• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAMA SIMPAN DAN WARNA KERABANG TELUR ITIK TEGAL TERHADAP INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK, DAN pH TELUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LAMA SIMPAN DAN WARNA KERABANG TELUR ITIK TEGAL TERHADAP INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK, DAN pH TELUR"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH LAMA SIMPAN DAN WARNA KERABANG TELUR ITIK TEGAL TERHADAP INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK,

DAN pH TELUR Oleh

Nurma Septiana

Usaha mempertahankan kualitas telur, baik di peternakan maupun pada jalur rantai tata niaganya masih sangat rendah. Lama penyimpanan telur berlangsung 1--7 hari sehingga kualitas telur menurun. Selain aspek lama simpan, aspek warna kerabang juga memengaruhi kualitas telur dan tingkat kesukaan masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah 1) mengkaji pengaruh warna kerabang telur itik tegal pada lama simpan 0, 7, dan 14 hari terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur, 2) membandingkan warna kerabang telur itik tegal yang terang dan gelap pada lama simpan 0, 7. dan 14 hari terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur. Penelitian dilakukan 7--21 April 2014. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola tersarang 3x2. Faktor lama penyimpanan telur (P0: 0 hari, P1: 7 hari dan P2: 14 hari) sebagai

petak utama dan faktor warna kerabang (W1: terang dan W2: gelap) sebagai petak

tersarang dengan 4 kali ulangan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 3 butir telur, sehingga jumlah telur yang digunakan yaitu 72 butir. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan uji ortogonal kontras pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan warna kerabang pada lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur. Perbedaan warna kerabang telur terang dan gelap pada lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari memberikan kontribusi yang sama terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur.

(2)

PENGARUH LAMA SIMPAN DAN WARNA KERABANG TELUR ITIK TEGAL TERHADAP INDEKS ALBUMEN, INDEKS YOLK,

DAN pH TELUR

Oleh

NURMA SEPTIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN

Pada Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 13 September 1992, merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, putri pasangan Bapak Mohammad Diauddin dan Ibu Sri Yantina.

Penulis menempuh jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak pada 1997 di TK Kartini I, Bandar Lampung. Sekolah Dasar pada 1998 di Sekolah Dasar Negeri 1 Palapa, Bandar Lampung. Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Bandar

Lampung, diselesaikan pada 2007. Pada 2010 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada 2010. Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Banyumas, Banyumas, Pringsewu pada Januari--Februari 2014 dan Praktik Umum di PT. Great Giant Livestock Company (GGLC) Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada Juli--Agustus 2013.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Sekretaris Bidang I

(4)

Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan bakti dan kasihku

kepada orang-orang yang senantiasa dengan tulus aku sayangi dan

menyayangiku (Papa, Mama, Uwo, Ngah dan Udo) yang selalu

memanjatkan doa untuk putri dan adik tercinta dalam setiap

sujudnya.

Kepada sahabat-sahabatku atas canda tawa dan tangis yang telah

kita lalui bersama, perjuangan kita tidak berhenti sampai disini, serta

(5)

“Wahai orang-orang yang beriman. Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat; sesungguhnya Allah

beserta orang-orang yang sabar”

(QS. Al Baqarah: 153)

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah

akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.

Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”

(QS. ATh Thalaq: 3)

“Berbuat baiklah di bumi ini, kita tidak pernah tau balasan apa yang akan datang pada kita. Tersenyumlah

bagaimanapun keadaanmu, semua yang terjadi hanya

sementara”

Penulis

“Man Jadda Wa Jadda, Man Shabara Zhafira”

(6)

x

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Lama Simpan dan Warna Kerabang Telur Itik Tegal terhadap Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan pH Telur”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Riyanti, M.P.--selaku Dosen Pembimbing Utama--atas bimbingan, motivasi, serta nasehatnya.

2. Ibu Ir. Khaira Nova, M.P.--selaku Dosen Pembimbing Anggota--atas bimbingan, saran, dan motivasinya.

3. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S .--selaku Dosen Pembahas--atas saran, ide penelitian, dan perbaikan serta motivasinya.

4. Ibu Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.--selaku Pembimbing Akademik--atas bimbingan, motivasi, dukungan, dan juga teman mencurahkan berbagai masalah selama kuliah.

5. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas izin dan bimbingannya.

(7)

xi

7. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung--atas izin yang diberikan.

8. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Jurusan Peternakan atas bimbingan, saran, dan motivasi yang diberikan.

9. Bapak Suparlan--selaku pemilik peternakan Eko Jaya--atas izin dan bantuan yang diberikan selama penulis melaksanakan penelitian ini.

10. Papa, Mama, Uwo, Ngah, dan Udo atas segala limpahan kasih sayang, doa, dukungan, nasehat, serta semua yang telah diberikan kepada penulis. 11. Sekar Puteri Hiroko, Dian Lestari, dan Rangga Saputra selaku sahabat

seperjuangan dalam penelitian atas kerjasama, bantuan, motivasi, nasehat, canda tawa dan kasih sayang yang tidak pernah terlupakan.

12. Sherly, Nani, Irma, Tiwi, Aini, Ajrul, Fara, Repi, Anung dan teman-teman Peternakan angkatan 2010 atas kebersamaan, bantuan, perhatian, motivasi, dan semangat yang diberikan.

13. Wuri, Ebta, Edo, Siska, Fandi, Kiki, Dany, dan Ardian atas kebersamaan dalam susah dan senang serta semangat, motivasi, dan doa yang tiada henti.

Akhirnya penulis berharap semoga segala bantuan dan jasa yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 19 September 2014 Penulis

(8)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Kegunaan Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Telur Itik Tegal ... 7

1. Kerabang telur ... 9

2. Putih telur ... 12

3. Kuning telur ... 13

B. Standarisasi dan Kualitas Telur ... 14

1. Indeks albumen ... 15

2. Indeks yolk ... 16

(9)

ii

C. Hubungan Lama Simpan dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk,

dan pH Telur ... 18

D. Hubungan Warna Kerabang dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan pH Telur ... 20

III. BAHAN DAN METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 22

1. Bahan ... 22

2. Alat ... a23 C. Metode Penelitian ... 23

1. Rancangan penelitian ... 23

2. Analisis data ... 24

D. Prosedur Penelitian ... 24

E. Peubah yang Diamati... 25

1. Nilai indeks albumen ... 25

2. Nilai indeks yolk ... 26

3. Derajat keasaman (pH telur)... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Peternakan Eko Jaya ... 28

B. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Indeks Albumen ... 30

C. Pengaruh Perlakuan terhadap Nilai Indeks Yolk ... 35

(10)

iii

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 41 B. Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

(11)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur telur ... 8

2. Cara pengukuran lebar albumen ... 26

3. Pengukuran tinggi dan lebar yolk serta tinggi albumen ... 26

4. Kandang itik tegal di peternakan Eko Jaya ... 29

5. Diagram penurunan nilai indeks albumen ... 50

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi telur ayam dan itik ... 8

2. Ukuran dan bentuk pori-pori telur itik dan ayam ... 10

3. Penyimpangan fisik telur itik yang disimpan pada suhu ruang... 18

4. Kandungan nutrisi bahan pakan ... 29

5. Rata-rata nilai indeks albumen pada telur itik tegal ... 30

6. Rata-rata nilai indeks yolk pada telur itik tegal ... 35

7. Rata-rata pH telur pada telur itik tegal ... 38

8. Data tranformasi ( �+0,5) terhadap nilai indeks albumen pada telur itik tegal ... 47

9. Analisis ragam nilai indeks albumen pada telur itik tegal ... 47

10.Koefisien kontras warna kerabang pada lama penyimpanan terhadap nilai indeks albumen ... 48

11.Uji ortogonal kontras warna kerabang pada lama simpan terhadap nilai indeks albumen ... 49

12.Data tranformasi ( �+0,5) terhadap nilai indeks yolk pada telur itik tegal ... 50

13.Analisis ragam nilai indeks yolk pada telur itik tegal ... 50

14.Data tranformasi ( �+0,5) terhadap pH telur pada telur itik tegal ... 51

15.Analisis ragam pH telur pada telur itik tegal ... 51

(13)

v

(14)
(15)
(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Itik adalah salah satu jenis unggas yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

dibandingkan dengan ayam, tingkat kematiannya rendah, tahan terhadap penyakit, dan pada penggunaan kualitas pakan yang rendah itik masih dapat berproduksi. Komoditas unggulan dari itik adalah daging dan telur. Telur itik merupakan produk itik yang lebih digemari masyarakat daripada daging itik. Produksi telur itik di Provinsi Lampung pada 2011 mencapai 3.017 ton dan pada 2012

meningkat menjadi 3.176 ton (Ditjennak, 2013).

Telur memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi terutama asam amino esensial. Selain itu, harganya juga terjangkau. Telur itik memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan telur ayam karena kandungan protein, kalori, dan lemak lebih tinggi (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005). Komposisi kimia telur itik tiap 100 g terdiri dari energi 185 kkal, lemak 13,77 g, karbohidrat 1,45 g, dan vitamin A 674 IU, sedangkan komposisi kimia telur ayam tiap 100 g terdiri dari 143 kkal, lemak 9,94 g, karbohidrat 0,77 g, dan vitamin A 487 IU (USDA, 2007).

(17)

2

pada jalur rantai tata niaganya masih sangat rendah. Lama penyimpanan telur di peternak berlangsung 1--7 hari dan ada pula yang lebih dari 7 hari. Dengan memperhitungkan lamanya telur di tangan agen, grosir, dan pengecer, dapat diperkirakan bahwa sebagian telur-telur itik yang diperdagangkan baru sampai konsumen setelah berumur sekitar 14 hari.

Selain aspek lama simpan, aspek warna kerabang diduga juga memengaruhi kualitas telur. Fakta menunjukkan bahwa konsumen umumnya lebih menyukai telur itik yang berwarna hijau kebiruan (gelap) dibandingkan dengan telur itik yang berwarna lebih terang. Warna telur itik yang gelap lebih menarik bagi konsumen karena menurut konsumen dan produsen, telur itik yang berwarna gelap memiliki kulit kerabang yang lebih tebal dibandingkan dengan yang berwarna terang, sehingga telur tidak mudah retak.

Sampai saat ini informasi mengenai pengaruh lama penyimpanan dan warna kerabang terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur itik belum

terungkap. Oleh sebab itu, penting dilakukan penelitian lama simpan dan warna kerabang yang terbaik terhadap kualitas internal telur itik (indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(18)

3

2. membandingkan warna kerabang telur itik tegal yang terang dan gelap pada lama simpan 0, 7, dan 14 hari terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran yang jelas tentang kualitas internal telur itik (indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur) yang terbaik berdasarkan warna kerabang (terang dan gelap) pada masa simpan (0, 7, dan 14 hari).

D. Kerangka Pemikiran

Telur merupakan bahan pangan yang sempurna, karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap bagi pertumbuhan. Protein telur memiliki susunan asam amino esensial yang lengkap sehingga dijadikan standar untuk menentukan mutu protein dari bahan lain. Keunggulan telur sebagai produk peternakan yang kaya gizi juga merupakan suatu kendala karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak (Winarno dan Koswara, 2002).

(19)

4

tidaknya noda, sedangkan untuk yolk meliputi nilai indeks yolk, warna, dan ada tidaknya noda (Umar, 2000).

Masyarakat umumnya kurang mengetahui hubungan antara warna kerabang dengan lama penyimpanan 0--2 minggu dalam suhu ruang terhadap kualitas internal telur. Selama ini karakter warna kerabang telur hanya berfungsi dalam pemilihan telur oleh konsumen. Konsumen lebih tertarik jika keadaan kerabang bersih, tekstur kulitnya halus, utuh dan tidak retak, sedangkan untuk warna

kerabang konsumen cenderung memilih warna yang gelap. Warna kerabang yang terang mengindikasikan bahwa kerabang tersebut tipis.

Warna kerabang yang lebih gelap menunjukkan ketebalan kerabang yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan warna kerabang yang lebih terang. Hal ini berpengaruh terhadap besarnya pori-pori kerabang dari telur, sehingga pada warna kerabang yang lebih tua pori-pori kerabang lebih kecil (Kurtini, 1988). Semakin gelap warna kerabang telur itik menandakan pori-pori pada kerabang lebih sedikit dan lebih jarang dibandingkan dengan telur itik yang berwana cerah (Yuwanta, 2010).

Semakin gelap warna kerabang telur itik maka penurunan indeks albumen, dan indeks yolk lebih sedikit begitu pula dengan peningkatan pH. Hal ini karena pada telur berkerabang lebih gelap memiliki pori-pori kerabang yang lebih kecil, sehingga penguapan dan penurunan kualitas internalnya lebih rendah

(20)

5

turunnya kualitas telur yang terjadi akibat adanya penguapan. Penguapan pada telur itik terjadi lebih cepat tergantung dari warna kerabang itu sendiri.

Telur yang disimpan dalam suhu ruang umumnya dapat bertahan selama 14 hari, setelah itu akan terjadi penurunan kualitas telur. Lama penyimpanan telur selama 14 hari memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan persentase penurunan berat telur, besar kantung udara, pH telur, indeks telur serta nilai HU (Priyadi, 2002). Waktu penyimpanan yang semakin lama menyebabkan pori-pori semakin besar dan rusaknya lapisan mukosa, air, gas, dan bakteri lebih mudah melewati kerabang tanpa ada yang menghalangi sehingga penurunan kualitas dan kesegaran telur semakin cepat terjadi (Muchtadi, 1992). Semakin bertambahnya umur telur, mengakibatkan putih telur mengencer dan akan bercampur dengan kuning telur, hal ini diakibatkan oleh kenaikan pH pada putih telur karena hilangnya CO2 yang

lebih lanjut serabut-serabut ovomucin berbentuk jala akan rusak dan pecah (Hintono, 1997).

Berdasarkan uraian Kurtini (1988) dan Yuwanta (2010) tampak bahwa warna kerabang berkaitan dengan ketebalan kerabang, sementara Priadi (2002), Muchtadi (1992), dan Hintono (1997) menunjukkan bahwa lama simpan

(21)

6

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

1. terdapat pengaruh warna kerabang telur itik tegal pada lama simpan 0, 7, dan 14 hari terhadap indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur;

(22)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Telur Itik Tegal

Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat (Sudaryani, 2003). Telur sebagai sumber protein hewani, banyak unsur gizi yang cukup untuk tubuh seperti asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh untuk pertumbuhan. Telur juga mengandung lemak, mineral, dan beberapa vitamin A, D, E, dan K (Suardana dan Swacita, 2008). Telur merupakan sel telur (ovum) yang tumbuh dari sel induk (oogonium) di dalam indung telur (ovarium), dan oleh ternak unggas disediakan untuk bahan makanan bagi pertumbuhan embrio (Kurtini et al., 2011).

(23)

8

Telur secara umum memiliki kandungan nutrisi utama yaitu air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Perbedaan komposisi kimia antarspesies terletak pada jumlah dan proporsi zat-zat yang dikandungnya yang dipengaruhi oleh keturunan, makanan, dan lingkungan (Winarno dan Koswara, 2002). Perbandingan antara komposisi telur ayam dan itik dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi telur ayam dan itik

Komposisi

Telur ayam Telur itik

Albumen Yolk Telur Sumber : Winarno dan Koswara, 2002

Telur memiliki tiga komponen pokok yaitu kerabang telur (11%), albumen (58%), dan yolk (31%) (Ensminger dan Nesheim, 1992). Struktur telur menurut

Stadelman dan Cotterill (1995) dapat dilihat pada Gambar 1.

(24)

9

Struktur telur dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: strain, umur, suhu lingkungan, penyakit, dan kualitas serta kuantitas ransum (Abbas, 1989).

1. Kerabang telur

Kerabang telur merupakan lapisan luar telur yang melindungi telur dari penurunan kualitas, baik disebabkan oleh kontaminasi mikroba, kerusakan fisik, maupun penguapan (Yuwanta, 2010). Ukuran pori-pori besar dan kecil pada permukaan kerabang telur itik masing-masing yaitu 0,036 x 0,031 mm dan 0,014 x 0,012 mm. Jumlah pori di seluruh bagian kerabang telur bervariasi antara 100--200 pori/cm2, bagian tumpul dari kerabang memiliki pori lebih banyak serta tebal kerabang yang lebih tipis dibandingkan dengan bagian yang lainnya. Fungsi pori kerabang telur adalah sebagai tempat pertukaran gas-gas dari dalam dan luar kerabang sehingga membantu respirasi embrio di dalam telur (Romannof dan Romannof, 1963).

Kerabang telur memiliki dua selaput (membrane), yaitu membran kerabang telur (outer shell membrane) dan membran albumen (inner shell membrane) pada bagian kerabang telur. Membran tersebut berfungsi melindungi isi dari infiltrasi bakteri dari luar. Kedua membran berpisah di bagian ujung tumpul, hal ini terjadi setelah telur keluar dari tubuh, terbentuk kantung udara akibat pendinginan yang cepat dari telur (41--27oC) diluar tubuh sehingga terjadi pemisahan kedua

membran dan keluarnya udara dari pori-pori kerabang telur (Kurtini et al., 2011).

(25)

10

air yang terlalu cepat (Sirait, 1986). Permukaan kerabang telur mula-mula dilapisi oleh cairan mukosa yang kental. Pada saat dikeluarkan oleh induknya terjadi pengeringan cairan mukosa tersebut. Cairan mukosa basah mampu melindungi telur dari penetrasi air, gas dan bakteri melalui pori-pori kerabang. Setelah mengering penutupan pori-pori menjadi tidak sempurna lagi (Muchtadi, 1992).

Kerabang telur sebagian besar terdiri dari senyawa anorganik antara lain garam-garam kalium, garam-garam fosfat, dan garam-garam karbonat. Jumlah garam-garam karbonat khususnya magnesium karbonat (MgCO3), akan memengaruhi kekerasan

kerabang (Sirait, 1986). Kerabang telur terdiri dari empat bagian yaitu:

(1) lapisan membran kerabang telur, (2) lapisan mamila, (3) lapisan bunga karang (spingosa), dan (4) lapisan kutikula (Kurtini et al., 2011).

Karakteristik dari kerabang telur adalah adanya pori-pori pada permukaan kerabang. Bagian tumpul telur jumlah pori-pori per satuan luas lebih besar dibandingkan dengan bagian lainnya sehingga terjadi rongga udara di sekitar daerah ini (Sirait, 1986). Pori-pori telur itik berbeda dengan telur ayam, baik dalam jumlah maupun ukurannya. Pori-pori yang terdapat pada telur itik tiap cm2 jauh lebih banyak dibandingkan dengan telur ayam (Romanoff dan Romannof, 1963). Perbedaan jumlah pori-pori pada telur itik dan ayam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Ukuran dan bentuk pori-pori telur itik dan ayam

Jenis telur Pori-pori besar (mm) Pori-pori kecil (mm)

Itik 0,036 x 0,031 0,014 x 0,012

Ayam 0,029 x 0,020 0,011 x 0,009

(26)

11

Telur unggas air umumnya memiliki warna kerabang hijau kebiruan. Sifat ini diturunkan dengan berbagai faktor pola dan gen yang memengaruhinya. Pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna kerabang telur itik menjadi hijau kebiruan adalah biliverdin khususnya zick chelate dan protoporpirin IX yang umumnya ditemukan pada telur berkerabang cokelat (Washburn, 1993).

Biliverdin merupakan produk sampingan dari penguraian hemoglobin dan akhirnya akan menampilkan warna biru atau hijau di cangkang. Konsentrasi biliverdin bervariasi secara signifikan ketika disintesis di uterus dan tidak beredar dalam serum atau empedu antara pada itik yang menghasilkan kerabang berwarna biru maupun putih (Mushawwir dan Latipudin, 2013). Penelitian Liu et al.(2007) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi biliverdin yang disintesis di uterus yang menghasilkan telur berwarna kerabang biru maupun putih. Perbedaan warna ini mungkin timbul dari deposisi biliverdin yang berbeda pada itik yang menghasilkan warna berbeda (biru dan putih).

Telur yang memiliki warna kerabang yang lebih tua menunjukkan ketebalan kerabang yang relatif lebih tebal dibandingkan dengan warna kerabang yang lebih muda. Hal ini dapat memengaruhi besarnya pori-pori kerabang dari telur,

(27)

12

sebesar 3,56% sehingga sebagian besar Ca kerabang akan tercukupi (Mushawwir dan Latipudin, 2013).

Kerabang telur itik yang tipis relatif berpori lebih banyak dan besar sehingga mempercepat turunnya kualitas telur yang terjadi akibat adanya penguapan. Penguapan pada telur itik terjadi lebih cepat tergantung dari warna kerabang itu sendiri. Semakin gelap warna kerabang telur itik menandakan pori pada kerabang lebih sedikit dan tidak padat dibandingkan dengan telur itik yang berwana cerah (Yuwanta, 2010).

2. Albumen

Albumen merupakan bagian telur yang mengandung protein dalam berbagai jenis. Protein tersebut yang akan memengaruhi sifat fungsional telur (Winarno dan Koswara, 2002). Albumen yang mengelilingi yolk merupakan bagian yang

terbesar dari telur utuh (lebih kurang 60%) (Stadelman dan Cotterill, 1995). Hasil penelitian Budiman dan Rukmiasih (2007) menunjukkan bahwa berat albumen itik tegal adalah 33,96 ± 3,94 g atau sekitar 53,03% dari bobot telur secara keseluruhan.

Kualitas albumen dipengaruhi oleh keturunan, umur, produksi, sistem

pemeliharaan, musim, suhu lingkungan, dan penyakit (Hardianto, 1981). Selama penyimpanan terjadi perubahan tebal albumen secara cukup nyata yang

(28)

13

Albumen terdiri dari empat bagian yaitu berturut-turut bagian dari luar ke dalam adalah lapisan albumen encer bagian luar, lapisan albumen kental bagian luar, lapisan albumen encer bagian dalam dan bagian chalazaferous (Nakamura dan Doi, 2000). Lapisan chalazaferous merupakan lapisan tipis tetapi kuat yang mengelilingi yolk dan membentuk ke arah dua sisi yang berlawanan membentuk chalaza (Buckle et al., 2007). Perbedaan kekentalan tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian ini banyak mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula yang paling mudah rusak. Kerusakan terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin yang berfungsi sebagai pembentuk struktur albumen (Kurtini et al., 2011).

Albumen yang semakin encer mengakibatkan naiknya pH albumen. Peningkatan pH albumen ini disebabkan oleh sebagian besar unsur anorganik albumen yang terdiri atas natrium dan kalsium bikarbonat, bila kehilangan CO2 pada albumen

melalui pori-pori kerabang selama penyimpanan maka albumen menjadi alkali (Winarno dan Jennie, 1982). Pengenceran bagian albumen kental disebabkan oleh adanya kerusakan fisikokimia dari serabut ovomucin. Ovomucin merupakan glikoprotein yang berbentuk serabut atau jala-jala yang dapat mengikat cairan telur untuk dibentuk menjadi struktur gel pada albumen (Stadelman dan Cotterill, 1997).

3. Yolk

(29)

14

emulsi lemak di dalam air yang mengandung 50% bahan padat, yang terdiri atas 1/3 protein dan 2/3 lemak (Belitz dan Grosch, 1999).

Letak yolk berada di tengah-tengah bila telur dalam keadaan normal atau masih segar (Romannof dan Romannof, 1963). Selama penyimpanan akan terjadi migrasi air dari bagian albumen ke yolk dan mengakibatkan persentase bahan padat menurun selama penyimpanan (Stadelman dan Cotterill, 1995), selanjutnya akan menyebabkan perenggangan membran vitelin hingga pecah, sehingga yolk dapat bercampur dengan albumen (Abbas, 1989). Kekuatan dan elastisitas membran vitelin memengaruhi tinggi yolk (Heath, 1977).

Yolk mengandung zat warna yang bersifat larut dalam alkohol, yaitu pigmen karotenoid. Warna yolk dipengaruhi oleh tingkat pigmen ransum. Pada yolk ayam atau telur itik, banyak terdapat lutein. Warna yolk bukan disebabkan oleh karoten atau provitamin A melainkan oleh betha lutein (Kurtini et al., 2011).

B. Standarisasi dan Kualitas Telur

(30)

15

Kualitas telur dapat mengalami penurunan selama penyimpanan. Hal ini terjadi karena penguapan CO2 dan air dari dalam telur, sehingga akan mengakibatkan pH

telur meningkat. Perubahan ini terjadi setelah telur dikeluarkan dari induknya (Belitz dan Grosch, 1999). Penguapan air melalui kerabang telur, difusi air dari albumen ke yolk akibat perbedaan tekanan osmotik, terjadinya pelepasan gas yang menyebabkan pH naik dan struktur gel albumen rusak. Semua kejadian tersebut berlangsung terus-menerus, sehingga semakin lama telur disimpan maka akan semakin encer (Romannof dan Romannof, 1963). Tinggi albumen maksimum pada saat telur dikeluarkan dan nilai tersebut menurun seiring dengan

meningkatnya lama penyimpanan (Silversides dan Scott, 2000).

Penurunan kualitas telur, terutama albumen disebabkan oleh CO2 dan H2O dalam

telur menguap dan masuknya mikroba atau bakteri ke dalam telur melalui kerabang telur (Syarief dan Halid, 1992).

Untuk menentukan kualitas internal telur dapat dilihat dari perubahan selama penyimpanan telur sebagai berikut

1. Indeks albumen

(31)

16

penurunan dari hari ke-3 penyimpanan 0,16 menjadi 0,09 pada hari ke-10 dan 0,06 pada hari ke-17.

Menurut (BSN, 2008), mutu indeks albumen pada telur ayam konsumsi dibagi menjadi tiga, yaitu mutu I dengan kisaran 0,13--0,17 dan tingkat kekentalan yaitu kental, mutu II yaitu 0,09--0,13 dengan tingkat kekentalan yaitu sedikit encer, dan mutu III yaitu 0,05--0,09 dengan tingkat kekentalan albumen yaitu encer tetapi yolk belum tercampur dengan albumen.

Semakin lama telur disimpan maka nilai indeks albumen akan menurun. Hal ini disebabkan oleh sifat fisika-kimia pada telur kehilangan CO2 melalui pori-pori

kulit dari albumen yang menyebabkan perubahan fisik dan kimia (Tien et al., 2010).

2. Indeks yolk

Indeks yolk merupakan indeks mutu kesegaran yang diukur dari tinggi dan diameter yolk (Sudaryani, 2003). Indeks yolk beragam antara 0,33 dan 0,50 dengan nilai rata-rata 0,42. Semakin bertambahnya umur telur, indeks yolk semakin menurun karena penambahan ukuran yolk akibat perpindahan air (Buckle et al., 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Surainiwati et al. (2013) bahwa rata-rata nilai indeks yolk telur itik tegal segar pada hari ke-3 (0,44), mengalami penurunan berturut-turut pada hari ke-10 (0,33), hari ke-17 (0,32). Hasil

(32)

17

Mutu indeks yolk pada telur ayam konsumsi dibagi menjadi tiga, yaitu mutu I dengan kisaran 0,45--0,52 dan bentuk posisi yolk bulat di tengah, mutu II yaitu 0,39--0,45 dengan bentuk posisi yolk agak pipih sedikit bergeser dari tengah, dan mutu III yaitu 0,33--0,39 dengan bentuk posisi yolk pipih agak ke pinggir (BSN, 2008).

3. Derajat keasaman (pH telur)

Pada peningkatan pH akan terjadi ikatan kompleks ovomucin-lysozym yang akan mengeluarkan air sehingga albumen menjadi encer. Perubahan nilai pH albumen disebabkan oleh hilangnya CO2 dan aktifnya enzim proteolitik yang merusak

membran vitelin menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan albumen menjadi cair dan tipis. Persentase albumen akan menurun dengan bertambahnya umur dan pada akhir periode produksi relatif konstan (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Fahrullah, 2012).

Peningkatan pH telur disebabkan oleh penguapan CO2 juga mengakibatkan

berubahnya konsentrasi hidrogen. Telur yang baru ditelurkan memiliki pH sekitar 7,8 tetapi selama penyimpanan dapat meningkat menjadi 9,5 atau lebih pada telur kualitas rendah. Derajat keasaman albumen tergantung dari keseimbangan antara penguraian CO2, ion bikarbonat, ion karbonat, dan protein. Konsentrasi ion

bikarbonat dan karbonat dipengaruhi CO2 lingkungan luar (Kurtini et al., 2011).

CO2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur mengakibatkan konsentrasi ion

(33)

18

kerusakan serabut-serabut ovomucin (yang memberikan tekstur kental), sehingga kekentalan albumen menurun (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Berdasarkan penelitian Rosidah (2006), pada minggu kedua masa penyimpanan telur itik tegal pH telur mengalami peningkatan hingga 9,43. Meningkatnya pH telur berkorelasi positif terhadap kestabilan buih telur, sebagai akibat dari rusaknya protein yang berperan dalam kestabilan buih.

C. Hubungan Lama Simpan dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan pH Telur

Lama penyimpanan akan berpengaruh pada rongga udara telur sehingga mengakibatkan meningkatnya konsentrasi dan kadar air pada telur. Albumen merupakan bagian yang paling mudah rusak jika kadar air tidak seimbang. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai indeks albumen, semakin lama umur penyimpanan maka nilai indeks albumen akan menurun yang

disebabkan oleh CO2 dan H2O yang menguap sehingga berpengaruh pada pH telur

(Surainiwati et al., 2013). Penyimpangan fisik telur itik yang disebabkan oleh lama penyimpanan pada suhu ruang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penyimpangan fisik telur itik yang disimpan pada suhu ruang

Aspek-aspek yang diteliti Lama penyimpanan

≤ 1 hari 7 hari 14 hari

1. Penyusutan berat telur (%) 2. Penyusutan indeks yolk 3. Tinggi albumen kental (mm)

(34)

19

Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari albumen menuju yolk sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10oC dan indeks yolk dari 0,45 menjadi 0,30 serta penurunan tinggi yolk apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25oC. Tekanan osmotik yolk lebih besar dari albumen sehingga air dari albumen

berpindah menuju yolk. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas yolk menurun sehingga yolk menjadi pipih kemudian akan pecah. Pemindahan air ini tergantung dari kekentalan albumen. Yolk akan menjadi semakin lembek sehingga indeks yolk menurun, kemudian membran vitelin akan rusak dan menyebabkan yolk rusak (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Soeparno et al., 2011).

Masuknya air akan semakin memperbesar diameter granula (Sirait, 1986). Apabila telur terlalu lama disimpan akan menurunkan indeks yolk yang disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosis mengakibatkan terjadinya difusi air dari albumen ke dalam yolk (Nowland,1978). Indeks yolk dapat menurun menjadi 0,35 atau kurang karena semakin encer dan semakin lebarnya albumen dibandingkan dengan telur yang baru (Indratiningsih dan Rihastuti, 1996).

(35)

20

suhu ruang menjadi 9,0--9,7. Peningkatan tersebut terjadi karena penguapan CO2,

O2, ion bikarbonat, dan protein (Abbas, 1998).

D. Hubungan Warna Kerabang dengan Indeks Albumen, Indeks Yolk, dan pH Telur

Telur dengan kerabang gelap lebih tebal dan kuat jika dibandingkan dengan telur yang memiliki kerabang terang. Kerabang telur terang lebih tipis, relatif berpori lebih banyak, dan besar sehingga mempercepat turunnya kualitas telur akibat penguapan.CO2 yang hilang melalui pori-pori kerabang telur mengakibatkan

konsentrasi ion bikarbonat dalam albumen menurun dan merusak sistem buffer, aktifnya enzim proteolitik juga merusak membran vitelin menjadi lemah dan akhirnya pecah sehingga menyebabkan albumen menjadi cair dan tipis (Jazil et al., 2012). Hal tersebut menjadikan albumen bersifat basa dan pH albumen naik yang diikuti dengan kerusakan serabut-serabut ovomucin (yang memberikan tekstur kental), sehingga kekentalan albumen menurun yang diikuti dengan menurunnya indeks albumen dan yolk. Yolk akan menjadi semakin lembek dan membran vitelin yang rusak menyebabkan yolk pecah (Romanoff dan Romanoff, 1963).

Warna kerabang berpengaruh nyata dalam memengaruhi kondisi pH internal telur itik. Hal ini terjadi akibat adanya penguapan air dan gas seperti CO2 melalui

pori-pori pada warna kerabang yang menyebabkan albumen kental semakin encer. Semakin terang warna kerabang semakin banyak pori pori pada kerabang. Perubahan kandungan CO2 dalam albumen akan mengakibatkan perubahan pH

(36)

21

(37)

III. BAHAN DAN METODE KERJA

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 7--21 April 2014 di Peternakan Itik Eko Jaya dan Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Jurusan Peternakan, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah telur itik tegal dengan rata-rata berat telur 63,80 ± 2,04 g (KK=3,20%) dan warna kerabang terang (W1) dan gelap

(W2) yang disimpan selama 0 hari (P0), 7 hari (P1), dan 14 hari (P2) pada suhu

(38)

23

2. Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain egg tray yang digunakan sebagai tempat meletakkan telur pada saat penyimpanan; timbangan elektrik kapasitas 210 g dengan ketelitian 0,001 g yang digunakan untuk menimbang telur sebelum dan sesudah penyimpanan; termometer dan higrometer untuk mengukur suhu dan kelembapan lingkungan tempat penyimpanan telur; pH meter Ezido pH 5011 yang digunakan untuk mengukur pH telur; meja kaca sebagai alas untuk meletakkan pecahan telur yang diukur; pisau untuk memecahkan telur; jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter albumen dan yolk; kain lap untuk membersihkan telur; gelas piala untuk menempatkan telur; tisu untuk mengelap peralatan yang akan digunakan; spatula untuk mengaduk antara albumen dan yolk; label untuk menandai telur; ember plastik untuk menampung telur yang sudah dipecah; tripod mikrometer elektrik untuk mengukur tinggi albumen dan yolk; alat tulis untuk menulis data.

C. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola tersarang, faktor lama penyimpanan (0, 7, dan 14 hari) sebagai petak utama dan faktor intensitas warna kerabang telur (terang dan gelap) sebagai petak tersarang, masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 4 kali. Perlakuan sbb: - P0W1 : lama penyimpanan 0 hari, warna kerabang terang

- P0W2 : lama penyimpanan 0 hari, warna kerabang gelap

(39)

24

- P1W2 : lama penyimpanan 7 hari, warna kerabang gelap

- P2W1 : lama penyimpanan 14 hari, warna kerabang terang

- P2W2 : lama penyimpanan 14 hari, warna kerabang gelap

Jumlah telur yang digunakan sebanyak 72 butir dan setiap satuan percobaan terdiri dari 3 butir telur. Telur yang digunakan seragam karena berasal dari strain induk, umur induk, jenis ransum, dan berat telur yang relatif sama. Peubah yang diamati adalah indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur.

2. Analisis data

Analisis data dilakukan sesuai dengan asumsi analisis ragam yaitu uji normalitas, uji aditivitas, dan uji homogenitas. Jika ada peubah yang nyata dilanjutkan dengan menggunakan uji ortogonal kontras pada taraf nyata 5% antara warna kerabang yang berbeda pada lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari (Steel dan Torrie, 1995).

D. Prosedur Penelitian

a. Pengumpulan telur dilakukan selama 1 hari, yaitu dari kandang itik tegal, dengan jumlah telur yang digunakan 72 butir, masing-masing 36 butir telur itik tegal berkerabang gelap dan 36 butir telur itik tegal berkerabang terang;

b. Membawa 72 butir telur itik tersebut dari kandang itik petelur Eko Jaya ke Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Universitas Lampung; c. Menimbang berat awal telur dan memberi tanda pada telur sesuai dengan

(40)

25

d. Menyimpan telur pada suhu ruang berkisar 28--29oC di ruang penyimpanan selama 0, 7, dan 14 hari;

e. Memecahkan telur sesuai perlakuan lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari sebanyak 24 butir dengan intensitas warna kerabang terang dan gelap,

kemudian memeriksa kualitas internal telur (indeks albumen, indeks yolk, dan pH telur);

f. Mencatat data yang diperoleh.

E. Peubah yang Diamati

1. Nilai indeks albumen

Nilai indeks albumen merupakan perbandingan antara tinggi albumen kental (mm) dan rata-rata diameter terpanjang dan terpendek dari albumen kental (mm)

(Kurtini et al., 2011).

IPT = T ½ (L1+L2)

(41)

26

Cara pengukuran lebar albumen dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Cara pengukuran lebar albumen

2. Nilai indeks yolk

Komponen yang digunakan untuk mengukur indeks yolk adalah tinggi dan lebar yolk (Sirait, 1986). Nilai indeks yolk merupakan perbandingan antara tinggi dan lebar yolk (mm). Pengukuran secara kuantitatif terhadap kualitas yolk adalah dengan indeks yolk (Kurtini et al., 2011). Nilai yang diperoleh dimasukkan dalam formulasi sebagai berikut:

IKT = tinggi yolk lebar yolk (Laily dan Suhendra, 1978)

Cara pengukuran tinggi dan lebar yolk serta tinggi albumen dapat dilihat pada Gambar 3.

(42)

27

Keterangan:

t : tinggi yolk (mm) l : lebar yolk (mm) h : tinggi albumen (mm)

3. Derajat keasaman telur (pH telur)

(43)

38

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada kualitas internal telur itik tegal maka dapat disimpulkan :

1. Perlakuan warna kerabang pada lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari berbeda tidak nyata (P>0,05) terhadap penurunan nilai indeks albumen, indeks yolk dan pH telur itik tegal.

2. Perbedaan warna kerabang telur terang dan gelap pada lama penyimpanan 0, 7, dan 14 hari memberikan kontribusi yang sama terhadap indeks albumen, indeks yolk dan pH telur itik tegal.

B. Saran

(44)

42

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. H. 1989. Pengelolaan Produksi Unggas. Jilid Pertama. Universitas Andalas, Padang

Badan Standar Nasional (BSN). 2008. SNI 3926:2008. Telur Ayam Konsumsi. BSN. Jakarta

Belitz, H.D. and W. Grosch. 1999. Food Chemistry. 2nd Ed. Spinger. Berlin Buckle, K.A., R.A. Edward, G.H. Fleet dan Wootton. 2007. Ilmu Pangan. Edisi

ke-4. Terjemahan: Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press. Jakarta Budiman, C. dan Rukmiasih. 2007. Karakteristik putih telur itik tegal. Jurnal

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Produksi Telur Menurut Provinsi 2009-2013. Direktorat Jenderal Peternakan. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Diakses tanggal 10 Desember 2013

Ensminger, L. E. and M. C. Nesheim. 1992. Poultry Science. 3rd Edition. Interstate Publisher Inc. United States

Fahrullah. 2012. Pengaruh Penggunaan Probiotik Komersial sebagai Bahan Curing dalam Pembuatan Telur Itik Asin. Skripsi. Program Studi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanudin. Makasar

Fitriasani, Y. 2010. Pengaruh Umur Induk Terhadap Kualitas Internal Telur Itik Tegal yang Disimpan Selama 2 Minggu. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hardiyanto. 1981. Pengaruh Jenis dan Umur Itik terhadap Kuning Telur yang Dipelihara dalam Sangkar Tunggal dan Kandang Alas Litter. Skripsi. Fakultas Peternakan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor

(45)

43

Hintono, A. 1997. Kualitas telur yang disimpan dalam kemasan atmosfer termodifikasi. Jurnal Sainteks. Vol. IV no.3 Juni 1997. Halaman 45-51 Indratiningsih, R.A. dan Rihastuti. 1996. Dasar Teknologi Hasil Ternak. Susu

dan Telur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Jazil, N., A. Hintono., dan S. Mulyani. 2012. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan intensitas warna cokelat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal Penelitian. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang

Kurtini, T. 1988. Pengaruh Bentuk dan Warna Kulit Telur terhadap Daya Tetas dan Sex Rasio Itik Tegal. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Universitas Padjajaran. Bandung

Kurtini, T., K. Nova., dan D. Septinova. 2011. Produksi Ternak Unggas.

Universitas Lampung. Anugrah Utama Raharja (AURA). Bandar Lampung Laily, R. A., dan P. Suhendra. 1978. Teknologi Hasil Ternak Bagian II.

Teknologi Telur. Edisi ke-2. Lephas. Ujung Pandang

Liu, H. Y., C. Q Zhang, C. T. Ge, and J. X. Liu. 2007. Effects of Daidzein on mRNA Expression of Gonadotropin Receptors and P450 Aromatase in Ovarian Follicles of White Silky Fowls. Asian-autralas. J. Anim. Sci. 30;856-862.

Muchtadi, T. R. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor Mushawwir, A. dan D. Latipudin. 2013. Biologi Sintesis Telur; Perspektif

Fisiologi, Biokimia, dan Molekuler Produksi Telur. Edisi ke-1. Graha Ilmu. Yogyakarta

Nakamura, R. and Doi. 2000. Egg Proccessing. In: S. Nakai dan H. W. Modler (Editor). Food Proteins: Processing Aplications. Wiley-VCH, Inc., New York

National Research Council (NRC). 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy of Science. Washington D.C.

Nowland, W.J. 1978. Modern Poultry Management In Australia. Rigney United, Perth

(46)

44

Priyadi, W. 2002. Pengaruh Jenis Telur dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Internal Telur yang Diawetkan dengan Parafin Cair. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Ranto dan M. Sitanggang. 2007. Panduan Lengkap Beternak Itik. Cetakan Kedua Revisi. Agro Media, Jakarta

Romannof, A.L. dan A. Romannof. 1963. The Avian Egg. 2nd Ed. John Wiley and Sons. New York

Rosidah. 2006. Hubungan Umur Simpan dengan Penyusutan Bobot, Nilai Haugh Unit, Daya dan Kestabilan Buih Putih Telur Itik Tegal pada Suhu

Ruang.Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rusli. 2009. Kualitas Telur Itik Asin (Studi Kadar Air, Organoleptik Dan Daya

Simpan). Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Muhammadiyah Malang

Silversides, F.G and Scott T.A. 2000. The effect of storage and strain of hen on egg quality. J. Poultry Sci. 79: 1725-1729

Sirait, C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor

Soeparno, R.A. Rihastuti, Indratiningsih, dan S. Triatmojo, 2011. Dasar

Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Stadelman, W.J. dan O.J Cotterill. 1995. Egg Science and Technology. 4th Edition. Food Products Press. An Imprint of The Haworth Press, Inc. New York

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik, Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta

Suardana , I. W. dan Swacita, I. B. N. 2008. Buku Ajar Higiene Makanan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Universitas Udayana. Bali

Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Cetakan Keempat. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Surainiwati., I.K. Suada, dan M.D. Rudyanto. 2013. Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok dan Tanah Liat. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Bali Syarief, R. dan H. Halid. 1992. Teknologi Penyimpanan Pangan. Kerjasama

(47)

45

Tien, R. M, Sugiono dan Ayustaningsih, F. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Cetakan Kedua. Alfabeta. Bandung

Umar. 2000. Kualitas Fisik Telur Ayam Kampung Segar di Pasar Tradisional, Swalayan, dan Peternakan di Kotamadya Bogor. Skripsi. Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

United States Departement of Agriculture (USDA). 2007. Nutrient Database for Standard Reference. RI

Washburn, K.W. 1993. Genetics variation in egg composition. In: Poultry breeding and genetics. R.D. Crawford (Ed.). Department of Animal and Poultry Science. University of Saskatchewan. Saskatoo. Canada. pp. 781-804

Well, R.G. 1968. The Measurement of Certain Egg Quality Characteristics: A Review. In: Carter T.C. (Ed.). Egg Quality. A Study of Hen’s Egg. Oliver and Boyd. Robert Cunningham and Son Ltd. Alva. Great Britain

Whendarto, I dan I.M. Madyana. 1986. Beternak Itik Tegal Secara Populer. Eka Offset. Semarang

Winarno, F. G. dan L. Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan

Pencegahannya. Ghalia Indonesia Press. Institut Pertanian Bogor. Bogor Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan

Pengolahannya. M-Brio Press. Bogor

Gambar

Tabel 1.  Komposisi telur ayam dan itik
Tabel 3.  Penyimpangan fisik telur itik yang disimpan pada suhu ruang
Gambar 2.  Cara pengukuran lebar albumen

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk informasi di atas karena pentingnya data jumlah pelanggan telepon berbayar untuk menjaga stabilitas perusahaan dan menjadi suatu tolak ukur pengambil kebijakan

Sistem Aplikasi Mobile GIS layanan informasi lokasi penting kota Surakarta berbasis Android bersifat client server yang terdiri dari dua aplikasi, yaitu aplikasi client yang

Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik. Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi mukosa.. IL-6 dan IL-8 mukosa

Tujuan:    Setelah Setelah melaksanakan melaksanakan PI/PKL PI/PKL mahasiswa mahasiswa memahami tentang manajemen perusahaan/dunia industri memahami tentang manajemen

Ini adalah disebabkan kebelakangan ini masyarakat telah tidak begitu yakin terhadap perkhidmatan yang diberikan oleh para profesional memandangkan terdapat banyak salah laku atau

Rancang Bangun Sistem Keamanan Smart Door Lock Menggunakan E-KTP (Elektronik Kartu Pada Diagram Blok perancangan alat gambar 1 memiliki sensor RFID reader yang berfungsi

Hasil ulasan perpustakan mengenai kelajuan berjalan yang dilakukan oleh kumpulan kajian kami telah menyimpulkan bahawa pada masa ini tiada titik cantas kelajuan berjalan