kerangka Analisis Harvard Akses dan Kontrol/Manfaat ...18 Tabel 3 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Pakandangan

Tengah Tahun 2006 ...28 Tabel 4 Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Pakandangan

Tengah Tahun 2006 ...29 Tabel 5 Perbandingan Persentase Kontribusi Laki- Laki dan Perempuan

Berdasarkan Sumber Nafkah Nelayan Rumput Laut di Desa

Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...33 Tabel 6 Perbandingan Persentase Kegiatan Laki- Laki dan Perempuan

Dalam Tahap Budidaya Rumput Laut di Desa Paandangan

Tengah Tahun 2007 ...42 Tabel 7 Penggolongan Umur Responden Berdasarkan Jumlah

Responden di Desa Pakandangan Tengah Khususnya Dusun

Lauk Lorong Tahun 2007 ...43 Tabel 8 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden Berdasarkan Jumlah

Responden di Desa Pakandangan Tengah Khususnya Dusun

Lauk Lorong Tahun 2007 ...44 Tabel 9 Pembagian Kerja Kegiatan Produktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...47 Tabel 10 Curahan Waktu Responden Laki-Laki dan Perempuan Satu

Kali Musim / Satu Rakit Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah

Tahun 2007 ...50 Tabel 11 Curahan Waktu Kegiatan Produktif Satu Bulan Yang Lalu

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Luat Dusun Lauk

Lorong Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...53 Tabel 12 Pembagian Kerja Kegiatan Reproduktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

(23)

Tabel 13 Curahan Waktu Kegiatan Reproduktif Satu Hari Yang Lalu 18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk

Lorong, Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...55 Tabel 14 Pembagian Kerja Kegiatan Sosial 18 Rumahtangga Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...56 Tabel 15 Curahan Waktu Kegiatan Sosial Satu Bulan Yang Lalu

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk

Lorong, Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...57 Tabel 16 Perbandingan Jenis Kegiatan Yang Dilakukan Suami dan

Istri 18 Rumahtangga Responden Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong Desa Pakandangan Tengah

Tahun 2007 ...58 Tabel 17 Profil Akses dan Kontrol / Manfaat 18 Rumahtangga Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...61 Tabel 18 Kontrol Dalam Pengelolaan Kegiatan Produktif 18 Rumahtangga

Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong, Desa

Pakandangan Tengah Tahun 2007 ...62 Tabel 19 Kontrol Dalam Kegiatan Reproduktif dan Kegiatan Sosial

18 Rumahtangga Nelayan Budidaya Rumput Laut Dusun

Lauk Lorong, Desa Pakandanga Tengah Tahun 2007 ...64 Tabel 20 Tingkat Pendapatan 18 Rumahtangga Nelayan Rumput Laut

Dusun Lauk Lorong Tahun 2007...65 Tabel 21 Rata-rata Pendapatan 18 Rumahtangga Responden Nelayan

Budidaya Rumput Laut Dusun Lauk Lorong,

(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Judul

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang besar. Luas perairan laut Indonesia sekitar 5,8 juta km2 atau 75 persen dari total wilayah Indonesia. Laut Indonesia memiliki potensi le stari sumberdaya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun. Dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan menurut Code Of Conduct for Resposible Fisheries (FAO, 1995) adalah 80 persen dari potensi lestari atau sekitar 5,12 juta ton/tahun. Namun pemanfaatan dan pengelolaan potensi sumberdaya yang ada di Indonesia masih belum optimal.

Potensi produksi sumberdaya perikanan yang dapat dihasilkan dari usaha perikanan budidaya jauh lebih besar dari sektor perikanan tangkap, yaitu sekitar 57,7 juta ton/tahun dan baru diproduksi 1,6 juta ton (0.3 %). Dalam hal ini nelayan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

(27)

pakan ternak, makanan, obat-obatan, kosmetik, pasta gigi, sampo, kertas, tekstil, hingga minyak pelumas pada pengeboran sumur minyak.

Pemanfaatan rumput laut di Indonesia telah dimulai tahun 1920, tetapi penggunaannya masih terbatas pada obat-obatan dan makanan dengan cara pengolahan yang tradisional. Salah satu khasiat adalah antitumor, menurunkan tekanan darah, dan mengatasi gangguan kelenjar. Itu sebabnya, sebagian kalangan mengklaim rumput laut sebagai "tanaman dewa"(Afrianto Eddy dan Evi, 1993).

Salah satu daerah yang mencoba untuk membudidayakan rumput laut adalah Kabupaten Sumenep yang terletak di Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Sumenep yaitu 1.998,54 km2. Secara geografis daerah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu: bagian daratan dengan luas 1.147,24 km2 atau 57,40 persen dan bagian kepulauan dengan luas 851,30 km2 atau 42,60 persen Berdasarkan pada fakta diatas, sektor perikanan dan kelautan menjadi prioritas utama untuk dikembangkan. Sumenep memiliki area tambak air payau sekitar 1.723.41 hektar. Dari luas tersebut, yang baru termanfaatkan hanya sekitar 250 hektar dengan rata-rata produksi sekitar 2,5 ton/hektar/musim (Kabupaten Sumenep Dalam Angka 2005/2006).

(28)

Giligenting, Nonggunong, Gayam, Talango, Saronggi, Gapura, Raas, Kangean, dan Sapeken. Lokasi penelitian ini berada di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah yang seluruh masyarakatnya bekerja sebagai pembudidaya rumput laut. Dusun ini berada tidak jauh dari pantai, sehingg dapat dengan mudah untuk melakukan pembudidayaan rumput laut.

1.2 Perumusan Masalah

Sumberdaya kelautan rumput laut ini merupakan modal bagi berkembangnya matapencaharian nelayan disamping menangkap ikan, budidaya rumput laut ini dapat menunjang kelangsungan hidup para nelayan tersebut. Potensi rumput laut di Sumenep seluas 11.500 Hektar. Budidaya dan pengolahan rumput laut ini biasa dikerjakan oleh rumahtangga yang terdiri dari suami istri.

Peneliti ingin mengetahui bagaimana pembagian kerja gender dalam hal produksi rumput laut. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana hubungan akses dan kontrol suami dan istri terhadap sumberdaya produksi dan manfaat juga tentang bagaimana penjelasan kontribusi dan berapa besar kontribusi yang diberikan suami dan istri terhadap pendapatan rumahtangga nelayan budidaya rumput laut.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakteristik (umur, pendidikan, dan pendapatan) nelayan rumput laut serta menjelaskan usaha tani dan pengolahan rumput laut.

(29)

3. Menganalisis akses dan kontrol terhadap sumberdaya produksi dan pemanfaatan hasil produksi suami dan istri nelayan rumput laut.

4. Menganalisis besarnya kontribusi istri terhadap pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari hasil penelitian ini :

1. Diharapkan nantinya dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah khususnya dalam hal pengembangan usaha rumput laut yang responsif gender di Kabupaten Sumenep Madura.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura untuk mengetahui kondisi rumah tangga nelayannya.

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Rumput Laut

2.1.1 Rumput La ut dan Eucheuma Alvarezii Doty (E. Cottonii)

Rumput laut1 atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Sejak zaman dahulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan. Di samping sebagai bahan makanan dan obat-obatan, rumput laut dapat pula diolah menjadi produk komersial dari berbagai jenis getah rumput laut.

Penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di daerah pantai sudah sejak dulu memanfaatkan rumput laut dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalap, dibuat sayur, acar, kue atau puding dan manisan, serta bahan untuk obat-obatan. Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun (Afrianto Eddy dan Evi 1993).

Jenis rumput laut Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah dari kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan2 dan agar-agar. Alga yang termasuk dalam kelas Rhodophyceae yang mengandung karaginan adalah dari marga Eucheuma dengan nama lokal agar-agar dan Hypnea. Sedang jenis yang mengandung agar-agar yaitu dari marga Gracilaria. Rumput laut ini merupakan rumput laut jenis algae merah (Rhodophyta). Nama daerah dari rumput

1

Taksonomi dari E. Cottonii dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Rhodophyta, Kelas Florideophycidae, Ordo Gigartinales, Famili Soliericeae, Genus Eucheuma, Species Eucheuma Cottonii (Eucheuma Alvarezii Doty)

2

(31)

laut ini adalah “Cottonii” yang umumnya lebih dikenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional maupun internasional.

Di Indonesia, seluruh produksinya berasal dari budidaya, antara lain dikembangkan di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi, dan Maluku sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri dalam negeri penghasil karaginan. Karaginan yang dihasilkan adalah tipe kappa karaginan.

2.1.2 Budidaya Rumput Laut

Keberhasilan budidaya rumput laut sangat tergantung pada teknologi atau metode penanamannya. Metode yang dipilih hendaknya dapat memberikan pertumbuhan yang menguntungkan, mudah pelaksanakannya dengan bahan bangunan yang murah dan mudah didapat. Pengalaman budidaya rumput laut di Indonesia, khususnya pada jenis Eucheuma dan Gracilaria, dapat disimpulkan bahwa perkembangbiakan kedua jenis tersebut dilaksanakan dengan tunas dari tanaman. Budidaya perkembangan tunas tersebut biasanya sangat sederhana, mudah dan relatif murah. Karena pada umumnya perairan tropis dengan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, serta suhu air yang relatif tetap dan panas 28ºC, memungkinkan terjadinya pertunasan yang terus menerus.

Ada tiga metode yang dgunakan dalam budidaya rumput laut, yaitu metode rakit apung, lepas dasar, dan long line.

1. Metode Rakit Apung

(32)

para nelayan umumnya membuat satu unit budidaya yang terdiri dari gabungan empat buah rakit.

Jarak antara rakit yang satu dengan lainnya kira-kira satu meter. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah nelayan dalam memelihara maupun memanen rumput laut. Cara untuk menghindari agar rakit tidak hanyut adalah dengan mengikatnya pada tiang-tiang bambu atau kayu. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari budidaya rumput laut dengan metode apung adalah:

a. pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, produksinya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode lepas dasar;

b. untuk menghindari hanyutnya rakit, dapat dipergunakan jangkar atau tiang bambu. Oleh karena itu, metode ini dapat dilaksanakan pada semua perairan; c. tanaman relatif terhindar dari serangan hama bulu babi.

2. Metode Lepas Dasar

Pada metode ini, benih rumput laut ditanam dengan cara mengikatkan pada suatu rentangan tali atau jaring yang diikatkan pada sejumlah tiang kayu atau bambu. Metode ini membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh dari usaha budidaya rumput laut dengan metode ini adalah: a. dapat diterapkan pada perairan yang mempunyai dasar berpasir, berlumpur

atau lumpur berpasir;

b. mudah untuk melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan rumput laut;

(33)

3. Metode Long Line

Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali panjang yang dibentangkan. Metode ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan yang dilgunakan lebih tahan lama, lebih murah dan mudah didapatkan.

Metode ini dilakukan dengan menggunakan tali sepanjang 50-100 meter yang pada kedua ujungnya diberi jangkar dan pelampung besar, dan setiap 25 meter diberi pelampung utama yang dapat terbuat dari drum plastik. Pada setiap jarak lima meter diberi pelampung yaitu berupa potongan karet sandal atau botol aqua bekas 500ml yang berfungsi untuk memudahkan menggerakkan tanaman setiap saat. Adapun keuntungan dari metode ini adalah:

a. alat dan baha nnya lebih tahan lama;

b. harga alat dan bahan lebih murah dan mudah untuk didapatkan. 2.2 Peran Rumput Laut Dalam Rumahtangga Nelayan

(34)

Komoditas perikanan yang bernilai ekonomi tinggi diantaranya budidaya tambak udang, mutiara, ikan kerapu, tuna, cakalang, kakap, baronang, bandeng, nila, lobster, kepiting, rajungan, tripang, dan rumput laut. Rumput laut memberikan keuntungan ekonomi bagi nelayan yang mengusahakan untuk berbudidaya rumput laut.

Selama ini, rumput laut dimanfaatkan untuk makanan manusia, baik dimakan secara langsung maup un diproses terlebih dahulu menjadi agar-agar. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan, pemanfaatan rumput laut bagi kepentingan umat manusia tidak lagi terbatas hanya sebagai makanan saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku pada industri obat-obatan, tekstil, minuman, kosmetik, pasta gigi, dan sebagainya. Dengan demikian, prospek rumput laut sebagai komoditi perdagangan akan semakin cerah, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun kebutuhan ekspor ke luar negeri (Afrianto Eddy dan Evi 1993).

(35)

pembangunan perikanan yang bias gender seperti nampak pada berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir. Kondisi demikian telah dianggap sebagai hal yang lumrah karena dalam budaya kita, perempuan telah lama dikonstruksi secara sosial maupun budaya untuk menjadi ”kanca wingking” yang hanya berkutat pada berbagai urusan rumahtangga bahkan seperti dikatakan Djohan 1994 (dalam Suadi 2006) geraknyapun dibatasi dalam lingkup rumahtangga. Hal ini membuat pergerakan peran perempuan nelayan dalam kehidupan sosial dan budaya di pesisir menjadi kurang atau tidak tampak.

Keterbatasan ekonomi keluargalah yang menuntut perempuan nelayan termasuk anak-anak mereka bekerja di daerah pesisir. Dalam kegiatan perikanan laut perempuan nelayan berperan sangat strategis terutama pada ranah pasca panen dan pemasaran hasil perikanan, seperti yang terjadi di Sumenep Madura ditemukan bahwa perempuan bekerja di ranah pasca panen pengolahan rumput laut. Di beberapa wilayah bahkan peranan perempuan nelayan, juga sering menyentuh wilayah yang dianggap sebagai dunia kerja kaum laki- laki yaitu penangkapan ikan seperti yang banyak ditemukan dalam kegiatan penangkapan kepiting di daerah mangrove Teluk Bintuni Papua. Peran produktif ini, bagi perempuan nelayan bahkan sering mengalahkan peran reproduktif atau domestiknya.

(36)

ditinggalkan sementara dan diserahkan kepada anak atau ibu atau nenek mereka. Kontribusi nelayan ini terhadap pendapatan keluarga pun, dapat mencapai separuh dari pendapatan suami.

Kesempatan peran perempuan nelayan juga memiliki peluang yang cukup baik karena suami mereka memiliki kebiasan yang baik yaitu menyerahkan hasil usaha melaut mereka kepada kaum wanita dan sekaligus memberikan kepercayaan kepada wanita untuk mengelola keuangan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan wanita lebih mandiri dan berani memutuskan hal-hal penting bagi keluarga dan dirinya. Pembagian peran yang sejajar khususnya dari aspek ekonomi perikanan dimana wanita yang mengurusi pasca pane n dan pemasaran hasil perikanan termasuk pengawetan, pengolahan, distribusi dan pemasaran hasil, sementara pria pada aspek produksi melalui kegiatan penangkapan ikan dapat menjadi salah satu cara mendorong partisipasi wanita yang lebih baik.

Kontribusi ekonomi perempuan sangat membantu bagi kelangsungan rumahtangga. Dalam usaha produksi, umumnya ada penilaian yang berbeda mengenai pekerjaan laki- laki, perempuan, dan anak-anak dan mengenai sumber penghasilan dari usaha produksi, menurut Levy dalam Adriyani (2000) perlu membedakan :

1. Apakah penghasilan merupakan usaha bersama dari kesatuan keluarga atau usaha perseorangan anggota keluarga ataukah beberapa orang anggota keluarga yang menggabungkan diri kedalam kesatuan-kesatuan produktif/pencarian nafkah di luar keluarga.

(37)

Dalam bidang konsumsi, keluarga mengenal pola-pola konsumsi yang merupakan sebagian dari pola-pola kebudayaan masyarakat itu sendiri. Dapat terjadi bahwa seluruh penghasilan dari semua pencari nafkah dalam suatu keluarga dikumpulkan menjadi dana bersama, yaitu dimanfaatkan untuk keperluan bersama menurut kebutuhan masing- masing, disesuaikan dengan norma- norma tingkat hidup keluarga tersebut. Jadi dalam alokasi ekonominya, perlu diperhatikan antara siapa-siapa dana bersama itu dibentuk, siapa yang menguasainya dan bagaimana cara menjalankan wewenang itu (Levy dalam Adriyani,2000).

2.4 Konsep Gender dan Seks

Terdapat beberapa pengertian tentang konsep gender yang selama ini masih sering dibingungkan oleh masyarakat, yaitu:

1. Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki- laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktor- faktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki- laki dan perempuan ( Handayani dan Sugiarti, 2002)

2. Gender adalah perbedaan-perbedaan (dikotomi) sifat wanita dan pria yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tapi lebih pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara wanita dan pria yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas, masyarakat dan bernegara (Donnel 1988;Eviota 1993 dalam Saruan Christie, 2000)

(38)

Konsep gender lebih menunjukkan kepada perumusan sosial budaya mengenai peranan wanita dan pria karena adanya penilaian mengenai sifat feminitas dan maskulinitas. Ciri dan sifat tersebut dapat dipertukarkan dan bisa berubah, misalnya perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan sedangkan laki- laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa dan lain- lain (Saptari 1997; Fakih 1999; dalam Mugniesyah 2000). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa gender dapat diartikan sebagai konsep sosial yang membedakan (dalam arti memilih atau memisahkan) peran antara laki- laki dan perempuan.

Faktor utama yang mempengaruhi posisi maupun hubungan gender (hubungan perempuan dengan laki- laki) atau dengan lingkungannya dalam suatu struktur sosial menurut Saptari (1997) adalah sistem nilai, norma, dan stereotipe tentang perempuan. Sifat ideologi gender ini mencerminkan nilai bahwa perempuan inferior terhadap laki- laki, sehingga memungkinkan eksploitasi yang besar terhadap perempuan dalam hubungan sosial produksi.

(39)

perempuan selamanya, fungsinya tidak dapat dipertukarkan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan Tuhan (kodrat).

2.4.1 Akses dan Kontrol

Akses dan kontrol merupakan dua konsep yang berbeda, namun pada kenyataannya kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Akses adalah peluang atau kesempatan yang bisa diraih antara laki- laki dan perempuan untuk melakukan, memiliki atau menikmati beragam sumberdaya baik yang menyangkut informasi/pendidikan, modal, teknologi dan kesempatan berusaha atau bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan kontrol menyangkut sejauh mana laki- laki dan perempuan mempunyai kekuasaan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan dalam merencanakan, melakukan, memiliki atau menikmati sesuatu.

Keduanya saling berhubungan dalam artian kontrol yang dimiliki seseorang memungkinkan orang tersebut mempunyai akses terhadap satu atau lebih sumberdaya. Namun, seseorang yang akses terhadap beragam sumberdaya belum tentu memiliki kontrol dalam memperoleh sumberdaya tadi. Bahkan bisa saja terjadi seseorang akses terhadap beragam sumberdaya justru karena dia dikuasai (dikontrol) orang lain.

(40)

melakukan sesuatu kegiatan baik dalam rumahtangga maupun masyarakat luas. Alat ukur yang digunakan adalah frekuensi mengambil keputusan oleh individu dalam periode waktu tertentu.

2.5 Teknik Analisis Gender

Berdasar pada kenya taan bahwa adanya ketimpangan-ketimpangan gender, dalam pelaksanaan penelitian diperlukan pisau analisis untuk membedah yang disebut dengan analisis gender. Konsep gender diartikan sebagai perbedaan-perbedaan (dikotomi) sifat perempuan dan laki- laki yang tidak hanya berdasarkan biologis semata tapi lebih pada hubungan-hubungan sosial-budaya antara perempuan dan laki- laki yang dipengaruhi oleh struktur masyarakatnya yang lebih luas.

Konsep Gender and Development (GAD)- gender dan pembangunan- berakar pada gerakan feminis yang memandang bahwa permasalahan pada perempuan dalam pembangunan bukan berakar pada perbedaan jenis kelamin (seks). Konsep utama GAD ini bukan hanya pada perempuan semata-mata tapi juga pada analisis hubungan gender. Analisis gender kemud ian menjadi suatu alat analisis, terutama berkenaan dengan peranan perempuan dan laki- laki menjadi terukur (nyata). GAD menelaah bagaimana hubungan perempuan dan laki- laki tersebut dalam proses pembangunan. Dari hasil penelaahan tersebut diharapkan dapat diimplementasikan suatu program pembangunan yang sadar gender atau bahkan berperspektif gender.

(41)

keampuhannya adalah teknik analisis gender. Melalui teknik ini berbagai kesenjangan maupun isu gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat teridentifikasi. Teknik analisis gender yang digunakan adalah Teknik Analisis Harvard yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al., 1986 dalam Handayani Trisakti 2002). Teknik analisis ini mencakup beberapa komponen yang satu sama lain saling berhubungan yaitu:

1. Profil Aktivitas

Dalam hal ini profil aktivitas mencakup:

a. Produksi barang dan jasa, seringkali para perencana gagal menemukan peranan perempuan sebagai produsen beragam komoditi. Untuk itu perlu diidentifikasi kegiatan laki- laki dan perempuan dalam kegiatan produktif. b. Reproduksi dan pemeliharaan sumberdaya manusia, dalam hal ini

(42)

Tabel 1. Kerangka Analisis Harvard Profil Aktivitas

A. Aktivitas Produksi Laki-laki Perempuan Pertanian:

Terkait dengan bahan bakar Menyiapkan makanan

Sumber : The Oxfam Gender Training Manual (terjemahan) dalam Handayani Trisakti 2002.

2. Profil Akses dan Kontrol

(43)

Tabel 2. Kerangka Analisis Harvard Profil akses dan Kontrol/Manfaat

A. Sumberdaya Laki-laki Perempuan

Akses Kontrol Akses Kontrol

Sumber : The Oxfam Gender Training Manual (terjemahan) dalam Handayani Trisakti 2002.

2.6 Kerangka Pemikiran

Permasalahan gender dalam produksi rumput laut yang mencakup kegiatan budidaya dan pengolahan pasca panen rumput laut ini dapat ditelaah dengan menggunakan Teknik Analisis Harvard yaitu suatu ana lisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al., 1986 dalam Handayani dan Sugiarti 2002).

(44)

rumput laut.Relasi gender yang ada dapat terlihat dari pembagian kerja suami dan istri yang dijelaskan dengan menggunakan profil pembagian kerja, profil akses dan kontrol, dan pengambilan keputusan dalam suatu rumahtangga nelayan rumput laut. Selain itu peran istri juga lebih terlihat dengan penjabaran yang ada.

Profil pembagian kerja meliputi kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiata sosial yang dilakukan oleh suami dan istri dalam satu musim panen rumput laut dan juga curahan waktu terhadap ketiga kegiatan tersebut yang nantinya dikonversi ke dalam hitungan jam/hari. Akses dan kontrol (peluang dan penguasaan) dapat dilihat melalui akses dan kontrol terhadap alat-alat produksi dan profil kontrol dalam kegiatan reproduktif dan kegiatan sosial. Relasi gender yang terlihat melalui teknik analisis harvard dapat menyimpulkan kontribusi istri terhadap kegiatan produksi rumput laut yang juga dapat mempengaruhi pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut tersebut.

2.7 Hipotesa

♣ Curahan waktu kegiatan produktif (budidaya rumput laut) suami diduga lebih besar daripada istri.

♣ Akses dan kontrol suami dalam kegiatan budidaya rumput laut diduga lebih besar daripada istri.

♣ Kontribusi istri dalam hal produksi rumput laut diduga mempengaruhi pendapatan rumahtangga nelayan rumput laut.

2.8 Definisi Operasional

(45)

panen) rumput laut dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual atau untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

2. Karakteristik nelayan adalah karakteristik pribadi individu nelayan yang meliputi usia, tingkat pendidikan, dan pendapatan.

a) Usia adalah satuan umur manusia yang dihitung mulai dari tahun lahir sampai saat ini. Usia kerja adalah usia responden dimana mereka sudah melakukan kegiatan produktif yaitu 18-65 tahun. b) Tingkat pendidikan adalah lama belajar atau keikutsertaan dalam pendidikan formal. Penggolongan tingkat pendidikan formal adalah : tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tidak tamat SMP, tamat SMP/sederajat, tidak tamat SMU, tamat SMU/sederajat, lulus Perguruan Tinggi.

c) Pendapatan adalah banyaknya pendapatan yang diperoleh berupa uang dari kegiatan produktif yang diperoleh suami dan istri dalam jangka waktu sebulan terakhir.

a) Tinggi : > Rp. 1.000.000

b) Sedang : Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 c) Rendah : < Rp. 500.000

3. Pembagian kerja adalah pembagian pekerjaan antara laki- laki dan perempuan yang meliputi kegiatan produksi rumput laut.

(46)

5. Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang tetapi dapat menjamin kelangsungan hidup keluarga nelayan, baik yang dilakukan suami ataupun istri. Misalnya mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak, belanja, dan lainnya. Curahan waktu untuk metode ini menggunakan metode recall sehari yang lalu diukur dalam jam/hari.

6. Kegiatan Sosial adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal nelayan ataupun sanak saudara terdekat, misalnya gotong-royong, arisan, pengajian, selamatan, dan lainnya. Peranan ini dilihat dari hadir tidaknya seseorang dalam kegiatan tersebut dan dihitung menggunakan metode recall satu bulan yang lalu.

7. Akses adalah kesempatan yang dimiliki oleh suami maupun istri untuk memperoleh beragam sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif. Alat yang digunakan adalah siapa (suami atau istri) yang memiliki kesempatan untuk menggunakan sumberdaya yang berkaitan dengan kegiatan produktif, seperti peralatan yang digunakan untuk budidaya maupaun pengolahan rumput laut, pemasaran, dan modal usaha.

8. Kontrol adalah kekuasaan (pengaruh) yang dimiliki suami dan istri untuk mengambil keputusan. Diukur melalui frekuensi memutuskan untuk setiap jenis kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosia Tingkatan kontrol ini adalah :

(47)
(48)

Profil Akses dan Kontrol Profil Pembagian

Kerja Produksi Rumput Laut

(Budidaya dan Pengelolaan pasca panen)

Sumber nafkah nelayan :

•Hasil tangkapan ikan

• Pengolahan hasil tangkapan

• Produksi rumput laut

• Produksi cabe jamu

• Tangkapan rajungan

Pembagian kerja suami dan istri Relasi Gender (Teknik Analisis Harvard)

(49)
(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Pakandangan Tengah, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura khususnya di Dusun Laok Lorong. Peneliti memilih Dusun Laok Lorong sebab Di Desa Pakandangan Tengah ini terdapat tiga Dusun tetapi hanya Dusun Laok Lorong yang kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai pembudidaya rumput laut dan bertempat tinggal tidak jauh dari pantai. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbanga n bahwa di desa ini terdapat kelompok petani budidaya rumput laut yang pada tahun 2004 lalu telah memenangkan penghargaan tingkat nasional dalam hal budidaya rumput laut dan sekarang membentuk kelompok tani wanita untuk masalah pengolahan hasil rumput laut pasca panen. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2007 dan sebelumnya telah diawali dengan studi penjajagan pada bulan November 2006 kemudian dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian.

(51)

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan metode survei deskriptif yang dilengkapi dengan metode kualitatif dengan cara wawancara mendalam. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, dimana peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis.

Unit analisisnya adalah rumahtangga yang melakukan produksi (budidaya dan pengolahan pasca panen) rumput laut. Responden yang menjadi objek wawancara adalah suami dan istri nelayan pembudidaya rumput laut. Selain wawancara dilakukan juga pengamatan langsung di lapangan lokasi penelitian, yang diamati yaitu gambaran tentang lokasi penelitian, keadaan lingkungan kawasan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para perempuan nelayan di Desa Pakandangan Tengah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

(52)

pada saat pagi, siang, maupun sore hari. Untuk responden istri biasanya berada di rumah pada saat pagi hingga siang hari, sedangkan untuk responden suami biasanya berada di rumah pada saat siang atau sore hari. Data primer yang diperlukan meliputi:

1. Karakteristik pribadi yang terdiri dari nama responden, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan pendapatan per bulan,

2. Sumberdaya rumahtangga terdiri dari jumlah anggota rumahtangga dan penguasaan aset produksi (besar lahan budidaya yang dimiliki),

3. Alokasi waktu suami dan istri nelayan dalam pekerjaan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosial. Kegiatan produktif untuk satu bulan terakhir, kegiatan reproduktif sehari yang lalu, dan kegiatan sosial untuk satu bulan terakhir, 4. Pendapatan suami dan istri nelayan dalam sebulan yang lalu,

5. Akses dan kontrol suami dan istri terhadap kegiatan produktif, reproduktif, dan kegiatan sosial.

Data sekunder diperoleh dari literatur, data monografi desa, peta Desa Pakandangan Tengah, laporan tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep, studi berbagai pustaka, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dan dari hasil- hasil penelitian terdahulu.

3.4 Penentuan Sampel

(53)

merupakan anggota dari Kelompok Tani As-Sakinah dan Al-Falah. Selain dari responden, informasi juga diperoleh dari informan yang terdiri dari karyawan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumenep yang bertanggung jawab pada kelompok petani nelayan tersebut, dan kepala desa.

3.5 Pengolahan dan Analisis Data

(54)

BAB IV

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis

Desa Pakandangan Tengah adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura. Letaknya 19 kilometer ke arah barat dari Kabupaten Sumenep. Luas Desa Pakandangan Tengah yaitu 213,875 hektar. Luas bangunannya 53,740 hektar, luas tegalan sebesar 159,633 hektar, dan luas areal tanah rumput adalah 0,5 hektar. Desa Pakandangan Tengah ini bebatasan dengan :

Utara : Desa Sera Barat

Selatan : Desa Pakandangan Barat Barat : Desa Pakandangan Sangrah Timur : Selat Madura

(55)

ikan melainkan menangkap rajungan, pembudidaya rumput laut (produksi dan pasca panen), ladang, pengupasan rajungan, dan produksi cabe jamu.

Desa Pakandangan Tengah ini terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Jurgang, Dusun Muncar, dan Dusun La uk Lorong. Wilayah pantai ini memiliki curah hujan 17mm/tahun, dengan temperatur berkisar antara 27-31ºC. Curah hujan terbesar terjadi di wilayah ini pada bulan Desember-Maret (Kabupaten Sumenep dalam Angka, 2005).

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Pakandangan Tengah (Tabel 3) adalah 1555 jiwa dan terdiri dari 100% suku Madura asli.

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Pakandangan Tengah 2006

Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Jurgang 358 337 695 2. Muncar 227 226 453 3. Lauk Lorong 196 211 407 Jumlah 781 774 1555 Sumber: BPS Kabupaten Sumenep (2006)

(56)

perkebunan untuk wilayah Pakandangan Utara yang berkaitan dengan mata pencaharian mereka.

Tabel 4. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa Pakandangan Tengah, 2006.

No Nama Dusun

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (tahun) 0 = 1 1 = 5 5 – 6 7 – 15 16-21 22-59 60

Sumber: Petugas Lapangan KB (2006)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Di daerah Pakandangan Tengah ini terdapat sarana transportasi darat yang menghubungkan dengan pusat kota Sumenep dan pusat kota Pamekasan. Alat transpotasi yang ada yaitu angkutan umum berupa angkutan “elf” -yang biasanya masyarakat menyebutnya taxi- dan ojek sepeda motor, seperti yang dikemukakan seorang responden ( Saherah, 35 tahun) sebagai berikut :

“Kalo mau ke pasar atau ke kota biasanya ya naek taxi mbak. Cukup bayar 1000 saya sudah sampe di Pasar Kapedi.”

(57)

Kendaraan yang dapat melewati jalan di Desa Pakandangan Tengah ini mulai mobil hingga sepeda motor tetapi untuk becak tidak bisa sebab jalannya ada yang curam dan menanjak.

Sarana perbelanjaan di daerah Pakandangan Tengah ini belum ada. Apabila masyarakat ingin belanja hanya untuk keperluan sehari- hari biasanya ada penjual sayur keliling yang datang. Untuk belanja kebutuhan seperti pakaian, sepatu, alat-alat rumah tangga maka penduduk biasanya pergi ke pasar yang berada satu km dari desa yaitu Pasar Desa Pakandangan atau ke Pasar Kapedi yang berjarak tiga km dari Desa Pakandangan. Segala keperluan tersedia di pasar ini mulai dari pakaian, makanan, hingga kebutuhan tersier seperti mainan anak, kaset dll.

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pakandangan Tengah hanya terdapat satu bidan dan lima tempat yang dipergunakan sebagai posyandu. Tidak terdapat dokter praktek maupun puskesmas yang dapat menunjang kesehatan masyarakat. Jadi apabila ada masyarakat yang sakit maka harus dibawa ke Kota Sumenep atau Kota Pamekasan untuk penanganan selanjutnya yang lebih lengkap. Sementara itu, prasarana pendidikan yang tersedia di wilayah ini adalah satu buah Taman Kanak-Kanak (Raudatul Atfal), satu buah Sekolah Dasar (SD), dua buah Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan dua buah Madrasah Diniah (MD). Untuk sarana ibadah yang ada berupa lima masjid, karena seratus persen masyarakat Desa Pakandangan ini beragama islam.

4.1.4 Sumber Nafkah Masyarakat Pakandangan Tengah

(58)

pekerjaan yang juga dapat menambah penghasilan mereka. Jenis-jenis sumber nafkah tersebut antara lain adalah:

1. Rumput Laut

Rumput laut dalam satu tahunnya dapat enam kali panen. Pada Bulan Februari sampai Juli biasanya hasil panen maksimal dan bagus mutunya. Untuk Bulan Agustus sampai Januari hasil panen tidak maksimal. Satu rakit ukuran 7 x 9 meter dapat menghasilkan 500 kilogram tiap kali panennya untuk periode Bulan Februari – Juli, sedangkan untuk Bulan Agustus – Januari satu rakit dengan ukuran sama hanya dapat menghasilkan 100-150 kilogram untuk sekali panen.

Pengolahan rumput laut menjadi makanan hanya berlangsung di musim kemarau saja. Hal ini diakibatkan karena harus melakukan penjemuran untuk pengeringan rumput laut yang nantinya akan diolah menjadi dodol, manisan, dan koktail. Untuk pembuatan dodol dan manisan rumput laut tidak selalu dilaksanakan hanya tergantung pada permintaan pasar saja. Untuk rumput laut kering/siap olah pembuatannya terus- menerus tanpa harus ada permintaan pasar. Kegiatan budidaya rumput laut rata-rata dilakukan oleh laki- laki, sedangkan untuk pengolahan pasca panen dilakukan oleh perempuan.

2. Tangkapan Rajungan

Rajungan ini berbeda dengan rumput laut yang memiliki masa panen dalam setahun enam kali. Untuk rajungan sepanjang tahun dapat di panen tetapi hanya pada bulan-bulan tertentu saja yang dapat menghasilkan rajungan dalam jumlah banyak dan berkualitas bagus.

(59)

rajungan rata-rata 20 kg/hari dengan harga per kilonya @ Rp. 26.000. Pada Bulan Juni – November hanya memperoleh satu sampai dua kilogram per harinya. Keuntungan bersih nelayan nantinya dipotong dulu sebesar Rp. 50.000 untuk solar. Jadi apabila dalam sehari nelayan menghasilkan 20 kilogram rajungan maka keuntungan bersih yang diperolehnya adalah Rp. 470.000. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh laki- laki, sedangkan untuk pengupasan rajungan dilakukan oleh perempuan.

3. Cabe Jamu

Cabe jamu ini berbeda dari rajungan dan rumput laut sebab cabe jamu ini hanya melakukan panen sekali dalam satu tahun yaitu pada Bulan Maret atau April saja. Hasil panen yang didapatkan adalah dua kuintal/tahunnya dalam keadaan basah. Harga untuk satu kilogram cabe jamu basah adalah Rp. 1.000, sedangkan untuk satu kg cabe jamu kering adalah Rp. 9.000. Perbandingan hasil dari cabe jamu basah dan kering adalah 7:1. Jadi tujuh kilogram cabe jamu basah menghasilkan satu kilogram cabe jamu kering. Untuk produksi cabe jamu ini tidak seramai budidaya rumput laut dan tangkapan rajungan sebab lamanya panen. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan.

4. Ladang

(60)

campuran nasi untuk dimakan, sedangkan ketela pohon dapat dimakan setelah dibakar terlebih dahulu. Jadi ladang yang masyarakat miliki hanya untuk subsisten, bukan untuk dijual hasilnya. Selain untuk dimakan jagung juga memiliki manfaat sebagai pakan ternak pada musim kemarau. Bagian yang digunakan sebagai pakan ternak adalah daun jagung. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan.

Tabel 5 menunjukkan perbandingan secara keseluruhan sumber nafkah nelayan rumput laut di Desa Pakandangan Tengah. Apabila dilihat dari persentase yang ditampilkan kontribusi peran perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan laki- laki.

Tabel 5. Perbandingan Persentase Kontribusi Laki- Laki dan Perempuan Berdasarkan Sumber Nafkah Nelayan Rumput Laut di Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007

Jenis Sumber Nafkah Laki-Laki

(dalam persen)

Perempuan

(dalam persen)

Keterangan

1. Budidaya Rumput Laut 70 30 - 2. Pengolahan Rumput Laut 10 90 Didominasi oleh

perempuan 3. Menangkap Rajungan 90 10 Didominasi oleh

laki-laki 4. Mengupas Rajungan - 100 Tidak laki-laki

yang melakukan

(61)

kelompok berdasarkan ikatan keluarga. Walaupun begitu rasa gotong royong antar warganya cukup kental. Apabila ada salah satu warga yang membangun rumah, maka warga yang lain pasti membantu tanpa diminta.

Biasanya terdapat ladang- ladang di samping rumah penduduk. Ladang-ladang ini diolah sendiri oleh anggota keluarga. Hasil Ladang-ladang ini hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari dan tidak dijual. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah jagung, sebab jagung memberikan banyak manfaat bagi penduduk, antara lain jagungnya yang digunakan sebagai bahan untuk membuat nasi jagung yang nantinya dikonsumsi oleh penduduk dan daunnya yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (sapi dan kambing). Selain itu juga terdapat tumbuhan kelor yang biasanya dapat digunakan sebagai sayuran.

(62)

Misalnya, pada kasus Ibu Saherah mengadakan hajatan dan Ibu Zubaida datang dengan membawa beras seberat satu kuintal, maka nantinya apabila Ibu Zubaida mengadakan hajatan di lain waktu maka Ibu Saherah juga harus memberikan beras seberat satu kuintal pada Ibu Zubaida, sebab dulu pada waktu Ibu Saherah hajatan, Ibu Zubaida memberikan berat dengan berat yang sama. 4.2 Gambaran Umum Pertanian Rumput Laut Di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah

Budidaya rumput laut diperairan Selat Madura Kabupaten Sumenep, pertama kali dilakukan pada tahun 1989 di Giliraja Kecamatan Giligenting. Budidaya Rumput Laut di perairan pantai Desa Pakandangan Tengah, didahului dengan sebagian anggota masyarakat yang belajar di Pulau Giliraja selama satu periode tanam, yaitu kurang lebih satu tahun lamanya dengan menggunakan sistem rakit apung. Budidaya pertama kali di perairan Pakandangan Tengah pada bulan Oktober 1990 yaitu sebanyak 216 ton rumput laut basah. Petani yang membudidayakan rumput laut sebanyak 44 orang masing- masing memiliki antara 10-15 rakit dengan ukuran bervariasi, sehingga jumlah keseluruhan sekitar 550 rakit.

(63)

rumput lautnya berjarak 75 meter dari garis pantai agar rumput laut tidak terbawa arus apabila pasang dan tidak naik ke pantai apabila terjadi air laut surut.

4.3 Teknik Budidaya Rumput Laut Di Dusun Lauk Lorong, Desa Pakandangan Tengah.

I. Persiapan Rakit

Budidaya rumput laut di perairan pantai Pakandangan menggunakan metode apung dengan sistem rakit. Ukuran rakit yang banyak digunakan masyarakat adalah uk uran 7 x 9 meter. Tiap-tiap rakit terdiri dari 60 tali ris dan masing- masing tali ris terdiri dari 70-75 rumpun rumput laut. Pembuatan rakit ini sendiri memakan waktu kurang lebih tiga setengah jam untuk satu rakitnya. Pembuatan rakit ini biasanya dikerjakan oleh laki- laki tetapi perempuan juga ada yang melakukannya.

II. Penanaman

Budidaya rumput laut ini menggunakan bibit yang diambil dari hasil panen rumput laut yang telah berumur 40-45 hari yaitu dengan jalan memotong menjadi empat sampai lima bagian untuk kemudian ditanam kembali. Bibit digantungkan pada tali ris yang telah diikat dengan menggunakan tali rafia. Kegiatan ini dikerjakan oleh perempuan. Adapun berat awal tanam adalah 60 kilogram rumput laut basah per rakit. Satu rakit terdiri dari 60 ris yang tiap risnya membutuhkan satu kilogram bibit rumput laut.

(64)

III. Perawatan Rumput Laut

Pemeliharaan dilakukan satu minggu tiga kali yaitu dengan cara menggoyang-goyang tali ris ke atas dan ke bawah, dengan harapan kotoran dapat lepas. Bila sewaktu membersihkan rumput laut ada sebagian yang lepas karena busuk, biasanya langsung diganti dengan memetik sebagian rumput laut yang masih ada. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan. Seiring dengan pembersihan kotoran-kotoran dari rumput laut, biasanya juga dilakukan perbaikan-perbaikan sebagian rakit yang rusak, seperti tali ris yang putus, bambu yang patah, tiang pancang yang tercabut, pasak yang patah, adanya hama dan lainnya.

IV. Pemanenan

Lama pemeliharaan rumput laut di perairan adalah 40-45 hari. Setelah 45 hari rumput laut di panen. Cara pemanenan di sini ada dua cara yaitu panen petik dan panen total. Panen petik dapat juga dilakukan apabila dipergunakan untuk pembibitan. Panen total yaitu dilakukan dengan cara melepas tali ris yang terikat pada rakit, dikumpulkan dalam keranjang di bawa ke darat, atau dapat juga dilakukan rakit dibawa ke darat lalu tali ris dilepas dari rakit. Untuk pemanenan ini biasanya dilakukan pada saat air surut. Biasanya tiap satu rakit pada situasi normal untuk ukuran 7 x 9 meter dapat menghasilkan kurang lebih 350 kilogram.

(65)

penghujan sebab tidak memungkinkan unt uk menjemur rumput laut sehingga rumput laut direndam menggunakan garam. Harga untuk rumput laut baceman ini adalah Rp. 3.800/kg.

Rumput laut kering tawar dengan kadar air kurang lebih 35 persen. Rumput laut inilah yang memiliki kualitas paling baik dari rumput laut yang lainnya. Harga rumput laut inipun paling tinggi yaitu Rp. 4.500/kg. Hasil panen pun memiliki perbedaan antara rumput laut baceman dengan rumput laut kering tawar. Untuk tiga kuintal rumput laut basah dikeringkan dengan metode baceman menghasilkan 75 kilogram rumput laut kering, sedangkan untuk tiga kuintal rumput laut basah dikeringkan dengan metode kering tawar hanya menghasilkan 45 kilogram. Hal ini dikarenakan rumput laut kering tawar tidak mengandung garam sehingga hasil yang diperoleh lebih sedikit dan kualitasnya juga lebih baik daripada rumput laut baceman. Rumput laut kering tawar iniah yang paling banyak diminati oleh produsen.

Pengolahan Pasca Panen

Pengolahan pasca panen rumput laut ini banyak macamnya antara lain rumput laut siap olah, dodol, manisan, dan koktail. Adapun pembuatan dan analisa usahanya adalah sebagai berikut:

Rumput Laut Siap Olah

(66)

Rumput laut yang digunakan biasanya sebanyak 10 kilogram yang menghasilkan 100 bungkus rumput laut siap olah dengan total keuntungan Rp. 82.500 (Lampiran 4). Kegiatan ini memerlukan waktu selama kurang lebih lima hari sebab penjemuran rumput lautnya saja sudah tiga hari, lalu untuk pengemasan biasanya para pekerja memulai kegiatannya pukul 10.00 pagi dan berakhir pukul 15.00 sore dan biasa dikerjakan oleh perempuan.

Dodol Rumput Laut

Pembuatan dodol rumput laut ini membutuhkan waktu kurang lebih selama tiga jam dan yang mengerjakannya adalah perempuan. Keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan dodol ini sekitar Rp. 33.300 (Lampiran 5). Kegiatan ini dikerjakan oleh perempuan.

Manisan Kering Rumput Laut

Pembuatan manisan rumput laut ini kurang lebih membutuhkan waktu dua hari untuk menyelesaikannya dan dikerjakan oleh perempuan. Untuk satu kali produksi biasanya menghasilkan 35 kilogram manisan rumput laut (lima kilogram rumput laut siap olah). Keuntungan yang diperoleh dari pembuatan manisan ini adalah Rp. 83.250 (Lampiran 6) tentunya setelah dikurangi total biaya pengeluaran.

Koktail Rumput Laut

(67)

V. Perawatan Rakit

Perawatan rakit untuk budidaya rumput laut ini tidak membutuhkan banyak biaya. Tali rafia diganti apabila sudah dipergunakan sebanyak 10-12 kali tanam. Tali roope diganti apabila dipergunakan setelah kurang lebih tujuh tahun atau apabila sudah rusak. Perawatan rakit ini tidak menyita banyak waktu sebab tidak setiap saat dilakukan perawatan tetapi hanya pada saat ada bagian rakit yang rusak saja.

VI. Pemasaran dan Pengadaan Modal

Modal petani rumput laut untuk berbudidaya berasal dari modal yang dimilikinya atau modal perorangan. Jika ada petani yang tidak mempunyai modal pertama, petani bisa pinjam keketua kelompok tani yang ada. Penggantian pinjaman dilakukan dua kali apabila sudah panen rumput lautnya, tanpa bunga. Selain dengan cara seperti diatas ada cara lagi untuk mendapatkan modal yaitu melalui kredit yang diberikan oleh bermacam- macam lembaga. Lembaga yang memberikan kredit pada petani rumput laut tersebut adalah PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesis ir), BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Sumenep), Bank Jatim, dan Bank BNI. Kredit yang diberikan adalah kredit perorangan jadi tidak melalui kelompok. PEMP merupakan koperasi yang dibentuk oleh pemerintah yang memberikan kredit pada nelayan. Tetapi kebanyakan petani rumput laut kurang meminati program yang diberikan, sebab bunganya besar hingga satu koma delapan persen per tahunnya.

(68)

hanya membayar bunganya saja, baru setelah memasuki bulan keempat para petani membayar bunga beserta modalnya. Untuk kredit yang diberikan dari Bank Jatim para petani rumput laut kurang meminati sebab harus melalui prosedur yang rumit terlebih dahulu dan juga banyak potongan yang harus dibayar oleh para petani, sehingga nantinya petani tidak memperoleh jumlah bersih dari uang pinjamannya melainkan dipotong dahulu. Kredit yang diberikan oleh Bank BNI tidak terjangkau oleh petani rumput laut sebab plafon yang ditetapkan pihak Bank BNI untuk mendapatkan kredit bagi usaha kecil adalah 50 juta.

Pemasaran rumput laut tidak langsung dijual pada pabrik-pabrik besar, melainkan para petani melalui pengepul barulah dapat sampai ke pabrik-pabrik besar yang membutuhkan rumput laut mereka. Harga yang ditawarkan setiap pengepul tentulah berbeda-beda tergantung kualitas rumput lautnya. Adapun beberapa nama pabrik-pabrik besar yang membutuhkan pasokan rumput laut yang cukup besar dan menjadi produsen tetap petani rumput laut adalah PT. Satelit Sriti (Jawa Timur), PT. Amerta Sari (Jawa Timur), PT. Agarindo Bogatama (Jawa Barat), dan PT. Garlic Artha Bahari (Jawa Barat). Ada juga yang dari pengepul langsung diekspor sendiri ke luar negeri. Negara tujuan ekspor tersebut antara lain adalah: Taiwan, Hongkong, Korea, dan Amerika.

4.4 Tenaga kerja

(69)

rupiah, sedangkan untuk mengikat rumput laut ke tali tampar dihargai Rp. 500/ris. Biasanya untuk satu rakit membutuhkan tenaga kerja delapan orang untuk pemanenan. Pembuatan rakit dilakukan selama tiga setengah jam pada umumnya, dan pekerjaan ini dilakukan oleh laki- laki.

Kegiatan menarik rakit ke perairan biasanya dilakukan oleh laki- laki. Pengontrolan rumpun laut dapat dilakukan oleh laki- laki dan perempuan. Pemanenan lebih dominan dilakukan oleh laki- laki. Kegiatan pembersihan, penjemuran, dan pengemasan dapat dilakukan bersama-sama. Perempuan lebih dominan dalam kegiatan pengolahan pasca panen yang meliputi pembuatan dodol, manisan rumput laut, dan koktail. Pemasaran dan pengangkutan laki- laki pastinya lebih banyak berperan daripada peremp uan.

Tabel 6. Perbandingan Persentase Kegiatan Laki- Laki dan Perempuan Dalam Tahap Budidaya Rumput Laut di Desa Pakandangan Tengah Tahun 2007

Tahap Budidaya Rumput Laut Laki-Laki (dalam persen)

Sumber: masyarakat Dusun Lauk Lorong Tahun 2007

(70)

BAB V

SUMBERDAYA PRIBADI DAN PEMBAGIAN KERJA RESPONDEN NELAYAN RUMPUT LAUT

5.1 Sumberdaya Pribadi Responden

Sumberdaya pribadi responden terdiri dari umur responden, tingkat pendidikan, dan pendapatan per bulan. Sumberdaya pribadi responden ini dapat digunakan sebagai gambaran umum responden dalam penelitian ini.

5.1.1 Umur

Tabel 7 menunjukan kisaran umur responden suami paling banyak di 38-47 tahun, sedangkan untuk kisaran umur responden istri pada 28-37 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umur responden suami yang bekerja lebih tua dibandingkan umur responden istri. Responden suami tertua berumur 55 tahun, sedangkan untuk responden istri umur tertua berumur 45 tahun.

Tabel 7. Penggolongan Umur Responden Berdasarkan Jumlah Responden di Desa Pakandangan Tengah Khususnya Dusun Lauk Lorong, 2007

Penggolongan

Gambar

Tabel 1. Kerangka Analisis Harvard Profil Aktivitas
Tabel 2. Kerangka Analisis Harvard Profil akses dan Kontrol/Manfaat
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Desa Pakandangan Tengah 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika dikaitkan dengan sejarah dan latar belakang pantai pandawa yang merupakan sentra penghasil rumput laut dan juga desa nelayan sebelum menjadi daerah tujuan wisata,

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh panjang tali bentangan, bibit, tenaga kerja, umur panen dan pengalaman berusaha terhadap produksi rumput laut

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis produksi dan kualitas karaginan dari tiga varietas rumput laut K.alverezii yang di budidaya dengan metode

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh berbagai varietas rumput laut dan variasi kedalaman terhadap laju pertumbuhan spesifik harian dan tingkat

Tujuan pembahasan ini adalah untuk menganalisis bentuk dan konstruksi bangunan rumah nelayan rumput laut ditinjau dari organisasi ruang dan fungsi ruang di

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di Desa Kampung Bunga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe dengan tujuan untuk menganalisis prospek pengembangan pemasaran komoditas rumput laut

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh panjang tali bentangan, bibit, tenaga kerja, umur panen dan pengalaman berusaha terhadap produksi rumput laut