Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
HANDIENI FAJRIANTY NIM : 1110051000013
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
HANDIENI FAJRIANTY NIM : 1110051000013
Pembimbing
Zakaria, M.A
NIP. 19720807 2003 12 1 003
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i Syarh al-Quran.
Al-Quran adalah salah satu pegangan hidup umat Islam dalam menjalani kehidupan. Nilai-nilai Islam yang ada di dalamnya, disampaikan dengan bermacam cara. Salah satu cara yang kini mulai populer adalah syarh al-Quran. Skripsi ini dibuat dengan mengambil judul Strategi Tabligh Padepokan Syarhil Qur’an Lampung dalam Pengembangan Dakwah Islamiyah. Skripsi ini mengulas keberhasilan strategi tabligh syarh Quran yang dilakukan oleh pembina sebuah padepokan syarh al-Quran. Padepokan yang sederhana ini bisa memberi dampak yang luar biasa bagi dakwah Islamiyah di Provinsi Lampung. Keberhasilan dakwah ini harus dikaji dan diteliti lebih dalam.
Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana strategi Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) dalam mengembangkan syarh al-Quran untuk dakwah Islamiyah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan format deskripsi analisis. Adapun data penelitian diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan menganalisis dokumentasi. Teori strategi dakwah yang diungkapkan oleh Anwar Arifin, meliputi empat hal, yaitu: mengenal khalayak, menyusun pesan, memilih metode, dan penggunaan media.
Berdasarkan hasil analisis, strategi dakwah yang dilakukan oleh Padepokan Syarhil Qur’an Lampung meliputi strategi mengenal khalayak dengan cara terjun langsung di keramaian. Kemudian menyusun pesan dengan cara pembinaan di berbagai bidang. Metode yang digunakan adalah persuasif dan informatif. Untuk pengoptimalan media, dilakukan dengan membangun link yang kuat dan meningkatkan prestasi. Hal ini membuat padepokan mendapat kepercayaan masyarakat, sehingga syarh al-Qur’an memiliki andil besar dalam pengembangan dakwah Islamiyah.
ii Assalâmu ‘alaikum wr. wb,
Puji beserta syukur ke hadirat Allah, Tuhan Semesta Alam, yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan atas kehendak-Nya. Kemudahan dan pertolongan Allah senatiasa penulis rasakan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Strategi Dakwah Padepokan Syarhil Quran Lampung dalam Pengembangan Syarh al-Quran”.
Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada junjungan alam, Nabi Muhammad Saw. beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Perasaan bahagia bercampur haru menyatu tatkala skripsi ini bisa diselesaikan. Penulis menyadari, terselesaikannya skripsi ini tidak luput dari bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi andil dalam penulisan skripsi ini baik secara moril dan materil.
iii
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A.
2. Ketua dan sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat Baihaki, M.A. dan Ibu Umi Musyarofah, M.A.
3. Bapak Zakaria, M.A, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran membimbing serta mentransfer ilmu di sela waktunya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL), dan pembina, Bapak Ahmad Rajafi, M.H.I, beserta pengurus, anggota, dan alumni yang bersedia melakukan wawancara bersama penulis.
5. Pimpinan dan staff Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan bagi penulis. 6. Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Provinsi DKI Jakarta, yang
telah men-support dan memberikan arahan.
iv
mempertemukan penulis dengan pembina Padepokan Syarhil Qur’an Lampung, menemani dan memotivasi penulisan skripsi baik materil dan non materil, serta bantuan lainnya.
10. Irfan, adik yang terus memotivasi penulis menjadi Kakak yang bisa memberikan teladan yang baik dengan menyelesaikan skripsi dengan baik.
11. Teman-teman KPI A 2010 yang selalu kompak, yang memberi motivasi dan tutor sebaya.
12. Terakhir, kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namanya namun turut memotivasi, membantu, dan mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan terimakasih, semoga Allah memberi balasan yang terbaik.
Pada akhirnya, penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Semoga seluruh bantuan, bimbingan dan motivasi yan telah diberikan kepada penulis, mendapat pahala terbaik dari Allah Swt. Semoga Allah menuntun kepada jalan yang lurus dan diridhoi-Nya. Amin Ya Robbal ‘alamin.
Tangerang Selatan, 2 Mei 2014
v
DAFTAR ISI ………. v
DAFTAR LAMPIRAN……… vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….. 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ………... 5
D.Tinjauan Pustaka ...………... 6
E. Metodologi Penelitian ………... 8
F. Sistimatika Penulisan ………... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS STRATEGI DAKWAH A.Strategi Dakwah dan Ruang Lingkupnya ……….. 13
1. Pengertian Strategi Dakwah……… 13
2. Macam-macam Strategi Dakwah………... 19
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya………. 24
1. Pengertian Dakwah………. 24
2. Tujuan Dakwah ………. 25
3. Fungsi Dakwah……….. 26
4. Macam-macam Dakwah……… 27
C. Syarh al-Quran dan Ruang Lingkupnya……….. 30
1. Pengertian Syarh al-Quran……….. 30
2. Sejarah Syarh al-Quran……… 31
3. Unsur atau Pelaku Tabligh Syarh al-Quran………...…………. 32
a. Pensyarah………...………… 32
b. Qari’ atau Qari’ah………...………… 33
c. Saritilawah ………..……….. 34
4. Kriteria Unsur atau Pelaku Syarh al-Quran………..……….. 35
vi
C. Struktur Organisasi ……….……….. 42 D.Profil Pembina Padepokan Profil Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL)
………... 42 E. Prestasi Santri Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) ……… 44 BAB IV ANALISIS STRATEGI TABLIGH SYARH AL QURAN PADEPOKAN
SYARHIL QURAN LAMPUNG (PSyQL) DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH ISLAMIYAH
A.Strategi Dakwah Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) Pengembangan Syarh al-Quran ……… 47 B. Format Penyusunan Naskah Syarh al-Quran dan Tata Cara dalam
Penyampaiannya ………. 55 C. Keunggulan Syarh al-Quran dalam Usaha Menyebarkan Dakwah Islamiyah
………. 64
BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ………. 67
B. Saran ……….…….. 69
[image:10.612.68.549.95.586.2]vii
Lampiran 1 : Cover Proposal Skripsi yang Disetujui Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 4 : Surat Keterangan Penelitian Padepokan Syarhil Quran Lampung Lampiran 5 : Wawancara dengan Pembina
Lampiran 6 : Wawancara dengan Pengurus Lampiran 7 : Wawancara dengan Peserta Lampiran 8 : Wawancara dengan Alumni
Lampiran 9 : Naskah Syarh al-Quran Buatan Pembina Padepokan Lampiran 10 : Panduan Musabaqah
Lampiran 11 : Perhakiman
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Al-Quran adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Rasul-Nya
berisi pedoman, petunjuk, dan sentral segala wacana ideologi kehidupan untuk
mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam rangka
menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan umat
manusia, maka dalam menyelesaikan pelbagai problema kehidupan tersebut,
diperlukan langkah – langkah konkret berupa proses pengkajian, pemahaman,
penafsiran, dan sosialisasi nilai-nilai al-Quran di tengah kehidupan
bermasyarakat. Itulah tujuan utama dakwah Islamiyah, yaitu membangun
nilai-nilai Islam di tengah kehidupan.
Dakwah tidak hanya berupa ceramah di majelis-majelis, mimbar,
forum, dan podium, namun seluruh umat muslim, apapun profesinya
menanggung amanah untuk berdakwah. Dalam penelitian ini, penulis
menekankan pada dakwah bi al-lisan, dakwah melalui kecakapan komunikasi
interpersonal dalam kelompok besar. Bagaimana mengemas dakwah Islamiyah
melalui kecakapan retorika yang baik, penguasaan materi, dan harmonisasi
setiap unsur penyusunnya.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi komunikasi, metode
dakwah bi al-lisan menemui tantangan berat. Minat mendengarkan ceramah
yang kurang begitu expert, media massa yang tidak memberikan prime time
pada acara-acara kajian Islami, dan sebagainya. Hal-hal inilah yang mendorong
berbagai macam metode dakwah bi al-lisan hadir.
Salah satu metode dakwah bi al-lisan adalah tabligh.Tabligh adalah
metode menyampaikan pesan-pesan moral, spiritual dan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan yang dilakukan melalui komunikasi kelompok besar (large group
communication). Metode penyampaian pesan ini membutuhkan kecakapan
public speaking. Seiring dengan perkembangan selera masyarakat, metode
tabligh dituntut untuk terus berinovasi dalam menyampaikan pesan-pesan
Islami demi membangun karakter bangsa. Akhirnya munculah salah satu
metode tabligh yang menyatukan teknik teatrikal, kecakapan orasi, kehandalan
melantunkan ayat Quran, serta kecakapan menjelaskan isi dan kandungan
al-Quran. Dikenal dengan nama syarh al-Quran atau syarhil Qur’an.
Meski demikian, cabang lomba syarh al-Quran merupakan cabang
lomba yang ‘unik’ dan ‘menarik’.Dikatakan unik karena memiliki metode yang
tidak biasa dalam menyampaikan isi dan kandungan al-Quran dengan
melibatkan kerja sama dari tiga unsur atau pelaku, yaitu: Pensyarah (Orator
yang menguraikan materi dengan retorika khusus), Qari’ atau Qari’ah
(Pelantun ayat suci al-Quran), Saritilawah (penerjemah ayat suci al-Quran).
Dan dikatakan menarik, karena setiap cabang perlombaan ini diselenggarakan,
selalu mendapat perhatian besar dari masyarakat, karena setiap orang yang
menyaksikan dapat berpartisipasi dengan memberikan tepuk tangan, seruan
Syarh al-Quran memerlukan keharmonisan beberapa unsur dalam
penyajiannya, oleh karena itu, memerlukan proses penyesuaian antara satu
unsur dengan unsur lainnya. Unsur satu dengan unsur yang lainnya tidak bisa
dipisahkan, harus saling melengkapi dan saling mengisi. Oleh karena itu,
memilih partner dalam mensyarahkan al-Quran menjadi salah satu hal yang
harus diperhatikan. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana menjadi
praktisi syarh al-Quran yang dapat menyusun dengan baik dan benar.
Terhindar dari tindakan plagiasi, mampu menyampaikan isi dan kandungan
al-Quran dengan cara yang variatif sehingga dapat diterima dengan baik oleh
orang-orang yang menyaksikan.
Padepokan Syarhil Qur’an Lampung, adalah satu-satunya padepokan
yang khusus membina syarh al-Quran di Lampung, bahkan di Indonesia,
sementara ini. Strategi pembinaan yang terstruktur rapi juga pemasaran yang
baik, menjadi hal yang unik untuk dikupas lebih dalam.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka usulan penelitian ini diberi
judul “Strategi Dakwah Padepokan Syarhil Quran Lampung (PSyQL)
B.Permasalahan 1. Batasan Masalah
a. Pada aspek strategi, dibatasi pada strategi dakwah yang menurut Anwar
Arifin ada empat rumusan, namuin dalam skripsi ini dibatasi pada tiga
hal, yaitu: mengenal khalayak, menyusun pesan, dan menetapkan
metode.
b. Pada aspek dakwah Islamiyah, dalam penelitian ini dibatasi pada dakwah
Islamiyah bi al-lisan (dakwah melalui lisan).
c. Pada aspek Syarh al-Quran, dibatasi pada:
Pengertian dan sejarah syarh al-Quran
Ruang lingkup syarh al-Quran
Subjek penelitiannya pada Padepokan Syarhil Qur’an Lampung
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana strategi dakwah Padepokan Syarhil Qur’an Lampung
(PSyQL) dalam pengembangan syarh al-Quran?
b. Bagaimana format naskah syarh al-Quran dan tata cara penyampaiannya?
c. Bagaimana keunggulan syarh al-Quran dalam upaya menyampaikan
C.Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan strategi dakwah Padepokan Syarhil Qur’an Lampung
dalam mengembangkan syarh al-Quran.
2. Mengetahui metode tabligh modern dalam menyampaikan pesan-pesan yang
terkandung dalam al-Quran.
3. Mengetahui strategi pembinaan dan pemasaran syarh al-Quran di Padepokan
Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL).
4. Mengetahui aplikasi syarh al-Quran dalam pengembangan dakwah
Islamiyah.
D.Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis
a. Mengetahui tentang sejarah, metode, unsur pendukung, dan
keistimewaan syarh al-Quran sebagai salah satu metode tabligh, serta
menjadi salah satu bahan kajian dalam mata kuliah retorika di Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Menambah khazanah pengetahuan tentang seni berbicara di depan umum
yang memadukan kedalaman penguasaan isi dan kandungan al-Quran
dalam menghadapai problematika kehidupan dengan teknik-teknik public
speaking yang memang selayaknya menjadi standar kecakapan
2. Kegunaan Praktis
a. Mengetahui keistimewaan retorika syarh al-Quran sebagai salah satu
metode tabligh.
b. Menambah pengetahuan tentang seni berpidato, merangkai kata dalam
menjelaskan isi dan kandungan syarh al-Quran dan menjelaskannya
sebagai solusi menghadapi problematika kehidupan.
c. Memacu para mubaligh untuk terus mengasah kompetensi baik dari segi
penguasaan materi juga penguasaan teknik beretorika.
E.Tinjauan Pustaka
1. Skripsi berjudul: Aplikasi Strategi Komunikasi Dakwah Terhadap Tingkat
Partisipasi Jama’ah Ikatan Da’i Indonesia (Ikadi) Jember, Jawa Timur, oleh
Thalitha Sacharissa Rosyidiani, dengan NIM 1110051000014, seorang
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Secara umum, skripsi ini menerangkan
tentang strategi komunikasi dakwah IKADI Jember, Jawa Timur dalam
meningkatan partisispasi jama’ah. Melihat strategi-strategi yang digunakan
IKADI Jember, dan diukur tingkatan efektivitasnya.
2. Skripsi berjudul: Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid al-Hikmah
(GEMA) dalam Mengembangkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda di
Kampung Areman, Cimanggis, Depok. Oleh Indra Dita Puspito, dengan
Komunikasi, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Secara umum skripsi
ini menggambarkan strategi yang digunakan oleh GEMA al-Hikmah dalam
mengembangkan nilai Islam kepada pemuda sekitar. Dijelaskan berbagai
profil Gema al-Hikmah, dan berbicara mengenai faktor pendorong dan
faktor penghambat strategi-strategi tersebut.
3. Skripsi berjudul: Hubungan penggunaan metode dakwah Ustadz Andrew
Irfan Tanudjaja dengan Mutu Jama’ah Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
(PITI) Jakarta. Oleh Suci Annisaa Istari, NIM 108051000164. seorang
mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Secara umum, skripsi ini menjelaskan
tentang sejarah perkembangan PITI Jakarta, program kerjanya, kemudian
profil penceramah Andrew Tanudjaja. Kemudian dianalisis penggunaan
metode dakwah Ustadz Andrew dengan mutu jama’ah PITI Jakarta.
4. Skripsi yang berjudul: Efektifitas Muhadharah dalam Meningkatkan
Kemampuan Public Speaking Santri Pondok Pesantren Putra-Putri
as-Salafie Cirebon oleh Halimatus Sa’diyah, dengan NIM 106051001750,
seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Secara umum, skripsi ini menjelaskan tentang
penerapan gambaran umum muhadharah, visi dan misinya, lalu bagaimana
kegiatan muhadharah dalam mengembangkan potensi public speaking
santri, mengukur efektifitasnya, kemudian perkembangan kemampuan
5. Skripsi yang berjudul: Pola Komunikasi dalam Training Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) 165 oleh Ratih Damyanti, dengan NIM: 104051001844,
seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam. Secara umum, skripsi ini menjelaskan training
motivasi Emotional Spiritial Quotient (ESQ) 165, dari sejarah berdirinya,
struktur organisasi, tujuan, visi, misi, hingga memasuki area analisis data
yang berisi pola komunikasi training tersebut. Keunikan pemilihan gaya
bahasa dalam menyampaikan pesan-pesan Islam bagi kehidupan, teknik
persuasif, pendidikan dan pelatihan trainer, dan metode trainingnya.
F. Metodologi Penelitian
Jenis metodologi penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif.
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif merupakan
langkah-langkah yang melakukan representasi objek tentang semua
informasi yang terdapat dalam masalah yang diteliti. Dengan kata lain
secara praktik menggambarkan segala sesuatu yang merupakan strategi
2. Pengumpulan Data
a. Penelitian kualitatif ini memanfaatkan diri peneliti sendiri sebagai
instrumen utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan
berbagai cara, sebagai berikut:
1)Observasi merupakan cara peneliti untuk mendapatkan data dengan
terlibat langsung dalam kegiatan yang akan diteliti. Observasi atau
pengamatan dapat didefinisikan sebagai ‘perhatian yang terfokus
terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu.1 Observasi yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipan yaitu observasi
yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang
berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian.2 Peneliti
disini akan mengikuti beberapa musabaqah syarh al-Quran, melihat
bagaimana retorika syarh yang dilombakan, kemampuan para pelajar
dan umum menampilkan syarh al-Quran, meneliti kegiatan di
Padepokan Syarh al-Quran selama satu bulan.
2)Mencari data baik elektronik maupun online terkait dengan syarh
al-Quran. Ini merupakan cara peneliti agar penelitian ini mendapatkan
sumber tidak hanya dari pihak praktisi sendiri, namun
membandingkan dengan sumber dari luar.
3)Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara dialog (face to face atau calling) untuk mengetahui informasi
1 Emzir,
Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 37
2 Emzir,
yang mendalam tentang syah al-Quran. Wawancara ini akan dilakukan
dengan mengunjungi Padepokan Syarhil Quran Lampung, mencatat
informasi dari Pembina padepokan, berbincang bersama pembina,
pengurus, alumni, dan peserta binaan.
4)Dokumentasi merupakan salah satu metode penelitian kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek atau orang lain tentang subjek. Dalam penelitian ini
dokumen berbentuk surat-surat, buku panduan LPTQ, kumpulan
naskah syarh al-Quran, catatan harian serta foto sebagai bukti otentik
bahwa peneliti telah melaksanakan penelitian di Padepokan Syarhil
Quran Lampung dan mewawancarai tokoh terkait syarh al-Quran.
3. Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan paradigma
konstruktivis. Karena peneliti akan terjun langsung ke dalam masalah
penelitian serta meninjau kembali apa yang akan diteliti.
4. Unit analisis
Unit analisis merupakan keseluruhan entitas dan fokus penelitian yang
akan diteliti. Maka dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah Strategi
5. Pedoman penulisan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), penerbit
CeQDA (Center of Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
G.Sistematika Penulisan 1. BAB I
BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari enam sub-Bab,
yaitu: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian,
dan sistimatika penulisan.
2. BAB II
BAB II merupakan landasan teori tentang strategi dakwah islamiyah,
tabligh, dan syarh al-Quran. Berisi ruang lingkup, pengertian, macamnya,
tujuan dan fungsi, dan lainnya. Kemudian terdapat review studi terdahulu.
3. BAB III
BAB III merupakan gambaran umum tentang Padepokan Syarh
al-Quran Lampung. Letaknya, sejarah pendiriannya, daftar prestasi, struktur,
serta profil pembinanya.
4. BAB IV
Dalam BAB IV ini penulis akan menganalisis tentang strategi tabligh
pembinaan maupun pengenalan kepad masyarakat, mengupas bagaimana
format naskah syarh al-Quran, serta menganalisis peranan syarh al-Quran
dalam pengembangan dakwah Islamiyah.
5. BAB V
BAB V berisi simpulan dan saran terkait dengan strategi syarh
al-Quran Padepokan Syarhil al-Quran Lampung (PSyQL).Dan merupakan intisari
BAB II
TINJAUAN TEORITIS STRATEGI DAKWAH
A.Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi Dakwah
Pada hakikatnya, strategi merupakan penggabungan antara perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan dengan taktik tertentu dalam operasionalisasinya.
Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga bisa berasal dari kata commones yang artinya sama. Dengan demikian, secara sangat sederhana, dapat kita katakan bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.1
Jadi, strategi komunikasi adalah paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan2. Untuk itu, strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis dengan menentukan efek yang diharapkan melalui beberapa pertanyaan:
1Toto Tasmara,
Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Graha Media Pratama, 1997), h.1.
2 Onong Uchjana Effendy,
a. siapa sasarannya
b. apa pesan yang akan disampaikan c. kapan penyampaiannya
d. mengapa harus disampaikan
e. di mana lokasi penyampaian pesannya
Effendy mengatakan3, strategi yang baik secara makro (planned multimedia strategy) mempunyai fungsi ganda yaitu :
a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistimatik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
b. Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan dioperasionalkannya media massa yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Strategi dan perencanaan (planning) tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan.Karena untuk menciptakan strategi yang efektif dalam penyampaian komunikasi dibutuhkan perencanaan yang matang dan terukur.Perencanaan yang bagus bisa dijadikan koridor kerja bagi orang-orang yang melaksanakan misi komunikasi. Strategi akan membimbing kita ke arah mana komunikasi digerakkan, mulai dari proses persiapan hingga menyampaikan pesan pada
3 Onong Uchjana Effendy,
publik. Strategi komunikasi bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia.
Skinner4 menemukan bahwa komunikasi akan berlangsung selama orang
mempunyai apa yang disebut expection of reward atau adanya harapan untuk memperoleh keuntungan dalam praktik komunikasi. Keuntungan tersebut dapat berbentuk:
a. Personal Needs, kebutuhan pribadi semisal makan dan minum.
b. Social Needs, kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain.
c. God Needs, kebutuhan akan Tuhan.
Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a-yad’u, berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.5Secara terminologi, dakwah adalah ajakan dan seruan kepada umat manusia untuk mengamalkan ajaran Islam.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi komunikasi dakwah adalah gabungan antara manajemen dan perencanaan yang secara taktis mengarahkan kegiatan penyampaian pesan, baik secara verbal dan non-verbal kepada pengamalan ajaran atau nilai-nilai keislaman.
4 Rafy Sapuri,
Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h. 401.
5 Ilyas Ismail,
Dalam konteks dakwah, menurut Arifin6 untuk menciptakan expaction of reward tersebut, strategi komunikasi haruslah memiliki empat rumusan, yang
terdiri dari:
a. Mengenal khalayak
Untuk memaksimalkan keberhasilan dalam berkomunikasi, maka komunikator perlu mengenal kerangka referensi khalayak, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara komunikator dengan komunikan yang menyebabkan pesan tidak tersampaikan dengan benar. Kerangka referensi khalayak adalah sebagi berikut7:
- Kondisi kepribadian dan fisik yang menyangkut pengetahuan khalayak terhadap materi, kemampuan menerima pesan, dan kemampuan khalayak menerima bahasa pengantar.
- Pengaruh kelompok dan masyarakat yang menyangkut nilai-nilai dan norma yang dianut.
- Situasi tempat tinggal khalayak b. Menyusun pesan
Menyusun pesan yaitu, menentukan tema dan materi.Syarat utamanya adalah mampu membangkitkan perhatian. Perhatian dijadikan tolak ukur untuk menilai keberhasilan komunikator dalam melakukan komunikasi.
6 Anwar Arifin,
Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Amrico, 1994), h.58-86.
7Rafy Sapuri,
Dalam menetukan tema dan materi, dikenal dua bentuk penyajian permasalahan8:
- One sides issue (sepihak). Dikenal pula sebagai top-down strategy, yaitu hanya mengemukakan hal yang positif, atau hal-hal yang negative saja kepada khalayak untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan dalam bentuk ini berisi konsepsi dari komunikator semata-mata tanpa mengusik pendapat yang telah berkembang.
- Both side issue (kedua belah pihak). Suatu permasalahan yang disajikan baik yang positif maupun negative yang tujuannya untuk memengaruhi khalayak. Permasalahan diketengahkan baik konsepsi dari komunikator maupun konsepsi yang berkembang pada khalayak.
c. Menetapkan metode9
Metode dalam kegiatan dakwah adalah suatu rencana yang tersusun dan teratur yang berhubungan dengan cara penyajian. Beberapa macam metode cara penyajian adalah:
- Repeatation Methods
Adalah cara memengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang pesan. Tujuannya, agar khalayak dapat memperhatikan pesan dan tidak mudah melupakan pesan tersebut.
8 Rafy Sapuri,
Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),h. 404.
9 Rafy Sapuri,
- Canalizing
Cara memengaruhi khalayak dengan jalan menyediakan saluran-saluran tertentu untuk menguasai motif-motif khalayak untuk kemudian diubah sedikit-demi sedikit ke ara tujuan komunikator. Istilah lain yang muncul adalah start where the audience.
- Informatif
Penyampaian sesuatu apa adanya, apa yang sesungguhnya di atas data dan fakta yang valid. Metode ini lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran khalayak dan bentuknya berupa pernyataan, penerangan, berita, dan sebagainya.
- Persuasif
Memengaruhi khalayak dengan jalan membujuk yang digugah adalah pikiran dan perasaan. Tidak ada kesan-kesan yang menjurus kepada pemaksaan kehendak.
- Edukatif
Memengaruhi khalayak dari satu pertanyaan umum yang dilontarkan dapat diwujudkan dalam bentuk pendapat, fakta, dan pengalaman.
- Kursif
d. Seleksi dan Penggunaan Media
Dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dicapai haruslah selektif, dengan cara menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak. Penyesuaian khalayak akan mempengaruhi penyesuaian media yang digunakan. Fungsi media adalah menyalurkan gagasaan, ide, informasi yang ditampung oleh opinion leader kepada khalayak komunikan.
2. Macam-macam Strategi Dakwah
Komunikasi ialah inti dari kegiatan dakwah. Ketika kita berkomunikasi, maka telah terjadi proses menjadikan sama sebuah persepsi dari komunikator ke komunikan. Dalam efek yang lebih luas, terjadi perubahan dalam diri mad’u ke arah yang diinginkan oleh da’i sebagai fasilitator ajaran-ajaran Islam. Para mad’u yang awalnya hanya diarahkan, kemudian berlanjut pada kesadaran pribadi untuk lebih mencintai Allah dan agamanya. Itulah substansi dari strategi komunikasi dakwah.
Beberapa macam strategi komunikasi yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dakwah ialah:
a. Kredibiltas Komunikator
Untuk menjadi seorang komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Kredibilitas menurut Aristoteles10 dapat diperoleh jika seorang
10 Hamidi,
komunikator memiliki ethos, patos, dan logos yang baik. Ethos ialah kemampuan seorang komunikator melalui karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya tidak mungkin diragukan orang lain. Pathos ialah kemampuan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos adalah kekuatan yang dimiliki komunkator melalui argumentasinya.
Menurut bentuknya, kredibiltas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu11:
- Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung.
- Derived Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh saat komunikasi berlangsung.
- Terminal Credibility, yakni kredibiltas yang diperoleh setelah pendengar mendengarkan ulasan komunikator sampai selesai.
b. Kualitas penyampaian dan isi pesan
Perkataan yang berasal dari hati akan sampai ke hati. Itulah tujuan penyampaian pesan dakwah. Kalimat menjadi sarana penghubung antara da’i dan mad’u. Oleh karena itu, ada lima hal yang perlu diperhatikan, yaitu: - Hendaknya perkataan itu berisi, tidak sekedar kalimat yang tanpa makna.
11 Saiful Rohim,
- Kalimat yang dipilih harus bersih dari kalimat-kalimat asing yang sekiranya tidak bisa dipahami oleh sasaran dakwah.
- Fikrah dakwah itu hendaknya disampaikan menggunakan bahasa yang mengandung unsur harapan, khayalan, dan keinginan manusia pada umumnya.
- Fikrah dakwah harus disampaikan dengan bahasa yang universal, tidak terbatas pada keuntungan kelompok tertentu.
- Hindari menggunakan redaksi perintah yang membuat mad’u merasa tertekan atau terpojokkan.
c. Sasaran dakwah/ mad’u/komunikan
Secara etimologi kata mad’u memiliki asal kata da’a- yad’u dengan ism al-maf’ul (kata objek) mad’u yang berarti orang yang diseru. Secara
terminologi, mad’u ialah orang atau kelompok orang (jama’ah) yang sedang menuntut ilmu agama dari seorang da’i.
Mad’u yang satu dengan yang lain berbeda dalam hal kemampuan untuk menerima informasi. Perbedaan tersebut dipicu oleh beberapa faktor diantaranya12:
Faktor sosiologis, yaitu mad’u yang dilihat berdasarkan wilayah tinggalnya. Orang yang tinggal di daerah pedesaan, perkotaan dan pinggiran memiliki daya tangkap yang berbeda.
12 Wahidin Saputra,
- Faktor struktur kelembagaan, berupa masyarakat, pemerintahan, dan keluarga.
- Faktor sosial kultural, meliputi golongan priyayi, abangan, dan santri. - Faktor usia, berupa golongan anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan
lansia.
- Faktor ekonomi, mad’u pada jenis ini diklasisfikasikan pada tingkat ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.
- Faktor okupasional (pendidikan dan profesi), penggolonganya disesuaikan dengan pendidikan dan profesi.
- Faktor jenis kelamin, materi dakwah dengan mad’u mayoritas perempuan tentulah bukan seputar kewajiban mencari nafkah, namun disesuaikan dengan peran dan tanggung jawab perempuan.
- Faktor golongan masyarakat. Pada faktor ini seorang da’i harus bisa melihat mad’u apakah berasal dari golongan biasa atau seorang tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan lain sebagainya.
d. Waktu dan Tempat
kegiatan dakwah yang akan dilaksanakan, sumber tenaga pelaksana, fasilitas atau alat yang diperlukan, serta keadaan lingkungan.13
Sedangkan penentuan waktu sangat berkaitan dengan urutan pelaksanaan dan penyelesaian dari kegiatan dawah. Dengan diketahuinya kapan setiap kegiatan dakwah itu harus dilakukan, maka para pelaku dakwah dapat mempersiapkan materi, fasilitas, dan biaya yang perlu dikeluarkan untuk menunjang kegiatan dakwah. Di samping itu, akan memudahkan pimpinan dakwah untuk mengorganisir dan mengkoordinasikan peserta (jama’ah) dakwah secara efisien dan efektif.
e. Tema
Tema merupakan inti pesan yang akan disampaikan oleh da’i (komunikator) kepada mad’unya (komunikan). Oleh karena itu, tema menjadi penting. Dalam menentukan tema, maka perlu lah seorang da’i atau organisasi dakwah mempelajari problematika ummat yang sesuai dengan kondisi lingkunan mad’u. Tema merupakan fikrah utama yang akan mengantarkan pesan dakwah pada efek yang diharapkan dan mengawal da’i agar tidak keluar dari substansi pesan ketika menyampaikan dakwah.
f. Publikasi/ Penyebaran Informasi
Efektivitas komunikasi sangat ditentukan oleh cara penyampaian dan nilai dari informasi yang akan disampaikan. Oleh sebab itu, sebelum
13Abd. Rosyad Shaleh,
dilakukan penyebaran, ada baiknya informasi diteliti terlebih dahulu. Berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan dakwah, maka informasi tersebut harus diteliti terlebih dahulu apakah waktu, tempat, dan tema yang dicantumkan telah sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Baru kemudian, informasi tersebut didistribusikan kepada khalayak.
B.Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari kata da’wah yang merupakan bentuk mashdar dari da’a-yad’u yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan.14Seruan ini dapat dilakukan melalui kata-kata atau perbuatan.
Dalam al-Quran banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, baik menyangkut materi, metodologi, subjek maupun objeknya. Secara bahasa, dakwah berarti memanggil, mengajak, atau menyeru.
Menurut Muhammad al-Wakil dalam Ushuhlud-Dakwah Waadabud-Duat, dakwah artinya “mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan
menunjukan mereka kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.”15 Sandaran dari pendapat ini merujuk pada firman Allah Swt,
14 A. Ilyas Ismail,
Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani. 2008), h.144
15A. Ilyas Ismail,
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung,” (QS Ali Imran [3]: 104).
2. Tujuan Dakwah
a. Tujuan Umum (mayor objective)
Tujuan umum dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar dan diredhai Allah Swt. agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akhirat.16
b. Tujuan Khusus (minor objective)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media
16A. Ilyas Ismail,
apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miscommunication antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan khusus tersebut adalah: membentuk masyarakat Islam dengan predikat khairu ummah. Dan tujuan kedua adalah menghendaki manusia menjadi Islam, yaitu berserah diri, tunduk dan patuh kepada Allah swt.17
3. Fungsi Dakwah
a. Menyampaikan Kebenaran Islam (Tabligh wal Bayan)
Tugas menyampaikan kebenaran disebut dengan tabligh. Secara harfiyah berarti menyampaikan sesuatu kepada pihak lain. Dalam al-Quran, tabligh dalam berbagia bentuknya diulang sebanyak 25 kali. Dalam bentuk ballagha tujuh kali, ablagha empat kali, dan balagh sebanyak 14 kali.18
Namun, dakwah tidak cukup hanya mengajak melalui lisan, tapi juga harus melalui keteladanan. Menyampaikan kebaikan tidak hanya melalui pidato tapi juga dengan mencontohkannya kepada anak-anak, sahabat, dan orang-orang di manapun kita berada.
17 A. Ilyas Ismail,
Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, (Jakarta: Penamadani. 2008), h.141
18 Muhammad Fuad abd al-Baqi,
b. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma'ruf nahi munkar (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) adalah sebuah frasa dalam bahasa Arab yang maksudnya sebuah
perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya adalah wajib. Berarti wajib hukumnya menyampaikan kebaikan dan melarang pada keburukan.
4. Macam-macam Dakwah a. Bi al-Hikmah
Dakwah bi al-hikmah, adalah menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Menurut Said bin Ali bin Wahif al-Qathani, dalam kitab al-Hikmah fi al da’wah Ilallah ta’ala, diuraikan lebih jelas tentang pengertian
al-Hikmah19, yaitu dakwah dengan teknik mengenal golongan; memilih saat harus bicara dan saat harus diam; mengadakan kontak pemikiran mencari
19 A. Ilyas Ismail,
titik pertemuan sebagai tempat bertolak, untuk maju secara sistematis. Namun yang perlu diperhatikan, seorang Da’i tidak boleh melepaskan Shibghah (keimanan murni), jadi walaupun dalam berdakwah amat
menekankan titik temu dengan pikiran mitranya, akan tetapi sikap toleransi ini tidak boleh sampai mengorbankan soal-soal yang esensial; dan teknik selanjutnya setelah mendapatkan titik temu adalah memilih dan menyusun kata-kata yang tepat. Seorang da’i hendaknya mampu menerapkan perintah Allah dalam surat al-
b. Bi al-Mauizhoh al-Hasanah
Menurut bahasa Mauizhotul Hasanah berasal dari dua kata yakni; Mauizhoh yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan,
Hasanah adalah kebalikan sayyi’ah yang berarti kebaikan.20 Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an-Nasafi, mauizoh hasanah adalah (perkataan-perkataan) yang tidak tersembuyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasihat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan Al-Qur’an.
Adapun penerapan metode ini adalah dengan memberikan nasihat atau petuah (biasanya dilakukan oleh orang yang levelnya tinggi kepada yang lebih rendah seperti orang tua terhadap anaknya); study bimbingan, study pengajaran (pendidikan), studi penyuluhan, study psikoterapi; memberikan
20A. Ilyas Ismail,
stimulus melalui kisah-kisah, kabar gembira dan peringatan (al-Basyir dan al-Nadzir), serta wasiat (pesan-pesan positif)
c. Bi al-Lati Hiya Ahsan
Menurut bahasa, mujadalah berasal dari kata Jadala yang bermakna memintal, melilit. Jika ditambah alif pada jim yang mengikuti wazan fa’ala maka mempunyai arti berdebat. Dan mujadalah berarti perebatan.21Menurut istilah, mujadalah adalah upaya bertukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantar keduanya. Metode ini juga bisa dilakukan dengan system as’ilah wa ajwibah.22
Sedangkan makna jidâl bi al-lati hiya ahsan, sebagian mufasir memaknai jidâl billati hiya ahsan (debat yang terbaik) secara global. Sebagai cara berdebat yang santun.
Sayyid Quthub menerangkan bahwa jidâl billati hiya ahsan bukanlah dengan jalan menghinakan (tardzîl) atau mencela (taqbîh) lawan debat, tetapi berusaha meyakinkan lawan untuk sampai pada kebenaran (Fî Zhilâl al-Qur’ân, XIII/292).23
21Ibid,h.252
22Ibid, h.253
Jika kita dalami, dalam debat itu ada dua hal sekaligus: menetapkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan (Lihat: Qs. al-Baqarah [2]: 258). Seruan dengan jidâl billati hiya ahsan tertuju kepada orang yang menentang kebenaran dan cenderung untuk membantah dan mendebat.
B.Syarh al-Quran dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Syarh al-Quran
Secara etimologi, Syarh al-Quran berasal dari dua kata ‘syarh’ dan ‘Quran’. Kata ‘syarh’ merupakan bentuk masdar dari fi’il madhi’ ‘syaraha’ yang artinya menjelaskan atau menerangkan sesuatu’. Sedangkan al-Quran, merupakan bentuk masdar dari fi’il madhi’ qara‘a, yang artinya bacaan atau yang dibaca.
Mengacu pada pengertian secara bahasa di atas, maka dapat dirumuskan bahwa syarh al-Quran adalah metode retorika atau tabligh yang mendeskripsikan pesan-pesan dan kandungan al-Quran secara tematik (maudhu’i), yang disampaikan dalam bentuk ceramah keagamaan secara tatap muka dengan melibatkan tiga pelaku atau unsur, yaitu pensyarah, qari/ qariah, dan saritilawah, dan ketiga unsur tersebut saling melengkapi.24
24Amirullah Syarbini,
2. Sejarah Syarh al-Quran
Dakwah dan seni merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling beriringan dan saling mengisi demi mendapatkan atensi yang maksimal. Begitu banyak contoh yang dapat kita lihat, diantaranya Rhoma Irama dan K. H. Zainuddin M. Z.
Pada awalnya syarh al-Quran ditampilkan layaknya ceramah biasa tanpa aturan yang baku, namun pada tahun 1980an, para mahasiswa Fakultas dakwah IAIN Sunan Gunung Djati (sekarang UIN Sunan Gunung Djati) melakukan sebuah inovasi dengan menggabungkan ceramah dengan seni teatrikal. Hal ini menimbulkan dua rekasi bersamaan, yaitu apresiasi dari sejumlah kalangan, sekaligus kontroversi dari kalangan lainnya.
Apresiasi karena ini merupakan hal unik dan menarik serta menjadi inovasi dalam menyampaikan isi dan kandungan al-Quran terutama pada generasi muda. Sedangan kontroversi muncul dari kalangan salafiyah dan kalangan penceramah ‘konvensional’ karena dianggap mempermainkan ayat-ayat Allah.
Cabang dalam Musabaqah Tilawatil Quran secara garis besar terdiri dari enam cabang lomba atau musabaqah, yaitu : Musabaqah Tilawah al-Quran (membaca al-Quran secara mujawwad dengan tujuh lagu dalam nagham al-Qur’an); Musabaqah Hifzh al-Quran (menghafal ayat-ayat al-Quran); Musabaqah Tafsir Quran (menghafal dan menafsirkan isi dan kandungan
al-Quran); Musabaqah Khatt al-Quran (menulis indah ayat-ayat al-Quran/ kaligrafi al-Quran), Musabaqah Fahm al-Quran (cerdas cermat isi dan kandungan al-Quran), dan Musabaqah Syarh al-Quran (mensyarahkan isi dan kandungan al-Quran melalui seni berpidato).
Secara de facto, dibandingkan cabang lomba lain dalam MTQ, syarh al-Quran tergolong cabang lomba ‘baru’. Menurut keterangan dalam kumpulan soal fahm al-Quran LPTQ Nasional, Musabaqah Syarh al-Quran (MSQ) pertama kali diselenggarakan pada MTQ Nasional ke XV di Bandar Lampung tahun 1988.25
3. Unsur atau Pelaku Tabligh Syarh al-Quran
Syarh al-Quran memiliki tiga pelaku atau unsur, yang masing-masing memiliki istilah sendiri sesuai tugasnya, yaitu: Pensyarah. Qari atau Qari’ah, dan saritilawah.
a. Pensyarah
25 Amirullah Syarbini,
Pensyarah merupakan unsur pertama dan utama dalam penyampaian syarh al-Quran. Unsur inilah yang merupakan ujung tombak dan jantung dari syarh al-Quran. Tanpa pensyarah, syarh al-Quran tidak akan mungkin tersampaikan. Esensinya, pensyarah merupakan orang yang bertugas untuk menyampaikan materi syarahan dalam bentuk menjelaskan suatu topik tertentu yang mengacu pada beberapa ayat suci al-Quran.26Dalam dunia tabligh, pensyarah bisa disebut sebagai muballigh. Dan dalam dunia komunikasi interpersonal, pensyarah dapat dikatakan sebagai Public Speaker.
Dalam musabaqah syarh al-Quran, unsur pensyarah merupakan unsur dengan penilaian tertinggi. Dan dalam penyampaiannya, pensyarahlah yang memberikan komando kapan qari atau qari’ah dan saritilawah melaksanakan tugas mereka. Dengan kata lain, pensyarah adalah pemimpin dalam tim tabligh syarh al-Quran.
b. Qari’ atau Qari’ah
Secara etimologi, kata qari’ berarti pembaca yang di-nisbah-kan kepada seorang laki-laki, dan untuk pembaca perempuan lazim disebut dengan qari’ah. Kaitannya dengan penyampaian syarh al-Quran, qari atau qari’ah ini adalah orang yang bertugas membacakan ayat suci al-Quran yang dijadikan landasan oleh pensyarah dalam menyampaikan syarh al-Quran. Qari atau qariah dalam syarh Quran, harus melantunkan ayat suci
Quran secara mujawwad (menggunakan naghamat tilawah) sekurang-kurangnya tiga lagu27 yang disesuaikan dengan isi kandungan dari ayat-ayat tersebut.
Qari atau qariah merupakan unsur kedua, bukan berarti tidak memiliki peranan penting dalam penyampaian syarh al-Quran. Qari atau qariah dalam syarh al-Quran, ketika melantunkan ayat suci al-Quran, tidak membaca mushaf al-Quran, tetapi ayat-ayat tersebut harus dihafalkan dan lazimnya dilantunkan sambil berdiri, sama seperti pensyarah dan saritilawah.
c. Saritilawah
Saritilawah adalah unsur yang bertugas menyampaikan terjemahan ayat suci al-Quran yang telah dibacakan oleh qari atau qari’ah ke dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gaya penerjemahan saritilawah dalam syarh al-Quran adalah model terjemahan dengan rujukan terjemahan H.B. Yasin28, bukan terjemahan biasa seperti terjemahan oleh Kementrian Agama yang ada pada al-Quran terjemah Bahasa Indonesia pada umumnya.
Penerjemahan yang disampaikan oleh saritilawah tidak bebas begitu saja, melainkan ada kaidah-kaidah tertentu dan harus merujuk pada substansi ayat yang sesungguhnya. Sehingga terjemahan ayat suci al-Quran tersebut tidak menyimpang maknanya, tetapi sebaliknya akan sangat indah untuk
27Ibid, h.7
disimak dan lebih mudah untuk dipahami. Penyampaian terjemah ayat suci al-Quran dalam syarh al-Quran, harus mengombinasikan antara bahasa lisan dengan bahasa gerak.29
4. Kriteria Unsur atau Pelaku Syarh al-Quran a. Pensyarah
Pensyarah sebagai unsur utama salam penyampaian syarh al-Quran, dituntut untuk memenuhi berbagai kriteria dan syarat. Menguasai beberapa disiplin ilmu, kekuatan hafalan, kepribadian yang baik, keterampilan berbicara, serta kemapuan menyusun diksi yang menarik.
Dengan demikian, untuk menjadi seorang pensyarah, butuh persiapan yang matang. Terlebih lagi pensyarah setara dengan seorang muballigh. Hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang pensyarah, antara lain:
Menguasai dan mendalami al-Quran dan hadits sebagai materi pokok syarh al-Quran
Mengetahui dan memahami ilmu tabligh atau retorika agar mempermudah dalam menyampaikan syarh al-Quran
Memiliki kepribadian yang baik dan pandai mengatur penampilan (good looking)
Menguasai keterampilan-keterampilan sebagai berikut30:
Ilmu tafsir Ilmu hadits Qaulun Hakim
Bahasa Arab (Kaidah-kaidah lughawi) Ushl fiqh
Syi’ir atau peribahasa
Kemampuan membuat dan menghafal konsep dengan cepat Rajin mengakses berita aktual dan faktual
Memahami banyak ungkapan tokoh Menguasai banyak buku refesensi
b. Qari atau Qari’ah
Qari atau qari’ah dalam syarh al-Quran berbeda dengan qari atau qari’ah yang pada umumnya yang melantunkan al-quran dengan maqamat yang berurutan. Qari atau qari’ah dalam syarh al-Quran dituntut untuk bisa tilawah sambil berdiri dan menyesuaikan lagu dengan kandungan ayat.
Oleh karena itu, qari atau qari’ah dalam syarh al-Quran dituntut untuk31:
Memiliki kemampuan membaca, memahami, dan menulis ayat-ayat al-Quran
30 Tata Sukayat,
Kapita Selekta Syarhil Qur’an, (Bandung: CMM UIN SGD, 2001), h.ix
31 Amirullah Syarbini,
Memahami dan menguasai ilmu tajwid, ilmu qira’at, makharijul hurf, shifatul huruf, dan lainnya
Menguasai naghamat dan maqamat (seni baca al-Quran dan tangga lagu tilawah al-Quran)
Memiliki kemampuan mengelola napas untuk membaca al-Quran sambil berdiri
Memiliki kemampuan menghafal ayat-ayat al-Quran
c. Saritilawah
Saritilawah dalam syar al-Quran harus mengikuti kaidah yang berbeda dengan saritilawah biasa. Model penerjemahan yang disampaikan dalam bentuk deklamasi puisi. Oleh karena itu, keterampilan yang harus dikuasai oleh saritilawah adalah32:
Memiliki talenta vokal yang bagus
Mampu menghayati isi dan kandungan ayat
Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan isi dan kandungan al-Quran dalam bahasa lisan dan gerak secara komunikatif
Menguasai teknik khitabah atau retorika
Mampu menerjemahkan ayat al-Quran secara akurat
32Amirullah Syarbini,
5. Materi Syarh al-Quran
Materi syarh al-Quran merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam syarh al-Quran. Meskipun pensyarah, qari atau qari’ah, dan saritilawah mampu tampil memukau, namun isi dari syarahan tidak berkualitas, maka syarh al-Quran masih belum sempurna.
Secara umum, struktur materi syarh al-Quran terdiri dari tiga bagian33, yaitu: mukaddimah, isi dan penutup. Mukaddimah berisi: salam, hamdalah, shalawat, sapaan pada audiens, dan pengantar pada topik bahasan. Sedangkan bagian isi terdiri dari: ayat suci al-Quran, hadits, qaulun hakim, kaidah lughawi, kaidah ushl fiqh, asbabun nuzul (bila ada), syi’ir, contoh aktualisasi ayat dalam kehidupan. Sedangkan penutup berisi: simpulan, saran, imbauan, kesesuaian simpulan dengan isi, doa, dan salam.
33 Ahmad Rajafi,
BAB III
GAMBARAN UMUM
A.Profil Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) 1. Logo Padepokan Syarhil Qur’an Lampung
2. Sejarah dan Perkembangan Padepokan Syarhil Qur’an Lampung1 Padepokan Syarhil Quran Lampung sampai saat ini merupakan satu
satunya padepokan yang sangat fokus membina dan mencetak kader-kader
syarh al-Quran. Selama ini kader syarh al Quran muncul hanya bagi mereka
yang memiliki bakat dan kesempatan saja. Karena selama ini kader syarh al
Quran hanya dibina di sekolah-sekolah atau pesantren-pesantren yang notabene
1
lembaga-lembaga pendidikan tersebut tidak fokus dalam peminatan
pengembangan seni Islami.
Padepokan Syarhil Qur’an Lampung berada di Jl. Tupai, Gg. Swadaya,
No.28, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung.Sekretaritanya satu
kompleks dengan kediaman Pembina, yaitu Ahmad Rajafi Sahran, M.A.
seluruh kegiatan syarh al Quran, dipersiapkan di sini. Inilah rumah sekaligus
lembaga pendidikan nonformal yang bisa menghasilkan bibit-bibit unggul
apabila dioptimalkan dengan baik.
Ide tentang pendirian Padepokan Syarhil Quran Lampung berawal dari
keinginan Pembina utama yaitu Ahmad Rajafi Sahran, M.A. dengan rekannya,
Bapak Ahmad Sahida al Hadi untuk mengubah imej syarh al Quran yang yang
tadinya dimarjinalkan menjadi sebuah sajian yang berkelas dan eksklusif.
Karena selama ini syarh al-Quran masih kalah peminatan dan perhatiannya
dibandingkan tilawah al-Quran dan hifz al-Quran.
Akhirnya pada tahun 2006, Bapak Ahmad Rajafi beserta Bapak Ahmad
Sahida al Hadi membuka training syarh al Quran. Awal mula berjalan, beliau
mendatangi sekolah-sekolah, diniyah-diniyah, serta pesantren-pesantren untuk
di-training murid-murid dan santri-santrinya mengenai kecakapan ber-syarh al
Quran.
Bapak Ahmad Sahida telah berpndah wilayah, maka Bapak Ahmad
Rajafi yang ‘menjaga gawang’ di Padepokan Syarhil Quran Lampung. Setelah
kader syarh al Quran dari padepokan ini berkembang, maka kegiatan
Padepokan ini membina kader dengan optimal, sehingga kini khusus
untuk wilayah Provinsi Lampung, imej syarh al-Quran telah berubah total.
Syarh al Quran tidak hanya sekadar mata lomba yang dilakukan oleh
anak-anak SMA sederajat, melainkan menjadi sebuah metode dakwah baru yang
ekslusif. Acara acara kedinasan, undangan pernikahan kini seringkali
mengundang kader-kader syarh al-Quran untuk berdakwah di sana.
Inilah foto penggagas Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL)
B.Struktur Organisasi Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) Struktur kepengurusan padepokan ini tidak begitu rumit, sangat
sederhana.Dari pembina, langsung memberi instruksi kepada pengurus,
langsung disampaikan kepada anggota. Berikut bagannya2:
C.Profil Pembina Padepokan Profil Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL)3
Ahmad Rajafi adalah anak kelima dari lima bersaudara, pasangan Drs. H.
AH. Sahran Baharup dan Hj. Siti Raudlah. Lahir di Tanjung Karang, Bandar
2 Hasil wawancara dengan Naili Hamhij, Pengurus Padepokan Syarhil Qur’an Lampung, 4 April
2014
3 Hasil wawancara dengan pembina Padepokan, Bpk. Ahmad Rajafi Sahran, M.H.I, 8 Maret 2014
Pembina
Pengurus
Lampung, tanggal 14 April 1984. Pada tahun 2007, menikah dengan Ressi
Susanti, S.Pd.I dan baru dikarunia dua orang putri bernama Ghalya Mutia
Aziza dan Aghniya al Adilla.
Pendidikan agama dan mengaji al-Qur’an pertama kali ditempuh
langsung kepada ayahanda dan ibunda tercinta hingga tamat al-Qur’an pada
umur 12 tahun.Sedangkan pendidikan formal diawali dari tingkat Taman
Kanak-Kanak (TK) Al-Azhar Swadaya Kedaton Bandar Lampung, tahun
1989.Melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Kedaton Bandar Lampung, tahun
1990-1996. Lalu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Pondok
Pesantren La Tansa Cipanas Lebak Banten Asuhan KH.Ahmad Rifa’i Arif
pada tahun 1996-1999.Setelah itu melanjut ke MAPK/MAKN Madrasah
Aliyah Negeri 1 Bandar Lampung, tahun 1999-2002.Kemudian melanjutkan ke
tingkat Strata Satu (S1) di Fakultas Syari'ah IAIN Raden Intan Bandar
Lampung, tahun 2002-2006.Tidak menunggu waktu yang lama, Ahmad Rajafi
langsung melanjutkan ke tingkat Strata Dua (S2) di Program Studi Ilmu
Syari’ah IAIN Raden Intan Lampung 2006-2008. Dan Sejak pertengahan
Tahun 2012 beliau melanjutkan jenjang akademiknya ke Program Doktor di
PPs IAIN Raden Intan Lampung.
Pengabdian penulis terhadap ilmu ke-Islaman yang telah didapatkan
diterapkan pertama kali dengan menjadi pengajar di Pengajian Anak Asuh
Yayasan Badan Dana Kepedulian Sosial Bandar Lampung tahun 2002-2004,
rohaniawan di Rutan Kelas I Bandar Lampung tahun 2005-2009, pengasuh di
Kab. Tanggamus tahun 2006, pembina Syarhil Qur’an Kabupaten Lampung
Barat tahun 2006-Sekarang, pengajar Syarhil Qur’an di Pondok Pesantren
Diniyah Putri Lampung Kec. Tataan Kab. Pesawaran tahun 2008-2009, selaku
Dosen LB (Luar Biasa) di Fakultas Tarbiyah dan Syari’ah IAIN Raden Intan
Lampung sejak 2008, pengajar Bahasa Arab di SMA al-Azhar 3 Bandar
Lampung tahun 2009, dan pada tahun 2009 pula penulis tercatat sebagai Dosen
tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Manado Sulawesi
Utara. Selain aktif di bidang akademik, penulis juga aktif di bidang
per-MTQ-an sebagai Dewper-MTQ-an Hakim dper-MTQ-an Pembina di Padepokper-MTQ-an Syarhil Qur’per-MTQ-an Lampung
(PSyQL).
D.Prestasi Santri Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL)
Prestasi padepokan syarhil Quran Lampung sangat banyak, apalagi jika
disusun sejak padepokan ini didirikan. Mengingat belum adanya pengarsipan
lengkap mangenai seluruh prestasi padepokan, maka dalam skripsi ini prestasi
yang dicatat adalah prestasi pada tingkat Provinsi Lampung sejak tahun 2007
Berikut adalah daftar prestasi anggota Padepokan Syarhil Quran
Lampung (PSyQL) dalam ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an cabang Syarhil
Qur’an tingkat Provinsi Lampung4:
No. Tahun Lokasi Musabaqah Prestasi
1 2007 Tanggamus
Juara 1
Juara 2
Juara 3
2 2008 Pringsewu
Juara 1
Juara 2
Juara 3
3 2009 Metro
Juara 1
Juara 2
Juara 3
4 2010 Lampung Barat Juara 1
Juara 2
5 2011 Lampung Utara
Juara 1
Juara 2
Juara 3
6 2012 Lampung Selatan
Juara 1
Juara 2
4 Hasil wawancara dengan Naili Hamhij, Pengurus Padepokan Syarhil Qur’an
Juara 3
7 2013 Lampung Tengah
Juara 1
Juara 2
BAB IV ANALISIS
A.Strategi Dakwah Padepokan Syarhil Qur’an Lampung (PSyQL) Pengembangan Syarh al-Quran
1. Pembinaan Hafalan Teks Syarh al-Quran
Dalam pembinaan hafalan, ada pola yang diterapkan dalam pembinaan syarh al Quran di Padepokan Syarhil Qur’an Lampung, yaitu:
a. Pada pertemuan perdana, setiap anggota baru diberikan sebuah teks syarh al Quran. Kemudian dalam waktu satu pekan, mereka diharuskan dapat menyetorkan hafalan mereka minimal dua halaman serta dapat memahami maksud dari teks syarh al Quran tersebut.
b. Pada pertemuan berikutnya, dijelaskan apa dan bagaimana maksud sesungguhnya dari teks syarh al Quran yang ia sedang pelajari. Diajarkan bagaimana cara menghayatinya. Kemudian diberitahukan tekanan-tekanan penting dalam naskah tersebut.
c. Selanjutnya mereka (anggota baru) diharuskan untuk menyelesaikan hafalan teks perdana tersebut dan diwajibkan untuk menyetorkan hafalan teks secara utuh dalam waktu tiga pekan.
d. Pada pekan ke empat, barulah perangkat elektronik ataupun gadget seperti recorder, hand phone, dan mp4 diperkenankan untuk digunakan merekam
baru, agar mereka dapat menilai penyampaian mereka sendiri. Sudah baik ataukah belum baik dari segi intonasi, artikulasi, dan lainnya.
e. Setelah itu, setiap bulan, anggota mendapatkan sebuah contoh rekaman suara Pembina atau para mentor untuk didengarkan kapan pun agar mereka terbiasa dengan penyampaian yang benar.
f. Pada pekan ke enam, para anggota baru atau peserta binaan harus sudah dapat menyampaikan teks syarh-an sesuai dengan apa yang telah diarahkan dalam rekaman yang telah diterima oleh masing–masing peserta.
g. Bagi mereka yang telah mampu menyampaikan teks syarh-an dengan vokal yang baik, maka akan dilanjutkan ke pelatihan hafalan berikut dengan gestur dan mimik yang tepat.
h. Pada akhir pekan ke delapan, dilakukan evaluasi keseluruhan dengan masing-masing mentor. Kemudian ditampilkan di hadapan Pembina agar mendapat arahan yang lebih baik dan sesuai dengan kaidah penyampaian syarh al-Quran
2. Pembinaan Mental
Pembinaan yang cepat dan tepat untuk menhadapi hal tersebut ialah dengan melawan arus rasa takut sesuai dengan ketakutan masing-masing individu. Adapun pembinaan mental yang dilakukan oleh padepokan adalah dengan langsung turun ke area keramaian seperti Lapangan Enggal, PKOR Way Halim, Bundaran Tugu Adipura Bandar Lampung, area pasar, dan tempat-tempat lain di mana orang-orang banyak berkumpul, terutama di hari Minggu. Kemudian membiasakan untuk tampil satu grup dalam acara majelis ta’lim, dan pengajian.
Pembinaan mental ini menjadi prioritas kedua setelah menghafal, karena penampilan syarh al-Quran sangat berbeda dengan yang lain. Selain karena penampilan yang harus disajikan sejara berdiri tanpa mimbar, syarh al-Quran juga sangat menguras tenaga. Dengan pelatihan mental yang kuat, otak kanan dan kiri akan bekerja secara sinergi. Pikiran, ucapan, dan gestur akan selaras dalam penyampaiannya. Ada empat tahap pembinaan mental di Padepokan Syarhil Qur’an Lampung:
a. Pembinaan mental tahap satu
b. Pembinaan mental tahap dua
Latihan mental tahap kedua ialah dengan berlatih langsung di tengah keramaian. Latihan bisa dilakukan di seputar arena olah raga, jalan raya, pasar, dan sebagainya. Fungsi utama pembinaan tahap dua ini ialah memantapkan mental dan konsentrasi yang telah dilatih sebelumnya jika pada tahap satu masih bersama para peserta binaan yang lin, tahap kedua ini peserta harus siap menerima rekasi dari masyarakat yang ada di arena berlatih. Mulai dari reaksi melihat dengan aneh, sampai dengan terang terangan mengejek ”gila”.
c. Pembinaan mental tahap tiga
Pembinaan tahap ketiga ialah dengan mengelompokkan peserta binaan menjadi satu grup syarhil yang utuh. Peserta-peserta binaan yang sudah digabungkan dalam sebuah grup, akan berlatih secara bersama-sama sebagai sebuah kesatuan tim agar timbul rasa kebersamaan dan ikatan sehingga akan menghasilkan sebuah harmoni syarh al-Quran. Dengan membangun hubungan yang baik, mereka akan saling koreksi, belajar mandiri, dan saling memberi nasihat yang membangun.
d. Pembinaan mental tahap empat
terus menampilkan yang terbaik dalam penyampaian syarh al-Quran. Mereka akan terus dan terus belajar untuk meningkatkan kualitas diri.
3. Latihan Vokal dan Penampilan
Berbicara masalah vokal, berarti berbicara masalah intonasi, artikulasi, dan aksentuasi yang diucap oleh seseorang. Lahjah setiap daerah memiliki perbedaan. Untuk itu, kewajiban peserta untuk bekerja keras meninggalkan vokal kedaerahannya ketikan sedang menyampaikan syarh al-Quran.
a. Latihan vokal menanjak seperti anak tangga
Pada latihan vokal pertama ini, peserta binan harus mendapatkan vokal terendah hingga tertinggi dengan model sperti anak tangga. Peserta binaan harus benar-benar merasakan dimana letak vokal tertinggi dan terendah mereka. Oleh karena itu konsentrasi lagi-lagi menjadi hal yang penting, karena bukan sekadar suara keras dan tegas yang dibutuhkan, tetapi dinamika setiap kata yang diucap harus diperhatikan agar tidak monoton.
BAGIAN 1
Melatih vokal dari TINGGI
‘A’,’I’,’U’,’E’,’O’
A
A
A
A
b. Latihan vokal menanjak dengan nada
Pada bagian yang kedua ini, setip individu belajar tentang bagaimana menciptakan nada, intonasi yang dirasa pas dan cocok dengan model suaranya. Nada tidak terlalu tinggi atau keras, akan tetapi iramanya pas dengan isi naskah syarh al-Quran. Karena sebuah teks merangkum suasana sedih, senang, tegas, marah, mengajak, dan sebagainya. Jika ini dapat dikuasai oleh penyampai syarh al-Quran, audiens akan terbawa dan memerhatikan dengan seksama.
TINGGI
BAGIAN 2
MELATIH VOKAL A, I, U, E, O
RENDAH
A
A
A A
A
A
c. Latihan vokal menanjak lurus
Latihan vokal yang ketiga ini dimaks