• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi peraturan direktorat jendral bimbingan masyarakat islam no: dj.ii/542 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah (studi di bp4 dan lembaga arrahman prewedding academy)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi peraturan direktorat jendral bimbingan masyarakat islam no: dj.ii/542 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah (studi di bp4 dan lembaga arrahman prewedding academy)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

i (Studi di BP4 dan

Diajukan Kepada Fakul Memp

K O N S E N PROGRAM

FAK U

i

4 dan Lembaga Arrahman Prewedding Acade

SKRIPSI

ultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi mperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

JUNIARTI HARAHAP 1111044100046

N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A AM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM AKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1436 H/2015 M

i

ademy)

uhi Persyaratan

(2)
(3)
(4)
(5)

v

TAHUN 2013 (Studi di Bp4 dan Lembaga Arrahman Pre Wedding Academy). Konsentrasi Peradilan Agama, Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2015 M.

Ditengah tingginya angka perceraian serta perselisihan rumah tangga maka pendidikan dan pembekalan akan kehidupan rumah tangga/ setelah perkawinan merupakan salah satu cara yang paling mungkin dilakukan kepada remaja usia nikah khususnya kepada yang hendak menikah. Upaya tersebut akan berfungsi ganda sebagai pembelajaran kepada semua lapisan masyarakat sebagai langkah untuk memperbaiki mutu perkawinan dan mengurangi angka perceraian.

Berbagai macam bentuk permasalahan dalam rumah tangga yang kerap terjadi dalam masyarakat yang melatarbelakangi pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama membuat peraturan yaitu pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah. Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa pengetahuan tentang pernikahan harus diberikan sedini mungkin, sejak sebelum berlangsungnya perkawinan.

Penyusunan skripsi ini, menggunakan jenis penelitian lapangan (field research). Data primer, yaitu hasil wawancara dan dokumen yang relevan dengan tema skripsi, sedangkan data sekunder, yaitu literatur lainnya yang relevan dengan judul skripsi ini. Metode analisisnya adalah deskriptip analitis berdasarkan data langsung dari subyek penelitian. Oleh karena itu, pengumpulan dan analisis data dilakukan secara bersamaan, bukan terpisah sebagaimana penelitian kuantitatif. Setelah dilakukan penelitian tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa Pelaksanaan pendidikan pra nikah terhadap lembaga penyelenggaraan belum optimal sesuai dengan peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam tentang pedoman penyelenggaraan pra nikah, dikarenakan faktor hukum itu sendiri yang kurang tersosialisasi sehingga tidak berjalan sesuai dengan kenyataan di masyarakat, mengakibatkan banyaknya faktor yang menghambat dalam implementasi pelaksanaan pendidikan pra nikah .

Kata kunci : Pendidikan Pra Nikah, Keluarga sakinah, Teori Penegakan Hukum.

(6)

v i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir

zaman.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa rintangan

dan hambatan yang terus menerus datang silih berganti. Berkat bantuan dan

motivasi dari berbagai pihak maka segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat

diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT, serta dengan wujud yang

berbeda-beda dapat diminimalisir dengan adanya nasihat dan dukungan yang diberikan

oleh keluaga dan teman-teman penulis.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

tiada terhingga untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril

maupun materil sehingga terselesaikannya skripsi ini. Tentunya kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D selaku Dekan fakultas syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta

(7)

v ii

3. Bapak Kamarusdina, S.Ag.,M.H Menjadi pembimbing skripsi yang telah

banyak membimbing, memberikan pencerahan, motifasi semangat dan

ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmu-ilmu yang tak ternilai harganya, seluruh staf dan karyawan perpustakaan

fakultas Syariah dan Hukum, perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah dan bagian tata usaha fakultas Syariah yang telah

memberikan pelayanan dengan baik.

5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Timbul

Harahap dan Ibunda Masnun Tanjung yang telah memberikan motivasi

arahan yang tak pernah jenuh serta tiada henti mendoakan penulis dalam

menempuh pendidikan. Juga kepada adik-adik penulis Romaida Rizki

Harahap, Melati Mai Saroh Harahap, Winda Ayuda Sari Harahap, Siti

Julaikha Harahap, Sarah Harahap, Farhan Alkamil Harahap yang selalu

memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran yang tiada tara.

6. Teruntuk Fery Septo yang selama ini menyemangati jalannya penulisan

skripsi ini yang tak kenal lelah untuk memberikan dukungan penuh kepada

(8)

v iii

Hidayat, Farhan Qodumi, Hendrawan, Safira Maharani, Lilis Sumiyati,

Epi Yulianti, Kamelia Sari yang telah memberikan masukan, saran,

motivasi dan menghibur penulis.

8. Teman-teman program studi Peradilan Agama angkatan 2011 yang telah

memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan banyak

yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik penulis

harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca pada umumnya serta

menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan, doa, motivasi yang

telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 7 April 2015

(9)

v iii

LEMBAR PERNYATAAN...iii

LEMBAR PENGESAHAN...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Pembatasan dan Perumusan...6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...7

D. Review Studi Terdahulu...8

E. Metodologi Penelitian...9

F. Sistematika Penulisan...13

BAB II TEORI HUKUM PENEGAKAN HUKUM DAN PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH A. Teori Penegakan Hukum...14

B. Teori Pembentukan Keluarga Sakinah...26 BAB III KAJIAN UMUM TENTANG PERATURAN DIRJEN BIMAS

ISLAM, BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN

(10)

ix

...37

C. Lembaga Arrahman Pre wedding Academy...40 BAB IV IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BIMAS ISLAM DI BP4 DAN LEMBAGA ARRAHMAN PRE WEDDING ACADEMY

A. Pelaksanan Pendidikan Pra Nikah di BP4 Ciputat dan Lembaga

Arrahman Pre Wedding Academy...43

B. Faktor Hambatan dan Tantangan dalam Proses Pendidikan Pra

Nikah...47

C. Analisis Penulis...50 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...60

B. Saran-Saran...61 DAFTAR PUSTAKA...63 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Permohonan kesediaan menjadi dosen pembimbing

2. Permohonan melakukan wawancara di KUA Ciputat

3. Permohonan melakukan wawancara di Kementrian Agama

4. Permohonan melakukan wawancara di Lembaga Arrahman Pre

(11)

x

8. Pedoman dan hasil wawancara di Kementrian Agama

9. Surat keterangan nota dinas

10. Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Nomor:DJ.II/542 Tahun 2013

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Hidup berpasang-pasangan dalam Islam merupakan rahasia keberadaan

dunia ini. Segala sesuatu yang kita lihat dalam semesta ini, berupa keagungan

ciptaan Allah SWT, dibangun di atas sistem keberpasangan.1 Perkawinan

menurut hukum positif adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.2 Untuk itu maka

suami istri perlu saling membantu melengkapi, agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan

spritual dan material3. Firman Allah dalam surat an-Nisaa ayat 1 dijelaskan

bahwa tujuan pernikahan salah satunya adalah memperbanyak jumlah

masyarakat, diharapkan dengan adanya pernikahan menjadikan kehidupan

bangsa yang makmur penuh dengan ketakwaan kepada Allah.























































1

Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: PT. Akbar Media Eka Sarana, 2004), cet. Ke-1, h. 32

2

Undang-Undang No 1 tahun 1974 bab 11 pasal 2 dan 3 tentang perkawinan 3

(13)

Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Dari segi yuridis perkawinan akan menimbulkan suatu hubungan hukum

yang bersifat hak dan kewajiban antara suami dan istri secara timbal balik.

Selain hal tersebut juga merupakan suatu perbuatan keagamaan yang erat

sekali hubungannya dengan kerohanian seseorang, sebagai salah satu masalah

keagamaan maka setiap agama di dunia ini mempunyai peraturan tersendiri

tentang perkawinan. Sehingga pada prinsipnya diatur dan harus tunduk pada

ketentuan-ketentuan ajaran agama yang dianut oleh mereka yang akan

melangsungkan perkawinan.4

Rumah tangga yang bahagia dalam alqur’an disebut dengan keluarga

sakinah, dan merupakan dambaan setiap orang dan Allah menginginkan

setiap hamba-Nya yang menikah dapat mewujudkan sakinah mawaddah wa

rohmah, Karena itu Allah memberikan bimbingan kepada manusia untuk

dapat membangun perkawinan yang sakinah tersebut dalam alquran maupun

hadits. Membentuk rumah tangga yang sakinah penuh dengan ketentraman

adalah impian semua manusia normal. Tidak ada satupun yang ingin rumah

tangganya hancur berantakan atau kandas di tengah jalan. Dengan tujuan

menjadikan keluarga yang sakinah saat ini pemerintah melalui Kementerian

4

(14)

Agama membuat regulasi yang bisa dikatakan sebagai langkah awal untuk

membenahi persoalan yang penting tersebut, Yaitu para calon pengantin

harus menjalani pembelajaran tentang pernikahan maupun keluarga yang

disebut sebagai pendidikan pra nikah.

Untuk dapat menjadi seorang business manager, orang diajar berlatih,

mencari pengalaman, dan disiapkan entah berapa lama. Anehnya untuk

menjadi suami dan kepala keluarga, untuk menjadi istri dan kepala rumah

tangga, untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak, hampir semua orang tak

pernah menuntut ilmu dan tak pernah disiapkan. Tanpa mempunyai gambaran

yang jelas tentang persoalan-persoalan dalam hubungan suami istri, tentang

kebutuhan-kebutuhan hidup dalam keluarga, tentang bagaimana membina

kerukunan, tentang bagaimana mengatasi konflik. Malahan tentang persoalan

seks pun, pengetahuan mereka biasanya hanya sekedar bagaimana cara

melakukan koitus secara simpel. Banyak pula orangtua, karena ingin

berbesanan lantas mengatur saja perkawinan anak mereka tanpa meneliti

apakah persyaratan yang mutlak perlu untuk keberhasilan perkawinan itu

terpenuhi atau tidak. Dan pula tanpa membekali ilmu yang cukup kepada

putra putrinya tentang bagaimana nanti membina keluarga yang sakinah

mawaddah wa rahmah, tegasnya hampir semua orang muda memasuki

perkawinan tanpa persiapan. Persiapan yang dibuat hanyalah mas kawin,

(15)

perkawinan yang mengalami kesulitan karena dilakukan tanpa persiapan yang

berupa pendidikan bersama.5

Pertengkaran dan perselisihan yang terjadi dalam keluarga akan

menyebabkan suasana yang panas dan tegang yang dapat mengancam

keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. Tidak jarang, pertengkaran itu

berakhir dengan perceraian dan kehancuran keluarga. Fenomena ini

merupakan salah satu hal yang paling dikhawatirkan oleh semua anggota

keluarga, termasuk di dalamnya anak-anak. Keluarga yang kuat adalah

keluarga yang mampu mengelola kesulitan-kesulitan yang dihadapi dengan

cara bervariatif maupun kreatif. Hal ini menunjukkan keluarga tersebut

merupakan keluarga yang kuat, akan tetapi keluarga tersebut bukanlah

keluarga yang tanpa ada permasalahan, namun keluarga tersebut adalah

keluarga yang tahan banting serta cenderung mampu menyelesaikan

permasalahan yang ada. Karakteristik keluarga yang kuat adalah cenderung

mampu melihat sisi positif dari suatu permasalahan, membangun suatu

kebersamaan dan komunikasi yang efektif, fleksibilitas dan mampu

mengalokasikan waktu bersama. Hal-hal yang mampu meningkatkan

kekuatan suatu keluarga adalah adanya kasih sayang, saling menghargai,

memiliki waktu bersama, saling menguatkan, berkomitment, komunikasi,

kesiapan menghadapi perubahan, spiritualitas, komunitas dan ikatan keluarga,

peran yang jelas.

5

(16)

Oleh karena itu, dalam proses pembentukan sebuah keluarga diperlukan

adanya sebuah program pendidikan yang terpadu dan terarah. Program

pendidikan dalam keluarga ini harus pula mampu memberikan deskripsi kerja

yang jelas bagi tiap individu dalam keluarga sehingga masing-masing dapat

melakukan peran yang berkesinambungan demi terciptanya sebuah

lingkungan keluarga yang kondusif untuk mendidik anak secara maksimal.

Di zaman modern sekarang ini, nampaknya begitu banyak hal yang dapat

memicu terjadinya konflik dalam rumah tangga, sehingga menyebabkan

banyak pasangan yang gagal dalam membentuk keluarga yang sakinah. Di

tengah tingginya potensi instabilitas rumah tangga dan banyaknya perceraian,

maka pendidikan dan pembekalan kepada pasangan yang hendak menikah

adalah salah satu cara yang paling mungkin dilakukan. Upaya tersebut akan

berfungsi ganda sebagai edukasi nilai-nilai perkawinan disemua level

masyarakat maupun sebagai langkah untuk memperbaiki mutu perkawinan

dan mengurangi perceraian. Hal ini sejalan dengan pernyataan Kementerian

Agama Republik Indonesia yang telah mengisntruksikan kepada Direktorat

Urusan Agama Islam supaya membuat terobosan program guna memperkuat

lembaga perkawinan, diantaranya lewat pendidikan pra nikah. Realitas

masyarakat di Indonesia menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu semakin

bertambah jumlah pasangan yang tidak berhasil membangun keluarga

sakinah. Data yang tercatat angka perceraian rata-rata nasional mencapai

kurang lebih 200 ribu pasang pertahun atau sekitar 10 persen dari pernikahan

(17)

konflik perkawinan semakin bertambah dari tahun ketahun6. Untuk itulah

akhir-akhir ini marak tumbuh badan atau lembaga organisasi Islam yang

menyelenggarakan pendidikan pra nikah. Tentu hal ini sangat

menggembirakan karena lembaga yang menyelenggarakan pendidikan pra

nikah tersebut ikut membantu pemerintah dalam menyiapkan pasangan

keluarga dan sekaligus ikut menghantarkan pasangan keluarga tersebut

kepada kehidupan keluarga yang diidamkan yaitu keluarga yang sakinah

mawaddah warahmah. Sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan pra nikah

ini maka diterbitkan peraturan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam nomor 542 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan pendidikan

pra nikah. Dalam rangka tertib administrasi dan implementasinya, bagi

lembaga penyelenggara pendidikan pra nikah harus sudah mendapatkan

akreditasi dari Kementerian Agama. Suatu hal yang menarik bagi penulis

untuk diuraikan dan membahasnya, mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dengan mengangkat judul:

“Implementasi Peraturan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam No:DJ.II/542 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus

Pra Nikah (Studi di BP4 Ciputat dan Lembaga Arrahman Pre Wedding

Academy)”.

6

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk mempersempit dan mempermudah penelitian serta

memperjelas pokok-pokok masalah yang akan dibahas dan diuraikan

dalam skripsi ini, maka penulis membatasi masalah tersebut pada

implementasi peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

No: DJ.II/542/Tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan kursus pra

nikah, yang diteliti pada BP4 Ciputat dan lembaga kursus pra nikah

Arrahman pre wedding Academy di Tebet Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi pelaksanaan peraturan Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam No:DJ.II/542 Tahun 2013?

b. Apa faktor hambatan dan tantangan atas pelaksanaan peraturan

tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. mengetahui kebijakan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam tentang kursus pra nikah dalam fungsinya sebagai pembentukan

keluarga sakinah.

b. mengetahui implementasi kebijakan yang telah ditetapkan oleh

(19)

masyarakat yang dilaksanakan oleh BP4 kecamatan Ciputat dan

lembaga penyelenggara kursus pra nikah Arrahman Pre wedding

Academy di Tebet Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis penelitian ini selain dilakukan untuk memperoleh gelar

sarjana (S-1), hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi

peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji tentang pendidikan pra nikah

sebagai salah satu sarana dalam memberikan pembekalan tentang

kehidupan berumah tangga.

b. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman kepada masyarakat khususnya remaja usia nikah dan

calon pengantin akan pentingnya mengikuti pendidikan pra nikah.

c. Mensosialisasikan program pendidikan pra nikah yang telah di atur

oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Pada Bp4

Kecamatan Ciputat dan Lembaga penyelenggara kursus Arrahman Pre

wedding Academy.

D. Review Studi Terdahulu

Hasil penelitian yang terdahulu yang berhubungan dan sesuai dengan

aspek-aspek dalam penelitian tentang pendidikan pra nikah yaitu:

1. Bayu Noorzaman, SJAS. 2009. Tentang Peranan Penasehat,

Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan di KUA Kecamatan

(20)

bahwa peneliti lebih menekankan kepada upaya mewujudkan

perkawinan yang sukses dengan menguraikan indikator sebagai alat

ukurnya. Penelitian ini sama dengan penelitian penulis dengan tujuan

mensukseskan perkawinan tetapi berbeda pada lembaga yang akan

diteliti.

2. Zulfa Zidniyah Fitri, SAS. 2010. Tentang Peranan BP4 Kemayoran

Jakarta Pusat Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah. Persoalan

ini sama dengan yang akan peneliti tuliskan tetapi berbeda dalam

lembaga yang mengatasi konflik rumah tangga tersebut.

3. Ahmad Zaki, SAS. 2011. Tentang Peran BP4 dan Tim Mediator

Dalam Membina Keluarga Sakinah (Studi Kasus Di KUA Bekasi

Barat dan PA Bekasi). Dalam penelitian ini mengatakan bahwa peran

BP4 belum maksimal karena masih tingginya angka perceraian.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian penulis karena penelitian di

lakukan pada lembaga pemerintahan dan persoalan yang diteliti akan

berbeda.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif analitis, artinya metode yang

(21)

berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau pelaku yang diamati7.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu

masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang

suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih8. Penelitian ini

dilakukan kepada sebuah lembaga yang khusus mengadakan program

pendidikan pra nikah yang memiliki konselor yang ahli dibidang

perkawinan/keluarga.

2. Pendekatan Penelitian

Disamping tekhnik yang penulis gunakan, penelitian ini juga

menggunakan metode pendekatan normatif, yaitu cara mendekati masalah

yang akan diteliti dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Kriteria dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan adalah:

a. Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari subjek penelitian. Data penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dan survei yang dilakukan penulis terhadap lembaga

pemerintahan dalam hal ini Kementerian Agama khususnya Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (BIMAS Islam) yang telah

mengeluarkan peraturan mengenai pedoman penyelenggaraan kursus

7

Lexi J Maelong,Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung:PT. Remaja Karya, 2002), cet. Ke-1, h. 3.

8

(22)

pra nikah serta data yang diperoleh dari arsip lembaga Arrahman Pre

Wedding Academy dan arsip Badan Penasihatan, Pembinaan dan

Pelestarian Perkawinan (BP4) Ciputat.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan jalan

mengadakan studi kepustakaan atas pembahasan yang berhubungan

dengan masalah yang diajukan yang memberikan penjelasan tentang

bahan data primer.9 Data ini bersifat pelengkap diperoleh dari

kementerian Agama serta dari tulisan-tulisan berbagai referensi pada

saat kuliah serta sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini,

seperti jurnal yang terkait dengan penelitian, surat kabar, majalah dan

sumber tertulis lainnya.

c. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa instrumen

pengumpulan data, diantaranya adalah adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi dilakukan guna mendapatkan gambaran secara

langsung informasi yang berhubungan dengan bentuk komunikasi

yang dikembangkan. Teknik observasi paling sesuai dengan

penelitian sosial, karena pengamatan dapat dilakukan dengan melihat

kenyataan dan mengamai secara mendalam, lalu mencatat yang

dianggap penting. Peneliti tidak hanya mencatat kejadian atau

9

(23)

peristiwa, akan tetapi juga mencatat segala sesuatu yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang diamati

adalah komunikasi, interaksi, pemenuhan kebutuhan, dan pemecahan

masalah.

b) Interview

Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data

dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada

responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara

adalah teknik yang cukup efektif dalam meneliti, karena akan dapat

mengungkapkan lebih dalam informasi dari partisipan,

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, dan sebagainya.10

c) Studi Dokumentasi

Dilakukan untuk pengumpulan data dengan mencari data

mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya.

d. Teknik Analisis Data

Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, baik primer maupu sekunder. Setelah

dipelajari dan ditelaah maka langkah penulis berikutnya adalah

mereduksi data, dengan jalan merangkum masalah yang penulis teliti.

10

Lexi J Maelong ,Metode Penelitian Kualitatif,(Bandung:PT. Remaja Karya, 2002),

(24)

Dalam menganalisa data penulis menggunakan pendekatan deskriptip

analisis. Dianalisis secara kualitatif dan dicari pemecahannya,

kemudian disimpulkandan digunakan untuk menjawab permasalah yang

ada. Proses analisa data dengan mendeskripsikan peraturan Dirjen

Bimas Islam No 542 tahun 2013 tentang pedoman penyelenggaraan

kursus pra nikah dan menghubungkan bagaimana implementasi

peraturan tersebut terhadap BP4 dan lembaga Arrahman Pre wedding

Academy agar diketahui bagaimana implementsi terhadap peraturan

tersebut.

e. Sistematika Penulisan

Maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam lima bab

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama : pendahuluan, latar belakang masalah, pembatasan dan

perumusan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi

penelitian, review studi terdahulu, sistematika penulisan.

Bab kedua : teori hukum implementasi peraturan Dirjen Bimas Islam

dan pembentukan keluarga sakinah, teori penegakan

hukum, teori pembentukan keluarga sakinah.

Bab ketiga : menjelaskan peraturan Dirjen Bimas Islam, BP4 dan

Arrahman Pre wedding Academy.

Bab empat : implementasi kebijakan BIMAS Islam proses pendidikan,

(25)

Lembaga Arrahman Pre wedding Academy, faktor

hambatan dan tantangan, analisis penulis.

Bab lima : penutup, kesimpulan, saran-saran serta akan dilengkapi

dengan datar pustaka dan lampiran-lampiran yang

(26)

15

A. Teori Penegakan Hukum

1. Hukum Sebagai Sarana Pengatur Perikelakuan

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya

atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman

prilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Ditinjau dari sudut subjeknya penegakan hukum itu dapat dilakukan

oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan

hukum oleh subjek dalam arti terbatas atau sempit. Dalam arti luas proses

penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap

hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan

diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau

menegakkan aturan hukum.

Sebagai sarana sosial Engineering, hukum sebagai sarana yang

ditujukan untuk mengubah perikelakuan warga masyarakat, sesuai

dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Salah satu

masalah yang dihadapi dalam bidang ini adalah apabila terjadi apa yang

(27)

hukum-hukum tertentu yang dibentuk dan diterapkan, ternyata tidak efektif.

Gejala-gejala semacam itu akan timbul, apabila ada faktor-faktor tertentu

yang menjadi penghalang. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari

pembentuk hukum, penegak hukum, para pencari keadilan(justitiabelen),

maupun golongan lain didalam masyarakat.1 Berhasilnya atau tidaknya

penegakan hukum bergantung pada:

a. Subtansi Hukum

Sebagai sistem subtansial yang menentukan bisa atau tidaknya

hukum itu dilaksanakan. Subtansi juga berarti produk yang dihasilkan

oleh orang yang berada dalam sistem hukum yang mencakup

keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun.

Subtansi juga mencakup hukum yang hidup (living law),bukan hanya

aturan yang ada dalam kitab undang-undang (Law books). Produk

hukum yang dimaksud dalam pembahasan ini merupakan peraturan

yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam mengenai pedoman penyelenggaraan kursus pra nikah yang

dimaksudkan sebagai pedoman untuk para pejabat teknis di

lingkungan Direktorat Urusan Agama Islam ditingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota dan kantor urusan agama (KUA) kecamatan serta

badan/lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan pra

nikah. Pedoman ini berisikan tentang mekanisme pelayanan

penyelenggaraan kursus pra nikah, terkait dengan standarisasi materi,

1

(28)

narasumber, badan atau lembaga penyelenggara, sarana dan

pembiayaan, sertifikasi dan kurikulum/silabus yang telah ditetapkan.

b. Struktur Hukum/ Pranata Hukum

Sistem struktural yang menentukan bisa atau tidaknya hukum itu

dilaksanakan dengan baik. Kewenangan lembaga penegak hukum

dijamin oleh undang-undang, sehingga dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan

pengaruh-pengaruh lain. Hukum tidak dapat berjalan atau tegak bila

ada aparat penegak hukum yang kredebilitas, kompeten dan

independen. Seberapa bagusnya suatu peraturan perundang-undangan

bila tidak didukung dengan aparat penegak hukum yang baik maka

keadilan serta kesejahteraan hanya angan-angan. Sesuai ketentuan

pasal 3 ayat 1 peraturan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam bahwa penyelenggara pendidikan pra nikah adalah badan

penasihatan, pembinaan, dan pelestarian perkawinan (BP4) atau

lembaga organisasi keagamaan lainnya yang telah mendapat akreditasi

dari kementerian Agama, dengan ketentuan ini maka penyelenggara

dapat dilaksanakan oleh lembaga diluar instansi pemerintah dalam hal

ini Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan.

Upaya meningkatkan peran serta masyarakat, BP4 dapat

berfungsi sebagai penyelenggara sebagaimana halnya badan/lembaga

swasta lainnya karena BP4 sesuai keputusan musyawarah nasional

(29)

profesional dan mitra kerja Kementerian Agama, sehingga BP4 sama

kedudukan dan fungsinya seperti organisasi lainnya, BP4 tidak lagi

menjadi lembaga resmi pemerintah yang berbasis pada dua kaki yaitu

pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu badan atau lembaga

penyelenggara pendidikan pra nikah termasuk BP4 harus mendapat

akreditasi dari Kementerian Agama.

c. Budaya Hukum

Kultur hukum adalah suasana pemikiran sosial dan kekuatan

sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau

disalahgunakan. Budaya hukum erat kaitannya dengan kesadaran

hukum masyarakat maka akan tercipta budaya hukum yang baik dan

dapat merubah pola pikir masyarakat mengenai hukum selama ini.

Secara sederhana, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum

merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum. Baik subtansi

hukum, struktur hukum maupun budaya hukum saling keterkaitan

antara satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Dalam

pelaksanaannya diantara ketiganya harus tercipta hubungan yang

saling mendukung agar tercipta pola hidup aman, tertib, tentram dan

damai.

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum secara sosiologis

atau empiris, intinya adalah efektifitas hukum. Efektifitas hukum

adalah pengaruh hukum terhadap masyarakat, inti dari pengaruh

(30)

sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalau masyarakat berprilaku

sesuai dengan yang diharapkan atau yang dikehendaki oleh hukum,

maka dapat dikatakan bahwa hukum yang bersangkutan adalah

efektif.2

Agar hukum mempunyai pengaruh terhadap sikap tindak atau

prilaku, maka diperlukan kondisi tertentu yaitu:

1) Hukum harus dikomunikasikan, tujuannya menciptakan

pengertian bersama, supaya hukum benar-benar dapat

mempengaruhi prilaku warga masyarakat, maka hukum harus

disebarkan seluas mungkin sehingga melembaga dalam

masyarakat.

2) Diposisi untuk berperilaku, artinya hal-hal yang menjadi

pendorong bagi manusia untuk berprilaku tertentu. Ada

kemungkinan bahwa seseorang berprilaku tertentu oleh karena

perhitungan laba rugi, artinya kalau dia patuh pada hukum maka

keuntunganya lebih banyak daripada kalau dia melanggar hukum.

Bila kepatuhan hukum timbul karena pertimbangan untung rugi,

maka penegakan hukum senatisa selalu diawasi secara ketat.3

Perkembangan hukum antara aliran yang satu dengan yang

lain kerap bahkan sebagian sebagai berfungsi berpolemik, bisa

2

Soekanto Soerjono, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah Masalah Sosial, (Bandung: Alumni, 1982) h. 27

3

(31)

positivistik, maupun dalam bentuk lain-lainnya. Hal ini berakar

dari hakikat perubahan dengan segala konsekuensinya. Kaitan

dengan penegakan hukum, walaupun polemik hukum senyataya

tidak akan pernah berakhir sepanjang kehidupan manusi masih

ada, namun proses penegakan hukum harus tidak kalah

pentingnya berjalan dengan kritik-kritik berhukum khususnya

dalam bahasan ini dalam konteks Indonesia. Memaknai hukum

sebagai perangkat peraturan yang mengatur masyarakat, barulah

berarti apabila senyatanya didukung oleh sistem sanksi yang tegas

dan jelas.4

Hukum sebagai skema adalah hukum sebagaimana dijumpai

dalam teks atau perundang-undangan atau hukum yang

dirumuskan dengan sengaja rasional. Disini hukum sudah

mengalami pergeseran bentuk, dari hukum yang muncul secara

serta merta (interactional law) menjadi hukum yang dibuat dan

diundangkan (legislated law).5

Dalam menjalankan fungsinya itulah hukum sering

mendapat halangan dari berbagai faktor, sehingga hukum nampak

“mandul”. Hukum yang hidup itu merupakan bagian dari sistem

hukum yang diterapkan dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Apabila hukum dilaksanakan oleh pejabat hukum berbeda

4

Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, (makna dialog antara hukum dan masyarakat), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 227

5

(32)

dengan hukum positif tertulis, maka terdapat jurang pemisah

antara hukum yang hidup dengan hukum positif tertulis.

Demikian juga apabila hukum yang dipraktikkan oleh subyek

hukum lainnya dalam bidang tertentu adalah berbeda dengan

hukum positif tertulis.6

Penyadaran akan hukum yang berkualitas terbatas itu

menjadi penting ditengah buruknya kualitas kehidupan hukum

kita, tetapi sebenarnya kesadaran itu tidak hanya diperlukan pada

masa-masa sulit seperti sekarang, karena hal itu sudah menjadi

bagian dari realitas dunia hukum kapanpun dan dimanapun.

Hukum sama sekali tidak bisa dilepaskan dari partisipasi publik.

Kurangnya kesadaran serta partisipasi masyarakat terhadap

peraturan dikarenakan dalam produk hukum tidak dijelaskan

secara rinci sanksi bagi yang tidak mengikuti pendidikan pra

nikah bagi remaja usian nikah bahkan yang hendak menikah. Para

calon pengantin yang hendak menikah tanpa sertifikatpun boleh

melakukan pernikahan. Peraturan ini hanya bersifat anjuran yang

mengakibatkan masyarakat tidak mematuhi peraturan tersebut.

d. Teori Pembentukan Keluarga Sakinah

keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang

sah, mampu memenuhi hajat hidup spritual dan material secara layak dan

seimbang, diliputu suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan

6

(33)

lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan,

menghayati dan memperdalam, nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan

akhlak mulia.7 Keluarga sakinah adalah dambaan setiap orang yang hidup

berumah tangga yang damai dan bahagia, karena kata sakinah itu berarti

damai bahagia. Keluarga sakinah menurut islam adalah keluarga yang

mendapatkan limpahan rahmat dan berkat dari Allah, menjadi dambaan

dan idaman setiap insan sejak merencanakan pernikahan serta merupakan

tujuan utama dari pernikahan itu sendiri.8 Oleh karena itu ia tidak terjadi

secara mendadak, tetapi di topang oleh pilr-pilar yang kokoh, yang

memerlukan perjuangan serta butuh waktu dan pengorbanan terlebih

dahulu untuk mendapatkan keluarga yang penuh ketentraman. Keluarga

sakinah merupakan subsistem dari sistem sosial .

Keluarga sakinah menurut undang-undang yaitu Bab 1 pasal 1 ayat

11 dari undang-undang No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan

pendudukan dan pembangunan keluarga sejahtera (keluarga sakinah) itu

adalah keluarga yang tidak hanya tercukupi kebutuhan materiilnya tetapi

juga harus didasarkan pada perkawinan yang sah, tercukupi kebutuhan

spritualnya, memiliki hubungan yang harmonis antar anggota keluarga,

antar keluarga dan masyarakat, dengan lingkungannya dan sebagainya.

Membina keluarga sakinah tidak terlepas dari adanya mawaddah

warahmah, karena mawaddah adalah mencintai suami istri yang

7

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Hajhai Proyek Peningkatan Keluarga Sakinah,pedoman Konselor Keluarga Sakinah, h. 97

8

(34)

mendatangkan komitmen kedua belah pihak dengan nyaman dan aman

tanpa peduli pihak luar. Hubungan antara suami istri harus atas dasar

saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya seperti dalam

firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 187

...

ð







...

Artinya: “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka”.(al-Baqoroh (2) ayat 187)

Kriteria mawaddah dalam Islam menghendaki adanya kecintaan

lahir batin agar suasana pernikahan hakiki dapat dicapai dengan benar.

Apabila suasana itu mampu diwujudkan maka anak yang dihasilkan pun

merupakan belahan jiwa mereka berdua kelak menjadi pengikat erat dan

kuat bagi keduanya.9 Sedangkan rahmah adalah kasih sayang antar

keduanya sejak ikrar akad nikah hingga ajal menjemput keduanya.

Rahmah merupakan karunia agung dari Allah yang diberikan kepada

setiap makhluk-Nya yang mengharapkan. Keluarga sakinah merupakan

pilar pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan

yang shalih dan shalihah. Setiap keluarga pasti menginginkan tercapainya

kehidupan yang bahagia, sejahtera dan damai. Kehidupan rumah tangga

yang bahagia, sejahtera dan damai akan menghasilkan masyarakat yang

rukun, damai, adil dan makmur. Karena masyarakat terdiri dari

keluarga-keluarga, dan keluarga merupakan pusat dari semua kegiatan masyarakat.

9

(35)

Kehidupan keluargasakinah mawaddah warahmahini harus tertanan sejak

usia remaja, supaya kelak bersemangat dalam menciptakan ketenangan

dalam diri dan tidak hanya menjadi keinginan individu anggota keluarga

yang bersangkutan saja, melainkan sudah menjadi cita-cita dan tujuan

pembangunan nasional di Indonesia.10

Dari semua penjelasan di atas dapat diambil sebuah pengertian

bahwa keluarga sakinah adalah suatu keluarga yang dibangun atas dasar

agama, rasa saling pengertian, saling menghargai hak-hak dan kewajiban

masing-masing antara pasangan suami istri serta mengutamakan penerapan

akidah dan musyawarah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam

membina hubungan suami istri maupun pembinaan keluarganya. Dan

untuk memperoleh situasi ini, hanya dengan jalan melalui pernikahan

ketenangan batin dan rumah tangga diperoleh. Tentunya akan

menghasilkan anggota masyarakat yang baik, dan mengalir darah baru ke

urat-urat masyarakat sehingga menjadi lebih segar, kuat, maju dan

berkembang.11 Dasar pembentukan keluarga terdapat dalam fiman Allah

SWT Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:







































Artinya:Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan

10

A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 14

11

(36)

dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”.(al-Ruum (30): 21)

1. Kriteria Keluarga Sakinah

Dalam program pembinaan keluarga sakinah disusun

kriteria-kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari, berikut uraian

masing-masing kriteria tersebut:12

1) Keluarga pra sakinah yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui

ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenhi kebutuhan

dasar spirital dan material secara minimal, seperti keimanan, shalat,

zakat, puasa, sandang, pangan, papan, dan kesehatan.

2) Keluarga sakinah I yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan

yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan

materiil secara minimal tetapi masih belum bisa memenuhi

kebutuhan psikologisnya seperti kebutuhan pendidikan, bimbingan

keagamaan dalam keluarganya, mengikuti interaksi sosial

keagamaan dengan lingkungannya.

3) Keluarga sakinah II yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan

yang sah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan

kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya

pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam

keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan

dengan lingkungannya tetapi belum mampu menghayati serta

12

(37)

mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlakul

karimah, infaq, zakat, amal jariyah, menabung dan sebagainya.

4) Keluarga sakinah III yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh

kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlakul karimah, sosial

psikologis dan pengembangan keluarganya tetapi belum mampu

menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

5) Keluarga sakinah III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi

seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlakul karimah secara

sempurna, kebutuhan sosial psikologis dan pengembangannya serta

dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

Adapun berdasarkan pengertian yang dirumuskan oleh BP4,

maka dapat diuraikan bahwa ciri-ciri keluarga sakinah adalah:13

a. Keluarga dibina atas perkawinan yang sah;

b. Keluarga mampu memenuhi kebutuhan hajat hidup baik secara

materiil maupun spiritual yang layak;

c. Keluarga mampu menciptakan suasana cinta kasih dan sayang antara

sesama anggota;

d. Keluarga mampu menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai

keimanan, ketaqwaan, amal shaleh dan akhlakul karimah;

e. Keluarga mampu mendidik anak remaja minimal sampai dengan

sekolah menengah atas;

13

(38)

f. Kehidupan sosial ekonomi keluarga mampu mencapai tingkat yang

memadai sesuai dengan ukuran masyarakat yang maju dan mandiri.

2. Pembentukan Keluarga Sakinah

Keharmonisan hubungan suami istri merupakan faktor penentu

bagi keharmonisan masyarakat, jika kehidupan suami istri tidak

tentram, maka masyarakatpun menjadi tidak tentram. Kasus

perselisihan, perceraian serta kekerasan dalam rumah tangga, yang

sering terjadi dalam masyarakat salah satunya disebabkan oleh

rendahnya pengetahuan serta pemahaman tentang membentuk keluarga

sakinah, dengan beberapa cara yang dapat dilakukan agar keutuhan dan

kebahagiaan rumah tangga dapat tercipta sehingga tujuan pernikahan

dapat tercapai yaitu,14

1. Proses pembentukan keluarga sesuai dengan ajaran islam

2. melaksanakan hak dan kewajiban dalam keluarga

3. memenuhi kebutuhan biologis dalam keluarga

4. memenuhi kebutuhan psikologis dalam keluarga

5. memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga

6. menyelesaikan konflik secara islami dalam keluarga

7. mengembangkan sikap-sikap islami dalam rumah tangga

8. menerapkan nilai islami dalam mendidik anak

9. membina hubungan baik dengan keluarga besar

14

(39)

Sesungguhnya pernikahan tidak hanya bertujuan untuk memenuhi

insting dan berbagai keinginan yang bersifat materi. Lebih dari itu,

terdapat berbagai tugas yang harus dipenuhi, baik segi kejiwaan,

ruhaniah, kemasyarakatan yang harus menjadi tanggung jawabnya.

Termasuk juga hal-hal lain yang diinginkan oleh insting manusia. Maka

proses awal dalam membentuk sebuah keluarga harus diperhatikan;15

a. Memilih Istri

Anjuran dalam memilih istri karena agamanya, Rasulullah telah

mempertimbangkan bagian inisebagai landasan dalam memilih istri.

karenaperempuan yang beragama meskipun tidak cantik secara fisik,

agama merupakan masalah yang sangat penting untuk

dipertimbangkan. Perempuan yang baik agamanya memiliki

keutamaan yang lebih baikdaripada kecantikan fisik. Ia dapat

menyenangkan hati dan baik prilakunya.

b. Memilih Suami

Suami yang terpuji dalam pandangan Islam adalah yang memiliki

sifat-sifat kemanusiaan yang utama, sifat kejantanan yang sempurna,

ia memendang kehidupan dengan benar, melangkah pada jalan yang

lurus, ia bukanlah orang yang memiliki kekayaan atau orang yang

memiliki fisik yang baik dan kedudukan tinggi, dengan tanpa memberi

pertolongan dengan memberikan anugrah dan unsur yang baik.

15

(40)

Dalam suatu perjalanan rumah tangga tidak slalu berisikan senyum

dan tawa, karena pasti ada masalah-masalah yang akan datang,

keluarga yang sakinah bukan keluarga tanpa masalah, melainkan

keluarga yang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah

dengan baik dan kepala dingin. Karena itulah ketika hendak

melakukan perkawinan dianjurkan untuk memilih jodoh yang baik

(sholeh atau sholehah), hal ini tidak lain hanya untuk bertujuan dalam

menjadikan perkawinan yang bahagia, sakinah dan harmonis. Untuk

itu dalam upaya membina keluarga sakinah perlu diperhatikan

berbagai aspek secara menyeluruh, diantaranya peranan

masing-masing suami dan istri, baik yang individual maupun yang dimiliki

bersama.16Islam memberikan tuntunan pada setiap manusia untuk

menuntun menuju keluarga sakinah yaitu dengan cara;17

1. Di landasi oleh cinta dan kasih sayang

2. Hubungan saling membutuhkan satu sama lain sebagaimana

suami istri disimbolkan dalam al-Quran dengan pakaian, saling

setia.

3. Suami istri dalam bergaul memperhatikan yang secara wajar di

anggap patut.

Selain itu hal yang dapat mewujudkan keluarga sakinah juga

harus disertai dengan kesungguhan, kesabaran, dari keuletan suami

16

Dedi Junaedi, Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Alquran dan Assunnah(Jakarta: Akademika Pressindo, 2003) Cet. 1, h. 220

17

(41)

istri. Islam memberikan rambu-rambu dalam sejumlah ayat al-Quran

sebagai legitimasi yang dapat digunakan untuk pegang bagi suami

istridalam upaya membangun dan melestarikan perkawinannya antara

lain;

a) Selalu bersyukur saat mendapat nikmat, baik berupa harta, ilmu,

anak, dan lain-lain, bersyukurlah hanya kepada-Nya atas segala

nikmat yang telah diberikan tersebut supaya apa yang ada dalam

genggaman kita barakah.

b) Senantiasa bersabar dan tawakkal saat tertimpa musibah, karna

semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya

selalu lancar dan bahagia, namun kenyataannya tidak demikian.

Sangat mungkin dalam kehidupan berkeluarga menghadapi

sejumlah kesulitan dan ujian, pondasi yang harus kita bangun agar

keluarga tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah,

senantiasa bersabar.

c) Senantiasa memenuhi janji, karena sebuah janji merupakan bukti

kemuliaan seseorang, setinggi apapun kedudukannya, tapi kalau

sering mengingkari janji tentu tidak akan dipercaya lagi.

d) Suami istri yang selalu berprasangka baik akan lebih

menentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga bisa lebih

diminimalisir.

e) Mencintai keluarga istri sebagaimana keluarga sendiri, berlaku

(42)

masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling

menghormati dalam rumah tangga.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga sakinah adalah keluarga hidup yang tentram dan bahagia,

selalu saling berkasih sayang, saling menghargai, saling memberi,

saling membantu, saling mengerti dan memahami, saling berupaya

menyempurnakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap Allah,

keluarga maupun masyarakat.18

Bahwa dalam rangka penguatan ketahanan keluarga sebagai upaya

mewujudkan keluarga sakinah melalui penyelenggaraan pendidikan pra

nikah telah dibuat nota kesepahaman (MoU) antara Kementerian Agama

dengan BP4 nomor 18 tahun 2014 dan nomor 035/7P/BP4/X/2014 tentang

penguatan ketahanan keluarga dalam upaya mewujudkan keluarga sakinah.

Dengan tujuan membawa masyarakat yang sejahtera dan bahagia dimulai

dari sebuah keluarga yang sakinah maka Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam membuat suatu aturan tentang pedoman pendidikan pra

nikah yang berisikan mekanisme serta prosedur pendidikan yang terarah

sehingga diharapkan sesuai dengan tujuan ditetapkannya peraturan ini,

yaitu menjadikan keluarga bahagia yang sakinah mawaddah warahmah.

18

(43)

32

PERKAWINAN (BP4) DAN ARRAHMAN PRE WEDDING ACADEMY

A. Peraturan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No:DJ.II/542 Tahun 2013

1. Latar Belakang Lahirnya Peraturan

Secara sosiologis pernikahan adalah suatu ikatan diantara dua

orang manusia antara laki-laki dan perempuan diikuti percampuran dua

keluarga yang berlatar belakang baik dari segi ekonomi, kebudayaan dan

yang lainnya, secara psikologis pernikahan diharuskan penyatuan

sepasang manusia secara emosional dengan karakteristik yang berbeda

dimana dalam penyatuan tersebut begitu banyak memerlukan perjuangan

karena secara fitrah manusia memiliki kepribadian yang berbeda, untuk

menyatukan dua kepribadian itu sungguh berat, maka dengan adanya

pendidikan pra nikah dapat pembekalan bagaimana cara mereka harus

saling terbuka dalam setiap permasalahan yang timbul dalam keluarga.1

Ketidaksiapan pengantin, baru bisa dilihat bagaimana mereka

berperilaku setelah menikah. Jika masih melakukan kebiasaan seperti

sebelum menikah, hal itu menandakan bahwa mereka tidak sadar kalau

dirinya telah berubah fungsi. Seharusnya mereka telah berpikir tentang

1

Hasniah Hasan,Mencegah Perceraian Masalah Sepele Saja Menghancurkan Rumah Tangga,artikel diakses pada 22 Januari 2015 dari

(44)

bagaimana menyikapi faktor-faktor yang mungkin timbul saat berumah

tangga, seperti ketidakcocokan keluarga, perbedaan pandangan, maupun

bagaimana cara menyikapi kebiasaan buruk pasangan.2 Data statistik

perkawinan di Indonesia pertahun rata-rata mencapai 2 (dua) juta pasang.

Suatu angka fantastis dan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan

adanya perubahan sosial masyarakat. Baik buruknya kualitas sebuah

keluarga turut menentukan baik buruknya sebuah masyarakat. Jika

karakter yang dihasilkan sebuah keluarga itu baik, akan berpengaruh baik

kepada lingkungan sekitarnya, tetapi sebaliknya jika karakter yang

dihasilkan jelek, maka akan berpengaruh kuat kepada lingkungannya dan

juga terhadap lingkungan yang besar bahkan tidak mustahil akan

mewarnai karakter sebuah bangsa.

Kualitas sebuah perkawinan sangat ditentukan oleh kesiapan dan

kematangan dari kedua calon pasangan nikah dalam menyongsong

kehidupan berumah tangga. Perkawinan sebagai peristiwa sakral dalam

perjalanan hidup dua individu. Agar dapat membentuk keluarga bahagia

dapat terwujud, maka diperlukan pengenalan tentang kehidupan baru

yang akan dialaminya nanti. Diberi informasi singkat tentang

kemungkinan yang akan terjadi dalam berusaha wanti-wanti jauh hari

agar masalah yang timbul kemudian dapat diminimalisir dengan baik,

untuk itu bagi remaja usia nikah atau calon pengantin sangat perlu

mengikuti pembekalan dalam bentuk kursus pra nikah dan parenting

2

Hasniah Hasan,Mencegah Perceraian Masalah Sepele Saja Menghancurkan Rumah Tangga,artikel diakses pada 22 Januari 2015 dari

(45)

yang merupakan salah satu upaya penting dan strategis. Untuk itulah

akhir-akhir ini marak tumbuh lembaga dari Ormas Islam dan LSM yang

menyelenggarakan kursus pra nikah, sebagai dasar penyelenggaraan

kursus pra nikah ini maka diterbitkan peraturan Dirjen Masyarakat Islam

tentang kursus pra nikah ini. Dalam rangka tertib administrasi dan

implementasinya, bagi lembaga/badan/organisasi keagamaan Islam yang

akan menjadi penyelenggara kursus pra nikah harus sudah mendapat

akreditasi dari Kementerian agama.

2. Kurikulum dan Silabus Kursus Pranikah a. Kelompok Dasar

1. Kebijakan Kementerian Agama tentang Pembinaan Keluarga

Sakinah.

2. Kebijakan Ditjen Bimas Islam tentang Pelaksanaan Kursus Pra

Nikah.

3. Hukum Munakahat.

4. Prosedur pernikahan.

5. Peraturan Perundangan tentang perkawinan dan pembinaan

keluarga.

1) UU Perkawinan dan KHI (konsep perkawinan, azas

perkawinan, pembatasan poligami, batasan usia nikah,

pembatalan perkawinan, perjanjian perkawinan, harta

bersama, hak dan kewajiban, masalah status anak,

(46)

2) UU Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Pengertian

KDRT, bentuk-bentuk KDRT, faktor-faktor Penyebab

KDRT, dampak KDRT, aturan hukum, tanggung jawab

Pemerintah dan keluarga.

3) Undang-undang perlindungan anak.

b. Kelompok Inti

a. Pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga.

1) Fungsi Agama (fungsi nilai-nilai ajaran agama Islam dalam

kehidupan rumah tangga, Fungsi pemeliharaan fitrah

manusia, Penguatan tauhid dengan pengembangkan akhlakul

karimah).

2) Fungsi reproduksi (Fungsi reproduksi yang didasarkan

akad perkawinan yang suci).

3) Fungsi kasih sayang dan afeksi (kasih sayang dan afeksi

sebagai kebutuhan dasar manusia, Kedekatan dan kelekatan

fisik dan batiniah anak dan orang tua, ketertarikan kepada

lawan jenis sebagai sunatullah, kasih sayang sebagai

landasan amal sholeh yang memberi manfaat bagi sesama)

4) Fungsi Perlindungan (hak dan kewajiban suami isteri

memiliki fungsi perlindungan, perlindungan terhadap

anggota keluarga dari kekerasan dan pengabaian,

(47)

5) Fungsi pendidikan dan sosialisasi (Fungsi keluarga bagi

pembentukan karakter, Fungsi sosialisasi dan transmisi

nilai, Fungsi keteladanan dan modeling, Fungsi membangun

benteng moralitas)

6) Fungsi ekonomi (Fungsi produksi untuk memperoleh

penghasilan, fungsi pembelanjaan untuk memenuhi

kebutuhan bagi kelangsungan keluarga, keseimbangan

antara income dan pengeluaran, diperlukan tata kelola

keuangan keluarga)

7) Fungsi sosial budaya (Keluarga sebagai unit terkecil dan inti

dari masyarakat, keluarga sebagai lingkungan sosial budaya

terkecil, nilai-nilai keluarga mencerminkan nilai-nilai dalam

masyarakat, pengejawantahan nilai-nilai agama)

b. Merawat cinta kasih dalam keluarga

1) Nilai-nilai dalam keluarga untuk mewujudkan mu’asyarah bil

ma’ruf (larangan menyia-nyiakan suami/isteri, menahan diri

dan mencari solusi positif).

2) Formula sukses dalam mengelola kehidupan perkawinan

dan keluarga (saling memahami dan saling menghargai)

3) Komunikasi efektif dalam pengelolaan hubungan keluarga.

(Diskripsi komunikasi yang efektif, Komunikasi dalam

keluarga, Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari,

(48)

c. Manajemen Konflik dalam Keluarga

1) Faktor penyebab konflik (perbedaan kepentingan dan

kebutuhan, komunikasi tidak efektif, hambatan penyesuaian

diri)

2) Tanda-tanda perkawinan dalam bahaya (cekcok terus menerus,

cara komunikasi yang merusak hubungan).

3) Solusi atau cara mengatasi konflik (pasangan, keluarga besar

masing-masing pihak, institusi konseling).

c. Kelompok Penunjang

1) Buku saku membina keluarga Bahagia.

2) Majalah perkawinan dan keluarga BP4.

3) penugasan/rencana aksi.3

B. Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) 1. Tugas dan Fungsi BP4

Badan penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4)

pusat berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia. Badan

penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan merupakan

organisasi profesional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja

Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah

warahmah, berdasarkan Islam dan pancasila. Tujuan Bp4 untuk

mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah

3

(49)

menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia

yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materil, dan spiritual.

Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut pada pasal 4 dan 5,

BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut:

1) Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai

nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan

maupun kelompok;

2) Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan keluarga;

3) Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di

Pengadilan Agama.

4) Memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah

perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di Peradilan

agama;

5) Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang

tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan

tidak tercatat;

6) Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang

memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri;

7) Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan

(50)

8) Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan,

diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan

dengan perkawinan dan keluarga;

9) Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk meningkatkan

penghayatan dan pengemalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan

akhlakul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah;

10) Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan

membina keluarga sakinah;

11) Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga;

12) Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan

organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.4

2. Tugas Pokok dan Fungsi KUA Ciputat

Berdasarkan keputusan Mentri Agama nomor 517 tahun 2001

tentang penataan organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan

Ciputat adalah melaksanakan sebagian tugas Kementerian Agama kantor

kabupaten Tangerang dibidang urusan agama Islam dan wilayah

kecamatan Ciputat dan kecamatan Ciputat timur. Kantor Urusan Agama

(KUA) kecamatan Ciputat dipimpin oleh seorang kepala yang

mempunyai tugas dan fungsi sebagaimana termaktub dalam keputusan

Menteri Agama Nomor 477 Tahun 2004 tentang pencatatan nikah pasal 2

ayat 1 sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi.

4

(51)

b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, dan

rumah tangga KUA.

c. Melakukan pembinaan kepenghuluan, keluarga sakinah, ibadah sosial,

pangan halal, kemitraan zakat, wakaf, ibadah haji, dan kesejahteraan

keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Direktorat

Jenderal Bimbingan Masyarkat Islam sesuai perundang-undangan yang

berlaku.

d. Mengatur pola kerja para penghulu yang berada dilingkungan wilayah

kerjanya.

Kepala KUA kecamatan Ciputat dalam pelaksanan tugasnya

memimpin dan mengkoordinasikan semua kegiatan kantor dalam bentuk

bimbingan serta petunjuk pelaksanaan (juklak) masing-masing staff, dengan

mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung

jawab kepada kepala Kementerian Agama kantor kabupaten Tangerang.

C. Lembaga Arrahman pre Wedding Academy

Minimnya lembaga pendidikan yang fokus pada pembentukan

keluarga Islami, mendorong Arrahman Qur’anic Learning Center (AQL)

mendirikan lembaga pendidikan yang fokus pada pendidikan rumah tangga

Islami. Dengan sasaran membangun komunitas pembinaan keluarga Islami.

Arrahman Pre Wedding Academy (APWA) merupakan sebuah

lembaga non formal yang memberikan semacam les menuju rumah tangga

(52)

pendiri dan pembina Arrahman Pre Wedding Academy (APWA) dan

ar-Rahman Quranic Learning Center (AQL).

Program Kegiatan Arrahman Pre Wedding Academy (APWA) antara lain :

1) Kursus Pra Nikah Islami

Kursus pra nikah Islami (KPNI) telah di selenggarakan sejak tahun

2010. Sampai saat ini telah diselenggarakan sebanyak 6 (enam) angkatan

dengan jumlah alumni sebanyak 390 (tiga ratus sembilan puluh) orang.

Kelas untuk angkatan berikutnya akan segera dibuka dengan maksimal

jumlah peserta sebanyak 85 (delapan puluh lima) orang.

Materi Pengajar

Fiqih Nikah dan Proses Pernikahan dalam Islam

Ust. Bachtiar Nasir, Lc. MM

Akhlak dan Etika Pra Nikah dan Pernikahan Islami

Ust. Salim Sholeh Muhdar, Lc.

Manajemen Rumah Tangga Islami Ust. Khalid Z.A. Basalamah, Lc. Hukum Perkawinan Bagi Orang Islam

di Indonesia

Neng Djubaedah, S.H., M.H.

Kesehatan Pra Nikah dan Keluarga Prof.dr.Wahyuning Ramelan, Sp.And. Parenting (Pola Asuh) Islami Ust.Bendry Jaisyurrahman, S.Ikom. Psikologi Keluarga Islami Dr. Sitaresmi S. Soekanto M.Psi.T

Keuangan Keluarga Ahmad Gozali

outbond Tim Outbond

Setiap Ahad (Minggu) waktu Pertemuan:

1. Selama 12 (dua belas) pekan @ 2 (dua) sessi

(53)

3. Sessi 2 : 10.1012.00 WIB (110 menit) Fasilitas yang diperoleh Peserta:

a. Training kit

b. Sertifikat

c. Snack

2) Seminar Pra Nikah Islami (SPNI)

Seminar pra nikah Islami (SPNI) merupakan salah satu kegiatan yang

memberikan pengetahuan singkat dan penambahan wawasan kepada umat

Islam tentang persiapan pernikahan yang sesuai syariat Islam. Selain itu

menjadi sarana syiar ilmu bagi umat Islam, tentang persiapan pernikahan

yang sesuai syariat Islam.5 SPNI telah sukses diselenggarakan sejak tahun

2010 dan akan menjadi agenda tahunan. Tema SPNI dikemas dengan menarik

dan berbeda tiap tahunnya sehingga para peserta mendapatkan wawasan yang

segar dan bermanfaat untuk bekal pernikahan. Pembicara seminar merupakan

orang-orang yang profesional dibidangnya sehingga suasana menjadi hidup

dan menarik6. Allah berfirman dalam surat An-Nuur (24) ayat 32 :

                    

Artinya:” Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

5

Situs Mizan Amanah,Lajang Mizan Amanah Ikut Seminar Pra Nikah, diakses pada tanggal 04 Maret 2015 http://mizanamanah.org/kabar/berita/169-lajang-mizan-amanah-ikut-seminar-pra-nikah.html

6

(54)

lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.(QS.An-Nuur 24 : 32)

Serta anjuran menikah dijelaskan pada hadits Rasulullah sebagai berikut:

:

:

.

.

)

(

Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hai para

pemuda, barangsiapa diantara kamu yang sudah mampu menikah, maka nikahlah, karena sesungguhnya nikah it

Referensi

Dokumen terkait