• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Perbandingan Beban Kritis Pada Papan Kayu Perletakan Sendi-Roll (Eksperimental dan Teoritis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Perbandingan Beban Kritis Pada Papan Kayu Perletakan Sendi-Roll (Eksperimental dan Teoritis)."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PERBANDINGAN BEBAN KRITIS

PADA PAPAN KAYU PERLETAKAN SENDI-ROLL

(EKSPERIMENTAL & TEORITIS)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

05 0404 021

HUSNUL HARVIKA

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA PERBANDINGAN BEBAN KRITIS

PADA PAPAN KAYU PERLETAKAN SENDI-ROLL

(EKSPERIMENTAL & TEORITIS)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

05 0404 021

HUSNUL HARVIKA

Dosen Pembimbing :

NIP. 130 810 776 Ir. Rajamin Tanjung

Penguji I : Penguji II : Penguji III:

Ir. Besman Surbakti, MT Ir. Daniel Rumbi Teruna, MT

NIP. 130 878 004

NIP. 131 754 529

NIP. 132 285 109

Emilia Kadreni, ST, MT

Mengesahkan:

Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

NIP. 195912241911031002

Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan

SUB JURUSAN STRUKTUR

FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ANALISA PERBANDINGAN BEBAN KRITIS

PADA PAPAN KAYU PERLETAKAN SENDI-ROLL

(EKSPERIMENTAL & TEORITIS)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian

Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

05 0404 021

HUSNUL HARVIKA

Mengetahui / Menyetujui :

Ketua Departemen Teknik Sipil

Pembimbing

Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

NIP. 195912241911031002

NIP. 130 810 776

Ir. Rajamin Tanjung

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini . Tugas akhir ini disusun untuk diajukan

sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana Teknik Sipil Bidang Struktur pada

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini berjudul “Analisa Perbandingan Beban Kritis Pada Papan Kayu

Perletakan Sendi-Roll (Eksperimental dan Teoritis).”

Penulis berusaha menyelesaikan tulisan ini sebaik mugkin, namun penulis menyadari

bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya. Keterbatasan pengetahuan dan

kurangnya pengalaman merupakan penyebab dari ketidaksempurnaan Tugas Akhir ini. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari bapak dan ibu serta rekan – rekan

mahasiswa.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan yang diberikan untuk

terselesainya Tugas Akhir ini kepada :

1. Bapak Ir. Rajamin Tanjung, sebagai pembimbing Tugas Akhir.

2. Bapak dan Ibu Dosen penguji Tugas Akhir.

3. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Teruna Jaya, M.Sc, sebagai Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Sanci Barus MT, sebagai Ketua Subjurusan Struktur Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak dan ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

(5)

7. Bapak, Ibu, Abang dan Kakak pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orangtua, Ayahanda Ir. Zulkarnain (Alm) dan Ibunda Hj. Nurul Huda, S.Pd yang

selalu membimbing dan memberikan segala bentuk dukungan moril dan materil serta

doa.

9. Abang-abangku Roni Ahmad Ramdhani SE, dan M. Ikhsan SSTP, serta adikku

Nurmila Halimah.

10.Drs. H. Asrin Naim (Pak Uda) dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.

11.Drs. H. M. Yafiz (Wak Apit) dan keluarga yang telah memberika dukungan dan doa.

12.Singgar Mataniari Wibowo yang selalu meberikan dukungan dan bantuan selama

pengerjaan Tugas Akhir ini.

13.Sepupu-sepupuku Annisa Rizki Asrin (icha), Ansyari Asra (oma), Hayatun Nufus

(noeq), Yanti, Kak Rizka,dan lain-lain yang telah meberikan dukungan dan doa.

14.Rekan- Rekan Seperjuangan Rhini, Henny, Wida, Icha, Tanti, Ari, Kurnia “Kace”,

Afrijal, Yusen, Robby, Stuven, Ida, Nisa, Ina, Enny, Widi, Andreas, Sakinah,

Andrsyam “abah”,mumu, lady, doni, bibi, rio, uje’, nanda, edo, grace, anak-anak hidro,

anak-anak IMS, teman-teman PONDASI, anak – anak studio, dan temen-temen

zulkarnain 11, yang selalu memberikan dukungan.

15.Asisten Laboratorium Beton USU yang telah membantu selama percobaan

dilaksanakan.

16.Abang stambuk 02, dan seluruh teman stambuk 05, serta adik-adik stambuk 06,07, dan

(6)

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, September 2009

Hormat Saya,

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR NOTASI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL ix

ABSTRAK xi

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan 1

I.2. Masalah Yang Ditinjau 2

I.3. Tujuan 2

I.4. Pembatasan Masalah 3

I.5. Mekanisme Pengujian 4

I.6. Metodologi 5

BAB II STUDI PUSTAKA

II.1. Umum dan Latar Belakang 6

II.2. Sifat Fisis dan Mekanis 10

II.2.1. Sifat Fisis 11

II.2.2. Sifat Mekanis 15

II.3. Kadar Air dan Penyusutan Kayu 20

II.4. Metode Kesetimbangan 23

II.4.1. Konsep Dasar Metode Energi 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Persiapan Penelitian 26

III.2. Pelaksanaan Penelitian 26

III.2.1. Pemeriksaan Kadar Air 27

III.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis 28

(8)

III.2.4. Pengujian Kuat Lentur Pada Penurunan Izin 31

III.2.5. Pengujian Elastisitas 34

III.3. Pengujian Papan Kayu Perletakan Sendi-roll Memikul Beban

Terpusat Pada Tengah Bentang 37

III.3.1. Laboratorium 37

III.3.2. Teoritis 39

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1. Pengujian Mechanical Properties 46

IV.1.1. Pemeriksaan Kadar Air 46

IV.1.2. Pemeriksaan Berat Jenis 47

IV.1.3. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat 48

IV.1.4. Pengujian Elastisitas Kayu 50

IV.1.5. Pengujian Kuat Lentur Kayu 57

IV.1.6. Kesimpulan Hasil Pengujian Physical dan

Mechanical Properties Kayu 58

IV.2. Pengujian Papan Kayu Sendi-Roll 59

IV.2.1. Percobaan Laboratorium 59

IV.2.2. Perhitungan Teori 61

IV.3. Diskusi 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan 76

V.2. Saran 78

DAFTAR PUSTAKA xi

LAMPIRAN - A xii

LAMPIRAN – B xiii

(9)

DAFTAR NOTASI

ω = Kadar air kayu (%)

Gx = Berat sampel mula – mula (kg)

Gku = Berat sampel kering udara (kg)

µ = Rata – rata (mean)

SD = Standar deviasi

BJ = Berat jenis sampel (kg cm3)

Vx = Volume sampel (cm3

A = Luas tampang yang menerima beban (cm )

2

P (tk/tr) = Beban tekan / tarik yang bekerja (kg) )

σ (tk/tr) = Tegangan tekan / tarik yang bekerja (kg/cm2 P = Beban terpusat yang bekerja pada bentang (kg)

)

L = Panjang bentang (cm)

σ lt = Tegangan lentur yang terjadi (kg/cm2 Wx = Momen tahanan pada tampang (cm

)

3

f,y = Penurunan yang terjadi

)

E = Elastisitas material (kg/cm2

I = Inersia tampang (cm

)

4

σ

)

tk// = Tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2

ε

)

= Regangan yang terjadi (%)

τ = Tegangan geser pada tampang (kg/cm2

G = Modulus elastisitas dalam kondisi geser (kg/cm )

2

J = Konstanta torsi (cm

)

4

Iy = Momen inersia terhadap sumbu y (cm )

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Penampang Melintang Kayu 10

Gambar 2.2 Beban dan Gaya Dalam Material Yang Mengalami Tekanan,

Tarikan dan Geser 16

Gambar 2.3 Batang Tertarik dan Tertekan 17

Gambar 2.4 Hubungan Antara Beban dengan Penurunan Untuk Tarikan dan

Tekanan 18

Gambar 2.5 Analogi Terhadap Beberapa Kesetimbangan 24

Gambar 3.1 Sampel Pemeriksaan Kadar Air 27

Gambar 3.2 Sampel Pemeriksaan Berat Jenis 28

Gambar 3.3 Sampel Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat 30

Gambar 3.4 Sampel Pengujian Kuat Lentur 32

Gambar 3.5 Penempatan Dial dan Beban Pada Sampel 32

Gambar 3.6 Sampel Pengujian Elastisitas 34

Gambar 3.7 Penempatan Dial dan Beban Pada Sampel 34

Gambar 3.8 Tekuk Lateral Pada Balok dengan perletakan

Sederhana Sendi - Roll 39

Gambar 3.9 Momen Beban Terpusat pada Tengah Bentang

Perletakan Sendi-Roll 44

Gambar 4.1 Grafik Regresi Linier Tegangan – Regangan Dari Pengujian

Sampel 1 51

Gambar 4.2 Grafik Regresi Linier Tegangan – Regangan Dari Pengujian

(11)

Gambar 4.3 Grafik Regresi Linier Tegangan – Regangan Dari Pengujian

Sampel 3 54

Gambar 4.4 Grafik Regresi Linier Tegangan – Regangan Dari Pengujian

Sampel 4 55

Gambar 4.5 Hubungan antara Pcr Dengan Dimesi b 67

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel II.1 Perbandingan Persentase Kekuatan Kayu Basah Terhadap

Kayu Kering Udara Menurut Gardner dan Newlin/Wilson 14

Tabel II.2 Kekuatan Lentur dan Tekanan Kayu Menurut Kelas Kuat

Kayu 19

Tabel II.3 Kelas Kuat Berdasarkan Tegangan Untuk Mutu A 21

Tabel IV.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air 46

Tabel IV.2 Hasil Pengujian Berat Jenis 47

Tabel IV.3 Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat 48

Tabel IV.4 Perhitungan Tegangan – Regangan Kayu Sampel 1 51

Tabel IV.5 Perhitungan Tegangan – Regangan Kayu Sampel 2 52

Tabel IV.6 Perhitungan Tegangan – Regangan Kayu Sampel 3 53

Tabel IV.7 Perhitungan Tegangan – Regangan Kayu Sampel 4 54

Tabel IV.8 Hasil Pengujian Properties Kayu 58

(13)

ABSTRAK

Tugas akhir ini menggunakan material kayu. Adapun dasar pemilihan kayu sebagai material adalah dikarenakan kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang mudah didapat di alam. Selain itu kayu tetap digunakan konsumen dibeberapa bagian dalam struktur bangunan, adapun contoh kecil penggunaan kayu dalam bentuk perletakan sendi-roll adalah konstruksi kuda – kuda atap dan interior bangunan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membandingkan nilai beban kritis (Pkritis

Pengujian yang dilakukan meliputi, pengujian physical dan mechanical properties kayu yang terdiri dari: pemeriksaan kadar air, berat jenis, kuat lentur, dan elastisitas lentur berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5) 1961. Sedangkan untuk pengujian papan kayu sendi-roll hanya dilakukan pembebanan terpusat pada tengah bentang arah vertikal kayu yang dilakukan hingga papan kayu patah. Pembebanan dilakukan tiap 10 kg dengan sebanyak 10 sampel dengan variasi ketebalan yang berbeda-beda. Hubungan yang ditinjau adalah hubungan antara penurunan (δ) dengan pembebanan.

) pada papan kayu sendi-roll yang dilakukan dengan cara melakukan percobaan di laboratorium dan perhitungan secara teoritis.

(14)

ABSTRAK

Tugas akhir ini menggunakan material kayu. Adapun dasar pemilihan kayu sebagai material adalah dikarenakan kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang mudah didapat di alam. Selain itu kayu tetap digunakan konsumen dibeberapa bagian dalam struktur bangunan, adapun contoh kecil penggunaan kayu dalam bentuk perletakan sendi-roll adalah konstruksi kuda – kuda atap dan interior bangunan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membandingkan nilai beban kritis (Pkritis

Pengujian yang dilakukan meliputi, pengujian physical dan mechanical properties kayu yang terdiri dari: pemeriksaan kadar air, berat jenis, kuat lentur, dan elastisitas lentur berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5) 1961. Sedangkan untuk pengujian papan kayu sendi-roll hanya dilakukan pembebanan terpusat pada tengah bentang arah vertikal kayu yang dilakukan hingga papan kayu patah. Pembebanan dilakukan tiap 10 kg dengan sebanyak 10 sampel dengan variasi ketebalan yang berbeda-beda. Hubungan yang ditinjau adalah hubungan antara penurunan (δ) dengan pembebanan.

) pada papan kayu sendi-roll yang dilakukan dengan cara melakukan percobaan di laboratorium dan perhitungan secara teoritis.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Perencanaan mekanika dilakukan sebelum melaksanakan perencanaan konstruksi. Ada

banyak hal yang harus diperhatikan dalam melakukan suatu perencanaan. Oleh sebab itu suatu

perencanaan harus memenuhi kriteria perencanaan yang telah ditetapkan dalam peraturan

perencanaan konstruksi. Pemenuhan syarat kekuatan, bentuk struktur, dan estetika pada suatu

perencanaan konstruksi juga harus diperhatikan. Perencanaan teoritis biasanya diikuti dengan

percobaan laboratoris, sehingga dapat dibuktikan secara langsung kebenaran dari perencanaan

teoritis tersebut. Hasil dari percobaan tersebut akan menghasilkan faktor – faktor yang dapat

menjadi nilai koreksi pada perencanaan teoritis. Sehingga nantinya akan didapat perencanaan

teoritis yang mendekati nilai aktual di lapangan.

Kayu adalah suatu material struktur yang sudah lama dikenal oleh manusia. Kayu

sebagai hasil utama hutan akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan dikelola secara lestari

dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan material struktur lain, material kayu

memiliki berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya dapat dilakukan menggunakan

peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara

sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu (Awaludin dkk, 2005). Salah

satu contoh pemanfaatan kayu dalam struktur perletakan sendi-roll dapat dilihat pada

(16)

Untuk mengetahui kekuatan suatu balok kayu dengan panjang bentang tertentu dan

pada perletakan sederhana jika diberi beban di tengah bentang, misalnya dalam aplikasi

lapangan yaitu kuda – kuda atap, maka diperlukan suatu analisa perbandingan beban kritis

antara percobaan di lapangan dan perhitungan kekuatan secara teoritis.

I.2 MASALAH YANG DITINJAU

Kemampuan dan perilaku suatu papan kayu yang kedua ujungnya diberi tumpuan

sederhana yaitu sendi dan roll yang memikul beban kritis (Pcr) di tengah bentang tersebut.

Perencanaan ini dilakukan berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia ( PKKI NI-5 )

1961.

Beban kritis ( Pcr ) yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah beban yang

mengakibatkan suatu elemen struktur berada dalam keadaan netral, yaitu berada dalam keadaan

dualisme antara stabil dan tidak stabil ( Chajes, 1974 )

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Untuk mendapatkan data laboratoris yang akan dibandingkan dengan data teoritis,

dengan mengamati hubungan antara beban (P) dengan penurunan (δ) yang terjadi sampai pada

beban kritis ( Pcr ), dimana pada saat papan kayu akan mengalami puntir.

Adanya variasi lebar b pada balok akan berpengaruh terhadap beban kritis yang

dihasilkan. Beban kritis ( Pcr ) yang terjadi akan berbeda – beda sesuai dengan variasi lebar b

(17)

Jadi, tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan

membandingkan nilai dari :

1. Pcr laboratorium.

2. Pcr teoritis.

I.4 PEMBATASAN MASALAH

Pembahasan Tugas Akhir ini memiliki ruang lingkup sebagai berikut :

1. Bahan bersifat homogen dan ortotropis.

2. Bahan bersifat Linear Elastis sesuai Hukum Hooke.

3. Kayu yang digunakan adalah kayu durian, dengan dimensi (0.5 x 5) inc2

4. Kondisi struktur adalah kayu diberikan tumpuan sendi-roll dikedua ujung tepi kayu. dengan

dengan interval 0.5 inc sebanyak 10 sampel, dimana satu ukuran digunakan 2 sampel.

5. Pembebanan (beban terpusat) diberikan di tengah bentang kayu.

6. Perencanaan menggunakan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5) 1961.

7. Panjang kayu yang diberi tumpuan tidak diperhitungkan.

8. Penentuan nilai Pkritis

9. Warping pada balok persegi diabaikan.

pada waktu percobaan dilakukan dengan cara melihat pada beban

berapa kg-kah, benda uji mengalami lendutan horizontal yang mendekati nilai lendutan

(18)

I.5 MEKANISME PENGUJIAN

Eksperimen ini menggunakan kayu durian yang akan diteliti sifat fisis dan

mekanismenya, meliputi elastisitas lentur, kuat tekan, kuat lentur, kadar air dan berat jenis.

Selanjutnya, direncanakan papan kayu yang dibuat dalam bentuk perletakan sendi-roll pada

arah lateralnya, dimana pada tengah bentang akan diberikan beban terpusat.

Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Beton Departemen Teknik Sipil USU yang

berlokasi di komplek Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebelum melakukan pengujian ini

terlebih dahulu dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis dari kayu durian tersebut untuk

mengetahui kode mutu kayu.

Sampel kayu yang digunakan pada eksperimen ini berukuran (0.5 x 5) inc2

Balok dengan lebar b dan tinggi h pada umumnya dipandang sebagai suatu batang yang

memikul beban transversal dan beban aksial. Dimana variasi b berpengaruh terhadap beban

kritis ( Pcr ). Variasi ukuran balok yang akan diteliti sebanyak 5 variasi yaitu dengan ukuran

0.5”x 5”, 1”x 5”, 1.5”x 5”, 2”x 5”, 2.5”x 5”.

dengan

interval lebar b 0.5 inc dengan panjang L 3 m dengan jumlah sampel sebanyak 10 buat, dimana

setiap satu ukuran sebanyak 2 sampel. Kayu diletakkan pada satu perletakan yang dianggap

sebagai sendi dan bagian yang satu dianggap roll.

Sebelum dilakukan pembebanan terlebih dahulu dipasang alat pengukur penurunan

(deformasi). Alat pengukur penurunan ini berupa dial merek Mitutoyo yang berhubungan

dengan jarum pengukur yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai ketelitian

0.01 mm. Pemasangan dial ini dilakukan dari dua arah, yaitu : vertikal dan horizontal. Dial dari

arah vertikal berfungsi untuk mengetahui besarnya nilai penurunan vertikal yang dialami oleh

(19)

penurunan lateral dari material tersebut. Setelah dipasang alat dial, pembacaannya diatur ke

angka nol.

Setelah itu penambahan beban dilakukan secara bertahap, dengan besar masing –

masing 10 kg. Besarnya penurunan pada dial yang terjadi akibat penambahan beban kemudian

dicatat. Penambahan beban ini terus dilakukan sampai sampel mengalami kondisi kritis hingga

kemudian patah.

Metode pengerjaan dan pembahasan Tugas Akhir ini adalah secara eksperimental dan

teoritis. Tahapan pengerjaan di Laboratorium, yaitu :

1. Penyediaan bahan.

2. Pengujian sifat fisis dan mekanis kayu :

a. Sifat fisis terdiri dari kadar air dan berat jenis kayu yang digunakan.

b. Sifat mekanis terdiri dari elastisitas lentur, kuat tekan dan kuat lentur kayu yang

digunakan.

3. Pengujian beban kritis kayu dengan menggunakan dial deformasi.

4. Mengamati hubungan antara beban (P) dengan penurunan (deformasi) hingga

terjadinya puntir dan kemudian patah.

5. Membandingkan hasil beban kritis (Pcr) pada papan kayu perletakan sendi-roll antara

perencanaan laboratoris dengan perencanaan teoritis berdasarkan Peraturan Konstruksi

(20)

BAB II

STUDI PUSTAKA

II.1 UMUM

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah

yang mudah diproses dan dibentuk untuk dijadikan barang maupun konstruksi yang sesuai

dengan kemajuan teknologi. Selain itu, kayu dapat diperbaharui dengan cara pengawetan.

Kayu memiliki struktur dan sifat yang rumit, setelah diselidiki struktur makro dari kayu adalah

serat sedangkan struktur mikro adalah biologis dan koordinasi atom bersifat molekuler.

Sifat dan kekuatan kayu berbeda satu sama lain tergantung dari jenis kayu yang

ditinjau. Sifat yang dimaksud antara lain yang berkaitan dengan sifat anatomi kayu, sifat fisis,

sifat mekanis, dan juga sifat kimia. Kekuatan kayu tergantung dari berat jenis kayu itu sendiri.

Kayu terdiri dari komposit polimerr alamiah dan molekul kayu utama adalah selulosa

dengan komposisi 50 % , selain itu juga berupa lignin dengan komposisi 25% yang merupakan

bahan polimer silang berdimensi tiga yang sangat kompleks dan 25% hemiselulosa.

Sel – sel kayu ini kemudian secara berkelompok membentuk pembuluh, parenkim, dan

serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi sebagai saluran air dan zat hara.

Parenkim memiliki bentuk kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan

sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki bentuk panjang langsing dan berdinding tebal serta

(21)

Kayu terdiri dari serat kayu yang berbentuk lingkaran tahunan. Pada penampang

melintang kayu (Gambar II.1) akan terlihat bagian – bagian berikut :

1. Kulit

Terdapat pada bagian terluar. Kulit kayu terdapat pada bagian terluar yang terdiri dari :

a. Kulit Dalam (Phloem)

Kulit dalam berada tepat di balik kulit luar sebatang pohon, di luar lapisan

kambium, yang mempunyai ketebalan yang bervariasi menurut jenis pohon, dan

berfungsi menyampaikan makanan yang dibuat oleh daun kepada seluruh

bagian kayu.

b. Kulit Luar (Cortex)

Kulit luar merupakan lapisan yang cukup padat dan cukup kasar, yang berfungsi

sebagai pelindung bagi bagian yang teradalam terhadap kemungkinan pengaruh

dari luar yang bersifat merusak, misalnya karena pengaruh iklim atau serangga,

dan berfungsi untuk mencegah penguapan dari lapisan kambium dan kayu

global.

Kulit kayu terdiri dari sel – sel berbentuk pembuluh – pembuluh dan mendapatkan

makanan dari kulit dalam. Apabila pohon tumbuh keluar, kulit luar akan pecah dan

digantikan oleh lebih banyak kulit luar yang baru, kulit luar yang lama yang telah mati

(22)

2. Kambium

Lapisan kambium merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening yang

melingkari pohon, ke arah luar membentuk kayu baru sebagai pengganti kayu lama

yang telah rusak dan ke arah dalam membentuk kayu baru. Kambium terletak di antara

kulit dalam dan kayu gubal.

3. Kayu Gubal (Alburmum)

Kayu gubal merupakan bagian dari pohon yang melingkari kayu inti, terletak disebelah

dalam lapisan kambium berwarna keputih - putihan. Sel – sel kayu gubal membawakan

air dan garam – garam mineral ke dahan yang selanjutnya menuju daun, untuk diubah

sebagai sumber makanannya. Kayu gubal tidak begitu berharga sebagai kayu

pertukangan. Hal ini disebabkan karena adanya zat – zat tepung di dalam sel – selnya,

yang menyebabkan kayu tersebut mudah diserang serangga. Tebal lapisan kayu gubal

bervariasi menurut jenis pohon, lebih kurang 2 cm sampai 10 cm dan relatif tetap

demikian sepanjang hidup pohon.

4. Kayu Teras

Ketika pohon mulai dewasa (tua), sebagian kayu di dalam batang mati berangsur –

angsur sehingga tidak dapat berfungsi sebagai saluran air atau zat hara dan tidak dapat

berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan hasil fotosintesis. Warna kayu berubah

menjadi lebih tua karena pengendapan zat – zat ekstraktif. Lapisan kayu ini dikenal

dengan nama teras (heartwood) dengan fungsi sebagai penguat pohon. Kayu teras

terdiri dari sel – sel yang dibentuk melalui perubahan sel hidup pada lingkaran kayu

gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain –

(23)

memberikan warna gelap. Hal ini berlaku untuk jenis – jenis kayu yang terasnya berisi

tiloses. Pada beberapa jenis kayu tertentu kayu teras banyak mengandung bahan –

bahan ekstraktif, yang memberikan keawetan pada kayu tersebut.

5. Hati Kayu (Medulla)

Hati kayu terletak di pusat lingkaran tahunan. Pada mulanya, hati kayu merupakan

pohon muda yang kemudian menjadi pusat dari pohon yang tumbuh selanjutnya, yang

merupakan komposisi sel – sel yang sudah mati. Hati kayu bersifat rapuh atau lunak.

6. Lingkaran Tahun

Lingkaran tahun merupakan batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada

akhir suatu musim. Sel biologi pada musim hujan lebih tebal daripada musim kemarau

(musim kering). Pada musim kering, pertumbuhan diameter (membesar) terganggu

disebabkan adanya pengguguran daun. Sehingga lingkaran tahun dapat terdiri dari satu

lingkaran tahun dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran semu.

Lingkaran tahun ini dapat menunjukkan umur suatu pohon pada tempat tertentu.

7. Jari – Jari Kayu

Jari - jari teras berfungsi menyampaikan makanan dari kulit dalam ke bagian dalam

pohon guna pertumbuhan pada pohon tersebut.

Secara perbandingan kekuatan , ada hubungan antara berat dengan tinggi kayu,

misalnya di sebelah bawah kayu lebih tua, lebih berat dan lebih kuat. Dalam bahan

struktur sederhana berat jenis tidak tergantung pada struktur, sedangkan pada kayu

tidak demikian karena kayu terdiri dari lingkaran tahunan yang berbeda antara kayu

(24)

Gambar 2.1 Penampang Melintang Kayu

(Sumber : Mengenal Kayu, J.F.Dumanauw hal :3)

II.2 SIFAT – SIFAT KAYU

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat dan kekuatan yang berbeda

– beda, sehingga penggunaan kelas kayu disesuaikan dengan konstruksi yang akn dibuat. Sifat

(25)

II.2.1 SIFAT FISIS

Sifat fisis dari kayu antara lain :

a. Berat Jenis

` Kayu memiliki berat jenis yang berbeda – beda, berkisar minimum antara 0,20 (

ky.balsa) hingga 1,28 (ky. nani). Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi

aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Berat

jenis antara lain ditentukan oleh tebalnya dinding sel, kecilnya rongga sel yang

membentuk pori – pori. Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat

kayu kering tanur atau kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air

tersebut.

Untuk kayu sebaiknya ukuran sampel tidak kurang dari ( 7.5 x 5 x 2,5 ) cm3

Berat jenis juga didefenisikan sebagai berat jenis relatif benda tersebut terhadap

berat jenis standart, dalam hal ini berat jenis air dalam gr / cm

.

Berat jenis kayu yang disebut dalam PKKI – 1961 adalah berat jenis kayu dalam

keadaan kering udara.

3

. Air dipakai

sebagai bahan standart karena berat 1 cm3

Sepotong kayu yang kering tersusun dari material yang padat terdiri dari

dinding sel dan rongga sel, yang mengandung udara dan sejumlah kecil zat lain.

Berat jenis atau berat jenis relatif dari material padat dinding sel umumnya sama

pada semua jenis kayu, yaitu sekitar 1,5.

air adalah 1 gram. Dapatlah dikatakan

bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut per satuan volumenya

(26)

b. Keawetan Alami Kayu

Yang dimaksud dengan keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu terhadap

serangan unsur - unsur perusak kayu dari luar seperti : jamur, rayap, bubuk, cacing

laut dan lainnya yang diukur dengan jangka waktu tahunan.

Keawetan kayu tersebut dapat juga disebabkan oleh adanya suatu zat didalam

kayu tersebut yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak – perusak kayu,

sehingga perusak kayu tersebut tidak sampai masuk kedalam kayu.

c. Warna Kayu

Ada beraneka macam warna kayu antara lain warna kuning, keputih - putihan,

coklat muda, coklat tua, kehitam - hitaman, kemerah – merahan dan lain

sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat – zat pengisi warna kayu itu berbeda –

beda.

Pada umumnya warna satu jenis kayu bukanlah warna murni, tetapi warna

campuran beberapa jenis warna yang sukar dipisahkan, contoh : kayu yang

berwarna putih misalnya jelutung, yang berwarna merah misalnya kempas, rengas

dan lain sebagainya.

d. Higroskopik

Kayu memiliki sifat higroskopik yang artinya dapat menyerap atau melepaskan

air atau kelembaban. Suatu petunjuk, bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi

oleh kelembaban lingkungannya dan suhu udara.

Kandungan air pada kayu serupa ini dinamakan kandungan air kesetimbangan

(EMC = Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air kedalam kayu

maka berat kayu akan bertambah dan ketika suhu meningkat air keluar dari dalam

(27)

e. Tekstur

Tekstur ialah ukuran relatif sel – sel kayu. Yang dimaksud dengan sel kayu

adalah serat – serat kayu. Jadi dapat dikatakan tekstur adalah ukuran relatif serat –

serat kayu. Berdasarkan teksturnya, jenis kayu digolongkan ke dalam :

• Kayu bertekstur halus, contoh : giam, lara, kulim dan lain – lain.

• Kayu bertekstur sedang, contoh : jati, sonokeling dan lain – lain.

• Kayu bertekstur kasar, contoh : kempas, meranti dan lain – lain.

f. Serat

Kayu dikatakan berserat lurus apabila arah sel – sel kayunya sejajar dengan

sumbu batang. Jika arah itu menyimpang atau membentuk sudut terhadap sumbu

batang maka disebut serat mencong. Serat ini dapat dibagi 4 bentuk yaitu :

1. Serat terpadu ; bila batang kayu terdiri dari lapisan – lapisan yang

berselang – seling , contoh: kayu kulim, rengas, kapur.

2. Serat berombak ; serat – serat kayu membentuk gambaran berombak,

contoh : kayu rengas, merbau dan lain – lain.

3. Serat terpilin ; serat – serat kayu yang membentuk gambaran terpilin

(puntiran), seolah – olah batang kayu dipilin mengelilingi sumbu, contoh

: kayu bitangur, kapur, damar dan lain – lain.

4. Serat diagonal ; serat yang terdapat pada potongan kayu atau papan,

yang digergaji sedemikian rupa.

Serat kayu tergantung pada pertumbuhan pohon. Kayu dari pohon yang tumbuhnya

cepat biasanya mempunyai serat yang kasar atau sebaliknya. Jika serat kayu tidak sejajar

(28)

g. Kadar Lengas

Perbedaan kekuatan kayu yang masih basah dari kekuatan kayu yang telah kering

udara ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel II.1. Perbandingan persentase kekuatan kayu basah terhadap kayu kering udara menurut

Gardner dan Newlin / Wilson (PKKI NI-5)

Jenis Parameter Kekuatan Gardner Newlin / Wilson

Kuat Lentur 74% 54%

Kuat lentur absolut 89% 70.5%

Modulus Elastisitas 87.5% 83%

Kuat Hancur - 62%

Kuat Hancur Absolut 77% 76.5%

( Sumber : PKKI NI-V hal : 65 )

h. Bau dan Rasa

Bau dan rasa mudah hilang bila kayu itu lama tersimpan di udara luar. Untuk

mengetahui bau dan rasa kayu perlu dilakukan pemotongan atau sayatan baru pada

kayu atau dengan membasahi kayu tersebut. Contoh – contoh bau pada kayu : bau

bawang putih pada kayu Kulim, bau kamfer pada Kapur. Rasa kesannya hampir tidak

(29)

II.2.2 SIFAT MEKANIS

Sifat mekanis kayu adalah kemampuan kayu untuk menahan muatan (beban) luar. Yang

dimaksud dengan muatan luar adalah gaya – gaya di luar kayu yang mempunyai

kecenderungan untuk mengubah bentuk atau besarnya benda. Dalam hal ini dibedakan

beberapa macam kekuatan sebagai berikut :

a. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik terbesar pada kayu adalah sejajar arah serat. Kekuatan tarik

tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat dan

kekuatan ini mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan.

b. Kekuatan Tekan

Kekuatan kayu memikul gaya tekan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu

1. Kekuatan tekan tegak lurus arah serat. Kekuatan kayu ini menentukan

ketahanan kayu terhadap beban.

2. kekuatan tekan sejajar arah serat. Kekuatan ini memang relatif lebih kecil

dibandingkan kekuatan tegak lurus arah serat.

c. Kekuatan Geser

Kekuatan geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya

menahan gaya – gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau

(30)

Dalam hubungan ini dibedakan 3 macam kekuatan geser yaitu :

1. Kekuatan geser sejajar arah serat.

2. Kekuatan geser tegak lurus arah serat.

3. Kekuatan geser miring.

[image:30.595.133.479.227.356.2]

Tekanan σtk Tarikan σtr Geser τ

Gambar 2.2 Beban dan Gaya dalam material yang mengalami tekanan, tarikan dan geser (

Sumber : Timber ).

Tegangan yang bekerja :

A tr tk P tr

tk/ ) ( / )

( =

σ σ(tk/tr) ... (2.1)

Dimana :

σ (tk/tr) = tegangan tekan / tarik yang terjadi (kg/cm2

P (tk/tr) = beban tekan / tarik yang bekerja (kg)

).

(31)

d. Kekuatan Lentur

Kekuatan lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya – gaya yang berusaha

melengkungkan kayu atau untuk menahan beban – beban mati maupun hidup selain

beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut. Dalam hal ini dibedakan

keteguhan lengkung statik dan keteguhan lengkung pukul. Yang pertama

menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan –

lahan, sedangkan keteguhan pukul adalah kekuatan kayu menahan gaya yang

mengenainya secara mendadak seperti pukulan.

Gambar 2.3 Batang Tertarik dan Tertekan

Tegangan lentur yang terjadi, yaitu hasil pembagian momen maksimum

terhadap statis momen tampang material, dalam hal ini tampang persegi empat

yaitu 1/6 bh2

Kekuatan kayu di Indonesia menurut Lembaga Pusat Penelitian Kehutanan

dibagi dalam 5 (lima) kelas kuat yang berdasarkan kepada berat jenis, kekuatan

(32)
[image:32.595.133.506.123.311.2]

Tabel II.2. Kekuatan Lentur dan Tekanan Kayu Menurut Kelas Kuat Kayu

Kelas kuat Berat Jenis Kering Udara

Kekuatan Tekan Mutlak (kg/cm2

Kekuatan Lentur Mutlak

(kg/cm

) 2

) I > 0.90 > 1100 > 650

II 0.90 – 0.60 1100 – 725 650 - 425

III 0.60 – 0.40 725 – 500 425 – 300

IV 0.40 – 0.30 500 – 360 300 – 215

V < 0.30 < 360 < 215

(Sumber : LPHH – Bogor).

Gambar 2.4 Hubungan antara beban (P) dengan deformasi (δ) untuk Tarikan dan Tekanan ( Sumber : Timber hal : 178 ).

Untuk keperluan perencanaan konstrusi perlu diketahui tegangan – tegangan izin bagi

setiap jenis kayu. Untuk setiap jenis kayu diketahui 2 (dua) mutu kayu yaitu mutu A dan mutu

B, yang disebut mutu A adalah kayu yang memenuhi syarat sebagai berikut :

 Kayu harus kering udara dengan kadar lengas 12 % - 18 % atau dengan rata – rata

15 %.

(33)

 Untuk balok kayu tidak mengandung cacat tepi ( vanvlak ) lebih dari 1/10 ukuran

sisinya.

 Miring arah serat kayu ( α ) tidak melebihi tg α = 1/10.

 Retak – retak kayu dalam arah radial tidak melebihi ¼ tebal kayu dan dalam arah

lingkaran pertumbuhan tidak melebihi 1/5 tinggi kayu.

Sedangkan yang disebut kayu mutu B adalah kayu yang tidak termasuk dalam mutu A

tetapi memenuhi syarat – syarat berikut :

 Kadar lengas kayu < 30 %.

 Besarnay mata kayu tidak melebihi ¼ lebar balok dan tidak lebih 5 cm.  Miring arah serat ( α ) tidak melebihi tg α = 1/7.

 Retak – retak kayu dalam arah radial tidak melebihi 1/3 tebal kayu dan dalam arah

lingkaran pertumbuhan tidak melebihi ¼ tebal kayu.

Untuk kayu mutu B tegangan – tegangan izin harus dikalikan dengan faktor 0,75.

Tegangan – tegangan izin yang diperkenankan menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (

[image:33.595.91.506.486.757.2]

NI-5 ) adalah :

Tabel II.3. Kelas Kuat Berdasarkan Tegangan untuk Mutu A

PARAMETER KELAS KAYU JATI

Tegangan Izin I II III IV V (Tectona

Grandis)

σlt (Kg/cm2

150

) 100 75 50 - 130

σtk// (Kg/cm2

130

) 85 60 45 - 110

σtk┴ (Kg/cm2) 40 25 45 10 - 30

τ// (Kg/cm2

20

) 12 8 5 - 15

(34)

Apabila suatu kayu termasuk dalam beberapa kelas kekuatan, maka harus didasarkan

kepada kelas kekuatan yang terendah atau diperhitungkan berdasarkan berat jenis kayu kering

udara.

II.3 KADAR AIR DAN PENYUSUTAN KAYU

a. Kadar Air Kayu

Kayu bersifat higroskopis, artinya kayu memiliki daya tarik terhadap air, baik

dalam bentuk uap maupun cairan. Kemampuan air untuk menghisap dan

mengeluarkan air tergantung pada kelembaban udara disekelilingnya. Sehingga

banyaknya air dalam kayu berubah – ubah menurut keadaan udara/ atmosfer

sekelilingnya.

b. Penentuan Kadar Air Kayu

Banyaknya air yang dikandung pada sepotong kayu disebut kadar air kayu (Ka).

Banyaknya kandungan air pada kayu bervariasi tergantung dari jenis kayunya,

kandungan tersebut berkisar antara 40% - 300%, dinyatakan dengan persentase dari

berat kering kayu tanur. Rumus penentuan kadar air :

% 100 tanur kering kayu Berat

kayu dalam di air Berat

(%) x

(35)

Standar untuk menentukan banyaknya air dalam kayu adalah dengan mengeringkan

kayu dalam tanur pada suhu 1000 - 1050 C, hingga mencapai berat tetap. Dalam keadaan ini

berat air dianggap nol, walaupun sebenarnya kayu masih memiliki kadar air sekitar 1 %. Berat

kayu pada keadaan kering tanur disebut kayu kering tanur (Wo). Karena itu berat air yang ada

di dalam kayu adalah perbedaan berat kayu sebelum dikeringkan ( berta basah / berat awal =

Wb) dikurangi berat kayu setelah dikeringkan dengan tanur. Rumus di atas dapat ditulis

sebagai berikut :

% 100 tanur

kering kayu Berat

tanur) kering kayu (Berat

-air) kayu (Berat

(%) x

Ka = + ………….. (2.3)

% 100 Wo -Wb

(%) x

Wo

Ka = ……….. (2.4)

c. Air di Dalam Kayu

Keadaan air yang terdapat di dalam kayu terdiri atas 2 macam yaitu :

1. Air bebas, yaitu air yang terdapat dalam rongga - rongga sel, paling mudah dan

terdahulu keluar. Air bebas umumnya tidak mempengaruhi sifat dan bentuk

kayu kecuali berat kayu.

2. Air terikat, yaitu air yang berada dalam dinding – dinding sel kayu, sangat sulit

dilepaskan. Zat cair pada dinding – dinding inilah yang berpengaruh kepada

(36)

d. Kadar Air Maksimum Dalam Kayu

Jika air pada kayu, baik kayu segar maupun kayu dalam pemakaian maka

sesudah dinding sel jenuh dengan air pada akhirnya rongga sel akan terisi air bebas.

Kadar air maksimum akan tercapai jika semua rongga dalam dinding sel dan rongga

– rongga sel telah jenuh dengan air. Rumus untuk menghitung kadar air maksimum

adalah sebagai berikut:

% 100 5

, 1

BJ -1,5 (%) maksimum

Ka x

xBJ

= ……… (2.5)

Keterangan :

1,5 = berat jenis zat kayu kering tanur = berat zat dinding sel kering tanur.

BJ = berat jenis berdasarkan berat dan volume masing – masing pada keadaan

kering tanur.

e. Kadar Air Keseimbangan

Jika kayu diletakkan pada suatu atmosfer dengan kelembaban tertentu pada

akhirnya akan mencapai suatu kadar air yang tetap, disebut kadar air keseimbangan

(equlibrium moisture content). Kadar air keseimbangan ini tergantung pada lembab

nisbi dan suhu dari udara disekelilingnya.

f. Penyusutan Kayu

Penambahan air dan zat cair lain pada suatu zat dinding sel akan menyebabkan

jaringan mikrofibril mengembang, keadaan ini berlangsung sampai titik jenuh serat

tercapai. Dalam proses ini dikatakan bahwa kayu mengembang atau memuai.

Penambahan air seterusnya pada kayu tidak akan mempengaruhi volume dinding

(37)

rongga sel. Pengurangan air selanjutnya dibawah titik jenuh serat akan

menyebabkan dinding sel kayu menyusut atau mengerut.

Perubahan dimensi dinyatakan dalam persen dari dimensi maksimum kayu itu.

Dimensi maksimum adalah dimensi sebelum ada penyusutan. Maka pengembangan

dan penyusutan umumnya dinyatakan dalam persen dari volume atau ukuran kayu

dalam keadaan basah atau diatas titik jenuh serat.

% 100 Maksimum

Dimensi

maks dimensi terhadap

dimensi Perubahan

(%)

Penyusutan = x …... (2.6)

% 100 Awal

Dimensi

Akhir Dimensi

-Awal Dimensi (%)

Penyusutan = x ……….. (2.7)

II.4 METODE KESETIMBANGAN

Analisa stabilitas suatu struktur berkaitan dengan masalah kesetimbangan. Oleh karena

itu pemahaman tentang kesetimbangan merupakan suatu hal yang perlu. Dalam kaitannya

dengan masalah stabilitas suatu struktur, ada 3 jenis kesetimbangan yang dapat dijelaskan

(38)

Gambar 2.5 Analogi Terhadap Beberapa Kesetimbangan

(Sumber: Principles Of Structural Stability Theory, Alexander Chajes)

Keadaan I : Bila bola berada pada cekung, maka kesetimbangannya stabil. Bila kita berikan

gangguan kecil δx, maka bola akan kembali ke posisi semula setelah berosilasi

beberapa kali (gambar 2.5a).

Keadaan II : Apabila bola berada pada permukaan datar, kesetimbangannya disebut netral.

Dalam hal ini gangguan kecil δx tidak akan merubah gaya – gaya

kesetimbangan maupun potensial bola (gambar 2.5.b).

Keadaan 3 : Apabila bola berada pada permukaan cembung, maka kesetimbangannya tidak

stabil (labil), yang berarti gangguan kecil δx akan menghilangkan kesetimbangan

dan mengakibatkan pergeseran mendadak (progressive movement).

Apabila beban yang bekerja pada suatu struktur diperbesar secara bertahap mulai dari

nol, maka struktur tersebut akan mengalami ketiga keadaan kesetimbangan di atas sesuai

dengan intensitas beban. Pergeseran kesetimbangan dari keadaan stabil ke keadaan tidak stabil,

senantiasa harus melalui keadaan netral. Dengan perkataan lain keadaan netral merupakan titik

peralihan antara dua jenis kesetimbangan yang saling bertolak belakang sifatnya.

Kesetimbangan netral pada suatu struktur terjadi apabila beban yang bekerja sedemikian besar

(39)

Besarnya beban yang mengakibatkan struktur dalam kesetimbangan netral disebut

dengan beban kritis.

II.4.1 KONSEP DASAR METODE ENERGI

Apabila suatu struktur dibebani dengan gaya luar, maka akan terjadi perubahan bentuk

struktur tersebut sebagai reaksinya. Selama terjadi robahan bangun ini, dikatakan gaya luar

melakukan suatu kerja. Dalam hal ini, energi diserap oleh struktur pada saat gaya luar melewati

batang (balok) untuk melakukan kerja. Berbeda halnya dengan konsep kesetimbangan klasik,

yang dapat ditinjau pada elemen kecil yang merupakan bagian dari struktur (misalnya dx, dy

dan dz), metode energi didasarkan pada konsep kesamaan antara energi regangan dan kerja

gaya luar untuk seluruh struktur yang ditinjau. Oleh karena didalam penyelesaian persoalan,

dibutuhkan penyamaan antara energi dan kerja, maka perlu diperhatikan apakah struktur

tersebut konserfatif atau tidak. Suatu sistem dikatakan konserfatif apabila sistem berdeformasi

akibat pembebanan dan apabila beban ditiadakan, sistem akan kembali ke posisi semula.

Sistem dikatakan non-konserfatif apabila terdapat kehilangan energi misalnya dalam bentuk

gesekan, deformasi inelastis dan lain – lain. Jadi dalam suatu sistem konserfatif akan berada

dalam kesetimbangan netral apabila energi regangan yang diserap sistem sama dengan kerja

yang dilakukan gaya luar terhadap sistem. Kerja yang dilakukan gaya luar didefenisikan

sebagai hasil kali antara skalar antara vektor gaya P dengan vektor perpindahan s. nilai

skalar ini positif jika arah kedua vektor itu sama. Apabila gaya yang bekerja konstan maka

kerja yang dilakukan adalah W = P x s. Dengan kata lain, bila gaya bervariasi selama terjadi

perpindahan, maka kerja dapat dihitung sebagai :

(40)

Selama terjadinya deformasi suatu struktur elastis, maka kerja gaya luar We akan

senantiasa diimbangi oleh kerja gaya dalam Wi. Apabila struktur memenuhi hukum Hooke,

maka gaya – gaya dalam tersebut merupakan gaya – gaya konserfatif, dimana setelah beban

luar ditiadakan struktur elastis tersebut akan kembali ke bentuk dan posisi semula dan kerja

dalam akan nol. Apabila kita defenisikan energi sebagai kemampuan untuk melakukan kerja

dan hukum kekekalan energi menghendaki bahwa kerja gaya luar, maka dapat kita tuliskan :

We = Wi (b)

Energi potensial didefenisikan sebagai kemampuan suatu gaya untuk melakukan suatu

kerja karena posisinya. Energi potensial gaya dalam disebut energi regangan atau strain

energy U, yang merupakan kerja gaya dalam (U = W). Energi potensial gaya luar V

didefenisikan sebagai negatif kerja gaya luar. Total potensial Ω suatu sistem struktur adalah

jumlah dari energi regangan U dan enrgi potensial gaya luar V. Jadi dapat ditulis :

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Persiapan Penelitian

Kayu yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kayu durian dengan

ukuran ( 0.5 x 5 ) inci2

Kayu batangan tersebut dibiarkan kering udara sehingga diperoleh kadar air

dengan panjang bersih 4.8 meter. Kayu tersebut akan diteliti sifat – sifat

fisisnya sehingga diperoleh karakteristik yang diperlukan untuk pengujian yang dilakukan

selanjutnya.

∀15%

untuk selanjutnya diambil untuk pengujian sesuai dengan masing – masing jenis pengujian

karakteristik.

III.2. Pelaksanaan Penelitian

Pengujian dan pemeriksaan yang akan dilakukan pada kayu tersebut mengacu kepada

metode pengujian di Inggris BS 373 (1957) “ Metode Pengujian Contoh Kecil Kayu “.

(Sumber : Desch, Ernest Harold ; Timber : Its Structure, Properties and utilization). Pengujian

tersebut meliputi :

1. Pemeriksaan kadar air.

2. Pemeriksaan berat jenis.

3. Pengujian kuat tekan sejajar serat.

4. Pengujian kuat lentur pada penurunan izin.

(42)

III.2.1. Pemeriksaan Kadar Air

Pemeriksaan kadar air dari kayu dilakukan sedemikian rupa sehingga sifat dari benda

uji itu mendekati sifat rata – rata dari kayu yang akan diperiksa. Benda kayu diambil secara

acak dari masing – masing segmen kayu bawah, tengah dan atas dengan ketentuan benda uji

tersebut diambil pada jarak 60 cm dari pangkal kayu (sesuai dengan ketentuan yan disyaratkan

PKKI).

Benda uji dibuat berukuran 3 cm x 4.5 cm x 6.5 cm masing – masing untuk satu benda

uji untuk bagian bawah, tengah dan atas.

Gambar 3.1 Sampel Pemeriksaan Kadar Air

Setelah benda uji dibuat, maka dilakukan penimbangan berat masing – masing benda

uji dicatat sebagai berat awal. Penimbangan dilakukan tiap hari selama satu minggu. Metode

pengeringan yang dilakukan adalah metode pengeringan udra, yaitu dibiarkan di dalam

ruangan denga suhu kamar dan sample terlindung dari pengaruh cuaca seperti panas dan hujan.

Pada saat benda uji menunjukkanberat yang tetap atau tidak turun lagi maka berat

benda uji daapt dianggap sebagai berat akhir dan kayu dapat dianggap telah kering udara.

Apabila berat benda uji terus turun (berkurang), maka kayu belum dapat dianggap kering udara

(43)

Angka kadar air dalam persentase yang dipakai adalah angka kadar air menurut PKKI

1961, yaitu :

ω =

Gku Gku Gx

15 , 1

x 100 %

Dimana :

ω = Kadar air (%).

Gx = Berat sampel mula – mula (gr).

Gku = Berat sampel kering (gr).

Kadar air rata – rata = µ= n BJ Σ

Standart deviasi =

) 1 (

)

( 2

−− Σ

n

BJ µ

Kadar air rata - rata = µ - (2,33 SD)

III.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis

Dalam pemeriksaan berat jenis kayu, sample yang digunakan harus sedemikian rupa

sehingga dapat mendekati rata – rata dari kayu yang diteliti. Sample diambil dari masing –

masing bagian yaitu dari atas, tengah dan bawah dengan ukuran 2,5 cm x 5 cm x 7.5 cm yang

[image:43.595.249.388.562.739.2]

telah kering udara (kadar air ∀15 %).

(44)

Sampel kemudian ditimbang dan dicatat beratnya. Untuk perhitungan sebagai berat

jenis kayu diambil angka rata – rata dari semua sampel dan perbedaan antara berat jenis yang

tertinggi dan terendah tidak boleh lebih dari 100 % berat yag terendah.

Maka dapat dikatakan berat jenis kayu adalah perbandingan berat kayu pada kering

udara dengan volume kayu pada kondisi tersebut (dalam satuan gr/cm3), atau :

BJ = Vx Wx

Dimana :

BJ = Berat jenis kayu (gr/cm3

Wx = Berat sampel kayu kering udara (gr). ).

Vx = Volume sampel (cm3).

Untuk menhitung berat jenis ke lima sampel maka menurut buku “ Desch, Ernest

Harold; Timber : Its Structure, Properties and Utilization “ yaitu :

Berat jenis rata – rata = µ= n BJ

Σ

Standart deviasi =

) 1 (

)

( 2

−− Σ

n

BJ µ

(45)

III.2.3. Pengujian Kuat Tekan

Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan peralatan mesin tekan Universal

Test Machine dan dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang mampu diterima oleh

kayu tersebut sampai batas keruntuhan.

Adapun pengujian kuat tekan ini terbagi atas dua macam :

1. Pengujian kuat tekan kayu arh sejajar serat (σ //)

Pengujian kuat tekan kayu arah sejajar serat dilakukan pada sampel kayu dengan

ukuran 2 cm x 2 cm x 6 cm dengan arah sejajar dengan arah memanjang sampel. Pengujian

[image:45.595.257.379.369.594.2]

dilakukan pada sampel kering udara (kadar air ∀ 15 % ).

Gambar 3.3 Sampel Kuat Tekan Sejajar Serat

Sampel dimasukkan ke dalam mesin tekan dengan sisi – sisi 2 cm x 2 cm menghadap

ke atas dan ke bawah. Kemudian dilakukn penekanan secara perlahan pada sisi atas dan bawah

(46)

dilakukan sampai pembacaan dial berhenti dan menunjukkan angka yang tetap, yaitu pada saat

terjadi keruntuhan pada sampel.

Besarnya nilai pembacaan akhir kemudian dicatat sebagai beban tekan dan merupakan

nilai P. kekuatan tekan kayu dengan arah sejajar serat dihitung dengan rumus berikut :

Luas Tekan Beban A

P tk//= =

σ

Dimana :

σtk// = Tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2

P = Beban tekan maksimum (kg).

).

A = Luas bagian yang tertekan (cm2).

n tk // σ

µ = Σ

SD =

) 1 (

) //

( 2

−− Σ

n

tk µ

σ

//

tk

σ izin = // → safety factor = 2,25

factor safety

tik karakteris tk

σ

III.2.4. Pengujian Kuat Lentur Pada Penurunan Izin

Pada pengujian ini dikerjakan gaya transversal statis pada sampel kayu untuk

mendapatkan tegangan lentur kayu yang terjadi pada saat penurunan yang diizinkan tercapai.

Sampel kayu berukuran 30 cm x 2 cm x 2 cm dengan arah serat dengan arah

(47)

Gambar 3.4 Sampel Pengujian Kuat Lentur

Sampel diletakkan pada dua perletakan dan diberi gaya P terpusat pada tengah bentang

yang secara bertahap ditambah besarnya. Pada tengah bentang pada sampel dipasang alat

pengukur penurunan yang terjadi. Alat ini berupa dial yang berhubungan dengan jarum

pengukur penurunan yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai dengan

ketelitian 0,01 mm.

Gambar 3.5 Penempatan Dial Beban Pada Sampel

Beban P secara bertahap ditambah besarnya dan dicatat besarnya penurunan terjadi.

Penurunan yang diizinkan (f izin) untuk dua perletakan sendi rol adalah 1/200 L dengan L

adalah bentang sampel yaitu 30 cm. Maka :

Penurunan (f) izin =

200 1

(48)

Besarnya P untuk memperoleh tegangan lentur adalah besarnya beban P yang

diberikan pada saat dial penurunan menunjukkan angka 0,15 cm. Setelah penurunan izin ini

tercapai maka penambahan beban dihentikan. Besarnya tegangan lentur adalah :

2 6 / 1 4 / 1 BH PL lt = σ Dimana : lt

σ = Tegangan lentur yang terjadi (kg/cm2

P = Beban pada saat tercapai penurunan izin 0,15 cm (kg). ).

L = Panjang bentang = 30 cm.

B = Lebar sampel = 2 cm.

H = Tinggi sampel = 2 cm.

n lt σ µ = Σ SD = ) 1 ( ) ( 2 −− Σ n lt µ σ ) . 33 , 2 ( SD tik Karakteris

lt = µ−

σ 25 , 2 = →

= Safety factor

(49)

III.2.5. Pengujian Elastisitas

Pada pengujian ini akan dicari besarnya nilai elastisitas kayu pada kayu yang

mengalami lenturan.

Sampel kayu berukuran 30 cm x 2 cm x 2 cm dengan arah serat sejajar dengan arah

memanjang sampel.

Gambar 3.6 Sampel Pengujian Elastisitas

Sampel diletakkan pada dua perletakan dan diberi gaya P terpusat pada tengah bentang

yang secara bertahap ditambah besarnya. Pada tengah bentang pada sampel dipasang alat

pengukur yang digunakan untuk mengetahui besarnya penurunan yang terjadi.

Gambar 3.7 Penempatan Dial dan Beban Pada Sampel

(50)

Alat ini berupa dial yang berhubungan dengan jarum pengukur yang dapat

menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai dengan ketelitian 0,01 mm. Dial memiliki 2

bagian, yaitu : kepala dial dan kaki dial. Kepala dial merupakan bagian yang berfungsi untuk

mengetahui nilai penurunan yang terjadi pada struktur. Sedangkan kaki dial adalah bagian yang

berfungsi untuk menghubungkan dial dengan struktur sehingga apabila terjadi penurunan maka

nilai penurunannya akan tertera pada kepala dial. Panjang kaki dial ± 2cm. Jadi, bila penurunan

(y) yang terjadi lebih dari 2 cm maka diperlukan alat tambahan untuk mengukurnya, misal :

jangka sorong.

Jadi, cara peletakkan dial pada struktur adalah dengan meletakan dial pada tengah

bentang struktur yang sebelumnya struktur diberikan dudukan terlebih dahulu tanpa ada

pengikat (penahan). Dial diletakkan disebelah atas struktur, alasannya karena jika dial

diletakkan disebelah bawah struktur maka apabila terjadi keruntuhan dial tidak dapat bekerja.

Dial diletakkan diatas struktur dengan menekan kandas kaki dial ke struktur dan posisi dial

kemudian dikakukan (seperti gambar a). Setelah itu, jarum pembacaannya diatur ke angka nol.

(b)

Dial akan bekerja setelah diberikan pembebanan. Dial memiliki 2 arah lingkaran

pembacaan, dari kiri ke kanan dan sebaliknya. Untuk mengetahui arah gerak jarum maka

dilihat pada saat peletakkan pembebanan pertama. Pembacaan dilakukan dengan membaca

nilai yang tertera pada dial kemudian dikali dengan 0,01 mm. Pada saat diberikan pembebanan

(51)

diletakkan dalam keadaan kandas tadi kemudian akan memanjang. Akibat pemanjangan kaki

dial inilah maka dapat diketahui besarnya penurunan yang terjadi. Besarnya penurunan inilah

yang nilainya tertera pada kepala dial.

(c)

Perubahan penurunan terjadi setiap dilakukan penambahan beban. Beban (P) secara

bertahap ditambah besarnya dan dicatat besarnya penurunan yang terjadi. Beban terus

ditambah sampai sampel menjadi patah. Pada saat penurunan terjadi melebihi panjang kaki dial

(seperti gambar c) maka besarnya penurunan dapat diketahui dengan menggunakan alat bantu,

dalam hal ini menggunakan jangka sorong. Karena posisi dial dikakukan, maka penggunaan

jangka sorong adalah dengan menghubungkannya ke kaki dial pada saat terjadi penurunan.

Antara penambahan pembebanan yang pertama dengan yang kedua dan selanjutnya, dilakukan

pada saat penurunan yang diakibatkan pembebanan yang sebelumnya berada dalam keadaan

stabil (tidak mengalami perubahan nilai yang significant) baru kemudian dapat dilakukan

penambahan beban berikutnya.

Untuk setiap besarnya beban yang bekerja diperoleh besarnya penurunan (f). Dari

kedua parameter ini dapat diperoleh nilai elastisitas material menurut persamaan penurunan :

Penurunan (f) = EI PL

48

3

E = f I PL 48

3

(52)

Dari persamaan :

E =

ε σ

Dimana :

f = Penurunan (cm).

L = Panjang bentang = 30 cm.

P = Beban pada saat penurunan terjadi (kg).

E = Elastisitas material (kg/cm2

ε

).

= Regangan yang terjadi.

σ = Tegangan lentur (kg/cm2).

III.3. Pengujian Papan Perletakan Sendi - Roll Memikul Beban Terpusat Pada Tengah Bentang

III.3.1. Laboratorium

Setelah melakukan pengujian physical dan mechanical properties, barulah kemudian

pengujian ini dilakukan.

Sampel kayu yang digunakan pada eksperimen ini adalah kayu durian yang berukuran

(0.5 x 5) inc2

Sebelum dilakukan pembebanan terlebih dahulu dipasang alat pengukur penurunan

(deformasi). Alat pengukur penurunan ini berupa dial merek Mitutoyo yang berhubungan

dengan jarum pengukur yang dapat menunjukkan pergerakan yang terjadi sampai ketelitian

0.01 mm. Pemasangan dial ini dilakukan dari dua arah, yaitu : vertikal dan horizontal. Dial dari

arah vertikal berfungsi untuk mengetahui besarnya nilai penurunan vertikal yang dialami oleh sepanjang 3 m ( di luar dari bagian kayu yang diberi tumpuan ) penambahan

dimensi b dengan jumlah sampel sebanyak 5 buah. Kemudian kayu diletakkan pada satu

perletakan yang dianggap sebagai sendi dimana salah satu bagian kayu diberi penahan pada

(53)

material sedangkan dial dari arah horizontal berfungsi untuk mengetahui besarnya nilai

penurunan lateral dari material tersebut. Setelah dipasang alat dial, pembacaannya diatur ke

angka nol.

Setelah itu penambahan beban dilakukan secara bertahap, dengan besar masing –

masing 10 kg. Besarnya penurunan pada dial yang terjadi akibat penambahan beban kemudian

dicatat. Apabila ketika penambahan beban penurunan yang terjadi tidak dapat diukur dengan

menggunakan alat dial yang disebabkan jarum pengukur penurunan menggantung maka

pengukuran penurunan dibantu dengan menggunakan jangka sorong merek Kenmaster dengan

ketelitian 0.05 mm. Penambahan beban ini terus dilakukan sampai sampel mengalami kondisi

k ritis hingga kemudian patah. Dari pengujian ini, bias didapatkan nilai – nilai sebagai berikut

(54)

III.3.2. Teoritis

Mx

M

x

l (a)

x

β

u

z v y x’

z’ (b)

y’ Mx’

My’

My’ x’

Mx’

My’

y’ z’ M

[image:54.595.108.534.107.735.2]

© z’

(55)

Pada balok kayu persegi jika mengalami tekuk saja ( Gambar 3.8 a ) maka kayu

tersebut mengikuti hukum Hooke, penurunan tetap kecil dan bentuk dari penampang tidak

berubah, sepanjang kayu mengalami tekuk saja.

Beban kritis akan didapatkan dengan menentukan beban yang terkecil pada posisi kayu

yang seseimbang mungkin antara penurunan dan tekuk. Untuk menentukan keseimbangan kita

dapat menggunakan aturan persamaan diferensial. Persamaan itu itu digunakan dengan

prosedur dari Timoshenko dan Gere pada Ref.1.2.

Suatu sistem koordinat x,y dan z diperlihatkan pada Gambar 3.8 ( b ) yang sudah

ditentukan. Sebagai tambahan, sistem koordinat kedua x’, y’, dan z’ arahnya ditentukan dengan

mengikuti bentuk penampang yang mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk pada

setiap bagian dapat di analisa dengan 3 jenis pergerakan, perpindahan kesamping “u” pada arah

sumbu x, perpindahan ke bawah pada “ v “ arah sumbu y dan rotasi “β” pada arah z. Rotasi β

positif jika rotasi searah jarum jam dan sebaliknya pada perpindahan u dan v bernilai positif

atau negatif tergantung pada arah sumbu asal koordinat x dan y. Pada Gambar 3.8 ( b)

semuanya bernilai positif.

Dari benda uji ini ditetapkan pada perletakan sederhana sejauh tekukan pada sumbu x,

oleh karena itu :

u = v = 2

2

dz u d

= 2

2

dz v d

= 0 pada z = 0, l ………... ( 1 )

Sebagai tambahan, bagian ujung dari benda uji menjadi penghalang dari rotasi

sepanjang sumbu z tetapi bentang tersebut terpuntir.

β = 2

2

dz d β

(56)

Asumsikan arah positif dari momen Mx’, My’, dan Mz’, bekerja pada bagian dari benda

uji ( Gambar 3.8 ( c ) ). Persamaan diferensial dari tekuk dan bengkokan adalah :

……… ( 3 )

………... ( 4 )

………... ( 5 )

Persamaan ( 3 ) dan persamaan ( 4 ) merupakan persamaan umum dari balok tertekuk pada

sumbu x’ dan y’. Persamaan ( 5 ) merupakan penjelasan untuk pembengkokan di sumbu z’.

Pada saat terjadi puntir, kekakuan penampang tidak lagi berarti. Tanda negatif pada persamaan

( 3 ) menyatakan bahwa momen Mx’ positif, sesuai dengan lengkung negatif

.

Sebagai perbandingan pada persamaan ( 4 ) dan persamaan ( 5 ) momen positif My’ dan

Mz’bersesuaian, berturut – turut dengan lengkungan positif dan kemiringan positif

.

Besarnya Mx’, My’, dan Mz’ yang dihasilkan pada persamaan ( 3 ),( 4 ) dan ( 5 ) adalah

komponen dari aplikasi momen Mx pada sumbu x’, y’, dan z’. Untuk menentukan komponen –

komponen itu, kita perlu mengetahui sudut antara x’ dan x ( yang sama besarnya dengan rotasi

β ) dan sudut antara y’ dan sumbu x adalah β+90. Oleh karena itu diberikan persamaan berikut

:

……….. ( 6 )

……….. ( 7 )

Sumbu z’ pembelokan lengkung dari penampang. Sudut antara sumbu z’ dan sumbu z

ditentukan dengan dan sudut antara sumbu z’ dan sumbu x adalah 90 – ( du / dz ). Oleh

(57)

…..………. ( 8 )

Substitusi dari persamaan ( 6 ), ( 7 ), dan ( 8 ) ke persamaan ( 3 ), ( 4 ), dan ( 5 ) menghasilkan

persamaan diferensial :

……….. ( 9 )

……… (10)

………... (11)

Pada 3 persamaan awal hanya mengandung variable v dan variable ini tidak muncul

pada kedua persamaan yaitu persamaan (9) dan (10), oleh karena itu pada persamaan pertama

mendiskripsikan tekuk. Pada bidang verikal dapat dipecahkan secara terpisah dari kedua

persamaan itu ( persamaan 9 dan 10 ). Persamaan (10) dan (11), mendiskripsikan tekuk lateral

dan pembengkokan, harus diselesaikan secara bersamaan. Permasalahan pada tekuk yang

terdapat pada persamaan (10) dan (11) adalah terpisah dari permasalahan keseimbangan yang

ditunjukkan pada persamaan (10).

Untuk menganalisa tekuk lateral pada balok, yaitu dengan cara menganalisa perubahan

yang mungkin terjadi pada komponen balok, cara yang sama juga untuk menentukan tekuk

vertikal.

Variable u dapat dieleminasikan dari persamaan (10) dan (11). Jika persamaan (11)

telah di deferensialkan dan hasilnya disubstitusikan sebagai bentuk d2u / dz2 pada persamaan

(10). Maka diperoleh :

(58)

Atau,

…….………. (13)

Dimana , solusi untuk persamaan (13) yaitu :

……….. (14)

Substitusi dari kondisi batas β = 0 dan z = 0 pada persamaan (14) menghasilkan

B = 0

Dan dari kondisi β = 0 dan z = l menghasilkan

……….. (15)

Untuk kondisi netral seimbang, benda uji harus seimbang pada perubahan – perubahan seperti

pada saat bentuk sebelum terjadi deformasi. Keseimbangan seperti pada bentuk yang tidak

deformasi mungkin terjadi pada pembebanan tertentu, jika A = 0 pada persamaan (15) untuk

harga k tertentu. Namun keseimbangan padda perubahan bentuk hanya mungkin terjadi bila :

Dan menghasilkan

π n kl=

Maka :

y

GJEI l

n

M0 = π ……….... (16)

Pada Mo

y ocr GJEI

l

M

momen kritis akan bernilai kecil jika nilai n=1, maka :

……….. (17)

(59)

( )

v E G + = 1 2

Pada balok persegi, warping dapat diabaikan, jadi nilai warping Cw

Untuk beban di tengah bentang pada perletakan sendi-roll, persamaan momen kritis

akan didapat dengan menggunakan koefisien (C

dianggap nol.

b) yang berbeda-beda, sesuai dengan letak

[image:59.595.220.371.238.431.2]

beban pada bentang tersebut.

Gambar 3.9 Momen Beban Terpusat pada Tengah Bentang Perletakan Sendi-Roll

L GJEI L C P L M C P M C L P M y b cr ocr b cr ocr b cr cr 4 . . . 4 . . 4 π = = = = 2 . 4 L C GJEI

Pcr y b

π =

Nilai Cb dapat dicari dengan berbagai keadaan letak beban, sebagai berikut :

L/2 L/2

4

PL

(60)

    = atas di berada beban untuk / tengah di berada beban untuk A bawah di berada beban untuk AB B A Cb

Nilai A dan B berdasarkan Nethercot dan Rockey, yaitu:

A = 1,35

B = 1+0,649W-0,180W

Dengan 2 ) / ( ) /

( L EC GJ

W = π w

Pada bentang sederhana dengan beban yang berada di tengah bentang dan posisi beban

berada di atas balok nilai Cb

(

)

35 . 1 1 35 . 1 0 C , . / . ) / ( 649 . 0 1 35 . 1 w = = = + = B A J G C E L B A w π yaitu :

Jadi nilai Cb

Maka, persamaan untuk P

yang dipakai yaitu 1,35

cr adalah :

2 35 , 1 . 4 L GJEI

(61)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.1 Pengujian Mechanical Properties

IV.1.1 Pemeriksaan Kadar Air

Dari data percobaan kadar air yang terdapat pada lampiran A diperoleh hasil pengujian

kadar air yakni sebagai berikut :

Tabel IV.1 Hasil Pemeriksaan Kadar Air

Sampel Berat Gx (gr) Berat Gku (gr) Kadar Air (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 47 47 46 46 46 47 46 47 47 47 40 41 40 40 39 41 39 40 41 40 35,12500 31,82927 32,25000 32,25000 35,64103 31,82927 35,64103 35,12500 31,82927 35,12500

Total 336,64487

Keterangan : Gx = Berat sampel mula – mula

Gku = Berat sampel kering

Rata – rata sampel = x =

10 336,64487

(62)

Standard deviasi = 1 ) ( 2 −− Σ n x xi

= 1,774 %

Kadar air rata – rata = 33,6645 % - (2,33 x 1,774%)

= 29,531 %

Sehingga kadar air rata – rata dari 10 sampel kayu yang digunakan adalah 29,531 %.

IV.1.2 Pemeriksaan Berat Jenis

Dari data percobaan kadar air yang terdapat pada lampiran A diperoleh hasil pengujian

kadar air yakni sebagai berikut :

Tabel IV.2 Hasil Pengujian Berat Jenis

Sampel Berat (gr) Volume (cm3) Berat Jenis (gr/cm3)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 51 50 52 50 49 49 50 51 48 49 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 93,75 0,544 0,533 0,555 0,533 0,523 0,523 0,533 0,544 0,512 0,512

Total 5,312

Rata – rata sampel =

10 5,312

(63)

Standart deviasi = 1 ) ( 2 −− Σ n x xi

= 0,01405 gr/cm

Gambar

Gambar 2.2 Beban dan Gaya dalam material yang mengalami tekanan, tarikan dan geser (
Tabel II.2. Kekuatan Lentur dan Tekanan Kayu Menurut Kelas Kuat Kayu
Tabel  II.3. Kelas Kuat Berdasarkan Tegangan untuk Mutu A
Gambar 3.2 Sampel Pemeriksaan Berat Jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait