• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL DALAM PENINGKATAN MUTU PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SERIBU BUKIT KABUPATEN GAYO LUES.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL DALAM PENINGKATAN MUTU PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SERIBU BUKIT KABUPATEN GAYO LUES."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SUPERVISI MANAJERIAL DALAM PENINGKATAN MUTU PENGELOLAAN SEKOLAH

MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI SERIBU BUKIT KABUPATEN GAYO LUES

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : ABUNIFAH NIM. 8146132035

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Abunifah. Nomor Induk Mahasiswa 8146132035. Pelaksanaan Supervisi Manajerial Dalam Peningkatan Mutu Pengelolaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kurikulum dan pembelajaran; (2) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kesiswaan; (3) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana; (4) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen ketenagaan; (5) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen keuangan; (6) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat; (7) bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen layanan khusus. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengambilan sampel situasi sosial yang digunakan adalah purposive sampling. Sebagai informan kunci adalah kepala SMA Negeri Seribu Bukit dan pengawas manajerial yang ditugaskan di sekolah tersebut. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi dokumen, dan triangulasi. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, pembahasan data, dan kesimpulan. Untuk keabsahan data ditempuh empat kriteria: (1) kredibelitas data, (2) tranferabilitas data, (3) dependibilitas data, (4) korfirmabilitas data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam meningkatkan mutu pengelolaan SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues belum dapat memberikan kontribusi yang besar karena program kerja sekolah dan program kerja Dinas Pendidikan belum terintegrasi dengan pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Hasil supervisi manajerial belum menjadi bagian acuan dalam penyusunan rencana kerja sekolah dan rencana kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Gayo Lues.

(6)

ABSTRACT

Abunifah. Student Identification Number 8146132035. Managerial Supervisory Implementation In Quality Improvement of School Management in SMA) Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

The research formulation are as follow (1) how the implementation of managerial supervision by school supervisors in the curriculum management; (2) how the implementation of managerial supervision by school supervisors in the student management; (3) how the implementation of managerial supervision by school supervisors in the facilities and infrastructure management; (4) how the implementation of managerial supervision by a school supervisor in the personnel management; (5) how the implementation of managerial supervision by a school supervisor in financial management; (6) how the implementation of managerial supervision by school supervisors in the management of schools and public relations; (7) how the implementation of managerial supervision by school supervisors in the management of school certain supporting services. This study is designed by using qualitative descriptive case study method. The sampling technique is used in social situation with purposive sampling. The key informant were the principal of SMA Negeri Seribu Bukit Regency and the managerial supervisor who was assigned at the school. Data collection techniques are interviews, the study documents and triangulation. The data analysis was done through data reduction, data presentation, discussion of the data, and conclusions. For the validity of the data taken four criteria: (1) credibility of data, (2) transferability of data, (3) dependability of data, (4) corfirmability of data. The results of this study indicated that the implementation of managerial supervision by school supervisors in improving the quality of management of SMA Negeri Seribu Bukit Regency of Gayo Lues has not been able to make a major contribution, for the work program of the school and the work program of the Department of Education has not been intgrated with the implementation of managerial supervision carried out by the school superintendent. The result and report of managerial supervision has not been part of references in the work plans of the school and work plans of Gayo Lues District Education Office.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sanjungkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Di antara rahmat dan karunia tersebut adalah berupa bantuan moril materil dari beberapa pihak. Bersama ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Pembimbing tesis: Bapak Dr. Darwin, M. Pd (Pembimbing I) dan Bapak Dr. Arif Rahman, M. Pd (Pembimbing II).

2. Pimpinan Universitas Negeri Medan dan jajarannya: Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd; Direktur Pascasarjana, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, dan Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan, Bapak Dr. Darwin, M. Pd.

3. Semua tenaga pengajar pada Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gayo Lues, Bapak Drs. M. Jamin, beserta jajarannya.

5. Kepala SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues, Bapak Salid, S. Pd, MM, beserta jajarannya.

6. Pengawas Manajerial pada SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues Ibu Dra. Anizar Sahali.

7. Direktur dan jajaran Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(8)

9. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Kepengawasan, Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Persembahan khusus kepada isteriku terkasih Kasmawati, anak-anakku tersayang Helio Daian, Habib Al Hanif, dan Ajlalana Afada yang selalu mendoakan, memberi dorongan moril, yang telah dengan tabah dan ikhlas menunggu serta mengorbankan waktu kebersamaan keluarga selama penulis menjadi mahasiwa.

Kepada ibundaku yang mulia Hj. Umi Kasum, yang telah mengijinkan dan merelakan kealpaan baktiku kepadanya selama penulis menjadi mahasiwa.

Medan, Mei 2016

Penulis

(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 8

1.3 Rumusan Masalah ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Manajemen Sekolah ... 12

2.1.1 Manajemen Sekolah ... 12

2.1.2 Fungsi Manajemen Sekolah ... 14

2.1.3 Operasional Manajemen Sekolah ... 18

2.2 Konsep Supervisi Pendidikan... 27

2.2.1 Pengertian Supervisi Pendidikan ... 27

2.2.2 Prinsip-Prinsip Supervisi ... 28

2.2.3 Supervisi Manajerial ... 31

2.3 Hakekat Pengawas Sekolah ... 33

2.3.1 Gambaran Umum Pengawas Sekolah ... 33

2.3.2 Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah ... 35

2.3.3 Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah ... 36

2.3.4 Beban Kerja Pengawas Sekolah ... 39

2.3.5 Kualifikasi Pengawas Sekolah ... 39

(10)

2.4 Mutu Pendidikan ... 43

2.4.1 Konsep Dasar Mutu Pendidikan ... 43

2.4.2 PengendalianMutu, PenjaminanMutu, dan Manajemen Mutu Pendidikan ... 45

2.4.3 Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah ... 46

2.4.4 Peran Pengawas Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah ... 48

2.4.5 Peran Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Mutu Sekolah ... 53

2.5 Kerangka Konseptual ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian ... 60

3.2 Pendekatan, Metode, dan SituasiSosial ... 60

3.2.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 60

3.2.2 Situasi Sosial ... 61

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.3.1 Wawancara ... 63

3.3.2 Studi Dokumen ... 64

3.3.3 Triangulasi ... 65

3.4 Instrumen dan Perlengkapan Penelitian ... 66

3.5 Analisis Data ... 68

3.6 Keabsahan Penelitian ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 73

4.1.1 Identitas Sekolah ... 73

4.1.2 Sejarah Singkat SMA Negeri Seribu Bukit ... 74

4.1.3 Visi dan Misi, Sasaran dan Tujuan... 75

4.1.4 Lingkungan Sekolah ... 78

4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 79

4.1.6 Anggaran Sekolah ... 80

4.1.7 Personil Sekolah ... 81

(11)

vii

4.1.9 Orang Tua Peserta Didik ... 85

4.2 Hasil Penelitian ... 86

4.3 Pembahasan ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 117

5.2 Implikasi ... 120

5.3 Saran ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(12)

DAFTAR TABEL

[image:12.595.66.535.82.656.2]

Halaman

Tabel 4.1 Keadaan Gedung Sekolah SMA Negeri Seribu Bukit ... 79

Tabel 4.2 Sumber Dana Pendidikan SMA Negeri Seribu Bukit ... 80

Tabel 4.3 Data Siswa Per Tahun Pembelajaran ... 81

Tabel 4.4 Jumlah Peserta Didik Tahun 2014-2015 ... 82

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

[image:13.595.86.527.86.574.2]
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Tujuan dan Informan Wawancara ... 127

Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Pengawas Sekolah ... 128

Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 130

Lampiran 4 Transkripsi Wawancara dengan Pengawas Sekolah ... 132

Lampiran 5 Transkripsi Wawancara dengan Pengawas Sekolah ... 137

Lampiran 6 Transkripsi Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 148

Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan Wawancara ... 159

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengawas sekolah, kepala sekolah dan guru adalah tiga unsur utama pelaku pendidikan di sekolah yang dalam melaksanakan tugasnya perlu bersinergi agar tujuan sekolah dapat tercapai. Dari ketiga unsur tersebut, guru adalah tenaga pendidik yang dominan berinteraksi langsung dengan siswa di dalam kelas, kepala sekolah sebagai pengelola sekolah memfasilitasi guru dalam melaksanakan tugas, sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah, baik pengawasan bidang akademik maupun pengawasan bidang manajerial.

Sekolah sebagai organisasi pembelajaran, peran kepala sekolah sangat sentral dan dominan, dalam pengelolaan penyelenggaraan sekolah. Agung (2013: 95) menyatakan peran tersebut adalah (1) peran manajerial, (2) peran motivator, (3) peran fasilitator, (4) peran administrator, (5) peran supervisor, (6) peran evaluator, (7) peran edukator, (8) peran pencipta iklim sekolah, (9) peran kewirausahaan. Tentang peran manajerial kepala sekolah lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 58A ayat 1 poin a menyatakan “Kepala sekolah/Madrasah menjalankan fungsi manajemen satuan pendidikan”.

Dalam Metode dan Teknik Supervisi, Kemendiknas (2008: 11) dinyatakan bahwa bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi: (a) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) manajemen kesiswaan, (c) manajemen sarana dan prasarana, (d) manajemen ketenagaan, (e) manajemen

(16)

2

keuangan, (f) manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) manajemen layanan khusus.

Pada fungsi manajemen menurut para ahli, salah satu fungsi yang selalu ada didalamnya adalah fungsi pengawasan. Ula (2013: 14-23) bahwa fungsi manajemen teridiri dari 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengarahan, 4) pengawasan. Newman dalam Wau (2013: 85) mengklasifikasikan fungsi manajemen atas lima kegiatan yaitu 1) perencanaan, 2) pengorganisasian, 3) pengumpulan sumber, 4) pengendalian, 5) pengawasan. Selanjutnya George R Terry dalam halaman yang sama mengklasifikasikan fungsi manajemen sebagai 1) planning, 2) organizing, 3) leading, 4) controlling.

(17)

3

Kabupaten/Kota yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Hubungan kerja antara kepala sekolah dengan pengawas sekolah adalah sejajar dan bukan hubungan hirarki. Kedua jabatan tersebut adalah jabatan fungsional. Jabatan kepala sekolah adalah jabatan tambahan bagi seorang guru sedangkan jabatan utamanya tetap sebagai guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 tahun 2007 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah. Sedangkan jabatan pengawas sekolah diangkat dari guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa jabatan Pengawas Sekolah adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh guru yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil.

(18)

4

Menurut Sudjana (2012:2) pengawas sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk membantu meningkatkan profesionalisme guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas sekolah berkewajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif dalam belajar dan pembelajaran. Hal ini berarti keberadaan pengawas sekolah secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja guru dan kepala sekolah.

(19)

5

kinerja guru dan kepala sekolah untuk ditujukan kepada Kepala Dinas dan Pemerintah Daerah sebagai pembina pegawai di Kabupaten/Kota. Pengawas sekolah tidak berwenang mengeksekusi rekomendasi hasil penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, dengan demikian pengawas sekolah berfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Secara struktur organisasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Nomor tahun 2007 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah, pengawas sekolah berada dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota. Sebagai tenaga fungsional pengawas sekolah, dalam pelaksanaan tugas kepengawasan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga antara Kepala Pendidikan dan Kebudayaan pengawas sekolah dapat berfungsi sebagai mediator antara guru dan dengan kepala sekolah dan antara kepala sekolah dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kabupaten/Kota sekaligus juga dapat menjadi mitra bagi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas sekolah juga sebagai perpanjangan tangan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten/Kota, Barnawi dan Arifin (2014: 26).

(20)

6

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, secara umum tugas pengawas sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik, supervisi manajerial dan pemantauan pencapaian delapan Standar Nasional Pendidikan.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan. Good Carter dalam Sahertian (2010:17) mengartikan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin dan membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran.

Dengan memperhatikan kedudukan pengawas sekolah, tugas pokok pengawas sekolah, sasaran supervisi akademik, sasaran supervisi manajerial, maka pengawas sekolah adalah mitra guru dalam pelaksanaan tugas guru dan guru yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah adalah tiga serangkai pelaku utama pendidikan. Apabila salah satu diantaranya tidak berfungsi atau tidak difungsikan, tidak berdaya atau tidak diberdayakan, maka dapat dipastikan penyelenggaraan pendidikan di sekolah akan mengalami kendala.

(21)

7

sejajar dari guru, kepala sekolah dan dapat berfungsi sebagai mediator dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Melihat sasaran supervisi manajerialnya, pengawas sekolah lebih mengetahui kinerja kepala sekolah binaannya, manajemen sekolah dan tingkat pencapaian standar nasional pendidikan di sekolah. Melihat sasaran supervisi akademiknya, pengawas sekolah lebih mengetahui kompetensi guru binaannya. Tidak ada sekolah tanpa pengawas pembina manajerialnya, tidak ada guru tanpa pembina akademiknya. Dari catatan supervisinya yang mencakup seluruh aspek sekolah, kemudian dituangkan kedalam rekomendasi pengawas sekolah, sudah memadai informasi yang dibutuhkan Pemerintah Daerah dalam rangka menetapkan kebijakan pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan di daerah.

(22)

8

program pengawasan maupun frekuensi kunjungan ke sekolah (wawancara tanggal 9 Desember 2015).

Dari gambaran kondisi di atas menarik untuk ditindaklanjuti melalui penelitian lebih lanjut, yaitu pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah terhadap kepala sekolah dalam peningkatan mutu pengelolaan sekolah di Kabupaten Gayo Lues. Dengan mempertimbangkan pentingnya peran pengawas sekolah terhadap kepala sekolah dalam peningkatan kualitas pengelolaan sekolah melalui supervisi manajerial, maka penelitian ini diberi judul “Pelaksanaan Supervisi Manajerial Dalam Meningkakan Mutu Pengelolaan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang menguraikan kedudukan, tugas dan fungsi serta wewenang pengawas sekolah ditemukan suatu masalah yang perlu untuk diteliti lebih lanjut, yaitu bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial terhadap peningkatan mutu pengelolaan SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues dalam tugas manajerial kepala sekolah yang meliputi: (a) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) manajemen kesiswaan, (c) manajemen sarana dan prasarana, (d) manajemen ketenagaan, (e) manajemen keuangan, (f) manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat, (g) manajemen layanan khusus.

1.3 Rumusan Masalah

(23)

9

sekolah terhadap peningkatan mutu pengelolaan SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues dalam tugas manajerial kepala sekolah?

Permasalahan umum penelitian diatas dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues?

b) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kesiswaan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues? c) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam

manajemen sarana dan prasarana di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues?

d) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen ketenagaan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues? e) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam

manajemen keuangan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues? f) Bagaimana pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam

manajemen hungan sekolah dengan masyarakat di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues?

(24)

10

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Permasalahan umum penelitian diatas dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kurikulum dan pembelajaran di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

b) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen kesiswaan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues

c) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen sarana dan prasarana di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

d) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen ketenagaan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

e) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen keuangan di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

(25)

11

g) Mendeskripsikan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam manajemen layanan khusus di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupaten Gayo Lues.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan penelitian tentang pelaksanaan supervisi manajerial dalam rangka peningkatan mutu sekolah.

2. Manfaat Praktis

Adapun yang menjadi manfaat praktis yang diharapkan peneliti ini adalah sebagai berikut:

a) Sebagai bahan masukan bagi pengawas manajerial sekolah untuk membenahi kualitas pelaksanaan supervisi manajerial.

b) Sebagai bahan masukan kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan SMA Negeri Seribu Bukit dalam kemitraan dengan pengawas manajerial sekolah.

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tentang pelaksanaan supervisi manajerial yang dilakukan oleh pengawas sekolah di SMA Negeri Seribu Bukit Kabupate Gayo Lues, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen kurikulum yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen kurikulum karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial, (2) evaluasi manajemen kurikulum yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnya kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.

(27)

116

Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen kesiswaan, (4) Manajemen kesiswaan pada SMA Negeri Seribu Bukit memiliki beberapa permasalahan terutama menurunnya kualitas penerimaan siswa baru. Akan tetapi pengawas sekolah sekolah tidak dapat menjalankan peranannya karena tidak memiliki program kerja yang terrencana, terpola, dan terprogram sehingga tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas manajemen kesiswaan.

3. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen sarana dan prasarana karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial sarana dan prasarana, (2) evaluasi manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen sarana dan prasarana.

(28)

117

manajemen ketenagaan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen ketenagaan, (4) Pelaksanaan supervisi manajemen ketenagaan oleh pengawas sekolah pada dasarnya sangat dibutuhkan oleh kepala sekolah karena kepala sekolah banyak menemukan kendala dalam hal ini, akan tetapi karena pengawas sekolah tidak melaksanakan supervisi manajerial aspek manajemen ketenagaan berdasarkan program kerja pengawasan yang dibuat berdasarkan analisis permasalahan, maka suspervisi manajerial yang diaksanakan tidak dapat memberi kontribusi yang besar kepada kepala sekolah dalam menghadapi persoalan ketenagaan di sekolah. Pengawas sekolah belum dapat menjalankan peranannya sebagai motivator, pasilitator, evaluator dan group leader.

(29)

118

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen keuangan.

6. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen hubungan dengan masyarakat yang dilakukan oleh pengawas sekolah belum dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan kualitas manajemen hubungan dengan masyarakat karena (1) supervisi yang dilakukan tidak berdasarkan analisis hasil supervisi tahun sebelumnya yang dituangkan kedalam program supervisi manajerial keuangan, (2) evaluasi manajemen hubungan dengan masyarakat yang dilakukan tidak berdasarkan analisis permasalahan sehingga hasilnyanya juga kurang mengenai sasaran, (3) kurangnya singkronisasi program antara pengawas sekolah, kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen hubungan dengan masyarakat, (4) pengawas sekolah belum dapat melakukan perannya sebagai mediator dan pasilitator dalam pembinaan hubungan kepala sekolah dengan pihak lain maupun hubungan kepala sekolah dengan sesama warga sekolah 7. Pelaksanaan supervisi manajerial aspek manajemen layanan khusus yang

(30)

119

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dalam perencanaan program, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut tentang masalah manajemen layanan khusus.

5.2. IMPLIKASI PENELITIAN

(31)

120

sebagai wadah pembinaan kepala sekolah dimana kepala sekolah dapat menjadi pembinanya.

Oleh karena aspek manajemen kurikulum dan pengajaran satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan aspek manajemen kesiswaan, aspek manajemen ketenagaan, aspek manajemen sarana dan prasarana, aspek manajemen keuangan, aspek manajemen hubungan dengan masyarakat, dan aspek manajemen layanan khusus, maka implikasi dari penelitin ini adalah sama.

5.3. SARAN

Dengan memperhatikan hasil pembahasan pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah dalam rangka membantu kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, disampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sekolah binaan bagi seorang seorang pengawas sekolah disampaikan rekomendasi sebagai berikut:

a. Dalam menyusun rencana kerja program sekolah, agar melibatkan peran pengawas sekolah, melakukan konsultasi dengan pengawas sekolah, sebagai pembina sekolah pengawas sekolah memiliki catatan-catatan pada setiap sekolah binaannya.

(32)

121

sedangkan pengawas sekolah memiliki hubungan kemitraan dengan kepala sekolah dan guru sehingga dapat melaksanakan peran mediasi.

c. Menjadikan pengawas sekolah sebagai mitra kerja dan berkonsultasi dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan sekolah, sehingga sekolah tidak hanya dalam pasif dalam pelaksanaan supervisi manajerial akan tetapi sebaliknya aktif dalam pelaksanaan supervisi manajerial oleh pengawas sekolah.

2. Kepada pengawas sekolah pembina disampaikan rekomendasi sebagai berikut. a. Dalam melaksanakan supervisi manajerial agar mengacu kepada peraturan,

petunjuk pelaksanaan supervisi manajerial yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, penyusunan program pengawasan dan tahap-tahap pelaksanaannya

b. Agar hasil pelaksanaan supervisi manajerial disampaikan dalam bentuk laporan kepada kepala sekolah dan dimasukkan kedalam sistem manajemen informasi sekolah. Disamping itu juga menyampaikan laporan pelaksanaan supervisi manajerial kepala Kepala Dinas sebagai pemberi tugas sebagai bentuk pertanggungjawaban, terlepas dari ditanggapi atau tidaknya laporan tersebut.

c. Pengawas sekolah menciptakan situasi hubungan kemitraan dengan kepala sekolah sehingga kehadirannya ke sekolah dapat menjadi bagian dari kegiatan sekolah dari pada menekankan kepada inspeksi atau pemeriksaan. 3. Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan disampaikan rekomendasi

(33)

122

a. Pengawas sekolah telah ditetapkan sekolah binaannya, sehingga pengawas sekolah dapat mengetahui lebih baik kompetensi kepala sekolah binaannya. Dengan demikian laporan supervisinya dapat dijadikan sebagai bagian dari pertimbangan dalam mengambil kebijakan tentang pembinaan pendidikan di daerah

b. Agar dapat memberdayakan pengawas sekolah sebagai mitra Kepala Dinas sebagai mediator antara Kepala Dinas dan sekolah. Hal ini mengingat secara struktur pengawas berada dalam srtuktur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan dalam melaksanakan tugas kepengawasan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Pendidikan. Sedangkan hubungan pengawas sekolah dengan kepala sekolah ditetapkan sebagai pembina kepala sekolah tertentu berdasarkan surat keputusan Kepala Dinas.

c. Memberdayakan MKKS sebagai salah satu wadah pembinaan kepala sekolah oleh pengawas sekolah.

(34)

123

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Agung, Iskandar dan Yufridawati. 2013. Pengembangan Pola Kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas. Jakarta: Bestari Buana Murni

Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asf, Jasmani, dan Mustofa, Syaiful 2013. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Barnawi,dan Arifin, Mohammmad. 2014. Meningkatkan Kinerja Pengawas Sekolah. Yogyakarta: Arr-Ruzz Media

Darwin & Irsan. 2012. Penjaminan Mutu Pendidikan dan Pengawasan. Medan. Unimed Press

Engkoswara, H. dan Komariah, Aan 2012. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Helmawati, 2014. Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah Melalui Manajerial Kelas. Jakarta: Rineka Cipta

Manurung, P. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka Publishing Moloeng, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Mukhtar & Iskandar, 2013. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press Group

Kemendiknas, 2008. Metode dan Teknik Supervisi Kemendiknas, 2008. Administrasi Pengelolaan Sekolah

Kompri, 2014. Manajemen Sekolah Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Permendiknas, Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Standar Kompetensi Pengawas Sekolah

Permenegpan RB, Nomor 21 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya

Peraturan Pemerintah. 2005, nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

(35)

124

Purwanto, Ngalim, M, 2012. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sagala, Syaiful. 2013. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Sagala, Syaiful, 2012. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sahertian, P. A. 2010. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta

Sani, Abdullah & dkk. 2015. Penjaminan Mutu Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Sudjana, Nana, 2012. Supervisi Pendidikan. Bekasi: Bina Mitra Publishing

Sugiyono, 2010. Metode Peneltian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, Uhar. 2013. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama Suhardan, Dadang, dkk. 2014. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alabeta

Ula, S. Shoimatul. 2013. Buku Pinar Teori Manajemen Eektif. Yogyakarta: Berlian

Undang-undang Republik Indonesia. 2003, Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual Penelitian  ...........................................

Referensi

Dokumen terkait

Fundraising adalah kegiatan menghimpun dana, sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintahan) yang akan

Berkaitan dengan intimasi pada pasang- an dalam hubungan romantis dengan seseorang, diperkirakan seseorang yang me- miliki secure attahment dengan ciri-ciri dapat

Kegiatan belajar mengajar tentunya juga seorang guru harus memberikan materi-materi yang sesuai dengan kurikulum yang sedang berjalan oleh karena itu guru harus selalu

kebijakan pencantuman label pada barang ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru sebagai lembaga yang diberi kewenangan dan bertugas

c) p e me nuhan ko nstruksi daya dukung muatan (bearing capacity) yang diperlukan untuk me nopang muatan (landfill dan limbahnya) diatasnya. Sistem pendeteksi kebocoran

Bobot polong kering bernas memiliki korelasi yang positif dengan diameter kanopi, panjang tangkai tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, bobot polong basah, jumlah

18.859.851.629 (80,66%) jika dirata-rata persentasi penyerapan anggaran Dinas Pemadam Kebakaran tahun 2014 sekitar (79.45%) sedangkan untuk Struktur organisasi BPBD

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 17 Tahun 2008 tentang Retribusi Izin Gangguan, Peraturan daerah Kota