MUSEUM KERETA API SOREANG
Tema
TIMELINE
LAPORAN PERANCANGAN
AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER GENAP TAHUN 2011 / 2012
Sebagai Persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
Adi Gusman Purwanegara
10409702
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
LEMBAR PERSETUJUAN
MUSEUM KERETA API SOREANG
Tema
TIMELINE
Oleh :
Adi Gusman Purwanegara
10409702
Disetujui Oleh :
Bandung, 15 Agustus 2011 Dosen Pembimbing
MARWOTO, S.T.,M.T
Ketua Jurusan Pimpinan Sidang
Dhini Dewiyanti T. Ir., M.T. NIP : 4127 70 12 010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Isu akan dihidupkannya kembali jalur kereta api Bandung – Ciwidey memiliki keuntungan tersendiri bagi sektor pariwisata disepanjang jalur tersebut. Dukungan infrastruktur yang masih ada walaupun tidak laik pakai dan bentang alam yang indah mendukung potensi tersebut. Sedikit informasi yang membahas tentang sejarah dan keistimewaan jalur Bandung – Ciwidey. Hal tersebut didukung pula dengan RUTR Kabupaten Bandung Tahun 2009 tentang pengembangan sektor pariwisata untuk kawasan Soreang dan Ciwidey.
Sementara itu program PT.KAI bekerjasama dengan Kementerian Budaya dan Pariwisata serta Departemen Perhubungan dan didukung oleh Pemerinta Daerah setempat untuk menjadikan daerah Soreang-Ciwidey sebagai salah satu daya tarik wisata yang berbasiskan pendidikan, hiburan dan perekonomian dengan memanfaatkan semua aset PT.KAI sepanjang jalur Soreang – Ciwidey.
PT.KAI telah mencanangkan program pelayanan dan edukasi terkait pengenalan, pembangkitan minat dan kecintaan terhadap kereta api dengan membuat unit-unit program pengelolaan aset yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dengan cara mendirikan museum kereta api. Contohnya adalah pembangunan museum kereta api di daerah Ambarawa Jawa Tengah, museum kereta api Sawah Lunto daerah Sumatera Barat dan museum transportasi Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.
perkeretaapian di Indonesia, saat ini terdapat lebih dari 2000 anggota komunitas yang terdaftar secara resmi dan lebih dari 5000 anggota komunitas pencinta kereta api yang tidak terdaftar untuk didalam negeri. Sebagai informasi, salah satu agenda kegiatan komunitas ini adalah mereka coba untuk melakukan napak tilas jalur-jalur kereta baik yang masih aktif maupun jalur-jalur yang sudah tidak aktif lagi. Dengan kegiatan tersebut komunitas tersebut mencoba untuk merasakan pengalaman bagaimana perkembangan perkereta apian pada saat itu.
Untuk mewadahi hal tersebut diatas diperlukan sebuah fasilitas yang dapat merepresentasikan semua aktivitas dan kegiatan diatas yang berkaitan langsung dengan aset-aset PT.KAI , daya tarik pariwisata, serta memiliki nilai edukasi yang tinggi terhadap jalur Soreang-Ciwidey, karena pada dasarnya Jalur tersebut juga memiliki keterkaitan sejarah dengan Bandung Lautan Api yang digagas oleh Jenderal Sudirman pada masa agresi militer Belanda I (Pertama).
1.2MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah merancang proyek Museum Kereta Api Bandung yang berlokasi di Soreang - Kabupaten Bandung. Dengan tujuan untuk memfasilitasi pengenalan seluk – beluk perkereta apian khususnya untuk daerah Kabupaten Bandung dan sekitarnya terkait dengan sejarah dan perkembangannya dengan cara memberikan informasi dan edukasi yang menarik dan atraktif bagi masyarakat. Serta untuk menjadikan daya tarik pariwisata dalam hal perkereta apian untuk daerah Kabupaten Bandung, khususnya daerah sepanjang jalur Soreang – Ciwidey.
1.3MASALAH PERANCANGAN
1. Terkendala akses pencapaian menuju lokasi, dikarenakan infrastruktur jalan masih sangat minim. Karena lokasi berada didaerah pedalaman Kabupaten Bandung yang terhitung jauh dari batas Kabupaten dan Kota Bandung.
2. Tidak adanya sarana transportasi umum yang langsung mencapai pada lokasi perancangan museum kereta api. Hanya transportasi kereta api yang dapat mencapai lokasi perancangan.
3. Bangunan harus merepresentasikan ekspresi museum dan mampu untuk mewadahi semua aktivitas dalam museum tersebut.
4. Gubahan massa bangunan tidak bertabrakan dengan kontekstual bangunan sekitar.
1.4PENDEKATAN
Pendekatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : a) Studi literatur.
b) Studi banding
1.5LINGKUP DAN BATASAN
Adapun lingkup dan batasan perancangan adalah sebatas penerapan dan pengaplikasian perancangan museum kereta api Soreang melihat dari lingkup permasalahan serta penerapan-penerapannya terhadap konsep perancangan terkait kepada :
1. Struktur bangunan yang digunakan
2. Penerapan tematik terhadap perancangan 3. Aktivitas yang terkait didalamnya
1.6KERANGKA BERPIKIR
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1.2Maksud dan Tujuan 1.3Masalah Perancangan 1.4Pendekatan
BAB II DESKRIPSI PROYEK
2.1 Umum ( Lokasi, Luas Lahan, Peraturan, GSB. KDB, KLB, Luas dan tinggi bangunan, Pemilik, Sumber Dana, Kelengkapan Fasilitas)
2.2 Program Kegiatan 2.3 Kebutuhan Ruang
2.4 Studi Banding Proyek Sejenis BAB III ELABORASI TEMA
3.1 Pengertian 3.2 Interpretasi Tema
3.3 Studi Banding Tema Sejenis BAB IV ANALISIS
4.1 Analisis Fungsional (Oerganisasi Ruang, Permintakatan, Program Ruang, Persyaratan Teknis)
4.2 Analisis Kondisi Lingkungan (lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi, dll)
4.3 Kesimpulan
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar
5.2 Rencana Tapak (Pemintakatan, tata letak, gubahan massa, pencapaian, hierarki ruang, sirkulasi, parkir, utilitas, tata hijau) 5.3 Bangunan ( Bentuk, Fungsi, Sirkulasi, Struktur dan Konstruksi,
Bahan, Desain Interior, Utilitas, Pencegahan Bahaya Kebakaran, Pentahapan Pembangunan, Penyelesaian ruang luar/Lansekap) BAB VI HASIL RANCANGAN
6.1 Peta Situasi
6.2 Gambar-gambar perancangan
6.3 Foto-foto maket, cetak warna ukuran SR DAFTAR GAMBAR
BAB II
DESKRIPSI PROYEK
2.1 UMUM
Proyek : Museum Kereta Api Soreang
Status : Fiktif
Fungsi Bangunan : Pendidikan
Lokasi : Soreang, Kabupaten Bandung
Luas lahan : 27.000 m2
GSB : 10 meter
KDB : 40 %
KLB : 1,2
Luas Bangunan : 9.650 m2 Tinggi Bangunan : 15 m
Pemilik : Pemerintah Daerah dan PT.KAI
Sumber Dana : Pemerintah Daerah (BPD)
Gambar 2 : Peta rencana lokasi (Sumber : Dok. Pribadi)
2.2 PROGRAM KEGIATAN
Program kegiatan dalam perancangan proyek museum kereta api ini terbagi kedalam 4 kategori, yaitu :
a) Kegiatan pengunjung museum b) Kegiatan pengelola museum
c) Kegiatan servis dan perawatan museum
d) Kegiatan servis dan maintenance dipo lokomotif Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan Pengunjung :
Aktivitas Perkiraan
Waktu
Melihat pameran lokomotif uap 1 – 2 Jam
Bermain simulator 10 menit
Melihat panil pameran 15 menit
Melihat objek pameran 30 menit
Napak tilas jalur Soreang - Ciwidey 2 Jam
Bioskop Mini 30 menit
Perpustakaan Museum > 1 jam
Interaktif anak dibawah umur 10 tahun 30 menit Berkumpul sesama komunitas pencinta kereta api 1 jam
Beristirahat dalam FoodCourt museum 1 jam
Sholat ≤ 15 menit
Toilet ≤ 15 menit
Menunggu dan Istirahat ≥ 1 jam
Tabel 1 . Kegiatan pengunjung
b) Kegiatan Pengelola
Aktivitas Perkiraan
Waktu
Tiketing 11 jam
Kegiatan administratif 11 jam
Monitoring 11 jam
Rapat pengelola ± 1 jam
Penerima tamu ± 5 jam
Informasi 11 jam
Istirahat ± 1 jam
Tabel 2. Kegiatan pengelola
c) Kegiatan Servis dan Perawatan Museum
Aktivitas Perkiraan
Waktu
Membersihkan museum ± 3 jam
Membersihkan objek pameran ± 3 jam
Mengecek perangkat Mechanical Electrical ± 2 jam
Mempersiapkan dan merapihkan perpustakaan ± 2 jam
Membersihkan toilet dan mushola ± 1 jam
Tabel 3. Kegiatan servis dan perawatan museum
d) Kegiatan Servis dan Perawatan Dipo Lokomotif
Aktivitas Perkiraan
Waktu
Perbaikan spare part (suku cadang) ringan ± 48 jam
Perbaikan turn table* -
Perbaikan rel dan sistem persinyalan* -
Administratif 11 jam
Perbaikan Lokomotif* -
Persiapan Lokomotif Uap ≥ 4 jam
Persiapan Lokomotif Diesel ± 1 jam
Tabel 4. Kegiatan servis dan perawatan dipo lokomotif
Catatan :
* : Tergantung kondisi dan tingkat kerusakan dan persediaan spare part
(suku cadang)
2.3 KEBUTUHAN RUANG
Kebutuhan ruang terbagi kedalam beberapa bagian, yaitu : a) Kebutuhan ruang untuk pengunjung
Ruang parkir pengunjung :
R. Parkir Kendaraan roda empat (mobil) 2,75 x 5 m R. parkir kendaraan bus dan minibus 3,5 x 12 m
R. Parkir motor 0,8 x 1,5 m
Kebutuhan Ruang Parkir :
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Tabel 6 . Kebutuhan ruang parkir pengunjung
Kebutuhan Ruang Luar
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Jumlah Total
(m2)
Entrance 227,7 1 227,7
Tabel 7 . Kebutuhan ruang luar
Kebutuhan Ruang Dalam
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Tabel 8 . Kebutuhan ruang dalam
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Jumlah Total (m2)
R. pajang 4 6 24
R. pajang miniatur kereta Api
6 10 60
R. pajang panil informasi 2,25 30 67,5
R. perpustakaan 100 1 100
Tabel 9 . Kebutuhan ruang dalam
Kebutuhan Ruang Fasilitas Pengunjung
R. FoodCourt 100 2 200
Toilet 2,25 26 58,5
R. Kumpul Komunitas 50 1 50
Mushola 25 1 25
ATM Centre 2,25 3 6,75
Tabel 10. Kebutuhan ruang fasilitas
Kebutuhan Ruang Stasiun Wisata
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Jumlah Total (m2)
Emplacement 200 3 600
Kepala PPKA 25 1 25
Security 8 1 8
Tabel 11. Kebutuhan ruang stasiun wisata
b) Kebutuhan Ruang Pengelola
Kebutuhan parkir pengelola
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Jumlah Total (m2)
Parkir Motor 1,5 20 30 Tabel 12. Kebutuhan ruang parkir pengelola
Kebutuhan ruang pengelola
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Tabel 13. Kebutuhan ruang pengelola
c) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Museum
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
d) Kebutuhan Ruang Servis dan Perawatan Dipo Lokomotif
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Tabel 15. Kebutuhan ruang servis dan perawatan dipo lokomotif
Kebutuhan Ruang Drainase Sanitasi
Kebutuhan Ruang Luasan
Ruang (m2)
Jumlah Total (m2)
Septictank 20 1 20
Bak Kontrol 40 1 40
Tabel 16. Kebutuhan ruang servis dan perawatan dipo lokomotif
2.4 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS
1. Studi banding di Indonesia :
a) Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah)
Gambar 3 : Entrance museum Ambarawa
Lokasi : Ambarawa daerah Kabupaten Jawa Tengah
Gambar 4: Koleksi lokomotif uap per-periode (sumber : Dok.Pribadi)
Selain itu museum ini juga menawarkan perjalanan Ambarawa – Bedono PP dengan menggunakan kereta uap khusus untuk mendaki jalur terjal, serta perjalanan Ambarawa Tuntang dengan PP menggunakan kereta Diesel.
Gambar 5 : Lokomotif diesel dan kereta mini (Sumber : Dok. Pribadi)
Fasilitas Museum 1) Mushola
Gambar 6 : Fasilitas museum Ambarawa (Sumber : Dokumen Pribadi)
b) Museum kereta api Sawah Lunto (Sumatera Barat)
Lokasi : Sawah Lunto di Provinsi Sumatera Barat
Museum ini berdiri dan disahkan oleh PT.KAI dari fungsi awal sebagai stasiun kereta api, sejarah singkat museum ini didirikan untuk mengenang bagaimana perkeretaapian begitu penting didaerah Sawah Lunto, karena daerah ini merupakan salah satu penghasil batubara. Pemerintah Belanda pada tahun 1880 kemudian membuat rel kereta untuk mengangkut hasil bumi tersebut. Salah satu yang ditawarkan adalah dengan menyediakan perjalanan kereta api antara dengan menggunakan kereta api uap dan diesel.
Gambar 7 : Entrance museum Sawah Lunto
dan gerbong peninggalan masa lalu
Koleksi lokomotif yang berada di museum kereta api ini tidak selengkap koleksi lokomotif yang berada disawahlunto hanya terdapat 2 buah koleksi lokomotif, salah satunya adalah koleksi lokomotif “Mak Itam” yang beroperasi sepanjang jalur yang berada di Sumatera dan lokomotif Diesel dengan seri BB204.
c) Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah
Lokasi : Taman Mini Indonesia Indah , Jakarta
Museum ini berada didalam lingkungan kawasan taman mini indonesia Indah, museum ini memiliki koleksi lokomotif uap dalam jumlah yang tidak selengkap dibandingkan dengan koleksi lokomotif yang berada di museum kereta api Ambarawa.
Museum ini juga menawarkan perjalanan menggunakan kereta api, namun lokomotif yang digunakan adalah lokomotif diesel.
Gambar 8 : suasana museum transportasi TMII, Jakarta
2. Studi Banding dari luar negeri
a) Museum Kereta Api Saitama (Jepang)
Museum ini merupakan salah satu museum kereta api yang terkenal di Jepang, memiliki koleksi lokomotif, dari mulai lokomotif uap sampai dengan kereta api Maglev (kereta dengan menggunakan tenaga magnet).
Gambar 9 : Kereta mini, simulator, dan turn table museum kereta api Saittama
(Sumber :http://www.globetrekkersite.com)
b) Museum kereta api Lancaster (Inggris)
Museum kereta api Lancaster ini berada dinegara Inggris, museum ini memiliki koleksi seperti :
1. Lokomotif Uap 2. Lokomotif Diesel
3. Interior kabin lokomotif uap yang masih terawat
Gambar 10 : Koleksi dan interior museum kereta api Lancaster Inggris
(Sumber : http://www.thebeijingguide.com/Beijing_Museum/train.html)
c) Museum Kereta Api Beijing
Dibangun di sebuah gudang besar, luas museum mencakup 16.500 meter persegi. Kereta api pertama dibangun di Cina pada 1876 dan rumah-rumah museum kereta api yang dibangun antara 1881 dan 1979. Kereta api dibangun di Cina, Inggris, Amerika Serikat, Jepang dan Belgia.
Gambar 11 : Fasade museum kereta api Beijing
Selain itu dalam museum ini juga terdapat koleksi kereta Diesel dan listrik, baik yang masih beroperasi maupun yang sudah tidak beroperasi lagi. Mulai dari kereta uap pertama kali di China sampai dengan kereta yang digunakan pada masa kini.
Gambar 12 : Koleksi lokomotif uap museum kereta api Beijing
(Sumber : http://www.thebeijingguide.com)
Gambar 13 : Koleksi kereta diesel museum kereta api Beijing
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 PENGERTIAN
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Timeline secara harafiah diartikan sebagai perjalanan waktu yang menceritakan banyak peristiwa-peristiwa didalamnya. Dalam Timeline
selalu ada faktor waktu awal dan faktor waktu akhir, dimana kejadian atau peristiwa berawal dan perkembangannya.
3.2 INTERPRETASI TEMA
Tema Timeline yang dijabarkan dalam rancangan, yaitu : 1. Bentuk Bangunan
2. Fasade Bangunan 3. Struktur Bangunan 4. Interior Bangunan
1. Bentuk dan Gubahan Bangunan
(rel) serta stasiun( pada masa penjajahan dikenal dengan sebutan
“halte”). Tipologi bentuk bangunan dari masa kemasa hampir selalu sama yaitu Memanjang mengikuti Jalur / Rel sampai pada batas tertentu. Pada awal perkembangannya stasiun memiliki massa bangunan “single building”, terlihat solid (masif) dan berbentang lebar dengan menggunakan atap pelana karena berada didaerah yang memiliki iklim tropis .
Gambar 15 : Tipologi stasiun dari masa ke masa
Interpretasi gubahan massa dan bentukan pada rancangan terhadap tema:
Dengan menggunakan massa bangunan “single building” mengikuti pola
awal sampai dengan perkembangan awal perkeretaapian diIndonesia, khususnya untuk didaerah pulau Jawa. Dengan permainan level bangunan untuk memperoleh bentukan yang dinamis serta memiliki fungsi untuk menyerap cahaya semaksimal mungkin, dikarenakan salah satu
kendala bangunan “single building” dengan panjang bangunan yang
terbilang panjang membuat bangunan tersebut tidak memiliki pencahayaan yang maksimal.
Gambar 16 : Gubahan bentuk museum
(Sumber : Dok. Pribadi)
2. Fasade Bangunan
Hampir sebagian besar bentuk bangunan khususnya bangunan stasiun kereta api diIndonesia masih menggunakan langgam arsitktur kolonial dikarenakan faktor keterkaitan sejarah bangsa Indonesia.
Selain itu penggunaan kaca pada bangunan untuk menciptakan kesan minimalis yang seolah-olah menggambarkan kemajuan teknologi saat ini.
Gambar 17 : Fasade bangunan stasiun kereta api
(Sumber : Troopenmuseum, Bruitzer, dan Dok. Pribadi)
Interpretasi fasade bangunan pada rancangan terhadap tema:
Gambar 18 : Fasade bangunan museum kereta api Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
3. Struktur Bangunan
Hampir seluruh stasiun besar di Indonesia menggunakan struktur bentang lebar, hal tersebut dikarenakan fungsinya yang harus mampu menlingkupi area emplacement sehingga penumpang tidak terkena panas atau air hujan secara langsung, selain itu hampir setiap statsiun memiliki tinggi bangunan yang cukup tinggi untuk bangunan yang bersifat bangunan 1 lantai.
Gambar 19 : Struktur bentang lebar stasiun
Interpretasi struktur bangunan pada rancangan terhadap tema:
Gambar 20 : Struktur bentang lebar museum
(Sumber : Dok. Pribadi)
4. Interior Bangunan
Gambar 21 : Interior stasiun wisata
(Sumber : Dok. Pribadi)
3.3 STUDI BANDING TEMA SEJENIS
a) Museum Kereta Api Beijing (China)
museum ini memajangkan koleksi-koleksi dari mulai awal kereta uap yang beroperasi di China sampai dengan kereta diesel dan listrik yang masih beroperasi sampai sekarang.
Gambar 22 : Lokomotif pertama diChina
(Sumber : http://www.thebeijingguide.com)
Gambar 23 : Perkembangan lokomotif
Diesel di China
(Sumber : http://www.thebeijingguide.com)
Untuk fasade dan bentuk bangunan, museum Beijing ini memiliki gubahan
massa “single building” dan bentukan dasar persegi panjang. Pada
tampak depan museum .
Gambar 24 : Fasade museum China
(Sumber : http://www.thebeijingguide.com)
b) Museum Kereta Api Saitama (Jepang)
Gambar 25 : Editor Desk Saitama Museum
(Sumber : http://www.docstoc.com)
Itu dibangun dan dioperasikan oleh Japan Railway East Society Foundation, sebuah afiliasi non-profit dari Perusahaan Jepang East Railway. Ini terdiri dari sebuah bangunan 19.800 m² di situs meliputi 42.500 m², dengan area tampilan 9.500 m² dalam ukuran.
Gambar 26 : Fasade Saitama Museum
(Sumber : http://www.wikipedia.org)
Fasade bangunan minimalis dengan gubahan massa “single building”
didalamnya, koleksi yang ditampilkan juga beragam mulai dari lokomotif uap sampai dengan lokomotif maglev.
Gambar 27 : Fasade Saitama Museum
(Sumber : http://www.wikipedia.org)
Penggunaan Turn table sebagai titik pusat dari bangunan museum kereta api.
Gambar 27 : Interior Saitama Museum
BAB IV
ANALISIS
4.1 ANALISIS FUNGSIONAL
a) Organisasi Ruang
Skema 1 : Organisasi ruang museum
Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat pada bagan diatas ini, dimana terdapat 7 point utama yang saling interconnected (terhubung). Karena bangunan berada pada posisi yang terkendala 2 akses jalan yang terpisah maka dibutuhkan vocal point dengan akses yang tidak langsung menuju bangunan utama. Sebelum menuju bangunan utama disambut dengan
b) Pemintakatan
Gambar 28 : Pemintakatan area
(Sumber : Dok. Pribadi)
Keterangan :
Dalam skala yang lebih makro pembagian zona daerah sekitar lokai perancangan adalah sebagai berikut :
1. Zona pemukiman, adalah daerah pemukiman yang melingkupi area lokasi. Bangunan museum terkait kontekstual dengan lingkungan sekitar.
2. Zona vocal view, adalah titik utama bangunan dimana sebagai titik pandang awal bangunan, karena bangunan berada di 2 jalan yang terpisah dengan arus lalu lintas 1 arah.
4. 4. Zona Bangunan utama, merupakan lingkup area bangunan museum berdiri.
5. Zona Clear area stasiun, peraturan PT.KAI mewajibkan adanya clear area terbebas dari permukiman penduduk dalam radius 10 meter dari jalur perlintasan kereta api.
6. Zona Pasar dan terminal, merupakan daerah yang menjadi pusat dan sentra aktivitas penduduk sehari-hari.
Pemintakatan site :
Gambar 29 : Pemintakatan Site
(Sumber : Dok. Pribadi)
Keterangan :
: Zona vocal view bangunan : Zona parkir pengunjung museum : Zona Entrance dan bangunan utama
c) Program Ruang
Adapun program ruang ditampilkan dalam bentuk diagram dibawah ini:
Skema 2. Program Ruang
4.2 ANALISIS KONDISI LINGKUNGAN
a) Lokasi
Berada di Soreang Kabupaten Bandung,
Gambar 30 : Peta Lokasi
b) Kondisi dan Potensi Lahan
Lokasi merupakan akses utama antara kota Bandung dengan Ciwiidey, keadaan eksisting lokasi bahwa daerah Ciwidey merupakan daerah yang memiliki daya tarik pariwisata dengan bentang alamnya yang indah. Berdasarkan RUTR Kabupaten Bandung tahun 2009, Soreang merupakan daerah yang akan dikembangkan kearah pariwisata dan pertanian. Pemerintah Kabupaten Bandung melihat bahwa daerah memiliki potensi yang cukup untuk menjadi daya tarik pariwisata.
c) Bangunan Sekitar
Bangunan mayoritas merupakan bangunan penduduk dengan ketinggian maksimal bangunan kurang dari 10 meter,
Gambar 31 : Foto situasi daerah Soreang
d) Prasarana
Gambar 32 : Foto Udara Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
Kondisi eksisting dilapangan terdiri dari : 1. Infrastruktur Jaringan Jalan 2. Infrastruktur Jaringan Listrik
3. Infrastruktur Jaringan Air Bersih dan Air Kotor
1) Infrastruktur Jalan
Secara kondisi infrastruktur jaringan jalan dari dan menuju lokasi perancangan khusus untuk daerah Soreang dapat dibilang baik, hanya lebar jalan yang masih kurang sebagai jalan dengan kondisi jalan Provinsi.
Gambar 33 : Foto Kondisi Jalan
Sehingga apabila tingkat kepadatan arus lalu lintas tinggi, daerah tersebut dapat dikatakan daerah yang rawan kemacetan, namun untuk infrastruktur jalan keluar dari daerah Soreang dapat dikatakan kurang baik.
2) Infrastruktur Jaringan Listrik
Sumber listrik daerah sekitar bersumber dari PLN, dengan kondisi yang baik. Pendistribusian listrik kedaerah Soreang melalui penggunaan tiang-tiang listrik yang dipasang di sepanjang jalan. Sehingga penduduk sekitar menggantungkan pasokan listrik hanya dari PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Gambar 34 : Foto Jaringan Listrik Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
3) Infrastruktur jaringan air bersih dan air kotor
Masyarakat sekitar mengambil pasokan air bersih yang berasal dari tanah dengan cara menggunakan sumur bor, hal ini dikarenakan air tanah yang terkandung didalamnya masih dapat dikatakan bagus. Tidak adanya bangunan pabrik di daerah sekitar mendukung kualitas air tanah tersebuit.
kondisi drainase ini tidak begitu bagus, selain kedalaman parit tersebut yang kurang, ditambah pula dengan kondisi parit yang terganggu akibat pembuangan sampah yang dilakukan secara sembarangan, bahkan apabila musim penghujan tiba, daerah tersebut justru mengalami akibat luapan drainase yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil survey dilapangan, parit-parit ini mengalir dan terakhir bermuara pada sungai yang ada didekat daerah tersebut.
Gambar 35 : Foto Sungai daerah Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
e) Karakter Lingkungan
Daerah yang tidak terlalu padat dengan jumlah penduduk kurang lebih berkisar 200 ribu jiwa, perekonomian rakyat sekitar ditopang oleh perdagangan dan pertanian. Hampir sebagian besar lahan masih merupakan tanah pertanian. Kontur lahan yang berada disekitar lokasi relatif landai dengan kemiringan tanah sekitar 1%. Namun dibeberapa bagian memiliki kontur yang relatif curam hal ini dikarenakan daerah ini merupakan wilayah perbukitan.
f) Pemandangan
merupakan daerah yang memiliki pemandangan yang bagus untuk Bandung Selatan.
Gambar 36 : Foto Infrastruktur dan pemandangan daerah Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
g) Orientasi
Gambar 37 : Peta Lokasi daerah Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
Arah mata angin :
1. Utara : berbatasan dengan rumah penduduk dan stasiun Soreang
2. Selatan : berbatasan dengan rumah penduduk dan jalan pasantren dan pasar serta terminal Soreang
3. Timur : berbatasan dengan rumah penduduk 4. Barat : berbatasan dengan jalan Soreang - Cipatik
h) Lalu Lintas
Gambar 38 : Peta arus lalu lintas
(Sumber : Dok. Pribadi)
Keterangan :
: Arus lalu lintas yang berasal dari perbatasan Kabupaten Bandung menuju Soreang.
: Arus lalu lintas yang berasal dari Ciwidey menuju Bandung : Lalu lintas persimpangan yang menghubungkan jalur
i) Sirkulasi
Gambar 39 : Peta Sirkulasi aktivitas daerah Soreang
(Sumber : Dok. Pribadi)
Keterangan:
: Sirkulasi Manusia
: Sirkulasi kendaraan dari Bandung : Sirkulasi kendaraan dari Ciwidey
4.3 KESIMPULAN
Berdasarkan analisa diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yang dapat menjadi informasi lanjutan dalam proses perancangan museum kereta api Soreang, beberapa kesimpulan tersebut yaitu :
1. Berdasarkan RUTR Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung, lokasi Soreang merupakan lokasi yang menjadi pengembangan potensi dan daya tarik wisata.
drainase dan pelebaran jalan serta peraturan secara aplikatif terkait GSB.
3. Daerah Soreang memiliki sejarah terkait perkeretaapian dan perkembangannya, hal tersebut terbukti dengan adanya data lapangan yang membuktikan bahwa terdapat jalur kereta api yang menghubungkan antara Soreang – Ciwidey khususnya, maupun Ciwidey – Bandung pada umumnya.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 KONSEP DASAR
Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam museum tersebut. Sehingga konsep dasar bangunan yang digunakan adalah konsep bangunan bentang lebar.
Gambar 40 : Struktur bangunan
(Sumber : Dok. Pribadi)
5.2 RENCANA TAPAK
Gambar 41 : Site plan
Berbatasan dengan stasiun kereta api Soreang, terminal dan pasar Soreang yang merupakan pusat aktivitas kota Soreang. Rencana tapak berada di jalan Pasantren sebagai bangunan utama, dan lahan yang berbatasan langsung dengan jalan Soreang – Ciwidey menjadi vocal point dari bangunan utama.
Tata Letak
Gambar 42 : Blok plan
(Sumber : Dok. Pribadi)
Tata letak bangunan dibuat berorientasi pada lapangan parkir museum dan stasiun Soreang. Fasade bangunan masih dapat dilihat dari jalan Soreang-Ciwidey. Hal tersebut karena salah satu potensi akses berada dari jalan Soreang – Ciwidey, tepatnya dari perbatasan Kabupaten dengan Kota Bandung.
Parkir
Terdapat 3 jenis parkir pada bangunan, yaitu : 1. Parkir mobil
2. Parkir motor, dan
3. Parkir Bus ataupun minibus 1. Parkir mobil
Gambar 43 : Desain parkir tegak
(Sumber : Dinas Perparkiran)
Gambar 44 : ukuran mobil
(Sumber : Dinas Perparkiran)
Gambar 45 : zona parkir mobil
(Sumber : Dok. Pribadi)
2. Parkir motor
Berikut ini adalah ukuran motor :
Gambar 46 : Detail ukuran motor
(Sumber : Neufert)
Dalam perancangan museum perletakan parkir motor ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 47 : zona parkir motor
3. Parkir bus dan Minibus
berikut adalah dimensi bus dan jenis bus:
Gambar 48 : Detail ukuran minibus
(Sumber : Neufert)
Dalam perancangan museum kereta api, parkir bus dan minibus ditunjukkan dalam gambar site plan dibawah ini :
Gambar 49 : Parkir bus dan minibus
(Sumber : Dok. Pribadi)
Utilitas
1. Jaringan Listrik
Menggunakan pasokan listrik yang berasal dari PLN kemudian didistribusikan kedalam bangunan, seperti gambar dibawah ini :
Skema 3. Skema jaringan listrik
2. Jaringan utilitas air bersih
Dengan menggunakan sumur bor untuk mengambil pasokan air dari dalam tanah yang kemudian ditampung dalam bak penampungan untuk kemudian didistribusikan menuju bangunan utama.
Adapun jaringan air bersih dapat dilihat pada skema gambar dibawah ini :
3. Jaringan Air Kotor
Jaringan air kotor berasal dari 2 jenis, yaitu : 1. Dapur
2. Kamar mandi
Untuk air limbah dapur, menggunakan parit-parit sebagai penyalur sampai ke pembuangan akhir, termasuk didalamnya adalah limpasan air hujan yang ikut bersama limbah air kotor. Sementara untuk limbah kamar mandi masuk langsung kedalam septictank untuk limbah kamar mandi yang
“berat” dan untuk limbah kamar mandi lainnya mengikuti parit sampai
kedalam pembuangan akhir.
Skema 5 : Skema utilitas air kotor
5.3 BANGUNAN
Gambar 50 : Blok Plan
(Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 51 : Tampak bangunan
(Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 52 : Sketsa perspektif eksterior
Fungsi
Adapun fungsi bangunan pada dasarnya adalah sebagai fungsi exhibition
lokomotif, fungsi ruang ini memiliki luasan yang cukup besar dibandingkan ruang-ruang lainnya.
Gambar 53 : Pemintakatan bangunan
(Sumber : Dok. Pribadi)
Keterangan :
: Fungsi ruang exhibition center : Fungsi Stasiun Wisata
: Fungsi foodcourt
Struktur dan Konstruksi
1. Struktur Pondasi
Struktur pondasi menggunakan pondasi sumuran, pemilihan pondasi sumuran dimaksudkan untuk menopang beban utama dari kolom dan atap. Selain itu pondasi sumuran dianggap lebih cocok untuk menahan gaya lateral dan getaran yang disebabkan oleh lokomotif yang berukuran cukup besar dan berat.
Contoh gambar detail struktur pondasi sumuran :
Gambar 54 : Detail pondasi sumuran
(Sumber : Dok. Pribadi)
2. Struktur Kolom
Struktur kolom menggunakan konstruksi baja, kelebihan menggunakan konstruksi baja adalah kuat dan tahan lama, serta memiliki metoda pengerjaan yang lebih mudah dibandingkan dengan menggunakan beton bertulang,
Gambar 55 : Detail kolom
(Sumber : Dok. Pribadi)
3. Struktur Atap
Struktur atap menggunakan rangka atap space truss, dan penutup atap menggunakan carbon composite panel. Space truss mendukung untuk jenis bangunan menggunakan bentang lebar sampai bentang 100 meter. Struktur ini juga dikenal dengan sebutan struktur baja ringan.
Detail struktur atap :
Gambar 56 : Detail struktur atap
Interior
Interior didominasi dengan ekspose struktur. Fungsi bangunan serta tema yang digunakan menuntut interior menjadi ekspresif dengan ekspose struktur rangka atap dan kolom. Untuk interior stasiun wisata dibuat berbeda, menggunakan permainan warna dan dekorasi yang mencerminkan menggambarkan masa kolonial dengan penggunaan furniture serta lampu-lampu yang dibuat seperti abad ke 19 – 20.
Contoh gambar interior :
Gambar 57 : Sketsa interior stasiun wisata 1
(Sumber : Dok. Pribadi)
Gambar 58 : Sketsa interior stasiun wisata 2
(Sumber : Dok. Pribadi)
Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran
memberikan akses secepat, aman dan semudah mungkin bagi penghuni bangunan untuk segera meninggalkan bangunan apabila terjadi musibah kebakaran.
museum kereta api Soreang ini pada dasarnya memiliki spot-spot yang memang dirancang untuk sesegera mungkin para pengunjung meninggalkan bangunan, seperti di tunjukkan pada gambar denah dan site plan dibawah ini :
Gambar 59 : Titik-titik keluar bangunan
(Sumber : Dok. Pribadi)
Terdapat 6 titik dalam bangunan dimana masing-masing titik dapat dijangkau dengan mudah dari beberapa titik dalam bangunan. Sementara itu jika dilihat pada site plan terdapat jalur-jalur servis yang dapat pula digunakan sebagai muster point (daerah aman).
kebakaran dari arah Bandung melalui jalan Soreang – Ciwidey, hal tersebut dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
Gambar 59 : Titik-titik keluar bangunan
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
Hasil Perancangan Meliputi :
1. Peta Lokasi 2. Rencana Lokasi 3. Site Plan
4. Blok Plan 5. Denah 6. Tampak 7. Potongan 8. Detail Struktur
9. Sketsa Perspektif Eksterior 10.Sketsa Perspektif Interior 11.Utilitas
DAFTAR PUSTAKA
1. Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid 1 ed ; 3. Jakarta : Erlangga
2. Schierle, G G. (2006). Architectural Structure ; University of Southtern : California : Los Angeles
3. Charleson. W Andrew.(2005), Structure as Architecture ; Elsevier and Technology Rights Department in Oxford : United Kingdom
4. Chilton, John . (2000) . Space Grid Structure ; Architectural Press : United Kingdom
5. Russ, H Thomas (2002). Site Planning and Design ; McGraw – Hill : United States