• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESCRIBE THE NEED FOR RAW MATERIALS, CAPITAL REQUIREMENTS, LABOR MARKETING SYSTEM TAHU AND TEMPE IN DISTRICT WAY HALIM BANDAR LAMPUNG PENGRAJIN TAHU DAN TEMPE DI KECAMATAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESCRIBE THE NEED FOR RAW MATERIALS, CAPITAL REQUIREMENTS, LABOR MARKETING SYSTEM TAHU AND TEMPE IN DISTRICT WAY HALIM BANDAR LAMPUNG PENGRAJIN TAHU DAN TEMPE DI KECAMATAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG DALAM MENGHADAPI TANTANGAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DESCRIBE THE NEED FOR RAW MATERIALS, CAPITAL REQUIREMENTS, LABOR MARKETING SYSTEM TAHU AND TEMPE IN DISTRICT WAY

HALIM BANDAR LAMPUNG By

Ranalia Andriana

One small business is the potential developed industry of making tofu and tempeh. If it is run serious business will definitely benefit as consumers tofu and tempeh are very broad, covering all social strata. Tofu and tempeh are not only consumed by the lower and middle classes, but also top class. It has seen the entry of products and tofu in the supermarket. Additionally, tofu and tempeh including nutritious side dishes and low cholesterol.

Formulation of the problem in this research is: "How are tofu and tempeh in facing challenges in the form of raw materials, capital requirements, labor requirements, and marketing systems in Sub Way Halim?"

The purpose of this study is to describe the need for raw materials, capital requirements, labor marketing system and tahu and tempe in District Way Halim Bandar Lampung.

This type of research is a qualitative research used to explain the data in the form of oral and written so that researchers can understand more deeply about the phenomena or social setting events associated with focusing problems to be studied. Data were collected by interview. Data were then analyzed qualitatively, with the stages of reduction, display and verification of data. Informen in this study were craftsmen and tofu in District Way Halim riteria are entered into as many as 5 people.

Based on the research and discussion that is tailored to the research focus of the obtained findings showed that the raw materials used are imported soybeans to obtain raw materials tahu and tempe no trouble Efforts made by craftsmen and tofu when raw materials were expensive is the way reduce the size and tofu with the same selling price. Capital employed tofu and tempeh are using their own capital and loans. Efforts are made is by borrowing capital from people nearby. Labor required tahu and tempe are 2-4 people, efforts made tofu and tempeh to get labor is to employ local people, so that labor can be met to make the process of production. Marketing systems tofu and tempeh is by opening his own stall in the market from morning until noon. Efforts are being made to artisans who do not have a stall is to entrust the goods craftsmen with kongsinasi systems craftsman with the payment after the goods are sold.

(2)

ABSTRAK

PENGRAJIN TAHU DAN TEMPE DI KECAMATAN WAY HALIM BANDAR LAMPUNG DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

Oleh Ranalia Andriana

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industri pembuatan tahu dan tempe. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu dan tempe sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu dan tempe tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu dan tempe di pasar swalayan. Selain itu, tahu dan tempe termasuk lauk yang bergizi tinggi dan rendah kolesterol.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah upaya pengrajin tahu dan tempe dalam menghadapi tantangan berupa bahan baku, kebutuhan modal, kebutuhan tenaga kerja, dan sistem pemasaran di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung?”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan bahan baku, kebutuhan modal, tenaga kerja sistem pemasaran tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung.

(3)

tahu dan tempe dan sistem pemasaran pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung. Data dikumpulkan dengan wawancara. Data selanjutnya dianalisis secara kualitatif, dengan tahapan reduksi, display dan verifikasi data. Informen dalam penelitian ini adalah Pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung yang masuk kedalam kriteria yaitu sebanyak 5 orang dengan menggunakan tehnik purposive di mana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan .

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disesuaikan dengan fokus penelitian maka diperoleh temuan yang menunjukkan bahwa bahan baku yang digunakan adalah kedelai impor. Untuk mendapatkan bahan baku pengrajin tahu dan tempe tidak mengalami kesulitan Upaya yang dilakukan oleh pengrajin tahu dan tempe ketika bahan baku sedang mahal adalah dengan cara memperkecil ukuran tahu dan tempe dengan harga jual yang sama. Modal yang digunakan pengrajin tahu dan tempe adalah menggunakan modal sendiri dan pinjaman. Upaya yang dilakukan adalah dengan meminjam modal dari orang terdekat. Tenaga kerja yang dibutuhkan pengrajin tahu dan tempe adalah sebanyak 2-4 orang, Upaya yang dilakukan pengrajin tahu dan tempe untuk mendapatkan tenaga kerja adalah dengan mempekerjakan masyarakat sekitar, sehingga dapat terpenuhi tenaga kerja untuk melakukan proses produksi. Sistem pemasaran pengrajin tahu dan tempe adalah dengan membuka kios sendiri di pasar dari pagi sampai dengan siang hari. Upaya yang dilakukan bagi pengrajin yang tidak memiliki kios yaitu dengan menitipkan barangnya kesesama pengrajin dengan sistem kongsinasi yaitu pembayaran setelah barang terjual.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 September 1992, sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Drs Maryanto, MM dan Ibu Nurmasari.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Kartika 321 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 2 Segala Mider pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2010.

(8)

Moto

Railah apa yang di inginkan,

Jangan biarkan keinganan itu tetap menjadi harapan

Wujudkan apa yang menjadi impian, jangan biarkan

Impian itu tetap menjadi mimpi.

Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah

hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,

karena hidup hanyalah sekali.

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah..

Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Ku persembahkan karya sederhana ini untuk Kedua Orang tuaKu yang selalu memberikan

hal terbaik dalam hidupKu.

Kakak-kakakKu yang selalu memberikan dukungan dan nasehat.

Sahabat-sahabat terbaik dan semua orang yang selalu Mendoakan keberhasilanKu.

(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan skripsi yang telah lama dinanti. Skripsi dengan judul “Pengrajin Tahu Dan Tempe Di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung Dalam Menghadapi Tantangan ” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis merasa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis. Tapi penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Bintang Wirawan, M.Hum selaku pembimbing utama yang tidak pernah bosan memberikan nasehat dan bimbingannya selama masa perkuliahan serta petunjuk, saran dam motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan selaku dosen pembahas dan penguji. Terima kasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal.

4. Ibu DR Erna Rochana, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

5. Trimakasih untuk Dosen FISIP Unila yang telah membekali ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan

6. Terima kasih kepada Mama dan Papa yang telah selalu mendo’akan, menyangangi Rana. Terima kasih telah memberikan semua yang terbaik kepada rana untuk sebuah kesuksesan. Semoga kelak bisa membuat kalian bangga kepadaku.

(11)

8. Terima kasih kepada Rudyansyah Putra yang sudah memberikan support dan nasehat-nasehatnya selama ini, Trimakasi juga karena sudah nemenin penelitian walaupun dicuekin sama responden tapi tetep sabar.

9. Terima kasih untuk Selly yang selalu memberi nasehat, Dwi yang sabar ngadepin sikap rana yang kadang-kadang kaya anak kecil dan pipit yang sering benerin jilbab. Trimakasih atas kebersamaannya dari awal semester sampai sekarang, susah seneng bareng-bareng.

10.Buat temen-temen sos 2010 Desty, Arini, Rayahu, Sulis, Mona, Euis dll. Trimakasih buat traktirannya, nasehat dan kebersamaannya selama 4 tahun

11.Buat temen-temen KKN 2010 adiluwih trimakasih buat kebersamaannya selama 40 hari. Banyak sekali pembelajaran buat jadi lebih dewasa

12.Buat temen Sma Santy, Yuni, Suci dll. Trimakasih udh jadi temen baik walau sibuk masing-masing tapi tetep punya waktu untuk kumpul bersama.

Bandar Lampung, Penulis

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian... 9

II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum usaha Kecil, Mikro dan Menengah ... 10

1. Undang-undang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 10

2. Batasan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 11

B. Tantangan yang Dihadapi Usaha Mikro (Pengrajin Tahu dan Tempe) . 13 1. Bahan Baku ... 13

E. Teknik pengumpulan Data ... 29

F. Analisis Data ... 30

IV GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim .... 32

B. Keadaan Geografis ... 32

C. Demografi ... 33

D. Potensi Sumber Daya Manusia ... 33

E. Sosial Ekonomi ... 35

F. Pendidikan ... 36

G. Agama ... 37

(13)

1. Peralatan ... 38

2. Cara Pembuatan Tahu ... 39

3. Penyortiran dan Pencucian ... 39

4. Perendaman ... 39

5. Penggilingan ... 40

6. Perebusan ... 40

7. Penyaringan ... 40

8. Pencetakan... 41

9. Perebusan ... 41

I. Cara Membuat Tempe ... 42

a. Alat ... 42

b. Bahan... 42

c. Cara Pembuatan Tempe ... 42

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Informan ... 44

B. Pengrajin Tahu dan Tempe di Kecamatan Way halim Bandar lampung 3.4. dalam Menghadapi Tantangan ... 45

1. Bahan Baku ... 45

2. Tenaga Kerja ... 53

3. Modal ... 57

4. Pemasaran ... 61

3.5. VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keadaan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai

Tahun 2002 – 201 ... 13 Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut jenis kelamin di Kelurahan

Gunung Sulah ... 35 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut usia di Kelurahan Gunung Sulah35

Tabel 4. Kompsisi Penduduk Menurut Tenaga Kerja ... 36 Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 36 Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37 Tabel 7. Penganut Agama di Kelurahan Gunung Sulah

Kecamatan Way Halim Bandar Lampung ... 38 Tabel 8. Identitas Informan... 45 Tabel 9. Hasil Narasi Ringkasan Wawancara dengan lima orang

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 26

Gambar. 2 Proses Pembungkusan dan Fermentasi Tempe ... 72

Gambar. 3 Bahan Baku Kayu Bakar Dan Tungku Masak ... 73

Gambar. 4 Rumah Tinggal Dan Mesin Penggiling Kedelai ... 74

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang beranjak dari negara agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan sektor pertanian masih tetap mewarnai kemajuan di sektor industri, karena itulah diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh.

Industri yang maju tidak terlepas dari rangkaian kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha. Usaha kecil mikro bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi, salah satunya adalah industri tahu dan tempe yang mengolah kedelai menjadi barang konsumsi.

(17)

2

hijau. Saat ini di Indonesia kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, misalnya di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo (Sulawesi Utara), Sulawesi Tenggara dan Lampung serta Bali (AAK, 1989, www.tanamanpangan.deptan.go.id).

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kedelai telah dikenal sejak lama sebagai salah satu tanaman sumber protein nabati dengan kandungan 39-41% yang diolah menjadi bahan makanan, minuman serta penyedap cita rasa makanan, misalnya yang sangat terkenal adalah tempe, tahu, kecap, tauco dan tauge. Bahkan diolah secara modern menjadi susu dan minuman sari kedelai yang dikemas dalam karton khusus atau botol. Selain itu, kedelai berperan penting dalam beberapa kegiatan industri dan peternakan.

(18)

3

Tabel 1. Keadaan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai Tahun 2002 – 2011

No Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi

(Ha) % (Ka/Ha) % (Ton) % panen sebesar 2,72%, produktivitas 1,22% dan produksi 4,06 %. Dari kurun waktu tersebut, produksi tertinggi kedelai terjadi pada tahun 2008 dan 2009, hal ini dikarenakan kondisi harga kedelai cukup menarik sehingga petani bergairah untuk menanam kedelai. Sedangkan permintaan kedelai pada kurun waktu tersebut mengalami kenaikan atau berfluktuasi yaitu dari kurun 10 tahun kebutuhan akan bahan pokok kedelai mencapai 1,2% dari persediaan yang ada.

(19)

4

Kebutuhan kedelai di Provinsi Lampung pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 97.705 ton atau lebih besar dibandingkan produksi daerah ini yang diprediksi hanya mencapai 15.173 ton. Hasil rapat teknis dengan beberapa instansi terkait di Bulog Lampung bahwa kebutuhan kedelai di daerah ini cukup tinggi, sementara produksi rendah. Provinsi Lampung pada tahun ini diperkirakan mengalami defisit kedelai sebesar 83.291 ton. Pada tahun lalu, produksi kedelai Lampung hanya sebesar 7.539 ton, sedangkan kebutuhan mencapai 97.705 ton (www.lampungprov.go.id,2013).

Kendati demikian, kualitas kedelai impor tidak sama dengan lokal. Keduanya punya keunggulan dan kelemahan masing-masing, menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kedelai lokal unggul dari impor untuk bahan baku pembuatan tahu. Rasa tahu lebih lezat, rendemennya pun lebih tinggi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah karena bukan benih transgenik, Sementara kedelai impor sebaliknya.

Sekalipun unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk bahan baku tempe. Penyebabnya, ukuran biji kecil atau tidak seragam dan kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses peragiannya pun lebih lama. Lalu setelah berbentuk tempe, proses pengukusan lebih lama empuknya.

(20)

5

kesamaan kedelai tersebut tentunya dapat menentukan baik dan buruknya

hasil pengolahan dalam proses produksi dalam suatu usaha potensial berupa

usaha kecil seperti tahu dan tempe.

Salah satu usaha kecil yang potensial dikembangkan adalah industri pembuatan tahu dan tempe. Kalau usaha itu dijalankan serius pasti akan menguntungkan karena konsumen tahu dan tempe sangat luas, mencakup semua strata sosial. Tahu dan tempe tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah dan menengah saja, tetapi juga kelas atas. Ini terlihat telah masuknya produk tahu dan tempe di pasar swalayan. Selain itu, tahu dan tempe termasuk lauk yang bergizi tinggi dan rendah kolesterol (Sarwono dan Saragih, 2001:38).

(21)

6

panen (www.tempo.co, 2012). Selain itu, adanya pembelian kacang kedelai dunia secara besar-besaran yang diimpor oleh China dan Taiwan mengakibatkan harga kedelai dunia cenderung semakin naik. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 71 persen atau sekitar 2.837.163 ton kebutuhan pemenuhan kedelai dalam negeri pada tahun 2011 berasal dari impor. Sekitar 83,7 persen atau kedelai impor diserap untuk pembuatan tahu dan tempe yang menjadikan industri tersebut sangat bergantung pada kedelai impor (ekonomi.kompasiana.com, 2012), meningkatnya harga kacang kedelai berakibat pada penghasilan ekonomi keluarga pengrajin tahu dan tempe.

(22)

7

pas-pasan karena dengan modal yang sama pada saat kedelai sebelum naik hasil produksi akan semakin sedikit.

Selain modal, tenaga kerja merupakan orang yang melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan dengan teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Perusahaan kecil akan membutuhkan jumlah tenaga kerja yang sedikit, dan sebaliknya perusahaan besar lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Dalam analisis ketenaga kerjaan sering dikaitkan dengan tahapan pekerjaan dalam perusahaan. Hal seperti ini sangat penting untuk melihat alokasi sebaran penggunaan tenaga kerja selama proses produksi sehingga kelebihan tenaga kerja pada kegiatan tertentu dapat dihindari.

Pengusaha tahu dan tempe sukar memberikan gaji para pekerja yang sama pada saat kedelai sebelum naik karena bila gaji disamakan dengan sebelum kenaikan kedelai maka pendapatan pengrajin akan semakin sedikit sementara untuk dinaikkan gaji pekerja tidak mungkin dapat dilakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki, belum lagi masalah pemasaran yang harus dihadapi oleh pengrajin, bila harga dinaikkan akan berdampak pada berkurangnya konsumen, sementara bila harga tidak dinaikkan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan pengrajin itu sendiri.

(23)

8

diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha tahu dan tempe, pasar merupakan tempat melempar hasil produksinya (Soekartawi, 1993:78). Sebelum sampai di tangan konsumen, tahu dan tempe hampir selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk dari produsen dengan atau tanpa perantara hingga sampai kepada konsumen dikenal dengan istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga. Tahu dan tempe dijual dengan jalur pemasaran yang sederhana, yaitu mulai dari pedagang pengecer sampai kepada konsumen akhir (Rahardi, 1994: 17). Jumlah pengrajin tahu tempe di kecamatan Way Halim Bandarlampung mencapai 39 pengrajin tahu dan tempe (Monografi Kelurahan Gunung Sulah, 2012).

Berdasarkan latar belakang maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: “Pengrajin Tahu dan Tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung dalam Menghadapi Tantangan”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang perumusan masalahnya adalah: “Bagaimanakah upaya pengrajin tahu dan tempe dalam menghadapi tantangan berupa bahan baku, kebutuhan modal, kebutuhan tenaga kerja, dan sistem pemasaran di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

(24)

9

2) Untuk mendeskripsikan kebutuhan modal dalam produksi tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung

3) Untuk mendeskripsikan tenaga kerja yang dibutuhkan di dalam produksi tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung

4) Untuk mendeskripsikan sistem pemasaran tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritisnya adalah untuk menambah wawasan pengetahuan dan memberikan gambaran atau sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu sosiologi, khususnya sosiologi ekonomi.

(25)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah

Untuk mengatur agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia agar memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha dan untuk menghadapi perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global maka pemerintah perlu menerapkan undang-undang yang berlaku berikut penjelasan Undang-Undang tentang usaha mikro, kecil dan menengah

1. Undang-undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Usaha kecil menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

(26)

11

3) Milik Warga Negara Indonesia

4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

5) Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Untuk mengatur agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia agar memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha dan untuk menghadapi perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global maka pemerintah mengganti Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2008. Dari segi pencatatan keuangan, aturannya telah jelas diatur dalam pasal 16 sampai 19 UU No. 20 tahun 2008 dengan meningkatkan kemampuan manajerial. Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia menggalakkan lembaga yang ada untuk melakukan pendidikan, pelatihan, bimbingan dan konsultasi dalam rangka peningkatan kemampuan manajerial teknik produksi, mutu produk, pelayanan, desain teknologi, sumberdaya manusia dan pemasaran.

2. Batasan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(27)

12

1. Usaha mikro

Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Menurut BPS (1998), industri kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja paling sedikit 1 orang dan paling banyak sembilan belas orang termasuk pengusaha. Usaha kecil ialah kegiatan usaha yang mempunyai modal awal yang kecil, atau nilai kekayaan (asset) yang kecil dan jumlah pekerja yang juga kecil. Indonesian mendifinisikan Usaha kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai asset yang kurang dari Rp 200 juta .

(28)

13

2. Usaha kecil

Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

3. Usaha Menengah

(29)

14

B. Tantangan Yang Dihadapi usaha mikro (Pengrajin Tahu Dan Tempe)

Pengrajin ialah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu, seperti pembuatan tahu dan tempe dan dapat disebut pengrajin tahu dan tempe. Pengrajin tahu dan tempe dalam menjalankan usahnya, akan menghadapi beberapa tantangan seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, dan pemasaran hal-hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2008:275) bahan baku adalah bahan utama yang dapat membentuk bagian menyeluruh dari suatu barang mentah menjadi barang jadi. Menurut Masiyal Kholmi (2003:29) bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian besar produk jadi, bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau hasil pengolahan sendiri. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahan baku merupakan bahan yang utama dalam melakukan proses produksi sampai menjadi barang jadi. Bahan baku meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan untuk proses produksi (Singgih Wibowo, 2007:24). Menurut (Masiyal Kholmi 2003:172) bahan baku memiliki beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Perkiraan pemakaian

(30)

15

2. Harga bahan baku

Merupakan dasar penyusunan perhitungan dari perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam bahan baku tersebut.

3. Biaya-biaya persediaan

Merupakan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk pengadaan bahan baku

4. Kebijaksanaan pembelanjaan

Merupakan faktor penentu dalam menentukan berapa besar persediaan bahan baku yang akan mendapatkan dana dari perusahaan.

5. Pemakaian sesungguhnya

Merupakan pemakaian bahan baku yang sesungguhnya dari periode lalu dan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.

6. Waktu tunggu

Merupakan tenggang waktu yang tepat maka perusahaan dapat membeli bahan baku pada saat yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan ataupun kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.

2. Modal

(31)

16

Ada tiga konsep untuk memahami makna kapital. Yakni.

1. Secara garis besar arti capital menunjuk pada modal dalam bentuk fisik yang di gunakan untuk belanja barang-barang (uang).

2. Dalam bahasa indonesia orang sering mengatakan “modal dengkul”, artinya tidak berupa modal fisik seperti uang untuk dijadikan modal kecuali tenaga orang itu sendiri, dalam pengertian tenaga fisik, juga dalam pengertian keterampilan atau gabungan keduanya. Namun setiap semua penggunaan tenaga fisik digabungkan dengan keterampilan seperti berjalan kaki membutuhkan tenaga fisik, tetapi jalan kaki bukanlah suatu keterampilan sebagai suatu bentuk dalam kapital manusia. Dengan konsep inilah capital tidak diterjemahkan sebagai modal.

3. Konsep kapital berkait dengan suatu investasi. Oleh karena itu, kapital terhubung dengan suatu proses yang cukup panjang, yang tidak dapat langsung digunakan seperti halnya dengkul yang ada di depan mata dan siap untuk digunakan.

Di dalam bukunya, Damsar yang mengutip dari bukunya Suryadi tentang “Pendidikan, Investasi SDM Dan Pembangunan”, menemukan bahwa kapital manusia menunjuk kepada tenaga kerja yang merupakan pemegang kapital (capital holder) sebagaimana tercermin di dalam keterampilan, pengetahuan, dan produktivitas kerja seseorang (2010:178).

(32)

17

dilihat, disentuh dan digunakan dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Pengertian modal yang hanya berorientasi pada fisik ini selanjutnya berkembang lagi.

Modal tidak hanya semata-mata diartikan sebagai segala hal yang bewujud (fisik) yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi jauh lagi menyangkut tentang nilai (value), dan juga kemampuan dalam memanfaatkan segala hal yang dimiliki oleh barang-barang modal itu sendiri. Pengertian tentang modal menurut beberapa penulis yang dikutip dari buku Riyanto (1981:10), yaitu: Scwiedland memberikan pengertian modal dalam artian luas yaitu: “modal meliputi modal dalam bentuk uang (gledkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya”. Meiji mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang -barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedang yang dimaksudkan dengan barang-barang modal ialah semua modal yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat sebelah kredit.

(33)

18

(modal aktif), dan yang di sebelah kredit disebut “modal abstrak” (modal pasif). Jika dikembangkan lebih lanjut lagi, maka dapat dikatakan bahwa modal kongkret itu modal menurut bentuknya yang juga disebut sebagai modal aktif, sedangkan modal abstrak modal menurut sumbernya yang juga disebut sebagai modal pasif.

Elemen-elemen dari modal aktif akan selalu berubah-ubah, baik dalam jangka waktu yang pendek (kas, piutang, barang), maupun dalam jangka waktu yang tertentu relatif permanen. Riyanto (1981:10), melakukan pembagian modal sebagai berikut:

1. Modal Aktif

Berdasarkan cara dan lamanya perputaran, modal atau kekayaan perusahaan dapat di bedakan antara “aktiva lancar” (aktiva yang habis dalam satukali pakai) dan “aktiva tetap”(aktiva yang tidak habis pakai). Perbandingan atau perimbangan antara kedua aktiva tersebut akan menentukan “struktur kekayaan”.

(34)

19

2. Modal Pasif

Apabila kita melihat kepada asalnya, modal pasif itu dibedakan antara “modal sendiri” dan “modal asing”, atau “modal badan usaha” dan

“modal kreditur/hutang”. Kedua perimbangan antara kedua golongan

modal tersebut akan menentukan “struktur finansial” dari perusahaan tersebut.

Dari pengertian tersebut, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa modal adalah kolektivitas barang-barang atau sumber kekayaan yang masih ada dalam perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan atau laba. Selain itu modal adalah kelebihan aktiva atas hutang yang mempunyai kekuasaan untuk menggunakan barang modal.

3. Tenaga Kerja

(35)

20

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut ( Mulyadi, 2008:59). Menurut Simanjuntak (1985: 1) yang disebut tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat. Untuk mendapatkan tenaga kerja dalam melakukan proses produksi baik dari segi kuantitatif artinya banyaknya orang yang ikut bekerja dan segi kualitatif artinya berdasarkan keterampilan yang dimiliki tersebut, penting sebagai pertimbangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Tenaga kerja yang mampu melakukan kegiatan produksi untuk menghasilkan barang atau jasa menjadi pertimbangan bagi pengusaha sebagai faktor pendorong berdirinya industri, baik yang berasal dari keluarga sendiri maupun yang berasal dari lingkungan sekitar.

Berdasarkan pengetian maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja atau buruh adalah tenaga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat menghasilkan barang atau jasa dalam suatu kegiatan dan pada waktu tetentu.

4. Pemasaran

(36)

21

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk-produk yang bernilai dengan pihak lain. Dalam pemasaran barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan, individu dan kelompok konsumen terlebih dahulu harus mengetahui keunggulan yang dimiliki barang dan jasa yang ditawarkan tersebut. Hal ini penting agar konsumen tidak salah dalam mengkonsumsi barang dan jasa yang ada, dan perusahaan yang berorientasi kepada konsumennya dengan kehandalan produk termasuk mengenai pelayanan di dalamnya.

Menurut Kotler (2005:41), kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat berpedoman pada salah satu konsep pemasaran :

1. Konsep Produksi, merupakan orientasi manajemen yang mengandung asumsi konsumen menyukai produk yang tersedia dan harga terjangkau. Tugas pengelolaan manajemen yang utama adalah mencapai produksi yang baik dengan saluran distribusi yang baik pula. 2. Konsep Produk, merupakan orientasi manajemen yang mengandung

asumsi konsumen akan memilih produk dengan kualitas terbaik serta dengan terus-menerus meningkatkan kualitas produk tersebut.

3. Konsep Penjualan, merupakan orientasi manajemen yang mengandung asumsi konsumen umumnya tidak akan membeli produk-produk perusahaan, kecuali perusahaan melakukan kegiatan promosi dan penjualan yang efektif.

(37)

22

dengan kondisi pasar dan memberikan kepuasan yang lebih efektif dan efisien dari pada yang diberikan oleh para pesaing.

5. Konsep Pemasaran yang bersifat kemasyarakatan, merupakan orientasi manajemen yang mengandung pedoman tugas organisasi dalam menetapkan kebutuhan, keinginan pasar yang menjadi sasaran dan menyesuaikan organisasi terhadap pelayanaan demi kepuasaan bagi pelanggan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan cara mempertahankan serta meningkatkan mutu yang dihasilkan.

Menurut Kotler (2005: 262), manajemen pemasaran adalah “Suatu proses

perencanaan dan pelaksanaan pemilihan, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan tujuan-tujuan organisasi”.

Menurut Swastha dan Irawan (2012:190), manajemen pemasaran memiliki empat fungsi, yaitu :

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap yang sangat menentukan terhadap kelangsungan dan sukses organisasi. Proses perencanaan merupakan suatu proses yang selalu memandang ke depan atau kemungkinan-kemungkinan yang akan datang.

b. Penganalisaan

(38)

23

c. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan untuk menjalankan rencana yang sudah ditetapkan.

d. Pengawasan

Pengawasan penting dilakukan agar pelaksanaan yang dilakukan tidak menyimpang dari apa yang sudah direncanakan sebelumnya.

Menurut Kasmir (2010:41) Secara khusus dalam aspek pasar dan pemasaran bahwa tujuan perusahaan untuk memproduksi atau memasarkan produknya dapat dikategorikan sebagai berikut

1. Untuk meningkat penjualan dan laba

Artinya, tujuan perusahaan dalam hal ini bagaimana caranya mem-perbesar omzet penjualan dari waktu ke waktu. Dengan meningkatnya omzet penjualan, maka diharapkan keuntungan atau laba juga dapat meningkat sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2. Untuk menguasai pasar

Untuk perusahaan jenis ini jelas tujuannya bagaimana caranya me-nguasai pasar yang ada dengan cara memperbesar market share-nya untuk wilayah-wilayah tertentu. Peningkatan market share dapat di-lakukan dengan bebagai cara, baik dengan cara mencari atau men-ciptakan peluang baru atau merebut market share pesaing yang ada. 3. Untuk mengurangi saingan

(39)

24

utama. Tujuannya adalah untuk mengurangi saingan dan antisipasi ter-hadap kemungkinan pesaing baru yang akan masuk ke dalam industry tersebut.

4. Untuk menaikan prestise produk tertentu dipasaran

Dalam hal produk tertentu, terutama untuk produk kelas tinggi. Tujuan perusahaan memasarkan adalah untuk meningkat prestise produk di depan pelanggannya dengan cara promosi atau cara lainnya. Cara lainnya juga dilakukan dengan meningkatkan mutu, selera yang sesuai dengan keinginan konsumen.

5. Untuk memenuhi pihak-pihak tertentu

Tujuan ini biasanya lebih diarahkan untuk memenuhi pihak-pihak tertentu dengan jumlah yang biasanya terbatas, misalnya permintaan pemerintah, atau lembaga tertentu.

Sedangkan tujuan kegiatan pemasaran suatu produk atau jasa secara umum adalah sebagai berikut:

a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi.

b. Memaksimumkan kepuasan konsumen. c. Memaksimumkan pilihan (ragam produk).

d. Memaksimumkan mutu hidup (kualitas, kuantitas, ketersediaan, harga pokok barang, mutu lingkungan fisik, dan mutu lingkungan kultur).

(40)

25

g. Memenuhi kebutuhan akan suatu produk maupun jasa.

h. Memenuhi keinginan para pelanggan akan suatu produk atau jasa.

3. Kerangka Pikir

Dalam melakukan kegiatan usaha tentunya memiliki banyak tantangan dalam menjalani usaha tersebut tidak terkecuali pengrajin tahu dan tempe. Masalah masalah yang dihadapi oleh pengrajin tahu dan tempe antara lain disebabkan oleh fluktuasi harga kedelai yang dapat berpengaruh terhadap modal yang dimiliki oleh pengusaha tempe dan tahu. Pengusaha tahu dan tempe sukar untuk megalokasikan modal yang pas-pasan karena dengan modal yang sama pada saat kedelai sebelum naik hasil produksi akan semakin sedikit.

(41)

26

disamakan dengan sebelum kenaikan kedelai maka pendapatan pengrajin akan semakin sedikit sementara untuk dinaikkan gaji pekerja tidak mungkin dapat dilakukan karena keterbatasan modal yang dimiliki, belum lagi masalah pemasaran yang harus dihadapi oleh pengrajin, bila harga dinaikkan akan berdampak pada berkurangnya konsumen, sementara bila harga tidak dinaikkan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan pengrajin itu sendiri. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Gambar 2.1 Bagan Skema Kerangka Pikir Tantangan yang dihadapi

Pengrajin tahu dan tempe

1. Bahan Baku 2. Modal

(42)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Moleong (2005: 6), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi (perhitungan) lainnya.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan gabungan (Sugiono, 2008:15).

(43)

28

B. Fokus Penelitian

Menurut Sugiono (2008:286) fokus merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial di lapangan karena terlalu luasnya penelitian kualitatif maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian. Menurut Moleong (2005: 93), fokus penelitian penting untuk membatasi masalah studi dan penelitian, sekaligus membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan mana data yang tidak relevan. penetapan fokus penelitian dapat membatasi apa yang ingin diteliti karena fenomena-fenomena yang terjadi bersifat holistik, fokus penelitian berfungsi untuk memenuhi kriteria suatu informasi yang diperoleh di lapangan, serta fokus penelitian masih bersifat tentative atau sementara. Adapun fokus penelitian ini adalah tantangan yang dihadapi pengrajin tahu tempe berupa bahan baku yang digunakan dalam memproduksi tahu dan tempe, besarnya modal yang digunakan dalam memproduksi tahu dan tempe, tenaga kerja yang dibutuhkan dalam memproduksi tahu dan tempe dan sistem pemasaran pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung.

C. Informan Penelitian

Iskandar (2008:213) mengartikan Informan sebagai subjek yang memberikan informasi tentang fenomena-fenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan. Informan merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik dengan situasi sosial (setting sosial) yang diteliti.

(44)

29

informasi yang diharapkan. Oleh sebab itu dibutuhkan para informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian.

Dalam penelitian ini, penentuan informan ditentukan melalui tehnik purposive di mana pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Oleh sebab itu, agar data penelitian dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian maka yang menjadi informan adalah pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung. Dengan kriteria sebagai berikut:

1) Informan merupakan subyek telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti dan ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi mengenai suatu yang ditanya peneliti.

2) Informan merupakan subyek yang masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran dan perhatian peneliti.

3) Informan merupakan subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka jumlah informan penelitian ini adalah lima orang sebagai berikut:

1) Pengrajin tahu dan tempe di Kecamatan Way Halim Bandar Lampung yang masuk kedalam kriteria yaitu sebanyak 5 orang

(45)

30

Di Kecamatan way halim terdapat sebanyak 39 pengrajin tahu dan tempe akan tetapi rata-rata dalam skala kecil, sehingga dalam penelitian peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 5 informen yang memiliki modal 50 juta sampai dengan 300 juta.

D. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian, yaitu dengan melakukan wawancara kepada informan penelitian. Dalam penelitian perolehan data menggunakan data primer yaitu tentang pengrajin tahu dan tempe melalui wawancara sehingga diperoleh data tentang modal, tenaga kerja, dan sistem pemasaran.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Wawancara mendalam:

(46)

31

tempe. Informen terdiri dari informan pertama (X1) umur 46 tahun pendidikan SMA memiliki 4 orang anak pengrajin tempe, informan kedua (X2) umur 32 tahun pendidikan sarjana, memiliki 2 orang anak pengrajin tahu dan tempe, informan ketiga (X3) umur 59 Tahun Pendidikan SMA memiliki anak 6 orang anak pengrajin tempe. Informan keempat (X4) umur 43 tahun pendidikan SMA memiliki 3 orang anak pengrajin tahu, informan kelima (X5) umur 39 tahun pendidikan SD memiliki 2 orang anak pengrajin tempe.

2. Dokumentasi

yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian yang sudah tersedia, peneliti hanya memindahkan atau mengambil data tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya yang ditemukan di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berpijak dari data yang di dapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

(47)

32

2. Penyajian Data (Display Data)

Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat narasi tentang hasil wawancara.

3. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi Data.

(48)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012 tanggal 17 September 2012 tentang Penataan dan Pembentukan Kelurahan dan Kecamatan. Kota Bandar Lampung menjadi 20 kecamatan dengan 126 kelurahan. Antara lain Kecamatan Way Halim merupakan pemekaran dari sebagian wilayah Kecamatan Sukarame dan Kedaton yang dipisah menjadi suatu kecamatan yang sebelum nya way Halim Masuk kedalam Kecamatan Sukarame. Dengan pemekaran tersebut wilayah Kecamatan Way Halim terdiri atas 6 kelurahan, antara lain: Perumnas Way Halim, Way Halim Permai, Gunung Sulah, Jagabaya I, Jagabaya II, Jagabaya III

B. Keadaan Geografis

Kelurahan Gunung Sulah termasuk Wilayah Kecamatan Way Halim Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dengan luas wilayah ± 97 Ha. Adapun batas-batas dengan Kelurahan lain yang ditandai/berupa tugu batas yaitu:

(49)

34

Pengrajin tahu dan tempe memiliki lokasi yang tidak terlalu jauh antara satu pengrajin dengan pengrajin lainnya lokasi pengrajin berada di Gunung Sulah, dan mengelompok di RT atau LK tertentu, seperti pada RT 10, 14,13 dan 17 untuk pemenuhan kebutuhan air para pengarajin menggunakan sumur bor dan sumur gali sehingga kebutuhan air tercukupi. Untuk limbah padat pengrajin tahu memanfaatkan utuk membuat tempe gembos (oncom), kulit ari kedelai dijual untuk pakan ternak, dan limbah cair dibuang ke saluran air got, sehingga limbah tidak mencemari lingkungan sekitar pengrajin

C. Demografi

Penduduk Kelurahan Gunung Sulah terdiri atas berbagai suku bangsa (Heterogen), akan tetapi pengrajin tahu dan tempe bukan merupakan multi etnis, pengrajin bersuku Jawa dan Sunda sampai Mei tahun 2013 jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Gunung Sulah yaitu sebanyak 10714 jiwa yang terdiri dari 5446 laki-laki dan 5268 perempuan.

Sex ratio penduduk Kelurahan Gunung Sulah Tahun 2013 adalah 103 artinya untuk setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 103 orang penduduk perempuan, dengan demikian diketahui penduduk di Kelurahan Gunung Sulah lebih banyak penduduk perempuannya daripada penduduk laki-laki.

D. Potensi Sumberdaya Manusia

(50)

35

Sumber : Profil Kelurahan Gunung Sulah Tahun 2013

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut usia di Kelurahan Gunung Sulah No. Kelompok Umur Jumlah Jiwa

1

Sumber : Profil Kelurahan Gunung Sulah Tahun 2013

(51)

36

Tabel 4. Kompsisi Penduduk Menurut Tenaga Kerja

No. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan 1

18-56 tahun yang belum atau tidak bekerja Usia 56 tahun keatas

Sumber : Profil Kelurahan Gunung Sulah Tahun 2013

E. Sosial Ekonomi

Hampir sebagian penduduk yang ada di Kelurahan Gunung Sulah memiliki mata pencaharian sebagai buruh tani, PNS, Industri Rumah Tangga, dan pedagang yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) 1

(52)

37

Pada tabel, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian yang ada di Kelurahan Gunung Sulah yang terbagi menurut pekerjaannya, yaitu penduduk yang bekerja sebagai Buruh tani sebanyak 20 orang, PNS sebanyak 314 orang sebagai pengrajin industri rumah tangga sebanyak 300 orang dan sebagai pedagang yaitu sebanyak 240 orang, Dalam tabel terlihat jelas bahwa jumlah penduduk pada masing-masing bagian pekerjaan paling banyak didominasi oleh penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai pengrajin industri rumah tangga termasuk didalamnya pengrajin tahu dan tempe.

F. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan Gunung Sulah yang secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Jiwa

1

Sumber : Profil Kelurahan Gunung Sulah Tahun 2013

(53)

38

terdapat data pada profil Kelurahan Gunung Sulah. Dilihat dari jumlah penduduk menurut tingkat pendidikannya tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk yang ada di Kelurahan Gunung Sulah didominasi oleh yang memiliki pendidikan SMU.

G. Agama

Adapun agama-agama yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim Bandar Lampung, terbagi menjadi 5, yaitu Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(54)

39

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan agama Islam yang selalu diadakan di Mushola dan Masjid masing-masing, untuk agama selain agama islam di Kelurahan gunung sulah tidak terdapat tempat ibadah.

Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Way Halim, terdapat 39 pengrajin tahu dan tempe, untuk mengetahui proses pembuatan tahu dan tempe sebagai berikut:

H. Pembuatan Tahu 1. Peralatan

Beberapa peralatan yang digunakan adalah :

1. Tungku, digunakan untuk dapur memasak bubur kedelai.

2. Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang digunakan. 3. Panci, digunakan untuk merendam dan mengupas kulit kedelai.

4. Ember, digunakan untuk mencuci dan merendam kedelai.

5. Tampah, digunakan untuk menampi kedelai agar bersih dari kotoran halus dan kasar

6. Wajan, digunakan untuk mendidihkan bubur kedelai. Biasanya dengan ukuran berdiameter satu meter.

7. Penggiling tahu, digunakan untuk menggiling kedelai sampai menjadi bubur kedelai yang kental. Alat penggiling ini terdiri alat penggilig yang digerakkan dengan penghancur menggunakan mesin.

8. Cetakan tahu, digunakan untuk mencetak tahu. Biasanya terbuat dari kayu berbentuk persegi empat.

(55)

40

2. Cara Pembuatan Tahu

Untuk membuat tahu kedelai harus melewati beberapa tahap, yaitu pernyotiran, pencucian, perendaman, penggilingan, pendidihan, penyaringan, penggumpalan, pencetakan, dan perebusan.

3. Penyortiran Dan Pencucian

Setiap harinya, home industri Gunung Sulah ini menggunakan ± 15 kuintal biji kedelai yang sudah tua untuk semua pengrajin. Sebelum digiling, biji-biji kedelai itu harus dipilih terlebih dahulu. Walaupun menggunakan kedelai impor harus disortir terlebih dahulu karena terdapat kotoran cangkang kedelai walaupun relatif sedikit. Caranya adalah dengan meletakkan biji-biji kedelai itu pada tampah kemudian ditampi. Biasanya hal ini dikerjakan oleh 4 orang tidak termasuk pemilik. Tujuan dari pemilihan ini untuk mendapatkan kedelai yang bersih, bebas dari kotoran sehingga menghasilkan produk tahu yang berkualitas. Biji-biji kedelai yang sudah bersih itu kemidian dimasukkan ke dalam ember berisi air airnya mengalir, sehingga kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji dapat hilang.

4. Perendaman

(56)

41

kedelai kelihatan bersih biasanya menggunakan 2 orang tenaga kerja untuk mengejakan 80 kg kedelai.

5. Penggilingan

Keping-keping kedelai ditambah air panas dan dimasukkan ke dalam alat penggiling. Untuk 1 bagian kedelai (1 kg ditambah air 0,5 lt air) ditambah dengan air panas dengan tujuan untuk menonaktifkan enzim lipoksigenasi dalam kedelai yang menyebabkan bau langu. Cara penggilingan : keping-keping kedelai direndam air panas selama beberapa menit kemudian dimasukkan ke dalam penggilingan yang digerakkan generator. Keping-keping kedelai tergiling menjadi halus dan menjadi bubur putih yang kemudian ditampung dalam panci besar.

6. Perebusan

Setelah digiling, bubur kedelai tadi dididihkan. Pendidihan ini bertujuan untuk menonaktifkan zat antinutrisi kedelai dan meningkatkan nilai cerna.

Cara pendidihan : bubur kedelai dimasukkan ke dalam wajan besar lalu dipanaskan di atas tungku. Karena bubur kedelai ini masih kental maka perlu ditambahkan air. Selama pendidihan ini akan mengeluarkan busa, maka agar buasa tidak tumpah perlu diaduk. Lama pendidihan ini sekitar 15-39 menit.

7. Penyaringan

(57)

42

kayu ditekan sekuat-kuatnya agar semua air yang terdapat dalam bubur terperas semua. Bila perlu, ampas saringan diperas lagi dengan menambah sedikit air, penyaringan ini dapat dilakukan berulang kali hingga diperoleh sari kedelai yang optimal. Selain sari kedelai, kita juga mendapatkan hasil lain yaitu ampas tahu yang dapat dijadikan pakan ternak dan tempe gembus.

Selanjutnya, sari kedelai yang masih hangat dan berwarna kekuning-kuninigan itu ditambah dengan batu tahu atau air cuka sehingga timbul jonjot-jonjot putih. Penggumpalan ini berlangsung selama 10 menit agar mendapatkan protein yang sempurna.

8. Pencetakan

Proses selanjutnya adalah pencetakan. Pertama-tama dimulai dengan pemisahan air asam atau cuka yang terdapat endapan dengan cara meletakkan tampah pada endapan kemudian menekannya. Maka air akan berada naik keatas tampah kemudian diselang atau diambil dengan gayung. Setelah itu barulah gumpalan protein dimasukkan ke dalam cetakan yang bagian alasnya dihamparkan kain mori. Jika cetakan telah berisi penuh dengan gumpalan protein kain mori dilipat bagian atasnya dan dibagian atas kain diletakkan pemberat (batu) sekitar 3 menit. Akhirnya jadilah tahu yang kemudian akan dipotong-potong sesuai permintaan konsumen. Biasanya berukuran 5 x 5 cm.

9. Perebusan

(58)

43

menjadi basi. Pada saat perebusan kita bisa menambahkan perasaan kunyit atau garam.

I. Cara Membuat Tempe a. Alat

1. Tungku, digunakan untuk dapur memasak kedelai.

2. Timbangan, digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang digunakan. 3. Panci, diguankan untuk merendam dan mengupas kulit kedelai.

4. Ember, digunakan untuk mencuci dan merendam kedelai.

5. Tampah, digunakan untuk menampi kedelai agar bersih dari kotoran halus dan kasar

6. Wajan, Biasanya dengan ukuran berdiameter satu meter. 7. Peralatan lannya yang diperlukan

b. Bahan

1. Kacang kedelai

2. Ragi tempe atau biakan murni Rhizopus sp. 3. Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati

c. Cara Pembuatan Tempe

1. Cuci ayakan, tampah, kipas dan cukil yang akan digunakan, lalu dikeringkan.

2. Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lainnya yang mungkin tercampur, lalu cuci sampai bersih.

(59)

44

hidrasi supaya biji kedelai menyerap air sebanyak-banyaknya) biasanya perendaman dimulai dari pagi hari yang dilakukan oleh pekerja.

4. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak dengan cara diinjak-injak menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu. lalu bilas atau cuci dengan menggunakan air bersih.

5. Rebus / kukus biji kedelai hingga empuk.

6. Setelah itu, tuangkan biji-biji kedelai pada tampah yang sudah dibersihkan, kemudian diangin-anginkan dengan menggunakan kipas / kipas angin sambil diaduk sampai biji-biji kedelai terasa hangat. Lakukan penaburan ragi tempe yang sudah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk agar merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai) biasanya dalam satu kwintal kedelai diperlukan tenaga kerja sebanyak 2-4 orang tenaga kerja.

7. Sediakan kantong plastik, atau daun jati, atau daun pisang sebagai pembungkus. Jika kantong plastik yang dipakai untuk membungkus biji kedelai, buatlah lubang-lubang kecil pada kantong plastik tersebut dengan menggunakan garpu atau lidi.

(60)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Bahan baku yang digunakan adalah kedelai impor untuk mendapatkan bahan baku pengrajin tahu dan tempe tidak mengalami kesulitan upaya yang dilakukan oleh pengrajin tahu dan tempe ketika bahan baku sedang mahal adalah dengan cara memperkecil ukuran tahu dan tempe dengan harga jual yang sama.

2. Modal yang digunakan pengrajin tahu dan tempe adalah menggunakan modal sendiri dan pinjaman. Upaya yang dilakukan adalah dengan meminjam modal dari orang terdekat. Selain modal tempat dan peralatan kerja.

3. Tenaga kerja yang dibutuhkan pengrajin tahu dan tempe adalah sebanyak 2-4 orang, Upaya yang dilakukan pengrajin tahu dan tempe untuk mendapatkan tenaga kerja adalah dengan mempekerjakan masyarakat sekitar, sehingga dapat terpenuhi tenaga kerja untuk melakukan proses produksi

4. Sistem pemasaran pengrajin tahu dan tempe adalah dengan membuka kios sendiri di pasar dari pagi sampai dengan siang hari. Upaya yang dilakukan bagi pengrajin yang tidak memiliki kios yaitu dengan menitipkan barangnya kesesama pengrajin dengan sistem kongsinasi

B. Saran

(61)

68

(62)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto, T 2005 Kedelai Jakarta. Penebar Swadaya

Bambang Hariyanto. 2011 peluang Usaha Tempe. Jakarta. Bentara Cipta Prima BPS. 2012 Data Strategis BPS Jakarta. CV.Nasional Indah

Damsar. 2010 Pengantar Sosiologi Ekonomi Jakarta Raja Grafindo

Iskandar, 2008 Metodologi penelitian pendidikan dan sosial (kuantitatif dan kualitatif Jakarta Gp prees

J. Simanjuntak, 1985. Payaman, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan,Implementasi dan Pengendalian. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Kasmir. 2010 Study Kelayakan Bisnis Edisi Kedua Jakarta Kencana Prenada Media Group

Mulyadi.S 2008 Ekonomi Sumber daya Manusia Dalam perspektif Pembangunan Jakarta. Rajawali Pers

Masiyal Kholmi, 2003Akuntasi Biaya, Edisi Empat. Yogyakarta. BPFE

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. P.T. Remaja Bandung. Rosdakarya.

Riyanto Bambang 1981. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yagyakarta Yayasan Badan Penerbitan Gadjah mada

Sarwono, B., dan Y.P. Saragih, 2001. Membuat Aneka Tahu. Jakarta Penebar Swadaya

.

Soekartawi, 1993, Agribisnis Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern, Jakarta. Pustaka Utama

(63)

71

Sugiono 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan R&D Bandung. Alfabeta

Swastha, Basu & Irawan, 2012, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi pertama, Yogyakarta. BPFE

Supriatna, Dadang 2005. Membuat Tahu Sumedang Jakarta.Penebar Swadaya Rahardi. F., H. Indriani dan haryono, 1994. Agribisnis Tanaman Buah. Jakarta

Penebar Swadaya, Referensi Lain :

http://www.regional kompas.com diakses tanggal 7 November 2013

http://www. lampungprov.go.id diakses tanggal 7 November 2013

http://www.tempo.co diakses tanggal 7 November 2013

http://www. bisnis.com diakses tanggal 14 November 2013

http://www. tribunnews.com diakses tanggal 14 November 2013

Gambar

Tabel 1. Keadaan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai  Tahun 2002 – 2011
Gambar 2.1 Bagan Skema Kerangka Pikir
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut jenis kelamin di Kelurahan Gunung Sulah
Tabel 4. Kompsisi Penduduk Menurut Tenaga Kerja
+3

Referensi

Dokumen terkait