PENGARUH PEMBERIAN L-GLUTAMIN PADA
MPASI
PEMULIH
TERHADAP
MUTU PROTEIN, PROFIL IMUNITAS SELULER DAN
PERTUMBUHAN BAY1
6BULAN YANG
MENGALAMI
BERAT
BADAN KURANG
OLEH
:ENDANG S. SUNARYO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
ABSTRAK
ENDANG S, SUNARYO. Pengaruh Pemberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih terhadap Mutu Protein, Profil Imunitas Seluler dan Pertumbuban Bayi
6 Bulan yang Mengalami Berat Badan Kurang. (Dibawah birnbingan
RIMBAWAN sebagai Pembimbing Utama, F.G WINARNO, DARWIN KARYADI dan HARDlNSYAH sebagai Pembimbing Anggota),
Gagal tumbuh banyak dijumpai di negara miskin dan beckembang, tidak terkecuali Indonesia. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi disamping ASI.
Penelitian ini bertujuan untuk 1). Mengembangkan formula MPASI Pemulih
yang memiliki mutu protein dan mutu asarn lemak mendekati mutu ASI, 2). Menganalisis mutu dan keamanan MPASI serta 3). Menganalisis dampak pemberian MPASI Pemulih terhadap profil darah, profil imunitas seluler dm pertumbuhan bayi 6 bulan yang mengalami berat badan kurang.
Optimasi sumber protein dan sumber lemak MPASI Pemulih dilakukan dengan metode Response Swface Methodology (RSM) untuk mendapatkan mutu protein (skor
asarn amino) dan mutu asam lemak ( rasio asam lemak) terbaik. Aplikasinya pada
MPASI menghasilkan mutu protein clan mutu lemak mendekati mutu ASI.
Penambahan L-Glutamin sebanyak 0,3 g/kg BB atau 2,5 g/ 25 g MPASI disebut
MPASI Pemulih.
Pengujian mutu biologis MPASI dan MPASI Pemulih dilakukan dengan
pengujian PER ( Protein Eflciency Ratio) untuk rnengetahui dampak pemberian
protein MPASI terhadap pertumbuhan anak taus putih. Hasil mutu biologis PER
-
MPASI untuk perlakuan MPASI+
L-Glutamin (MPG), MPASI kontrol(MPK)
danMPASI tanpa L-Glutamin (MPP) secara berurutan adalah 3,2 k 0,4 ; 1,9
*
0,2 dan 3,4*
0,4. Penarnbahan L-Glutamin dibuktikan dapat mempercepat pulihnya inkgritas usus halus dari infeksi E coli.Penelitian epidemiologi dilakukan terhadap 143 contoh bay i yang memiliki
BBIU kurang yang berasal dari 19 desa dibawah supervisi dokter dari 6 puskesmas
dalam wilayah 4 Kecarnatan di Kabupaten Bogor. Disain rancangan adalah eksperimental teracak buta ganda. Pemberian MPG dan MFP memperbaiki sel darah
putih, sel darah merah dan haemoglobin lebih baik dibandingkan dengan MPK. Pada
kelompok MPG, penambahan L-Glutamin menunjukkan indikasi penurunan prevalensi
anemia gizi besi 42,8 % lebih baik daripada MPP dan MPK yaitu 14,2% dan 0 %
.
Intervensi W A S 1 selarna 3 bulan menunjukkan penambahan L-Glutamin pada
MPASl (MPG) bermanfaat memperbaiki prof11 imunitas seluler khususnya limfosit T, limfosit T helper dan limfosit T supressor lebih baik dari pada MPP dan MPK. Skor morbiditas pada kelompok
MPG
(239*
302) lebih rendah dibandingkan kelompkMPP
(314*
357) dan MPK (345 k 468). Uji regresi logistik menunjukkan bahwaintervensi MPG secara bermakna memiliki peluang untuk memperbaiki kekebalan
tubuh 4,3 kali lebih baik daripada
MPK.
Sedangkan jumlah MPASI, praktekpengasuhan dan pendidikan ibu secara bermakna berpeluang memperbaiki kekebalan
tubuh bayi 3,3 kali, 2,2 kali dan 2,3 kali lebih baik. Perbaikan imunitas bayi pada
ABSTRACT
THE
EFFECT
OFENRICHED
EGLUTAMINE COMPLEMENTARY FOODON
PROTEIN
QUALITY, CELLULAIR IMMUNITY PROFILE ANDGROWTH OF UNDERWEIGHT 6 MONTH INFANTS
ENDANG S. SUNARYO
Supervised by IUMBAWAN (Major Advisor), F.G WINARNO, DARWIN KARYADI and BARDINSYAH (Co-Advisors)
The objective of this study is to develop enriched L-Glutamine Complementary Food (CF) which have desired amino acids and fatty acids performance; to conduct its protein bioavailability and safety assessment; and to investigate the effect of the
formula on the growth of underweight 6 months infants and their cellular immunities profile.
The enriched L-Glutamine Complementary Food was developed using response surface methodology in order to achieve best performance of amino acids
score (methionine and tryptophan) as well as its essential fatty acids. Protein Eficiency Ratio using animal rat experimental was in the range 3.2
*
0.4 (pH.05) and 3.4 ft 0.4 (p<0.05). Additional L-Glutamine by 0.3 g k g body weight or 2.5 gram125 gram CF could enhance better integrity of jejunum in which improve the lymphoid proliferation, thus provide better protection in term of E coli penetration.The experimental study using double blind randomized trial was conducted in 19 villages supervised by medical doctors of 6 Puskesmas in 4 sub districts of Bogor.
Three groups of totally 143 infants of 6 months k 1 week were involved in the study, each group were assigned to receive different intervention during 3 months such as
MPG
(L-Glutamine enriched CF),MPK
( Control CF) and MPP m o L-Glutamine enriched CF). The CF was given daily after reconstituted with boiled water, 7 days a week, 2 packs @ 25g CF per day for 12 weeks (3 months duration).Cellular Immunity Profiles indicated by lymphocytes T, lymphocytes B and natural killer. L-Glutarnine enriched CF (MPG) improved lymphocytes T, T helper and T suppressor better compared to MPK and MPP designated by percentage differences of the cellular immunity profiles between beginning and ending of the intervention.
Though protein influenced the blood profiles particularly leucocytes, erythrocytes and
haemoglobins development, enrichment L-Glutamine in
MPG
postulated beneficial improving on Iron Deficiency Anaemia reduction 42,8 % better than 14,2 % in case ofMPP.
Improvement of the cellular immunity profiles in MPG could reduces morbidity score significantly (p<0.05) by 239
*
302; better than MPP (314 rt 357) and MPK (345*
468). The enriched L-Glutamine provided OR 0,23 less in morbidity score or have opportunity 4,3 times better in improving immunity. Besides enrichment L-Glutamine CF, morbidity score negative influenced by care giving behaviour (OR 0,46), mother's education (OR 0,43) and intake of CF (OR 0,30). Interm of growth, due to improvement of cellular immunity and reducing morbidity, L-
Glutarnine has indication provided better performance in incremental percentage both weightlage and lengthkge compared to standard during growth monitoring.
SURAT PERNYATMN
Saya menyatakan dengan sebew-benarnya bahwa segala pernyataan dalm
disertasi saya yang berjudul : "PENGARUH PEMBEFUAN L-GLUTAMIN
PADA MPASI PEMULIH TERHGDAP MUTU PROTEIN, PROIFXL
MUNITAS SELULER
DAN
PERTUMBUHAN BAYX 6BULAN
YANGMENGALAMI BERAT BADAN KURANGn adalah gagasan a&u hasil
penelitian disertasi saya sendiri dengan bimbingan DR. Drs Rimbawan, Prof.
DR.
F.G. Winamo, Prof.
DR.
dr. Darwin Karyadi danDR.
Ir. Hardinsyah MS. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis diPerguruan Tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas d m dapat diperiksa kebenaramya.
PENGARUH PEMBERIAN
LGLUTAMIN PADA
MPASI PEMULIH
TERHADAP
MUTU
PROTEIN,
PROFXL IMUNITAS
SELULER
DAN
PERTUMBUHAN BAY1
6BULAN YANG
MENGALAMI
BERAT BADAN
KURANG
OLEH
:ENDANG S.
SUNARYO
Disertasi
sebagai
salah
satusyarat
untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Progmm Studi Gizi Keluarga dan Sumberdmrya Kelurmrge
S E K O M PASCASAlRJANA
INSTITUT
PERTANIAN
BOGOR
Judul
Disertasi : PENGARUH PEMBERZAN L-GLUTAMIN PADAMPASI PEMULIH TERHADAP MUTU PROTEIN,
PROETL IMUNlTAS SELULER
DAN
PERTUMBUHANBAY1 6 BULAN YANG MENGALAMI
BERAT BADAN
KURANGNama : Endang S. Sunaryo
Nomor
Pokok
: P 216 00003Program Studi : Gizi Mwsyamkat dan Sumberdaya Keluarga (GMK)
Menyetnjui 1. Komisi Pembimbing
D R Dm. Rimbawan Ketua
Prof.
D R
F G
Winarno AnggotaAnggota
Mengetahui :
Anggota
2. Ketua Program Studi Gizi ekolah Pascmsarjana
Masyamkat dam Sumberdaya Keluarg
&
J
L
!
Endang S. Sunaryo dilahihn di kota Bogor, pada tanggal 30 April 1956 sebagai
an& per- dari 6 bersaudara pasangan Bapak Arief Sunaryo (Alm) dm Ibu R.A.
Robinigsih. Pendidikan Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas Regina Pacis diselesaikan di Bogor pada tahun 1974, melanjutkan pelajaran di Jumsan GMSK (dahulu
MK), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dm selesai 1979. Magister Sains
diperoleh dari Central Food Technological Resemch Institute, UniversiQ of h@sore
-
India pada tahun 1983 dan mendapat Gold Medal d m Best Performance.Pengalaman bekerja dimu lai di Badan Penel itian dan Pengembangan Departemen
Pertanian
RI
tahun 1980. Menjadi staf peneliti di P u s h g t e p-
LPB dan staf penpjarFhltas Teknologi Pertanian
-
IPB dari tahun 1 980 - 1 987. Sejak tahun 1 984 sampai 1 993bekerja sebagai Prodwt Development and Quality Control Manager di PT. Gizindo Prima Nusantara. Tahun 1994 sampai saat ini bekerja sebagai New Product and Technology
Developmenr Manager, PT. indofood Sukses Makmur.
Selama mengikuti program S3, karya i h i a h berjudul MPASI, Teknologi dm Regulasi telah disajikan pada Seminar Nasional Teknologi, Regulasi dan Review Muktahir MPASI di Padang pada b u h September 2003. Sebuah karya ilmiah berjudul Kendala dm
Pelumg MPASI untuk Mengatasi Gaga1 Tumbuh telah disajikan @a Seminar Nasional
MPASl yang diselenggarakan oleh BPOM pada bulan Desember 2003. Karya ilmiah lainnya berjudul The Effect of Enriched L-Glutamine Complementary Food on Cellular Immunity Profile and Morbidity Score of Underweight 6 months Infants akan disajikan pada Seminar International Amino Acids yang diselenggarakan oleh Ajinornoto
International pada tahun 2004. Karya - karya ilrniah tersebut rnerupakan bagian dari
program 53 penulis. Menikah dengan Nur Mandy Yusuf, SH pada tanggal 1 1 Juli 1991
dan dikaruniai seorang putri Nur Ratih Kusumaningayu d m seorang putra Nur Rizza
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur
dan
terima kasih penulis panjatkan kehadirat AllahSWT.
Berkat karunia, rahmat dm ridhoNya serta nikmat sehat dankebahagiaan
yang tidak terhingga yang telah dilimpahkanNya, penulis dapatrnenyelesaikan disertasi ini.
Kepada Komisi Pembimbing yang diketuai Bapak
DR. Drs.
Krnbawan,dengan
tulus
hati penulis menyampailcan ma terima kasih yang dalam karmabimbingan dan nstsehatnya baik lism maupun melalui SMS yang teiah diberikan
selama penulis menyclesaik&n tugas belajar
dan
disertasiini.
Ucapan yang sama pendis sampaikan pula, khususnya pada Bapak Prof.
DR.
F.G Winarno, karena beliau sewaktu menjabat Direktur hsbangtepa IPB,penulis diberi kesempatan melanjutkan studi S2 melalui beasiswa IBRD dan juga diizinkm mengembangkan diri
ke
perusaham. Terima kasih pak Win, atas nasehatdan
wejangannya semoga Allah mernberi gantinya, Amin.Kepada Bapak Prof.
DR.
dr. Darwin Karyadi dan BapakDR.
Ir. HardinsyahMS
yang banyak rnembimbing, memberi pustaka dan dorongan moril yang ti& temilai selama penyelesaian disertasi ini, penulis mengucapkan terima kasih.Kcpada pimpinan
PT.
Indofood Sukses Makmur, Ibu EvaR
Hutapea dan Bapak Fransiscus Welirang, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasaterima kasih yang tdus
dan
ddam karena kesempatan, ijin, pengertian dan biaya yang tidak sedikit yang telah memungkinkan penulis mewujudkan impian yang terpendam 20 tahun yang lalu. Semoga Allah mernbdas budibaik
ibudan
bapak.mengucapkan terima kasih atas bantuan alat tirnbangan badan untuk pengukuran antropometci
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
Bapak
DR.
Abas Basuni Jahari yang bersedia membimbing, membantupelaksmaan penelitian epidemiologi, karena beliau penulis belajar banyak perihal suka duka penelitian di lapangan.
Bapak Drh. Endi Ridwan, MSc, Ibu Ir. Rossi
R.
Apriantono, Mkes, BapakDrh
Tarmudji,MSc,
Bapak Oppie Sajeli yang banyak membantu terlaksananyapenguj ian dengan hewan percobaan tikus.
Bapak
DR
Imam Sumarmo MPH, MPS, yang bersarna tim Puslitbang Gizimembantu pelaksanaan penelitian epidemiologi; s e l d tim Puslitbang Gizi, Ibu
Suhartati SH, Ibu Edwi Saraswati,
MPS,
Ibu Ir. Sri Prihatini, MKes, Ibu YunitaAMG,
Ibu
Ir.
Erna Luciasari, TbuDra.
Excalanti, IbuYetty
Yuniardan
Ibu Rosita,yang dengan tulus membantu penulis m e n y e l e s a h tugas lapangan. Suka duka
turun ke desa, menghadapi bayi yang sakit, mengejar target pengukuran
antropometri, mengambil darah pagi-pagi sampai mengejar pemantauan morbiditas, recall MPASI dan banyak lagi liku-liku penelitian. Terima kasih atas
kesabaran dan kerjasarna yang baik yang tidak mungkin penulis lupakan. Untuk
Bapak Uj ang dan Bapak Omay yang bersedia dikej ar-kej ar data.
Ibu dr. Susie Suwarti, SpA dan tim dokter Puskesrnas, dr. Nana dari PKM Keradenan, dr. Muniroh dari
PKM
Babakan
Madang, dr.Rini
S dm dr. Viyanti dariTim enumerator yang kompak, serius dan bekerj a keras membantu penulis di garda depan, yang sabar menghadapi responden ibu clan bayinya. Terima kasih
yang tulus untuk Siti Masmoh. Reisye, Duma, Rosinta, Eddy, Iwan, Vivi, Retno dan Ulya.
Kepada Ibu
IT.
Tin HerawatiMS
dan Ir. Mega yang membantu pengolahandata, teman-teman seangkatan Bapak Ir. Frederik Riuwpasa,
MS,
Ibu Dra DewiY.
Mende,
MS.
danIbu
Ir.
Neti Herawati, MS yang banyak mendorong dan menemanipenulis.
Rekan-rekan sekantor, Ibu Ir. Eti Romlah dan Sdr. Endi Suhendi yang membantu penulis daiam pengolahan data
dan
pengetikannmkah.
Terima kasihyang dalam penulis sampaikan.
Tidak lupa, untuk ibunda tercinta Robiingsih dan
mama
rnertua Yonnyyang dengan kesederhmm dan doa yang ikhlas mengiringi penulis menyelesaikan
pendidikan tertinggi.
Kepada suami tercinta, Nur Mandy Yusuf, SH dan perrnata ibu Nur Ratih
Kusumaningayu dan Nur Rizza Muhammad dengan penuh kasih sayang, p u l i s
mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan pengertian yang tiaggi, juga kepada Pak Marjuki yang setia mengantar penulis.
Akhimya dengan diiringi doa, semoga Allah
SWT
membalas segalakebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan penulis memohon
mad
yangsebesar-besamya apabila ada perbuatan dan kata-kata yang kurang berkenan selama
penulis melanjutkan studi, menyelesaikan penelitian dan mendis disertasi. Amin,
...
6.3.3. Perkembangan Bayi 128
...
7.
Hubungan Gizi MPASI dengan Profil Darah dan Imunitas Bayi 1298
.
Hubungan Gizi MPASI dengan Pertumbuhan Bayi...
134 KESIMPULANDAN
SARAN...
Kesimpulan
...
.
.
.
.
.
.
... .
.
...
136 Saran...
.
.
...
.
.
...
138 DAFTARPUSTAKA
...~.~.~...~.~.~...
140No
.
Halaman...
.
1 Prakiraan kebutuhan protein
dan
mikronutrien per konsumsi AS1 19...
2
.
Mutu protein dan asam lemak AS1 dan susu formula 25 3.
Jenis penelitian. disain dan lokasi penelitian...
43...
4. Rancangan optimasi RSM dengan variasi surnbr protein 45
...
.
5 Rancangan optimasi RSM dengan variasi surnber lemak 46 6. Formula MPAS1 Pemulih per 100 gram p d u k
...
.
.
...
48...
7
.
Fornula akhir MPASI 5 18
.
Analisa bahan baku dm produk MPASI Pemulih...
53...
.
9 Ransum PER tikus percobaan 57
10
.
Nilai Gizi MPASI per 100 gram...
5 8.
I 1 Dampak MPASI pada pertumbuhan tikus
...
..
...
61...
12
.
Lokasi penelitian di kabupaten Bogor -6413
.
Jenis data dan frekuensi pengumpulan data...,...
67
...
14
.
Wasil optimasi RSM terhadap mutu protein MPASI.
.
...
-72...
1 5
.
Hasil optimasiRSM
terhadap mutu lemak MPASI.
.
...
-72...
1 6
.
Hasil penilctian uji kesukaan panelis.
.
.
.
...
.
.
...
7 417
.
Mutu protein MPASl dibandingkan dengan rujukanWHO
...
74...
1 8
.
Mutu l e d MPASI7 7
19
.
Mutu fisk, M adan mikmbiologi MPASI...
.
.
.
.
...
78...
20
.
Mutu biologis protein (PER) MPASI..
...
8 0...
21
.
Pertumbuhantikus
menurut perlakuan MPASI 8222
.
Morfologi organ tikus menurut perlakuan MPASI...
8523
.
Histopatologi tikus menurut perlakw MPASI...
8924
.
Tebal mukosa, tebal vili. j umlah vili dan kedalaman kripta usus halus...
tikus menurut perlakuan W A S 1
.
.
...
8 925
.
Jumlah E-colidm
selain E-coli pada feses t i h menurut perlakuan...
MPASI
...
.,.
9 226
.
Karakteristik sosid ekonomi k e l q a contoh sebelum intervensi...
93 27.
Identitas bayi sebelum Intervensi...
....
...
95 28.
Praktek pemberian AS1...
97...,...
...
30.
Sebaran responden bedasarkan skor pengasuhan bayi.
.
1023 1. S e w responden bedasarkan kategori pengasuhan bayi
...
...
. . .
clan
perlakuan
MPASI.
.
.
.
.
.
.
10232
.
Konsumsi zat gizidari
MPASI menurut kelompok bayi /...
perlakuan MPASI 103
...
3 3.
Kecukupan giziMP
ASI menurut kelompok bayi 1 perlakuan -104 34.
Kecukupan gizi MPASI menurut kelompok perlakuan dibandingkan...
...
dengan standar MPASI
.
.
.
.
.
.
.
-10535
.
Konswnsi zat gizi selain MPASI menurut kelompok perlakuan...
10536
.
Kecukupan gizi selain MPASI menurut kelompok perlakuan...
106...
37
.
Dampak pemberian MPASI pada prof3 d a d bayi.
.
.
.
...
10738
.
Analisa korelasi Pearson antara eritrosit dengan profil darah bayi...
108...
39
.
Dampak pemberian MPASI padaprofil
imunitas hayi 110 40.
Miss korelasi Pearson pengaruh L-Glutamin terhadap perbailcan...
profil imunitas bayi...
.
.
112 4 1.
Morbiditas bayi menurut kelompok perlakuan MPASI...
.
.
.
.
....
116 42.
Rata-rata
lama sakit berdasarkan perlakuan dan j enis penyakit...
selama pemantauan 117
43
.
Hasil uj i regresi logistik terhadap morbiditas bayi...
I1944
.
Rata-rata berat badandan
panjang badan bayi menurut perlakuan...
...,....
MPASI dan
umur
bayi.
.
12045
.
Rata-rata pertambahan BB/U dan PBAJ bayi menurut kelompokperlakuan MPASI dan pemantaum
...
.
.
.
...
12146
.
Rata-rata &kw (BBN. PBN dan BBPB) bayi menurutkelompok perlakuan MPASI
...~...
123 47.
Hasil uji regresi logistik terhadap prhmbahan berat badan bayi...
126...
48
.
Hasil uji regresi logistik terhadap pertambahan tinggi badan bayi 12849
.
Rata-rata urnur (bulan) kemampuan motorik bayi menurutkelompok perlakum MPASI
...
..
..
...
12850
.
Kecukupan giziMPASI
dm selain MPASl menurut...
kelompok bayi / perlakuan MPASI
...
....
129...
26. Kurva persentase pertarnbahan PB/U terhadap stank PSAI menurut
kelompok bayi/ perlakuan MPASI clan pemantauan
...,...,.,...
12227.
Gtca
BB/U menurut kelompok bayil perlakuafi MPASI dan pemantauan.
. . .
1 24 28.Zskor
PB/U menurut kelornpok b a d perlakuan MPASI dan pemantauan. . .
1 24 29. Zskor BBCPB menurut kelompok bayil perlakuan MPASI dan pemantauan.
.
I25Lampiran 12b
.
Hasil Uji ANOVA Selisih Profil Imunitas Bayi Sebelurndan
...
Sesudah Intervensi 174
Lampiran 1 3a Hasil Uji Korelasi Spearman antar Variabel
...
176Lampiran 1 3 b
.
Hasil Uji Korelasi Pearson antar Variabel...
177PENDAHULUAN
Undang-Undang
RI
nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan mak merupakan salb satu b e n d peddi negara atas hak azasi anak yang didfrkasi dari hasil Konvensi Internasional PBB pada sidangumum
bulan Novemkr 1989 dm diberlakukan mandatory olehPBB
bulan September 1990. Garis Besar UUno.
2312002 berisi hak a d untuk mendapat perlindungan terhadap kekerasan fisik, diskriminasi,
hak
untuk
mendapat kecukupan gizi dan kesehatan danhak
untuk mendapatkan kemudahan pelayanan kexhatan dan sosial. Orang hia, keluarga,pemerintah
dan
negara wajib mengusahakan agar bayi yang lahir terhindar daripenyakit yang mengincam kelangsungan hidup dan atau menirnbulkan kecacatan.
Tumbuh kembang bayi luar biasa kecepatannya pada awal kehidupannya. Tumbuh yang diartiltan pertambahan dalarn ukuran tub& secara
keseluruhan
kmti pertambahan jumlah dm ukuran sel. Sedangkan kernbang dapat diartikan peningkatan fungsi organ tubuh yang ditandai dengan adanya diferensiasi dan pendewasaan sistem organ individu bayi. Setelah kclahiran, bayi melakukan
penyesuaian p e d a s a n dari sistem yang bertumpu sebagian besar pada p e d a s a n otot-otot perut kepada pernafasan otot-otot dada sehingga lebih dalam menyerap oksigen. Suhu badan bayi beradaptasi secara pasti. Pengendalian suhu tubuh bergantung pada pengembangan kelenjar tiroid.
bayi, peran usus halus bukan saja sebagai organ pence- tempat proses katabolisme dm anabolisme terjadi, tetapi juga hams mampu r n e m p e m a n diri
dari
paparan antigen sehingga integritas usus sangat penting. Kurang lebih 70% populasi sei imunitas dihasilkan oleh vili atau Peyer patches. Oleh sebab itugangguan integritas usus Mus akan mengganggu ketersediaan gizi (Reeds dan
Burrin, 2000).
Tumbuh kembang fungsi penginderaan, motorik, kogniti f, simbol-simbl,
bahasa, emosi dan sosial terjadi dalam waktu relatif singkat yaitu 12 bulan pertama sampai usia 3 tahun. Bayi rnenghadapi stres yang tinggi sehingga bayi-bayi yang ti& menerima ASI sering menderita sakit. Imunoglobin A merupakan pelindung
spesifik yang diterima bayi dari ibunya melalui AS1 marnpu melindungi bayi dari
protein asing dan kuman (Susanto, 2001). Pada saat bayi lahir, pertahanan bayi relatif pasif atau Mum berperan penuh sehingga AS1 mutlak diberikan. Apabila
MPASI diberikan sebelum 6 bulan, dikhawatirkan paparan protein asing MPASI dan antigen (bakteri, virus, jamur dan rnikroba lainnya) mengganggu sistem
kekebalannya.
Perilaku ibu yang salah dalam memberikan AS1 dan MPASI, ditambah
sanitasi-higiene lingkungan yztng buruk
dan
minimnya ketersediaan air b i h menyebabkan tingginya morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) bayi. Pada tahun 2001, angka kematian bayi Indonesia 33 bayi per 1000 kelahiran hidup. Umurnnya angka kesakitan yang berdarnpak pada angka kematian bayi disebabkan oleh ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas),diare, demam tinggi, camp& dan sebagainya. Pola asuh ditengarai menjadi penyebab penyimpangan perilaku hidup sehat dan pendidikan keluarga. Laporan WHO Expert ComuItutioncenderung mudah terkena infeksi dm beresiko meninggal pada usia mu& Iebih
tinggi.
Gangguan ketersediaan gizi khususnya pada bay i berdampak gangguan tumbuh kernbang. Kejadian Kekurangan Energi-Protein atau
KEP
yang banyak dialami bayi dm balita, apabila tidak langsung ditangani secara benar maka bayi dan balita akan terjerumus ke manifestasi yang lebih berat yang dikenal sebagaimarasmus kwashiorkor, Hasil krbagai penelitian di dunia mengungkapkan bahwa
resiko relative
(RR)
angka kematian penderitaKEP
berat 8,4 kali, KEP sedang 4,6kali dan
KEP
ringan 2,4 kali dibandingkan dengan gizi baik (Moefoek,
1 999). Berdasarkan andisis ulang data Susenas 1989-1999 mengenai kecenderungan status gizi balita sebelum dan selama krisis diternukan bahwa prevalensi gizi b u d (BBlU <-3SD)
meningkat dari 6,O % pada tahun 1989 menjadi 10,4 % pada tahun 1995. Keadaan ini narnpaknya tidak banyak berubahdi tahun 1998 ( 9 3
5%)
dan menurun sedikit yaitu 7,8 % pada tahun 1999 (Jahari dkk, 2000).Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan kota Bogor, pada tahun 2000 prevdensi gizi buruk ditemukan sebesar 1 % dan meningkat menjadi 1,23 % pada tahun 2001. Sedangkan masalah gizi kurang sebesar 13 % pada tahun 2000 dan m e n m menjadi 1 1,7 % pada tahun 200 1 . hvalensi gizi buruk krtinggi terdapat
di Kecamatan Bogor Selatan yaitu sebesar 2 %. Berdasarkan cut oflpoint di
Pernberian MPASI Pemulih sangat dianjurkan pada penderita
KEP
terlebihbayi berusia 6 bulan ke atas dengan harapan MPASI ini marnpu memenuhi
kebutuhan gizi, mampu memperkecil kehilangan zat gizi, mempercepat keseimbangan nitrogen sehingga mampu meningkatkan sintesa protein untuk
tumbuh kembang organ (Ziegler et al., 2000). Fomulasi MPASI Pemulih diformulasi khusus untuk mengoreksi terjadinya penyimpangan pertwnbuhan linier
(linear growth) baik berat badan mupun panjang badan terutarna sebelum 12
bulan. Dengan demikian disamping persyaratan padat energi, mutu protein kcus baik (minimal 70 % skor asam amino kasein). Selain itu MPASI perlu diperkaya dengan vitamin
dan
mineral. Sedangkm untuk MPASI Pemdih, selain persyaratanMPASI, juga memiliki nilai tambah rnampu menjaga integritas usus, mampu
memperbaiki sistem imunitas dm daleun waktu relatif singkat (k 3 bulan) dihmpkan dapat menambah berat badan.
L-Glutamin dikenal sebagai asam amino pembawa nitrogen yang mudah
diserap vili mukosa usus dan dikenal sebagai asam amino non esensial atau kondisional yang berfungsi sebagai prekursor sintesa nukieotida, substrat untuk
glukoneogenesis dm sangat vital dalam mengatur asam basa ginjal. L-Glutamin penting sebagai sumber energi set yang mernbutuhkan ATP (Adenosin Tri Posfat) siap pakai baik untuk keperluan epitel salwan cerna, limfosit, fibroblas dan
retikulosit. Umumnya L-Glutamin diberikan dalarn bentuk nutrisi enteral atau
parenteral pada pasien rawat inap di Rumah Sakit (Duggan C et al., 2002). Dalam
kondisi normal, L-Glutamin disukai sel sebagai surnber energi untuk perbanyakan
makanan fungsional guna mempertahankan daya tahan tubuh agar tetap fit dan sehat (Goldbrg, 1 994).
Sebagai zat gizi kondisional, temuan 0 'Dwyer (1 989) membuktikan bahwa
L-Glutamin mencegah pengerutan jaringan usus Mus pada kondisi tub& p w . Himshaw (1990) yang dikutip oleh Duggan et al., (2002), membuktikan L-
Glutamin sebagai surnber ATP (Adenosin Tri Posfat) untuk reaksi oksidasi pada
sel-sel yang luka dalam proses penyembuhan. Sedangkan Averdy (1 992) yang dikutip oleh Duggan et a l , (2002), mernbuktikan L-Glutamin berdarnpak positif
dalam mempertahankan integritas usus halus pasien yang menerima terapi parenteral L-Glutamin. Pada pasien pascaoperasi tulang, terapi L-Glutamin dapat
memperbaiki keseimbangan nitrogen, mengurangi resiko infeksi dan mengurangi lama inap rumah sakit. (Ziegler el al., 2000)
lnformasi tentang peran L-Glutamin pada bayi dan
kanak-kanak
sangat terbatas. Lacey ( 1 996) yang d i i t i p oieh Tubman dan Thornson (2001) melakukanpenelitian pada 78 bayi rawat inap, yang akhimya terrnonitor hanya 22 b y i y m g
mendapat perlakuan parenteral L-Glutamin
dan
22 bayi kontrol. Walaupun pada bayi dengan berat badan kurang dari 800 g, pemberian parenteral EGlutamin mampu mempercepat bayi bemdaptasi ke makanane n k d
@ = 0,03), tetapi seamm u m tidak ada perbedaan yang nyata terhadap kenaikan berat badan dan lamanya rawat inap. Sedangkan penelitian yang dilakukan Neu (1997) pa& 68 bayi rawat imp yang akhirnya termonitor hanya 25 bayi dengan perlakuan parenteral L-
Glutamin dan 16 bayi kontrol, tidak dijumpai perbedaan yang nyata terhadap kenaikan berat badan dan lamanya rawat imp, walaupun dernikian parenteral L-
Menarik hasil posi tif studi aplikasi L-Glutamin clan terbatasnya infonnasi
L-Glutamin pada bayi khususnya pemberian secara oral
,
mendorong peneliti untuk mengaplikasikannyake
dalam MPASI. Dengan inkorporasi L-Glutamin ke dalamformulasi MPASI dihasapkan dapat mengembalikan keseimbangan nitrogen,
meningkatkan sintesa protein, memperbaiki imunitas bayi sehingga dalam waktu
relatif singkat berat badan dapat kembali membaik.
Penelitian ini bertujuan mencari j awaban atas pertany aan "Mun&nkah
penggunaan L-Glutamin daIam formulasi MPASI Pemulih mernberikan pengaruh
psitif
derlam
memperbaiki imunitas bayi sehingga mampu memperbaiki lajuperturnbuhan bag 6 bulan yang mengalami bent badan
kurang".
Tujuan
Mengembangkan formula MPASI Pemulih dan menganalisis darnpak pemberiannya terhadap perubahan status gizi bayi bermasalah (bayi 6 bulan yang mengalami berat badan kurang).
Tujuan
khusus
penelitianini:
1. Mengembangkan formula MPASI Pemulih yang memiliki mutu protein
dan
mutu asam lemak mendekati ASI.2. Mengalisis mutu dm kernanan MPASI Pemulih.
4. Mengadisis dampak pemberian MPASI Pemulih terhadap pertumbuhan (laju
pertambahan BBN, P B N dan BBPB) bayi 6 bulan yang mengalami berat
badan kurang.
Mwnfaat
Hasil penelitian
ini
diiapkan memberi nilai tambah yang dapat digunakanuntuk penanggulangan bayi KEP sebingga dapat mengurangi resiko mortalitas
dan
morbiditas bayi. lnkorporasi L-Glutamin pada MPASI ditujukan untuk mengisi
cemk pasar tertentu yaitu bayi 6 bulan
ke
atas yang umumya bercsiko tinggiKERANGKA PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESISStatus gizi dan kesehatan bayi akan mempengaruhi kualitas gizi dan kesehatan di masa yang akan datang. Mengacu pada konsep pendekatan Unicef (1 998), kualitas gizi dan kesehatan an& dimanifestrtsikan dengan tingginy a
pmdensi kesakitan (morbiditas)
dm
kematian (mortalitas) bayi dan balita.Tingginya angka kesakitan dan kematian dipicu oleh tingginya prevalensi infeksi dan penyakit seperti ISPA (Infeksi Saluran P d m Atas) dan diare, terjadinya gangguan pencemaan dan kekurangan asupan gizi terutama energi, protein, vitamin
A,
B6,
BI2, Folat,C
dan mineral Fe, Zndan
Iodium yang dianggap sebagaipenyebab utama (HKI, 2000).
Sedangkan ketahanan pangan,
akses
perawatan dm pengasuhan anak, kesehatan lingkungan, akses terhadap pengadaan air bersih dan pelayanan kesehatan dianggap sebagai penyebab tidak langsung. Kesemuanya berakar dariketidakmampuan wanita akibat kemiskinan, ketidaktahuan dan pendidikan yang rendah. Krisis yang melanda Indonesia sej
ak
1997 berdampak meningkatnyajumlah keluarga miskin dari 1 1 % menjadi 19 % atau ekivalen dengan tarnbahan 20 juta pengangpan. Menurunnya kemampuan beli berdampak pada meningkatnya persentase pengeluaran rumahtangga untuk makanan (HKI, 2000).
Program lntervensi Gizi salah satunya dengan pemberian MPASI Pemulih dimaksudkan agar bayi-bayi yang menunjukkan tendensi penurunan berat badan
penyimpangan. MPASl Pemulih di formdasikan khusus, minimal mengacu pada regulasi Codex Alimentarius Commission yang telah diadopsi oleh SNI 0 1 -3 842- 1995 yang berlaku saat ini. Mengingat pada penderita
KEP,
terjadi gangguan pencernaan, ketidakseimbangan elektrolit dan gangguan fungsi endokrin menyebabkan proses kabbolisme melebihi anabolisme yang selanjutnya berdarnpak pada kerusakan morfologi usus (Mahrnud, 1 987).Formulasi MPASI Pemulih mensyaratkan padat gizi antara lain kaya energi,
protein dan mikronutrien disamping juga mudah dicerna dan diabsorpsi mukosa
usus sehingga pemilihan bahan
baku
dan
proses khusus menjadi pertimbangan.Sebagai sumber energi digunakan sumber karbohidrat kompleks yang rnudah
dicerna dan sumber rninyak atau lemak yang mutu asarn lemaknya mendekati mutu ASI. Sebagai sumber protein digunakan campuran protein nabati dan hewmi agar mutu asam aminonya mendekati ASI.
Penambahan L-Glutamin kedalam fomulasi MPASI terbaik diharapkan memberi manfaat lebih yaitu memperbaiki daya tahan tubuh bayi. Dengan demikian memperkecil gap terj adinya gangguan absorpsi mukosa usus,
memperbaiki integritas usus sehingga mampu memperbaiki imunitas bayi yang dibuktikan dengan menurunnya skor morbiditas.
Gambar 5. Kemngka pemikiran penggunaan LGlutamin pada MPASI Pemuiih untuk penmgguhngan bayi 6 bulan yang mengalami bemt badan kumng
:
Absorpsi terganggu: L - - - * * - - - * - lI
Sumber energi :
*
Karbohidrat mudah dicema*
C m p m minyak danIemak
1
Mutu asam lemak
Gizi kurang
(-0,5SD +-2SD) -
-
-
1
Lmunitas seluler
T
Skor morbiditas
1
1
status gizi Tumbuh kembang
I f 1
Sumber protein :
*
Whey protein,*
Susu skimn
*
Kacang hijau4
9
.".
1
L
Q) CI a w
-
FormulaMPASl
-
Hipotesis
1. Pemberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih dapat memperbaiki profil imunitas seluler bayi 6 bulan yang mengalami berat badan kurang lebih baik
dari pada MPASI kontrol.
2. Pernberian L-Glutamin pada MPASI Pemulih dapat memperbaiki pertumbuhan bayi 6 bdan yang mengalami berat badan kurang lebih baik dari pada MPASI kontrol
.
1 . MPASI; Mengacu pada terminologi Codex Alimentarius Foods for Special Dietary
Uses (including Foods for Infants and Childen), yang dimaksud dengan MPASI adalah makanan yang diberikan p a d bayi sampai dengan 12 bulan sebagai tam bahan atau makanan padat pertama g m a mencukupi kebutuhan gizi bay i, di
samping Air Susu I bu. Seperti anjuran World Health Assembly Reso Iution Wh54 54.2 (2001) AS1 eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan, kecuali ada provisi regulasi
pemerintah.
2. MPASl Pemulih; MPASI yang diformulasikan khusus dari bahan baku yang mudah dicema dan diabsorpsi usus serta marnpu mensuplai kebutuhan gizi yang lebih besar dari W A S 1 biasa. Untuk memberikan manfaat percepatan pemulihan sel diberikan perlakuan suplementasi L-Glutamin.
3. Mutu MPASI senilai ASI; yang dimaksudkan adalah mutu protein yang
dicerminkan skor protein terutama asam amino metionin dan triptofan ; mutu
biologis PER (Protein Eficieplcy Ratio) serta mutu lemak yang dicerminkan oleh
4. Kearnanan MPASI; yang dimaksudkan adatah tidak berdarnpak negatif yang dicerminkan oleh tidak adanya penyirnpangan hasil pemeriksaan histopatologi
khususnya pada organ pankreas, hati, usus halus dan ginjal hewan tikus percobaan.
5 . MPASI Kontrol ; MPASI bermerek yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi oleh
bayi 4 bulan keatas.
6. Bayi; Anak berusia 6 sarnpai 12 bulan, mendapatkan AS1 dan atau disertai
makanan lainnya.
7. Bayi dengan berat badan kurang; Bayi bemsia 6 bulan
*
1 rninggu yang mengalamiberat badan kurang yaitu B B N -0,5SD sampai B B N -2SD dari median baku
WHO-NCHS. Bay i tersebut, dilahirkan dengan berat badan normal, tidak mengalami kelainan genetik yang rnungkin menghambat pertumbuhan, tidak mengalami penyakit komplikasi atau kejadian rudapaksa yang rnungkin mengacaukan hasil penelitian.
8. Status Gizi: Status Gizi yang dimaksudkan adalah status antropometri (BB/U, PBN, BB/PB) yang diukur setiap bulan dimulai pada awal intervensi (bayi umur 6
bulan) dan berakhir pada saat 3 bulan kemudian (bayi umur 9 bulan).
9. Kesehatan bayi; Kondisi kesehatan bayi selarna intervensi diarnati secara seksama,
dibawah pengontmlan dokter anak dengan pemeriksaan secara teratur minimal 1
bulan sekali, diberikan imunisasi sews tepat waktu. Unhk memantau turnbuh
kembang dilakukan pemantauan dengan milestone turnbuh kembang pada awal dan akhir intervensi.
I I . Morbiditas : angka kesakitan yang menunjukkan rasio penderita sakit dan yang
TINJAUAN
PUSTAKA
Tumbuh Kembang Bwyi
Pertumbuhan dapat diartikan pertarnbahan jurnlah dan ukuran sel
.
Sedangkan
perkembangan dapat diartikan peningkatan fungsi organ tubuh yangditandai dengan adanya diferensiasi dan pendewasam sistem organ individu. Sesungguhnya pertumbuhan
sudah
dimulai sejak janin berada dalam kandungan ibunya dm proses ini berlanjut terus setelah bayi dilahirkan. Pada waktu lahir, bayi mempunyai berat badan sekitar 3kg
dan
panjang badan sekitar 50 em. P A haripertama berat badan menurun karena penyesuaian sebagai &bat kehilangan &ran
dan
beberapa katabolisme jaringan, seianjutnya beradaptasi kembalike
beratsemula dm terus meningkat beratnya sesuai dengan usianya. Pertambahan berat
badan akan
diikuti
dengan pertarnbahan panjang badan, dernil4a.n juga organ tub& lainnya. Kecepatan pertambahan berat badan maupun pmjang badan tidak sama, pada triwulan pertama lebih cepat dari pada triwulan kedua (20-25 glhari), dernikianpula kedua lebih cepat
dari
pada triwulan ketiga (15glhari). Demikian pula kecepatan pertambahan panjang badan. Sejalan dengan proses pertumbuhan, bayimengalami proses perkembangan organ-organ tub& sehingga dapat b e h g s i
dengan sempurna (Glass, 2002).
Sej
ak
lahir, ba yi neonatal menyesuaikan diri dengan lingkungan barmy a.fenyesuaian pertama adalah pernafasan, awalnya sebagian besar pernafasan bayi bergantung pada otot-otot perut sehingga pemafasan dangkal dm agak cepat.
Setelah bay i
duduk,
otot-otot dada mulai membantu pemafasan sehinggapola pernafasan dewasa terbentuk. Makin kecil badan, makin besar permukaan yang dimiliki bedasarkan perbandingan dengan berat badannya. Karena
pennukaan yang lebih besar berarti lebih banyak panas yang hilang, bayi mengalami kehitangan panas iebih banyak dari pada orang dewasa. Suhu badan
bayi Mum teratur dengan baik sampai anak hrusia 2 tahun walaupun setiap
anak
memiliki pola tersendiri. Pengendalian suhu tubuh dihubungkan dengan kelenj ar
tiroid. Apabila bayi menderita KEP, dapat dipastikan terjadi gangguan sekresi
kelenjar tiroid sehingga hunbuh kembang fisik cenderung pendek.
Menurut Panggabean (1 991), tumbuh kembang otak terdiri dari hiperplasia
(perbanyakan) dan hipertropi (pembesaran ukuran sel) yang ditemkan dengan proses maturasi sel otak yang berlmgsung pesat pada 24 bulan awal kehidupan setelah bayi dilahirkan. Susunan syaraf pusat terutama otak, memegang peranan
Warn
perkembangan anak. Otak bayi lahir dengan bentuk lengkap, akan tetapi sel syaraf masih memerlukan proses rnaturasi. Berat otak bayi yang barn lahir sekitar25 % berat otak dewasa. Ketika usianya 2 tahun, berat otak rnencapai 90 % berat
otak dewasa. Otak memerlukan proses maturasi g m a jalinan
koneksi
antar sel atauterjadinya koordinasi antar sel dalam transfer neumtrammiter pada sinaps sel otak.
Maturasi sel otak meliputi pertumbuhan dan perpindahan sel syaraf yang terdiri dari badan sel, &son dan dendrit. Selama maturasi, perkembangan susunan
syaraf pusat bayi meliputi jumlah dan kualitas hubungan akson dan dendrit. Mielinisasi yaitu perkembangan selaput syaraf menyertai kompleksitas hubungan antar syaraf dan perkembangan otak. Tumbuh kernbang otak dapat dilihat dari
membesarnya lingkar kepda dari 34 ern
*
2cm pada saat bayi lahir menjadi 48cm
Perkembangan fungsi penginderaan dan motorik terj adi secara bersamaan. Kemampuan otak untuk persepsi dm interpretasi rangsang indera terjadi secara bertahap. Melalui tahapan ini terjadi akumulasi belajar yang baik. Apabila pengalaman belaj ar yang dilalui menyenangkan, maka rasa ingin tahu bay i terhadap pengalaman eksplorasi gerak, mendorong bayi untuk belajar sehingga terjadi perkembangan intelegensi bayi
.
Perkembangan motorik terj adi sangat pesat pada usia 1 tahun pertama terutama pada proses belajar untuk koordinasi dan kendaligerakan badan, Kmrdinasi kepala, mata dan tangan berkembang pada usia 2 sarnpai 6 bulan. Pada usia 6 sarnpai 12 bulan, bay i klajar dud& berputar, berdiri, merangkak dan akhirnya berjalan. Perasaan m a n mem& landasan perkembangan pribadi selanjutnya. Bayi k l a j ar mengenal keluarga dan lingkungann ya terrnasuk simbol-simbol dan suara (Panggabean, 1 99 1 ).
Perkembangan saluran cerna termasuk pertambahan
ukuran,
kapasitas dan fungsi organ pencemaan yang meliputi lambung, pankreas, hati, empedu, usus ksar dan usus halus. Seiring dengan usianya, terjadi maturasi h g s i organdan
sekresi enzim pencemaan yang mampu mengumkan pati, protein dan lemakmmjadi unit-unit kecil zat gizi seperti gula tunggd atau glukosa, asam amino dan
asam lemak. Selanjutnya zat gizi ini siap disintesa
untuk
keperluan tumbuh kembang. Tumbuh kembang saluran cerna diikuti pula oleh tumbuh kembang gigi geligi.bertahap, bayi mampu menerima MPASI beragam bentuk dm tekstumya sehingga pada akhirnya mampu menerima makanan keluarga. Tumbuh kernbang organ
berdampak pada sistem imunitas ahu kekebalan dan produktivitas kerja di usia
pruduktif. Hal ini terkait erat dengan metabolisme tubuh yang sangat dipengaruhi keseirnbangan hormon dan enzim (Glass, 2002).
Pada saat bayi dilahirkan pertahanan bayi bersifat pasif, atau
perkembangannya masih belum sempurna. Pemberian MPASI berarti memberi
peluang protein asing atau antigen mtuk rnasuk, sehingga memerlukan pertahanan yang aktif. AS1 m p u memberikan rangsangan yang diperlukan bagi perkembangan mekanisrne yang aktif. Proses pertahanan non imunologis seperti keasamm lambung, sekresi usus, peristaltik, cairan dalam membran, berperan secara independen untuk memberikan proteksi bagi pemukaan usus. Pada masa neonatal asam lambung menurun dan penneabilitas usus meningkat, sehingga dua
pertahanan tubuh ini lemah, memudahkan
kuman
menempel dan berkembang biakdi
dindiig usus. Cepatnya pergerakan usus karena peristaltik lambung yangmeningkat justru menguntungkan, karena kurnan menjadi sulit menempel di
dinding usus (Susanto, 2001).
Imunoglobulin A merupakan itnunoglobulin yang paling dominan dalm
AS1 yang dapat dipindahkan dari tubuh ibu
ke
bayi, sehingga memungkinkankekebalan spesifik ibu diterirna bayi. Sistem pertahanan ini tidak akan berkembang secara optimal jika bayi pada usia dini mendapat makanan dengan protein asing
atau terkontaminasi kurnan. Oleh karena itu AS1 eksklusif 6 bulan sangat dianjurkan, agar wus bayi yang kekebalannya belum sempurna tidak
Gizi Buruk dan Gwgal Tumbuh
Status gizi bayi
dan
balita di Indonesia sangat kornpleks, analisis data Susenas menunjukkan prevalensi Kekurangan Energi Protein atauKEP
pada bayi dan balita cenderung tinggi yaitu di atas 20 %. Krisis moneter yang terjadi sejalc1998 sarnpai 2002 makin memperparah kondisi ini. Untuk Kabupaten Bogor, pada tahun 2001, prevalensi gizi buruk yang diukur berdasarkan parameter Berat Badan !
Umur < -3SD dari median baku WHO-NCHS sekikitar 0,82% dan gizi kurang atau BB/U -3SD sampai dengan -2SD dari median
baku
WHO-NCHS sekitar 13,99%.Tampaknya gizi
b u d
belum sepenuhaya dapat dieradikasi wdaupun upaya program pemberian MPASI yang dipelopori Unicef dan berlanjut dengan dana APBN memberi manfaat positif menekan laju gaga1 tumbuh (Moeloek, 1 999).Menurut Pelletier et al., (1993) yang dikutip oleh Martorell (1995), gizi kurang berdampak nyata pada kematian balita Estimasi mereka, lebih dari 50 %
kematian balita disebabkan oleh gizi
kurang
sedang sampai buruk. Gizi kurangterjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang diperlukan. Defisiensi zat gizi terutama energi dan protein akan memberikan ganggum
psikologik dm sosial, serta secara klinis menyebabkan kelambatan pertumbuhan.
Sedangkan gang guan penyerapan makanan dapat disebabkan oleh kerusakan permukaan epitel mukosa usus (brush border) sehingga timbul kekurangan enzim
laktase, gangguan fermentasi karbohidrat, dekonyugasi gararn empedu dan terj adinya perubahan stmktur mukosa usus kmpa pemendekan jonjot usus (vili
nasional menunjukkan gambaran yang meny edihkan, gizi kurang berdampak gaga1 tumbuh dengan prevalensi 7 sampai 30 % (Gambar 1 ).
Pola Pertumbuhan Anak BJita Indonmia
Data Susenas 2002
-2,s
0 " m 2 z g g ~ z ~ $ f 7 ~ E
[image:38.618.137.497.165.389.2]Umur (Bulan) Surnber : Susenas (2002)
Gambar 1. Kurva Zskor BBIU yang menunjukkan gagd tumbuh bayi sampai
anak balita
Gagal Tumbuh
Gagal turnbuh atau growth faltering banyak dijurnpai di negara miskin dan berkembang. Tolok ukur yang d i m adalah KEP
bunk
yang dicerrninkan dengan tingginya prevalensi pendek-kurus atau persentase BBPB lebih dari 10 %. Gagal tumbuh yang terjadi pada bayi umumnya memiliki persmaan pola yaitu dimulai pada usia 3 bulan atau selepas AS1 eksklusif. Apabila tidak ditangani dengan seriusmaka penyimpangan BB/U semakin jauh atau bayi menderita KEP buruk. Menurut
metabolisme gula, lemak, protein bahkan gangguan sistem endokrin yang krsifat kronis jangka pmjang (Gambar 2).
Jangka Pendek Jangka Panjang
Perkembangan otak, IQ rendah
Gizi karang @a masa prenatal
dan bayi rendah
Gangguan metabolisme
u
gula, lemak, protein, Kegemuh, hormone, enzirn, reseptor Jantung koroner,
gen Hipertensi,
Kanker, Penuaan dini
Sumber: Global nutrition challenges: a life-cycle approach, Food and Nutrition Bulletin, Vol. 21(3)
[image:39.616.123.542.153.406.2]supp. 2000. UNU
Gambar 2. Dampak KEP jangka pendek dam jangka panjang
KEP yang terjadi pada bayi dan balita berdarnpak ganda, tidak saja kehilangan IQ atau kecerdasan tetapi juga berdarnpak pada perkembangan mental (Scrimshaw, 1997). Pada jangka pendek,
KEP
menyebabkan berkurangnya IQ p i n 5-50 yang mengganggu proses belajar mengajar karena fungsi kognitif dan kinerja otak ti& optimal (Grantham -Mc
Gregor, 199 1 ; Scrimshaw, 1997). Selain itu implikasi KEP jangka pendek a h berdarnpak pada pertumbuhan massa ototdan
sehingga akumulasinya dikemudian hari pendek dan kurus. Anak-anak yang mampu bertahan hidup, pada usia dewasa rentan terhadap penyakit non infeksi dan
umwnnya kine j a produktivitas fisik rendah.
KEP
buruk pada usia krtnak-kanak akan mengganggu tumbuh kembang sistem endokrin dm menyebabkan gangguan pada sistem program kerja horrnon dm enzim, khususnya metabolisme gula, lemak dan protein. Pada usia dewasa, peluang terjadinya kegemukan akibat deposit lemak berlebih sangat tinggi sehingga akhirnya memicu penyakit non infeksi seperti diabetes tipe 2 (non insulin dependvat diabetes mellitus), hipertensi, jantungkoroner, kanker dan penuaan dini (Ravelli et al., 1998 ; Lean e t al., 1998).
MPASX dan Perannya untuk Tumbuh Kembang
Laju pertumbuhan anak adalah fungsi biologis dari usia sehingga kegagalan
tumbuh kembang masa bayi sampai 24 bulan
ti&
akan pernah mengejar laju turnbuh kembang selanjutnya. Dengan demikian, kapasitas tumbuh kembang bayi dibatasi oleh waktu, jika terjadi kehilangan sej urnlah zat gizi yang di butuhkan untuk tumbuh kembang yang mengakibatkannya gizi buruk maka dapat dip-terjadinya hambatan tumbuh kembang selanjutnya misal tinggi badan menjadi lebih pendek (Martorell, 1995 ; Lutter dan Dewey, 2003).
Pemberian MPASi dan pengaruhnya terhadap turnbuh kembang otak dan fungsi kognitif diyakini berdampak positif. Hasil studi yang dilrtkukan Pollitt et at.,
Studi sempa juga pernah dilakukan Waber et al., (1 98 1) dengan pemberiatl d a n a n bergizi (minyak, susu dan roti) pada ibu harnil (n = 433) y m g diteruskan sampai anak bemsia 3 tahun, menunjukkan hasil yang positif terhadap tumbuh kembang anak dilihat dari perkembangan psikomotorik.
Studi yang dilakuhn Pollitt et al., (1 986) yaitu pada 334 an& berumur 6-60 bulan yang berpartisipasi dalam penelitian suplemen makanan 300-400 Kal per hari
selama 90 hari; kemudian penelitian diulang kembali 8 tahun sesudahnya pada tahun 1994. Pollitt menemukan bahwa 232 anak (125 anak yang mendapat
suplemen dan 106 kontml) dari 334
aaak
yang diuji kognitif menunjukkan hasilyang bermakna. Selain itu suplementasi berpengamh nyata terhadap pertambahan berat
badan
dan perkembangan motorik (Pollitt et al., 1997).f
emberian MPASI sangat bermakna bila diberikan sebelwn 2 tahun. Grantham-
Mc Gregor dan Buchanan (1982) pada studi kasus di Jamaica yaitu program rehabilitasi bayi 8bulan yang menderita kwashiorkor, rnembuktikan intervensi MPASl yang diikuti
dengan stirnulasi mampu memperbaiki IQ (Ittreligence Qoution) lebih baik
dibandingkan mereka yang menerirna intervensi MPASI saja.
Persyaratan MPASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MPASI adalah makanan selain
AS1 yang ditujukan untuk bayi 6 bulan keatas guna memenuhi kecukupan gizinya
(WHO, 1998). Mengacu pada kesepakatan hasil konsultasi global para pakar MPASI di Jenewa (2001) atau WHO Expert Consultation on Complementary
1. Memenuhi Kecukupan Energi dan Zat Gizi lainnya.
Dengan asumsi AS1 tetap diberikan sebanyak 764 g/hari (rata-rata konsumsi
ASI) yang menyumbang sekitar 565 KaVhari jika kepadatan energinya 0,74 Kal/g
dm kapasitas lambung bayi 30 glkg berat badan rujukan WHO maka dianjurkan
pernberian MPASI 200 Kal/hari untuk bayi 6-8 bulan, 300 Kalkari untuk bayi 9-1 1
bulan dan 550 Kallhari untuk 12-24 bulan. Fortifikasi MPASI dengan mikronutrien vitamin dan m i n d d i s d a n sesuai dengan kondisi rnasdah gizi masing-mrtsing negara.
Kecukupan gizi bayi yang merupakan resultante pemberian AS1 dm MPASI yang benar akan membawa hasil optimal. Oleh sebab itu agar asupan AS1 ti@ terganggu, MPASI disarankan memiliki kepadatan energi tinggi minimal 0,8 K d g dan frekuensi pemberiannya 2-3 kalithari untuk bayi 6-8 buian, 3-4 kalikari untuk bayi 9- 1 1 bulan dan 3-4 kalilhari untuk 12-24 bulan, Pemberian MPASI dianjurkan
ketika usia bayi 6 bdan dan AS1 tetap diberikan sampai 24 bdan.
Lemak dalarn MPASI rnenyumbangkan energi, asam lemak esensial dan vitamin larut lemak, selain itu lemak juga rnempengaruhi palatabilitas sehingga
potensial sebagai sumber padat energi. Mengingat kapasitas lambung bayi kecil, kepadatan energi dalam MPASI dapat tercapai dengan menambahkan lemak atau minyak sehingga dengan volume terbatas, kebutuhan energi dapat terpenuhi. Untuk mencegah resiko kegemukan di usia remaja d m dewasa, Torun et al., (1996)
menyimpulkan bahwa jumlah lemak sebagai penyumbang energi dibatasi 30 sampai 35 % dengan catatan kornposisi asam lemaknya seimbang.
Asam lemak tidak jenuh ganda omega-3 sumber DHA dan omega4 sumber
prostaglandin, tromboksan, leukotrien dan imunoglobin lainnya serta prekursor tumbuh kembang retina dm sistem syaraf pusat, otak beserta sel syaraf (WHO,
1 998).
Lemak juga merupakan sumber vitamin larut lemak sehingga jumlahnya perlu dipertimbangkan. Penelitian Uauy et al., (2000) menunj
ukkan
j ika jurnlah lemak lebih kecil dari 22 % total energi maka terdapat kecendemngan defisiensi vitamin larut lemak yang juga berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Codex Stan74- 1981 (Revisi 1985, 1987, t 989, 199l), jumlah lernak berkisar antara
20
sampai40 % total energi dengan jurnlah omega-6 asam linoleat minimal 300mg 1 100 Kal
atau 1,4g / 100 g MPASI.
1.1. Protein
Protein digunakan untuk p-buhan dan pemeliharaan sel tubuh. Untuk
memenuhi kebutuhan protein bayi usia muda sebaiknya disediakan protein yang bermutu tinggi. Pertumbuhan berlangsung secara bertahap, dan yang paling terlihat
jelas addah ukuran
M a n .
Dari lahir hingga dewasa, berat badan meningkat 20 kalidan
tinggi 3 sarnpai 3,5 kali. Laju perturnbuhan mengdarni penurunan dengan melajunyaumur.
Karena itu kebutuhan gizi untuk perturnbuhern berkurang dengan bertambahnya usia, sedang gizi untuk pemeliharaan sel meningkat dengan meningkatnya proporsi ukuran badan.sampai 15 g/hari. Kebutuhan protein MPASI bervariasi tergantung dari mutu protein. Susunan asarn amino esensial MPASI
alum
mempengaruhi mutu protein MPASI yang akhirnya menentukan tumbuh kembang bayi. Menurut Codex Stan74-1981 (Revisi 1985, 1987, 1989, 1991) jumlah protein minimal 15 % dengan
mutu protein minimal 70 % nilai kasein.
Apabila kondisi ibu sehat dan memiliki cadangan lemak untuk produksi AS1 memadai, ibu akan menghasilkan AS1 dalam jumlah dan mutu yang mampu memuaskan kebutuhan bayi. Apabila kondisi ibu anemia dan
KEP
maka dapatdipastikan cadangan mikronutrien bayi tidak mernadai sehingga asupan MPASI
yang difortifikasi mampu menjembatani kebutuhan mikronutrien. Yang perlu diperhatikan adalah keterssdiaan biologis mikronutrien karena ketersediaan dan penyerapan zat gizi mikro ini lebih berarti untuk metabolisme tub&.
Tabel 1. Prakiraan kebutuhan protein dan mikronutrien per kansumsi AS1
Zat Gizi
12-23 buian
Asupan ASI 6-8 bulan
Asupan AS1
9-1 1 bulan
Asupan AS1 Tinggi 0 0 0 4 0 0,1 0,I 0 0 0 Rendah
---
9,I 313 35 8 1,4 0,s 0,5 0 0,3 23 Fbb- rataRottin @h) Vitamin A (pgRE/h)
Folat ( ~ g l ' h )
Niasin (mglh)
Asam Pantotenat (mglh)
Riboflavin (mglh)
Tiarnin (mgh)
Vitamin B6 (mglh) Vitamin B12 (pgh}
Vitamin
C
(mgh) [image:44.622.118.539.531.755.2]2. Ketersediaan MPASI Harus Memrdai. Zat Gizi
Vitamin D ( p a ) Vitamin K ( p a ) Kalsium {mgh)
Klorida (mgh)
TembafP (mg/h)
Fluor (vglh)
yodiml ( ~ g l h )
Besi
(m):
RendahRata-rata
Tinggi Magnesium ( m o ) Mangan (P@)
Fosfor (mgh)
Kalium ( m a )
1 Selenium ( p a ) Natrium ( m a )
1
seng (mgJh)Sumber : WHO (1 998).
Kecukupan gizi MPASI hanya dapat terpenuhi jika akses ibu
untuk
mendapatkan W A S 1 tersedia. Oleh sebab itu kemampuan ekonomi keluarga danharga jual hams dipertimbangkan, Pemilihan teknologi pengolahan yang tepat berperan penting dalam mendukung ketersediaan MPASI yang terjangkau harganya.
Salah satu prasyarat pemberian MPASI addah makanan tersebut aman
dikonsumsi bayi, bebas dari kontarninan yang membahayakan kesehatan seperti
mikroba patogen, racun pestisida, benda asing, logam berat dan alergen (penyebab alergi). Cara pembuatannya mengacu pada kaedah sanitasi dan higiene sehingga
countries: A review of current scientific knowledge
6-8 bulan
Asupan AS1
Rendah 6.8 9,2 421 344 0,2 0 19 20,9 10,9 6,9 62 14 348 505 3 253 4,6 Complementary
9- 1 1 bulm Asupan AS1
1 2-23 bulan
Asupan AS1
Rata- rata 6,6 9 336 217 0,1 0 0 20,s l0,8 6,s 51 12 306 346 0 199 4,2 Tinggi 6,s 8 256 97 O y l
0 0 20,71 10,7 6,7 46 10 266 196 0 177 3,s developing Rendah 7 9,6 301 727 0,4 0 51 1 , 5,9 3,9 79 IS 246 708 11 469 6,3 Tinggi 6,5 8 252 90 0,1 0 0 20,7 10,7 6,7 41 10 263 188 0 144 3.8
feeding of
Rendah 6,9 9,4 449 386 0,2 0 30 20,9 10,9 6,9 70 14 362 557 5 301 4,7 young Rata- rata 6,7 9 353 241 0,1 0 0 20,s 10,8 6,s 58 12 314 377 0 239 4,3
children in
produk bersih m a n dan berrnutu baik. Di Indonesia, "Halal" juga merupakan pertimbangan tersendiri karena makanan yang "hala1 dan toyib" akan memberi dukungan moral dalam perkembangan j iwa di kemudian hari.
Ddam pembuatan MPASI skala komersial, teknologi proses hams mengacu pada persyaratan cam berproduksi yang baik (Good Manufacturing Practice)
dimana di dalamnya terkandung kaedah Hazard Analysis Critical Control Point
untuk jaminan mutu produk yang baik. Menurut Sunaryo (2003), teknologi pembuatan MPASI akan sangat berkait pada aspek keamanan panga