PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN UMUR JENIS KELAMIN
AGAMA DAN SUKU TERHADAP PENERIMAAN DAN
PENOLAKAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KB
DI KELURAHAN SIDOREJO HILIR
TUGAS AKHIR
HANNA JUSTICIA SIMANJUNTAK
052407093
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN UMUR JENIS KELAMIN AGAMA DAN SUKU TERHADAP PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN SIDOREJO HILIR
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
HANNA JUSTICIA SIMANJUNTAK 052407093
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN UMUR
JENIS KELAMIN AGAMA DAN SUKU TERHADAP PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN SIDOREJO HILIR
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : HANNA JUSTICIA SIMANJUNTAK
Nomor Induk Mahasiswa : 052407093
Program Studi : D-III STATISTIKA
Departemen : MATEMATIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di
Medan, Juni 2008
Diketahui/ Disetujui oleh
Departemen Matematika FMIPA USU Pembimbing,
Ketua,
Dr. Saib Suwilo, M.Sc Drs. Open Darnius S, M.Sc
PERNYATAAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, UMUR, JENIS KELAMIN, AGAMA DAN SUKU TERHADAP PENERIMAAN DAN PENOLAKAN PENGGUNAAN
ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN SIDOREJO HILIR
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan kasih karunia-Nya tugas akhir ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Drs. Open Darnius, M.Sc, selaku dosen pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan panduan, bimbingan dan nasehat serta penuh kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada saya untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Ucapan terimakasih juga saya ucapkan kepada ketua Departemen Matematika, Dr. Saib Suwilo, M.Sc dan sekretaris Departemen Matematika, Drs. Henri Rani Sitepu, M.Si, Dekan dan Pembantu Dekan FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU, semua sahabat-sahabat saya selama kuliah 3 tahun ini, khusus kepada teman saya, Donny, Lena, Hotma, Fransisca dan juga teman yang lain yang telah membantu saya. Dan secara khusus lagi saya mengucapkan terima kasih saya kepada kedua orang tua yang telah melahirkan saya, saudara-saudara saya yang selalu memberikan dukungan semangat dan doa, dan semua orang yang saya kenal yang tidak tersebutkan namanya satu persatu terima kasih atas pengorbanan dan bimbingannya selama ini serta terima kasih atas segala dukungan, semangat, dan perhatian yang telah diberikan selama saya kuliah sampai dengan terselesainya Tugas Akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
DAFTAR ISI
Halaman
Judul i
Persetujuan ii
Pernyataan iii Penghargaan iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Manfaat dan Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 4
1.6 Metodologi Penelitian ... 5
1.6.1 Jenis Penelitian ... 5
1.6.2 Populasi dan Sampel ... 5
1.6.3 Metode Pengumpulan Data ... 5
1.6.4 Metode Pengolahan Data ... 6
1.7 Definisi Operasional ... 6
1.8 Tinjauan Pustaka ... 8
1.9 Sistematika Penulisan ... 9
Bab 2 Tinjauan Teoritis 2.1 Statistik Nonparametrik ... 11
2.2 Hipotesa ... 13
2.3 Analisis yang Digunakan ... 14
2.3.1 Analisa Univariat ... 14
2.3.2 Analisa Bivariat ... 14
2.4 Uji Chi-Kuadrat ... 15
2.4.1 Uji Independen Antara Dua Faktor ... 17
2.4.2 Koefisien Kontingensi ... 19
2.4.3 Metode Analisa ... 20
Bab 3 Sejarah Singkat Tempat Riset 3.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Tembung ... 25
3.2. Jumlah Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir ... 27
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian 4.1. Analisa ... 29
4.1.1 Analisa Univariat ... 29
4.1.1.1 Tingkat Pendidikan ... 30
4.1.1.2 Umur ... 31
4.1.1.3. Jenis Kelamin ... 31
4.1.1.4 Agama ... 32
4.1.1.5 Suku ... 32
4.1.2.1 Penerimaan dan Penolakan Responden
Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 33
4.1.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 34
4.1.2.3 Pengaruh Umur dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 37
4.1.2.4 Pengaruh Jenis Kelamin Dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 41
4.1.2.5 Pengaruh Agama dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 44
4.1.2.6 Pengaruh Suku dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB ... 48
4.2 Evaluasi ... 51
Bab 5 Implementasi Sistem 5.1 Pengertian ... 53
5.2 Statistik dan komputer ... 53
5.3 SPSS dan Komnputer Statistik ... 54
5.4 Mengoperasikan SPSS ... 55
Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Tingkat Pendidikan, 2008 ... 27
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Umur, 2008 ... 27
Tabel 3.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Jenis Kelamin, 2008
Tabel 3.4 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Agama, 2008 ... 27
Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Suku, 2008 ... 28
Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 30
Tabel 3.7 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Umur di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 31
Tabel 3.8 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut jenis Kelamin di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 31
Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Agama di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 32
Tabel 3.10 Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
menurut Suku di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 32
Tabel 3.11 Distribusi Responden menurut Penerimaan dan Penolakan
responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 33
Tabel 3.12 Pengaruh Tingkat Pendidikan Responden dengan
Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian
Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 34
Tabel 3.13 Pengaruh Umur Responden dengan Penerimaan
dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
Tabel 3.14 Pengaruh Jenis Kelamin Responden dengan Penerimaan dan
Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 41
Tabel 3.15 Pengaruh Agama Responden dengan Penerimaan dan
Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 ... 44
Tabel 3.16 Pengaruh Suku Responden dengan Penerimaan dan
Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kependudukan erat kaitannya dengan sektor pembangunan lainnya. Oleh
karena itu kebijaksanaan di bidang kependudukan selama Repelita IV diarahkan untuk
meningkatkan keterpaduan pelaksanaan dengan program pembangunan lainnya.
Usaha-usaha yang telah dilaksanakan selama Repelita IV di bidang kependudukan
diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan serta persebaran penduduk dan
meningkatkan kualitas penduduk. Bersama-sama dan selaras dengan kebijaksanaan di
bidang-bidang lain, kebijaksanaan kependudukan tersebut juga diarahkan pada
peningkatan taraf hidup masyarakat, pembangunan daerah dan penciptaan lapangan
kerja.
Pembangunan nasional di bidang sosial ekonomi telah memberikan dampak
positif terhadap pemecahan masalah-masalah kependudukan. Walaupun demikian,
hingga tahun terakhir Repelita IV pertumbuhan penduduk masih perlu diturunkan
sedangkan kualitas penduduk masih perlu ditingkatkan. Masalah lain adalah
persebaran yang belum merata. Tingginya laju pertumbuhan penduduk disebabkan
Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan hasil-hasil pembangunan
kurang bisa dirasakan masyarakat. Oleh karena itu upaya langsung untuk menurunkan
tingkat kelahiran masih perlu ditingkatkan. Tingginya angka kelahiran di Indonesia
disebabkan oleh besarnya proporsi penduduk yang masuk dalam pasangan usia subur
(PUS). Upaya langsung untuk menurunkan tingkat kelahiran dilaksanakan melalui
program keluarga berencana, yaitu dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) agar
memakai alat kontrasepsi. Di samping tujuan penurunan tingkat kelahiran,
keikutsertaan dalam program keluarga berencana juga dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan kesejahteraan penduduk, terutama ibu dan anak. Kegiatan penerangan
dan motivasi keluarga berencana dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kesadaran,
pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam berkeluarga berencana. Dengan
telah besarnya jumlah peserta program KB, maka pelaksanaan program ini perlu
makin ditingkatkan kualitasnya. Sehubungan dengan itu maka pesan-pesan
penerangan KB telah diarahkan kepada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif
dengan tingkat perlindungan terhadap kehamilan yang lebih tinggi.
Kegiatan penerangan juga meliput penerangan medis yang bertujuan
meningkatkan pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi. Dengan pengetahuan
tersebut, penduduk dapat menentukan pilihan alat kontrasepsi yang cocok sehingga
memberi pengayoman lebih tinggi yang akhirnya akan meningkatkan kelestariannya
dalam berkeluarga berencana. Sejalan dengan penerangan medis juga dilaksanakan
kampanye reproduksi sehat di seluruh Indonesia yang dilengkapi dengan alat peraga.
Guna menunjang usaha tersebut telah diperkenalkan pelayanan KB Lingkaran Biru.
memperoleh pelayanan KB melalui dokter, bidan praktek swasta dan apotek secara
mandiri.
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk
menganalisa tentang ada tidaknya pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin,
agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB.
Untuk mengetahui hal tersebut maka penulis mengambil judul tulisan ini, yaitu :
“Pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir”.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, agama dan suku terhadap
penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo
Hilir.
1.3 Batasan Masalah
Agar penelitian yang dibuat tidak menyimpang dari sasaran yang telah ditentukan,
maka batasan masalah hanya difokuskan terhadap pengaruh tingkat pendidikan, umur,
jenis kelamin, agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat
kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir.
1. Populasi yang dipilih adalah PUS di Kelurahan Sidorejo Hilir
2. Besar sampel yang ditentukan adalah sebanyak 85 orang
1.4 Manfaat dan Tujuan Penelitian
Adapun manfaat dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat
kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir.
2. Apa yang mengakibatkan adanya pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis
kelamin, agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat
kontrasepsi KB di Kecamatan Medan Tembung khususnya di Kelurahan
Sidorejo Hilir.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada masyarakat PUS di
Kecamatan Medan Tembung khususnya di Kelurahan Sidorejo Hilir dan dilakukan
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu menggambarkan beberapa
faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penolakan masyarakat terhadap
pemakaian alat kontrasepsi KB.
1.6.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua nilai, baik hasil perhitungan maupun pengukuran, kuantitatif
maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang
lengkap dan jelas.
Jadi populasi dalam penelitian ini adalah mencakup semua pasangan suami istri yang
berumur 18-50 tahun (PUS) yang ada di kelurahan tersebut.
Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga maka tidak semua populasi diteliti.
Sedangkan dalam hal ini penulis menetapkan sampel sebanyak 85 PUS.
1.6.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer & data sekunder, data
primer yaitu melakukan suatu survai di Kelurahan Sidorejo Hilir dengan membagikan
kuesioner kepada pasangan usia subur (PUS) yang merupakan alat pengumpulan data
pokok. Data sekunder yaitu diperoleh dari kantor lurah. Data yang diperoleh tersebut
1.6.4 Metode Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah masuk apakah semua pertanyaan
telah diisi.
2. Koding, yaitu memberi kode atau angka-angka tertentu pada kuesioner.
3. Mengelompokkan PUS ( sampel ) dalam dua kelompok yaitu :
1. Kelompok PUS yang menerima dan memakai alat kontrasepsi adalah PUS
yang ikut KB.
2. Kelompok PUS yang menolak memakai alat kontrasepsi adalah PUS yang
tidak ikut KB.
4. Analisa data yaitu menganalisa data primer yang telah terkumpul dan disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi baik tabel tunggal maupun tabel silang. Dari tabel
silang dapat dilakukan uji Chi - square ( X2- test).
1.7 Definisi operasional
1. Keluarga Berencana
Adalah suatu usaha manusia yang disengaja untuk mengatur kehamilan
keluarga, secara tidak melawan agama, undang-undang negara dan moral
Pancasila demi mencapai kesejahteraan masyarakat, bangsa dan Negara pada
umumnya.
2. Alat Kontrasepsi
3. Penerimaan Masyarakat
Adalah kesediaan / kemauan masyarakat untuk mempergunakan salah satu
alat kontrasepsi yang tersedia. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah
penduduk sasaran yang direncanakan untuk dilayani atau dicapai.
4. Pasangan Usia Subur ( PUS )
Adalah pasangan yang isterinya berumur 15 – 49 tahun, dalam hal ini
pasangan suami isteri di bawah atau lebih dari 49 tahun dan tetap mendapat
menstruasi.
5. Tingkat Pendidikan
Adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh responden. Selanjutnya
tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tingkat pendidikan SD, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi ( PT ).
6. Umur
Adalah lamanya hidup seseorang, dimana umur responden dinyatakan dalam
tahun, saat penelitian dilakukan. Selanjutnya umur dikategorikan menjadi 3
kategori yaitu umur muda ( 15 – 29 tahun ), umur sedang ( 30 – 39 tahun ) dan
umur tua ( 40 – 49 tahun ).
7. Jenis Kelamin
Adalah semua responden yang dikategorikan ke dalam laki-laki dan
perempuan yang termasuk dalam pasangan usia subur ( PUS ).
8. Agama
Adalah agama yang dianut berdasarkan pengakuan responden. Ukurannya
9. Suku
Adalah jenis suku yang dianut berdasarkan pengakuan responden. Ukurannya
Suku Jawa, Batak Mandailing, Batak Toba dan Batak Karo.
10.Responden
Adalah semua pasangan usia subur ( PUS ) yang berumur 15 - 49 tahun.
1.8 Tinjauan Pustaka
Buku Bambang Soepono. Statistik Terapan, menjelaskan tentang pengertian
Chi-Kuadrat yakni teknik analisis statistic untuk mengetahui signifikansi perbedaan
hubungan proporsi ( dan atau probabilitas ) subjek atau objek penelitian yang datanya
telah dikategorikan.
Dasar pijakan analisi dengan Chi-Kuadarat adalah frekuensi yang ada. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gullford dan Fruhter ( 1978 : 193 ) : “Chi Square is used with
data in the form of frequencies all data can be readly transformed into frequencies.
This is includes proportion and probabilities”.
The Hesperian Foundation, Brekeley, California, 1997. Where Women Have No
Doctor: A Health Guide for Women menjelaskan bahwa setiap tahun, ada 500.000
perempuan meninggal akibat berbagai masalah yang melingkupi kehamilan,
persalinan, dan pengguguran kandungan (aborsi) yang tak aman. KB bisa mencegah
1.9 Sistematika Penulisan
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Batasan Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka,
dan Sistematika Penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang menyangkut pengertian
dan penyelesaian permasalahan atau landasan penulisan bab-bab
berikutnya.
BAB 3 : SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET
Bab ini menguraikan pembahasan mengenai sejarah Kecamatan
Medan Tembung.
BAB 4 : ANALISA DAN EVALUASI
Bab ini menguraikan pembahasan mengenai pengolahan dan analisa
yang terdapat pada landasan teori.
BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini menerangakan pemakaian sistem yang telah dirancang dan
BAB 6 : KESIMPULAN
Bab ini menerangkan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban
atas permasalahan serta saran berupa pernyataan atau judul keluar
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Statistik Nonparametrik
Uji statistik nonparametrik adalah uji yang modelnya tidak menetapkan
syarat-syaratnya yang mengenai parameter-parameter populasi yang merupakan induk
sampel penelitiannya. Oleh karena itu, observasi-observasi independen dan variabel
yang diteliti pada dasarnya memiliki kontinuitas. Uji metode nonparametrik atau
bebas sebaran adalah prosedur pengujian hipotesa yang tidak mengasumsikan
pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi yang mendasarinya kecuali selama
itu kontinu.
Dalam kegiatan penelitian, biasanya lebih banyak digunakan analisis statistik
parametrik daripada statistik nonparametrik. Statistik parametrik digunakan jika kita
telah mengetahui model matematis dari distribusi populasi suatu data yang akan
dianalisis. Jika kita tidak mengetahui suatu model distribusi populasi dari suatu data
dan jumlah data relatif kecil atau asumsi kenormalan tidak selalu dapat dijamin penuh,
maka kita harus menggunakan statistik nonparametrik (statistik bebas distribusi).
Satistik nonparametrik memiliki keunggulan atau kelebihan yaitu kebanyakan
prosedur nonparamnetrik memerlukan asumsi dalam jumlah yang minimal maka
dilakukan dengan cepat dan mudah, terutama bila terpaksa dilakukan secara manual.
Jadi penggunaan prosedur-prosedur ini menghemat waktu yang diperlukan untuk
perhitungan dan ini merupakan bahan pertimbangan bila hasil penyajian harus segera
tersaji atau bila mesin hitung berkemampuan tinggi tidak tersedia. Dengan statistik
nonparametrik para peneliti juga dengan dasar matematika dan statistik yang kurang,
biasanya konsep dan metode prosedur nonparametrik mudah dipahami.
Prosedur-prosedur nonparametrik boleh diterapkan bila data telah diukur dengan menggunakan
skala pengukuran.
Sedangkan kelemahan dari satistik nonparametrik adalah karena perhitungan-
perhitungan yang dibutuhkan untuk kebanyakan prosedur nonparametrik cepat dan
sederhana, prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk kasus-kasus yang lebih tepat
bila ditangani prosedur-prosedur nonparametrik sehingga cara seperti ini sering
menyebabkan pemborosan informasi. Kendatipun prosedur nonparametrik terkenal
karena prinsip perhitungan yang sederhana, pekerjaan hitung-menghitung selalu
membutuhkan banyak tenaga dan akan menimbulkan kejenuhan. Dalam implementasi,
penggunaan prosedur yang tepat merupakan tujuan dari peneliti. Beberapa parameter
yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penggunaan statistik nonparametrik
adalah:
1. Hipotesis yang diuji tidak melibatkan parameter populasi
2. Skala yang digunakan lebih lemah dari skala prosedur parametrik
Banyak prosedur nonparametrik yang dapat digunakan dalam analisis statistik,
diantaranya :
1. Uji Chi-Square
2. Uji Binomial
3. Uji Run
4. Uji Kolmogorov Smirov Satu Sampel
5. Uji dua sampel independen
6. Uji beberapa sampel independen
7. Uji dua sampel yang berkaitan
8. Uji beberapa sampel yang berkaitan
2.2 Hipotesa
Hipotesa secara etimologis dibentuk dari dua kata yaitu, kata hypo yang berarti kurang
dan thesis yang berarti pendapat. Jadi hipotesis artinya suatu kesimpulan yang masih
kurang, yang masih belum sempurna. Pengertian ini kemudian diperluas dengan
maksud sebagai kesimpulan yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan
dengan membuktikan kebenaran hipotesa tersebut. Pembuktian itu hanya dapat
dilakukan dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan.
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki untuk menentukan hipotesa adalah :
1. Hipotesis harus muncul dan ada hubungan dengan teori serta masalah yang
diteliti
3. Hipotesis harus dapat diuji atau terukur tersendiri untuk menetapkan hipotesis
yang besar kemungkinannya didukung oleh data empirik.
Perlu diingat, apapun syarat suatu hipotesis, yang jelas bahwa penampilan
setiap hipotesis adalah bentuk statement, yaitu pernyataan tentang sifat atau keadaan
hubungan dua atau lebih variabel yang akan diteliti.
Adapun jenis hipotesis yang mudah dimengerti adalah hipotesis nol (Ho),
hipotesis alternatif (Ha), hipotesis kerja (Hk). Tetapi yang biasa adalah Ho yang
merupakan bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada
hubungan antara variabel x dan variabel y yang akan diteliti atau variabel independen
(x) tidak mnempengaruhi variabel dependen (y).
2.3 Analisis Yang Digunakan
2.3.1 Analisa Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel
independen dan variabel dependen.
2.3.2 Analisa Bivariat
Hipotesa yang diuji biasanya adalah kelompok berbeda dalam ciri khas tertentu,
dengan demikian perbedaan itu berhubungan dengan frekuensi relatif masuknya
Untuk menguji hipotesa ini kita menghitung banyak kasus dari masing-masing
kelompok yang termasuk dalam berbagai kategori dan membandingkan proporsi dari
kasus-kasus dari satu kelompok dalam berbagai kategori dengan proporsi kasus dari
kelompok yang lain. Dalam analisa ini digunakan hipotesa Chi-Kuadrat.
2.4 Uji Chi-Kuadrat
Uji Chi-Kuadrat merupakan salah satu prosedur nonparametrik yang dapat digunakan
dalam analisis statistik yang sering digunakan dalam praktek. Teknik Chi-Kuadrat
(Chi-Square : Chi dibaca : Kai, simbol dari huruf Yunani :χ2) ditemukan oleh Helmet
pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun 1900, pertama kali diperkenalkan kembali
oleh Karl Pearson.
Uji Chi-Kuadrat digunakan untuk menguji kebebasan antara dua sampel
(variabel) yang disusun dalam tabel baris kali atau kolom atau menguji keselarasan
dimana pengujian dilakukan untuk memeriksa ketergantungan dan homogenitas
apakah data sebuah sampel yang diambil menunjang hipotesis yang menyatakan
bahwa populasi asal sampel tersebut mengikuti suatu distribusi yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu, uji ini juga disebut uji keselarasan (goodness of fit test), karena untuk
menguji apakah sebuah sampel selaras dengan salah satu distribusi teoritis (seperti
distribusi normal, uniform, binomial dan lainnya).
Pada kedua prosedur tersebut selalu meliputi perbandingan frekuensi yang
teramati dengan frekuensi yang diharapkan bila hipotesis nol ditetapkan benar, karena
skala interval saja, melainkan juga data skala nominal, yaitu yang berupa
penghitungan pemunculan tertentu.
Penghitungan frekuensi pemunculan juga sering dikaitkan dengan
penghitungan persentase, proporsi atau yang lain yang sejenis. Chi-Kuadrat adalah
teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji probabilitas seperti itu, yang
dilakukan dengan cara mempertentangkan antara frekuensi yang benar-benar terjadi,
frekuensi yang diobservasi, observed frequencies (disingkat Fo atau O) dengan
frekuensi yang diharapkan, expected frequencies (disingkat Fh atau E).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan Chi-Kudarat,
yaitu :
1. Chi-Kuadrat digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk frekuensi
2. Chi-Kuadrat tidak dapat digunakan untuk menganalisa besar atau kecilnya
korelasi dari variabel-variabel yang dianalisa.
3. Chi-Kuadrat pada dasarnya belum dapat menghasilkan kesimpulan yang
memuaskan.
4. Chi-Kuadrat cocok digunakan untuk data kategorik, data diskrit atau data
nominal.
Cara menentukan interpretasi terhadap Chi-Kuadrat adalah dengan
menentukan df (degree of freedom). Setelah itu berkonsultasi tabel harga kritik
Chi-Kuadrat. Selanjutnya membandingkan antara harga Chi-Kuadrat dari hasil
perhitungan dengan harga kritik Chi-Kuadrat, akhirnya mengambil kesimpulan
1. Bila harga Chi-Kuadrat (χ2) sama atau lebih besar dari tabel Chi-Kuadrat
maka hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima.
2. Bila harga Chi-Kuadrat (χ2) lebih kecil dari tabel Chi-Kuadrat maka
hipotesa nol (Ho) diterima dan hipotesa alternatif (Ha) ditolak.
Ada beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan mengambil manfaat dari
Chi-Kuadrat diantaranya :
2.4.1 Uji Independen Antara Dua Faktor
Banyak data hasil pengamatan yang dapat digolongkan ke dalam beberapa faktor,
karakteristik atau atribut terdiri dengan tiap faktor atau atribut terdiri dari beberapa
klasifikasi, kategori, golongan atau mungkin tingkatan. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap penomena demikian akan diselidiki mengenai asosiasi atau hubungan atau
independen atau bebas, tepatnya bebas statistik. Selain daripada itu akan diselidiki ada
atau tidaknya pengaruh mengenai beberapa taraf sesuatu faktor terhadap kejadian
fenomena.
Secara umum untuk menguji independen antar dua faktor dapat dijelaskan
sebagai berikut : misalkan diambil sebuah sampel acak berukuran n, dan tiap
pengamatan tunggal diduga terjadi karena adanya dua macam faktor I dan II. Faktor I
terbagi atas b taraf atau tungkatan dan faktor II terbagi atas k taraf. Banyak
pengamatan yang terjadi karena taraf ke-I faktor ke I (i = 1, 2, 3,...) dan taraf ke-j
sebuah daftar kontingensi b x k. Pasangan hipotesis yang akan diuji berdasarkan data
dengan memakai penyesuaian persyaratan data yang diuji sebagai berikut :
Ho : Kedua faktor bebas statistik
H1 : Kedua faktor tidak bebas statistic
Tabel yang disajikan akan dianalisis untuk setiap sel yang diperlukan
kemudian dibentuk tabel kontingensi. Data tabel tersebut di atas agar dapat dicari
hubungan antara faktor-faktor dengan menggunakan statistik uji Chi-Kuadrat.
Pengujian eksak sukar digunakan, karena disini hanya akan dijelaskan
pengujian yang bersifat pendekatan. Untuk ini diperlukan frekuensi teritorik atau
banyak gejala yag diharapkan terjadi yang disini akan dinyatakan dengan Eij.
(
n xn)
n Eij = io oj /Dengan :
Eij = Banyak data teoritik (Banyak gejala yang diharapkan terjadi)
nio = Jumlah baris ke-i
noj = Jumlah baris ke-j
n = Total jumlah data
Dengan demikian misalnya didapat nilai teoritik masing-masing data :
(
n xn)
nE11 = 10 01 / ; E12 =
(
n10xn02)
/n(
n xn)
nE21 = 20 01 / ; E22 =
(
n20xn02)
/n Dan seterusnya....Sehingga nilai statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas adalah:
(
)
∑∑
= = −= B
j i
K
i
j ij ij ij
E E
O 2
2
χ
Dengan :
ij
O adalah banyak data hasil pengamatan
ij
E adalah banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi)
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Terima H jika o χ2hitung < χ2tabel
Dalam taraf nyata α =0,05 dan derajat kebebasan (dk) untuk distribusi
Chi-Kuadrat adalah (b-1)(k-1), dalam hal yang lainnya kita terima hipotesisH0.
2.4.2 Koefisien Kontingensi
Kegunaan teknik koefisien kontingensi yang diberi symbol C, adalah untuk mencari
atau menghitung keeratan hubungan antara dua variabel yang mempunyai gejala
ordinal (kategori), paling tidak berjenis nominal.
Cara kerja atau perhitungan koefisien kontingensi sangatlah mudah jika nilai
Chi-Kuadrat sudah diketahui. Oleh karena itu biasanya para peneliti menghitung harga
koefisien kontingensi setelah menemukan harga Chi-Kuadrat. Fleksibelitas rumusan
ini adalah, tidak terbatas pada beberapa banyaknya kategori-kategori pada sel-sel
petak atau tabel Chi-Kuadrat. Tes signifikansiyang digunakan tetap menggunakan
dikurangi satu dikalikan dengan jumlah baris dikurangi satu (k-1 kali b-1). Rumus
untuk menghitung koefisien kontingensi adalah :
N C
hitung hitung
+
= 2
2
χ χ
Dengan :
1
C = Koefisien Kontingensi
hitung
2
χ = Hasil perhitungan Chi-Kuadrat
N = banyak data
2.4.3 Metode Analisa
Dalam penelitian ini dilakukan metode analisa kuantitatif dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
Langkah 1 :
Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan penelitian ke
Kelurahan Sidorejo Hilir.
Langkah 2 :
Dari data yang dianalisis, lalu disusun dalam tabel distribusi frekuensi
Langkah 3:
Dari data yang dianalisisi maka dapat dibentuk daftar frekuensi yang diamati
seperti di bawah ini.
FAKTOR II (K TARAF)
JUMLAH
F
AK
T
O
R I
(B
T
ARAF
) 1 2 K
1 O11 O12 ... O1K n10 2 O21 O22 ... O2K n20
: : : : : :
: : : : : :
Dengan : Faktor I dan Faktor II adalah faktor-faktor yang membentuk daftar
kontingensi dengan b baris dan dan k kolom. nij adalah frekuensi yang
diamati.
( )
∑
= = b i ij E i N 1; i=1,2,3,...,b
( )
∑
= = k j ij E j N 1; i=1,2,3,...,k
Langkah 4 :
Tentukan frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati dengan rumus:
(
n xn)
n Eij = io oj /Dengan :
Eij = Frekuensi yang diharapkan
n = Jumlah data yang diamati
Dari rumus diatas dapat disusun tabel kontingensi dari frekuensi yang diharapkan.
FAKTOR II (K TARAF)
JUMLAH F AK T O R I (B T ARAF
) 1 2 K
1 O11 O12 ... O1K n10 2 O21 O22 ... O2K n20
: : : : : :
: : : : : :
B OB1 OB2 ... OBK NBO JUMLAH n02 ... ... nok n
Dengan terbentuknya daftar frekuensi yang diamati dan daftar frekuensi yang
diharapkan maka dapat ditentukan harga χ2.
Langkah 5 :
Untuk menghitung harga Chi-Kuadrat, perlu perhatikan kriteria sebagai berikut :
2. Frekuensi teoritis (Eij) minimum harus 5 setiap kotak, sebab χ2 hanya berlaku
apabila Eij≥5. Dengan kata lain apabila Eij < 5 maka χ2terhadap data tidak
dapat dioertanggungjawabkan. Untuk tabel dua baris dan dua kolom dan untuk
lebih dari 2 x 2 sebelum menghitung χ2
perlu diperhatikan dahulu Eij pada
setiap kotak dalam tabel. Jika syarat tidak dipenuhi maka beberapa kolom atau
baris perlu digabung.
3. setiap kotak tidak boleh mempunyai frekuensi kurang dari 1.
Setelah kriteria-kriteria di atas dipenuhi maka harga χ2
dapat dihitung dengan
rumus
(
)
∑∑
= = −= B
j i
K
i
j ij ij ij
E E
O 2
2
χ
Untuk menguji apakah harga χ2
dianggap berarti pada suatu level of significant
tertentu harus diketahui nilai kritis dari χ2dengan menggunakan daftar pencarian
harga Chi-Kuadrat yang dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil
perhitungan. Dengan membaca nilai Chi-Kuadrat yang tepat harus terlebih dahulu
dipilih confidence coefficient yang akan dipakai dan degree of freedom nya. Untuk
hal yang umum degree of freedom ini adalah sama dengan perkalian (k-1) dan
(b-1) atau baris dikalikan kolom. Degree of freedom = (k-1) (b-1)
Langkah 6 :
Hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, agama
dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi
H1 = Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, agama
dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi
KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Terima H jika o χ2hitung < χ2tabel
Langkah 7 :
Selanjutnya akan ditentukan koefisien kontingensi (C) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
N C
hitung hitung
+
= 2
2
χ χ
Dengan :
C = Koefisien Kontingensi
hitung
2
χ = Harga Chi-Kuadrat
N = Ukuran jumlah data
Harga C dipakai untuk nilai derajat asosiasi antar fakotr-faktornya adalah dengan
membandingkan harga C dengan koefisien kontingensi maksimum. Adapun harga
koefisien kontingensi maksimum dihitung dengan rumus sebagai berikut :
m m Cmaks
1
− =
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Langkah 8 :
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka kekeratan hubungan variabel I dan
variabel II ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini
mendekati 1 maka hubungan tambah erat dan bila Q menjauhi 1 maka hubungan 1
maka hubungan kedua variabel itu semakin kurang erat.
% 100 x C
C Q
maks
=
Dengan :
Q : Untuk menyatakan persentase derajat hubungan antara variabel I dan
variabel II
C : Koefisien Kontingensi
Cmaks : Koefisien Kontingensi maksimum
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut :
1. Sangat erat jika Q ≥ 0,70
2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69
3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
BAB 3
SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET
3.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan Tembung merupakan salah satu wilayah diantara 21 Kecamatan
yang terletak di sebelah Timur kota Medan yang langsung berbatasan dengan
Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Percut Sei Tuan.
Pada dasarnya Kecamatan Medan Tembung merupakan wilayah Kecamatan
Medan Denai yang di bentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara No. 138/402/K, Tanggal 5 Februari 1991 yang berstatus Perwakilan
Kecamatan Medan Denai I.
Kemudian keluarlah Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 1991 tanggal
7 September 1991, tentang pemekaran Kecamatan di Kota Medan dari 11 Kecamatan
menjadi 19 Kecamatan dimana salah satu diantaranya adalah Kecamatan Medan
Tembung, sedangkan 2 Kecamatan lagi pada waktu itu belum mendapat persetujuan
dari Departemen Dalam Negeri yaitu Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan
Medan Perjuangan.
Dengan beroperasinya Kecamatan Medan Tembung secara definitif maka
sedangkan Camat Kepala Wilayah yang menjalankan roda Pemerintahan pertama
sekali yaitu Drs. Ismail Nasution dan Camat kedua yaitu Drs.Musaddad, Camat ketiga
yaitu Drs. T. Irwansyah, Camat yang ke empat yaitu Drs. M. Ismail. Adapun Camat
menjalankan Pemerinyahan saat ini adalah Drs. Said Chaidir.
Adapun nama-nama Kelurahan dan nama Lurah di Kecamatan Medan
Tembung adalah sebagai berikut :
No Kelurahan Nama Lurah Status Korp
1 Bantan Drs. Khairul Amri PNS
2 Bantan Timur Drs. H. Ahmad Rambe PNS
3 Tembung Mohd. Sofyan. R PNS
4 Bandar Selamat Damos Harahap, S.Sos PNS
5 Sidorejo A. Fauzi Nasution PNS
6 Sidorejo Hilir Hermanto, SE PNS
7 Indra Kasih Drs. H. Pardamean PNS
Berdasarkan data-data yang diperoleh di Kelurahan dan Angka Hasil Proyeksi
Penduduk 2005 bahwa jumlah penduduk Kecamatan Medan Tembung sampai dengan
akhir tahun 2005 tercatat sebesar 137.210 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata
sebesar 17.637 jiwa/Km2.
Adapun ras penduduk asli Kecamatan Medan Tembung dulunya adalah suku
Jawa. Dengan adanya pengaruh pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun maka sampai akhir tahun 2005 suku yang terbanyak di Kecamatan
Medan Tembung adalah suku Batak Mandailing dan suku Jawa.
Bila ditinjau dari sudut mata pencaharian penduduk di Kecamatan Medan
Tembung kebanyakan bergerak di sektor jasa-jasa dan di sektor perdagangan,
disebabkan bahwa wilayah Kecamatan Medan Tembung termasuk wilayah pinggiran
yang cenderung sebagai tempat tinggal.
3.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir
Jumlah penduduk di Kelurahan Sidorejo Hilir menurut data BPS tahun 2008
lebih kurang 17.525 jiwa, dengan jumlah penduduk pasangan usia subur (PUS)
sebanyak 2230 jiwa.
[image:36.595.130.520.327.464.2]a. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 3.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Tingkat Pendidikan,
2008
No Tingkat Pendidikan Jumlah ( jiwa ) Persentase 1 2 3 4 SD SMP SMA PT 584 427 933 286 26,19 19,15 41,84 12,82
Jumlah 2230 100,00
b. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Tabel 3.2. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Umur, 2008
No Umur Jumlah ( jiwa ) Persentase
1 2 3 4 5 6 7
15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 - 49
309 429 380 366 278 258 210 13,86 19,24 17,04 16,40 12,47 11,57 9,42
Jumlah 2230 100,00
[image:36.595.135.519.701.762.2]c. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 3.3. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Jenis Kelamin,
2008
No Jenis Kelamin Jumlah ( jiwa ) Persentase
1 2 Laki-laki Perempuan 915 1315 41,03 58,97
d. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Tabel 3.4. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Agama, 2008
No Agama Jumlah ( jiwa ) Persentase
1 2 3 4 5
Islam Protestan Katholik Hindu Budha
1223 517 485 - 5
54,84 23,18 21,76 - 0,22
Jumlah 2230 100,00
[image:37.595.137.518.298.563.2]e. Jumlah Penduduk Menurut Suku
Tabel 3.5. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Suku, 2008
No Suku Jumlah ( jiwa ) Persentase
1 2 3 4
Jawa
Batak Mandailing Batak Toba Batak Karo
917 430 673 210
41,12 19,28 30,18 9,42
BAB 4
ANALISA DAN EVALUASI
4.1 Analisa
Di bawah ini akan disajikan hasil penelitian berdasarkan hasil pengumpulan data yang
diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap responden dalam bentuk tabel dan
uraian dari variabel yang sudah ditentukan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa sampel dalam penelitian ini
sebanyak 85 pasangan usia subur (PUS) yang istrinya termasuk dalam kelompok umur
15 – 49 tahun di Kelurahan Sidorejo Hilir, Kecamatan Medan Tembung.
4.1.1 Analisis Univariat
Hasil dari analisa data yaitu analisa univariat terhadap seluruh variabel disusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang seperti berikut ini :
Adapun penggolongan karekteristik responden di Kelurahan Sidorejo Hilir
tebagi atas 5 kelompok yaitu:
Adalah tingkat pendidikan formal yang ditempuh responden. Selanjutnya
tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tingkat pendidikan SD, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi (PT).
12.Umur
Adalah lamanya hidup seseorang, dimana umur responden dinyatakan dalam
tahun, saat penelitian dilakukan. Selanjutnya umur dikategorikan menjadi 3
kategori yaitu umur muda (15 – 29 tahun), umur sedang (30 – 39 tahun) dan
umur tua (40 – 49 tahun).
13.Jenis Kelamin
Adalah semua responden yang dikategorikan ke dalam laki-laki dan
perempuan yang termasuk dalam pasangan usia subur (PUS).
14.Agama
Adalah agama yang dianut berdasarkan pengakuan responden. Ukurannya
Islam, Protestan, Katholik dan Budha.
15.Suku
Adalah jenis suku yang dianut berdasarkan pengakuan responden. Ukurannya
Suku Jawa, Batak Mandailing, Batak Toba dan Batak Karo.
[image:39.595.142.512.647.727.2]4.1.1.1 Tingkat Pendidikan
Tabel 3.6. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Tingkat
Pendidikan di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
N o T ingk at P en d id ik an J um lah ( j iw a ) P er s en t as e 1
2 3 4
SD SM P SM A PT
3 0 1 5 2 7 1 3
3 5, 2 9 1 7, 6 5 3 1, 7 6 1 5, 3 0
Dari tabel di atas terlihat tingkat pendidikan responden paling banyak ditingkat
SD sebesar 25,29% dan paling sedikit pada tingkat Perguruan Tinggi (PT) sebesar
15,30%.
[image:40.595.143.510.259.360.2]4.1.1.2 Umur
Tabel 3.7. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Umur di
Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
N o Um ur J um lah ( j iw a ) P er s en t as e 1 2 3 4 5 6 7
1 5 - 1 9 2 0 - 2 4 2 5 - 2 9 3 0 – 3 4 3 5 – 3 9 4 0 – 4 4 4 5 - 4 9
- 5 2 0 2 0 1 5 1 5 1 0 - 5, 88 2 3, 5 3 2 3, 5 3 1 7, 6 5 1 7, 6 5 1 1, 7 6 J um lah 8 5 1 00, 0 0
Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase responden pada kelompok umur
25 - 29 tahun dan 20 - 34 tahun sama yaitu 23,53 %, juga kelompok umur 35 - 39
tahun dan 40 - 44 tahun sama yaitu 17,65 %, dan persentase responden yang paling
sedikit adalah kelompok umur 20 – 24 tahun yaitu 5,88 %.
4.1.1.3 Jenis Kelamin
Tabel 3.8. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Jenis
Kelamin, 2008
N o J en is K el am in J um lah ( j iw a ) P er s en t as e 1
2
L ak i- lak i
P er em p u an
3 5
5 0
4 1, 1 8
5 8, 8 2 J um lah 8 5 1 00, 0 0
Dari tabel di atas menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki sebesar 41,18%
4.1.1.4 Agama
Tabel 3.9. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Agama di
Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
N o A g am a J um lah ( j iw a ) P er s en t as e 1
2
3
4
Is lam
Pr ot es t an
K at h olik
B ud h a
4 5
2 5
1 0
5
5 2, 9 4
2 9, 4 1
1 1, 7 7
5, 88 J um lah 8 5 1 00, 0 0
Tabel di atas diatas menunjukan bahwa agama Islam lebih banyak yaitu
sebesar 52,94%. Agama Protestan 29,41 %, Katholik 11,77%, sedangkan Budha
sebanyak 5,88% dari responden.
[image:41.595.142.512.573.702.2]4.1.1.5 Suku
Tabel 3.10. Distribusi Penduduk Kelurahan Sidorejo Hilir menurut Suku, 2008
No Suku Jumlah ( jiwa ) Persentase
1
2
3
4
Jawa
Batak Mandailing
Batak Toba
Batak Karo
35
15
25
10
41,18
17,65
29,41
11,76
Tabel di atas diatas menunjukan bahwa suku Jawa lebih banyak yaitu sebesar
41,18 %. Batak Mandailing 17,65 %, Batak Toba 29,41 %, sedangkan Batak Karo
sebanyak 11,76 % dari responden.
4.1.2 Analisis Bivariat
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin,
agama dan suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB
di Kelurahan Sidorejo Hilir, maka setiap tabel dilakukan uji Chi-Kuadrat yaitu dengan
cara mengamati jumlah frekuensi yang diharapkan dari frekuensi yang diamati yang
dapat ditentukan dengan rumus :
(
)
∑∑
= = −= B
j i
K
i
j ij ij ij
E E
O 2
2
χ
Dengan :
ij
O adalah banyak data hasil pengamatan
ij
E adalah banyak data teoritik (banyak gejala yang diharapkan terjadi) yaitu dengan
rumus :Eij =
(
nioxnoj)
/n [image:42.595.110.440.414.549.2]4.1.2.1 Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
N o Kemauan Ber-KB J um lah ( j iw a ) P er s en t as e 1
2
T er im a KB
T olak K B
5 0
3 5
5 8, 8 2
4 1, 1 8 J um lah 8 5 1 00, 0 0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang ikut KB sebesar 58,82%,
sedangkan responden yang tidak ikut KB sebesar 41,18%.
[image:43.595.141.513.85.146.2]4.1.2.2 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
Tabel 3.12. Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
K eput us an B er -KB Tingkat Pendidikan Jumlah
SD SMP SMA PT
f % f % f % f % f %
Terima KB Tolak KB 19 11 38,00 31,43 9 7 18,00 20,00 14 13 28,00 16,00 8 4 37,14 11,43 50 35 58,82 41,18
Jumlah 30 35,30 16 18,82 27 31,76 12 14,12 85 100,00
(
30 50)
/85 17,6511 = x =
E E21 =
(
30x35)
/85=12,35(
16 50)
/85 9,4112 = x =
E E22 =
(
16x35)
/85=6,59(
27 50)
/85 15,8813 = x =
E E23 =
(
27x35)
/85=11,12(
12 50)
/85 7,0614 = x =
E E24 =
(
12x35)
/85=4,94(
−) (
+ −) (
+ −) (
+ −)
+= 2 2 2 2
2 06 , 7 06 , 7 8 88 , 15 88 , 15 14 41 , 9 41 , 9 9 65 , 17 65 , 17 19 χ
(
) (
) (
)
2 2 2 12 , 11 12 , 11 13 59 , 6 59 , 6 7 35 , 12 35 , 12 11 − + − + −(
)
49 , 4 94 , 44− 2
+
=
2
χ 0,10+0,02+0,22+0,12+0,15+0,03+0,32+0,18
=
2
Dengan hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap penerimaan dan
penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB.
H1 = Terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap penerimaan dan
penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Terima H jika o χ2hitung < χ2tabel
Berdasarkan harga χ2hitung dibandingkan denganχ2tabel yaitu yang terdapat di
dalam tabel dengan ketentuan :
( )( ) ( )( )
−1 −1 = 2−1 4−1 =3= b k df
05 , 0
= α
maka :
(0,05;3) 7,185
2 =
χ
Dengan membandingkan harga χ2hitung dengan χ2tabel diketahui bahwa
tabel hitung 2
2 χ
χ > yakni 1,02 < 7,185 yang menyatakan Ho diterima dan H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap penerimaan dan
[image:44.595.103.523.283.585.2]Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat pengaruh antara tingkat pendidikan
terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB maka dapat
ditentukan koefisien kontingensi C dengan rumus :
N C
hitung hitung
+
= 2
2
χ χ
85 14 , 1
14 , 1
+ =
C
15 , 86
14 , 1 =
C
115 , 0
=
C
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa besarnya derajat pengaruh antara tingkat
pendidikan terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB
adalah 0,115.
Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi
antara tingkat pendidikan dengan kemauan ber-KB maka harga C ini perlu
dibandingkan dengan koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi. Harga C
maksimum ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
m m
Cmaks= −1
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
2 1 2− = Cmaks 2 1
= = 0,707
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan pengaruh variabel 1
dan variabel 2 ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini
disimbolkan dengan Q yaitu :
% 100 × = Cmaks C Q % 100 707 , 0 115 , 0 × = Q % 100 163 , 0 × = Q % 3 , 16 = Q
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut :
7. Sangat erat jika Q ≥ 0,70
8. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69
9. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
10.Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
11.Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
12.Tidak ada jika Q = 0,00
Karena Q=16,3% maka Q berada antara 0,10 dan 0,29 yang berarti pengaruh
antara tingkat pendidikan dengan kemauan ber-KB kurang erat.
Tabel 3.13. Pengaruh Umur dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
Keputusan Ber - KB
Umur
Jumlah
Muda Sedang Tua
f % f % f % f %
Terima KB Tolak KB 13 12 52 48 17 18 48,57 51,43 20 5 80,0 20,00 50 35 58,82 41,18
Jumlah 25 100,00 35 100,00 25 100,00 85 100,00
(
25 50)
/85 14,7111 = x =
E E21 =
(
25x35)
/85=10,29(
35 50)
/85 20,5912 = x =
E E22 =
(
35x35)
/85=14,41(
25 50)
/85 14,1713 = x =
E E23 =
(
25x35)
/85=10,29(
−) (
+ −) (
+ −)
+= 2 2 2
2 17 , 14 17 , 14 20 59 , 20 59 , 20 17 71 , 14 71 , 14 13 χ
(
) (
)
2 2 29 , 10 29 , 10 5 41 , 14 41 , 14 18 − + − = 2χ 0,20+0,63+1,90+2,28+0,89+2,72
=
2
χ 6,62
Dengan hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada pengaruh antara umur terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB.
H1 = Terdapat pengaruh antara umur terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan
alat kontrasepsi KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Berdasarkan harga χ2hitung dibandingkan denganχ2tabel yaitu yang terdapat di
dalam tabel dengan ketentuan :
( )( ) ( )( )
−1 −1 = 2−1 3−1 =2= b k df 05 , 0 = α maka :
(0,05;2) 5,991 2
[image:48.595.133.451.457.662.2]= χ
Dengan membandingkan harga χ2hitung dengan χ2tabel diketahui bahwa
tabel hitung 2
2 χ
χ > yakni 6,62 > 5,991 yang menyatakan Ho ditolak dan H1 diterima yang
berarti terdapat pengaruh antara umur terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat pengaruh antara umur terhadap
penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB maka dapat ditentukan
koefisien kontingensi C dengan rumus :
N C hitung hitung + = 2 2 χ χ 85 62 , 6 62 , 6 + = C 62 , 91 62 , 6 = C 269 , 0 = C
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa besarnya derajat pengaruh antara umur
Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi
antara umur dengan kemauan ber-KB maka harga C ini perlu dibandingkan dengan
koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi. Harga C maksimum ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
m m
Cmaks= −1
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Dalam penelitian ini, daftar kontingensi terdiri atas 2 baris dan 4 kolom, jadi
minimumnya adalah 2, sehingga :
2 1 2− = Cmaks 2 1
= = 0,707
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan pengaruh variabel 1
dan variabel 2 ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini
disimbolkan dengan Q yaitu :
% 100 × = Cmaks C Q % 100 707 , 0 269 , 0 × = Q % 100 380 , 0 × = Q % 38 = Q
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut :
3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
6. Tidak ada jika Q = 0,00
Karena Q=38% maka Q berada antara 0,30 dan 0,49 yang berarti pengaruh
antara umur dengan kemauan ber-KB cukup erat.
[image:50.595.106.531.318.660.2]4.1.2.4 Pengaruh Jenis Kelamin dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
Tabel 3.14. Pengaruh Jenis Kelamin dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008
Keputuasan Ber - KB
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan
f % f % f %
Terima KB Tolak KB 22 13 62,86 37,14 28 22 56 44 50 35 58,82 41,18
Jumlah 35 100,00 50 100,00 85 100,00
(
35 50)
/85 20,5911 = x =
E E21 =
(
35x35)
/85=14,41(
50 50)
/85 29,4112 = x =
E E22 =
(
50x35)
/85=20,59(
) (
2) (
2) (
2)
22 59 , 20 59 , 20 22 41 , 14 41 , 14 13 41 , 29 41 , 29 28 59 , 20 59 , 20 22 − + − + − + − = χ = 2
χ 0,10+0,07+0,13+0,10
=
2
χ 0,40
Dengan hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada pengaruh antara jenis kelamin terhadap penerimaan dan penolakan
H1 = Terdapat pengaruh antara jenis kelamin terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Terima H jika o χ2hitung < χ2tabel
Berdasarkan harga χ2hitung dibandingkan denganχ2tabel yaitu yang terdapat di
dalam tabel dengan ketentuan :
( )( ) ( )( )
−1 −1 = 2−1 2−1 =1= b k df
05 , 0
= α
maka :
(0,05;1) 3,841 2
= χ
Dengan membandingkan harga χ2hitung dengan χ2tabel diketahui bahwa
tabel hitung 2
2 χ
χ > yakni 0,41 < 3,841 yang menyatakan Ho diterima dan H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat pengaruh antara jenis kelamin terhadap penerimaan dan
penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat pengaruh antara jenis kelamin
terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB maka dapat
ditentukan koefisien kontingensi C dengan rumus :
N C
hitung hitung
+
= 2
2
χ χ
85 40 , 0
40 , 0
+ =
40 , 85
40 , 0 =
C
068 , 0
=
C
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa besarnya derajat pengaruh antara jenis
kelamin terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB adalah
0,068.
Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi
antara jenis kelamin dengan kemauan ber-KB maka harga C ini perlu dibandingkan
dengan koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi. Harga C maksimum ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
m m
Cmaks= −1
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Dalam penelitian ini, daftar kontingensi terdiri atas 2 baris dan 2 kolom, jadi
minimumnya adalah 2, sehingga :
2 1 2−
=
Cmaks
2 1
= = 0,707
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan pengaruh variabel 1
dan variabel 2 ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini
disimbolkan dengan Q yaitu :
% 100
× =
% 100 707 , 0 068 , 0 × = Q % 100 096 , 0 × = Q % 6 , 9 = Q
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut :
1. Sangat erat jika Q ≥ 0,70
2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69
3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
6. Tidak ada jika Q = 0,00
Karena Q =9,6% maka Q berada antara ≥ 0,70 yang berarti pengaruh antara
tingkat pendidikan dengan kemauan ber-KB sangat erat.
[image:53.595.108.525.598.760.2]4.1.2.5 Pengaruh Agama dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
Tabel 3.15. Pengaruh Agama dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir, 2008 K eput us an Be r - KB Agama Jumlah
Islam Protestan Khatolik Budha
f % f % f % f % f %
(
50 50)
/85 29,4111 = x =
E E21 =
(
50x35)
/85=20,59(
20 50)
/85 11,7612 = x =
E E22 =
(
20x35)
/85=8,24(
10 50)
/85 5,8813 = x =
E E23 =
(
10x35)
/85=4,12(
5 50)
/85 2,9414 = x =
E E24 =
(
5x35)
/85=2,06(
−) (
+ −) (
+ −) (
+ −)
+= 2 2 2 2
2 94 , 2 94 , 2 5 88 , 5 88 , 5 6 76 , 11 76 , 11 13 41 , 29 41 , 29 26 χ
(
) (
) (
)
2 2 2 12 , 4 12 , 4 4 24 , 8 24 , 8 7 59 , 20 59 , 20 24 − + − + − +(
)
06 , 2 06 , 20− 2
=
2
χ 0,395+0,130+0,002+1,441+0,564+0,187+0,003+2,060
=
2
χ 4,782
Dengan hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada pengaruh antara agama terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB.
H1 = Terdapat pengaruh antara agama terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o χ2hitung ≥χ2tabel
Terima H jika o χ2hitung < χ2tabel
Berdasarkan harga χ2hitung dibandingkan denganχ2tabel yaitu yang terdapat di
dalam tabel dengan ketentuan :
( )( ) ( )( )
−1 −1 = 2−1 4−1 =3= b k df 05 , 0 = α maka :
(0,05;3) 7,185 2
[image:54.595.129.526.100.303.2]Dengan membandingkan harga χ2hitung dengan χ2tabel diketahui bahwa
tabel hitung 2
2 χ
χ > yakni 0,97 < 7,185 yang menyatakan Ho diterima dan H1 ditolak yang
berarti tidak terdapat pengaruh antara agama terhadap penerimaan dan penolakan
penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo Hilir.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat pengaruh antara agama terhadap
penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB maka dapat ditentukan
koefisien kontingensi C dengan rumus :
N C
hitung hitung
+
= 2
2
χ χ
85 782 , 4
782 , 4
+ =
C
7821 , 89
782 , 4 =
C
231 , 0
=
C
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa besarnya derajat pengaruh antara agama
terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB adalah 0,231.
Agar harga C yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai derajat asosiasi
antara agama dengan kemauan ber-KB maka harga C ini perlu dibandingkan dengan
koefisien kontingensi maksimum yang biasa terjadi. Harga C maksimum ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
m m
Dengan m harga minimum antara b dan k atau antara jumlah baris dan kolom.
Dalam penelitian ini, daftar kontingensi terdiri atas 2 baris dan 4 kolom, jadi
minimumnya adalah 2, sehingga :
2 1 2− = Cmaks 2 1
= = 0,707
Dengan membandingkan C dengan Cmaks maka keeratan pengaruh variabel 1
dan variabel 2 ditentukan oleh persentasenya. Hubungan kedua variabel ini
disimbolkan dengan Q yaitu :
% 100 × = Cmaks C Q % 100 707 , 0 106 , 0 × = Q % 100 150 , 0 × = Q % 15 = Q
Dengan ketentuan-ketentuan Davis (1971) sebagai berikut :
1. Sangat erat jika Q ≥ 0,70
2. Erat jika Q antara 0,50 dan 0,69
3. Cukup erat jika Q antara 0,30 dan 0,49
4. Kurang erat jika Q antara 0,10 dan 0,29
5. Dapat diabaikan jika Q antara 0,01 dan 0,09
6. Tidak ada jika Q = 0,00
Karena Q=15% maka Q berada antara 0,10 dan 0,29 yang berarti pengaruh
4.1.2.6 Pengaruh Suku dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
Tabel 3.16. Pengaruh Suku dengan Penerimaan dan Penolakan Responden Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan Sidorejo
Hilir, 2008 K eput us an Be r - KB Suku Jumlah
Jawa Tiong-Hoa Toba Karo
f % f % f % f % f %
Terima KB Tolak KB 21 24 46,67 53,33 5 0 100,00 0 19 11 63,33 36,67 5 0 100,00 0 50 35 58,82 41,18
Jumlah 45 100,00 5 100,00 30 100,00 5 100,00 85 100,00
(
45 50)
/85 26,4711 = x =
E E21 =
(
45x35)
/85=18,53(
5 50)
/85 2,9412 = x =
E E22 =
(
5x35)
/85=2,06(
30 50)
/85 17,6513 = x =
E E23 =
(
30x35)
/85=12,35(
5 50)
/85 2,9414 = x =
E E24 =
(
5x35)
/85=2,06(
−) (
+ −) (
+ −) (
+ −)
+= 2 2 2 2
2 94 , 2 94 , 2 5 65 , 17 65 , 17 19 94 , 2 94 , 2 5 47 , 26 47 , 26 21 χ
(
) (
) (
) (
)
06 , 2 06 , 2 0 53 , 12 53 , 12 11 06 , 2 06 , 2 0 53 , 18 53 , 1824 2 2 2 − 2
+ − + − + − = 2
Dengan hipotesa yang diajukan adalah seperti di bawah ini :
Ho = Tidak ada pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan
alat kontrasepsi KB.
H1 = Terdapat pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan penggunaan
alat kontrasepsi KB.
Maka kriteria penerimaan dan penolakan hipotesa adalah sebagai berikut :
Tolak H jika o hitung tabel
2
2 χ
χ ≥
Terima H jika o hitung tabel
2
2 χ
χ <
Berdasarkan harga χ2hitung dibandingkan denganχ2tabel yaitu yang terdapat di
dalam tabel dengan ketentuan :
( )( ) ( )( )
−1 −1 = 2−1 4−1 =3= b k df
05 , 0
= α
maka :
(0,05;3) 7,185
2 =
χ
Dengan membandingkan harga χ2hitung dengan χ2tabel diketahui bahwa
tabel hitung 2
2
χ
χ > yakni 10,03 > 7,185 yang menyatakan Ho ditolak dan H1 diterima
yang berarti terdapat pengaruh antara suku terhadap penerimaan dan penolakan
[image:58.595.103.523.320.606.2]Selanjutnya untuk mengetahui seberapa erat pengaruh antara suku terhadap
penerimaan dan penolakan penggunaan alat kontrasepsi KB maka dapat ditentukan
koefisien kontingensi C dengan rumus :
N C hitung hitung + = 2 2 χ χ 85 03 , 10 03 , 10 + = C 03 , 95 03 , 10 = C 106 , 0 = C 325 , 0 = C
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa besarny