• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksa Cemaran Logam Berat Pb, Cd, Cu, Dan Zn Dalam Daging Rajungan, Ketam Batu, Dan Lokan Segar Yang Berasal Dari Perairan Belawan Secara Spektrometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksa Cemaran Logam Berat Pb, Cd, Cu, Dan Zn Dalam Daging Rajungan, Ketam Batu, Dan Lokan Segar Yang Berasal Dari Perairan Belawan Secara Spektrometri"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN CEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, DAN Zn DALAM DAGING RAJUNGAN, KETAM BATU, DAN LOKAN SEGAR

YANG BERASAL DARI PERAIRAN BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH

NURHIDAYAH NASUTION

NIM: 020804025

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PEMERIKSAAN CEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, DAN Zn DALAM DAGING RAJUNGAN, KETAM BATU, DAN LOKAN SEGAR

YANG BERASAL DARI PERAIRAN BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH

NURHIDAYAH NASUTION

NIM: 020804025

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PEMERIKSAAN CEMARAN LOGAM BERAT Pb, Cd, Cu, DAN Zn DALAM DAGING RAJUNGAN, KETAM BATU, DAN LOKAN SEGAR

YANG BERASAL DARI PERAIRAN BELAWAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

OLEH:

NURHIDAYAH NASUTION NIM : 020804025

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Desember 2007

Medan, Desember 2007

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.) NIP 131 283 716

Pembimbing I

(Dra. Salbiah, M.Si., Apt.) NIP: 131 653 994

Panitia Penguji

(Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si, Apt.) NIP: 130 872 281

Pembimbing II

(Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, SU., Apt.)

NIP: 131 283 723

(Dra. Salbiah, M.Si., Apt.) NIP: 131 653 994

(Drs. Chairul Azhar Dlt. M.Sc.,Apt.) NIP: 130 809 701

(4)

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan kandungan logam berat timbal (Pb),

kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng (Zn), dalam sampel daging rajungan, ketam

batu, dan lokan.

Pemeriksaan keempat logam ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan dengan pereaksi Na2S 10% b/v dan ditizon 0,005%

pada pH yang berbeda. Reaksi dengan reagen Na2S 10% akan terjadi kekeruhan

untuk ketiga logam tersebut, sedangkan dengan pereaksi ditizon 0,005% akan

terjadi warna merah tua untuk Pb pada pH 8,5; merah muda untuk Cd pada pH

6,5; ungu untuk Cu pada pH 3,5; dan merah 7 untuk Zn pada pH 7,0.

Analisis kuantitatif keempat logam dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom. Logam Pb diukur pada panjang gelombang

283,3 nm, Cd pada 228,8 nm, Cu pada 324,8 nm dan Zn pada 213,9 nm. Dari

hasil analisis diperoleh kadar Pb dalam daging rajungan, ketam batu, dan lokan

masing-masing sebesar 1,6906 mcg/g; 1,4348 mcg/g; dan 0,8125 mcg/g,

sedangkan kadar Zn yang diperoleh masing-masing sebesar 30,1537 mcg/g;

29,9218 mcg/g; dan 32,6710 mcg/g. Kadar logam Pb dan Zn yang diperoleh ini

tidak melewati ambang batas maksimum yang diizinkan oleh SNI 01-358-1994.

Sebaliknya kadar Cd yang diperoleh masing-masing sebesar 0,6043 mcg/g;

0,5585 mcg/g; dan 1,0285 mcg/g, sedangkan kadar Cu masing-masing sebesar

355,0327 mcg/g; 117,5799 mcg/g; dan 418,8532 mcg/g. Kadar logam Cd dan Cu

yang diperoleh ini melewati batas maksimum yang diizinkan oleh SNI

(5)

ABSTRACT

A research has been done to determine the quantitative of lead (Pb),

cadmium (Cd), copper (Cu), and zinc (Zn) in meat of swimming crab, mangrove

crab, and lokan.

The determination of the metals had been done by qualitative and

quantitative methods. The qualitative analysis was done by using Na2S 10% b/v

and dithizone 0,005% reagents at the different pH. The reaction with Na2S 10%

reagent will occur turbidity to the metals, where as with the dithizone 0,005%

reagent will occur the dark red color for the lead at pH 8,5; the bright red for the

cadmium at 6,5; the violet for Cu at 3,5; and the red for Zn at 7.

The quantitative analysis of the metals had been done by using Atomic

Absorption Spectroscopy method. The lead was measured at 283,3 nm, cadmium

at 228,8 nm, copper at 324,8 nm, and zinc at 213,9 nm. From the analysis result

was obtained the concentration of lead in meat of swimming crab, mangrove crab,

and lokan were 0,6906 mcg/g; 1,4348 mcg/g; and 0,8125 mcg/g and the

concentration of the zinc were 30,1537 mcg/g; 29,9218 mcg/g; and 32,6710

mcg/g. The concentration of lead and zinc were still below of the maximum

concentration limit which was allowed by SNI 01-358-1994. In contrast, the

concentration of the cadmium which was obtained were 0,6043 mcg/g; 0,5585

mcg/g; and 1,0285 mcg/g, and the concentration of the copper were 355,0327

mcg/g; 117,5799 mcg/g; and 418,8532 mcg/g more than the maximum

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I. PENDAHULUAN………..………….1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...2

1.3. Hipotesis...3

1.4. Tujuan Penelitian...3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Uraian Rajungan, Kepiting dan Lokan………....4

2.1.1. Rajungan...4

2.1.2. Ketam Batu...4

2.1.3. Lokan...5

2.2. Uraian Logam...6

(7)

2.2.2. Logam Kadmium...7

2.2.3. Logam Tembaga...7

2.2.4. Logam Seng...8

2.3. Proses destruksi kering...8

2.4. Spektrofotometri Serapan Atom...9

2.4.1. Instrumentasi...10

2.4.2. Atomisasi dalam Spektrofotometri Serapan Atom...11

2.5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi...12

BAB III. METODOLOGI...14

3.1. Bahan-bahan...14

3.1.1. Sampel...14

3.1.2. Pereaksi...14

3.2. Alat-alat...14

3.3. Prosedur...14

3.3.1. Metode Pengambilan Sampel...14

3.3.2. Penyiapan Sampel...15

3.3.3. Pembuatan Pereaksi...15

3.3.3.1. Larutan HNO3 5 N...15

3.3.3.2. Larutan Ditizon 0,005% b/v...15

3.3.3.3. Larutan Na2S P 10% b/v...15

3.3.3.4. Larutan NH4OH 1 N...15

(8)

3.3.4. Proses Destruksi ...16

3.3.5. Analisis Kualitatif ...16

3.3.6. Analisis Kuantitatif...17

3.3.6.1. Pembuatan Kurva kalibrasi...17

3.3.6.2. Analisis Logam Dalam Sampel...19

3.3.6.3. Analisis Data Secara Statistik...20

3.3.6.4. Penentuan Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi...21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...22

4.1. Analisis Kualitatif...22

4.2. Analisis Kuantitatif...23

4.2.1. Kurva Kalibrasi ...23

4.2.2. Penentuan Kandungan Pb, Cd, Cu, dan Zn Pada Sampel ...26

4.3. Batas Deteksi dan batas Kuantitasi...27

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...28

5.1. Kesimpulan...28

5.2. Saran...28

DAFTAR PUSTAKA...29

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Temperatur nyala dengan pelbagai bahan bakar...12

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam sampel

dengan Perekasi Dinatrium Sulfida P 10% b/v ...22

Tabel 3. Hasil analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, Zn dalam sampel dengan menggunakan Pereaksi Ditizon 0,005%...23

Tabel 4. Kadar rata – rata logam Pb, Cd, Cu, dan Zn

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram pembentukan atom dalam SSA nyala...11

Gambar 2. Kurva kalibrasi Pb...24

Gambar 3. Kurva kalibrasi Cd...24

Gambar 4. Kurva kalibrasi Cu...25

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pb,Cd, Cu

dan Zn...31

Lampiran 2. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Rajungan………..32

Lampiran 3. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Ketam Batu……..33

Lampiran 4. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Lokan……….…..34

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Logam dalam Sampel……….………35

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Rajungan……37

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Ketam Batu…38 Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Lokan……….39

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Rajungan…40 Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Ketam Batu ...41

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Lokan...43

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga pada Rajungan...44

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga Pada Ketam Batu...45

Lampiran 14. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga pada Lokan...46

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Rajungan...47

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Ketam Batu...48

Lampiran 17. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Lokan...49

Lampiran 18. Perhitungan Garis Regresi ...50

(12)

Lampiran 20. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Timbal...52

Lampiran 21. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Tembaga...53

Lampiran 22. Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Zinkum………...54

Lampiran 23.Perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Cadmium...55

Lampiran 24. Jenis industri yang beroperasi di sekitar sungai Deli dan sungai Belawan...56

Lampiran 25. Gambar Alat Spektrofotometri Serapan Atom...59

Lampiran 26. Kondisi Optimum Spektrofotometer Serapan Atom Untuk Logam Pb………..60

Lampiran 27. Kondisi Optimum Spektrofotometer Serapan Atom Untuk Logam Cd………...62

Lampiran 28. Kondisi Optimum Spektrofotometer Serapan Atom Untuk Logam Cu………...64

Lampiran 29. Kondisi Optimum Spektrofotometer Serapan Atom Untuk Logam Zn………...66

Lampiran 30. Gambar Lokan……….………...68

Lampiran 31. Gambar Rajungan ……….………..…...69

(13)

ABSTRAK

Telah dilakukan pemeriksaan kandungan logam berat timbal (Pb),

kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng (Zn), dalam sampel daging rajungan, ketam

batu, dan lokan.

Pemeriksaan keempat logam ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis kualitatif dilakukan dengan pereaksi Na2S 10% b/v dan ditizon 0,005%

pada pH yang berbeda. Reaksi dengan reagen Na2S 10% akan terjadi kekeruhan

untuk ketiga logam tersebut, sedangkan dengan pereaksi ditizon 0,005% akan

terjadi warna merah tua untuk Pb pada pH 8,5; merah muda untuk Cd pada pH

6,5; ungu untuk Cu pada pH 3,5; dan merah 7 untuk Zn pada pH 7,0.

Analisis kuantitatif keempat logam dilakukan dengan menggunakan

Spektrofotometer Serapan Atom. Logam Pb diukur pada panjang gelombang

283,3 nm, Cd pada 228,8 nm, Cu pada 324,8 nm dan Zn pada 213,9 nm. Dari

hasil analisis diperoleh kadar Pb dalam daging rajungan, ketam batu, dan lokan

masing-masing sebesar 1,6906 mcg/g; 1,4348 mcg/g; dan 0,8125 mcg/g,

sedangkan kadar Zn yang diperoleh masing-masing sebesar 30,1537 mcg/g;

29,9218 mcg/g; dan 32,6710 mcg/g. Kadar logam Pb dan Zn yang diperoleh ini

tidak melewati ambang batas maksimum yang diizinkan oleh SNI 01-358-1994.

Sebaliknya kadar Cd yang diperoleh masing-masing sebesar 0,6043 mcg/g;

0,5585 mcg/g; dan 1,0285 mcg/g, sedangkan kadar Cu masing-masing sebesar

355,0327 mcg/g; 117,5799 mcg/g; dan 418,8532 mcg/g. Kadar logam Cd dan Cu

yang diperoleh ini melewati batas maksimum yang diizinkan oleh SNI

(14)

ABSTRACT

A research has been done to determine the quantitative of lead (Pb),

cadmium (Cd), copper (Cu), and zinc (Zn) in meat of swimming crab, mangrove

crab, and lokan.

The determination of the metals had been done by qualitative and

quantitative methods. The qualitative analysis was done by using Na2S 10% b/v

and dithizone 0,005% reagents at the different pH. The reaction with Na2S 10%

reagent will occur turbidity to the metals, where as with the dithizone 0,005%

reagent will occur the dark red color for the lead at pH 8,5; the bright red for the

cadmium at 6,5; the violet for Cu at 3,5; and the red for Zn at 7.

The quantitative analysis of the metals had been done by using Atomic

Absorption Spectroscopy method. The lead was measured at 283,3 nm, cadmium

at 228,8 nm, copper at 324,8 nm, and zinc at 213,9 nm. From the analysis result

was obtained the concentration of lead in meat of swimming crab, mangrove crab,

and lokan were 0,6906 mcg/g; 1,4348 mcg/g; and 0,8125 mcg/g and the

concentration of the zinc were 30,1537 mcg/g; 29,9218 mcg/g; and 32,6710

mcg/g. The concentration of lead and zinc were still below of the maximum

concentration limit which was allowed by SNI 01-358-1994. In contrast, the

concentration of the cadmium which was obtained were 0,6043 mcg/g; 0,5585

mcg/g; and 1,0285 mcg/g, and the concentration of the copper were 355,0327

mcg/g; 117,5799 mcg/g; and 418,8532 mcg/g more than the maximum

(15)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Kepiting bakau, Scylla serrata (Forskal) di beberapa tempat dalam

wilayah Indo-Pasifik dikenal dengan berbagai nama. Di Jawa masyarakat

mengenalnya dengan nama Kepiting, sedangkan di sebagian Sumatera, Singapura

dan Malaysia dikenal sebagai Ketam Batu, Kepiting Cina, atau Kepiting Hijau. Di

beberapa tempat lain Kepiting Bakau lebih dikenal dengan nama Kepiting

Lumpur. Di Filipina juga dikenal dengan nama daerah seperti Alimango

(Tagalaog dan Visayas), Rasa (Illocana) dan Atania (Pengasinan). Nama lain

adalah Samoan Crab (Hawaii) (Kasry, 1996).

Menurut penelitian Bapedalda Sumut pada tahun 2003, di beberapa titik di

sungai Belawan, kandungan sejumlah logam berat seperti merkuri (Hg), timbal

(Pb), seng (Zn), cadmium (Cd), dan cuprum (Cu) ratusan kali lipat lebih tinggi

dari ambang batas yang diperbolehkan, sehingga dikhawatirkan bisa

membahayakan kesehatan. Tingginya kandungan logam berat ini diduga karena

pembuangan limbah dari puluhan industri yang berada di sekitar sungai.

Sedikitnya terdapat 24 industri yang berada di sekitar daerah aliran sungai

Belawan yang diduga membuang limbah ke sungai. Jenis industri di sekitar

daerah sungai tersebut yaitu industri baterai kering, pelapisan logam, pembuatan

pipa PVC, pabrik minyak inti sawit, pupuk dolmit, alat-alat berat, kawat kasar,

pengawetan kayu, pembuatan kapur, etanol, pabrik arang, dan ternak hewan.

(16)

air limbah (IPAL). Mereka juga belum memiliki dokumen unit kelola lingkungan

(UKL) dan unit pengelolaan lingkungan (UPL) (http: //www. kompas. com).

Untuk mengetahui besarnya pencemaran yang terjadi dapat digunakan

suatu bioindikator yaitu jenis organisme tertentu yang khas yang dapat

mengakumulasi bahan-bahan yang ada sehingga dapat mewakili keadaan di dalam

lingkungan habitatnya (Darmono, 2001).

Berdasarkan semua hal di atas, maka menimbulkan keinginan penulis

untuk memeriksa kandungan logam berat pada biota akuatiknya, dalam hal ini

penulis memilih rajungan, ketam batu, dan lokan sebagai sampel penelitian. Selain

itu, pertimbangan ekonomi dan kepraktisan dalam prosedur kerja juga menjadi

alasan penulis dalam memilih logam yang akan diperiksa ini. Logam yang dipilih

adalah logam timbal, kadmium, tembaga, dan seng. Batas maksimum cemaran

logam timbal adalah 2 mcg/g, logam kadmium: 0,2 mcg/g, logam tembaga: 20

mcg/g, sedangkan logam seng: 100 mcg/g (SNI 01-3518-1994).

Untuk pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan Spektrofotometri Serapan

Atom karena metode ini memiliki beberapa keuntungan antara lain kecepatan

analisisnya, ketelitiannya, tidak memerlukan pemisahan pendahuluan

logam-logam yang diperiksa dan dapat menentukan konsentrasi unsur dalam jumlah yang

sangat rendah (Khopkar, 1990).

I.2. Perumusan Masalah

Apakah ketam batu, rajungan, dan lokan segar yang berasal dari perairan

(17)

I.3. Hipotesis

Diduga bahwa ketam batu, rajungan dan lokan segar yang berasal dari

perairan Belawan telah tercemar oleh logam Pb, Cd, Cu, dan Zn

I.4. Tujuan

Untuk menentukan kandungan logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam ketam

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Rajungan, Ketam Batu dan Lokan 2.1.1. Rajungan

Rajungan karang (Charybdis cruciata) hidup di perairan dekat pantai.

Jumlah duri di kiri-kanan matanya masing-masing enam buah. Karapas rajungan

berwarna coklat kemerahan, dapat mencapai ukuran lebih dari 15 cm (Juwana,

2000).

Adapun taksonomi dari rajungan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Infraordo : Brachyura

Famili : Portunidae

Genus : Charybdis

Spesies :

2.1.2. Ketam Batu

Ketam batu adalah binatang crustacea

Brachyura, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek

(19)

thorax. Kepiting umumnya ditutupi denga

sangat keras, dan dilengkapi dengan sepa

Adapun taksonomi dari ketam batu adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Genus : Callinectes

Spesies :

2.1.3. Lokan

Lokan (Polymesoda placans) adalah sejeni

banyak terdapat di

tiram

Adapun taksonomi dari lokan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Moluska

Kelas : Bivalvia

Genus : Polymesoda

Spesies : Polymesoda placans

(20)

2.2. Uraian Logam

Logam digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu logam berat dan logam

ringan. Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk

setiap ml, dan bobot ini beratnya 5 kali dari berat air. Dengan sendirinya logam

yang beratnya kurang dari 5 gram termasuk logam ringan (Darmono, 1995).

Beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk

hidup. Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial

dan logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu

dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau

pembentukan organ. Sedangkan logam nonesensial adalah logam yang

peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam

jaringan hewan sangat kecil, dan bila kandungannya tinggi akan merusak

organ-organ tubuh (Darmono, 1995).

2.2.1. Logam Timbal (Pb)/Plumbum

Keracunan Pb pada orang dewasa kebanyakan terjadi di tempat mereka

bekerja dan bergantung pada pekerjaannya yang biasanya bersifat kronis.

Prevalensi kejadiannya bervariasi untuk setiap jenis pekerjaannya. Gejala yang

terlihat ialah penderita terlihat pucat, sakit perut, konstipasi, muntah, anemia, dan

sering terlihat adanya garis biru tepat di daerah gusi di atas gigi. Pada

pemeriksaan psikologi dan neuropsikologi ditemukan adanya gejala sulit

mengingat-ingat (sistem memori sangat berkurang), konsentrasi menurun, kurang

(21)

2.2.2. Logam Kadmium

Logam kadmium menjadi populer setelah timbulnya pencemaran air

sungai di wilayah Kumakoto Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia.

Logam ini biasanya selalu bergabung dengan logam lain, terutama dalam

pertambangan seng (Zn) dan timah hitam yang selalu ditemukan dengan kadar

0,2%-0,4% (Darmono, 1995).

Kadmium merupakan salah satu jenis

elemen ini beresiko tinggi terhada

terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh

khususnya

terhadap gangguan pada

kronis

2.2.3. Logam Tembaga

Tembaga yang digunakan dalam pabrik biasanya berbentuk organik dan

anorganik. Logam ini banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat

listrik, gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti

dengan logam perak (Ag), kadmium (Cd), timah putih (Sn) dan seng (Zn).

Sedangkan garam tembaga banyak digunakan dalam bidang pertanian misalnya,

larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% tembaga sulfat (CuSO4) yang

digunakan untuk membasmi jamur pada pohon buah-buahan. Tembaga sulfat ini

juga sering digunakan untuk membasmi siput (moluskisida) sebagai inang dari

parasit cacing, juga untuk mengobati penyakit kuku (Foot rote) pada domba

(22)

Meskipun digolongkan ke dalam logam berat, logam ini sangat dibutuhkan

tubuh meskipun dalam jumlah yang sedikit. Karena itu Cu juga termasuk ke

dalam logam-logam esensial bagi manusia. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru

akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke

dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi

organisme terkait. Kebutuhan manusia terhadap tembaga cukup tinggi. Manusia

dewasa membutuhkan sekitar 30 µg Cu/kg berat tubuh. Pada anak-anak jumlah

Cu yang dibutuhkan adalah 40 µg/kg berat tubuh (Palar, 1994).

2.2.4. Logam Seng

Keberadaan logam berat seng dalam tanah dapat menjadi zat toksin

(racun) bagi tanaman, dan melalui rantai makanan akan masuk ke dalam tubuh

manusia, sehingga akan mengganggu kesehatan manusia

Seng juga ditemukan dalam pertambangan logam, sebagai bentuk sulfida.

Seng dan beberapa bentuk senyawanya digunakan dalam produksi logam

campuran misalnya perunggu, loyang, dan kuningan. Senyawa seng ini juga

sering digunakan dalam pelapisan logam seperti baja, besi yang merupakan

produk anti karat. Selain itu, seng juga digunakan sebagai zat warna untuk cat,

lampu, gelas, bahan keramik, dan sebagainya (Darmono, 1995).

2.3. Proses destruksi kering

Dekstruksi kering merupakan tehnik yang umum digunakan untuk

mendekomposisi bahan organik. Sampel diletakkan di dalam krusibel dan

(23)

anorganik yang tidak menguap dalam bentuk oksida logam. Temperatur yang

paling umum digunakan adalah 500-5500C. Selain unsur C, H, dan N, beberapa

logam akan hilang dengan destruksi kering ini, diantaranya halogen, S, Se, P, As,

Sb, Ge, Ti, dan Hg (Anderson, R., 1987).

2.4. Spektrofotometri Serapan Atom

Spektrofotometri Serapan Atom adalah suatu metode yang merupakan

bentuk dari spektrofotometri serapan yang digunakan untuk mendeteksi

atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini menggunakan nyala untuk mengubah

logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang

digunakan untuk analisis kuantitatif dari logam dalam sampel (Bender, 1987).

Atom-atom menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, dan hal

itu tergantung dari unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tertentu memiliki

energi yang cukup untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan adanya

absorbsi energi, berarti diperoleh energi yang lebih banyak sehingga suatu atom

yang berada pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi

(Khopkar, 1990).

Pada Spektrofotometri Serapan Atom, sampel diuapkan pada temperatur

yang sangat tinggi dan konsentrasi dari atom yang dianalisis ditentukan dengan

mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu. Oleh karena

sensitifitasnya yang tinggi dan mudah pengoperasiannya, maka banyak sampel

yang bisa diuji dengan spektrofotometri ini khususnya dalam lingkungan industri

dimana konsentrasi logam dalam sampel dapat dihitung dalam part permillion

(24)

2.4.1. Instrumentasi

Komponen penting dari spektrofotometer serapan atom adalah:

a. Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan yaitu lampu katoda yang mampu

menghasilkan garis radiasi resonansi sangat tajam. Lampu ini terdiri atas anoda

dan katoda dalam suatu tabung silinder borosilikat atau kuarsa yang berisi gas

mulia, argon, atau helium pada tekanan rendah. Katoda tersebut berbentuk silinder

berongga yang permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur

yang dianalisis. Pemberian tekanan dengan potensial tinggi pada arus tertentu

antara anoda dan katoda, akan menyebabkan logam mulia, memijar sehingga

menabrak atom-atom logam katoda hingga terlempar keluar dan tereksitasi dan

memancarkan radiasi pada panjang gelombang tertentu yang sama dengan

panjang gelombang atom yang dianalisis (Khopkar, 1990).

b. Monokromator

Monokromator berfungsi untuk mengisolasi garis radiasi tertentu yang

diinginkan dari garis-garis lain yang dipancarkan oleh lampu dalam hal ini yang

sering digunakan adalah kisi difraksi karena memiliki daya pisah yang baik

(Basset, J., 1994).

c. Detektor

Detektor berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya yang tidak diserap

oleh atom dalam nyala, alat yang sering digunakan adalah Photomultiplier yang

(25)

2.4.2. Atomisasi dalam Spektrofotometri Serapan Atom

Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun tanpa nyala. Proses

atomisasi dapat diterangkan sebagai berikut: bila larutan sampel disemprotkan ke

dalam nyala maka pertama kali terjadi penguapan pelarut dan terbentuk residu

padat dalam nyala. Residu padat tersebut akan menguap dan berdisosiasi menjadi

atom-atom dalam keadaan netral kemudian sebagian atom netral akan tereksitasi

oleh energi panas dari nyala dan memancarkan energi (Basset, J., 1994).

Gambar 1. Diagram pembentukan atom dalam SSA nyala

Untuk spektroskopi nyala suatu persyaratan penting adalah bahwa nyala

yang dipakai hendaknya menghasilkan temperatur lebih dari 20000K. Persyaratan

ini hanya dapat dipenuhi dengan membakar gas bakar dalam suatu gas oksidan

(26)

nitrogen atau dengan argon. Temperatur nyala yang dapat dicapai dengan gas-gas

bakar biasa yang terbakar dalam udara dan nitrogen oksida disebutkan pada tabel

berikut.

Tabel 1. Temperatur nyala dengan pelbagai bahan bakar

Gas bakar Temperatur (

0

K) Udara Dinitrogen Oksida Asetilen 2400 3200 Hidrogen 2300 2900 Propana 2200 3000

Campuran asetilen-udara sesuai untuk penetapan sekitar tiga puluh logam,

tetapi campuran propana-udara dipilih untuk logam yang mudah diubah menjadi

keadaan uap atom. Untuk logam seperti aluminium dan titanium yang membentuk

oksida tahan api, temperatur nyala asetilen-nitogen oksida mutlak diperlukan.

Di samping menggunakan nyala, tehnik tanpa nyala sering digunakan

untuk menghasilkan atom-atom dari dalam sampel baik itu berupa metode-metode

tanpa nyala yang melibatkan penggunaan pipa ataupun batang grafit yang

dipanaskan secara listrik ataupun teknik penguapan (Basset, J., 1994).

2.5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

blangko. Batas kuantitasi merupakan parameter uji kuantitas untuk tingkat

terendah senyawa dalam matriks sampel dan diartikan sebagai kuantitas terkecil

analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria akurasi dan presisi

(WHO, 1989).

Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis

(27)

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Nilai akurasi yang tinggi

hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti

menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut

yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai

prosedur. Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil

uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau

(28)

BAB III METODOLOGI 3.1. Bahan-bahan

3.1.1. Sampel

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah ketam batu, rajungan

dan lokan yang berasal dari perairan Belawan.

3.1.2. Pereaksi

Dinatrium sulfida10% b/v, amonium hidroksida 1 N, ditizon 0,005% b/v,

kloroform, kristal kalium sianida, natrium hidroksida 1 N, asam nitrat 5N, larutan

standar timbal, cadmium, dan seng, tembaga masing-masing dengan konsentrasi

1000 mcg/ml. Semua pereaksi di atas adalah buatan E merck.

3.2. Alat-alat

Neraca listrik (Mettler AE 200), Spektrofotometer Serapan Atom

(Shimadzu AA 6300) dengan nyala udara-asetilen, tanur (Philip Harris Limited,

shenstone), lampu katoda timbal, cadmium, cuprum, lampu katoda zinc

(semuanya merek Shimadzu), alat-alat gelas, oven, hot plate, indikator universal,

dan pH meter (The phep® Family, Mautarius).

3.3. Prosedur

3.3.1. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ketam batu, rajungan dan lokan yang akan diperiksa

dilakukan dengan cara sampling purposif di mana anggota sampel ditentukan

berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan

(29)

3.3.2. Penyiapan Sampel

Sampel ketam batu, rajungan dan lokan masing-masing dicuci bagian

cangkangnya dan diambil isi bagian dalamnya. Isi bagian dalam sampel tersebut

kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender. Masing-masing sampel yang

telah halus dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah diketahui bobot

konstannya dan sampel siap untuk ditimbang.

3.3.3. pembuatan Pereaksi 3.3.3.1. Larutan HNO3 5 N

Larutan HNO3 65% sebanyak 344 ml diencerkan dengan air suling hingga

1000 ml.

3.3.3.2. Larutan Ditizon 0,005% b/v

Ditizon sebanyak 5 mg dilarutkan dalam100 ml kloform (Vogel, 1985).

3.3.3.3. Larutan Na2S P 10% b/v

Dinatrium Sulfida P sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 ml air suling

(Ditjen POM, 1995).

3.3.3.4. Larutan NH4OH 1 N

Sebanyak 1,7 g NH4OH diencerkan dengan air suling hingga 100 ml

(Ditjen POM, 1995).

3.3.3.5. Larutan NaOH 1 N

Sebanyak 4 g NaOH dilarutkan dalam 100 ml air suling bebas

(30)

3.3.4. Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang seksama lebih kurang 25 g

dalam krus porselen yang telah diketahui bobot konstannya. Sampel kemudian

dikeringkan di atas hot plate sampai mengarang, lalu dimasukkan ke dalam tanur.

Kemudian suhunya diatur yaitu 250oC dengan setiap kenaikan 50oC,

perlahan-lahan suhu dinaikkan menjadi 350oC dengan setiap kenaikan 50oC. Suhu

dinaikkan lagi menjadi 500oC dengan setiap kenaikan 75oC dan diabukan selama

16 jam. Tanur dimatikan, dibiarkan menjadi dingin selama 1 jam. Krus porselen

dikeluarkan dari dalam tanur dan dibiarkan menjadi dingin di dalam desikator.

Abu yang telah dingin dilarutkan dalam 5 ml HNO3 5 N, kemudian dikeringkan di

atas hot plate. Pada residu ditambahkan lagi 5 ml HNO3 5 N untuk melarutkan.

Residu yang telah larut dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml. Pencucian residu

diulangi dengan air suling sebanyak 3 kali masing-masing sebanyak 5 ml

kemudian disatukan dengan filtrat sebelumnya kemudian diencerkan sampai 50

ml dengan HNO3 5 N. Kemudian disaring ke dalam erlenmeyer dengan kertas

saring Whatman no.40 dengan sebelumnya 5 ml larutan sampel dibuang untuk

menjenuhkan kertas saring. Larutan ini diukur dengan spektrofotometer serapan

atom ( SNI 19-2896-1992).

3.3.5. Analisis Kualitatif

1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml sampel, ditambahkan 1 ml

larutan Na2S 10% b/v, dikocok dan diamati. Terjadi kekeruhan maka larutan

(31)

2. Dimasukkan 5 ml sampel ke dalam tabung reaksi, diatur pH 6,5 dengan

penambahan ammonium hidroksida 1 N, ditambahkan 5 ml larutan ditizon

0,005% b/v, dikocok, dibiarkan lapisan memisah dan diamati, terbentuk warna

merah muda berarti sampel mengandung Cd (Fries, 1977).

3. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml sampel, diatur pH 8,5 dengan

penambahan ammonium hidroksida 1 N, dimasukkan kristal kalium sianida,

ditambahkan 5 ml ditizon 0,005% b/v, dikocok kuat, dibiarkan lapisan memisah

maka terbentuk warna merah tua berarti mengandung Pb (Fries, 1977).

4. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml sampel, ditambahkan larutan

NaOH 1 N hingga pH netral, ditambahkan larutan ditizon 0,005% b/v, dikocok.

Terbentuk warna ungu pada lapisan kloroform berarti mengandung Zn

(Vogel,1979).

5. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml sampel, ditambahkan larutan

NaOH 1 N hingga pH netral, ditambahkan larutan ditizon 0,005% b/v, dikocok.

Terbentuk warna ungu pada lapisan kloroform berarti mengandung Cu (Fries,

1977).

3.3.6. Analisis Kuantitatif

3.3.6.1. Pembuatan Kurva kalibrasi

a. Larutan Standar Timbal

Larutan standar timbal (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

(32)

Larutan kerja logam timbal dibuat dengan memipet 0; 0,3; 0,5; 0,7; 0,9;

1,1 ml larutan baku 100 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah

10 ml HNO3 5N kemudian ditepatkan sampai tanda garis dengan air suling

(larutan kerja ini mengandung 0; 0,3; 0,5; 0,7; 0,9; 1,1 mcg/ml) dan diukur pada

panjang gelombang 283,3 nm.

b. Larutan Standar Kadmium

Larutan standar kadmium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml,

dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3

5 N, ditepatkan sampai tanda garis dengan air suling (konsentrasi 100 mcg/ml).

Larutan kerja logam kadmium dibuat dengan memipet 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8;

1 ml larutan baku 100 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah

10 ml HNO3 5 N kemudian ditepatkan sampai tanda garis dengan air suling

(larutan kerja ini mengandung 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 mcg/ml) dan diukur pada

panjang gelombang 228,8 nm.

c. Larutan Standar Seng

Larutan standar seng (1000 mcg/ml), dimasukkan ke dalam labu tentukur

100 ml, kemudian ditambahkan 10 ml HNO3 5 N, ditepatkan sampai tanda garis

dengan air suling (konsentrasi 100 mcg/ml)

Larutan kerja logam seng dibuat dengan memipet 0, 1, 2, 3, 4, 5 ml larutan

baku 100 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah 10 ml HNO3

5 N kemudian ditepatkan sampai tanda garis dengan air suling (larutan kerja ini

mengandung 0, 1, 2, 3, 4, 5 ml mcg/ml) dan diukur pada panjang gelombang

(33)

d. Larutan Standar Tembaga

Larutan kerja logam tembaga dibuat dengan memipet 0; 1; 2; 3; 4; 5 ml

larutan baku 1000 mcg/ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, ditambah 5 ml

HNO3 5 N kemudian ditepatkan sampai tanda garis dengan air suling (larutan

kerja ini mengandung 0; 20; 40; 60; 80; 100 mcg/ml) dan diukur pada panjang

gelombang 324,8 nm.

3.3.6.2. Analisis Logam Dalam Sampel

a. Logam Timbal (Pb)

Larutan sampel yang berasal dari rajungan, lokan dan ketam batu yang

telah didestruksi dan dilarutkan dalam HNO3 5N diukur absorbansinya dengan

Spektrofotometri Serapan Atom pada panjang gelombang 283,3 nm.

b. Logam Kadmium (Cd)

Seperti halnya dengan penentuan logam Pb dalam sampel, penentuan

logam Cd dalam sampel juga dapat diukur langsung dengan Spektrofotometri

Serapan Atom pada panjang gelombang 228,8 nm.

c. Logam Tembaga (Cu)

Larutan sampel yang telah didestruksi dan dilarutkan dalam HNO3 5 N,

untuk rajungan dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25

ml, sedangkan untuk lokan dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu

tentukur 50 ml, kemudian diukur absorbansinya dengan Spektrofotometri Serapan

(34)

d. Logam Seng (Zn)

Larutan sampel yang telah didestruksi dan dilarutkan dalam HNO3 5 N,

dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian diukur

absorbansinya dengan Spektrofotomteri Serapan Atom pada panjang gelombang

213,9 nm.

3.3.6.3. Analisis Data Secara Statistik

Kadar timbal, kadmium, tembaga dan seng pada rajungan, ketam batu, dan

lokan dapat dianalisis secara statistik dengan metode standar deviasi. Kadar

sebenarnya dari hasil percobaan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

1 )

( 2

− −

=

n X X SD

Keterangan : SD = Standar Deviasi

Xi = Kadar rata-rata sampel

X = Kadar Sampel

n = Jumlah perlakuan

Dengan dasar penolakan data : thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD

X t

/ X − =

tabel

Untuk mencari data sebenarnya dengan taraf kepercayaan 99% dengan nilai α =

0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

µ = X ± t(1-1/2α)dk x SD/ n

Keterangan : µ = Interval kepercayaan kadar sampel

X = Kadar rata-rata sampel

(35)

SD = Standar Deviasi

dk = Derajat Kebebasan

n = Jumlah perlakuan

3.3.6.4. Penentuan Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi

Limit deteksi adalah hasil bagi tiga kali simpangan baku blangko dengan

slope. Limit kuantitasi adalah hasil bagi sepuluh kali simpangan baku blangko

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam abu sampel dilakukan

dengan penambahan larutan Na2S 10% b/v. Pemeriksaan secara kualitatif ini

untuk mendukung analisis kuantitatif logam dengan Spektrofotometri Serapan

Atom. Keempat logam ini akan bereaksi dengan Na2S membentuk kekeruhan.

Hasil reaksi kualitatif dengan pereaksi Na2

No.

S 10% b/v dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam sampel

dengan Perekasi Dinatrium Sulfida P 10% b/v. Logam yang

dianalisis

Kode Sampel

Reaksi dengan larutan Na2S 10% b/v

1.

2.

3.

4.

Pb

Cd

Cu

Zn

A B C A B C A B C A B C

+ + + + + + + + + + + + Keterangan: + = Mengandung logam

A = Rajungan B = Ketam batu C = Lokan

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel mengandung logam, tetapi

analisis dengan menggunakan Na2S ini tidak dapat membedakan keempat jenis

[image:36.595.108.518.387.594.2]
(37)

kualitatif dengan pereaksi ditizon 0,005% b/v. Hasil reaksinya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 3. Hasil analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, Zn dalam sampel dengan

menggunakan Pereaksi Ditizon 0,005%. NO. Logam yang

dianalisis

Kode Sampel pH Sampel Reaksi dengan larutan ditizon 0,005% Hasil Reaksi 1. 2. 3. 4. Pb Cd Cu Zn A B C A B C A B C A B C 8,5 8,5 8,5 6,5 6,5 6,5 3,5 3,5 3,5 7 7 7 Merah tua Merah tua Merah tua Merah muda Merah muda Merah muda Ungu Ungu Ungu Merah Merah Merah + + + + + + + + + + + +

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel mengandung logam dan

keempat jenis logam dapat dibedakan. Reaksi dengan ditizon 0,005% ini dapat

membedakan logam Pb, Cd, Cu, dan Zn karena warna yang dihasilkan berbeda, di

mana pada tiap pH hanya positif untuk satu logam saja, sedangkan logam yang

lain tidak bereaksi dengan ditizon. Warna yang terbentuk adalah karena

terbentuknya kompleks logam-ditizonat (Muchlisyam, 1998).

4.2. Analisis Kuantitatif 4.2.1. Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi logam Pb, Cd, Cu dan Zn, diperoleh dengan cara

mengukur absorbansi dari larutan standar masing-masing logam tersebut. Dari

pengukuran kurva kalibrasi untuk Pb, Cd, Cu, dan Zn, diperoleh persamaan garis

[image:37.595.111.517.197.407.2]
(38)

0,0056x + 0,0003 untuk Cu, dan y = 0,1069x + 0,0026 untuk Zn. Gambar kurva

kalibrasi larutan standar Pb, Cd Cu, Zn dapat dilihat pada gambar 2, 3, 4, dan 5.

0 0.002 0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

konsentrasi (m cg/m l)

a

b

s

o

rb

a

n

s

[image:38.595.150.476.171.368.2]

i

Gambar 2. Kurva kalibrasi Pb

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

konsentrasi (mcg/ml)

a

b

s

o

rb

a

n

s

[image:38.595.148.477.407.624.2]

i

(39)

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 20 40 60 80 100 120

konsentrasi (m cg/m l)

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

[image:39.595.145.486.115.341.2]

Gambar 4. Kurva kalibrasi Cu

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 20 40 60 80 100 120

konsentrasi (m cg/m l)

a

b

s

o

rb

a

n

s

i

Gambar 5. Kurva kalibrasi Zn

Berdasarkan gambar diatas diperoleh hubungan yang linier antara

konsentrasi dengan serapan dengan nilai koefisien korelasi (r) untuk Pb sebesar

(40)

4.2.2. Penentuan Kandungan Pb, Cd, Cu, dan Zn Pada Sampel

Kadar rata-rata logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam sampel dapat dilihat pada

[image:40.595.109.520.222.342.2]

tabel di bawah ini:

Tabel 4. Kadar rata-rata logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam Sampel

Kode Sampel Kadar rata-rata (mcg/ml)

Pb Cd Cu Zn

A 1,6906 0,6043 355,0327 30,1537

B 1,4348 0,5585 117,5799 29,9218

C 0,8125 1,0285 418,8532 32,6710

Keterangan: A = Rajungan B = Ketam batu

C = Lokan

Persyaratan kadar logam maksimum pada rajungan, ketam batu, dan lokan

tidak ada dalam SNI, sehingga digunakan persyaratan kadar logam berat Pb, Cd,

Cu, dan Zn dalam produk ikan dan hasil olahannya. Menurut SNI 01-3518-1994

kadar logam berat Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam produk ikan dan hasil olahannya

masing-masing adalah 2 mcg/g, 0,2 mcg/g, 20 mcg/g, 100 mcg/g. Berdasarkan

analisis yang diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi larutan sampel yang

dapat dilihat pada lampiran 2, 3, dan 4 dapat dilihat bahwa kadar logam berat Pb

dan Zn yang terdapat dalam daging rajungan, ketam batu, dan lokan masih berada

di bawah batas maksimum yang ditetapkan oleh SNI 01-3518-1994. Sebaliknya

kadar Cd dan Cu berada di atas batas maksimum yang ditetapkan oleh SNI

01-3518-1994. Hal ini disebabkan karena pembuangan limbah dari puluhan industri

yang terletak di sekitar Sungai Belawan dan Deli. Jenis-jenis industri ini banyak

memproduksi baterai kering dan produk-produk lain yang banyak mengandung

(41)

4.3. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Dalam penelitian ini juga dilakukan penentuan batas deteksi (LOD) dan

batas kuantitasi (LOQ). Dari hasil penelitian diperoleh LOD untuk timbal,

tembaga, seng, dan kadmium masing-masing sebesar 0,0258 mcg/ml; 1,8602

mcg/ml; 0,14356 mcg/ml; dan 0,03809 mcg/ml dan LOQ untuk timbal, tembaga,

seng, dan kadmium masing-masing sebesar 0,0860 mcg/ml; 6,2007 mcg/ml;

0,4785 mcg/ml, dan 0,1270 mcg/ml. Perhitungan LOD dan LOQ untuk timbal,

tembaga, seng, dan cadmium masing-masing terlampir pada lampiran 20, 21, 22,

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan kandungan logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam

sampel rajungan, ketam batu, dan lokan yang diambil dari perairan laut Belawan

dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom menunjukkan bahwa semua

sampel telah tercemar logam berat Pb, Cd, Cu dan Zn.

Kandungan logam berat Pb dan Zn yang diperoleh dari sampel rajungan,

ketam batu, dan lokan yang diperiksa, ternyata belum melewati batas maksimum

yang diizinkan oleh SNI 01-3518-1994. Sedangkan kandungan logam Cd dan Cu

melebihi batas yang diizinkan oleh SNI 01-3518-1994.

5.2. Saran

- Disarankan agar peneliti selanjutnya dapat memeriksa kadar logam berat lain

seperti Hg, As, dan Cr pada rajungan, ketam batu, lokan, dan hewan laut

lainnya yang banyak dikonsumsi masyarakat.

- Dengan tercemarnya rajungan, ketam batu , dan lokan oleh logam berat Pb, Cd,

Cu dan Zn maka disarankan agar Pemerintah Daerah melakukan pengawasan

yang lebih ketat terhadap pembuangan limbah yang dilakukan oleh industri yang

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R., (1987). Sample Pretreatment and Separation. Chicester: John Wiley and Sons. p. 25

Anonim (2002) Air Sungai Belawan Bahaya Dikonsumsi

http: //www. kompas. com

Anonim (2007) Kadmium

Anonim (2007) Rajungan

Anonim (2007) Ketam Batu

Anonim (2007) Lokan

Anonim (2007) Bahaya Cemaran Logam

Badan Standarisasi Nasional. (1992). Cara Uji Cemaran Logam. SNI 19-2896-1992. hal. 1-11

Basset, J., et. al. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi keempat. Jakarta. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Hal 456

Bender, G.T. (1987). Principle of Chemical Instrument. Philadelphia: W. B. Sauders Company: p. 67

Darmono. (1995). Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan I.Jakarta: Universitas Indonesia. hal. VII, 8, 21-23, 37

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Cetakan I. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 145

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi ke III, Departemen Kesehatan

RI. Jakarta. Hal. 643, 712, 716

(44)

Harmita. (2001). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode & Cara perhitungannya.

Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design and

Application. Volume 5. New York. Elsevier Science Publishing Company

INC. P. 201

Juwana Sri, Romimoharto Kasijan. (2000). Rajungan : Perikanan, Cara Budidaya

dan Menu Masakan. Djambatan. Jakarta

Kasry, Adnan, Ir. D. (1996). Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Cetakan II. Jakarta. Bharatara. Hal. 5

Khopkar, S. M. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 274

Muchlisyam. (1998). Analisis Pencemaran Logam Cu, Cd, Pb, dan Hg Di Dalam

Ikan Asin Kepala Batu (Psudoceina Amoyensis) Produksi Nelayan Di Daerah Pesisir Belawan Propinsi Sumatera Utara. Media Farmasi “An Indonesian Pharmaceutical Journal” 6:30, 33

Palar, H., (1994). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 64-65

PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I. (2004). Pemantauan Lingkungan Pelabuhan

Belawan. Laboratorium Lingkungan BAPEDALDA Propinsi Sumatera

Utara. Medan. Hal. 4, 6-8, 153-155, 157

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsite. Hal.168, 368-369

Surat Keputusan Ditjen POM No.03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam makanan, hal. 352

World Health Organization. (1989). The Validation of Analytical Procedures Used In The Examination of Pharmaceutical Materials. p.1-2

(45)

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Pb, Cd, Cu dan

Zn.

1. Larutan Standar Pb No Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi 1 2 3 4 5 6 0 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 0.0001 0.0039 0.0065 0.0091 0.0119 0.0143

2. Larutan Standar Cd No Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi 1 2 3 4 5 6 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 0.0001 0.0725 0.1458 0.2278 0.2895 0.3629

3. Larutan Standar Cu

No

Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi

1 2 3 4 5 6 0 20 40 60 80 100 0.0001 0.1144 0.2236 0.3298 0.4473 0.5601

4. Larutan Standar Zn

No

Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi

(46)

Lampiran 2. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Rajungan

1. Hasil Analisis Logam Pb No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0149 25.0067 25.0213 25.0323 25.0272 25.0474 0.0108 0.0106 0.0109 0.0112 0.0114 0.0111 0.8308 0.8154 0.8385 0.8615 0.8769 0.8538 1.6606 1.6304 1.6756 1.7208 1.7519 1.7044

2. Hasil Analisis Logam Cd

No

Berat sampel

(g) Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0149 25.0067 25.0213 25.0323 25.0272 25.0474 0.1108 0.1228 0.1081 0.1208 0.1023 0.1027 0.3012 0.3342 0.2938 0.3287 0.2778 0.2789 0.6020 0.6682 0.5871 0.6566 0.5550 0.5567

3. Hasil Analisis Logam Cu No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0149 25.0067 25.0213 25.0323 25.0272 25.0474 0.3996 0.3984 0.3981 0.3994 0.3976 0.3969 71.3036 71.0893 71.0357 71.2679 70.9464 70.8214 356.3056 355.3513 354.8761 355.8797 354.3465 353.4369

4. Hasil Analisis Logam Zn No Berat sampel

(g)

(47)

Lampiran 3. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Ketam Batu

1. Hasil Analisis Logam Pb No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0320 25.0170 25.0313 25.0213 25.0038 25.0048 0.0085 0.0102 0.0093 0.0099 0.0094 0.0087 0.6538 0.7846 0.7154 0.7615 0.7231 0.6692 1.3059 1.5681 1.4290 1.5217 1.4460 1.3381

2. Hasil Analisis Logam Cd

No Berat sampel (g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0320 25.0170 25.0313 25.0213 25.0038 25.0048 0.1026 0.1031 0.1044 0.1023 0.1021 0.1029 0.2786 0.2800 0.2836 0.2778 0.2773 0.2795 0.5565 0.5596 0.5665 0.5551 0.5545 0.5589

3. Hasil Analisis Logam Cu No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0320 25.0170 25.0313 25.0213 25.0038 25.0048 0.3296 0.3305 0.3294 0.3298 0.3319 0.3274 58.8036 58.9643 58.7679 58.8393 59.2143 58.4107 117.4569 117.8485 117.3888 117.5754 118.4106 116.7990

4. Hasil Analisis Logam Zn No Berat sampel

(g)

(48)

Lampiran 4. Hasil Analisis Logam Pb, Cd, Cu dan Zn Dalam Lokan

1. Hasil Analisis Logam Pb No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0046 25.0082 25.0122 25.0152 25.0082 25.0147 0.0055 0.0053 0.0049 0.0054 0.0047 0.0059 0.4231 0.4077 0.3769 0.4154 0.3615 0.4538 0.8460 0.8151 0.7534 0.8303 0.7228 0.9071

2. Hasil Analisis Logam Cd

No

Berat sampel

(g) Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0046 25.0082 25.0122 25.0152 25.0082 25.0147 0.2025 0.1925 0.1654 0.1964 0.1851 0.1884 0.5532 0.5257 0.4512 0.5364 0.5054 0.5144 1.1062 1.0511 0.9020 1.0721 1.0105 1.0282

3. Hasil Analisis Logam Cu No Berat sampel

(g)

Absorbansi Konsentrasi ( mcg/ml) kadar (mcg/g) 1 2 3 4 5 6 25.0046 25.0082 25.0122 25.0152 25.0082 25.0147 0.2347 0.2358 0.2367 0.2336 0.2344 0.2351 41.8571 42.0536 42.2143 41.6607 41.8036 41.9286 418.4940 420.3981 421.9371 416.3539 417.8989 418.0369

4. Hasil Analisis Logam Zn No Berat sampel

(g)

(49)

Lampiran 5. Perhitungan Kadar Logam dalam Sampel

Contoh pada timbal

Persamaan regresi yang diperoleh : 0,0130x + 0,0000

Maka:

Konsentrasi 1 = 0,8308

0130 , 0 0000 , 0 0108 , 0 = −

Konsentrasi 2 = 0,8154

0130 , 0 0000 , 0 0106 , 0 = −

Konsentrasi 3 = 0,8385

0130 , 0 0000 , 0 0109 , 0 = −

Konsentrasi 4 = 0,8615

0130 , 0 0000 , 0 0112 , 0 = −

Konsentrasi 5 = 0,8769

0130 , 0 0000 , 0 0114 , 0 = −

Konsentrasi 6 = 0,8538

0130 , 0 0000 , 0 0111 , 0 = −

Dengan menggunakan rumus:

Kadar (mcg/g) =

W CxVxFp

=

Keterangan : C = Konsentrasi larutan sampel (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

(50)

Maka:

Kadar 1 = (0,8308 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,0149 g = 1,6606 mcg/g

Kadar 2 = (0,8154 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,0067 g = 1,6304 mcg/g

Kadar 3 = (0,8385 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,021 g = 1,6756 mcg/g

Kadar 4 = (0,8615 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,0323 g = 1,7208 mcg/g

Kadar 5 = (0,8769 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,0272 g = 1,7519 mcg/g

Kadar 6 = (0,8538 mcg/ml x 50 ml x 1)/25,0474 g = 1,7044 mcg/g

Catatan : Untuk cadmium tidak mengalami pengenceran

Untuk tembaga mengalami pengenceran sebanyak 2,5 kali (rajungan)

dan 5 kali (lokan)

(51)

Lampiran 6. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Rajungan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 1.6606 - 0.03 0.0009

2. 1.6304 -0.0602 0.00362404

3. 1.6756 -0.015 0.000225

4. 1.7208 0.0302 0.00091204

5. 1.7519 -0.0613 0.00375769

6. 1.7044 0.0138 0.00019044

X = 1.6906 ∑ = 0.00960921

0438 , 0 1 6 0.00960921 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 4 = 1,69

0179 . 0 0302 . 0 6 / 0438 . 0 7208 . 1 6906 . 1 = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 1,6906± 4,03 x 0,0438 / 6

= 1,6906 ± 0,0721

(52)

Lampiran 7. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Ketam Batu No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 1.3059 -0.1289 0.01661521

2. 1.5681 0.1333 0.01776889

3. 1.4290 -0.0058 0.00003364

4. 1.5217 0.0869 0.00755161

5. 1.4460 0.0112 0.00012544

6. 1.3381 -0.0967 0.00935089

X = 1.4348 ∑ = 0.05144568

1014 , 0 1 6 0.05144568 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 1 = 3,11

0414 , 0 1289 , 0 6 1014 , 0 3059 , 1 4348 , 1 = = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 1,4348 ± 4,03 x 0,1014/ 6

= 1,4348 ± 1,0010

= 0,4338 ≤ X ≤ 2,4358 mcg/g

(53)

Lampiran 8. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Timbal pada Lokan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 0.8460 0.0335 0.00112225

2. 0.8151 0.0026 0.00000646

3. 0.7534 -0.0591 0.00349281

4. 0.8303 0.0178 0.00031684

5. 0.7228 -0.0897 0.00804609

6. 0.9071 0.0946 0.00894916

X = 0.8125 ∑ =0.02081166

0645 , 0 1 6 02081166 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 6 = 3,60

0263 , 0 0946 , 0 6 / 0645 , 0 9071 , 0 8125 , 0 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 0,8125 ± 4,03 x 0,0645/ 6

= 0,8125 ± 0,1061

(54)

Lampiran 9. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Rajungan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 0.6020 -0.0023 0.00000529

2. 0.6682 0.0639 0.00408321

3. 0.5871 -0.0172 0.00029584

4. 0.6566 0.0523 0.00273529

5. 0.5550 -0.0493 0.00243049

6. 0.5567 -0.0476 0.00226576

X= 0.6043 ∑ = 0.01181528

0486 , 0 1 6 01181528 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 2 = 3,23

0198 , 0 0639 , 0 6 / 0486 , 0 6682 , 0 6043 , 0 − = = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 0,6043 + 4,03 x 0,0486/ 6

= 0,6043 + 0,0800

(55)

Lampiran 10. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Ketam Batu 0044 , 0 1 6 00009693 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 3 = 4,44

0018 , 0 008 , 0 6 / 0044 , 0 5665 , 0 5585 , 0 − = − = −

karena thitung ≤ - ttabel

No.

maka data ditolak, sehingga dilakukan pengujian selanjutnya

terhadap lima data yang dianggap tidak menyimpang.

X Xi – X (Xi – X )2

1. 0.5565 -0.0004 0.00000016

2. 0.5596 0.0027 0.00000729

3. 0.5551 -0.0018 0.00000324

4. 0.5545 -0.0024 0.00000576

5. 0.5589 -0.002 0.000004

0.5569 ∑ = 0.00007229

0038 , 0 1 5 0.00007229 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 0.5565 -0.002 0.000004

2. 0.5596 0.0011 0.0000121

3. 0.5665 0.008 0.000064

4. 0.5551 -0.0034 0.00001156

5. 0.5545 -0.004 0.000016

6. 0.5589 -0.0004 0.000000016

(56)

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 5, dk = 4, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,60

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD

X t

/ X − =

tabel

t hitung 2 = 1,59

0017 , 0

0027 , 0

5 / 0038 , 0

5596 , 0 5569 , 0

− = −

= −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 0,5569 ± 4,60 x 0,0038 / 5

= 0,5569 ± 0,0078

= 0,5491 ≤ X ≤ 0,5647 mcg/g

(57)

Lampiran 11. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Cadmium pada Lokan 0785 , 0 1 6 03081264 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 1 = 2,43

0320 , 0 0777 , 0 6 / 0785 , 0 1062 , 1 0285 , 1 − = − = −

karena thitung≥-ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 1,0285± 4,03 x 0,0785/ 6

= 1,0285 ± 0,1292

= 0,8993 ≤ X ≤ 1,1577 mcg/g

No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 1.1062 0.0777 0.00603729

2. 1.0511 0.0226 0.00051076

3. 0.9020 -0.1265 0.01600225

4. 1.0721 0.0436 0.00190096

5. 1.0105 -0.018 0.000324

6. 1.0282 -0.0003 0.00000009

(58)

Lampiran 12. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga pada Rajungan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 356.3056 1.2729 1.62027441

2. 355.3513 0.3186 0.10150596

3. 354.8761 -0.1566 0.02452356

4. 355.8797 0.847 0.717409

5. 354.3465 -0.6862 0.47087044

6. 353.4369 -1.5958 0.54657764

X = 355.0327 ∑ = 5.4811601

047 . 1 1 6 5.48116101 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 1 = 2,98

4274 . 0 2729 , 1 6 / 047 , 1 3056 , 356 0327 , 355 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 355,0327± 4,03 x 1,047 / 6

= 355,0327± 1,7226

(59)

Lampiran 13. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga pada Ketam Batu No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 117.4569 -0.123 0.015129

2. 117.8485 0.2686 0.07214596

3. 117.3888 -0.1911 0.03651921

4. 117.5754 -0.0045 0.00002025

5. 118.4106 0.8307 0.69006249

6. 116.7990 -0.7809 0.60980481

X = 117.5799 ∑ = 1.42368172

5336 , 0 1 6 1.42368172 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 5 = 3,81

2178 , 0 8307 , 0 6 5336 , 0 4106 , 118 5799 , 117 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 117,5799± 4,03 x 0,5336/ 6

= 117,5799 ± 0,8779

= 353,3101 ≤ X ≤ 356,7553 mcg/g

(60)

Lampiran 14. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Tembaga pada Lokan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 418.4940 -0.3592 0.12902464

2. 420.3981 1.5449 2.38671601

3. 421.9371 3.0839 9.51043921

4. 416.3539 -2.4993 6.24650049

5. 417.8989 -0.9543 0.91068849

6. 418.0369 -0.8163 0.66634569

X = 418.8532

=19.84971453 9925 . 1 1 6 84971453 . 19 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

[image:60.595.107.403.140.341.2]

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 3 = 3.79

8134 , 0 0839 , 3 6 / 9925 , 1 9371 , 421 8532 , 418 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 418,8532 ± 4,03 x 1,9925/ 6

= 418,8532 ± 3,2781

(61)

Lampiran 15. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Rajungan No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 30.4119 0.2582 0.06666724

2. 30.6088 0.4551 0.20711601

3. 29.5628 -0.5909 0.34916281

4. 30.2879 0.1342 0.01800964

5. 30.4529 0.2992 0.08952064

6. 29.1537 -0.5558 0.30891364

X= 0.6043 ∑ = 1.03938998

4559 , 0 1 6 03938998 , 1 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 2 = 2,45

1861 , 0 4551 , 0 6 / 4559 , 0 6088 , 30 1537 , 30 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 30,1537 + 4,03 x 0,7501/ 6

= 30,1537+ 07501

(62)

Lampiran 16. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Ketam Batu 1312 , 0 1 6 0860296 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 3 = 2,85

0536 , 0 1525 6 / 1312 , 0 0743 , 30 9218 , 29 − = − = −

karena thitung ≥ -ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 29,9218 + 4,03 x 0,1312/ 6

= 29,9218+ 0,2159

= 29,7059 ≤ X ≤ 30,1377 mcg/g

No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 29.9427 0.0209 0.00043681

2. 29.9326 0.0108 0.00011664

3. 30.0743 0.1525 0.02325625

4. 29.9465 0.0247 0.00061009

5. 29.9584 0.0366 0.00133956

6. 29.6763 0.2455 0.06027025

(63)

Lampiran 17. Perhitungan Statistik Penetapan Kadar Seng pada Lokan 1113 , 0 1 6 06188935 , 0 1 ) ( 2 = − = − − =

n X X SD

Jika taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01; n = 6, dk = 5, dari daftar tabel

[image:63.595.108.407.136.337.2]

distribusi t diperoleh nilai ttabel = 4,03

Hipotesa ditolak jika thitung ≥ ttabel atau thitung ≤ - t

n SD X t / X − = tabel

t hitung 6 = 2,56

0454 , 0 1164 , 0 6 / 1113 , 0 7874 , 32 6710 , 32 − = − = −

karena thitung≥-ttabel

X

maka data diterima

maka kadar sebenarnya terletak antara:

µ = ± t (1-1/2α)dk x SD/ n

= 32,6710± 4,03 x 0,1113/ 6

= 32,6710 ± 0,1831

= 32,4879 ≤ X ≤ 32,8541 mcg/g

No. Kadar (mcg/g)

(X) Xi – X (Xi – X )

2

1. 32.6320 -0.039 0.001521

2. 32.4773 -0.1937 0.03751969

3. 32.7250 0.054 0.002916

4. 32.6551 -0.0159 0.00025281

5. 32.7493 0.0783 0.00613089

6. 32.7874 0.1164 0.01354896

(64)

Lampiran 18. Perhitungan Garis Regresi

Contoh pada Timbal (Pb)

No. Konsentrasi (X)

Absorbansi

(Y) X Y

2

XY 2

1. 0 0.0001 0 0.00000001 0 2. 0.3 0.0039 0.09 0.00001521 0.00117 3. 0.5 0.0065 0.25 0.00004225 0.00325 4. 0.7 0.0091 0.49 0.00008281 0.00637 5. 0.9 0.0119 0.81 0.00014161 0.01071 6. 1.1 0.0143 1.21 0.00020449 0.01573

∑ 3.5 0.0458 2.85 0.00048638 0.03723

a = 0,0130

6 / 25 , 12 85 , 2 6 / 0458 , 0 5 , 3 03723 , 0 /

Gambar

Gambar 1. Diagram pembentukan atom dalam SSA nyala
Tabel 1. Temperatur nyala dengan pelbagai bahan bakar Temperatur (0K)
Tabel 2.dengan Perekasi Dinatrium Sulfida P 10% b/v. No.  Hasil Analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam sampel Logam yang Kode Reaksi dengan larutan NaS 10% b/v
Tabel 3. Hasil analisis Kualitatif Logam Pb, Cd, Cu, Zn dalam sampel dengan menggunakan Pereaksi Ditizon 0,005%
+6

Referensi

Dokumen terkait