• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transmisi Data Menggunakan Inframerah Sebagai Detektor Banjir Secara Wireless Pada Kolam Budidaya Ikan Lele

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Transmisi Data Menggunakan Inframerah Sebagai Detektor Banjir Secara Wireless Pada Kolam Budidaya Ikan Lele"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN INFRAMERAH SEBAGAI

DETEKTOR BANJIR SECARA WIRELESS PADA KOLAM

BUDIDAYA IKAN LELE

TUGAS AKHIR

EFRANITA MANIK

052408077

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI D3

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PERSETUJUAN

Judul : TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN INFRA MERAH SEBAGAI DETEKTOR BANJIR

SECARA WIRELESS PADA KOLAM BUDI DAYA IKAN LELE

Kategori : TUGAS AKHIR Nama : EFRANITA MANIK Nomor Induk Mahasaswa : 052408077

Program Studi : D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2008

Diketahui/disetujui oleh :

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing D-3 Fisika Instrumentasi

(4)

PERNYATAAN

TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN INFRAMERAH SEBAGAI DETEKTOR BANJIR SECARA WIRELESS PADA KOLAM BUDIDAYA

IKAN LELE

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2008

(5)

ABSTRAK

(6)

PENGHARGAAN

Atas berkat dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada-Nya atas segala kasih dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan Tugas Akhir yang berjudul “TRANSMISI DATA MENGGUNAKAN INFRAMERAH SEBAGAI DETEKTOR BANJIR SECARA WIRELESS PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN LELE”

Sesuai kurikulum yang berlaku di Universitas Sumatera Utara, bahwa setiap mahasiswa D-III Fisika Instrumentasi harus mengerjakan sebuah Tugas Akhir di semester VI. Adapun tujuan diadakannya Tugas Akhir ini adalah untuk pengembangan pemahaman dan pengaplikasiannya dengan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Tugas Akhir ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahlimadya di jurusan Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Dengan selesainya proyek yang saya laksanakan, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Dr. Eddy Marlianto, Msc selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

(7)

ii

3. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, Msc selaku ketua Program Studi D-III Fisika Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Diana Barus selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh staff pengajar dan staff pegawai administrasi di lingkungan departemen Fisika Instrumentasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

6. Orang tua penulis yang telah banyak mendidik, berdoa dan berkorban baik secara moral maupun materil kepada penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa/I Fisika Instrumentasi yang telah banyak memberikan dukungan khususnya stambuk 2005.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, semoga Tugas Akhir ini berguna bagi kita semua.

Medan, Juni 2008

(8)
(9)
(10)

4.8 Pengujian Rangkaian Penguat Sinyal 43 4.9 Prinsip Kerja Pendeteksi Banjir 44 4.10Aplikasi pendeteksi Banjir Pada kolam Ikan Lele 45

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 48

5.1 Kesimpulan 48

5.2 Saran 49

Daftar Pustaka 50

Lampiran 51

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Tabel Waktu Eksekusi 32

Tabel 4.2 Tabel Data Yang Dikirim ke Port Serial 33

(12)

Halaman

Gambar 2.1 IC Mikrokontroller AT89S5 9

Gambar 2.2 8051 Editor, Assembler, Simulator ( IDE ) 13 Gambar 2.3 ISP-Flash Programmer 3a 15

Gambar 3.1 Diagram Blok 16

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supply 17

Gambar 3.3 Rangkaian Mikrokontroller AT89S51 18 Gambar 3.4 Rangkaian Display Seven Segment 20 Gambar 3.5 Rangkaian Sensor dan Penguat sinyal 23

Gambar 3.6 Rangkaian Display LED 24

Gambar 3.7 Rangkaian Pengirim Data Melalui Inframerah 25 Gambar 3.8 Rangkaian Penerima Data Melalui Inframerah 27

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis

semakin meningkat, sehingga peralatan-peralatan otomatis ini sedikit demi sedikit

mulai menggantikan peralatan manual. Selain sistem kerjanya yang sama, peralatan

otomatis dapat melakukan pekerjaannya sendiri tanpa harus dikendalikan oleh

pengguna.

Untuk merancang sebuah peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara

otomatis tesebut, dibutuhkan sebuah alat/komponen yang dapat menghitung,

mengingat, dan mengambil pilihan. Kemampuan ini dimiliki oleh sebuah komputer

(PC), namun tidaklah efisien jika harus menggunakan komputer hanya untuk

keperluan tersebut diatas. Untuk itu komputer dapat digantikan dengan sebuah

mikrokontroler. Mikrokontroler merupakan sebuah chip atau IC yang di dalamnya

terdapat sebuah prosessor dan flash memori yang dapat dibaca/tulis sampai 1000 kali,

sehingga biaya pengembangan menjadi murah karena dapat dihapus kemudian diisi

kembali dengan program lain sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu alat otomatis yang sangat diperlukan ketika musim penghujan tiba

(14)

metode wireless.Dengan kata lain alat ini menggunakan inframerah sebagai pengirim

dan penerima data. Jadi di sini tidak diperlukan lagi peninjauan langsung ke lapangan

untuk mengetahui kondisi suatu area, apakah tempat tersebut mengalami banjir atau

tidak, tetapi cukup dengan menggunakan alat pendeteksi banjir.

Atas dasar pemikiran di atas, akan dirancang sebuah alat pendeteksi banjir

dengan metode wireless yang dapat membaca/mengenali keadaan suatu area tanpa

perlu peninjauan langsung ke lapangan. Dimana pendeteksi banjir ini akan

memberikan isyarat yang dibagi menjadi 3 level yaitu level siaga, wapada dan

awas.Dimana isyarat ini dihasilkan berdasarkan level ketinggian air yang di deteksi

oleh sensor ketinggian air. Selain itu data dari pendeteksi banjir ini akan dikirim oleh

pemancar inframerah ke penerima inframerah tanpa perlu peninjauan langsung ke

lapangan. Sehingga ini akan sangat memudahkan dan membantu masyarakat dalam

menghindari bencana banjir.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut

kedalam bentuk paper sebagai Tugas Akhir dengan judul “ Pendeteksi Banjir

Komunikasi Wireless Berbasis AT89S51

Pada alat pendeteksi banjir ini akan digunakan 2 buah mikrokontroller yang

merupakan otak dari semua sistem yang ada di dalam rangkaian ini. Dengan

menggunakan 2 buah kabel yang berdampingan sebanyak 6 sensor yang dibagi

(15)

3

Untuk menguatkan tegangan yang dihasilkan oleh sensor akan digunakan

penguat sinyal yang juga mengubah tegangan analog menjadi digital sehingga mampu

dibaca oleh mikrokontroller. Setiap perubahan ketinggian air yang diterima oleh

sensor akan ditampilkan dalam 3 display yaitu display sevent segment, LED dan

alarm. Karena komunikasi yang digunakan adalah komunikasi wireless atau tanpa

kabel, maka akan digunakan pemancar dan penerima inframerah. Pemancar akan

mengirimkan data ketinggian air dari mikrokontroller menuju penerima inframerah

dan inframerah juga akan menampilkannya dalam display atau tampilan.

I.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan mikrokontroler AT89S51 sebagai pusat kendali dari sebuah

sistem yang cerdas.

2. Memanfaatkan sensor untuk membaca keadaan suatu lingkungan

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahlimadya di

Universitas Sumatera Utara

4. Memanfaatkan inframerah sebagai alat pengirim data jarak jauh

5. Membuat sebuah alat yang dapat mendeteksi banjir secara otomatis dan

mengirimkan datanya dengan menggunakan metode wireless.

I.4 Batasan Masalah

Mengacu pada hal diatas, saya membuat alat yang dapat mendeteksi banjir dengan

metode wireless dengan batasan-batasan sebagai berikut :

(16)

2. Mikrokontroller yang digunakan jenis apa dan bagaimana mikrokontroller

mampu mengolah setiap data yang dihasilkan oleh sensor.

3. Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi wireless yaitu memanfaatkan

inframerah sebagai transmisi data. Bagaimana inframerah mampu mengirim

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1PERANGKAT KERAS

2.1.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Arsitektur AT89S51 sudah memiliki beberapa komponen yang pada masa lalu

merupakan chip tersendiri, sub komponen tersebut adalah :

• CPU, singkatan dari Central Processing Unit, adalah otak atau unit pemroses

pada suatu MCU. Istilah CPU yang salah kaprah dalam dunia PC adalah satu

box yang terdiri dari banyak komponen.

• Internal Oscillator yang memungkinkan pemakai hanya menambahkan sebuah

quarz crystal yang biasanya nilainya berkisar antara 6 Mhz hingga 24 Mhz.

Meskipun demikian dari datasheet, AT89S51 dapat bekerja dari frekuensi 0

hingga 24 Mhz.

• Interupt Control, suatu bagian yang mengatur prioritas interupsi dari luar atau

dari dalam chip MCU

• Timer 1 dan Timer 2 adalah bagian yang dapat berfungsi sebagai pencacah

pulsa masuk atau menentukan waktu (counter time)

• RAM adalah memori yang digunakan untuk menyimpan data sementara ( data

(18)

• Flash, adalah jenis memori yang digunakan untuk menyimpan program dan

data yang tetap, data pada memori tidak akan hilang bila catu daya padam.

• Bus Control, digunakan sinyal kendali akses data keluar dari system MCU.

• I/O Port digunakan untuk menjembatani antara system MCU dengan dunia

luarnya dengan cara parallel. I/O bisa sebagai output, misalnya menggerakkan

relay, menyalakan lampu, dapat juga sebagai input misalnya mendeteksi

saklar, menerima data dari ADC.

• Serial Port adalah penghubung ke dunia luar MCU dengan cara serial, dengan

port serial, MCU dapat berkomunikasi dengan PC yang juga harus melalui

serial Port.

AT89S51 sudah memiliki memory flash di dalamnya sehingga sangat praktis

digunakan untuk bereksperimen. Beberapa kemampuan fiturnya adalah sebagai

berikut :

• Memiliki 4K Flash Perom yang digunakan untuk menyimpan program. Flash

dapat ditulis dan dihapus sebanyak 1000 kali (menurut manual)

• Tegangan operasi dinamis dari 2,7 Volt hingga 6 Volt

• Operasi clock dari 0 hingga 24 Mhz

• Program bisa diproteksi, sehinnga tidak bisa dibaca oleh orang lain

• Memiliki internal RAM 128 byte

• Memiliki I/O sebanyak 32 line

• Dua buah timer/counter 16 bit

• Menangani 6 sumber interupsi

(19)

7

2.1.2 Kontruksi AT89S51

AT89S51 memiliki pin sebanyak 40, dalam kemasan PDIP maupun PLCC.

Keterangan fungsi masing – masing pin adalah sebagai berikut :

Pin 40 Vcc, masukan catu daya +5 volt DC

Pin 20 Vss, masukan catu daya 0 volt DC

Pin 32 – 39 P0.0-P0.7, Port input/output delapan bit dua arah yang juga

dapat berfungsi sebagai bus data dan bus alamat bila

mikrokontroller menggunakan memori eksternal.

Pin 1-8 P1.0-P1.7, port input/output dua arah delapan bit dengan

internal pull up

Pin 10-17 P3.0-P3.7, port input/output delapan bit dua arah, selain itu port

3 juga memiliki alternatif fungsi sebagai ;

RXD (pin 10) Port komunikasi input serial

TXD (pin 11) Port komunikasi output serial

INT0 (pin 12) Saluran interupsi eksternal 0 (aktif rendah)

INT1 (pin 13) Saluran interupsi eksternal 1 (aktif rendah)

T0 (pin 14) Input Timer 0

T1 (pin 15) Input Timer 1

WR (pin 16) Berfungsi sebagai sinyal kendali tulis

(20)

Port I/O dari AT89S51 merupakan saluran untuk menghubungkan keluar

sistem, misalnya mengambil data atau mengirimkan data, menghidupkan LED atau

menerima data dari switch.

Port 0

Port 0 berfungsi ganda selain sebagai port masukan/keluaran data byte atau bit secara

umum juga dipergunakan untuk fungsi lain yaitu sebagai Alternate Input Function

Port 1

Proses penulisan pada port 1 adalah penulisan akan memberikan data bit melalui

internal bus, yang terhubung dengan D pada suatu Delay Flip-flop, disini D Flip flop

berfungsi sebagai latch atau gerendel yang menahan data D selama sinyal Clock tidak

aktif

Port 2

Port 2 berfungsi ganda yaitu sebagai port I/O biasa, selayaknya port P1, sudah

mempunyai resistor ke vcc. Funsi lain adalah sebagai penyalur alamat byte tinggi saat

MCU mengakses program atau data di memori luar

Port 3

Port 3 memiliki fungsi ganda, selain sebagai port masukan/keluaran data byte atau bit

(21)

9

Gambar 2.1. IC Mikrokontroler AT89S51

2.2PERANGKAT LUNAK

2.2.1 Bahasa Assembly MCS-51

Jika ragam pengalamatan adalah pengelompokan berdasarkan orientasi lokasi memori,

tipe-tipe instruksi adalah pengelompokan berdasarkan fungsi pada instruksi MCS-51

yaitu :

• Arithmatika

• Instruksi Logika

• Transfer Data

• Manipulasi dan Operasi Boolean

(22)

1. Instruksi Aritmatika

Instruksi-instruksi menunjukkan ragam pengalamatan yang dapat digunakan

dengan masing-masing instruksi.

a. Penjumlahan

Source (sumber) adalah operand dengan ragam pengalamatan, register

indirect, indirect atau immediete.

b. Incremental dan Decremental

Data didalam memori internal dapat dinaikkan atau diturunkan

(Incremental dan Decremental), tanpa melalui akumulator, demikian

juga pada DPTR yang digunakan untuk menghasilkan pengalamatan 16

bit di memori eksternal.

c. Perkalian

Instruksi MUL AB mengalikan akumulator dengan data yang ada pada

register B dan meletakkan hasil 16 bit ke dalam register A dan B.

Register A berisi lo-byte dan register B berisi hi-byte. Bila hasilnya

lebih besar dari 255 (0FFh), maka bit 0V set, sedangkan bit CY selalu

akan di clearkan (‘0’).

d. Pembagian

Instruksi DIV AB membagi isi akumulator dengan data dalam register

B dan meletakkan hasil bagi (quotient) 8 bit dalam akumulator dan

sisanya (reminder) 8 bit dalam register B. Operasi DIV akan membuat

bit-bit CY dan OV menjadi ‘0’.

e. Desimal Adjust

Instruksi DA A (Decimal Adjust) digunakan untuk operasi arithmatic

(23)

11

diikuti oleh sebuah operasi DAA untuk menjadikan hasilnya terdapat

pada sistem BCD.

2. Instruksi Logika

Instruksi Logika pada MCS-51 adalah melakukan operasi boolean (bit) yang

terdiri dari AND, OR, EXOR dan NOT pada bit demi bit dalam suatu bit data

di register.

a. Operasi AND, OR, dan EXOR

Operasi AND, OR dan EXOR (Exclusive OR) adalah operasi bit

dengan tabel kebenaran.

b. Rotate

Instruksi Rotate seperti pada shift register, bit-bit dalam byte register A

digeser ke kanan atau ke kiri melalui atau tidak melalui carry.

c. SWAP

SWAP adalah tukar nibble dari byte akumulator, nibble rendah ditukar

dengan nibble tinggi.

3. Data Transfer

MOV adalah proses move (pindahkan) data dari sumber ke tujuan yang

sebenarnya adalah proses mengcopy, artinya data di sumber tidak berubah.

a. Memory Internal

MOV adalah copy data dari source ke destination atau sumber ke

tujuan, semua memory internal dan SFR dapat berlaku sebagai source

(24)

b. Program Memory

MOVC adalah perintah move code bit, mengcopy isi dari program

memory (aktivasi dengan PSEN) dilokasi yang ditunjukkan oleh base

register yaitu DPTR atau PC.

c. Data Memory

MOVX adalah perintah move eksternal, digunakan untuk mengcopy isi

dari dan ke data memory.

d. Proses Stack

PUSH (pushing berarti mendorong) dan POP (popping berarti

menyembulkan kembali) adalah perintah yang digunakan untuk

‘menyelamatkan’ data karena register yang bersangkutan akan

digunakan untuk proses lain, atau untuk mengingat alamat yang

ditinggalkannya akibat adanya panggilan sub rutin atau adanya

interupsi.

e. Pertukaran Data

XCH adalah exchange atau pertukaran data antara kumulator dengan

byte yang ragam pengalamatannya bisa secara direct, register atau

indirect.

4. Pencabangan Program

Program Assembler bersifat sekuensial, seperti pada program basic klasik

(awal mula basic), dan biasanya diperlukan pencabangan untuk tujuan tertentu,

(25)

13

2.2.2. Compiler dan Simulator

Ada banyak produk simulator dan kompiler yang informasinya dapat dicari di internet, melalui search engine dengan kata kunci MCS-51, 8051, Compiler atau

Simulator, akan muncul banyak situs yang menyediakan simulator atau kompiler. Ada

yang garus beli, ada juga yang gratis.

Selain ASM 51 dari Metalink, juga terdapat compiler AD 2500, Keil dan

Franklin untuk compiler bahasa C. Simulator ada banyak seperti AVSIM (DOS),

JSIM, Pds-51, TS Controls. WinAlds dari MicroLogic salah satu produk yang

memberikan fasilitas multi compiler, suatu komputer untuk beberapa

prosesor/microkontroler, disamping itu juga ada fasilitas simulator untuk MCS-51.

Gambar 2.2. 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

2.2.3 Pemrograman AT89S51

Pemrograman AT89S51 adalah prosedur mengisi flash memory dengan program yang

(26)

pengendali utama perlu diambil dari sistem dan diletakkan dalam programmer untuk

diisi.

Prosedur pengisian flash memory yang juga termuat dalam data sheet akan

dijelaskan pada bagian ini. Prosedur pengisian flash, masing-masing pin akan

berfungsi sebagai berikut :

• Pin Vcc diberi catu 5 V, XTAL dapat dari 3 hingga 24 MHz, sebaiknya

digunakan 12 MHz atau 11.059 MHz.

• Port P1+port P2.0 hingga P2.3 adalah jalur alamat 12 bit (0000h-0FFFh).

• Port P0 digunakan sebagai jalur data ( 8 bit ).

• Pin P2.6,P2.7,P3.6 dan P3.7 digunakan sebagai mode pemrograman.

• Pin ALE digunakan untuk pulsa pemrograman ( pulsa negatif )

• Pin EA digunakan untuk level tegangan pemrograman ( 5 V dan 12 V )

• Pin RST selalu ‘1’.

Mode dari pemrograman AT89S51, dimana masing-masing kombinasi P2.6, P2.7,

P3.6 dan P3.7 menentukan masing-masing mode, yaitu:

• Write, berarti menulis kode yang di inputkan ke P0 ke memori lokasi yang di

inputkan pada P1 + P2.

• Read, berarti membaca kode dari P0 di lokasi memori yang di inputkan pada

P1 + P2.

• Lock Bit 1, Lock Bit 2 dan Lock Bit 3 berarti memprogram masing-masing

Lock Bit. Fungsi Memprogram lock bit adalah membuat program tidak dapat

dibaca.

• Erase, adalah menghapus isi flash memory secara keseluruhan. Flash hanya

dapat diisi kembali setelah dihapus, dan cara penghapusan adalah secara

(27)

15

• Read signature, adalah membaca identifikasi dari ic, masing-masing ic

memiliki id tergantung jenis, pabrik, dan tegangan pemrograman. Pembacaan

signature bisa juga dengan mode read pada alamat 030h.

Gambar 2.3 Isp Flash Programmer

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

(28)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT DAN BAHAN

3.1 Diagram Blok dan Rangkaian Sensor Ketinggian Air

Sensor 1 Sensor 2 Sensor 6

Penguat sinyal Penguat sinyal Penguat sinyal

Mikrokontroller AT89S51

Sensor berfungsi untuk mendeteksi ketingian air. Sensor air terdiri dari dua

kabel yang berdampingan. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi air pada alat ini

sebanyak 6 buah sensor. Sinyal yang di deteksi oleh sensor kemudian akan dikuatkan

oleh penguat sinyal. Data yang telah dikuatkan oleh penguat sinyal kemudia masuk ke

mikrokontroler AT89S51untuk diolah dan ditampilkan pada display. Display led

berfungsi untuk menampilkan ketinggian air sedangkan display seven segment

(29)

17

mikrokontroler kemudian akan dikirimkan ke mikrokontroller kedua melalui

pemancar inframerah. Agar mikroontroler kedua dapat menerima data, digunakan

penerima infra merah yang menggunakan ic TSOP1738. Hasil penerimaan data

kemudian akan ditampilkan pada display.

3.2 Rangkaian power supplay ( PSA )

Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.

Rangkaian PSA yang dibuat untuk menghasilkan tegangan keluaran sebesar 5 volt.

Keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian termasuk

mikrokontroller.Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

Gambar 3.2 Rangkaian Power Supplay (PSA)

Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan

disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan

diratakan oleh kapasitor 2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan

agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan

masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP

(30)

rangkaian, sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika

rangkaian butuh arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari

keluaran 2 buah dioda penyearah.

3.3 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.

Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:

Gbr.3.3.Rangkaian mikrokontroller AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam

(31)

19

tinggi akan me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang

merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program

eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.

Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik

tegangan ) agar output dari mikrokontroler dapat mentrigger transistor. Pin 1 sampai

8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3.

Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan

sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum

mikrokontroller AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program

sederhana pada mikrokontroller tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum

tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubung ke Pin 39

sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum

tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground

pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan

+ 5 volt dari power supplay

3.4Rangkaian Display Seven Segmen

Nilai ketinggian air yang terdeteksi oleh sensor akan diolah oleh mikrokontroler

AT89S51 untuk selanjutnya ditampilkan pada display seven segmen. Rangkaian

(32)

Gambar 3.4 Rangkaian Display Seven Segmen

Display ini menggunakan 1 buah seven segmen yang dihubungkan ke IC 4094

yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk

menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1

AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan

oleh mikrokontroler AT89S51. Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk

pengiriman data serial.

Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka

data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini

dihubungkan dengan seven segmen agar data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk

(33)

21

jika diberi data low (0) dan segmen akan mati jika diberi data high (1). Untuk

menampilkan angka pada seven segmen, maka data yang harus diberikan adalah

sebagai berikut:

Untuk menampilkan angka nol, data yang harus dikirim adalah 20h

Untuk menampilkan angka satu, data yang harus dikirim adalah 0ech

Untuk menampilkan angka dua, data yang harus dikirim adalah 18h

Untuk menampilkan angka tiga, data yang harus dikirim adalah 88h

Untuk menampilkan angka empat, data yang harus dikirim adalah 0c4h

Untuk menampilkan angka lima, data yang harus dikirim adalah 82h

Untuk menampilkan angka enam, data yang harus dikirim adalah 02h

Untuk tampilan kosong (tidak ada nilai yang tampil), data yang harus dikirim

adalah 0ffh

Program untuk menampilkan angka pada display seven segmen adalah sebagai

(34)

clr ti

sjmp Tampil

Program di atas akan menampilkan nilai 1 pada display seven segmen. Dan

nilai berapapun yang diisikan ke alamat 60h, akan ditampilkan pada display seven

segmen.

3.5 Perancangan Rangkaian Sensor dan Pengolah Sinyal

Sensor ini berfungsi untuk mengetahui ketika ada air yang mengenai sensor. Sensor

ini terdiri dari dua lempeng logam, dimana lempeng 1 dihubungkan ke Vcc 5 volt dan

yang lainnya dihubungkan ke input dari rangkaian pengolah sinyal.

Sensor dan foto dioda yang terkena air akan mengalami perubahan tegangan

kemudian akan diolah oleh rangkaian penerima agar menghasilkan data biner, dimana

jika sensor terkena air merah maka output dari rangkaian penerima ini akan

mengeluarkan logika low (0), namun jika sensor dan fotodioda tidak terkena air, maka

output dari rangkaian penerima akan mengeluarkan logika high (1). Adapun rangkaian

sensor dan penguat sinyal yang digunakan adalah sebanyak 6 buah yang terbagi dalam

3 level. Berarti dalam setiap level terdapat 2 buah sensor dan penguat sinyal.

Rangkaian sensor dan penguat sinyal seperti gambar berikut :

(35)

23

Air ke

mikro

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor dan Penguat Sinyal

Pada rangkaian tersebut, output dari sensor diumpankan ke Op Amp, di Op

Amp tegangan akan dikuatkan sesuai dengan yang diinginkan. Output Op Amp akan

diinputkan ke basis dari transistor tipa NPN C945, ini berarti untuk membuat

transistor tersebut aktif maka tegangan yang keluar dari Op Amp harus lebih besar

dari 0,7 volt. Syarat ini akan terpenuhi jika sensor terkena air.

3.6 Display LED

Lampu-lampu led disusun sesuai dengan letak level air. Dimana lampu yang menyala

berarti sensor telah terkena air dan jika sensor belum terkena air, maka LED hidup.

(36)

Gambar 3.6. Rangkaian Display LED

Display ini menggunakan transistor sebagai saklar. Transistor yang digunakan

adalah tipe PNP C945. transistor tipe ini akan aktif (saturasi) jika pada basis

mendapatkan tegangan yang lebih kecil dari 4,3 volt (VB < 4,3 volt). Dan akan cut off

(terputus) jika tegangan pada basis lebih besar dari 4,3 volt (VB > 4,3 volt) pada

perancangan alat ini terdapat 6 buah rangkaian di atas. Dimana masing – masing

rangkaian dihubungkan ke mikrokontroler AT89S51

Rangkaian display led ini berfungsi sebagai penunjuk tingkatan ketinggian air.

Apabila ketinggian air dalam kategori rendah maka led berwarna biru akan menyala,

jika tingkatan dalam keadaan sedang maka led berwarna kuning akan menyala dan

apabila telah terjadi banjir maka led berwarna merah yang akan menyala.rangkaian

display led dapat dilihat dari gambar berikut:

Komponen utama dari rangkaian ini adalah 2 buah LED yang hidup/matinya

(37)

25

saklar untuk menghidup/mematikan 2buah LED yang disusun secara paralel. Jadi

ketika transistor aktip maka LED akan menyala dan sebaliknya.

Basis dari transistor ini dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga dengan

memberikan logika high atau low pada program, maka hidup/matinya LED dapat

dikendalikan melalui program yang diisikan ke mikrokontroler AT89S51. pada tugas

akhir ini digunakan sebanyak enam buah rangkaian seperti tampak pada gambar di

atas

3.7Rangkaian Pengirim Infra Merah

Data yang yang telah diolah mikrokontroler AT89S51 dikirimkan ke rangkaian

penerima dengan menggunakan LED infra merah. Rangkaiannya seperti gambar

berikut :

Gambar 3.7. Rangkaian Pengirim Data Melalui Infra Merah

Pada rangkaian di atas LED infra merah akan menyala jika basis pada

transistor C945 diberi tegangan yang lebih besar dari 0,7 volt, ini akan sama artinya P3.7 ( AT89S51)

LED_ir 5V VCC

330฀ R2

4.7k

(38)

jika pada P3.7 AT89S51 diberi logika high (1), karena pin yang diberi logika high

akan mempunyai tegangan 4 s/d 5 volt, cukup untuk mengaktipkan transistor.

Sedangkan untuk mematikan LED infra merah, maka P3.7 AT89S51 harus diberi

logika low (0), karena dengan memberikan logika low pada P3.7, maka P3.7 akan

memiliki tegangan 0 s/d 0,009 volt, tegangan ini akan menyebabkan transistor tidak

aktip.

Untuk pengiriman data agar data dapat dikirimkan dari jarak yang jauh, maka

LED infra merah harus dipancarkan dengan frekuensi 38 KHz karena frekuensi ini

bebas dari gangguan frekuensi infra merah alam. Jika LED infra merah dipancarkan

dengan frekuensi selai 38 KHz, maka pancarannya akan terganggu oleh

frekuensi-frekuensi infra merah dari alam, seperti frekuensi-frekuensi infra merah yang dipancarkan oleh

matahari, tumbuhan, bahkan badan manusia. Dengan menggunakan frekuensi 38 KHz,

maka pancaran LED infra merah yang dihasilkan oleh rangkaian tidak terganggu oleh

pancaran infra merah alam, sehingga jarak pengiriman data semakin jauh.

3.8Rangkaian Penerima Infra Merah

IC yang digunakan sebagai penerima infra merah adalah IC TSOP 1738. IC ini sering

digunakan sebagai penerima/receiver remote control dari TV atau VCD.

Rangkaiannya tampak seperti dibawah ini:

(39)

27

Gambar 3.8 Rangkaian Penerima Infra Merah

Pada rangkaian diatas digunakan resistor 100 ohm untuk membatasi arus yang

masuk pada rangkaian, sedangkan kapasitor 10 μF digunakan agar arus yang masuk ke

IC TSOP 1738 lebih stabil.

IC ini mempunyai karakteristik yaitu akan mengeluarkan logika high (1) atau

tegangan ± 4,5 volt pada outputnya jika IC ini mendapatkan pancaran sinar infra

merah dengan frekuensi antara 38 – 40 KHz, dan IC ini akan megeluarkan sinyal low

(0) atau tegangan ± 0,109 volt jika pancaran sinar infra merah dengan frekuensi antara

38 – 40 KHz berhenti, namun logika low tersebut hanya sesaat yaitu sekitar 1200 μs,

setelah itu outputnya kan kembali menjadi high. Sifat inilah yang dimanfaatkan

sebagai pengiriman data.

Output dari IC ini dihubungkan ke P3.7 pada mikrokontroller, sehingga setiap

kali IC ini mengeluarkan logika low atau high pada outputnya, maka mikrokontroller

(40)

3.9Perancangan Rangkaian Alarm

Rangkaian alarm ini berfungsi untuk memberikan peringatan berupa nada alarm

apabila banjir telah terdeteksi. Apabila seluruh sensor dan fotodioda terkena oleh air

maka alarm akan berbunyi.s Rangkaiannya seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.9. Rangkaian Alarm

Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah alarm 5 volt. Alarm ini akan

berbunyi jika positifnya dihubungkan ke sumber tegangan positif dan negatifnya

dihubungkan ke ground.

Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang

dapat menghidupkan dan mematikan alarm. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatif

alarm dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika

transistor dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor

langsung terhubung ke ground yang menyebabkan tegangan di kolektor menjadi 0

volt, keadaan ini akan mengakibatkan alarm berbunyi. Sebaliknya jika transistor tidak

aktif, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor

(41)

29

Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktif apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7

volt. Resistor 4,7 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada

(42)

BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

4.1 Pengujian Rangkaian Power Supply (PSA)

Rangkaian Power Supply diuji dengan menghubungkan rangkaian Power Supply

dengan sebuah multimeter. Adapun tujuannya adalah untuk mengukur tegangan

keluarannya apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan atau belum.

Pada rangkaian Power Supply tegangan yang masuk adalah tegangan sebesar

220 volt AC. Untuk menghidupkan rangkaian ini tidak diperlukan tegangan sebesar

itu. Selain itu arus yang digunakan adalah arus searah, hal ini disebabkan karena

apabila arus yang masuk adalah arus bolak-balik maka tegangan yang dihasilkan tidak

stabil. Dan ini dapat menyebabkan kerusakan pada rangkaian.

Karena tegangan yang masuk kedalam rangkaian adalah tegangan sebesar 220

Volt AC, maka tegangan ini perlu dikecilkan dan disearahkan menjadi tegangan DC.

Oleh karena itu pada rangkaian ini digunakan Trafo CT yang berfungsi untuk

menurunkan tegangan dari 220 Volt menjadi 2 tegangan keluaran yaitu 12 Volt dan 5

Volt. Kemudian tegangan ini disearahkan dengan 2 buah dioda dan kemudian

diratakan dengan kapasitor 2200 mikro farad.

Tegangan keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian Power Supply ini adalah 12

(43)

31

rangkaian mikrokontroller AT89S51 dan tegangan 12 Volt DC akan digunakan untuk

menghidupkan semua relay yang ada pada rangkaian.

Apabila rangkaian kita hidupkan dan kita hubungkan ke multimeter dan

keluarannya sesuai dengan yang diharapkan, maka rangkaian ini sudah bekerja dengan

baik. Akan tetapi, bila tidak sesuai maka kemungkinan besar ada kerusakan di dalam

rangkaian ini.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Pada rangkaian ini digunakan 2 buah mikrokontoller yaitu pada rangkaian pengirim

data dan pada rangkaian penerima data. Untuk mengetahui apakah rangkaian

mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan

pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana

pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut:

Loop:

Setb P0.0

Acall tunda

Clr P0.0

Acall tunda

Sjmp Loop

Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255

Djnz r6,$

Djnz r7,tnd

(44)

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0

selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus

menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan

LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini hidup selama beberapa saat.

Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan LED akan

mati. Perintah Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat.

Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan

tampak LED tersebut tampak berkedip.

Lamanya waktu tunda dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :

Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz dan terdapat 12 siklus mesin di dalam

mikrokontroller, sehingga 1 siklus mesin membutuhkan waktu = 12 1 12MHz =

mikrodetik

Tabel 4.1 Waktu Eksekusi

Mnemonic Siklus Waktu Eksekusi

MOV Rn,#data 2 2 x 1 μd = 2 μd

DJNZ 2 2 x 1 μd = 2 μd

(45)

33

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik.

.

4.3 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial

dari mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana

segmen akan menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi

logika 1.

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk

menampilkan angka desimal adalah sebagai berikut

Tabel 4.2 Data yang Dikirim ke Port Serial

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

2 18H

3 88H

4 0C4H

5 82H

6 02H

7 0E8H

8 0h

9 80H

(46)

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen.

Sedangkan untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah

dengan mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen.

Programnya adalah sebagai berikut :

Loop:

mov sbuf,#bil1

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

(47)

35

4.4Pengujian Rangkaian Pengirim Data Melalui Infra Merah

Untuk mengetahui apakah rangkaian pengirim data inframerah sudah bekerja dengan

baik juga diperlukan suatu pengujian rangkaian. Seperti yang sudah dilakukan penulis

pada prakteknya bahwa pemancar inframerah tidak bekerja sesuai dengan yang

diinginkan. Data yang disampaikan oleh pemancar inframerah tidak sama dengan data

yang diterima oleh penerima inframerah.

Setelah dilakukan analisa, ternyata pemancar inframerah tidak dapat bekerja

dengan baik karena adanya gangguan dari inframerah yang dipancarkan oleh alam

baik matahari, tumbuhan bahkan tubuh manusia sendiri. Untuk membuktikan

kebenaran dari analisa ini, maka pengujian rangkaian dilakukan pada malam hari

dimana tidak ada inframerah yang dipancarkan dari alam. Dan ternyata hasilnya

pemancar inframerah dapat mengirimkan data sampai pada jarak maksimum tersebut.

Agar data dapat dikirimkan sampai jarak maksimum tersebut maka LED infra

merah harus dipancarkan dengan frekuensi 38 KHz karena frekuensi ini bebas dari

gangguan frekuensi infra merah alam. Jika LED infra merah dipancarkan dengan

frekuensi selai 38 KHz, maka pancarannya akan terganggu oleh frekuensi-frekuensi

infra merah dari alam, seperti frekuensi infra merah yang dipancarkan oleh matahari,

tumbuhan, bahkan badan manusia. Dengan menggunakan frekuensi 38 KHz, maka

pancaran LED infra merah yang dihasilkan oleh rangkaian tidak terganggu oleh

pancaran infra merah alam, sehingga jarak pengiriman data semakin jauh.

Untuk memancarkan frekuensi 38 KHz dari LED infra merah, langkah yang

(48)

dengan frekuensi tersebut, yaitu dengan memberikan logika high dan low pada P3.7

dengan selang waktu (perioda) :

1 1 13 0, 0000263 26,3

38 38 10

T s s

f KHz x Hz µ

= = = = =

Untuk mendapatkan perioda tersebut, maka program yang harus diberikan pada

(49)

37

Mikrokontroler AT89S51 memerlukan 12 Clock setiap satu siklus mesin.

Dengan demikian, jika digunakan kristal 12 MHz, maka waktu yang diperlukan untuk

satu siklus mesin adalah :

6

Jika dihitung lamanya mikrokontroler AT89S51 mengerjakan perintah di atas :

Tabel 4.3 Siklus Mesin

Instruksi Siklus mesin Waktu (μS)

CLR

Berdasarkan tabel di atas, maka lamanya logika low (0) pada P3.7 adalah 13 μ dan

lamanya logika high (1) adalah 13 μs, sehingga periodanya menjadi 26 μs.

13 μs 13 μs

Low High

26 μs

(50)

6

Jika LED infra merah dipancarkan dengan frekuensi ini, maka pancaran LED

infra merah dari rangkaian tidak akan terganggu oleh frekuensi infra merah alam.

Sebagai catatan frekuensi infra merah yang tidak dipengaruhi oleh frekuensi infra

merah dari alam adalah anatara 38 KHz s/d 40 KHz, frekuensi inilah yang digunakan

sebagai frekuensi remote kontrol dari TV, VCD dan DVD di seluruh dunia.

Ketika penerima infra merah menerima pancaran infra merah dengan frekuensi

38 KHz dari rangkaian pemancar, maka output dari penerima akan berlogika high (1),

jika pancaran infra merah ini dihentikan, maka penerima akan mendapatkan logika

low (0) sesaat (± 1200 μs ) kemudian berubah menjadi high (1) kembali walaupun

tidak ada pancaran infra merah dengan frekuensi 38 KHz. Ini sudah merupakan

karakteristik dari penerima infra merah yang digunakan (TSOP 1738). Pada alat ini,

logika high setelah setelah logika low sesaat itulah yang dijadikan sebagai data,

sehingga dengan mengatur lebar pulsa high (1) tersebut dengan suatu nilai tertentu dan

menjadikan nilai tersebut sebagai datanya, maka pengiriman data dapat dilakukan.

Kesalahan pengambilan data oleh penerima disebabkan karena adanya

penghalang atau karena kesalahan pengambilan data ketika alat pertama kali

dihidupkan. Seharusnya penerima mengambil sinyal low dari data yang pertama,

kemudian mengambil data pertama, setelah itu mengambil sinyal low dari data kedua,

kemudian mengambil data kedua, dan demikian seterusnya, sehingga data tersebut

sesuai dengan urutannya. Namun jika ada penghalang sesaat atau ketika pertama kali

(51)

39

seterusnya akan salah. Misalnya jika ada penghalang sesaat, sehingga sinyal low yang

diterima adalah sinyal low yang kedua, maka data kedua akan dianggap sebagai data

pertama, dan data ketiga akan dianggap sebagai data kedua, demikian seterusnya,

sehingga urutan data menjadi salah.

Untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data, maka pada alat ini

ditambahkan satu data yang berfungsi sebagai startbit atau data awal. Data awal ini

mempunyai nilai tertentu, jadi ketika penerima mendapatkan sinyal low, penerima

akan mengambil 1 data setelah sinyal low tersebut dan membandingkannya apakah

sesuai dengan data awal atau tidak. Jika tidak sama, maka penerima akan mengambil

data berikutnya , kemudian membandingkan lagi sesuai atau tidak dengan data awal.

Langkah ini dilakukan terus sampai didapat data awal. Ketika penerima mendapatkan

data yang sesuai dengan data awal, maka penerima akan mengambil data pertama

setelah data awal sebagai data pertama, data kedua setelah data awal sebagai data

kedua, dan seterusnya hingga data ketiga. Dengan demikian tidak akan terjadi

kesalahan urutan data, walaupun ada penghalang sesaat.

Setiap data mempunyai lebar pulsa high (1) tertentu. Untuk nilai data 0, maka

lebar pulsa high yang dikirim adalah ± 1131 μ sekon. Programnya seperti berikut:

Mov 70h,#0

Inc 70h

Kirim:

Mov r0,70h

Acall data

Sjmp kirim

(52)

data:

Demikian juga seterusnya jika yang dikirimkan data 1 s/d data 9, maka data ini akan

ditambah dengan nilai 1, dan kemudian hasil penjumlahannya digunakan sebagai

banyaknya perulangan dalam pengiriman pulsa.

Sebagai contoh jika data yang dikirimkan adalah data 1, maka data ini akan

ditambahkan 1 sehingga hasilnya menjadi 2. 2 inilah yang merupakan banyaknya

perulangan pengiriman pulsa. Jadi lebar pulsa untuk data satu ± 2 x 1.131 μs = 2.262

μs. Demikian pula untuk data-data yang lainnya.

4.5Pengujian Rangkaian Penerima Infra Merah

Untuk mengetahui apakah rangkaian penerima inframerah sudah bekerja dengan baik,

(53)

41

dipakai adalah IC TSOP 1738. Output dari IC ini dihubungkan ke P3.7 pada

mikrokontroler, sehingga setiap kali IC ini mengeluarkan logika low atau hing pada

outputnya, maka mikrokontroller dapat langsung mendeteksinya. Programnya sebagai

berikut :

Awalnya mikrokontroler akan memasukkan nilai 0 pada alamat 60h, kemudian

menunggu sinyal low dari P3.7 yang terhubung ke output dari IC TSOP 1738. Jika ada

sinyal low, itu berarti ada data yang akan dikirim oleh pemancar, kemudian

mikrokontroler akan mengabaikan sinyal low tersebut sampai datang sinyal high,

sinyal high inilah yang dihitung oleh mikrokontroller sebagai data yang masuk. Data

yang masuk akan dibagikan dengan nilai 10. Hal ini dilakukan karena lebar data

pengirim 10 kali lebih besar daripada lebar data penerima, sehingga harus dibagi

(54)

pengiriman, setiap data telah ditambah dengan nilai satu. Selanjutnya lebar data akan

dibandingkan, apakah sama dengan 10 atau tidak, jika sama dengan 10 maka data ini

merupakan data startbit, dengan demikian 3 data setelah ini adalah merupakan data

temperatur, dan akan diambil untuk ditampilkan nilainya. Namun jika data tersebut

tidak sama dengan 10, maka data ini bukan merupakan data startbit, program akan

kembali ke awal sampai mendapatkan startbit.

Setelah mendapatkan data startbit, maka mikrokontroler akan mengambil 3

data setelah data startbit tersebut, yang merupakan data dari nilai yang dikirimkan

oleh pemancar.

4.6. Pengujian Rangkaian alarm

Pengujian pada rangkaian alarm ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5

volt dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis

NPN, transistor jenis ini akan aktip jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak

aktip jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan

membunyikan alarm.

Selanjutnya alarm dihubungkan dengan mikrokontroler dan mikrokontroler

diberi program sederhana untuk megaktifkan alarm. Program yang diisikan ke

mikrokontroler untuk mengaktifkan alarm adalah :

Setb P0.0

(55)

43

Perintah tersebut akan memberikan logika high (1) atau tegangan 5 volt. pada P0.0,

sehingga dengan demikian alarm akan berbunyi.

4.7 Pengujian rangkaian display led

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt

pada basis, jika pada saat diberikan tegangan 5 volt kemudian LED menyala, dan

ketika diberikan tegangan 0 volt pada basis kemudian LED mati, maka rangkaian ini

telah berfungsi dengan baik.

4.8 Pengujian Rangkaian penguat Sinyal

Pengujian pada rangkaian penguat sinyal ini dilakukan dengan menghubungkan

rangkaian sensor dengan rangkaian penguat sinyal. Selanjutnya rangkaian penguat

sinyal ini dihubungkan dengan sebuah multimeter.

Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan menghidupkan rangkaian, lalu

sensor misalnya sensor level 1 dibuat menyentuh air sehingga sensor menghasilkan

tegangan, tegangan yang dihasilkan oleh sensor ini kita ukur juga dengan

menggunakan multimeter. Setelah itu, sensor akan mengirimkan data ini ke penguat

sinyal yang telah kita hubungkan dengan multimeter. Apabila tegangan yang

dihasilkan oleh penguat sinyal lebih besar dari tegangan yang dihasilkan oleh sensor,

(56)

4.9 Prinsip Kerja Pendeteksi Banjir Komunikasi Wireless

Pendeteksi banjir ini memanfaatkan ketinggian air untuk mengetahui keadaan suatu

lokasi apakah ada tanda-tanda banjir akan datang atau tidak. Untuk mengetahui

ketinggian air digunakan sensor pendeteksi ketinggian air. Sensor ini dibuat dari 2

buah kabel yang berdampingan. Pada rangkaian ini digunakan 6 buah sensor

pendeteksi ketinggian air yang dibagi menjadi 3 level. Dengan kata lain, pada setiap

level terdapat 2 buah sensor pendeteksi ketinggian air. Adapun level pada sensor ini

adalah siaga, waspada dan awas.

Karena pada proyek ini yang dimanfaatkan adalah ketinggian air, maka berapa

ketinggian air ditampilkan dalam 3 bentuk display, yaitu display seven segment, LED

dan alarm. Display seven segment berfungsi untuk menunjukkan ketinggian air dalam

bentuk angka yang ditampilkan secara digit, display LED berfungsi untuk

menampilkan ketinggian air dalam bentuk 3 level ketinggian air, dan alarm berfungsi

untuk memberitahukan bahwa air sudah berada pada ketinggian maksimal.

Apabila air menyentuh sensor maka akan timbul tegangan karena korslet atau

hubungan arus singkat. Tegangan yang dihasilkan oleh sensor ini akan dikirim ke

penguat sinyal. Karena kita ketahui, tegangan yang dihasilkan oleh sensor sangat

kecil, maka tegangan yang dihasilkan oleh sensor akan dikuatkan oleh penguat sinyal.

Hal ini dilakukan agar mikrokontroller mampu membaca tegangan yang dihasilkan

oleh sensor tersebut.

Setelah itu, mikrokontroller akan membaca tegangan yang dihasilkan oleh

(57)

45

seven segment dan LED serta pemancar inframerah. Adapun program dari

mikrokontroller ini dapat kita lihat pada lampiran Tugas Akhir ini. Apabila air

menyentuh sensor level 1 maka LED biru akan menyala, begitu juga selanjutnya.

Apabila air menyentuh sensor level 2 maka LED kuning akan menyala, jika air

menyentuh sensor level 3 maka LED merah akan menyala. Display seven segment

akan menampilkan berapa ketinggian air pada setiap level yang disentuh oleh air.

Semua data yang ditampilkan oleh display LED dan seven segment akan

dikirimkan ke penerima inframerah. Pengiriman data ini dilakukan oleh pemancar

inframerah. Data yang diterima oleh pemancar akan dikirim ke mikrokontroller yang

ada pada penerima. Kemudian mikrokontroller akan mengolah data ini dan

menampilkannya sesuai dengan data yang ada pada pemancar inframerah. Pada

rangkaian penerima inframerah ini terdapat alarm. Apabila air menyentuh sensor level

3 maka alarm akan berbunyi yang menandakan bahwa air sudah berada pada

ketinggian maksimal.

4.10 Aplikasi Pendeteksi Banjir Pada Kolam Ikan Lele

Pendeteksi banjir komunikasi wireless ini umumnya diaplikasikan di sungai

terutama sungai – sungai besar yang apabila airnya meluap dapat mengakibatkan

banjir di daerah pemukiman penduduk di sekitarnya. Atau di sungai yang

dipinggirannya terdapat tambak atau kolam ikan air tawar. Jarak antara pemancar dan

(58)

pemancar inframerah yang biasa maka kemungkinan tidak bias mencapai jarak

tersebut karena banyaknya gangguan inframerah dari alam.

Berikut kita akan membahas mengenai aplikasi pendeteksi banjir pada kolam

ikan lele. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Budidaya ikan lele berkembang pesat karena :

1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas

2. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyrakat

3. Pemasarannya relatif mudah

4. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah

Budidaya ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak tambak atau bak

plastik. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur atau air hujan. Karena

mudahnya memelihara atau membudidayakan ikan lele, maka banyak masyarakat

membuat kolam – kolam kecil di lahan kosong di sekitar rumahnya. Pengairan yang

biasa dilakukan adalah dengan memanfaatkan air hujan.

Berikut merupakan syarat hidup ikan lele di air kolam :

1. Tanah yang baik adalah tanah liat, berlumut dan subur

2. Lahan ideal untuk budidaya adalah sawah, comberan, dan kolam-kolam

pekarangan

3. Perairan tidak boleh tercemar bahan kimia

4. Lokasi kolam harus berhubungan langsung denganm sumber air misalnya

sungai

(59)

47

6. Air kolam jangan terlalu penuh karena lele lebih bagus hidup di daerah

berlumpur.

Karena kita ketahui ikan lele tidak dapat hidup di daerah yang terlalu banyak

airnya. Untuk itu, dibutuhkan suatu alat untuk mendeteksi ketinggian air pada kolam

ikan lele. Apalagi pada saat musim hujan, curah hujan yang sangat tinggi dapat

menyebabkan banjir pada kolam. Tentu hal ini sangat merugikan pemilik kolam

tersebut, karena ikan – ikan lele pada kolam tersebut dapat hanyut terbawa arus air

yang meluap dari kolam.

Dengan adanya pendeteksi banjir ini, maka pemilik kolam ikan dapat

mendeteksi secara otomatis berapa ketinggian air kolam tersebut. Sehingga pemilik

(60)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari proyek Pendeteksi Banjir Komunikasi Wireless, penulis dapat

menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sensor Pendeteksi Banjir Komunikasi Wireless berbasis AT89S51 merupakan

suatu alat yang dapat dipakai untuk mendeteksi banjir, dimana keadaan banjir

dapat dideteksi dengan mengukur ketinggian air.

2. Untuk mengukur ketinggian air digunakan sensor pendeteksi ketinggian air

yang dapat mendeteksi setiap perubahan ketinggian air.

3. Sensor pendeteksi banjir dibagi menjadi 3 level yaitu level siaga, waspada dan

awas yang ditampilkan dalam 3 display yaitu display Seven Segment, LED

dan alarm. Alarm akan berbunyi apabila air sudah mencapai ketinggian

maksimal.

4. Pendeteksi banjir ini menggunakan komunikasi wireless yaitu komunikasi

(61)

49

5.2. Saran

Pada alat ini digunakan rangkaian pemancar inframerah. Pada siang hari pemancar ini

tidak dapat bekerja dengan baik karena mendapat gangguan dari inframerah alam.

Oleh karena itu, agar proyek ini lebih sempurna sebaiknya inframerah yang digunakan

diganti dengan inframerah yang kualitasnya lebih baik. Atau untuk mengurangi biaya

proyek ini sebaiknya penerima inframerah diatur frekuensinya sehingga frekuensi

inframerah yang digunakan tidak bersinggungan dengan inframerah yang dipancarkan

oleh alam sekitar kita atau bahkan tubuh kita sendiri.

Sensor pendeteksi banjir komunikasi wireless berbasis AT89S51 merupakan

suatu alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi banjir. Oleh karena itu disarankan

agar proyek ini tidak hanya semata digunakan oleh mahasiswa sebagai syarat untuk

meraih gelar diploma pada program studi Fisika Instrumentasi, tetapi proyek ini

harusnya dapat lebih dikembangkan agar proyek ini lebih sempurna sehingga proyek

ini dapat diaplikasikan ke fungsi yang sesungguhnya yaitu sebagai pendeteksi banjir

pada suatu lingkungan, sehingga mampu membantu masyarakat untuk mengetahui

keadaan pemukimannya apakah bebas dari banjir atau ada tanda-tanda kemungkinan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Afgianto. 2004. “ Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 Teori dan Aplikasi “. Edisi

Kedua. Yogyakarta: Gava Media.

Ibrahim, KF. 1996. “ Teknik Digital “. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI

Lukito, Ediman. 1991. “ Pemrograman Dengan Menggunakan Bahasa Assembly “.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo-Gramedia.

Samuel, H dan Tirtamihardja. 1996. “ Elektronika Digital “. Cetakan 1. Yogyakarta:

ANDI

Sudjadi. 2005. “ Teori dan Aplikasi Mikrokontroler AT89C51 “. Cetakan 1.

Yogyakarta : Graha Ilmu

;Situs mikrokontoller umum

(63)

GAMBAR PENDETEKSI BANJIR KOMUNIKASI WIRELESS PADA KOLAM PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE

GAMBAR KOLAM PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE

GAMBAR PENDETEKSI BANJIR KOMUNIKASI WIRELESS

(64)

GAMBAR RANGKAIAN SENSOR KETINGGIAN AIR, PEMANCAR INFRAMERAH DAN RANGKAIAN PENERIMA INFRAMERAH PADA KOLAM BUDIDAYA IKAN

LELE

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)

Gambar

Gambar  2.1.   IC Mikrokontroler AT89S51
Gambar  2.2.   8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)
Gambar 2.3 Isp Flash Programmer
Gambar 3.1 Diagram Blok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah, anugerah, dan kasih karunia-Nya yang tiada pernah habis sehingga penulis dapat

Alhamdulillahirabbill’alamin atas segala Anugerah Rahmat dan Karunia yang dilimpahkan Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillahirabbill’alamin atas segala Anugerah Rahmat dan Karunia yang dilimpahkan Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillahi rabbill’alamin atas segala Anugerah Rahmat dan Karunia yang dilimpahkan Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasih karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan Laporan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, kasih, dan karunia-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis diberikan kesanggupan dalam