PENGEMBANGAN PRASARANA IRIGASI UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
LAHAN DI KABUPATEN KONAWE, SULAWESI TENGGARA
fedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA (IR R IG A T IO N IN F R A S T R U C T U R E D E V E L O P M E N T F O R IN C R E A S IN G L A N DP R O D U C T IV IT Y IN K O N A W E D IS T R IC T , S O U T H -E A S T S U L A W E S I)
Oleh:
M Yanuar
J
Purwanto'r", Subari")I8I, Friday Fritriana Nur"')')Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
")BaIai Irigasi, Puslitbang Sumber Daya air, Kementerian PU, "')AIumni Departemen Teknik Pertanian, IPB
I8IKomunikasipenulis, email: yanuar.tta@gmail.com;sbariS4@gmail.com
Naskah ini diterima pada 25 Maret 2013; revisi pada 19 April 2013; disetujui untuk dipublikasikan pada 26 April 2013
A B S T R A C T
In th e a g ric u ltu ra l la n d w ith lo w p ro d u c tiv ity w ill a lso p ro d u c e le ss g ro ss d o m e stic in c o m e , a n d a lso h a v e lo w
in c o m e p e r c a p ita in th e re q io n . In th is c a se , p ro d u c tiv ity o f la n d sh o u ld b e in c re a se d . T h e la n d p ro d u c tiv ity is
a s c o e ffic ie n t v a lu e c a lc u la te d b y to ta l re v e n u e c o m e s fro m a n y c ro p p in g p a tte rn a n d o th e r a d d e d v a lu e
p ro d u c t fro m ra w m a te ria ls h a rv e ste d in th e re g io n . T o u n d e rsta n d th e la n d p ro d u tiv ity n e e d s th e
re la tio n sh ip b e tw e e n th e to ta l re v e n u e a n d to ta l a re a o f th e h a rv e ste d c ro p p in g p a tte rn in th e re v e n u e
re g io n . T h e o b je c tiv e o f stu d y w a s to d e v e lo p a n a n a ly sis m o d e l a s a stra te g y fo r in fra stru c tu re d e v e lo p m e n t
b y im p ro v in g th e q u a lity o f irrig a tio n in fra stru c tu re , T h e irrig a tio n in fra stru c tu re w e re p la n n e d c o m e fro m
sim p le to th e te c h n ic a l irrig a tio n sy ste m b y c o n sid e rin g to th e a d e q u a c y o f a v a ila b le w a te r, fo o d se c u rity a n d
w e lfa re . T h e stu d y w a s d o n e in th e Irrig a tio n S y ste m o f W a w o to b i a n d th e re su lt sh o w s th a t th e p la n o f
irrig a tio n d e v e lo p m e n t fo r a c h ie v in g th e n e c e ssa ry fo o d se lf-su ffic ie n c y a n d h iq h e r in c o m e c a n b e su c c e sfu lly
re a c h e d a lo n g w ith a re v e n u e m o d e l in 2 0 2 0 c h ra c te rise d b y le v e l o f im p le m e n te d sc e n a rio e s o f a d d e d v a lu e s in th e re g io n .
K e y w o rd : Irrig a tio n in sfra stru c tu re , a d d itio n a l v a lu e , in c o m e a n d se lf-su ffic ie n c y
ABSTRAK
Potensi lahan di suatu kawasan yang produktivitasnya kurang bagus akan menghasilkan tingkat
pendapatan (re v e n u e ) yang relatif rendah, sehingga berdampak pada rendahnya pendapatan perkapita
(in c o m e ) kawasan tersebut. Dalam hal ini produktivitas lahan merupakan nilai koefisien suatu Iuasan
panen dari pola tanam tertentu yang berhasil dikerjakan secara riil baik mendapatkan hasil dari pan en
saja atau ditambah dengan usaha nilai tambah dari bahan baku yang dipanen di kawasan tersebut. Untuk
mengkaji haI tersebut diperlukan suatu pemahaman tentang hubungan karakteristik terhadap re v e n u e
d a ti suatu kawasan dengan menggunakan hubungan antara realisasi pola tanam tahunan dengan re v e n u e
(PDRB) kawasan. Penelitian ini adalah menyusun strategi pengembangan prasarana Iahan beririgasi
dengan meningkatkan kualitas jaringan irigasi dari sederhana sampai ke setengah teknis sesuai dengan
tingkat kecukupan air yang tersedia, peningkatan kesejahteraan dan swasembada pangan. Studi
menggunakan kasus kawasan irigasi di Bendung Wawotobi menunjukkan bahwa tingkat keteknisan
jaringan yang akan dikembangkan untuk pencapaian swasembada pangan yang diperlukan dan
peningkatan in c o m e dapat dicapai bersama dengan model re v e n u e di tahun 2020 tergantung pad a tingkat
nilai tambah kawasan.
Kata kunci: Prasarana irigasi, nilai tambah, in c o m e dan swasembada
•NMLKJIHGFEDCBA
I'
I. PENDAHULUANsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
pada -dasarnya setiap daerah memiliki potensi dan
kondisi sumber daya lahan yang berbeda satu
sama lain. Lahan irigasi yang ada di Kabupaten
Konawe masih terkendala dengan kekurangan air
dan fasilitas kegiatan operasi dan pemeliharaan
(OP) dan kegiatanfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAo ff fa rm . Keadaan lahan ini
menyebabkan produktivitas lahan masih rendah.
Sebagian lahan ada yang belum produktif pada
suatu wilayah disebabkan karena lahan tersebut
belum memiliki infrastruktur irigasi yang lengkap
dan kawasan belum mampu mengolah bahan baku yang dihasilkan, sehingga dari lahan di kawasan
tersebut masih rendah produktivitasnya dan pada
akhirnya belum menghasilkan suatu in c o m e yang
tinggi bagi masyarakat dalam kawasan.
Keberadaan lahan beririgasi seharusnya dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil
pertanian dan produksi bahan bakunya dapat
diolah menjadi produk hilir yang memiliki nilai
tambah tinggi. Jika keadaan ini dapat
dilaksanakan maka masrakat di kawasan ini akan
memperoleh in c o m e yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan ekonomi baik o n fa rm maupun o ff fa rm .
Kawasan dengan prasarana dan sarana yang baik
akan menjadi kawasan sentra produksi berbagai
produk yang menunjang perkembangan wilayah
itu sendiri, dimana semakin berkembang suatu
kawasa maka re v e n u e kawasan akan meningkat
dan akhirnya pendapatan perkapitan penduduk
akan cenderung meningkat.
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perekonomian akan menjadi efisien apabila semua lahan di suatu
kawasan dapat menciptakan produk yang
mempunyai nilai tambah yang tinggi dalam
kawasan tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh
keberhasilan produksi bahan baku dan produksi
hilir yag berbasis nilai tambah. Faktor yang
mempengaruhi produksi bahan baku adalah
berkaitan dengan keberhasilan kegiatan o n fa rm ,
sedangkan faktor yang mempengaruhi produksi
hilir adalah faktor yangberkaitan dengan kegiatan
o ff fa rm atau industri pertanian. Dengan demikian
di kawasan pertanian di wilayah perdesaan,
produktivitas lahan dan produktivitas industri
pertanian akan sangat berperan dalam
meningkatkan re v e n u e dan in c o m e perkapita di
kawasan itu, sehingga hal ini dapat menjadi
arahan dalam memberikan prioritas
pembangunan untuk merencanakan
kesejahteraan masyarakat perdesaan (Purwanto,
2003).
Tujuan dari penelitian ini adalah secara umum
untuk pengembangan prasarana produksi di
wilayah lahan beririgasi. Secara khusus tujuan
dari penelitian ini adalah menyusun strategi
pengembangan prasarana lahan beririgasi dengan
meningkatkan kualitas jaringan irigasi dari
sederhana sampai ke setengah teknis sesuai
dengan tingkat kecukupan air yang tersedia, yang
diintegrasikan dengan swasembada pangan dan
arahan untuk mengembangkan industri pertanian
untuk meningkatkan in c o m e .
II. METODOLOGIPENELITIAN
a. Kerangka Pemikiran
Potensi lahan di suatu kawasan yang
produktivitasnya kurang bagus akan
menghasilkan tingkat pendapatan (re v e n u e ) yang
relatif rendah, schingga berdampak pada
rendahnya pendapatan perkapita (in c o m e )
kawasan tersebut. Untuk meningkatkan re v e n u e
dan in c o m e tersebut maka diperlukan suatu
investasi/modal untuk pengembangan
pengembangan prasarana di lahan beririgasi
sehingga produktivitas bahan baku dapat
meningkat dan meingkatkan peluang
pengembangan industri pengolahan pertanian
(Latif A. 2004). [ika suatu kawasan meningkat
produktivitas lahannya maka re v e n u e dan in c o m e
perkapita kawasan juga akan meningkat. Secara
ringkas arah pengembangan prasarana tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.
36NMLKJIHGFEDCBA
K o n d is i s a a t in isrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
T
ST
S TST
S( a % ) ( b % ) ( c % ) ~ ( p % ) ( Q % ) ( r % )fedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
~ ~ ~ " 4 i~ ~ S ~ ~ 'rn ~ .!.,·H ,~ " ,,-~ g ~ ..•_
+ +NMLKJIHGFEDCBA
R e v e n u e r e n d a h
I
R e v e n u e t in g g iI
I n c o m e r e n d a h
P e n g e m b a n g a n p e n in g k a t a n p r o d u k t iv it a s
k a w a s a n
Keterangan: p> a, !
luas eksisting irigasi Teknis a =
a+b+c = 100% b = luas eksisting irigasi Setengah Teknis p+q+r = 100% c = Iuas eksisting irigasi sederhana T : Irigasi Teknis
ST : Irigasi Setengah Teknis S : Irigasi Sederhana
Gambar 1 Skema pengembangan jenis lahan dengan per gembangan irigasi(o n fa n n ) dan industri pertanian (o fffa n n )
b. Proses Pemodelan Peningkatan R e v e n u e
Nilai re v e n u e aktual berasal dari PORB sektor pertanian masing-masing kecamatan, nilai re v e n u e tersebut dibangun dengan mempertimbangkan 3 alasan yaitu: (a) capaian swasembada pangan, (b) kenaikan income, dan (c) kecukupan air irigasi. Prasarana irigasi merupakan prasarat terpenuhinya produksi bahan baku yang berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan sektor industri pengolahan yang memerlukan suplai bahan baku yang kontinyu. Maka program pengembangan prasarana irigasi merupakan prasarat tumbuhnya industri tersebut. Analisis re v e n u e kawasan merupakan skenario pendapatan total kawasan dari produksi kegiatan o n fa rm dan o ff fa rm . Skenario ini dikembangkan dengan mempertimbangkan kebutuhan swasembada pangan dan nilai tambah suatu komoditas yang dijadikan acuan dalam peningkatan in c o m e pada skala wilayah terse but.
Upaya meningkatkan in c o m e suatu kawasan diperiukan suatu pengembangan atau investasi (modal) sehingga akan meningkatkan produktivitas lahan kawasan tersebut. Oalam hal ini produktivitas lahan merupakan nilai koefisien suatu luasan panen dari pola tanam tertentu yang
berhasil dikerjakan secara riil baik mendapatkan hasil dari panen saja atau ditambah dengan usaha nilai tambah dari bahan baku yang dipanen di kawasan tersebut. Untuk mengkaji hal tersebut diperlukan suatu pemahaman tentang hubungan karakteristik terhadap re v e n u e dari suatu kawasan dengan menggunakan hubungan antara realisasi pola tanam tahunan dengan re v e n u e (PORB) kawasan. Hubungan tersebut dapat diturunkan dari fungsi polinomial orde satu (Triadmodjo, 1992 dalam Rinawati, 2003). Oalam hal in! re v e n u e merupakan fungsi dari karakteristik jenis lahan (beririgasi) yang dikalikan dengan koeflslen produktivitas lahan yang mempertimbangkan produktivitas o n fa rm dan o ff fa rm . Persamaan matematis dari fungsi re v e n u e tahunan yang terdiri dari jenis keteknisan irigasi sebagai berikut :
R=CLixf(Lt) (1)
Oimana:
R = R e v e n u e suatu kawasan (Rp)
CLI = Koefisien Produktivitas Laban pada setiap pola tanam.
f (Li]
=
Luas (beririgasi, semi beririgasi, sederhana dan Tadah Hujan):; :1
ZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA,il :j
Dengan melakukan pengamatan aktual di wilayah studi, makafedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAre v e n u e aktual dari nilai PORB
wilayahdapat menjadi data aktual re v e n u e
diwilayah tersebut, yang kemudian dijadikan persamaan re v e n u e m o d e l (R re v M o d ) dapat dituliskan seperti persamaan sebagai berikut :
RAK
=
LLI X Cu (2)Dimana:
RAK
=
R e v e n u e Aktual (Rupiah) dari nilai PORBL;
=
Lahan (Ha)Cu = Koefisien Produktivitas Lahan
= 0,1,2,3
Dalam hal ini nilai Cu di wilayah tersebut ditetapkan dari hasilNMLKJIHGFEDCBAf it t in g data observasi jenis keteknisan irirasi, identifikasi luasan tanam dan
data PORB yang ada di kawasaan tersebut. Kalibrasi model dilakukan dengan menghitung effisiensi model seperti berikut:
Eff= l_ (L (Y i-
YiYJ
L Y i2
...(3)
Dimana :
Eff = Efisiensi model (0-1)
Yi
=
nilai re v e n u e aktual (Rupiah)yi
=
nilai re v e n u e model (Rupiah)Persamaan in c o m e m o d e l (ln c M o d ) merupakan nilai rasio antara R e v M o d dan total populasinya. Sedangkan diagram alir proses penetapan nilai koefisien produktivitas lahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Sumber Data : BAPPEDA,BPS, PEMDA DIPERTANdan instansi lainnya
Data Lahan dan
I
I
Data PDRB,pola tanam, data sosialprasarana irigasi demografi,serta sosial ekonomi
~ ~
Jenis lahan: Teknis Klasifikasi PDRB
(T), Semi Teknis (ST) sesuai dengan Tingkat
Sederhana (S) Keteknisan Irigasi
~
1
Koefisien R e v e n u eAktual
l
produktivitas lahan
r---+ ( e L )
~
I
R e v e n u e Model l Kalibrasi model II -I I
mendekati 1
tidak mendekati 1
Korelasi
I
Aplikasi Model I I Jumlah pendudukI
I
!
IPenetapan kebutuhan tingkat teknis
dari jaringan irigasi dengan skenario:
-
Swasembada pangan-
Kecukupan air irigasi-
Target peningkatan in c o m eGambar 2 Diagramalir model pengernbanganlahan beririgasi
c. Skenario PeningkatanfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAR e v e n u e
Nilai reven u e aktual berasal .dari PDRB sektor
pertanian masing-masing kecamatan, nilai reven u e
tersebut dianalisis berdasarkan skenario nilai
tambah suatu komoditas yang dijadikan acuan
dalam peningkatan reven u e. Dalam penelitian ini
dipilih salah satu dari komoditas palawija yaitu
kedelai karena merupakan jenis tanaman
pertanian yang memiliki produktivitas cukup
hcsar yang dihasilkan di SWP IV selain dari padi
sawah, yaitu ubi jalar, ubi kayu dan jagung.
Kedelai dapat diolah menjadi tempe dan tahu.
Pada penelitian Dermawan (1999) menyatakan
besarnya nilai tambah industri tempe dan tahu
masing-masing sebesar Rp 1 741/kg kedelai dan
Rp 2 445/kg kedelai dengan rasio nilai tambah
29% dan 34%. Hasil analisis nilai tambah industri
pengolahan tersebut digunakan untuk faktor
peningkatan reven u e sebagai berikut:
- Skenario 1 : kondisi eksisting reven u e
Skenario 2 : kondisi reven u e dengan faktor
pengali 1,29 dari eksisting reven u e
Skenario 3 : kondisi reven u e dengan faktor
pengali 1,34 dari eksisting reven u e
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil PemodeIan
Bendung Wawotobi mempunyai dua intake untuk
dua saluran induk. Kedua saluran induk tersebut
mengairi areal persawahan di 3 kecamatan yang
ada di Sub Wilayah Pembangunan IV (SWP IV)
Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Bappeda
Kabupaten Kendari. 2003). Potensi lahan
dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bagian yaitu
lahan yang beririgasi teknis (Iahan teknis), lahan
beririgasi setengah teknis (semi teknis), lahan
kering (tadah hujan).
Tabell Potensi lahan pertanian SWP IV Kabupaten Konawe tahun 2000
Luas wilayah Lahan (Ha)
No Kecamatan Irigasi Setengah Lahan
(Km2)
Teknis Teknis Sederhana Kering
1 Pondidaha 395.47 10985 558 964 25
2 Wawotobi 221.55 4707 0 1391 2325
3 Unaaha 181.45 1493 0 3971 824
S u m b e r: B P S K a b u p a te n K e n d a ri (2 0 0 2 )
Bila ditinjau dari pengembangan kawasan dalam
arti luasan lahan teknis seperti pada tabel di atas,
dimana komposisi potensi lahan di SWP IV
Kabupaten Konawe lebih banyak daripada lahan
teknisnya. Kondisi tersebut akan memberikan
peluang untuk meningkatkan reven u e tertentu
yang berdampak pada income.
Saat ini Kabupaten Konawe telah dimekarkan
menjadi Kabupaten Konawe dan Kabupaten
Konawe Selatan. Salah satu tolak ukur untuk
mengetahui tingkat kemakmuran penduduk suatu
daerah adalah dengan melihat besarnya nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang
dimiliki. Dari hasil laporan Program
Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten
Konawe 2003 menyatakan bahwa dari tahun ke
tahun PDRB sektor pertanian yang diperoleh
masing-masing kecamatan mengalami
peningkatan. Hasil PDRB dan realisasi tanaman di
masing-masing kecamatan tahun 2001 dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel2 PDRB Pertanian dan Realisasi Penanaman aktual di wilayah studi, 2001
R even u eAktual / . Lahan (Ha)
No Kecamatan
PDRB (Juta Rupiah) T ST S LK
1 Pondidaha 61426 5793 397 2682 1280
2 Wawotobi 35416 5200 0 1441 1523
3 Unaaha 54315 702 0 3971 915
S u m b e r: B a p p e d a K a b u p a te nNMLKJIHGFEDCBAK o n a w e ,2 0 0 3
Dari hasil kajian dimana persentase sektor
pertanian telah memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap perekonomian di
Kabupaten Konawe, hal tersebut didukung oleh
potensi lahan pertanian dan sumberdaya air yang ada. Pertanian tanaman pangan yang diusahakan . masyarakat umumnya berupa sawah dengan
pengairan dari irigasi teknis, setengah teknis, sawah tadah hujan, dan perkebunan. Dengan
menggunaan persamaan modelfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAre v e n u e yang
dikembangkan, dilakukan kalibrasi model dengan manggunakan data tahun 2001, diperoleh nilai koefisien produktivitas lahan dan kinerja model dengan membandingkan nilai re v e n u e aktual dan model seperti pada Tabel berikut:
Kecamatan
Tabel3 Nilai koefisien produktivitas lahan [Cl.] pada kalibrasi model tahun 2001
Teknis (T) 1/2Teknis (ST) Sederhana (S)
Koefisien Produktivitas Lahan (Ci]
-Pondidaha 6370000 6368367 6357300
Unaaha dan
Wawotobi 5075517 4950000 4886404
C a ta ta n : U n a h a d a n W a w o to b i m e m p u n y a tin g k a t p e rk e m b a n g a n y a n g sa m a
Tabel4 Hasil nilaire v e n u e pada kalibrasi model tahun 2001
R even u e Lahan (Ha) R even u e
No Kecamatan Aktual ModelZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAE f f
(Juta T ST S LK (Juta
Rupiah) Rupiah)
1 Pondidaha 61426 5793 397 2682 1280 56480 0.994
2 Wawotobi 35416 5200 0 1441 1523 33434 0.997
3 Unaaha 54315 702 0 3971 915 22967 0.891
K e te ra n g a n : H a sil o /a h a n
Aplikasi Model
Aplikasi model merupakan tahap akhir penyusunan model pendugaan re v e n u e suatu kawasan dengan membuat skenario modifikasi lahan yang nantinya akan memberikan gambaran atau prediksi tentang re v e n u e sektor pertanian suatu kawasan dimasa yang akan datang. Model tersebut dapat digunakan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan oleh Badan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) sebagai badan pemerintahan yang berperan dalam perencanaan suatu daerah. Nilai re v e n u e yang diprediksikan hanya sampai pada tahun 2020.
Tahapan aplikasi model dengan melakukan modifikasiluas lahan yang nantinya dalam menghitung nilai re v e n u e model akan dikalikan dengan koefisien produktivitas lahan. Modifikasi luas lahan tersebut merupakan pembangunan kondisi fisik lahan secara bertahap/tiap tahunnya yaitu dari lahan kosong menjadi lahan sederhana, lahan sederhana menjadi lahan V z teknis (semi teknis), dan lahan semi teknis menjadi lahan teknis. Nilai koefisien produktivitas lahan yang dipilih adalah hasil dari kalibrasi model per perkembangan kecamatan tahun 2001. Dari hasil simulasi tingkat re v e n u e di tiga kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel5 Skenario pengembangan dan prediksi re v e n u e Kecamatan Pondidaha
T ST S TD
R e v M o d In c M o d
Tahun Skenario
1:
%1:
%1:
%1:
% (Juta Rp) (Rp)1 61219 5975220
2015 2 8643 85 242 3 727 7 540 5 78972 7708033
3 82033 8006794
1 64668 6245970
2020 2 10152 100 0 0 0 0 0 0 83422 8057302
3 86655 8369600
Tabel 6 Skenario pengembangan lahan dan prediksifedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBAre v e n u e Kecamatan Unaaha
T ST S TDNMLKJIHGFEDCBAR e v M o d
I n c M o d
'Tahun SkenarioZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
~ % .~ % ~ % ~ % (Juta Rp) (Rp)
1 26680 3047646
2015 2 4027 72 70 1 1206 22 285 5 34415 3931463
3 35749 4083846
1 28345 3308368
2020 2 5452 98 136 2 0 0 0 0 36565 4267795
3 37982 4433214
Tabel7 Skenario pengembangan lahan dan prediksi re v e n u e Kecamatan Wawotobi
T ST 5 TD
R e v M o d I n c M o d
Tahun Skenario
~ ~ % (Juta Rp) (Rp)
L 0 1 0 L % %
1 38403 3748005
2015 2 6985 85 210 3 391 5 578 7 49539 4834926
3 51459 5022327
1 41398 3954446
2020 2 7860 96 304 4 0 0 0 0 53404 5101236
3 55474 5298958
Perencanaan skenario 1 pada kecamatan di SWP
IV Kabupaten Konawe adalah dengan
meningkatkan kualitas lahan semi beririgasi,
lahan sederhana dan tadah hujan menjadi lahan
beririgasi, percncanaan skenario 2 dan 3 selain
skenario 1 juga dikembangkan industri
pengolahan hasil pertanian berkelanjutan
sehingga re v e n u e skenario menjadi 129% dan
1 3 4 % re v e n u e 1. Berdasarkan hasil perhitungan
aplikasi model dapat diketahui pendapatan per
bulan masing-masing kecamatan masih ada yang
berada di bawah batas Upah Minimum Sektor
Pertanian (UMSP) daerah Sulawesi Tenggara yaitu
sebesar Rp. 409500,00 per bulan (tahun 2001).
Dari hasil penelitian dan fakta yang terjadi di Sub
Wilayah Pengembangan IV ternyata kenaikan nilai
tarnbah menjadi 1.29-1.34 kali masih belum cukup
untuk meningkatkan taraf hidup petani. Jika target
peningkatan taraf hidup sekitar 400% untuk
menghasilkan pendapatan per bulan sebesar 3
sampai 4 kali dari skenario, dapat dilakukan
dengan peningkatan produktivitas dapat
dilakukan dengan menerapkan pola tanam
palawija dengan padi swasembada. Dimana
dalam setahun padi hanya ditanam berdasarkan
prediksi kebutuhan beras penduduk setempat,
sehingga luas tanam palawija dapat ditambah.
Namun terlebih dahulu perlu dianalisis mengenai
kebutuhan air dari luas tanam rencana terhadap
ketersediaan air yang ada apakah mencukupi atau
tidak. [ika tidak mencukupi, maka dapat
diterapkan sistem efisiensi irigasi yaitu pipanisasi
dimana kehilangan airnya hanya berkisar 10%.
b. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Irigasi
Dari data tahun 2001 sebagai analisis aktual di
wilayah studi, diperoleh informasi bahwa keadaan
tanam seperti pad a Tabel 8. Dari keadaan
tanaman terse but diperoleh kurva ketersediaan
dan kebutuhan air irigasi di daerah irigasi
Wawotobi seperti pada Gambar 3.
Tabel 8 Periode mas a tanam dan pola tanam
Periode
Luas Tanam (Ha)
Pola padi-padi-palawija Pola padi-palawija-palawija
8530 5265
M a r l Apr-Iun/Iul
8530 3967
J u llAgt-Okt/Nov
3258 2695
N o v / D e s - F e b / M a r
S u m b e r: S u b D in a s P e n g a ira n K a b u p a te n K o n a w e (2 0 0 1 )
lu rn a l lriq a si - V o /.B , N o .1 , M e i 2 0 1 3 41
-1
40 40•..
{
< 30 30 .(;;••srqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
c O J )
'"
.-..
:5
••• ~
.-..
i
:a
•.. :!:! 20 20 •.. .•...~ •..
~ M :!:!
< ~
5
c M~.•... ~ <
1 0 1 0 : :
g
:c
.•...: :'"' ~
~fedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA O J
0 0 ~
_ Debit Ketcrs ed iaan Air (m"3/dct) - Kebutuhan Air lrigasi (m"3/det)
Gambar 3 Grafik neraca air di bendung Wawotobi tahun 2001
Pada tahun 20(h luas lahan yang ditanami padi
pada MT I adalah 13795 Ha dan 8530 Ha pada MT
II. Luas lahan yang ditanami palawija pada MT II
adalah 3967 Ha dan MT III adalah 5953 Ha.
Sehingga luas tanam padi seluruhnya adalah
22325 ha sedangkan luas tanam palawija adalah
9920 Ha. Pola tanam yang diterapkan di 01
Wawotobi dalam setahun dikondisikan dengan
ketersediaan air yang ada di bendung pada setiap
musim tanam. Data keadaan air irigasi
menunjukkan kecukupan air seperti ditunjukkan
pada data rata-rata debit air yang tersedia pada
MT 1 sebesar 27.17 1113/ det, pada MT II sebesar
21.22 m-/det dan MT III sebesar 19.74 m3jd e t.
Sedangkan debit yang dibutuhkan untuk 01
Wawotobi pad a MT! sebesar 20.79 m 3 jd e t, pada
MT II sebesar 19.36 m3/det dan pada MT III
sebesar 3.09 m3NMLKJIHGFEDCBAj det.
c. Hasil Pengembangan Lahan Beririgasi dan
Prediksi Kebutuhan Air Irigasi
Untuk mencapai swasembada pangan maka
ditetapkan pengembangan lahan beririgasi di
suatu kawasan adalah untuk memperoleh lahan
pertanian yang lebih produktif dengan hasil panen
yang lebih banyak dan berkualitas baik. Penetapan
lahan ini dievaluasi kecukupan air irigasinya. Pada
tahun 2 0 2 0 . pernbangunan iahan beririgasi di 01
Wawotobi dilakukan dengan meningkatkan
kualitas lahan semi beririgasi, tadah hujan dan
lahan kosong menjadi lahan beririgasi ditargetkan
seperti pada Tabel 9.
Tahun Prediksi Kecarnatan
Tabel9 Hasil pembangunan lahan beririgasi diDlWawotobi
Pondidaha
Luas Lahan Beririgasi (Ha) Total Lahan Beririgasi (Ha)
10152
2020 Wawotobi 23464
Unaaha 7860
5452
Oari tabel di atas, menjelaskan bahwa dari
pembangunan lahan beririgasi di kawasan
tersebut menghasilkan luas lahan beririgasi pada
tahun 2010 16380 Ha dan tahun 2020 menjadi
23464 Ha. Evaluasi swasembada pangan dan
ketersediaan irigasi dilakukan pada tiga
kecamatan yang diairi dari sakah satu intake dari
Bendung Wawotobi. yaitu kecamatan Pondidaha,
Wawotobi dan Unaaha. Evaluasi dilakukan mulai
dari pengembangan lahan beririgasi dan evaluasi
kebutuihan swasembada dengan mengatur pola
tanarn. Pola tanam dapat digunakan untuk
membatasi jumlah air yang dibutuhkan dengan
membatasi areal padi, sehingga areal dibagi
menjadi dua bagian dengan pola tanam yang
berbeda, yaitu padi-padi-palawija dan
palawija-palawija-palawija. Luas tanarn padi berdasarkan
prediksi kebutuhan beras penduduk setempat
dalam setahun (swasembada) dan kegiatan
industri pengolahannya baik untuk padi dan
palawija yang dianalisis untuk tahun 2020 seperti
disajikan pada Tabella.
I
•
[image:9.571.77.500.160.382.2]I
srqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBATabel 10 Prediksi jumlah penduduk dan skenario luas tanam padi di DI Wawotobi
Tahun Prediksi Pola Tanam Luas Tanam (Ha)
2020 Padi-Padl-Palawija
5001 - 5001- 5001
Palawija-Palawija-Palawija 18463 -18463 - 18463
Dilihat dari ketersediaan air irigasi dan kebutuhan pada awal september sampai akir oktober, maka pada tahun 2010 air irigasi masih cukup, namun
prediksi tahun 2020 seperti pada Gambar S, perlu dilakukan peningkatan jaringan teknis serta pipanisasi untuk mengurangi defiisit air.
~ ",~ ~ ",~ « ,< 5 >« ,< 5 >~''''<. ,,,,<. :,?-<l.':,?-«'NMLKJIHGFEDCBA\> ...c-' ",< ,~< ;- ,$ < ;- ,$
~.s-~.s-~ ~
s~« s~« W ' W '" ~o~.;:..o~",~",~ < , '" \ ;fedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA< : 'V< : n,,~ -, v " '-" '"< : 'V -, '"\;~'lO ~ 'lO " 'V 0 0 ,,""'V <y <yPeriode
40 40
'" ...
'"
:.;: 30 30 ,~
c
-Z '
'" ...
'" Z '
20 ~ ••
:a
"'0:E
20--•• f")
'" '" <
... f")
..Cl
S
~ <
.s1O : : I ' - '
•• 10]
~
--
••:E ~
'" Q
0 0
_ Debit Ketersediaan Air di Bendung (m"3/det) - Kebutuhan Air Irigasi (m"3/det)
Gambar 4 Grafik Neraca Air di bendung Wawatobi Tahun2010
Namun penerapan pipanisasi perlu kajian lebih dalam, terkait pertimbangan teknis, ekonomis, dan sosial. Perlu dilakukan research, percontohan,
dan standar pipanisasi karena model ini belum dimasukkan pertimbangan tehnis pembangunan jaringan irigasi, dan analisa finansialnya.
40 40
... '"
'"
:.;: 30
30
. ~
..
=
-
Z ''"
..
'" Z '
= < ••
:s
~20 20 ~••
=
f")'"
--
'" <... f")
..Cl S
'" <
--
S : : I ' - ''" : ;
~ '-' 10 10 ..Q
:E
~'"'"
Q 0 0
'> ,,,,~ '> ,,,,~« ,< 5 > « ,< 5 > .\>...",<.•...."" :,?-«' :'?-«<.\> ...c-'. •..••.,~ '> ,.§ " '> ,$
~.s- -;,.s-...:;.
e9 ' S"'« s",<l.ow' W '"+o~.;:..o~~~~"'V"'V~~,,'V,,,.,,,-,,'V,'"\;~~,,'V o,,'Vvv
Periode
_ Debit Ketersediaan Air di Bendung (m"3/det) - KAI dengan pipanisasi (m"3/det)
- Kebutuhan Air Irigasi (m"3/det)
Gambar 5 Prediksi Neraca Air di bendung Wawotobl tahun 2020
4 3
[image:9.571.70.502.446.650.2]Pada Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa sampai tahun 2020, tidak semua lahan beririgasi dapat terairi yaitu pada bulan September 1, September 2 dan Oktober 1, dimana kebutuhan air pada masa
tanam tersebut masing-masing sebesar 22.18
m3/det, 22.67 m3/det, dan 18.67 m3/det.
Sedangkan jumlah debit air yang tersedia di
bendung pada masa tanam tersebut
masing-masing sebesar 20.51 m-/det, 19.32 m3/det, dan
17.76 m3/det. Oleh karena itu diskenariokan
perluasan lahan teknis sistem efisiensi irigasi
dengan pipanisasi dimana kehilangan air di
saluran hanya 10%. Sehingga diharapkan pada
lahan beririgasi tersebut dapat dilakukan
penanaman sepanjang tahun karena kebutuhan
air untuk mengairi seluruh lahan tersebut pada
sepanjang musim tanam dapat terpenuhi oleh air yang tersedia, di bendung seperti disimulasikan pad a Gambar 5 diatas.
Pengembangan Prasarana yang dilakukan dengan
memodifikasi lahan sehingga menjadi lahan
beririgasi yang mempunyai prasarana lengkap
dilakukan pad a tahap membuat skenario aplikasi
model yang menunjukkan bahwa nilai tertinggifedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
re v e n u e pada perediksi re v e n u e di Kecamatan
Podidaha setiap tahunnya diperoleh pad a
skenario 3 Hasil aplikasi model di Sub Wilayah
Pembangunan IV Kabupaten Konawe untuk tahun
2020 adalah sebagai berikut:
a. Di kecamatan Pondidaha, nilai re v e n u e
tertinggi adalah 86.7 miliar dengan in c o m e
perkapita 8.4 juta, membutuhkan lahan
beririgasi sebesar 10152 Ha.
b. Di kecamatan Unaaha diperoleh nilai tertinggi
sebesar 38.0 miliar dengan income perkapita
4.4 juta, membutuhkan lahan beririgasi
sebesar 5452 Ha.
c. Untuk kecamatan Wawotobi, nilai tertinggi
re v e n u e adalah 55.5 miliar dengan income
perkapita 5.3 [uta, membutuhkan lahan
beririgasi sebesar 7860 Ha.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian
yang telah dilakukan adalah :
1. Rumusan pengembangan prasarana irigasi
dihasilkan dengan mengaplikasikan model
re v e n u e dari fungsi lahan mempunyai
produktivitas berbeda yang diusahakan secara
o n fa rm d a n o ff fa rm untuk menghasilkan
bahan baku dan produk nilai tambahnya pada
setiap kelas keteknisan jaringan irigasi dan
pola tanam yang diterapkan dapat digunakan
untuk merencanakan program pembangunan
irigasi dan industri pengolahan pada setiap
lahan irigasi tersebut.
2. Luasan lahan yang dikembangkan . untuk
pencapaian swasembada pangan yang
diperlukan dapat dilakukan di lokasi studi,
namum peningkatan in c o m e dicapai bersama
dengan model re v e n u e di tahun 2020 dengan
skenario 3 masih dibawah UMR, sehingga
perlu dilakukan akselerasi peningkatan nilai
tambah meIebihi dari skenario 3 atau sekitar 250% ..
3. Untuk meningkatkan re v e n u e dan in c o m e
perkapita kawasan dilakukan dengan a)
membangun Iahan beririgasi, b) merubah poia
tanam yaitu menanam padi berdasarkan
swasembada beras dan meningkatkan
produktivitas tanaman, c) menggunakan
sistem efisiensi irigasi yaitu dengan pipanisasi sehingga dapat men jam in suplai bahan baku
industri pertanian tersedia sepanjang tahun,
dan d) meningkatkan nilai tambah produksi.
4.2. Saran
Saran yang dapat dikemukaan dari hasil penelitian ini adaIah:
1. Penentuan modifikasi lahan khususnya
perencanaan luasan Iahan berririgasi harus
didasarkan pada RTRW dan kemampuan
daerah untuk membangun sendiri baik secara
financial maupun pertumbuhan ekonomi yang
diharapkan
2. Periu studi pipanisasi, research, percontohan,
standarisasi pipa, sosialisasi pipanisasi serta
feasibility study agar pelaksanaannya dapat
sesuai tujuan yang diharapkan.
OAFTARPUSTAKA
Bappeda Kabupaten Kendari. 2003. Rencana
Strategis Kabupaten Kendari. Bappeda
Kendari, Kendari.
Bappeda Kabupaten Kendari. 2003. Program
Pembangunan Oaerah (PROPEOA)
Kabupaten Konawe 2003. Bappeda Kendari, Kendari.
BPS.2002. Kabupaten Kendari Dalam Angka 2002. BPS Kendari. Kendari
l
t
srqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBADermawan (1999). Analisis Pendapatan Usahatani
Kedele serta Nilai Tambah Industri Tahu
Tempe. Skripsi. [urusan Ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian, Faperta, IPB. Bogor.
Friday F.N. 2004. Studi Penetapan Kebutuhan
Lahan Teknis Sebagai Penggerak
Pembangunan Desa Menuju Kawasan Agro
Industri Di Kabupaten Konawe, Sulawesi
Tenggara. Skripsi. Jurusan Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB. Bogor.
Latif A. 2004. Analisis Penetapan Kebutuhan
Lahan Teknis dalam Pengembangan
Kawasan Menuju Agropolitan di Kabupaten
Toba Samosir. Skripsi. Jurusan Teknik
Pertanian, FakuItas Teknologi Pertanian,
IPB. Bogor.
Purwanto, 2003. Penyusunan Rencana Induk
Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kabupaten Toba Samosir. LPPM-IPB,Bogor.
Rinawati. 2003. Studi Penetapan Kebutuhan
Lahan Teknis untuk Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kabupaten
Sukabumi, [awa Barat. Skripsi. Jurusan
Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB. Bogor.
Sub Dinas Pengairan Kabupaten Konawe.2001.
Rencana tata tanam global daerah irigasi
Wawotobi. KendariNMLKJIHGFEDCBA