• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh

Khumairoh 1110018300042

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Bojongsari Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dari 48 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes lisan dengan skala penilaian rentang skor 1-4. Validitas tes dihitung dengan menggunakan validitas konstruk (construct validity). Untuk mengukur validitas konstruk menggunakan pendapat ahli (Judgement Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik Paired Sample T-Test diperoleh thitung sebesar 0,001 pada taraf signifikansi ρ < 0,05, hasilnya H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,001 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

(7)

ii

Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This study aims to determine the influence of the application of debate methods on students' speaking skills at class V MI Misbahul Falah Bojongsari Depok. The method used in this study is a quasi-experimental, with sampling was used purposive sampling of 48 students who were divided into 2 groups: the experimental group and the control group. Design in this study are nonequivalent control group. Research instrument used in the form of an oral test with a score of 1-4 grading scale ranges. The validity of the test is calculated by using the construct validity (construct validity). To measure the construct validity using expert opinion (Judgement Expert). In this case the expertsis advisor.. After testing the hypothesis by using techniques Paired Sample T-Test obtained t of 0.001 at a significance level ρ <0.05, the results are acceptable H1 and H0 is rejected because 0.001 <0.05, so it can be concluded that there is an influence of the debate methods application on students' speaking skills.

(8)

iii

Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Pada Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok”.

Salawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya hingga akhir zaman. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan penulis kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah.

2. Dr. Fauzan, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 3. Rosida Erowati, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh

pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses perkuliahan.

(9)

iv

penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan baik secara materil maupun moril.

7. Sahabat-sahabat kampus tercinta Hilma, Restu, Fika, Ihda, Vina, Nufus, Azizah, Nc, Erin, Fitri, Ai, dan Lina. Serta teman-teman seperjuangan dalam bimbingan Mega, eva, dan Dini, yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama penyusunan skripsi dan selalu memberikan motivasi-motivasinya. Dan tidak lupa seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010.

8. Sahabat-sahabat terbaik, Muhammad Ikhsan, Azzahroh, Hazviroh, Putri, April, sabila, dan fikri yang telah banyak membantu dan tidak bosan-bosannya memberikan semangat kepada penulis.

9. HMJ PGMI 2012/2013 dan BEM Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2013/2014 untuk setiap pengalaman dan pembelajaran yang penulis tidak dapatkan di bangku perkuliahan.

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah swt. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Jakarta, 30 Desember 2014

(10)

v

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 4

D. Rumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 4

BAB II KAJIAN TEORETIS

DAN KERANGKA BERPIKIR 6

A. Kajian Teori

1. Hakikat Metode Debat 6

a. Pengertian Metode Debat 6

b. Tujuan Metode Debat 9

c. Langkah-langkah Metode Debat 10

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat 13

2. Hakikat Keterampilan Berbicara 13

a. Pengertian Keterampilan Berbicara 13

b. Tujuan Berbicara 15

(11)

vi

D. Pengajuan Hipotesis 21

BAB III METODE PENELITIAN 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian 22

B. Metode dan Desain Penelitian 22 C. Populasi dan Sampel 24

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 25 E. Teknik Analisis Data 30

F. Hipotesis Statistik 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 A. Profil Sekolah ... 33

B. Pelaksanaan Penelitian ... 36

C. Hasil Penelitian ... 39

D. Deskripsi Data ... 41

E. Pengujian Persyaratan Analisis ... 52

F. Pengujian Hipotesis ... 55

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

H. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP 62

(12)

vii

Tabel 2 : Desain Penelitian ... 31

Tabel 3 : Data Siswa ... 32

Tabel 4 : Penilaian Keterampilan Berdebat ... 34

Tabel 5 : Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara ... 38

Tabel 6 : Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok ... Tabel 7 : Daftar Nama Pengajar dan Staf MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok ... 39

Tabel 8 : Ilustrasi Kelompok Debat ... 41

Tabel 9 : Pelaksanaan Penelitian ... 42

Tabel 10 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 43

Tabel 11 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 44

Tabel 12 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen 45

Tabel 13 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 46

Tabel 14 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol 47

(13)

viii

Tabel 17 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok

Eksperimen ... 46

Tabel 18 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol 51

Tabel 19 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 46

Tabel 20 : Hasil Uji Normalitas Pretest ... 54

Tabel 21 : Hasil Uji Normalitas Posttest ... 54

Tabel 22 : Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 54

Tabel 23 : Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 55

Tabel 24 : Hasil Uji T-Test ... 56

(14)

ix

Grafik 2 : Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 46

Grafik 3 : Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 49

(15)

x

Gambar 1 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Debat 58

(16)

xi

Lampiran 2 : Langkah Metode Debat ... 73

Lampiran 3 : Topik Persoalan Faktual Kelas Eksperimen ... 74

Lampiran 4 : Instrumen Penilaian Kelas Ekseperimen ... 75

Lampiran 5 : RPP Kelas Kontrol ... 76

Lampiran 6 : Soal Pertemuan Pertama Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 7 : Soal Pertemuan Kedua kelas Kontrol ... 84

Lampiran 8 : Instrumen Penilaian Kelas Kontrol ... 86

Lampiran 9 : Instrumen Soal Pretest ... 90

Lampiran 10 : Wacana Pretest ... 94

Lampiran 11 : Daftar Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 95

Lampiran 12 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Eksperimen... 97

Lampiran 13 : Daftar Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 102

Lamipran 14 : Transkrip Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 104

Lampiran 15 : Instrumen Soal Posttest ... 108

Lampiran 16 : Wacana Posttest ... 112

Lampiran 17 : Daftar Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 113

Lampiran 18 : Transkrip Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 115

Lampiran 19 : Daftar Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 121

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya selalu berdampingan dengan manusia lainnya. Mereka selalu hidup berkelompok dari kelompok kecil seperti keluarga, sampai kelompok besar seperti masyarakat. Dalam setiap kelompok itu mereka selalu berinteraksi, dan interaksi antar kelompok itu didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki bersama, yaitu adalah bahasa.

Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa merupakan anugerah dari Allah swt, yang dengannya manusia dapat mengenal atau memahami dirinya, sesama manusia, alam, dan penciptanya serta mampu memposisikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan mengembangkan budayanya.1

Untuk berkomunikasi dengan baik manusia dituntut untuk memiliki keterampilan dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa adalah hal yang penting dalam pembelajaran bahasa, dan di dalam keterampilan berbahasa terdapat empat aspek yaitu meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek ini pada dasarnya memiliki hubungan yang erat dan saling berkaitan satu sama lain.

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin jelas jalan pikiran seseorang, semakin terampil pula seseorang dalam berbahasa. Keterampilan berbicara merupakan komponen terpenting dalam berkomunikasi. Hal itu dikarenakan keterampilan berbicara merupakan satu-satunya keterampilan yang memberikan komunikasi dua arah antara pembicara dan lawan bicara dengan alat berupa bahasa secara langsung. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara

1

(18)

lain. Lebih dari separuh waktu manusia dalam 24 jam digunakan untuk berbicara dan mendengarkan, dan sisanya digunakan untuk menulis dan membaca.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian agar siswa mampu berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan siswa merupakan sebagai bagian dari anggota masyarakat dalam pendidikannya di sekolah dituntut pula untuk terampil berbahasa, karena itu bahasa merupakan media siswa untuk mengekspresikan dirinya.

Tetapi, pada kenyataanya tidak sedikit siswa yang belum terampil dalam berbicara. Berdasarkan hasil wawancara guru bahasa Indonesia MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok, terdapat masalah dalam keterampilan berbicara siswa kelas V. Di antaranya adalah yang pertama, kepercayaan diri siswa masih rendah. Ketika guru menyampaikan pertanyaan, hanya segelintir siswa yang menjawab. Demikian juga ketika diperintahkan untuk berbicara di depan kelas siswa masih tidak berani untuk berbicara. Bahkan hanya diam saja ketika guru bertanya mengenai pelajaran atau materi yang belum dikuasai.

Kedua adalah keterampilan berbicara siswa dari segi kebahasaan dan nonkebahasaan masih rendah. Contohnya adalah dari segi kebahasaan, ketika berbicara masih banyak siswa yang tidak memperhatikan ketepatan gaya bahasa, struktur kata, intonasi dan pilihan kata. Banyak siswa yang menggunakan bahasa ibu membuat perbendaharaan kata yang dimiliki siswa masih kurang. Sedikitnya kosakata yang dimiliki siswa itu membuat siswa menjadi ragu ketika mengucapkan kata ketika berbicara. Hal ini membuat siswa kurang lancar atau terbata-bata saat berbicara, bahkan banyak siswa yang mengucapkan kata secara berulang-ulang karena keterbatasan kosakata tersebut. Sehingga membuat pendengar kurang memahami apa yang disampaikan oleh pembicara. Sedangkan dari segi nonkebahasaan ketika berbicara masih banyak siswa yang gerak dan mimiknya kurang tepat, pandangan matanya masih tidak terarah, sikapnya masih kaku, suaranya tidak lantang cenderung seperti orang sedang berbisik, dan belum menguasai topik yang sedang dibicarakan.

(19)

penjelasan selanjutnya mengerjakan tugas. Sehingga guru kurang mengaktifkan siswa untuk membiasakan melatih keterampilan berbicaranya. Tentunya hal ini menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk berbicara di depan umum. Metode-metode yang digunakan oleh guru dalam praktik keterampilan berbicara pun masih belum bervariatif, hanya sekedar tanya jawab, berdialog, dan bercerita. Padahal, proses pembelajaran berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik terlibat aktif dalam berkomunikasi.

Untuk memecahkan suatu permasalahan pada keterampilan berbicara siswa, guru harus lebih kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, karena peran guru dalam memilih metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap kesuksesan pencapaian tujuan dalam kegiatan proses pembelajaran. Guru yang kreatif akan memicu keberhasilan pencapaian tujuan proses pembelajaran siswa, sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif. Dengan demikian salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah metode debat. Karena metode ini mengajak siswa untuk berinteraksi dalam memecahkan suatu masalah, berpikir kritis, dan mampu mengemukakan pendapatnya. Dalam hal ini, siswa akan lebih banyak mengungkapkan alasan-alasannya dan berpikir secara logis. Tentunya metode ini juga dapat melatih keterampilan berbicara siswa di depan umum.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian eksperimen guna mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Adapun judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Penerapan Metode Debat Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota

Depok”.

B. Identifikasi Masalah

(20)

1. Siswa masih belum berani berbicara atau mengemukakan pendapatnya di depan umum.

2. Keterampilan berbicara siswa dari segi kebahaasaan maupun nonkebahasaan masih rendah.

3. Guru mendominasi proses pembelajaran.

4. Siswa kurang termotivasi untuk aktif dan berlatih berbicara.

5. Metode yang digunakan oleh guru kurang bervariatif dan belum memfasilitasi siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perluasan masalah dan sesuai dengan sasaran, maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Keterampilan berbicara siswa masih rendah.

2. Metode yang digunakan oleh guru belum memfasilitasi siswa untuk aktif mengungkapkan pendapatnya.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut, bagaimana pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

2. Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi pengalaman sebagai masukan sekaligus sebagai pengetahuan dalam mengetahui penerapan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

b. Bagi Sekolah

Meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan terkait dengan pengembangan keterampilan berbahasa khususnya dalam keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode debat.

c. Bagi Guru

Memberi wawasan kepada guru bahwa metode debat merupakan salah satu metode untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa sehingga nantinya dapat menjadi alternatif metode keterampilan berbicara yang dapat diterapkan di dalam kelas.

d. Bagi Siswa

(22)

6 1. Hakikat Metode Debat

a. Pengertian Metode Debat

Kegiatan belajar mengajar mengandung beberapa komponen di dalamnya di antaranya adalah tujuan pembelajaran, materi ajar, metode, alat, media, sumber serta evaluasi pembelajaran. Semua hal tersebut sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Namun, hal terpenting yang paling dibutuhkan oleh guru dalam sebuah pembelajaran adalah sebuah metode atau cara guru dalam mengajar.

“Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata yaitu meta dan

hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode adalah cara mendapatkan sesuatu”.1 “Metode dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu”.2

Dalam pengertian lain “metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu prosedur atau proses, jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran”.3

Sedangkan menurut Hamzah metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga jenis yaitu:

“Strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan. Strategi pengorganisasian adalah metode untuk

1

Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2005), h.143. 2

Subana, dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 20.

3

(23)

mengorganisasi isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran. Strategi penyampaian adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa dan untuk menerima serta merespons masukan yang berasal dari siswa. Sedangkan strategi pengelolaan adalah metode untuk menata interaksi antara si belajar dan variable metode pembelajaran lainnya”.4

“Metode merupakan salah satu sub-system dalam sistem pembelajaran yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan”.5 Evline Siregar dalam bukunya menjelaskan bahwa “metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam menjalankan fungsinya metode merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kedudukan metode sebagai alat motivasi, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan”.6

Dalam dunia pengajaran, metode adalah upaya

mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.7 Pada dasarnya metode mengajar ini merupakan cara atau teknik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.8

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian metode di atas peneliti mencoba menyimpulkan bahwa, metode pembelajaran adalah serangkaian cara yang disusun oleh seorang guru secara sistematis dalam upaya mengimplementasikannya, dalam kegiatan pembelajaran di kelas secara bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4

Hamzah B Uno, Perencanaan pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 18. 5

Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2006), h. 118.

6

Evline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h. 80.

7

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. Ke-7, h.126

8

(24)

Metode pembelajaran bersifat prosedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu. Secara garis besar dalam interaksi belajar menempuh 4 (empat) fase pokok yang meliputi:

a. Fase pendahuluan, yang dimaksudkan untuk menyusun dan mempersiapkan mental set yang menguntungkan, menyenangkan guna pembahasan materi pembelajaran.

b. Fase pembahasan yang dimaksudkan untuk melakukan kajian, pembahasan, dan penelaahan terhadap materi pembelajaran. c. Fase menghasilkan, yaitu tahap dimana seluruh hasil

pembahasan ditarik suatu kesimpulan bersama berdasarkan pada pengalaman dan teori yang mendukungnya.

d. Fase penurunan, yang dimaksudkan untuk menurunkan konsentrasi siswa secara berangsur-angsur.9

Secara garis besar dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus menempuh ke empat fase di atas. Dimulai dari fase pendahuluan, kemudian fase pembahasan, setalah itu fase menghasilkan, dan yang terakhir adalah fase penurunan.

Adapun pengertian debat adalah “suatu argument untuk menentukan baik tidaknya usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif”.10 Proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat disebut debat”.11 Pendapat lain mengenai debat menurut Rachmat Nurcahyo dalam handbook panduan debat bahasa Indonesia nya, “Debat merupakan pertentangan argumentasi. Untuk setiap isu, pasti terdapat berbagai sudut pandang terhadap isu tersebut: alasan-alasan mengapa seseorang dapat mendukung atau tidak mendukung suatu isu”.12

Perdebatan terjadi akibat adanya perbedaan pendapat yang muncul akibat adanya dorongan untuk bebas berpendapat. Pada dasarnya debat

9

Trio Supriyatno, Sudiyono, dan Moh. Padli , loc.cit.

10 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h.92

11

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2007), h. 66.

12

(25)

merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan atau kontroversi. Di dalam era globalisasi seperti saat ini, debat bisa menjadi sangat penting artinya. Debat memberikan kontribusi yang besar bagi kehidupan demokrasi tak terkecuali pendidikan. “Dalam dunia pendidikan debat bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran dan perenungan terutama jika anak didik diharapkan mampu mengemukakan pendapat yang pada dasarnya bertentangan dengan mereka sendiri.”13 Dalam mengajar metode debat adalah “metode dimana pembicara dari pihak yang pro dan kontra menyampaikan pendapat mereka, dapat diikuti dengan suatu tangkisan atau tidak perlu dan anggota kelompok dapat juga bertanya kepada peserta debat atau pembicara”.14

Dengan kata lain metode debat adalah metode pembelajaran yang mengarahkan anak didik untuk menyalurkan ide, gagasan, dan pendapatnya dengan cara adu argumentasi baik perorangan ataupun kelompok. Masing-masing pembicara saling memeberikan alasan-alasannya secara logis dan dapat diterima. Selain itu juga debat merupakan forum yang sangat tepat dan strategis untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengasah keterampilan berbicara.

b. Tujuan Metode Debat

Metode debat merupakan metode pengajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. “Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa serta untuk membuat suatu keputusan”.15 Pendapat lain “tujuan dari pelaksanaan debat adalah untuk berbicara secara meyakinkan dan juga mendengarkan pendapat-pendapat yang berbeda, dan di akhir debat dapat menghargai perbedaan tersebut”.16

13

Melvin Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung : Nusa Media, 2011), Cet. IV, h. 141

14

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), h.148 15

Wina Sanjaya, op. cit., h. 154 16

(26)

Secara sederhana metode debat bertujuan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau percaya dan akhirnya melaksanakan, bertindak, mengikuti atau setidaknya mempunyai kecenderungan sesuai apa yang diinginkan dan dikehendaki oleh pembicara atau penulis, melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan.17

Menurut Ismail SM, bahwasanya tujuan dari metode debat adalah untuk melatih siswa agar mencari argumentasi yang kuat dalam memecahkan suatu masalah yang kontroversial serta memiliki sikap demokratis dan saling menghormati terhadap perbedaan pendapat.18

Dengan demikian, metode debat merupakan sarana yang paling fungsional untuk menampilkan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi verbal dan melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap intelektualnya. Selain itu juga metode debat mengajarkan anak untuk berpikir kritis dan menghargai pendapat orang lain.

c. Langkah-langkah Metode Debat

Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran debat yang terdapat dalam buku Active Learning karya Melvin Silberman yaitu adalah sebagai berikut:

1) Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversial yang terkait dengan mata pelajaran.

2) Bagilah kelas menjadi dua team debat. Tugaskan (secara acak) posisi pro kepada satu kelompok dan posisi kontra kepada kelompok yang lain.

3) Selanjtnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok dalam masing-masing team debat. Misalnya, dalam sebuah kelas yang berisi 24 siswa anda dapat membuat dua sub kelompok pro, dan dua sub kelompok kontra yang masing-masing terdiri dari empat anggota. Perintahkan setiap sub kelompok untuk menyusun argument bagi pendapat yang dipegangnya, atau menyediakan daftar argument yang mukin akan mereka diskusikan dan pilih. Pada akhir dari diskusi mereka, perintahkanlah sub kelompok untuk memilih juru bicara.

17

Andi Subari, Seni Negosiasi, (Jakarta: Efhar, 2002), h.22 18

(27)

4) Tempatkan dua hingga empat kursi (tergantung jumlah dari sub kelompok yang dibuat untuk tiap pihak) baik para juru bicara dari pihak yang pro dalam posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra dan netral. Posisikan siswa yang lain di belakang team debat mereka. Untuk contok sebelumnya, susunannya akan tampak seperti ini:

X Y

Mulailah debat dengan meminta para juru bicara mengemukakan pendapat mereka. Sebutlah proses ini sebagai argument pembuka. 5) Setelah semua siswa mendengarkan argument pembuka, hentikan

debat dan perintahkan mereka kembali ke sub kelompok awal mereka. Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengomentari argument pembuka dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan tiap sub kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik menggunakan orang baru.

6) Kembali ke debat. Perintahkan para juru bicara, yang duduk berhadap-hadapan, untuk memberikan argument tandingan. Ketika debat berlanjut (pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua pihak), anjurkan siswa lain untuk memberikan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendapat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk member tepuk tangan atas argument yang disampaikan oleh team perwakilan team debat mereka.

7) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut. Tanpa menyebutkan pemenangnya, perintahkan siswa untuk kembali berkumpul membentuk satu lingkaran. Pastikan siswa untuk mengumpulkan siswa dengan meminta mereka duduk bersebelahan dengan siswa yang berasal dari pihak lawan tentang debatnya. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh siswa dari persoalan yang diperdebatkan. Juga perintahkan siswa untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argument terbaik yang dikemukakan oleh kedua pihak.19

Untuk penelitian penulis menyederhanakan kembali langkah-langkah metode debatnya menjadi sebagai berikut:

19

(28)

1) Siapkan beberapa penyataan mengenai persoalan faktual yang terjadi dikehidupan sehari-hari.

2) Siswa dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Kemudian setiap kelompok dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pro dan kelompok kontra.

3) Setiap kelompok diberikan sebuah penyataan tentang persoalan faktual yang nantinya akan didebatkan dengan kelompok lawan.

4) Sebelum memulai perdebatan dengan argument pembuka, setiap kelompok mendiskusikan argument-argumen mereka mengenai persoalan tersebut.

5) Mulailah debat dengan meminta setiap kelompok memberikan argument pembuka.

6) Setelah kelompok lawan mendengarkan argument pembuka, saatnya kelompok kontra mengomentari argument yang disampaikan oleh kelompok pro.

7) Ketika debat berlangsung pastikan untuk menyelang-nyeling antara kedua belah pihak.

8) Ketika dirasakan sudah cukup, akhir perdebatan tersebut, tanpa menyebutkan pemenangnya.

9) Ulangi kegiatan berikut sampai semua kelompok menampilkan debatnya.

10) Sementara menunggu giliran kelompok lain mencatat apa yang didebatkan oleh kelompok yang sedang berdebat.

(29)

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Debat

Dalam kegiatan pembelajaran sebuah metode tentunya sangat berperan penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu sebuah metode harus memiliki kelebihan agar metode yang digunakan dapat berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut adalah kelebihan metode debat:

1) Siswa menjadi lebih kritis dalam berpikir. 2) Suasana kelas menjadi lebih bersemangat.

3) Siswa dapat mengungkapkan pendapatnya dalam forum.

4) Siswa dapat memberikan pendapatnya dengan logis dan bahasa yang runtun.

5) Siswa menjadi lebih besar hati ketika pendapatnya tidak sesuai dengan peserta yang lain.

6) Siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya.20

Selain kelebihan, tentunya dalam pembelajaran sebuah metode tidak luput dari kekurangan, hal dikarenakan segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna. Berikut adalah kekurangan dari metode debat:

1) Biasanya hanya siswa yang aktif saja yang berbicara.

2) Terkadang timbul perselisihan antar siswa setelah berdebat karena tidak terima pendapatnya disanggah.

3) Biasanya akan timbul rasa ingin saling menjatuhkan antar lawan. 4) Menyita waktu yang cukup lama.21

20

Fitria, Kelebihan dan kekurangan Metode Pembelajaran, 2014, (http://fitria507.blogspot.com/2011/12/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html)

(30)

2. Hakikat Keterampilan Berbicara a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya dapat berbicara. “Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyamapaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain”.22 Pengertian secara khusus banyak dikemukakan oleh pakar, menurut Henry Tarigan, “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.23

Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.24 Pendapat lain, keterampilan berbicara merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain.25 Setiap manusia dibekali banyak keterampilan dalam hidupnya. Salah satu keterampilan yang penting adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan ini terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dilatih adalah keterampilan berbicara. Hal ini dikarenakan berbicara adalah media seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, keterampilan berbicara bukan hanya sekedar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan sebuah keterampilan seseorang untuk

22

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, h.51

23

Henry Guntur Tarigan, op. cit., h. 16 24

Isah Cahyani dan Hodijah, op. cit., h.60 25

(31)

menyampaikan pikiran, pendapat, dan perasaanya secara lisan agar dapat dimengerti oleh orang lain atau lawan bicaranya. Keterampilan berbicara ini merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat memproduksinya suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problem kejiwaan seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, dan berat lidah.

b. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan tujuan umum berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka hendaknya pembicaraan memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan dan ia harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.26

Sedangkan menurut Djago Tarigan tujuan berbicara dibedakan atas lima golongan yaitu:

1. Menghibur, berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya.

2. Menginformasikan, berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, manfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan.

26

(32)

3. Menstimulasi, berbicara untuk menstimulusi pendengar jauh lebih kompeks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya.

4. Menggerakkan, dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masayarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.27

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan kegiatan bebricara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbale balik secara aktif akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Tujuan keterampilan berbicara dalam pembelajaran yaitu untuk melatih dan mengembangkan kompetensi siswa dalam menyampaikan bahasa secara lisan untuk mengemukakan pendapat, perasaan, menjalin komunikasi dan melakuklan interaksi sosial dengan anggota masyarakat yang lain.

c. Ragam Seni Keterampilan Berbicara

Secara garis besar ragam-ragam berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut:

1. Berbicara di muka umum pada masyarakat yang mencakup empat jenis,yaitu:

a. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan; yang bersifat informatif.

b. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan

c. Bebricara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan.

27

(33)

d. Berbicara dalam situasi-situasi yang ebrsifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati.

2. Berbicara pada konferensi yang meliputi:

a. Diskusi kelompok, yang dapat dibedakan menjadi: 1) Tidak resmi, dan masih dapat diperinci lagi atas:

a) Kelompok studi

b) Kelompok pembuat kebijaksanaan c) Komite

2) Resmi, yang mencakup pula: a) Konferensi

b) Diskusi panel c) simposium

b. Prosedur Parlementer c. Debat28

Berdasarkan pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, yang berarti memiliki ruang lingkup yang luas. Sedangkan pada konfrensi ruang lingkupnya terbatas.

d. Faktor Penunjang dan Penghambat Keterampilan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain. Agar tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada orang lain dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang keterampilan berbicara.

Menurut Arsyad ada dua aspek yang yang dapat menunjang keterampilan berbicara, yaitu: aspek kebahasaan mencakup: (a) lafal, (b) intonasi, tekanan, dan ritme, dan (c) penggunaan kata dan kalimat. Aspek yang kedua yaitu aspek non-kebahasaan yang mencakup: (a) kenyaringan suara, (b) kelancaran, (c) sikap berbicara, (d) gerak dan mimik, (e) penalaran, dan (f) santun berbicara.29

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan berbicara adalah faktor-faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. Ada kalanya proses komunikasi

28

Henry Guntur Tarigan, h.24 29

(34)

mengalami gangguan yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Adapun faktor yang dapat menghambat keterampilan berbicara

menurut Rusmiati adalah sebagai berikut: 1) Hambatan internal

a) Ketidaksempurnaan alat ucap, kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

b) Penguasaan komponen kebahasaan, komponen kebahasan meliputi lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, dan gaya bahasa.

c) Penggunaan komponen isi, komponen isi meliputi hubungan isi dengan topik, struktur isi, kualitas isi, dan kuantitas isi. d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental.

2) Hambatan eksternal

Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini:

a) Suara atau bunyi b) Kondisi ruangan c) Media

d) Pengetahuan pendengar30

Tidak semua orang memiliki keterampilan dalam berbicara di muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).

e. Metode Pembelajaran Berbicara

Metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran

30

(35)

pokok bahasan tertentu. Begitupun halnya dengan pengajaran berbicara. Seorang guru haruslah menciptakan berbagai pengalaman berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Karena tanpa latihan tidak mungkin keterampilan berbicara dapat dikuasai.

Metode pengajaran berbicara yang baik selalu memenuhi berbagai kriteria. Kriteria yang harus dipenuhi oleh pengajaran berbicara, antara lain:

1. Relevan dengan tujuan pengajaran

2. Memudahkan siswa untuk memahami materi pengajaran 3. Mengembangkan butir-butir keterampilan proses

4. Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang 5. Merangsang siswa untuk belajar

6. Mengembangkan siswa untuk belajar 7. Mengembangkan kreativitas siswa 8. Tidak menuntut peralatan yang rumit 9. Mudah dilaksakan

10. Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.31

Berdasarkarn pemaparan kriteria di atas sebuah metode pengajaran berbicara berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar sendiri diwujudkan melalui penggunaan metode. Berikut ini merupakan beberapa metode pengajaran berbicara yang dapat dipergunakan, di antaranya adalah:

1. Berdialog

2. Menyampaikan pengumuman 3. Debat

4. Bercerita

5. Bermusyawarah 6. Diskusi

7. Pidato32

B.Hasil Penelitian yang Relevan

31

Budinuryanta Y , Kusuriyanta, dan Imam Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 2, h. 10.24

32

(36)

Ada beberapa penelitian relevan terdahulu yang telah meneliti mengenai penerapan metode debat di antaranya:

1. Nurfadilah melakukan penelitian pada tahun ajaran 2011/2012, dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Bebicara Siswa Dengan Menggunakan Metode Debat Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas

V SD Negeri 050657 Stabat Kabupaten Langkat T.A 2011/2012”.

Perbedaan penelitian oleh Nurfadilah dengan skripsi ini adalah penelitiannya menggunakan teknik penelitian PTK sementara penulis menggunakan teknik penelitian quasi eksperimen. Adapun yang menjadi persamaanya adalah keduanya menggunakan materi ajar mengomentari persoalan faktual.

2. Laporan penelitian ini disusun oleh Mahmudah, Wildan dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Active Debate Terhadap Keterampilan Berbicara Oleh Siswa Kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Susu Tahun Pembelajaran 2011/2012”. Perbedaan dengan penelitian penulis yaitu objek penelitian penulis adalah siswa SD kelas V. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dari teknik pengambilan sampelnya. Penelitian ini menggunakan teknik probability sampling atau random sampling, sedangkan pengambilan sampel yang dilakukan oleh penulis adalah dengan cara

purposive sampling.

C. Kerangka Berpikir

(37)

Namun keterampilan berbicara pada siswa saat ini masih belum memuaskan. Padahal di era globalisasi seperti ini manusia dituntut untuk selalu berpikir kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya. Hal ini terjadi karena keterampilan berbicara siswa masih rendah sebagian siswa masih belum berani untuk berbicara di depan umum, serta perbendaharaan kata yang mereka miliki masih sangat sedikit. Kurangnya motivasi untuk melatih keterampilan berbicara juga mempengaruhi keterampilan berbicara seseorang. Selain itu juga didukung oleh pembelajaran yang monoton sehingga membuat siswa kurang aktif mengemukakan pendapat atau tampil di depan umum.

Agar siswa dapat berlatih mengembangkan keterampilan berbicaranya, maka perlu diberikan suatu upaya kreatif yang dilakukan guru terhadap siswa. Oleh karena itu diperlukan pendekatan pembelajaran aktif dalam proses pembelajarannya, salah satunya adalah dengan menerapkan metode debat. Karena metode debat adalah metode pembelajaran yang dapat melatih siswa berpikir kritis dan mampu mengemukakan pendapatnya secara logis, runtun, dan dipahami oleh pendengar, dan tentunya dapat mengembangkan keterampilan berbicara siswa.

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat disimpulkan bahwa, jika metode debat diterapkan dalam pembejaran bahasa Indonesia maka dapat mempengaruhi keterampilan berbicara siswa.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode debat terhadap keterampilan berbicara siswa.

(38)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Misbahul Falah Duren Mekar. Beralamat di Jalan Perumahan Sawangan Elok Kampung Kandang RT 001 RW 002 Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Rentang waktu yang digunakan pada semester genap (dua) tahun ajaran 2013/2014. Tepatnya dari Januari - Mei 2014, adapun tahapan-tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut:

a. Tahapan perencanaan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengajuan judul penelitan dan pembuatan proposal penelitian yang berlangsung pada bulan Januari 2014. b. Tahapan persiapan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan instrumen penelitian dan permohonan izin ke sekolah yang direncanakan sebagai tempat penelitian. Berlangsung dari bulan Maret – April 2014.

c. Tahapan pelaksanaan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah uji coba instrumen dan pengambilan data di lapangan yang berlangsung pada bulan mei.

B.Metode dan Desain Penelitian

(39)

yaitu perlakuan kelas kontrol disesuaikan dengan kondisi yang ada.1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki ada-tidaknya hubungan sebab-akibat berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kelompok kontrol untuk perbandingannya.2 Maka dari itu metode ini di lakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode debat. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tanpa diberikan pelakuan metode debat.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nonequivalent control group design (desain pretest-posttest kelompok kontrol tanpa acak).3 Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan secara acak, misalnya kelas eksperimen di suatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya.4 Dimana dalam desain ini dilakukan tes sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen/tes awal (Y1) disebut pretest, dan sesudah eksperimen/tes akhir (Y2) disebut posttest. Perbedaan antara Y1 dan Y2 diasumsikan merupakan dari treatment (eksperimen). Desain penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini:5

Tabel 2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen (R)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.77.

2

Ihat hatimah dan Rudi Susilana, Penelitian Pendidikan, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet.I, h. 101

3

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h.116

4

Nana Sudjana dan Ibrahim, loc. cit. 5

(40)

Keterangan :

R : kelas eksperimen dan kelas kontrol

Y1 : sebelum dilakukan treatment (eksperimen)/pretest Y2 : sesudah dilakukan treatment (eksperimen)/posttest X : tindakan untuk kelas eksperimen yaitu metode debat

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi, Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini.6 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Misbahul Falah tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas V sebanyak 2 kelas, yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah purposive sampling. Purposive Sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertembangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.7 Sampel dari penelitian ini adalah kelas VB MI Misbahul Falah sebagai kelompok eksperimen dan VA MI Misbahul Falah sebagai kelompok kontrol.

Penentuan kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing kelas sampel. Menurut pengamatan dan wawancara guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V, hasil berbicara siswa kelas VA lebih baik dari pada siswa kelas VB. Maka dari itu peneliti memutuskan untuk menjadikan kelas VB sebagai kelompok

6

Ibid, h. 215

7

(41)

eksperimen yang nantinya akan diberikan perlakuan berupa metode debat. Hal ini bertujuan untuk membandingkan apakah ada pengaruh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3 Data Siswa

Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V

MI Misbahul Falah Kelas VA: 24 siswa Kelas VB: 24 siswa

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Dapat juga dikatakan dengan metode pengumpulan data. Cara yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah dengan cara test dalam bentuk tes lisan yang terdiri dari pretest dan posttest.

Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah test yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental. Posttest juga dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi anatara test yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.8

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah: a. Variabel bebas : metode debat

b. Variabel terikat : keterampilan berbicara siswa 2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel penelitian. Kelas 5B yang menjadi kelompok eksperimen, yaitu kelas yang

8

(42)

diberikan perlakuan berupa metode debat. sedangkan kelas 5A yang menjadi kelompok kontrol kelas yang tanpa diberikan perlakuan metode debat.

3. Instrumen penilaian

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang nantinya akan diproses lebih lanjut maka digunakan instrumen penelitian yang bersifat test dalam bentuk tes lisan. Instrumen pengumpulan data ini dilakukan melalui

pretest dan posttest.

Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Instrumen perlakuan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Instrumen pengumpulan data bersifat test dalam bentuk tes lisan, yakni untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa. Peniilaian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan kedua yaitu posttest untuk mengetahui hasil akhir setelah diberi perlakuan.

Berikut ini adalah kisi-kisi instrument penilaian yang akan dijadikan pedoman penilaian keterampilan berbicara. Pedoman ini berdasarkan kriteria faktor penunjang keefektifan berbicara yang dikemukakan oleh Arsjad dan Mukti. Menurut mereka ada beberapa faktor yang dapat menunjang keefektifan dalam berbicara yaitu dari faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan. Berikut adalah kriterianya:

1. Faktor kebahasaan, meliputi: ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan.

2. Faktor nonkebahasaan, meliputi: sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan ke lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.9

9

(43)

Kemudian kriteria penilaian selanjutnya berdasarkan penilaian keterampilan berdebat menurut Burhan Nurgiyantoro, berikut adalah kriterianya:

4. Kualitas gagasan yang dikemukakan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5. Banyaknya gagasan yang dikemukakan

Namun, dalam penelitian ini kedua rujukan tersebut dimodifikasi karena alasan menyesuaikan dengan karakteristik anak sekolah dasar. Begitupun dengan penskoran dimodifikasi menjadi 1-4 dengan tujuan untuk

10

(44)

memudahkan penskoran, karena kriteria-kriteria untuk aspek yang dinilai lebih singkat dan jelas. Berikut adalah instrument penilaian keterampilan berbicara yang telah dimodifikasi:

Tabel 5

Instrumen Penilaian Keterampilan Berbicara

No. Kriteria Skala skor Jumlah

4 3 2 1

1. Kelancaran

Skor 4 : siswa yang lancar berbicara (tanpa tersendat-sendat) dari awal sampai akhir.

Skor 3 : siswa yang lancar berbicara (sesekali masih tersendat-sendat/terputus-putus).

Skor 2 : siswa yang cukup lancar berbicara (terkadang tersendat-sendat/terputus-putus)

Skor 1 : siswa yang kurang lancar berbicara (sering tersendat-sendat/terputus-putus)

2. Pengucapan

skor 4 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya jelas

skor 3 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya cukup jelas

skor 2 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya kurang jelas

skor 1 : siswa yang pengucapan atau artikulasinya tidak jelas

3. Pilihan Kata

Skor 4 : siswa yang memperhatikan pilihan kata Skor 3 : siswa yang cukup memperhatikan pilihan kata

Skor 2 : siswa yang kurang memperhatikan pilihan kata

Skor 1 : siswa yang tidak memperhatikan pilihan kata.

4. Gestur

Skor 4 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan luwes.

Skor 3 : siswa dengan gerakan badan yang tepat dan cukup luwes.

Skor 2 : siswa dengan gerakan badan yang kurang tepat dan kurang luwes

Skor 1 : siswa dengan gerakan badan yang tidak tepat dan kaku.

(45)

Skor 4 : siswa yang berbicara tanpa malu, tanpa gugup, dan tidak takut salah

Skor 3 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tanpa gugup tetapi masih takut salah Skor 2 : siswa yang sudah berani berbicara tanpa malu, tetapi masih gugup dan takut salah

Skor 1 : siswa yang berani berbicara dengan malu, gugup dan takut salah

6. Pandangan M ata

Skor 4 : siswa yang memandang peserta tertuju ke lawan bicara dan peserta yang lain.

Skor 3 : siswa yang pandangan matanya cukup terarah, tetapi kadang-kadang tidak terarah. Skor 2 : siswa yang pandangan matanya kurang terarah (pandang masih hanya satu arah).

Skor 1 : siswa yang tidak mengarahkan mata ke lawan Bicara.

7. Kemampuan memberikan pendapat Skor 4 : pendapat rasional dan tepat disertai alasan. Skor3 : pendapat rasional namun tidak disertai alasan Skor 2 : pendapat kurang rasional tidak disertai alasan Skor 1 : tidak memberikan pendapat yang rasional 8. Kemampuan menanggapi pendapat

Skor 4 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain dengan disertai alasan yang logis dan disertai bukti pendukung yang tepat.

Skor 3 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain dengan disertai alasan yang logis tanpa disertai bukti pendukung.

Skor 2 : siswa yang menanggapi pendapat orang lain tanpa memberikan alasan.

Skor 1 : siswa yang tidak menanggapi pendapat orang lain.

9. Kemampuan mempertahankan pendapat Skor 4 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional dan mampu meyakinkan orang lain Skor 3 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya dengan memberikan alasan yang rasional

Skor 2 : siswa yang mampu mempertahankan pendapatnya, tetapi alasan yang dipakai kurang rasional

(46)

10. Penguasaan topik

Skor 4 : siswa yang sangat menguasai topik (tanpa membaca ketika berbicara)

Skor 3 : siswa yang menguasai topik (terkadang masih membaca ketika berbicara)

Skor 2 : siswa yang cukup menguasai topik (sering membaca ketika berbicara)

Skor 1 : siswa yang kurang menguasai topik (selalu membaca ketika berbicara)

Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut. Nilai akhir = (Perolehan nilai : Skor maksimum) x 100

Instrumen penilaian ini digunakan ketika pengambilan pretest dan posttest

dengan menggunakan alat bantu voice recorder untuk memudahkan proses penilaian.

4. Uji Validitas

Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen non tes diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui validitasnya. Validitas adalah suatu derajat ketetapan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat mengukur apa yang akan diukur.11 Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah non tes keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hal itu maka validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity). Untuk mengukur validitas konstruksi dapat menggunakan pendapat dari ahli (Judgement Expert). Dalam hal ini ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen pembimbing.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data meliputi uji analisis deskriptif dan uji analisis inferensial yang didalamnya terdapat uji normalitas, uji homogenitas, serta pengujian hipotesis statistik.

1. Uji Analisis Deskriptif

11

(47)

Analisis deskriptif statistik digunakan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest kedua variabel, yaitu mean/nilai rata-rata,

median/nilai tengah, modus, range/rentang dan standard deviation/simpangan baku. Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows Version.

2. Uji Prasyarat Analisis Inferensial

Analisis inferensial dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS 16.0 for Windows Version dengan menggunakan teknik Komogorov-Sminorva. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan program SPSS 16.0 for Windows Version yaitu One Way Anova. Jika hasil uji homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut homogen.

c. Pengujian Hipotesis

(48)

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for Windows Version yaitu dengan teknik analisis Paired Samples T-Test. Taraf signifikan uji sampel bebas Paired-Samples T Test adalah 0,05 sedangkan

convidence interval 95%. Uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara hasil posttest dua sampel penelitian. Nilai rata-rata kedua kelompok signifikansi (2-tailed) di bawah 0,05 maka hasilnya signifikan atau hipotesis diterima, sebaliknya bila signifikansi (2-tailed) lebih besar dari probabilitas di atas 0,05 maka hasilnya tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.

F. Hipotesis Statistik

Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut: Ho : µ1= µ2

Ha : µ1 ≠ µ2 Keterangan:

Ho : Tidak dapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

Ha : Terdapat pengaruh metode debat aktif terhadap keterampilan berbicara siswa kelas V MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok.

(49)

33 A. Profil Sekolah

1. Identitas Sekolah

a. Nama Madrasah : MI Misbahul Falah Duren Mekar b. No. Statistik Madrasah : 111232760051

c. No. NPSN : 60710027

d. Akreditasi Madrasah : Terakreditasi ”B”

e. Alamat Lengkap Madrasah : Jl. Perum. Sawangan Elok Kp. Kandang Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok Provinsi Jawa Barat, Telp. (0251) 8615715.

f. NPWP Madrasah : 20.023.339.3-412.000 g. Nama Kepala Madrasah : Nasir Nasrullah, S.Pd.I

h. Nama Yayasan : Darul Himah

i. Alamat yayasan : Parung Poncol RT. 001/002 Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok.

j. No. Akte Pendirian Yayasan : 77 k. Kepemilikan Tanah : Wakaf

Status Tanah : Wakaf Luas Tanah : 1.195 M2 l. Status Bangunan : Sertifikat Hak Milik

m. Luas Bangunan : 314 M2

2. Visi dan Misi a. Visi

(50)

terhadap bangsa, serta diakui keberadaanya oleh semua lapisan masyarakat.

b. Misi

1) Memberikan dasar-dasar keimanan, ketakwaan, dan akhlakul karimah sehingga siswa mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dam menyenangkan sehingga siswa mampu mencapai prestasi akademik dan non akademik secara optimal.

3) Memberikan kemampuan dan keterampilan membaca, menulis, menghafal al-Qur’an dengan baik dan benar.

4) Meningkatkan pengalaman ajaran agama islam bagi peserta didik terutama dalam praktik ibadah sehari-hari.

5) Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih tinggi

3. Siswa dan Guru

Tabel 6

Jumlah Peserta Didik MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

KELAS I II III IV V VI Jumlah

ROMBEL 2 2 2 1 2 2 12

Jumlah L/P

L P L P L P L P L P L P L P

25 23 30 21 30 29 23 11 29 19 18 31 155 134

Jumlah

(51)

Berdasarkan tabel di atas diketahui jumlah peserta didik MI Misbahul Falah terdapat 289 siswa yang terdiri dari 155 laki-laki, dan 134 perempuan. Setiap kelas memiliki dua rombel kecuali kelas IV yang hanya memiliki satu rombel saja. Penelitian ini dilakukan pada kelas V, yaitu VA dan VB yang berjumlah 48 siswa dengan masing-masing kelas berjumlah 24 siswa.

Tabel 7

Daftar Nama Pengajar dan Staf

MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok

No Nama Guru Jabatan/Mata Pelajaran

1. Nasir Nasrullah, S.Pd.I Kepala Sekolah, Guru Kelas, SKI, Bahasa Arab

2. Dedi Diaudin, S.Pd.I

Wakil Bidang Kurikulum, Guru Kelas, Al-Qur”an Hadist, Aqidah Akhlak

3. Drs. Aceng Maksum Guru Kelas, IPA

4. Marsanih, S.Pd.I Guru Kelas, Aqidah Akhlak

5. Sukesih, S.Pd.I Guru Kelas, Bahasa Indonesia

6. Sumiyati Sadeli, SE. Guru Kelas, Aqidah Akhlak

6. Risnawati, S.Si,Apt. Guru Kelas, Matematika, IPS, IPA, SBK

7. Samin Supriyadi, S.Pd.I Guru Kelas, Penjaskes, Bahasa Sunda

8.

Muanih Suryanih,

S.Pd.I Guru Kelas, SBK, Bahasa Arab

9. Aan Fazriah, S.Pd. Guru Kelas, Bahasa Inggris, IPS, PKN

(52)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2014 di MI Misbahul Falah Duren Mekar Kota Depok. Penelitian ini dilakukan di kelas V semester genap dengan sebanyak 48 siswa yang terbagi menjadi dua rombel kelas yaitu kelas VA 24 siswa, dan kelas VB 24 siswa. Kelas VA dijadikan peneliti sebagai kelompok kontrol sedangkan kelas VB sebagai kelompok eksperimen. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti memberikan pretest kepada kedua kelas tersebut untuk diuji kesamaan varian dan keduanya menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi dengan normal dan homogen. Hal ini menunjukan jika sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dengan varian yang tidak jauh berbeda diantara kedua kelas tersebut.

(53)

Guru menjelaskan bagaimana langkah-langkah metode debat. Setiap kelompok diberikan sebuah topik persoalan faktual yang nantinya akan menjadi bahan perdebatan mereka. Sebelum memulai perdebatan siswa diperintahkan untuk mendiskusikan apa saja yang akan disampaikan pada saat berdebat dengan kelompok kecilnya. Dalam kegiatan ini siswa mengomentari dan saling beradu pendapat mengenai persoalan faktual yang telah diberikan oleh peneliti, yang bertujuan untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Sementara menunggu giliran, siswa lainnya mencatat apa saja yang dikemukakan oleh kelompok lain yang sedang tampil di depan kelas. Setelah kegiatan debat berakhir, peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa tentang apa saja yang telah didapat dari proses pembelajaran hari ini. Kemudian peneliti memberikan pekerjaan rumah berdasarkan kelompok debat untuk menuliskan komentar disertai alasan yang logis tentang topik persoalan faktual yang peneliti berikan, dan akan menjadi topik perdebatan dipertemuan selanjutnya.

Berlanjut di pertemuan kedua, siswa berkumpul kembali sesuai kelompok debat yang telah dibentuk dipertemuan sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, siswa saling memperdebatkan topik persoalan yang telah diberikan peneliti. Karena metode debat ini bertujuan untuk melatih kemampuan berbicara siswa, di setiap pergantian kelompok peneliti selalu mengingatkan bagaimana cara berbicara yang baik dan benar.

(54)

tentunya peneliti melakukan tanya jawab kepada siswa guna mengetahui sejauh mana penguasaan topiknya dan dan sekuat apa siswa mempertahankan pendapatnya. Diakhir pelajaran peneliti memberikan penjelasan kepada siswa tentang materi yang belum dipahami oleh siswa.

Setelah proses pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan baik untuk kelas VA yang diberi perlakuan dengan metode konvensional dan kelas VB yang diberi perlakuan dengan metode debat, kemudian dilanjutkan dengan tahap akhir yaitu memberikan posttest kepada kedua kelompok tersebut untuk mengetahui perbandingan yang terdapat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut adalah tabel pelaksanaan penelitiannya:

Tabel 9

Pelaksanaan Penelitian

Tanggal Kegiatan

09 Mei Uji validias instrumen penelitian oleh ahli

13 Mei 2014 Pretest

20 Mei 2014

Pertemuan ke-1:

1. Menjelaskan persoalan faktual

2. Menyebutkan contoh-contoh persoalan faktual 3. Menuliskan pokok-pokok persoalan faktual

28 Mei 2014

Pertemuan ke-2:

1. Memberikan pendapat terhadap persoalan faktual

2. Mengomentari pendapat tentang persoalan faktual yang dikemukakan teman

3. Memberikan jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang terjadi

30 Mei 2014 Posttest

(55)

13 Mei 2014. Selanjutnya pada tanggal 20 Mei dan 28 Mei 2014 dilaksanakan perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kontrol, dan hingga akhirnya pada tanggal 30 Mei 2014 dilaksanakan pemberian posttest kepada siswa untuk mengetahui hasil akhir penelitian.

C. Hasil Penelitian

Tabel 10

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa hasil pretest dan posttest

kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan No. Nama Siswa Pretest Posttest

Jumlah 1297.50 1697.50

Gambar

Tabel 16      : Deskripsi Data Posttest  Kelompok Eksperimen
Grafik 1      : Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ..........................
Gambar  1 : Kegiatan Pembelajaran Dengan Metode Debat
Tabel 1 Ilustrasi Kelompok Debat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini sesuai dengan judul Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga (Studi Kasus Terhadap Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam Keluarga Di

[r]

Tiket Berangkat (melalui callfax) dan Pulang akan ditanggung oleh Pusdiklat BMKG, selanjutnya bukti tiket (yang mencantumkan harga) beserta Airport Tax, Boarding Pass dan

Sexual Compulsive users yaitu individu menunjukkan kecenderungan seksual kompulsif dan adanya konsekuensi negatif, seperti merasakan kesenangan/keasikan terhadap pornografi,

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “………”. Laporan

3.Kebijakan Direktur tentang Kerahasiaan Data dan Informasi 4.Kebijakan Direktur tentang yang berwenang mengisi rekam medis 5.Kebijakan Direktur tentang pembentukan/penetap

Ciri Sosial Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan carapandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda.. Termasuk didalam kategori iniadalah

[r]