LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490
–
STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
CLAUDIA TUMIWA
07 0406 038
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
F A K U L T A S T E K N I K
U N I VE R S I T A S S U M A T E R A U T A R A
LAPORAN PERANCANGAN
TGA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010/2011
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
CLAUDIA TUMIWA
07 0406 038
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
Oleh :
CLAUDIA TUMIWA07 0406 038
Medan, 22 Juni 2011
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Amy Marisa, S.T.,M.SC Imam Faisal Pane, ST, MT.
NIP : 19800104200312200 NIP : 197408102002121001
Ketua Departemen Arsitektur
Ir.N.Vinky Rahman, MT
Nama : Claudia Tumiwa Nim : 070406038
Judul Proyek Akhir : Medan Culinary Center Tema Proyek Akhir : Arsitektur Rekreatif Rekapitulasi Nilai :
Nilai A B B+ C C+ D E
Dengan ini mahasiswa bersangkutan dinyatakan :
Waktu Paraf Paraf
Koordinator TGA-490 No Status Pengumpulan
laporan
Medan, 22 Juni 2011
Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490
Ir.N.Vinky Rahman, MT Ir.N.Vinky Rahman, MT
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tersusun tepat pada waktunya. Laporan ini berisikan penjelasan mengenai proyek Tugas Akhir dari penulis yang
berjudul “ Medan Culinary Center “. Pada tahapan ini terdapat latar belakang , deskripsi
proyek , elaborasi tema , analisa dan konsep dari perancangan bangunan “ Medan Culinary Center “ ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu Amy Marisa, S.T.,M.Sc selaku dosen pembimbing I atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi , dan masukan-masukan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT. selaku dosen pembimbing II atas kesabaran dan perhatiannya dalam proses asistensi , masukan-masukan dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis.
Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA dan Bapak Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T. selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan-kritikan dan masukan-masukan yang berguna dalam pengembangan rancangan bangunan ini
Orang tua saya tercinta, ayahanda Djuharwan Tumiwa dan ibunda Tan Kim Yin atas segala doa, support, kesabaran dan segala pengorbanan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Adik-adik saya, Lorenzo Tumiwa dan Ronaldo Tumiwa yang telah memberikan motivasi serta dukungan.
Semua teman - teman stambuk 2007, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama CCB yang terkasih dan tersayang, Catherine, Jessica, Shelly, yang merupakan teman seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan motivasi setiap saat, Yohana, Anggrelany Wiryo, Julaiha, Agus Mustika, Hendra, dan Wilcen.
sidang, Shella Leovisa, Cut Nadia, Erwin Muntazar, Bane Doli, Firmansyah Novandi, Eli Akim, dan Yayat. atas dukungan, pendapat, waktu, dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
Alumni-alumni Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, terutama Firman (’04), Sugiono (’05), Iva (’05), Suwanti (’06), Putrisia (’06), Dian (’06),
Ivana (’06), Vera (’06), Berlianto (’06), dan adik-adik stambuk ’08, atas dukungan, pendapat, waktu, dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
Penulis percaya laporan yang disusun masih jauh dari sempurna, namun inilah hasil yang telah di rangkum untuk laporan penulis, berisi berbagai pembahasan yang diperlukan untuk rancangan bangunan yang akan dibuat. Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan informasi dan gambaran yang cukup jelas mengenai proyek dan tema yang dipilih. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini berguna bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, 22 Juni 2011
iii
I.3. Masalah perancangan ... 3
I.4. Pendekatan masalah perancangan ... 3
I.5. Lingkup/ batasan masalah ... 3
I.6. Asumsi-asumsi ... 4
I.7. Kerangka berpikir ... 5
I.8. Sistematika penulisan laporan ... 6
BAB II. DESKRIPSI PROYEK II.1. Judul dan pengertian judul ... 7
II.3.2. Kriteria pemilihan lokasi ... 35
II.3.3. Lokasi site ... 37
II.3.4. Analisa Pemilihan Lokasi ... 39
II.4. Studi kelayakan ... 40
II.5. Tinjauan fungsi ... 45
II.5.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 45
II.5.2. Deskripsi kebutuhan ruang ... 45
II.6. Studi banding proyek sejenis ... 50
II.6.1. Whole Food Market ... 50
II.6.2. Mercat Santa Caterina ... 51
II.6.3. Wegmans Food Market ... 51
II.6.4. Restoran batik ... 52
II.6.5. South Betty ... 53
II.6.6. Kiyadon Japanese Restaurant ... 53
II.6.7. Samwon House ... 55
II.6.8. Queen’s Tandoor ... 56
II.6.9. Resto Middle Ages ... 56
II.6.10. Tristar Linary Institue Surabaya ... 57
BAB III. ELABORASI TEMA III.1. Pengertian ... 59
III.2. Tujuan rerkreasi ... 60
III.3. Jenis-jenis rekreasi ... 60
III.4. Interpretasi tema ... 64
III.5. Lingkup kajian tema ... 70
III.6. Keterkaitan tema dengan judul ... 70
III.7. Studi banding tema sejenis ... 71
III.7.1. Merdeka Walk ... 71
III.7.2. Cihampelas Walk ... 72
III.7.3. Canal Walk Food Court ... 73
BAB IV. ANALISA IV.1. Analisa tapak ... 74
IV.1.1. Analisa lokasi dan posisi site terhadap kota-kawasan lingkungan 74 IV.1.2. Deskripsi kondisi Eksisting Lokasi Sebagai Tapak Rancangan 75 IV.2. Analisa tata guna lahan ... 77
IV.3. Analisa skyline ... 79
IV.4. Analisa sirkulasi kendaraan ... 80
IV.5. Analisa sirkulasi pejalan kaki ... 81
IV.6. Analisa pencapaian ... 82
v
IV.7. Analisa view ... 84
IV.7.1. View ke luar site ... 84
IV.7.2. View ke dalam site ... 85
IV.8. Analisa kebisingan ... 86
IV.9. Analisa matahari, angin, dan vegetasi ... 87
IV.10. Analisa prasarana ... 88
IV.11. Analisa kegiatan ... 90
IV.12. Analisa fungsional ... 96
IV.12.1. Analisa jumlah pengunjung dan jumlah parkir ... 96
IV.12.2. Analisa besaran ruang ... 99
IV.12.3. Program ruang ... 104
BAB V. KONSEP PERANCANGAN ... 114
BAB VI. GAMBAR PERANCANGAN ... 129
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pedoman meja bundar ... 21
Gambar 2.2. Pedoman meja empat sisi ... 22
Gambar 2.3. Meja dan kursi restoran informal ... 22
Gambar 2.4. Tata letak meja dan kursi ... 23
Gambar 2.5. Ukuran dan tata letak meja ... 23
Gambar 2.6. Bar stool dan Bar counter ... 24
Gambar 2.7. Lantai tinggi rendah pada bar ... 24
Gambar 2.8. Ukuran jalan pelayanan dan pengunjung ... 25
Gambar 2.9. Standar tinggi rak gudang ... 26
Gambar 2.10. Standar jarak rak penyimpanan ... 26
Gambar 2.11. Meja bundar dengan tata letak diagonal ... 26
Gambar 2.12. Meja panjang ... 27
Gambar 2.13. Meja kotak dengan tata letak simetris ... 27
Gambar 2.14. Meja kotak dengan tata letak diagonal ... 28
Gambar 2.15. Meja panjang dengan tata letak U-shape tipe A ... 28
Gambar 2.16. Meja bundar berdiameter 1550 mm ... 28
Gambar 2.17. Meja empat sisi ... 29
Gambar 2.18. Lokasi usulan proyek ... 34
Gambar 2.19. Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan ... 37
Gambar 2.20. Alternatif site 1 ... 37
Gambar 2.21. Alternatif site 2 ... 38
Gambar 2.22. Alternatif site 3 ... 38
Gambar 2.23. Eksterior bangunan Whole Foods Market ... 50
Gambar 2.24. Denah Whole Food Market ... 50
Gambar 2.25. Eksterior bangunan Mercat Santa Caterina ... 51
Gambar 2.26. View dari balkon restoran di lantai 2 ... 51
Gambar 2.27. Eksterior Wegmans Food Market di Maryland ... 52
Gambar 2.28. Interior lantai 1 Wegmans Food Market ... 52
Gambar 2.29. Bagian penjualan buah-buahan ... 52
vii
Gambar 2.31. Suasana Restoran South Betty ... 53
Gambar 2.32. Suasana Kiyadon Japanese Restaurant ... 54
Gambar 2.33. Interior Kiyadon Japanese Restaurant ... 54
Gambar 2.34. Interior Samwon House ... 55
Gambar 2.35. Queen's Tandoor ... 56
Gambar 2.36. Interior Resto Middle Ages ... 57
Gambar 2.37. Suasana kursus membuat kue di Tristar Culinary Institue Surabaya ... 58
Gambar 2.38. Eksterior Tristar Culinary Institute Surabaya ... 58
Gambar 2.39. ruang kelas bakery dan pastry ... 58
Gambar 3.1. Merdeka Walk ... 71
Gambar 3.2. Gate di tepian jalan sisi Timur sebagai landmark ... 72
Gambar 3.3. Salah satu bangunan mall di CiWalk ... 73
Gambar 3.4. Interior Canal Walk Food Court ... 73
Gambar 4.1. Peta Lokasi Site ... 74
Gambar 4.2. Batas-Batas Site ... 76
Gambar 4.3. Tata Guna Lahan ... 77
Gambar 4.4. Analisa Tata Guna Lahan ... 78
Gambar 4.5. Analisa Skyline ... 79
Gambar 4.6. Skyline pada titik A ... 79
Gambar 4.7. Skyline pada titik B ... 79
Gambar 4.8. Analisa Sirkulasi Kendaraan ... 80
Gambar 4.9. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki ... 81
Gambar 4.10. Analisa Pencapaian ... 82
Gambar 4.11. Analisa View ke Luar Site ... 84
Gambar 4.12. Analisa View ke dalam Site ... 85
Gambar 4.13. Analisa Kebisingan ... 86
Gambar 4.12. Analisa Matahari, Angin, dan Vegetasi ... 87
Gambar 4.13. Prasarana di sekitar lokasi proyek ... 90
Gambar 5.1. Konsep site plan ... 117
Gambar 5.2. Konsep perancangan massa berdasarkan tema rekreatif ... 118
Gambar 5.3. Sketsa ide dari bentuk dasar ... 118
Gambar 6.1. Site Plan ... 125
Gambar 6.2. Lower Ground Floor ... 126
Gambar 6.3. Ground Floor ... 127
Gambar 6.4. Denah Basement ... 128
Gambar 6.5. Denah Ground ... 129
Gambar 6.6. Denah Lt.2 ... 130
Gambar 6.7. Denah Lt.3 ... 131
Gambar 6.8. Denah Lt.4 ... 132
Gambar 6.9. Tampak Depan dan Tampak Belakang ... 133
Gambar 6.10. Tampak Samping Kiri, Tampak Samping Kanan dan Tampak Site ... 134
Gambar 6.11. Potongan A-A’ dan Potongan B-B’ ... 135
Gambar 6.12. Denah, Tampak, dan Potongan Massa Pengelola dan Cafe ... 136
Gambar 6.13. Layout Restoran ... 137
Gambar 6.14. Rencana Pondasi ... 138
Gambar 6.15. Rencana Pembalokan Lower Ground Floor ... 139
Gambar 6.16. Rencana Pembalokan Ground Floor ... 140
Gambar 6.17. Rencana Pembalokan Lt.2 ... 141
Gambar 6.18. Rencana Pembalokan Lt.3 ... 142
Gambar 6.19. Rencana Pembalokan Lt.4 ... 143
Gambar 6.20. Rencana Pembalokan Lt.Atap dan Rencana Atap ... 144
Gambar 6.21. Detail Trafe ... 145
Gambar 6.22. Detail-Detail ... 146
Gambar 6.23. Detail-Detail ... 147
Gambar 6.24. Rencana Elektrikal dan Rencana Utilitas ... 148
Gambar 6.25. Rencana Pengkondisian Udara dan Rencana Sistem Kebakaran ... 149
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pedoman jenis dan luas restoran ... 21
Tabel 2.2. Pedoman jenis dan luas dapur ... 21
Tabel 2.3. Kriteria pemilihan lokasi ... 35
Tabel 2.4. Wilayah Pengembangan Pembangunan ... 36
Tabel 2.5. Analisa pemilihan lokasi ... 40
Tabel 2.6. Wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara menurut pintu masuk 41 Tabel 2.7. Jumlah kunjungan wisatawan ke kota Medan tahun 2009-2010 ... 44
Tabel 2.8. Banyaknya rumah makan/restoran dan warung minum per kelurahan di Kecamatan Medan Petisah ... 44
Tabel 2.9. Deskripsi kebutuhan ruang ... 46
Tabel 2.10. jumlah kamar mandi dan bak cuci berdasarkan jumlah tempat duduk ... 48
Tabel 2.11. Jumlah kamar mandi dan bak cuci berdasarkan jumlah tenaga kerja ... 48
Tabel 2.12. Jumlah tempat cuci tangan berdasarkan kapasitas tempat duduk ... 49
Tabel 3.1. Tipologi Bangunan Rekreasi Aktif Komersial ... 64
Tabel 3.2. Warna yang disukai orang tua dan anak-anak ... 66
Tabel 3.3. Pengaruh warna terhadap psikologis ... 67
Tabel 4.1. Analisa pencapaian terhadap inti kota ... 83
Tabel 4.2. Analisa Aktifitas ... 96
Tabel 4.3. jumlah kunjungan wisatawan tahun 2007-2010 ... 96
Tabel 4.4. Proyeksi jumlah wisatawan mancanegara ke Kota Medan 2011-2020 ... 97
Tabel 4.5. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2006-2009 ... 98
Tabel 4.6. Tabel Pedoman Persyaratan Luas Ruang Restoran ... 99
Tabel 4.7. Tabel Pedoman Persyaratan Luas Kamar Mandi dalam Restoran ... 100
Tabel 4.8. Tabel Pedoman fasilitas Food Market ... 100
Tabel 4.9. Tabel Pedoman fasilitas retail ... 101
Tabel 4.10. Tabel Pedoman fasilitas toilet dan mushalla ... 102
Tabel 4.11. Tabel Pedoman fasilitas kantor pengelola ... 103
Tabel 4.12. Tabel program ruang fasilitas makan dan minum ... 108
Tabel 4.13. Tabel program ruang fasilitas pendidikan ... 108
Tabel 4.15. Tabel program ruang fasilitas retail ... 110
Tabel 4.16. Tabel program ruang fasilitas pelayanan ... 111
Tabel 4.17. Tabel program ruang kebutuhan parkir ... 112
Tabel 4.18. Tabel total luasan ... 113
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1. Diagram urutan kegiatan pengelola dan karyawan ... 90
Diagram 4.2. Diagram urutan kegiatan pengunjung ... 91
Diagram 4.3. Diagram urutan kegiatan murid ... 91
Diagram 4.4. Diagram urutan kegiatan servis ... 91
Diagram 5.1. Diagram organisasi ruang ... 116
Diagram 5.2. Diagram sistem elektrikal ... 124
Diagram 5.3. Diagram sistem sanitasi ... 124
BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia kuliner semakin lama semakin berkembang. Banyaknya media cetak, media elektronik yang menyajikan informasi kuliner semakin lama semakin berkembang diikuti dengan minat masyarakat yang besar terhadap dunia kuliner. Hal ini juga ditunjukkan dengan banyaknya peredaran buku-buku serta majalah yang membahas info kuliner serta banyak pula tayangan kuliner di media elektronik serta internet yang memberikan informasi-informasi terbaru dalam dunia kuliner.
Dunia kuliner merupakan hal yang berhubungan dengan masak-memasak, makanan dan dapur. Keanekaragaman makanan yang ada saat ini baik di Indonesia maupun mancanegara semakin berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Adanya nilai seni dalam dunia kuliner ini membuat makanan tidak lagi sekedar sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, tetapi juga merupakan suatu karya seni dan gaya hidup.
Medan merupakan kota terbesar ke 3 setelah Jakarta dan Surabaya, selain itu, Medan juga merupakan salah satu kota yang terhimpun dalam kriteria Sister City (Medan, Penang, Chengdu, dan Singapura). Disamping itu, Medan juga melakukan pembenahan untuk menghadapi AFTA(Asean Free Trade Area) dengan menciptakan iklim yang kondusif dan sehat untuk meningkatkan investasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menarik investor, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, pemerintah menerapkan berbagai strategi dalam mengembangkan serta mempromosikan Kota Medan ini sendiri, beberapa langkah tersebut antara lain :
Perluasan area Kota Medan dengan konsep MEBIDANG( Medan, Binjai, Deli Serdang) sebagai satu kesatuan, sehingga pembangunan Medan tidak hanya terpusat pada pusat kota.
Menjadikan suatu kota dengan konsep Bisnis, Industri, dan Pariwisata dengan pembenahan fisik Kota Medan, menjadikan Kota Medan sebagai Kota Taman yang bersinar dan diterangi jutaan lampu yang gemerlap. Tujuan ini semata-mata guna menarik investor untuk menanamkan modal, pada gilirannya akan meningkatkan laju pembangunan termasuk menciptakan lapangan pekerjaan.
masyarakat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Wisata Kuliner menjadi andalan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, dalam meningkatkan potensi pariwisata ibukota Provinsi Sumatera Utara ini. Hal ini disebabkan minimnya wisata alam di kota Medan. Potensi kuliner Kota Medan yang beragam mampu menutupi kekurangan wisata alam yang dinilai lebih mampu memikat wisatawan. Pada tahun 2010, Medan menerima penghargaan Indonesia Tourism Awards (ITA) dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.( Sumber : Waspada.co.id ) Baru-baru ini, Pemko Medan mengajukan Rancangan Peraturan daerah (Ranperda) perubahan peruntukkan beberapa kawasan ke DPRD Medan, salah satunya peruntukkan kawasan wisata kuliner. Rencananya, dalam waktu dekat, Pemko Medan akan membangun empat kawasan wisata kuliner, agar menjadi pusat jajanan yang menarik dan representatif bukan hanya bagi warga Kota Medan, tetapi juga bagi para wisatawan yang datang ke Medan. (Sumber : Berita Pemko Medan)
Bisnis di bidang kuliner adalah bisnis yang cukup menjanjikan dan berkembangnya dunia kuliner serta keanekaragamannya menarik masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasan di bidang ini. Sarana edukatif di bidang kuliner ini pun menjadi salah satu pilihan pendidikan saat ini. Mulai dari kursus, seminar, dan sekolah formal yang ada menjadi alternatif masyarakat untuk memperkaya pengetahuan kuliner.
Di Kota Medan, belum terdapat fasilitas kuliner yang mewadahi semua kegiatan di bidang kuliner tersebut. Usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan dunia kuliner seperti sarana edukatif, informatif, dan komersial ini perlu adanya suatu wadah yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan dunia kuliner di dalam suatu area yang mempermudahkan masyarakat memperoleh informasi dan rekreasi kuliner.
Hal inilah yang melatar belakangi dipilihnya judul tugas akhir ini, yaitu : Medan Culinary Center (Pusat Kuliner Medan). Bangunan ini merupakan tempat bagi para pecinta masakan (makanan), maupun orang-orang yang ingin mendalami ilmu pengetahuan di bidang kuliner. Karena di dalamnya terdapat fasilitas-fasilitas seperti pusat perbelanjaan peralatan dan bahan-bahan kuliner, restoran yang menjual beragam jenis makanan, serta fasilitas pendidikan di bidang kuliner.
I.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah :
Sebagai sarana untuk kegiatan di dunia kuliner
Tempat bertemunya sesama pecinta seni kuliner
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kuliner
Melestarikan seni kuliner
Sebagai salah satu sarana rekreasi di Kota Medan
I.3. MASALAH PERANCANGAN
Adapun rumusan maslaah dalam perencanaan Medan Culinary Center ini adalah :
Bagaimana merancang pusat kuliner ( Medan Culinary Center) agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.
Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.
Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda, misalnya ;
Food Market
Restoran, food court, dan cafe
Ruang kursus, retail-retail
Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesibilitas yang mudah (easy accessibility).
Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.
I.4. PENDEKATAN MASALAH PERANCANGAN
Adapun pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah :
Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih yang berada di kawasan sub urban kota Medan, dimana pada lokasi ini merpakan kawasan kuliner.
Survey, survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi tersebut disertai dengan mengadakan studi literatur sebagai penambah dari data-data yang didapat di lokasi tersebut.
Literatur, mengambil data-data dari berbagai sumber bacaan sebagai tambahan untuk melanjutkan laporan perancangan.
1. Pembahasan dibatasi pada masalah-masalah dalam lingkup disiplin ilmu arsitektur, sedangkan hal-hal diluar pemikiran arsitektur apabila dianggap berperan dalam menemukan faktor-faktor perencanaan akan diusahakan untuk membahasnya dengan asumsi-asumsi, pemikiran-pemikiran, studi banding pada bangunan sejenis dengan melihat perkembangan teknologi serta menggunakan logika sederhana sesuai dengan kemampuan yang ada.
2. Faktor pembiayaan, terkait dengan faktor kepemilikan. Dalam hal ini, pemilik proyek diasumsikan pihak swasta.
3. Kajian terhadap tema, pengertian, dan penerapannya pada kasus proyek. Lingkup batasan yang ada mempengaruhi proses perancangan meliputi : peraturan pemerintah, asumsi kelayakan, dan program ruang.
I.6. ASUMSI-ASUMSI
Dengan mempertimbangkan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi-asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan proyek, diantaranya :
Kepemilikan bangunan diasumsikan sebagai milik swasta dengan penekanan fungsi bangunan komersial dan pendidikan
Kondisi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan layak untuk didirikan bangunan dengan peruntukkan lahan sesuai dengan RUTRK Kotamadya Medan.
Perkembangan dunia kuliner di Indonesia semakin meningkat
I.7. KERANGKA BERPIKIR
Latar Belakang
Perkembangan dunia kuliner yang semakin lama semakin berkembang. Nilai seni dalam dunia kuliner ini membuat makanan tidak lagi sekedar
sebagai pemenuhan kebutuhan pokok, tetapi juga merupakan suatu karya seni dan gaya hidup.
Kota Medan merupakan kota yang terkenal akan wisata kulinernya. Sarana edukatif di bidang kuliner ini pun menjadi salah satu pilihan
pendidikan saat ini.
Maksud dan Tujuan
Sebagai sarana untuk kegiatan di dunia kuliner
Tempat meningkatkan apresiasi masyarakat dalam hal kuliner Tempat bertemunya sesama pecinta
seni kuliner
Menambah wawasan dan
pengetahuan dalam bidang kuliner Melestarikan seni kuliner
Sebagai salah satu sarana rekreasi di Kota Medan
Analisa
Analisa kondisi tapak
Analisa Fungsional
Analisa Teknologi
Prinsip tema dalam desain
Konsep Perancangan
Pendekatan teori arsitektur
Ide/Gagasan : Pusat Kuliner di Kota Medan
Tema Perancangan : Arsitektur Rekreatif
Design Skematik
Perumusan Masalah
Bagaimana merancang pusat kuliner ( Medan Culinary Center) agar setiap ruang, bentuk, dan bahan yang digunakan dapat berfungsi secara maksimal.
Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Bagaimana pengolahan ruang dalam yang saling
berintegrasi antar berbagai fungsi dengan kegiatan yang berbeda
Bagaimana merencanakan
pencapaian/aksesibilitas yang mudah (easy accessibility).
Bagaimana mewujudkan desain yang serasi dan mampu mencerminkan karakter kegiatan yang ditampung didalamnya sesuai dengan tema yang dipilih.
Pengumpulan Data
Survey Lokasi :
Pemilihan lahan yang sesuai Kondisi lahan yang ada
Survey Literatur :
Data RUTRK
I.9. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.
Bab II. Deskripsi Proyek
Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.
Bab III. Elaborasi tema
Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.
Bab IV. Analisa
Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.
Bab V. Konsep Perancangan
Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.
Bab VI. Perancangan Arsitektur
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
II.1. JUDUL DAN PENGERTIAN JUDUL
Judul dari proyek adalah “ Medan Culinary Center ” yang merupakan suatu tempat
tempat bagi para pecinta masakan (makanan), maupun orang-orang yang ingin mendalami
ilmu pengetahuan di bidang kuliner. Dalam judul “ Medan Culinary Center”, mengandung
4 pengertian utama, yaitu :
Medan (daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dengan luas 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut yang mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis.( Poerwadarminta, 1991.)
Culinary berasal dari bahasa Latin cullinarius, dari kata culina yang berarti dapur. (Oxford Dictionaries Online)
Culinary : connected with cooking or food.( Oxford , Advanced Learner’s Dictionary ) Culinary : connected with or used in the kitchen and cooking.( The Longan Dictionary of English Language and Culture, 1992)
Center berarti pusat
Pusat, sentral, adalah bagian paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi
Tempat aktivitas utama, dari kepentingan khusus yang dikonsentrasikan
Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.
Jadi, pengertian dari judul “ Medan Culinary Center” adalah :
“Tempat yang menjadi pusat dari kegiatan yang berhubungan dengan memasak dan makanan
di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan”.
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai fungsi-fungsi apa saja yang akan dimiliki oleh Medan Culinary Center ini. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pusat perbelanjaan bahan makanan, dan alat-alat memasak, restoran, ruang pameran, dan kursus memasak.
II.2.1. FOOD MARKET
A. Pengertian
Food Market berasal dari kata :
Food : makanan, masakan (John M. Echols dan Hassan Shadily, 1975)
Market ( pasar ) : salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (wikipedia.co.id)
Jadi, pengertian pusat perbelanjaan berdasarkan penjelasan di atas adalah suatu tempat dimana usaha menjual barang berupa hal-hal yang berkaitan dengan makanan.
B. Klasifikasi Pasar (Sumber : Wikipedia, Ensiklopedia Bebas) 1. Pasar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. Pasar tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
b. Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
2. Berdasarkan jenisnya :
Pasar konsumsi adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi
b. Pasar faktor produksi
Pasar faktor produksi adalah pasar yang menjual barang-barang untuk keperluan produksi.
3. Berdasarkan luas jangkauan :
a. Pasar daerah
Pasar daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
b. Pasar Lokal
Pasar lokal adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.
c. Pasar Nasional
Pasar nasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.
d. Pasar Internasional
Pasar internasional adalah pasar yang membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
4. Berdasarkan General Line.
a. General Store.
Di Indonesia lebih dikenal dengan toko kelontong atau P&D (Profiency & Drunken : makanan dan minuman). Barang yang dijual pada umumnya adalah barang kebutuhan sehari-hari.
b. Departemen Store.
Di Indonesia dikenal sebagai warung. Ciri khas dari varienty store adalah barang yang dijual merupakan barang kebutuhan pokok dan harganya terbatas hanya pada garis harga tertentu (price line), lokasinya berada pada daerah pinggiran kota, tetapi dalam perkembangaannya variety store terdesak oleh pertumbuhan supermarket. d. Super Store.
Merupakan sebuah supermarket berukuran besar > 1000 m2. Bentuk ini merupakan gabungan dari discount store dengan supermarket dan gudang. Bentuk ini disebut demikian karena barang yang dijual harganya lebih murah 10-15 % dari harga normal. Barang yang dijual bermerk terkenal, dan tersedia dalam jumlah besar, sehingga susunanya menyerupai gudang .
e. Full Line Discount Store.
Barang yang dijual pada toko ini, meskipun merknya terkenal, namun harganya murah. Pelayanannya swalayan (self service), promosi dilakukan dengan gencar melalui iklan. Barang yang dijual bervariasi, dari pakaian sampai alat-alat dapur. f. Catalog Show Room.
Ciri khas toko ini adalah menjual barang-barang perhiasan, alat-alat rumah tangga, koper atau perlengkapan elektronik. Setiap barang yang dipajang hanya satu, dengan kode dan harga tertentu. Konsumen yang berminat cukup menuliskan atau menyebutkan barang dan membawanya ke kasir. Di samping itu juga disediakan katalog yang memuat barang lain yang tidak dipajang di toko. Dengan melihat katalog, konsumen dapat memilih langsung, bahkan memesannya dari rumah. g. Home Improvement Center.
Bentuk usaha eceran ini menjual barang keperluan bangunan atau interior yang semuanya terletak dalam satu gedung. Konsumen yang membutuhkan barang-barang keperluan rumah atu interior dapat diperoleh pada toko ini. umunya specialty store dikelola oleh pemiliknya langsung, dibantu sedikit pegawai.
Awalnya supermarket hanya menjual bahan makanan (grocery) yang diklasifikasikan ke dalam limited line. Dalam perkembangannya supermarket sudah menjual beraneka ragam barang, bahkan barang-barang di luar makanan, sehingga dapat juga digolongkan kedalam general line.
c. Convinience Store.
Convience store menjual barang yang relatif sama dengan supermarket, tetapi dalam jumlah dan jenis yang terbatas, misalnya : minuman, roti, makanan kaleng, buah, snack. Biasanya service hour (jam layanan = jam buka) dari toko jenis ini adalah 24 jam, atau lebih panjang dari supermarket pada umumnya. Harga jual di toko ini relatif tinggi dibanding dengan di supermarket. Lokasi pada tempat
strategis, mudah dilihat dan dicapai konsumen. Sesuai namanya ’convience’
(menyenangkan), konsumen harus membayar lebih pada barang yang dibutuhkan. Konsumennya adalah orang-orang yang khusus tidak pergi jauh dari rumah untuk berbelanja. Ada juga mereka yang sedang dalam perjalanan, mampir untuk membeli satu atau dua macam barang.
d. Warehouse Show Room.
Bentuk eceran usaha ini menjual satu jenis barang saja, yaitu furniture dengan segala asesorisnya yang ditata seperti layaknya yang dipakai. Oleh karena itu dibutuhkan tempat yang cukup luas agar barang-barang dapat tertampung. Awalnya werehouse ini menggunakan sistem pembayaran kontan, tetapi sekarang ini kebanyakan memberlakukan sistem kredit.
e. Box Store.
Barang-barang yang dijual pada box store adalah bahan makanan. Mengelola toko ini lebih mudah daripada supermarket. Bentuk tokonya sangat sederhana. Tak ada pelayanan bagi orang yang berbelanja di toko ini. Semua barang harus dibungkus sendiri oleh konsumen. Biasanya tokonya kecil dan maximum dapat menampung 1000 macam barang. Waktu bukanya terbatas, hanya beberapa jam saja.
f. Factory Outlet.
6. Berdasarkan Kuantitas Barang
a. Toko Grosir, toko yang menjual dengan jumlah besar atau secara partai, barang tersebut biasanya disimpan di tempat lain (yang di toko hanya sampel)
b. Toko Eceran (retail), toko yang menjual barang dnegna jumlah barang yang relatif sedikit atau persatuan barang. Lingkup sistem eceran ini lebih luas dan fleksibel, akan lebih banyak menarik pengunjung karena tingkat variasi barang yang tinggi.
7. Berdasarkan sifat pelayanan
a. Personal Service
Pelayanan yang secara metode tradisional, pelanggan dilayami oleh penjual di belakang counter. Para pelanggan banyak dipengaruhi oleh saran-saran dan penjual, biasanya dapat ditemukan di toko-toko perhiasan, butik, salon.
b. Self Selection
Disini pelanggan boleh memegang dan membawanya ke tempat pembayaran, biasanya didampingi oleh pelayan, biasanya ditemukan di Department Store dan toko spesial.
c. Self service
Pelanggan berjalan mengelilingi store untuk memilih barang-barang sendiri dengan membawa troli menuju kasir. Untuk bangunan swalayan ini layoutnya harus dilengkapi dengan monitor di seluruh ruangan yang diletakkan secara tersembunyi.
C. Pelaku dan Kegiatan
Pelaku dan kegiatan pada food market secara garis besar terdiri dari : 1. Kelompok Pengunjung
Yaitu sekelompok orang atau perseorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk mencari dan membeli barang kebutuhannya. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.
2. Kelompok Pedagang (Tenant)
3. Kelompok Pengelola
Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat perbelanjaan serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut, termasuk administrasi penyewaan ruang kepada para pedagang (tenant) atau pemilik usaha, sehingga dapat dicapai suatu kelancaran kegiatan, kenyamanan, kemudahan, dan keamanan.
D. Karakteristik dan daya tarik Food Market.
Karakteristik dan bangunan pusat perbelanjaan sebagai abngunan komersial adalah sebagai berikut :
1. Mengundang, dalam arti mampu menarik sebanyak mungkin lapisan masyarakat dengan mencerminkan sifat menarik dan terbuka untuk umum.
2. Fungsional, dalam arti pemakaian ruangnya terhadap efisiensi ruang dan nilai-nilai ekonomis.
3. Kontinuitas ruang, sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas perbelanjaan. Mengingat kebiasaan pengunjung berkeliling melihat barang-barang dari satu toko ke toko lainnya, yang perlu diimbangi dengan pola sirkulasi kontinu.
Oleh karena itu, dalam perencanaan dan perancangan pusat perbelanjaan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Suatu kesatuan site yang sesuai dengan permintaan pasar
2. Lokasi mudah tercapai dengan entrance dan jalan keluar kendaraan yang jelas dan menyediakan jalur pejalan kaki (pedestrian)
3. Penyediaan tempat parkir yang cukup, sesuai yang dibutuhkan dan diatur sedemikian ruoa untuk mendistribusikan pembeli. Jarak tempat parkir tidak terlalu jauh dan entrance bangunan dan muka masing-masing toko.
4. Fasilitas servis untuk pengiriman barang
5. Penggolongan penyewa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar toko-toko dan penyediaan barang yang selengkap mungkin sesuai dengan area perdagangan.
6. Lingkungan sekitar menunjang dan nyaman untuk berbelanja.
8. Setiap unsur dan pusat perbelanjaan harus sesuai untuk menciptakan suatu keadaan yang serasi dengan lokasi dan lingkungan sekitarnya.
Daya tarik sebuah Food Market selain barang-barang yang diperjual-belikan, juga mencakup :
1. Kelengkapan barang dan harga yang pantas
2. Parkir yang lapang dan mudah dicapai pengunjung. 3. Kenyamanan berbelanja dan keamanan terjamin.
4. Hubungan dari satu toko ke toko lainnya mudah tercapai. 5. Tempat pejalan kaki (pedestrian) yang terlindungi. 6. Adanya sarana rekreasi yang memadai.
Adapun barang yang diperjual-belikan yaitu barang-barang yang berhubungan dengan bidang kuliner atau masak-memasak seperti dijabarkan berikut :
Bahan makanan segar mulai dari sayur mayur, ikan dan daging segar, buah-buahan, dan lain sebagainya
Bahan makanan kering seperti mie instan, tepung, gula, beras, bumbu masakan, dan berbagai bahan makanan yang instan/kering lainnya.
Makanan siap jadi mulai dari kanan utama (Main Course) sampai pencuci mulut (Dessert). Tidak hanya makanan modern, makanan tradisional pun juga tersedia di sini.
II.2.2. RESTORAN
Cikal bakal restoran dimulai pada tahun 12000 tahun yang lalu sebelum masehi ketika suatu suku bangsa di Denmark menggunakan dapur besar untuk memasak dan menyiapkan hidangan bagi sekelompok orang guna menikmati hidangan secara bersama-sama. 4000 tahun yang lalu sebelum masehi pertama kali didirikan kabaret dimana tempat ini dipakai untuk menjual minuman keras, kemudian tumbuh dan berkembang. Sekitar rahun 1200 di London terdapat beberapa warung yanbg menyediakan makanan matang untuk dibawa pulang dan 200 tahun kemudian warung-warung berkembang menjadi restoran dengan fasilitas pelayanan yang semakun ditingkatkan. (Soekresno, Manajemen Food and Beverage Service Hotel, Jakarta, PT Gramedia)
Maka dalam hal ini, akan diuraikan beberapa pengertian dari restaurant:
Restaurant : restoran, rumah makan, bisnis makanan.( Kamus Bahasa Indonesia )
Manajemen Food and Beverage Service Hotel :
Restaurant : suatu usaha komersial yang menyediakan jasa pelayanan makan dan minum bagi umum dan dikelola secara profesional.( Soekresno, Manajemen Food and Beverage Service Hotel, Jakarta, PT Gramedia )
A. Jenis dan Klasifikasi Restoran
Dilihat dari pengolahan dan sistem penyajian, restoran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :
1. Formal Restaurant (Restoran Formal)
Restoran formal adalah industri jasa pelayanan makan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan pelayanan yang eksklusif.
Ciri-ciri restoran formal, yaitu :
Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu
Para pelanggan terkait dengan menggunakan pakaian formal
Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik/menu Eropa popular
Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian Service/ French Service atau modifikasi dari kedua tabel servis tersebut.
Disediakan ruangan coktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai tempat untuk minum minuman yang beralkohol sebelum santap makanan.
Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau untuk makan malam dan makan siang, tetapi tidak untuk menyediakan makan pagi.
Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khusunya wine dan champagne dari berbagai negara penghasil wine di dunia.
Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan suasana romantis dan eksklusif.
Harga makanan dan minuman relatig tinggi
Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang luas untuk dapat dilewati gueridon.
Tenaga relatif banyak dengan standard kebutuhan satu pramusaji untuk melayani 4-8 pelanggan.
- Super Club
- Gourmet
- Main Dinging Room
- Grilled Restaurant
- Executive Restaurant
2. Informal Restaurant (Restoran Informal)
Pengertian restoran informal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan.
Ciri-ciri restoran informal :
Harga makan dan minuman relatif murah
Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat
Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal
Sistem penyajian makan dan minuman yang dipakai American Service/ready plate
bahkan self service ataupun counter service
Tidak menyediakan hiburan musik hidup
Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lainnya.
Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu/pelanggan namun dipampang di counter/langsung di setiap meja makan untuk memperceppat proses pelayanan.
Menu yang disediakan sangat terbatas dan memnatasi menu-menu yang relatif cepat selesai dimasak.
Jumlah tenaga servis relatif sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji untuk melayani 12-16 pelanggan.
Contoh restoran informal : - Cafe
- Cafetaria
- Fast food restaurant - Coffee shop
- Bistro - Canteen
- Pub
- Sandwich Corner - Burger corner - Snack Bar
3. Specialities Restaurant
Penertian specialities restaurant adalah industri jasa pelayanan makan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan menyediakan makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara tertentu.
Ciri-ciri Specialities Restaurant :
Menyediakan sistem pelayanan tempat.
Menyediakan makanan khas suatu khas suatu negara tertentu, popular, dan disenangi banyak pelanggan secara umum.
Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional.
Hanya dibuka untuk menyediakan makan siang dan makjan malam.
Menu ala carte dipresentasikan oleh pramusaji ke pelanggan.
Biasanya menghadirkan musik/hiburan khas negara asal.
Harga makan relatif tinggi dibanding informal restaurant dan lebih rendah dibanding formal restaurant.
Jumlah tenaga service sedang, dengan standard kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8-12 pelanggan.
Contoh Specialities Restaurant : - Indonesian Food Restaurant - Italian Food Restaurant - Thai Food Restaurant - Japanese Food Restaurant
- Korean Food Restaurant, dan sebagainya. (Soekresno, Manajemen Food and Beverage Service Hotel, Jakarta, PT Gramedia )
B. Tata Ruang Restoran
ruang dan rancang bangun yang sesuai dengan kebutuhan operasional restoran secara keseluruhan. Selain itu, restoran juga memerlukan tempat untuk menyajikan dan tempat pelanggan untuk menikmati hidangan.
Ruangan restoran hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga peletakkan meja dan kursi dapat diatur bervariasi dan dapat berubah susunannya sewaktu-waktu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan yang menginginkan pelanggan yang menginginkan tempat duduk secara berkelompok dalam satu meja.
Tata ruang restoran sebaiknya memiliki fasilitas ruangan yang memadai agar dapat memberikan dukungan pekerja melakukan aktifitasnya ssehingga menghasilkan mutu produk yang berkualitas serta memberikan kenyamanan dan keselamatan kerja bagi para pekerja maupun kenyamanan bagi para pelanggan restoran untuk menikmati produk restoran tersebut. Tata ruang restoran tentunya dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan siklus kegiatan operasional dimulai dari ruang sebagai tempat melakukan kegiatan awal yakni penerimaan bahan mentah kemudian diproses sampai dengan penyajiannya. Semua tahap tersebut memerlukan ruangan yang memadai.
Komponen utama restoran antara lain : 1. Area Restoran, terdiri dari :
Area tempat duduk, papan menu, sirkulasi, lantai dansa, panggung, runag ganti, ruang pencahayaan, ruang oeprator, kasir, ruang manager, tempat koktail, entrance tamu, entrance staff, dan pintu darurat.
2. Area Dapur, terdiri dari :
Kantor dapur, area pendingin, area pemanas, area roti-rotian, area manager, area memasak, area penyajian, counter, pengeringan, area pantry, pintu masuk barang dan staff kendaraan, area pemesanan paket, area cuci, dan area minuman.
3. Area Bar, terdiri dari :
Counter, area koktail, area pameran, meja pelayanan abr, rak minuman, kulkas, dan pintu bar.
4. Area Pelayanan, terdiri dari :
Kantor pelayanan, gudang peralatan, area cuci, area peralatan bersih, dan area cuci keranjang.
5. Area Parkir
6. Area Bekerja, terdiri dari :
Entrance pegawai, loker pegawai, toiilet pegawai, dan ruang makan pegawai. 7. Gudang, terdiri dari :
Area grosir, area barang tahan lama, tempat peralatan, kantor penjaga, dan tempat cuci. 8. Area Pembuangan Sampah, terdiri dari :
Tempat sampah basah, dan tempat sampah kering. 9. Toilet, terdiri dari :
Toilet tamu untuk pria dan wanita. 10.Area Ibadah, terdiri dari :
Tempat Imam, Area jamaah, dan air wudhu.( Soekresno, Manajemen Food and Beverage Service Hotel, Jakarta, PT Gramedia )
C. Persyaratan Ruang Restoran
1. Ruangan depan, yaitu ruangan-ruangan yang mempunyai fungsi dan kegunaan
diperuntukkan bagi pelanggan restoran sebagai daerah pelayanan seperti restoran, bar, cocktail, ruang aprkir, tempat ibadah dan lain sebagainya.
Adapun persyaratan ruang restoran adalah :
Luas area memenuhi standard
Penyekat antar restoran dan dapur
Harus tahan terhadap api
Tersedianya pintu darurat dan tangga darurat
Selalu terpasang alat deteksi kebakaran
Pintu keluar/ masuk pelanggan, pintu keluar/masuk pegawai dan pintu jalanan harus terpisah.
Cukup penerangan
Sirkulasi udara memadai dan tersedianya pengaturan suhu udara
Layout penerangan yang tercipta mudah dirubah.
2. Ruangan belakang, yaitu ruangan-ruangan yang memiliki fungsi dan kegunaan sebagai
area penyimpanan, penyiapan, pengolahan produk makanan dan minuman yang mana sebagai tempat aktifitas kerja bagi karyawan restoran dan sebagai daerah terlarang bagi pelanggan untuk mask didalamnya seperti dapur, gudang, tempat penumpukkan, sampah, dan lain-lain. Adapun syarat-syarat area belakang, yaitu :
Gudang penyimpanan bahan makanan terpisah sesuai jenisnya
Lantai licin dan dibuatkan selokan-selokan saluran pembuangan air yang memadai dan lancar.
Terpasangnya alat penghisap dan saluran pembuangan asap dapur.
D. Pedoman Luas Area Restoran
Untuk menentukan luas area restoran, bar dapur, dan runag-ruang lain yang terkait dengan sarana kebutuhan operasional.
Sedangkan untuk memperkirakan kapasitas tempat duduk restoran dapat dilihat pada penjelasan berikut :
Luas no 1-5 tidak termasuk dapur restoran, sedangkan cefe dan canteen hanya memerlukan tempat penyimpanan makanan dengan ruang yang praktis, sedangkan luas untuk no 6 sudah termasuk dapur.
Luas bar no 7 dan no 9 belum termasuk counter.
Luas bar no 7 dan no 9 sudah termasuk reempat penyimpanan minuman dan peralatan service.
10 Restaurant Style 1.4 m2/ orang
11 Class Style 1.9 m2/ orang
12 Theater Style 0.6 m2/ orang
13 Standing Buffet 0.9 m2/ orang
KITCHEN
14 Main Kitchen 1.4 m2/ orang
15 Banquet 1.4 m2/ orang
16 Coffee Shop Kitchen 1.45 m2/ orang
Luas no 14, 15, 16 termasuk tempat penyimpanan makanan panas ruang penyimpanan makanan dingin, tempat cuci, dan chef office.
E. Pedoman Ukuran Meja dan Kursi Restoran 1. Bentuk dan ukuran meja dan kursi
Untuk memudahkan pengaturan meja dengan jumlah tempat duduk sesuai pesanan dalam satu meja, restoran perlu memiliki fasilitas meja dengan berbagai bentuk dan ukuran yaitu meja bundar dan meja empat sisi.
a. Meja bundar :
Diameter 600 mm untuk 2 kursi
Diameter 800 mm untuk 3 kursi
Diameter 960 mm untuk 4 kursi
Diameter 1100 mm untuk 5 kursi
Diameter 1250 mm untuk 6 kursi
Diameter 1400 mm untuk 8 kursi
Diameter 1550 mm untuk 10 kursi
Gambar 2.1. Pedoman meja bundar Tabel 2.1. Pedoman jenis dan luas restoran
Diameter 1850 mm untuk 12 kursi
Diameter 2200 mm untuk 14 kursi
Diameter 2500 mm untuk 16 kursi
b. Meja empat sisi
Panjang 800 mm, lebar 625 mm untuk 2 kursi
Panjang 850 mm, lebar 850 mm untuk 4 kursi
Panjang 1250 mm, lebar 800 mm untuk 4 kursi
Panjang 1700 mm, lebar 800 mm untuk 6 kursi
Panjang 2500 mm, lebar 800 mm untuk 8 kursi
Panjang 3750 mm, lebar 800 mm untuk 12 kursi c. Meja dan sofa bar
Untuk ditempatkan di ruang tunggu restoran atau untuk ditempatkan di cocktail lounge area berrfungsi hanya untuk pelayanan minuman saja.
Untuk dipakai 4-6 pelanggan, bukan untuk meja makan. d. Meja dan kursi restoran informal
Meja ini dipakai untuk tempat makan dan minum direstoran informal
Pamjang meja 1200 mm, Lebar meja 700 mm untuk 4 orang
Tempat duduk lain yang membelakangi dirapatkan seperti gambar
Penyajian makan dan minum dari samping kanan atau kiri meja. 2. Tata letak meja dan kursi
Gambar 2.2. Pedoman meja empat sisi
Jalur pelayanan
Antara tempat duduk yang satu dengan tempat duduk yang membelakangi merupakan gang atau disebut jalur pelayanan dengan jarak 1350 mm. Panjang meja untuk dua pengunjung = 850 mm.
Ukuran dan tata letak meja :
Tinggi kursi keseluruhan sampai dengan sandaran 900 mm
Tinggi kursi dampai dengan bagian yang diduduki 450 mm
Panjang dan lebar kaki kursi 450 mm x 450 mm
Tinggi meja makan 730 mm
Luas meja relatif, dapat disesuaikan dengan banyak atau sedikitnya jumlah tempat duduk
Jarak kursi satu dengan kursi yang membelakangi 1350 mm sebagai jalur 2 pramusaji atau 900 mm untuk 1 pramusaji
Penggeseran mundur kursi untuk pelanggan berdiri 300 mm 3. Bar stool dan bar counter
Bar stool adalah kursi khusus ditempatkan dimuka bar counter, kursi tinggi dan dapur diputar.
Bar counter adalah meja penyekat antara working area dengan guest di bar. Gambar 2.4. tata letak meja dan kursi
Bar counter
Tinggi : 1100 mm
Lebar : 500 mm Bar stool
Tinggi keseluruhan : 1150 mm
Tinggi sampai alas duduk : 800 mm
Tinggi sandaran duduk : 350 mm
Panjang alas duduk : 380 mm
Kepadatan per orang : 625 mm
Jarak antara satu orang dengan orang lain 75 mm
Jarak kaki bar stool satu dengan yang lain 625 mm
Tinggi rendahnya kaki bar stool dapat disesuaikan apabila lantai bar yang bersangkutan tidak rata.
Lantai tinggi rendah
Pada gambar tampak lantai tidak sama rata antara area pelayanan dengan area pelanggan sehingga bar stool direndahkan 200 mm sesuai dengan penambahan tinggi lantai 200 mm
Tinggi bar stool menjadi 950 mm Bar counter lebar
Jalur pelanggan 500 mm
Jalur pelayan 2700 mm
Jarak bar pada jalur pengunjung 1300 mm
Lebar bar counter 7500 mm biasa untuk ditempatkan di snack bar Bar counter sempit
Jalur pelanggan 600 mm
Jalur pelayanan 2100 mm
Jarak bar counter pada jalur pengunjung 1300 mm
Lebar bar counter 500 mm
4. Gudang penyimpanan peralatan restoran Standar tinggi rak gudang
Gambar 2.7. Lantai tinggi rendah pada bar
Untuk penyimpanan barang yang relatif berat, ketinggian pada rak teratas 1500 mm dan untuk barang-barang relatif ringan, maksimal sesuai jangkauan untuk meraih barang, yaitu 1950 mm
Standar jarak rak penyimpanan
Untuk peletakkan rak penyimpanan antara rak dengan rak lainnya tanpa kereta barang 1200 mm. Untuk peletakkan rak penyimpanan antara rak dengan rak lainnya dengan menggunakan kereta barang 1500 mm.
5. Tempat duduk dan luas restoran
Meja bundar dengan tata letak diagonal (round table) Gambar 2.9. Standar tinggi rak gudang
Gambar 2.10. Standar jarak rak penyimpanan
Jumlah tempat duduk 24 kursi
Luas ruangan 18.81 m2, panjang 6000 mm dan lebar 3300 mm
Diameter 900 mm
Luas kursi 0,20 m2
Kepadatan 0.82 m2 / tamu termasuk jalur pelayanan pramusaji
Meja panjang (banquet table)
Jumlah tempat duduk 10 kursi
Luas ruangan 8.57 m2, panjang 3650 mm, lebar 2350 mm
Luas meja 2.16 m2, panjang 2700 mm, lebar 800 mm
Luas kursi 0.2 m2
Kepadatan 0.86 m2 / tamu termasuk jalur pelayanan pramusaji
Untuk meja dan orang kepadatannya 1.1 m2 / tamu.
Meja kotak dengan tata letak simetris (square table)
Jumlah tempat duduk 24 kursi
Luas ruangan 35 m2, panjang 7500 mm, lebar 4600 mm.
Luas meja 0.72 m2
Luas kursi 0.2 m2
Kepadatan 1.4 m/ tamu termasuk jalur pelayanan pramusaji
Meja kotak dengan tata letak diagonal (square table) Gambar 2.12. Meja panjang
Jumlah tempat duduk 24 kursi
Luas ruangan 27 m2, panjang 7500 mm, lebar 3600 mm
Luas meja 0.72 m2
Luas kursi 0.2 m2
Kepadatan 0.92 m/ tamu termasuk jalur pelayanan pramusaji.
Meja panjang dengan tata letak ‘U-shape’ tipe A
Jumlah tempat duduk 37 kursi
Luas ruangan 44.64 m2, panjang 7200 mm, lebar 6800 mm.
Luas kursi 0.2 m2
Kepadatan 1.2 m2/ tamu termausk jalur pelayanan
Meja bundar berdiameter 1550 mm
Gambar 2.14. Meja kotak dengan tata letak diagonal
Gambar 2.15. Meja panjang dengan tata letak U-shape tipe A
Jumlah tempat duduk 50 kursi
Diameter meja 1550 mm untuk 10 tempat duduk
Jarak antara tempat duduk yang saling membelakangi 900 mm sebagai jalur pelayanan
Luas area 48.8 m2
Kepadatan 0.98 m2/tamu termasuk jalur pelayanan pramusaji
Meja empat sisi
Jumlah tempat duduk 28 kursi
Luas area 21.28 m2
Dengan jalur pelayanan utama dan jalur kecil
Jarak tempat duduk yang saling membelakangi 900 mm
Kepadatan 0.76 m2/ tamu termasuk pelayanan pramusaji
II.2.3. RUANG PAMERAN
Menurut petunjuk penyelenggaraan pameran dalam rangka pengembangan usaha MICE (Meetings, Inceitives, Conventions, and Exhibition) di Indonesia, pameran adalah suatu peristiwa dimana satu orang atau atau badan memperkenalkan suatu produk atau jasa pada tempat tertentu untuk disaksikan langsung oleh calon pengguna yang tertarik menggunakan barang atau jasa tersebut.( Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Petunjuk Penyelenggaraan Pameran, Jakarta, 1994. )
Exhibition is : to choose, to display, to present a sample or an example the importing of
information is the aim of every exhibition. (Eksibisi adalah : memilih, memamerkan, menawarkan sebuah sampel atau contoh informasi penting yang merupakan tujuan dari eksibisi). (Klaus Franck, Exhibition, New York, 1961)
A. Klasifikasi Ruang Pamer
Pada umumnya pameran dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : 1. Pameran Konvensi
Merupakan pameran yang digelar secara bersamaan dengan kegiatan konvensi atau konferensi dalam waktundan tempat yang sama.
2. Pameran Umum
Merupakan pameran yang diselenggarakan dan terbuka untuk masyarakat umum. 3. Pameran Khusus
Merupakan pameran yang diselenggarakan untuk memamerkan satu jenis produk atau karya.
4. Pameran Tunggal
Merupakan pameran yang diadakan oleh satu orang atau perusahaan kepada calon konsumen.
Menurut Alfred Alles, pameran dapat diklasifikasikan menjadi : 1. World Fair
Merupakan pameran yang mencakup semua bidang semua bidang sebagai tanda awal memasuki era baru.
2. General Trade Fair and Exhibition
Pameran yang dilakukan untuk menggelar hasil industri, pertanian, dan teknologi. 3. Consumer and Industrial Exhibition
Pameran yang dilakukan untuk mempromosikan produk industri terbaik. 4. Agricultural Fairs and Exhibition
Pameran yang digelar untuk memamerkan produk dan penemuan baru dalam pertanian. 5. General Industrial Exhibition and Specialized Exhibition
Pameran yang khusus mempromosikan produk industri dan keahlian. 6. Exhibition within Exhibition
Merupakan pameran khusus yang digelar didalam pameran umum. 7. Congress, Conferencea, Convention, and Symposia
Dalam beberapa kasus dikelompokkan sebagai pelengkap pelaksanaan eksibisi. 8. World Trade Center
9. National Trade Center
Kegiatan jual beli saham dalam skala regional. 10. Economic Activity Exhibition
Pameran yang bergerak di bidang ekspor-impor, asuransi, perbankan, dan penanaman modal.
11. Touring Exhibition
Pameran yang dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memperoleh lebih banyak pengunjung.
12. Exhibition without Exhibition
Merupakan pameran yang dilakukan dalam bentuk outlet-outlet di pusat perbelanjaan, kebudayaan, dan kesenian.( Exhibition Universal Marketing Tool, Alfred Alles, New York, 1976 )
Berdasarkan jenis produk yang dipamerkan, dibagi atas : 1. Industrial eksibition
2. Konsumen eksibition
Berdasarkan skala pelaksanaannya, pameran dibagi atas : 1. Pameran skala internasional
2. Pameran skala nasional 3. Pameran skala regional
4. Pameran skala lokal (James W.Dudenly, Succesful Exhibition, 1990, hal 42)
B. Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Menurut Fred Lawson, persyaratan dan kriteria yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan perancangan gedung pameran adalah fleksibilitas ruang pameran, keamanan pengunjung terjamin, kenyamanan pengunjung dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, yang tetap terhadap objek pameran, sirkulasi dan pencapaian terutama sirkulasi pengunjung dan kegiatan pergudangan, dan kegiatan lain untuk mendukung pelaksanaan pameran. Kriteria dan persyaratan tersebut dapat disimpulkan menjadi 4, yaitu :
Secara harafiah fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian ruang pameran berpotensi untuk dapat menampung lebih banyak tagam materi dan stan pameran.
Fleksibilitas ruang pameran dipengaruhi oleh beberapa faktor, antar lain :
Pemilihan sistem struktur
Penggunaan ruang dengan bentangan yang besar dan bentuk denah yang sederhana dapat meningkatkan efisiensi ruang dan pengaturan stan pameran. Untuk mendapatkan ruangan dengan bentangan yang besar dibutuhkan suatu sistem struktur berbentang lebar yaitu struktur rangka, struktur cangkang, struktur kabel dan tenda. Pertimbangan pemilihan sistem struktur pada bangunan pameran terutama ditekankan pada : pemanfaatan sistem struktur untuk penempatan sistem mekanikal-elektrikal dan perlengkapan teknis bangunan.
Pembagian ruang
Pembagian ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan struktur dinding geser. Sistem ini dilakukan agar ruang pameran dapat menampung kegiatan pameran dakam waktu yang bersamaan.
Ketinggian ruang
Ketinggian ruang pameran ditentukan oleh jenis produk yang dipamerkan dan bentuk stan pameran. Ruang pameran dengan ketinggian lebih dari 6 m mempunyai fleksibilitas untuk menampung pameran dengan midek stan bertingkat.
Lantai stan pameran
Fleksibilitas lantai ruang pameran dapat diperoleh dengan menerapkan beberapa pola pengaturan lantai stan pameran, yaitu : sistem lantai pameran split (bertingkat), sistem lantai stan putar, sistem lantai stan bergerak membentuk sudut terhadap lantai pameran, dan sistem stan berlantai banyak, yaitu lantai stan dinaikkan dengan sistem hidrolik sehingga dalam satu pola stan dapat dipamerkan dua jenis produk.
2. Kenyamanan
Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan manusia dalam melakukan aktifitasnya. Kenyamanan untuk ruang pameran dipengaruhi oleh faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran.
Kenyamanan ditinjau dari segi termal
dalam ruangan dengan kondisi iklim dan suhu udara diluar ruangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah : iklim dan kelembaban yang menitik beratkan pada suhu normal manusia (370C) terhadap lingkungannya dan pengaruh radiasi alam (radiasi teristis akibat aktifitas bumi dan radiasi kosmis) atau radiasi buatan akibat pemancaran energi dari benda-benda dalam ruangan.
Kenyamanan ditinjau dari pencahayaan
Tujuan perancangan pencahayaan adalah untuk memberikan suatu lingkungan yang menyenangkan dan nyaman untuk memudahkan pelaksanaan tugas-tugas visual secara efisien. Menurut sumbernya cahaya dapat dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya alami merupakan cahaya yang bersumber dari sinar matahari baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya buatan merupakan pencahayaan yang dihasilkan oleh penerangan buatan atau lampu. Penerangan buatan terutama digunakan pada ruangan yang memerlukan kondisi cahaya tertentu dalam penerangannya.
3. Sirkulasi
II.3. Lokasi Usulan Proyek II.3.1. Data Umum Lokasi Proyek
Lokasi proyek berada di Kota Medan, Sumater Utara, Indonesia. Letak geografis kota Medan sebagai berikut :
Nama kota : Medan
Luas : 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara
Letak : 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara dan 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur
Ketinggian : 2,5 – 37,5 di atas permukaan laut
Batas-batas site : Sebelah utara , timur , selatan dan barat berbatasan dengan kabupaten deli serdang.
Iklim : tropis , suhu minimum 23°C – 24,1°C , suhu maksimum 30,6°C – 33,1 °C
Kelembaban udara rata-rata : 78 – 82 %
Kecepatan angin rata-rata : 0,42 m/sec
Laju penguapan tiap bulannya : 100.6 mm
II.3.2. Kriteria Pemilihan Lokasi
Untuk memilih lokasi site yang sesuai, maka harus mempertimbangkan beberapa kriteria sehingga diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi penggunanya. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya:
NO KRITERIA LOKASI
1 Tinjauan terhadap struktur kota
Berada dikawasan kota, dimana terdapat bangunan yang dirancang dengan fungsi komersial dengan skala kota (sumber : RUTRK Kota Medan Tahun 2005)
2 Pencapaian Dapat diakses dari segala penjuru kota, baik angkutan umum maupun pribadi (oleh karena itu harus berada dijalan besar / arteri kota atau jalan kolektor)
(Sumber : NAD dan TSS)
3 Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi yang dapat saling mendukung dnegna bangunan yang direncanakan seperti fungsi perbelanjaan dan bangunan publik lainnya atau disekitar permukiman yang belum ada fasilitas hiburannya.
4 Peraturan Tanah milik pemerintah atau pribadi.
Nilai lahan cukup tinggi untuk daerah komersial.
Untuk pengembangan kawasan permukiman, perdagangan, dan rekreasi, WPP E
KDB Bangunan 60% KLB 3-5 lantai.
Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan (RUTRK)
Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :
Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat dari peta dibawah ini :
Gambar 2.19 : Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan II.3.3. Lokasi Site
Terdapat 3 alternatif lokasi, yaitu : a. Lokasi A
Jl. Gatot Subroto
Kecamatan Medan Petisah
Luas Site : ±2.4 Ha
Gambar 2.20. Alternatif site 1.
b. Lokasi B
Jl.Perintis Kemerdekaan
Kecamatan Medan Perjuangan
Luas Site : ±2.6 Ha
Gambar 2.21. Alternatif site 2.
c. Lokasi C
Jl. H.Z.Arifin
Kecamatan Medan Petisah
Luas Site : ±2.5 Ha
II.3.4. Analisa Pemilihan Lokasi
4 Aksesbilitas Kendaraan pribadi, kendaraan umum,
6 Strategis Sangat strategis (3)
Cukup strategis (2)
7 Kemacetan Sirkulasi relatif lancar
9 Potensi lahan Sangat cocok dijadikan
Berdasarkan analisa terhadap 3 lokasi yang dipilih, terlihat bahwa tabel penilaian memperlihatkan LOKASI A merupakan lokasi yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai site untuk “ Medan Culinary Center “.
II.4 Studi Kelayakan
Tabel wisatawan mancanegara yang datang ke Sumatera Utara menurut pintu masuk tahun 1994-2010. (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan)
Tahun Bandar Udara Pelabuhan Laut Pelabuhan Laut Jumlah
Polonia Belawan Tanjung Balai
Tabel jumlah kunjungan wisatawan ke kota Medan tahun 2009-2010. (Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan)
NO KEBANGSAAN JUMLAH (2009) JUMLAH (2010)
TOTAL 419 260
LAINNYA 2949 13393
JUMLAH WISATAWAN 153015 131123
Banyaknya wisatawan mancanegara yang datang ke kota Medan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, jumlah wisatawan mancanegara dati tahun 2007 – 2010 berurutan sebanyak 134.130 ; 152.493; 163159; 172194. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang dating ke kota Medan semakin meningkat walaupun tidak dalam angka yang signifikan.
Tabel banyaknya rumah makan/restoran dan warung minum per kelurahan di Kecamatan Medan Petisah tahun 2009.( Sumber : kantor Lurah se Kecamatan Medan Petisah)
NO KELURAHAN RESTORAN/R.MAKAN WARUNG
MAKAN/MINUM dapat menarik minat wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke kota Medan seperti pengadaan sebuah culinary center, dimana Kota Medan dikenal akan wisata kulinernya. Untuk itu diperlukan suatu wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi para wisatawan berupa sebuah pusat kuliner yang menawarkan berbagai jenis makanan sehingga para wisatawan dapat menghabiskan waktunya lebih lama di kota Medan yang pada akhirnya akan memajukan sektor pariwisata kota Medan.