SKRIPSI
Diajukan Oleh :
080501022
A M A L I A
EKONOMI PEMBANGUNAN
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
ABSTRAK
Zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi kemiskinan. dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa manfaat zakat yang didistribusikan cukup baik, tetapi belum optimal. walaupun dari tahun ke tahun dana ZIS meningkat namun realisasinya masih kurang dari potensi zakat yang ada. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan besar potensi dan pengaruh peranan zakat terhadap kemiskinan yang ada di Kota Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Rank Spearman . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Setelah data-data dikumpulkan, penulis menganalisis dan menginterpretasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Medansangat setuju adanya pendistribusian dan pendayagunaan zakatterutama dalam bentuk pinjaman & modal yang bersifat Qadrul Hasan dan di sertai adanya pelatihan dan keterampilan yang diberikan untuk peningkatan kemajuan usaha.
ABSTRACK
Zakat is one of the alternative solutions to reduce poverty. the results of field studies indicate that the benefits of Zakat is distributed fairly good, but not optimal. although the year-over-year increase zakat but its realization is still less than the potential of the existing zakat. This research was conducted aimed to determine the potential level of relationship and influence the role of zakat to the poor in the city of Medan.
The method used in this study is the method of Spearman Rank correlation analysis. Data was collected by interview and questionnaires were distributed to District 5 of 21 district in the city of Medan with a total sample of 100 people.
Once the data is collected, the authors analyze and interpret resulting conclusions. From the research it can be concluded that most people agree the Medan distribution and utilization of zakat, especially in the form of loans and capital are Qadrul Hasan and accompanied the training and skills provided to increase business progress.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan skiripsi yang berjudul
“Potensi dan Peranan Zakat Dalam Mengentaskan Kemiskinan di Kota Medan” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan, walaupun dalam uraian dan pembahasannya masih sederhana. Shalawat serta salam untuk junjunganNabi Besar Muhammad SAW berserta Keluarga, Sahabat serta orang orang yang selalu istiqomah di Jalan–Nya.
Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak baik Moril maupun Materil, penulisan skiripsi ini tidak mungkin dapat di
selesaikan dengan baik. Karena itu sudah sepatutnyalah penulis sampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak. Ucapan terima Kasih, pertama tama disampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, keluarga, serta saudara penulis tercinta yang telah banyak memberikan semangat, bimbingan dan dorongan baik moril
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Departamen Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara
5. Bapak Kasyfull Mahalli, SE, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan skiripsi ini, memberikan saran,
masukan dan petunjuk yang berarti bagi penulis.
6. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah
memberikan kritik, saran dan masukan dan masukan bagi penulis dalam
penyusunan skiripsi ini.
7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si Selaku dosen wali yang telah memeberikan
saran dan masukan selama perkuliahan.
8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi USU khususnya Departemen Ekonomi
Pembangunan, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama perkuliahan.
9. Seluruh Staf Pegawai Administrasi Ekonomi Pembangunan dan Tata Usaha
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
10.Seluruh sahabat-sahabat penulis khususnya jurusan Ekonomi Pembangunan
stambuk 2008 yang telah banyak memberikan motivasi, doa, dan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skiripsi ini masih jauh dari
di sini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga budi baik dan bantuannya di balas
oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan pahala. Amin Ya Rabbal Alamin…..!
Medan, November 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi zakat ... 8
2.1.1. Zakat Dalam Al-Qur’an dan Sunnah ... 8
2.1.2. Zakat Dalam Perspektif Sosial dan Ekonomi ... 15
2.2. Potensi zakat ... 18
2.3. Lembaga Zakat ... 20
2.4. Perkembangan Zakat Di Indonesia ... 21
2.5. Peranan dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan ... 23
2.6. Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan ... 26
2.7. Kemiskinan di Kota Medan ... 28
2.8. Penelitian Terdahulu ... 28
2.9. Kerangka Konseptual ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 32
3.8.1. Uji Validitas dan Realibilitas ... 39
3.8.2. Rank Spearman Test ... 41
4.1.2 Kependudukan ... 44
4.1.3 Agama ... 44
4.2. Analisis Data ... 45
4.2.1 Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Sumut ... 45
4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal ... 46
4.4. Pendayagunaan Zakat ... 47
4.5. Pelatihan dan Keterampilan ... 48
4.6. Karakteristik Responden ... 48
4.6.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48
4.6.2 Karakteristik responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49
4.6.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 50
4.7. Hasil Pengolahan Data ... 50
4.7.1 Uji Validitas dan Realibilitas ... 50
4.7.2 Hasil Metode Analisis Data ... 51
4.7.2.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 51
4.7.3 Pengolahan Data ... 62
4.7.3.1 Hubungan Antara Pengaruh Potensi Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 62
4.7.3.2 Hubungan Antara Pengaruh Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 64
4.7.3.3 Hubungan Antara Pinjaman dan Modal Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 65
4.7.3.4 Hubungan Antara Pendayagunaan Zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 68
5.2. Saran ... 68
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 4.1. Alur Penyalur Zakat Program Bantuan Pinjaman Dan
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel2.1. Produk Domestik Regional Bruto dan Potensi Zakat KotaMedan
Atas Dasar Harga Berlaku 2004-2005 (Milyar Rupiah) ... 19
Tabel3.1. Populasi Penelitian ... 34
Tabel3.2. Sampel Penelitian ... 35
Tabel4.1. Nama Keacamatan Se-Kota Medan dan Luasnya Serta JumlahKelurahan ... 43
Tabel4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49
Tabel4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal Badan Amil Zakat Sumut ... 49
Tabel4.4. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel4.5. Deskriftif Gambaran Umum Zakat Dalam PengentasanKemiskinan (Y) ... 52
Tabel4.6. Deskriftif Variabel Potensi Zakat(X1) ... 54
Tabel4.7. Deskriftif Variabel Pengaruh Zakat (X2) ... 56
Tabel4.8. Deskriftif Variabel Pengaruh BantuanPinjaman dan Modal (X3) 58 Tabel4.9. Deskriftif Variabel Pengaruh BantuanPendayagunaan Zakat(X4) 60 Tabel 4.10 Hubungan Antara Potensi Zakat Dalam Pengentasan kemiskinan63 Tabel 4.11 Hubungan Antara Pengaruh zakat Dengan Pengentasan Kemiskinan ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Judul Halaman
ABSTRAK
Zakat merupakan salah satu solusi alternatif dalam mengurangi kemiskinan. dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa manfaat zakat yang didistribusikan cukup baik, tetapi belum optimal. walaupun dari tahun ke tahun dana ZIS meningkat namun realisasinya masih kurang dari potensi zakat yang ada. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan besar potensi dan pengaruh peranan zakat terhadap kemiskinan yang ada di Kota Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis korelasi Rank Spearman . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan kuisioner yang disebarkan pada 5 Kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Setelah data-data dikumpulkan, penulis menganalisis dan menginterpretasikannya sehingga menghasilkan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Medansangat setuju adanya pendistribusian dan pendayagunaan zakatterutama dalam bentuk pinjaman & modal yang bersifat Qadrul Hasan dan di sertai adanya pelatihan dan keterampilan yang diberikan untuk peningkatan kemajuan usaha.
ABSTRACK
Zakat is one of the alternative solutions to reduce poverty. the results of field studies indicate that the benefits of Zakat is distributed fairly good, but not optimal. although the year-over-year increase zakat but its realization is still less than the potential of the existing zakat. This research was conducted aimed to determine the potential level of relationship and influence the role of zakat to the poor in the city of Medan.
The method used in this study is the method of Spearman Rank correlation analysis. Data was collected by interview and questionnaires were distributed to District 5 of 21 district in the city of Medan with a total sample of 100 people.
Once the data is collected, the authors analyze and interpret resulting conclusions. From the research it can be concluded that most people agree the Medan distribution and utilization of zakat, especially in the form of loans and capital are Qadrul Hasan and accompanied the training and skills provided to increase business progress.
1.1.Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, dan hal ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan. Islam memandang bahwa masalah
kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer itu (yang
menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan, dan papan.
Rasulullah saw. bersabda:
“Ingatlah, bahwa hak mereka atas kalian adalah agar kalian berbuat baik kepada
mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan” (HR Ibnu Majah).
Dari ayat dan hadis di atas dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang, pangan, dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang berkait erat dengan kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila
kebutuhan pokok (primer) ini tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada kehancuran atau kemunduran (eksistensi) umat manusia. Karena itu, Islam
menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang biasa dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt. “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan” (QS al- Baqarah 2:268).
garis besar dapat dikatakan ada tiga sebab utama kemiskinan. Pertama,
kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alami seseorang; misalnya cacat mental atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu bekerja, dan lain-lain. Kedua, kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang
disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM akibat kultur masyarakat tertentu; misalnya rasa malas, tidak produktif, bergantung pada harta warisan, dan lain-lain.
Ketiga, kemiskinan stuktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh kesalahan sistem yang digunakan negara dalam mengatur urusan rakyat. Dari tiga sebab utama tersebut, yang paling besar pengaruhnya adalah kemiskinan stuktural.
Sebab, dampak kemiskinan yang ditimbulkan bisa sangat luas dalam masyarakat. Islam mempunyai perhatian yang tinggi utuk melepaskan orang miskin
dan kaum dhuafa dari kemiskinan dan kelatarbelakangan. Islam sangat konsisten dalam mengentas kemiskinan, Islam sungguh memiliki konsep yang sangat matang untuk membangun keteraturan sosial berbasis saling menolong dan
gotong royong. Yang kaya harus menyisihkan sebagian kecil hartanya untuk yang miskin dan golongan lainnya. Pemberian tersebut dapat berupa zakat, infaq dan
sedekah.
Mengeluarkan zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu dan telah memenuhi syarat dengan ketentuan syari’at Islam. Bahkan salah
satu rukun Islam yang lima. Tidak dapat di pungkiri bahwa zakat sangat berpotensi sebagai sarana yang efektif memberdayakan ekonomi umat. Allah
membeda-bedakan. Tetapi kelompok yang diberikan rezeki yang lebih memiliki tanggung
jawab untuk membantu kelompok lain yang kekurangan secara Islam melalui zakat, infaq, dan sedekah. Allah SWT dengan tegas menetapkan adanya hak dan kewajiban antar 2 kelompok di atas (kaya dan miskin) dalam pemerataan
distribusi harta kekayaan, yaitu dengan mekanisme zakat, sehingga keseimbangan kehidupan sosial manusia itu sendiri akan tercapai serta akan menghapus rasa iri
dan dengki yang mungkin timbul dari kelompok yang kurang mampu. Selain itu di dalam harta orang-orang kaya sesungguhnya terdapat hak orang-orang miskin. Zakat bukanlah masalah pribadi yang pelaksanaannya diserahkan hanya atas
kesadaran pribadi, zakat merupakan hak dan kewajiban.
Secara yuridis formal keberadaan zakat diatur dalam UU Nomor 38/1999
tentang Pengelolaan Zakat yang bertujuan untuk membantu golongan fakir dan miskin, untuk mendorong terlaksananya undang-undang ini pemerintah telah memfasilitasi melalui Baznas dan Bazda yang bertugas untuk mengelola zakat,
infaq, dan sedekah. Melihat dari sebagian besar penduduk Indonesia yang mayoritas menganut agama islam maka sesungguhnya zakat merupakan sektor
ekonomi yang memiliki potensi untuk dikembangkan.
Meski demikian, upaya untuk menggali potensi dan optimalisasi peran zakat di Indonesia belum sepenuhnya tergarap dengan maksimal karena peran
zakat belum terlaksana secara efektif dan efisien. Banyak faktor yang menyebabkan manfaat dari zakat ini belum terasa maksimal, diantaranya adalah
kewajiban membayar zakat, kurangnya pengawasan dari lembaga-lembaga
pengelola zakat dalam pendistribusian zakat sehingga mungkin pihak-pihak yang semestinya mendapatkan zakat tidak mendapatkan haknya, zakat itu diberikan kepada delapan golongan jangan hanya diberikan kepada golongan fakir dan
miskin saja, zakat yang diberikan kepada para mustahik sebagian besar digunakan untuk konsumsi sesaat sehingga tidak terjadi kegiatan ekonomi yang bisa
mengembangkan harta si mustahik, dan seharusnya zakat yang diberikan oleh muzakki kepada mustahik jangan hanya dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk modal usaha dan beasiswa pendidikan.
Membangun sebuah sistem pengentasan kemiskinan berbasis zakat tentu tidaklah mudah, perlu adanya kerja sama dengan berbagai pihak untuk
memaksimumkan peran zakat dalam mengentaskan kemiskinan. Tugas ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga-lembaga yang mengelola zakat, tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang muslim untuk
mensejahterakan muslim lain yang kekurangan.
Pembangunan sistem pengelolaan zakat yang melibatkan struktur
kemasyarakatan yang paling dekat dengan masyarakat itu sendiri harus tetap dikerjakan dan dikembangkan walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Menggali dan mengembangkan potensi zakat memang membutuhkan waktu yang
panjang tetapi masyarakat harus optimis bahwa sistem zakat ini mampu memberikan solusi bagi masalah kemiskinan yang sudah berlarut-larut. Potensi
mengentaskan kemiskinan menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan
dari masyarakat luas (Firmansyah, 2009).
Potensi dan peran zakat yang ada diharapkanmenjadi sarana untuk mengentaskan kemiskinan dan mendapatkan perhatian besar, penuntasan
penanggulangan kemiskinan harus segera dilakukan dan zakat di harapkan memiliki sumbangsi kepada kaum miskin khususnya yang membutuhkan
perhatian dari semua pihak. Seperti usaha yang di lakukan dalam pengembangan potensi zakat melalui upaya Pinjaman Modal Usaha, Pembibitan Ikan, Pembibitan Pertanian, Peternakan, dan Pendayagunaan zakat fakir miskin untuk
Pemberdayaan Keluarga Muslim dan pelatihan serta keterampilan agar nantinya masyarakat miskin memiliki bekal berupa pengalaman yang dapat digunakan
untuk merubah hidupnya menjadi lebih baik.
Dilatar belakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis berbagai variabel yang menentukan besarnya potensi dan pengaruh zakat terhadap
terhadap pengentasan kemiskinan di kota Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat di ambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang
di lakukan, yaitu :
1. Seberapa besar potensi zakat yang ada di Kota Medan?
1.3. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara ataupun kesimpulan sementara yang di ambil untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Berdasarkan permasalahan di atas maka sebagai jawaban sementara penulis
membuat hipotesa sebagai berikut:
1. Potensi zakat berpengaruh positif terhadap pengentasankemiskinan umat
muslim di Kota Medan.
2. Perananzakat berpengaruh positif terhadap pengentasan kemiskinan umat muslim di Kota Medan.
1.4.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari penulisan ini adalah :
1. Menjelaskan besarnya potensi zakat terhadap jumlah masyarakatmuslimmiskin di Kota Medan.
2. Menjelaskan pengaruhperanan zakat yang terkumpul terhadap jumlah penduduk muslim miskin di Kota Medan.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Sebagai penambah wawasan bagi penulis dan pembaca lainnya tentang potensi dan pengaruh zakat terhadap pengentasan kemiskinan.
3. Dapat menjadi sebagai bahan informasi bagi peneliti lainnya yang
2.1.Defenisi Zakat
2.1.1. Zakat Dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Ditinjau dari segi bahasa, menurut lisan, kata Zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang semua arti
ini di gunakan dalam menerjemahkan al-Qur’an dan Hadist. Sedangkan dari istilah fiqih, zakat berartti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, di samping berarti
mengeluarkan zakat tertentu itu sendiri” (Qardhawi, 1999:34). Menurut terminologi syari’at, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu pula yang di wajibkan oleh Allah untuk di keluarkan dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Muhammad M, 2002).
Hubungan antara makna bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu
bahwa setiap harta yang telah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dalam penggunaannya, selain untuk
kekayaan, tumbuh dan suci disifatkan untuk jiwa orang yang menunaikan zakat. Maksudnya zakat itu akan menyucikan orang yang telah mengeluarkannya dan menumbuhkan pahalanya (QS. at-Taubah :103 dan ar-Rum :39).
Oleh karena itu, jika pengertian zakat dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang di zakati akan tumbuh berkembang, bertambah
harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada
orang-orang tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula(Ali 1988:39).
Sebagaimana diketahui,zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk
juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.
Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).
Perumusan tersebut senada dengan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yaitu
:”Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya”
Sebagaimana diketahui, zakat terdiri dari zakat maal atau zakat harta dan zakat fitrah. Zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (termasuk
juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu. Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap
muslim pada malam dan hari raya ‘Idul Fitri’ yang mempunyai kelebihan dari kebutuhan keluarga yang wajar (Ali:1988).
tertentu bagi orang-orang yang membutuhkan” (Harun 1999:58). Dengan
demikian infaq terlepas dari ketentuan ataupun besarnya ukuran, tetapi tergantung kerelaan masing masing. Sehingga kewajiban memberikan infaq tidak hanya bergantung pada mereka yang kaya saja, tetapi ditunjukkan kepada siapapun yang
mempunyai kelebihan dari kebutuhannya sehari hari.
Dari uraian di atas tentang perbedaan antara konsep zakat, infaq dan
shadaqah ditinjau dari segi hukum dan ketentuannya, jelas bahwa zakat hanya di wajibkan bagi orang kaya yang sudah memiliki tingkat kekayaan tertentu. Sedangkan infaq dan shadaqah biasa dilakukan siapa saja tergantung keikhlasan
dan tingkat keimanan seseorang.
Secara garis besar Al-Qur’an berisikan tentang keimanan, akhlakh, janji,
ancaman buruk, kisah sejarah, syari’at (hukum), ilmu pengetahuan dan tekhnologi, dan lain-lain. Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan bahwa setelah
shalat, zakat merupakan rukun Islam terpenting. Zakat dalam shalat dan Al-Hadist dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran islam. Pelaksanaan shalat
melambangkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sedangkan zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antar sesama manusia. Oleh karena itu zakat dan shalat merupakan pilar-pilar berdirinya bangunan islam. Jika keduanya
hancur islam sulit untuk bisa tetap bertahan.
Dalam Al-Qur’an dan hadist diterangkan dengan jelas tentang perintah
berlimpah di dunia dan di akhirat kelak. Sebaliknya bagi mereka yang menolak
membayar zakat akan diancam dengan hukuman keras sebagai akibat kelalaiannya.
Selain disebutkan di dalam ayat-ayat Al-Qur’an, zakat juga banyak di
contohkan oleh Sunnah Rasulullah SAW yang di ungkapkan dalam kitab-kitab Hadist. Karena sunnah adalah sumber utama kedua dalam Islam menguatkan
Al-Qur’an dengan cara membahas semua sisi kewajiban Islam yang pokok ini, yaitu zakat, serta aturan-aturannya.
Sejumlah terjemahan hadist di bawah ini membuktikan uraian di atas
a. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar diterangkan, bahwa :
Islam didirikan diatas lima dasar : mengikrarkan bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan berhaji bagi siapa saja yang mampu (Hadist Muttafaq’alaih)
b. Hadist yang di riwayatkan oleh Thabrani :
Allah mewajibkan zakat pada harta orang kaya dari kaum muslimin
sejumlah yang dapat melapangi orang-orang miskin di antara mereka. Fakir miskin itu tidaklah akan menderita mengahadapi kelaparan dan kesulitan sandang, kecuali karena perbuatan golongan yang kaya. Ingatlah
c. Hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
Barang siapa yang diberi Allah harta tetapi tidak mengeluarkan zakatnya maka harta itu akan dirupakan pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan yang amat berbisa, dengan kedua matanya yang dilindungi warna hitam
kelam, lalu dikalungkan ke lehernya. Maka ular itu akan memegang rahangnya dan mengatakan kepadanya “Saya ini adalah simpananmu,
harta kekayaanmu!”. Kemudian Rasulullah membaca ayat yang artinya “Janganlah orang-orang yang kikir mengenai karunia yang di berikan Allah kepada mereka menyangka bahwa ... dan seterusnya”.
Dalil yang dikemukakan di atas adalah pokok-pokok hadist yang menjelaskan tentang pentingnya zakat serta hikmahnya dalam Islam, memperkuat
nashAl-Qur’an tentang orang yang tidak mau mengeluarkan zakat akan mendapatkan siksaan yang pedih. Perlu adanya campur tangan penguasa untuk memungut dan membayar zakat agar harta zakat bisa dikelola secara benar.
Perintah wajib zakat turun di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua hijrah Nabi Muhammad SAW. Kewajibannya terjadi setelah kewajiban puasa
Ramadhan dan zakat fitrah. Zakat mulai diwajibkan di Madinah karena masyarakat Islam sudah terbentuk, dan kewajiban ini dimaksudkan untuk membina masyarakat Muslim. Adapun ketika umat Islam masih berada di Mekkah
Allah SWT menegaskan di dalam Al-Qur’an tentang pembelanjaan harta yang belum dinamakan zakat, tetapi kewajibaninfaq yaitu bagi mereka yang
dipastikan, tergantung pada kerelaan masing-masing, yang tentunya kerelaan itu
berkaitan erat dengan kualitas iman yang bersangkutan.
Pensyari’atan zakat dalam Islam menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka yang
lemah. Sehingga mendekatkan hubungan kasih sayang antara sesama manusia. Salah satu tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan
ekonomi dalam masyarakat hingga pada batas yang seminimal mungkin. Tujuannya adalah menjadikan perbedaan ekonomi di antara masyarakat secara adil dan seksama, sehingga yang kaya tidak semakin kaya (dengan
mengeksploitasi anggota masyarakat yang miskin) dan yang miskin tidak semakin miskin.
Adapaun tujuan dan hikmah zakat adalah sebagai berikut :
a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan;
b. Membantu pemecahan persoalan yang dihadapi oleh gharimin, ibnu sabil dan mustahiq lainnya;
c. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat islam dan manusia pada umumnya;
d. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik harta kekayaan;
e. Membersihkan sifat dengki, iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin;
g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama
pada mereka yang memiliki harta;
h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya;dan
i. Sebagai sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.
Selain itu zakat juga mengandung hikmah (makna yang dalam, manfaat) yang bersifat rohaniah dan filosofis. Hikmah tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist, di antara hikmah-hikmah itu adalah (Ali, 1988) :
a. Mensyukuri karunia Illahi, menumbuh suburkan harta dan pahala serta memebersihkan diri dari sifat kikir, dengki, iri serta dosa;
b. Melindungi masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan;
c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antar sesama manusia; d. Mengurangi kefakir-miskinan yang merupakan masalah sosial;
e. Menerima dan mengembangkan stabilitas sosial; f. Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
Dari uraian tujuan dan hikmah di atas memberikan makna bahwa zakat merupakan suatu konsep ajaran Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, dan kekayaan adalah amanah Allah SWT dan berfungsi sosial. Penunaian
2.1.2. Zakat Dalam Perspektip Sosial dan Ekonomi
Zakat menurut Al-Qur’an tidak boleh di berikan kepada sembarang orang. Surat at-Taubah ayat 60 telah merinci delapan golongan yang berhak menerima zakat. Sungguhpun demikian menurut kesepakatan para ulama yang menjadi
sasaran penerima utama zakat adalah fakir miskin. Hal ini menandakan bahwa pengentasan kemiskinan di bidang ekonomi lebih diprioritaskan.
Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan suatu tindakan pemindahan harta kekayaan dari golongan yang kaya kepada golongan miskin. Transfer kekayaan berarti juga transfer sumber-sumber ekonomi. Rahardjo (1987) menyatakan
bahwa dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat bisa berkembang menjadi konsep kemasyarakatan (muamalah), yaitu konsep tentang bagaimana
cara manusia melakukan kehidupan bermasyarakat termasuk di dalamnya bentuk ekonomi. Oleh karena itu ada dua konsep ada dua konsep yang selalu di kemukakan dalam pembahasan mengenai sosial ekonomi Islam yang saling
berkaitan yaitu pelarangan riba dan perintah membayar zakat (Q. S al-Baqarah/2:276)
Zakat ditinjau dari pendekatan etnis dan pemikiran rasional ekonomis adalah sebagai kebijaksanaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan dapat tercapai secara
maksimal. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan pendistribusian kekayaan yang adil.
sosial yang mengurusi fakir miskin. Namun hendaknya kita mencari orang-orang
yang benar membutuhkan. Untuk menghindari pemberian zakat kepada orang yang salah, maka pembayar zakat hendaknya memastikan dulu.
Dalam kita hukum fiqh Islam, harta kekayaan yang wajibdizakati
digolongkan dalam kategori :
a. Emas, perak dan uang (simpanan)
b. Barang yang di perdagangkan c. Hasil peternakan
d. Hasil Bumi
e. Hasil tambang dan barang temuan
Adapun di Indonesia ukuran dan kadar tentang zakat di atur berdasarkan
Instruksi Mentri Agama Nomor 5 Tahun 1991. Zakat Emas, Perak dan Uang
Ketiga jenis harta, yaitu, emas, perak dan uang zakatnya dikeluarkan
setelah dimiliki secara pasti selama satu tahun. Besar nishab dan jumlah yang dikeluarkan berbeda-beda. Nishab pertama emas adalah 20 dinar, lebih kurang
sama dengan 94 gram emas murni. Nishab kedua yaitu perak adalah 200 dirham, kurang lebih sama dengan 672 gram. Nishab ketiga yaitu uang, baik uang giral maupun uang kartal adalah senilai 94 gram emas. Masing-masing di keluarkan
zakatnya 2,5%.
Barang yang Diperdagangkan
jumlah uang dan semua barang yang ada dihitung harganya. Untuk masa
sekarang, zakat perdagangan ini diperluas pada perusahaan atau badan usaha lainnya.
Hasil Peternakan
Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang telah dipelihara selama satu tahun di tempat penggembalaan dan tidak tidak
dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan sebagainya, dan sampai nishabnya. Kadar zakatnya berbeda-beda. Ternak yang dizakati di Indonesia adalah kambing atau biri-biri, sapi, dan kerbau. Masing-masing ternak memiliki
nishab sebagai berikut :
a. Nishab kambing atau biri-biri adalah 40 ekor. Setiap 40-120 ekor zakatnya
1 ekor kambing, 121-200 ekor zakatnya 2 ekor, 201-300 ekor zakatnya 3 ekor.
b. Nishab sapi adalah 30 ekor, 30-39 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur satu
tahun lebih. 40-59 ekor zakatnya 1 ekor sapi berumur 2 tahun lebih. 60-69 ekor zakatnya 2 ekor sapi berumur 1 tahun lebih, 70-79 ekor zakatnya 2
ekor sapi berumur satu tahun dan 2 tahun lebih. c. Nishab kerbau sama dengan sapi.
Hasil Bumi
Pengeluaran zakatnya tidak harus menunggu satu tahun dimiliki, tetapi harus dilakukan setiap kali panen atau menuai. Nishabnya kurang lebih sebesar
usaha yang menanam. Hasil bumi yang dizakati hanyalah yang menjadi makanan
pokok dan tahan lama.
Hasil Tambang dan Barang Temuan (Ma’din dan Rikaz)
Dalam kitab hukum (fiqih) Islam, barang tambang dan barang temuan
yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak saja. Nishab barang tambang adalah sama dengan nishab emas (94 gram), dan perak (672 gram), kadarnya pun sama
yaitu 2,5 %. Untuk barang tambang zakatnya dikeluarkan setiap kali barang tambang itu selesai diolah.
2.2Potensi Zakat
Potensi zakat adalah kemampuan zakat dalam upaya pemanfaatan zakat
untuk digunakan dan dimanfaatkan secara optimal. Potensi zakat apabila digunakan dengan pemanfaatan dan mekanisme yang tepat tentu dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan dikalangan umat muslim. Potensi zakat
dimasing-masing daerah akan berbeda sesuai dengan struktur dan tingkat kemajuan suatu daerah tersebut. Semakin maju suatu daerah maka akan semakin
besar potensi zakat yang dapat digali. Untuk mengetahuibesar potensi zakat digunakan metode perkiraan potensi zakat yang digunakanberdasarkan asumsi dimana kadar zakat minimal 2,5% dari masing-masing sektor ekonomi daerah
(PDRB) seperti berikut :
1. Kadar zakat pertanian adalah 2,5% dari nilai PDRB sektor pertanian
3. Kadar zakat sektor lainnya adalah masing-masing 2,5%
Berdasarkan asumsi di atashasil perkiraan potensi zakat tertinggi yang pernah dicapai Kota Medan pada tahun 2005 mencapai sebesar 281,79 dan pada tahun-tahun lain relatif turun karena adanya perubahan nilai PDRB. Dari tabel
terlihat bahwa sektor ekonomi yaitu sektor perdagangan, tranportasi dan telekomunikasi yang memiliki potensi zakat terbesar di daerah ini.
Tabel. 2.1
Produk Domestik Regional Bruto dan Potensi Zakat Kota Medan atas dasar Harga Berlaku 2004-2006 (Milyar Rupiah)
Jenis Lapangan Usaha Tahun
2004 2005 2006
Sektor / Lapangan Usaha PDRB
Potensi
3.Industri Pengolahan 5.602,44 140,06 7.094,92 117,37 7960,00 199,00
4.Listrik,Gas dan Air Bersih 899,98 22,49 917,53 22,93 1.093,03 27,32
5.Konstruksi 2.908,82 72,72 3.502,80 87,57 4.795,79 119,89
6.Perdagangan,Hotel dan Restaurant 8.945,38 223,63 11.271,82 281,79 12.679,93 316,99
7.Transportasi dan Telekomunikasi 5.689,87 142,24 7.979,78 119,49 9.024,10 225,60
8.Keuangan dan Jasa Perusahaan 4.564,51 114,11 6.036,88 150,92 6.673,03 166,82
9. Jasa-Jasa 3.399,95 84,98 4.652,21 116,30 5.245,42 131,13
PDRB 33.025,38 825,58 42.765,46 929,10 48.922,28 1.223,02
2.3. Lembaga Zakat
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga yang diajarkan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian menurut sejarah zakat telah berkembang seiring dengan laju perkembangan Islam itu sendiri. Gambaran tersebut meliputi
sejarahnya pada masa awal Islam dan perkembangan pemikiran zakat pada tatanan hukum Islam masyarakat Indonesia dalam kerangka modern.
Pada masa awal Islam, yakni masa Rasulullah SAW dan para sahabat, prinsip-prinsip Islam telah dilaksanakan secara demonstratif, terutama dalam hal zakat yang merupakan rukun Islam ketiga syahadat dan shalat. Secara nyata zakat
telah menghasilkan perubahan ekonomi yang menyeluruh dalam masyarakat Muslim. Hal itu sebagai akibat pembangunan kembali masyarakat yang
didasarkan kepada perintah Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Pada saat itu Rasulullah mendidik dan menanamkan dalam hati dan fikirannya untuk taat kepada Allah dan Rasulnya. Rasulullah juga mendidik
mereka agar terbebas dari dominasi dan perbudakan oleh milik pribadi. Keberhasilan Rasulullah SAW dalam mendidik masyarakat muslim tak lepas dari
suri tauladan beliau yang hidup berdasarkan prinsip-prinsip yang dibawanya dan berakhlakh luhur dalam menjalankan aturan-aturannya, baik ketika sendiri maupun di depan umum.
Pengumpulan zakat ketika masa Rasulullah SAW dilakukan dengan cara mengumpulkan zakat perorangan dan membentuk panitia pengumpulanzakat.
hadistnya agar para pengelola zakat bekerja dengan baik dan tidak serakah hanya
mengutamakan kepentingan diri dengan melupakan kepentingan fakir miskin. Pesan terakhir yang disampaikan beliau untuik umatnya adalah agar menjaga shalat dan zakat serta berbuat baik kepada budak belian.
Dalam sejarah peradaban Islam, bahwa keberhasilan pemerintahan Islam yang mencapai puncaknya sewaktu dipimpin oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Khalifah keturunan bani Umayah ini menghapus sisa gagasan yang salah, yaitu prioritas kekayaan di tangan bani Umayyah. Lalu dalam masa singkat pemerintahannya kembali kepada situasi normal dan meraih kembali semua
kejayaan. Kejayaan dan tanah yang diambil keturunan Umayyah secara tidak sah dikembalikan ke Baitul Maal
2.4. Perkembangan Zakat di Indonesia
Sejak Islam datang ke tanah air, zakat telah menjadi salah satu sumber
dana untuk kepentingan pengembangan agama Islam. Dalam perjuangan bangsa Indonesia ketika menentang penjajahan Barat dahulu, zakat terutama bagian sabilillah-nya merupakan sumber dana perjuangan. Setelah mengetahui hal ini,
pemerintah Hindia Belanda berusaha untuk melemahkan (dana) kekuatan rakyat yang bersumber dari zakat itu, yakni melarang semua pegawai pemerintah dan
priyai prbumi ikut serta membantu pelaksanaan zakat, sehingga pelaksanaan zakat mengalami hambatan.
ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya pasal-pasal dalam
UUD 1945 yang berhubungan dengan kebebasan menjalankansyari’at agama (pasal 29) dan pasal 34 UUD 1945 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anaka-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sejalan dengan berdirinya negara Republik Indonesia, banyak sekali dukungan yang menginginkan zakat dimasukkan sebagai salah satu komponen
sistem perekonomian keuangan Indonesia, baik itu dari pemerintah maupun dari kalangan anggota parlemen. Mereka menginginkan agarmasalah zakat diatur dengan peraturan perundang-undangan dan diurus langsung oleh pemerintah dan
negara.
Dalam penyusunan ekonomi Indonesia, di samping komponen yang telah
ada dalam sistem adat kita yaitu gotong royong dan tolong menolong, pengertian zakat seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an besar manfaatnya kalau dipahami dengan seksama. Mengenai pelaksanaannya, diperlukan perubahan sehingga
memenuhi keperluan masa kini dan keadaan di Indonesia.
Perhatian pemerintah terhadap lembaga zakat ini, secara kualitatif, mulai
meningkat pada tahun 1968. Pada tahun itu pemeritah mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 tentang pembentukan Badan Amil Zakat No. 5/1968 tentang pembentukan Baitul Maal (Balai Harta Kekayaan) di Tingkat Pusat,
Provinsi, dan Kabupaten/Kotamadya. Setahun sebelumnya yakni pada tahun 1967 pemerintah telah menyiapkan RUU Zakat yang akan dimajukan kepada DPR
(karena erat hubungannya dengan pelaksanaan pasal 34 UUD 1945) dan Menteri
Keuangan.
2.5. Peran dan Pengelolaan Zakat Terhadap Kemiskinan
Zakat dianggap mampu dalam pengentasan kemiskinan, karena zakat merupakan sarana yang dilegalkan agama dalam pembentukan modal.
Pembentukan modal semata-mata tidak hanya berasal dari pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam saja, tetapi melalui upaya penyisihan sebagian harta bagi yang mampu, yang wajib di bayarkan kepada pengelola zakat. Zakat di
anggap akan mampu memaksimalkan kualitas SDM melalui pengadaan sarana dan prasarana bagi masyarakat, meningkatkan produktifitas, serta meningkatkan
pendapatan masyarakat secara umum. Agar zakat dapat berfungsi secara optimal, maka zakat harus di kelola dan di atur pada kebijakan yang tepat, agar hasilnya tepat pada sasaran yaitu untuk mensejahterakan masyarakat umumnya kaum
muslim, dan mampu mengurangi kemiskinan.
Kebijakan pengelolaan zakatyang di teliti oleh penulis adalah Pengelolaan
yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat DaerahSumatera Utara (BAZDASU), hal ini disebabkan karena pemusatan pengumpulan zakat dan pemberdayaan zakat banyak dilakukan oleh BAZDASU. BAZDASU adalah lembaga yang dibentuk
oleh pemerintah tentang pengelolaan zakat. Sebagai lembaga pengelola zakat, eksistensinya begitu penting, tidak saja mempunyai tugas pokok mengumpulkan,
berperan dalam mensejahterakan dan mengentaskan perekonomian umat Islam
Sumatera Utara.
BAZDASU dari tahun ke tahun senantiasa menggulirkan program kerja yang terarah dan terpadu dalam visi menjadi lembaga pengelola zakat yang
amanah, professional dan transparan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi umat dalam rangka membangun kepercayaan kepada masyarakat
sehingga masyarakat Islam menyadari betapa pentingnya membayar ke BAZDASU.
Penyaluran zakat oleh BAZDASU dilkukan secara konsumtif (penyaluran
tahunan) pada problema kehidupan sosial yang terkait dengan kemiskinan, BAZDASU menyelesaikannya dengan mengutamakan tiga kategori, yaitu :
1. Miskin Harta, yakni fakir miskin, anak yatim miskin, muslim lanjut usia, orang sakit, ibn sabil dan gharim.
2. Miskin ilmu pengetahuan, BAZDASU memberikan beasiswa bagi tingkat
Aliyah, Mahasiswa tingkat BA, MA dan Ph. D.
3. Miskin aqidah, BAZDASU memberikan bantuan pembangunan sarana
ibadah seperti masjid, langgar dan musholla. Membantu da’i pedesaan untuk membina desa-desa dengan tugas pokok melaksanakan kewajiban sholat jum’at dan menjaga fardu khifayah, dan memberikan pengajian.
Da’I juga bertugas mebantu kegiatan keagamaan para pemuda dan remaja Islam seperti organisasi masyarakat Islam, pesantren kilat dan sebagainya.
1. Fakir miskin, seperti : Bantuan orang jompo, bantuan anak yatim miskin,
bantuan untuk orang sakit/cacat kurang mampu, bencana alam dan lainnya. 2. Shabilillah, sperti gaji (honor), da’i, bantuan untuk masjid/langgar dan mushalla Kab/Kota se-Sumatera Utara. Bantuan untuk pembinaan Tahfizul
Qur’an/Qori, Qoriah, Kaligrafi al-Qur’an, TPA-TKA dan lainnya. 3. Ibnu Sabil, gharim dan muallaf.
4. Bantuan beasiswa, seperti Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Aliyah, Mahasiswa (BA), Pascasarjana (MA dan Ph. D).
5. Bantuan pula disalurkan kepada kegiatan-kegiatan keagamaan. Bantuan
biaya pula bagi pembinaan dan evaluasi BAZDASU, bantuan kegiatan bulan Ramadhan, bantuan penyuluhan dan pengembangan, seperti
lokakarya produktif potensi penerbitan risalah dan info BAZDASU. Bantuan juga bagi pembentuk transport motivator, informasi, publikasi, dokumentasi dan komunikasi BAZDASU, kesejahteraan/ intensif
pengurus dan pegawai dan lainnya. Zakat produktif disalurkan sebagai berikut :
1. Pinjaman modal usaha pedagang kecil dan pegawai yang kurang mampu. 2. Penambahan dana abadi BAZDASU di berbagai Bank Syariah.
3. Biaya klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDASU.
4. Penambahan saham BAZDA Sumut pada Bank Syariah (BPRS).
Kebijakan penggunaan anggaran dan pembiayaan bagi sasaran tersebut, di
membuat laporan tahunan kepada pemerintah di Sumatera Utara, DRPD Sumatera
Utara dan kepada muzakki.
2.6.Pengaruh Zakat Terhadap Kemiskinan
Jika dilihat Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah umat muslimterbesar di dunia harus memiliki peran aktif dalam perwujudan
kesejahteraan masyarakat dengan pengoptimalan potensi zakat. Potensi ini tentu sajadi anggap jelas mampu mewujudkan pengentasan kemiskinan, tetapi melalui pengelolaan dan mekanisme yang tepat danmempunyai hasil baik. Potensi Zakat
yang bisa dikembangkan untuk mengentaskan kemiskinan adalah zakat yang memiliki sifat produktif.
Zakat produktif adalah pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus-menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya. Dengan kata lain zakat dimana harta atau dana zakat yang
diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut
mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus menerus.
Pendayagunaan zakat produktif melalui cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar serta lebih baik. Pendayagunaan
zakat diharapkan dapat menghasilkan manfaat, sehingga zakat mendatangkan mafaat bagi yang menerimanya. Ada dua bentuk pendayagunaan dana zakat antara
1. Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada
seseorang satu kali atau sesaat saja. Dalam hal ini juga berarti bahwa penyaluran kepada mustahiq tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri mustahiq. Hal ini di karenakan mustahiq yang
bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri, seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang cacat. Sifat bantuan sesaat ini idealnya adalah hibah.
2. Bentuk Pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat dengan
mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada
pada penerima.
Apabila permasalahannya adalah permasalahan kemiskinan, harus diketahui penyebab kemiskinan tersebut sehingga dapat dicari solusi yang
tepat demi tercapainya target yang telah dicanangkan.
Pemanfaatan zakat harta sangat targantung pada pengelolaannya. Apabila
pengelolaannya baik, pemanfaatannya akan dirasakan oleh masyarakat. Pemanfaatan zakat ini, biasanya berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Dari penelitian lapangan yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya bahwa
2.7. Kemiskinan di Kota Medan
Kemiskinan merupakan masalah dan tantangan dalam pembangunan. Kemiskinan akan melahirkan keterbelakangan sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu salah satu faktor kunci keberhasilan penanggulangan kemiskinan adalah
dengan pendekatan pengelolaan zakat. Penduduk di kota Medan mayoritas beragama Islam. Ini menyebabkan banyak rumah ibadah didirikan ; seperti
masjid, surau. Pembangunan kota Medan memperlihatkan potensinya melalui perkembangan struktur dan infrastruktur. Realitas ini merupakan indikasi dari berkembangnyapembangunan dan juga meningkatnya pendapatan masyarakatnya,
yang menjadi potensi besar bagi sumber zakat. Dengan terkumpulnya zakat di harapkan angka kemiskinan di Kota Medan dapat berkurang.
2.8. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian Niken Fidyah Ramadhani (2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani (2011) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shodaqoh pada Badan Amil Zakat Daerah SUMUT” menunjukkan bahwa perkembangan pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengumpulan tersebut adalah moment bulan keagamaan, pendapatan dan usia Muzakki. Alasan Muzakki lebih membayar zakat, infaq dan shodaqoh di Badan
terhadap pelayanan dan manfaat yang di peroleh sehingga Muzakki tetap
membayarzakat, infaq dan shodaqoh di BAZDA SUMUT setiap tahunnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfaq dan bershodaqoh, BAZDA SUMUT harus terus melakukan sosialisasi zakat secara kompherenship
melalui kegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan.
b. Devialina Puspita (2008)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devialina Puspita yang berjudul “Pengaruh Pendayagunaan Zakat Terhadap Keberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan Rumah Tangga” (Kasus : Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) menunjukkan bahwa dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri belum dapat memberdayakan rumah tangga miskin untuk menjadi sejahtera melainkan hanya sampai pada meberdayakan rumah tangga untuk dapat melanjutkan usahanya. Hal tersebut dapat dilihat dari pendayagunaan
bantaun hanya sampai bagaimana responden harus memutar modal mereka setiap harinya, belum sampai pada tahap bagaimana responden harus mengembangkan
usaha dan mensejahterakan mereka dengan menaikkan pendapatannya.
Selain itu, dana zakat melalui program Urban Masyarakat Mandiri Bantuan Masyarakat Mandiri belum berpengaruh nyata terhadap usaha
pengentasan kemiskinan. Hal ini terlihat dari masih rendahnya pendapatan mitra yang berimplikasi kepada belum tercapainya, mitra yang sejahtera.
Dari kerangka konseptual di atas dapat dilihat bahwa tujuan dari
pengelolaan dana zakat adalah mengurangi kemiskinan. Bersamaan dengan keberhasilan mengurangi kemiskinan tersebut, jumlah orang yang membayar
zakat (muzakki) diharapkan meningkat. Keberhasilan pengentasan kemiskinan melalui pemanfaatan potensi zakat yang ada dan pendayagunaan zakat yang terkumpul digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat, khusunya
masyarakat muslim. Proses pengentasan kemiskinan juga didukung oleh lembaga pengelola zakat kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahik)
untuk menjalankan usaha yang bersifat produktif. Pengelolaan Zakat
Pengurangan Kemiskinan Melalui Potensi Zakat dan
Peranan Zakat Untuk Masyarakat
Bantuan Pinjaman & Modal
Pendayagunaan Zakat
Keterampilan dan Pelatihan
Dukungan yang diberikan berupa bantuan permodalan, pelatihan, dan
peralatan. Lembaga pengelola zakat yang sudah besar biasanya menggunakan lembaga Intermediary, lembaga Pengelola zakat seperti Baitul Mal wa Tamwil untuk memberdayakan mustahik dan jika usahanya berkembang diharapkan
Metode penelitian adalah langkah-langkah sistematik atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metodologi
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskrpitif kuantitatif, yaitu “desain penelitian yang diarahkan untuk bisa memaparkan berbagai temuan
dengan dukungan statistik penelitian berdasarkan hasil kuesioner penelitian”. (Suharyadi, Purwanto, 2003).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lokasipenelitian ini dilakukan di Badan
Amil Zakat Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan di Jalan Sei Rumah Sakit Haji Medan Estate ini di karenakan pemberdayaan zakat dipusatkan pada
Lembaga Badan Amil Zakat Daerah Sumatera Utara.
3.3Ruang Lingkup Penelitian
menganalisa persepsi masyarakat penerima zakat tentang potensi dan peranan
zakat dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di Kota Medan.
3.4. Populasi dan Sampel
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Kota Medan secara keseluruhan dari 21 kecamatan adalah 2.097.610 jiwa yang terdiri
dari 1.036.926 jiwa laki-laki dan 1.060.610 jiwa perempuan. Jumlah penduduk paling banyak ada berada di Kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk 166.793 jiwa, Kecamatan Medan Helvetia dengan jumlah penduduk 144.257 jiwa
dan Kecamatan Medan Denai dengan jumlah penduduk 141.395. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada Kecamatan Medan Baru dengan
jumlah penduduk 39.516 jiwa, Kecamatan Medan Maimun dengan jumlah penduduk 39. 581 jiwa dan Kecamatan Medan Polonia 52.794 jiwa.
Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak,
tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Keanekaragaman etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan
vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota.
Dilihat dari komposisi penduk berdasarkan agama pada tahun 2010, mayoritas penduduk Kota Medan beragama Islam yaitu sebesar 58,45 %
(1.226.053 jiwa), disusul dengan Kristen Protestan 23,30 % (488.743 jiwa), Kristen Katolik 4,51 % (94.602 jiwa), Hindu 1,21 % (25.381 jiwa) dan Budha
a. Populasi
Populasi adalah himpunan yang lengkap dari satuan satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui (Jalil, 1997 : 4). Populasi dalam penelitian ini yang dipilih oleh penulis adalah masyarakat di Kota Medan pada 10
kecamatan yang ditetapkan dengan jumlah penduduk pada 10 kecamatan tersebut jumlah penduduknya sebanyak 944.521 orang, hal ini dikarenakan di 10
kecamatan tersebut banyak terdapat masyarakat miskin. Tabel3. 1
Populasi Penelitian
No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Medan Belawan 48.889 46.617 95.506
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan
b. Sampel
Sampel adalah anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. (Jalil, 1997 : 4). Pada keadaan ini dibutuhkan
Ukuran sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004
: 108) yaitu :
n = � (1+��2)
Dimana :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan sampel yang
masihdapat ditolerir.
Maka jumlah sampel yang diperolehdari jumlah populasi tersebut dengan
tingkat kelonggaran 10% adalah :
n = 944.521
(1+944.521×0,12) = 99, 98~ 100
Berdasarkan hasil perhitungan terrsebut, sampel yang diperoleh berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan melalui Purposive Sampling, yaitu penentuan sampel mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah
dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap kecamatan diambil sampel dalam jumlah yang sama. Dimana sampel yang diperoleh dibagi
Tabel 3. 2
Sumber: Data diolah (2012)
Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan cluster sampling (area sampling). Teknik area sampling digunakan, disebabkan
karena objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas. Dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan, penulis mengambil 10 kecamatan sebagai sampel dan dipilih secara random.
3.5.Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah Non-probabilitas yaitu suatu teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota sample yang diambil populasi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan anggota
sampel. Teknik pengambilan sampelnya adalah Purposive Sampling (Judgment Sampling) yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan penilaian karakteristik
Pengumpulan datadilakukan penulis dengan teknik pengumpulan data
primer dan sekunder sebagai berikut: 1. Primer
a. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pertanyaan-partanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden yaitu orang yang menerima zakat.
b. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan. c. Direct Interview, melakukan wawancara atau tanya jawab langsung
kepada responden
2. Sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari BAZDASU, Badan Pusat
Statistik (BPS), buku, literatur, internet, jurnal, tesis serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.
3.6. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primeradalah data
yang didapat dari sumber pertama maupun kelompok, yaitu kuisioner yang diberikan kepada para penerima bantuan zakat dengan jumlah responden 100 orang.
3.7. Pengolahan Data
3.8.Analisis Data
Analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
Sangat setuju = 5
Setuju = 4
Netral = 3
Tidak setuju = 2 Sangat tidak setuju = 1
Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda. Sehingga diperoleh berbagai gambaran
informasi mengenai pengentasan kemiskinan yang ada di Kota Medan yang dilakukan oleh Lembaga Badan Amil Zakat.
3.8.1.Uji Validitas danReliabilitas
Uji validitas dan uji reabilitas merupakan syarat mutlak untuk
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menguji sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Untuk mengumpulkan data kuantitatif dengan mempergunakan tes sebagai alat
pengukur, validitasnya dapat diukur dengan perhitungan statistik berupa teknik korelasi (Azwar, 2000). Pendekatan korelasi yaitu dengan cara
mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Bila nilai korelasinya positif maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
Rumus :
r :Koefisien validitas item yang dicari
N :Jumlah Subyek X :Skor item Y :Skor total
∑X :Jumlah skor items
∑Y :Jumlah skor total ∑X2 :
Jumlah kuadrat skor item ∑Y2 :
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
1. Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid
2. Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan tersebut tidak dinyatakan valid
b. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas merupakan uji untuk mengukur tingkat ketetapanalat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu,
walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda-beda. Butir pertanyaan yang dinyatakan valid akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika rpositif> rtabel, maka pertanyaan reliabel
2. Jika rnegatif atau < rtabel, maka pertanyaan tidak reliabel
Dalam penelitian ini, uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik Formula Alpha Cronbach sebagai berikut:
α =
Sj=varians responden untuk item I
3.8.2.Rank Spearman Test
Metode yang dipakai dalam menganalisis data penelitian bersifat korelasi (hubungan) maka dapat di analisadengan analisa non parametrik menggunakan Rank SpearmanTest, yaitu sebuah ukuran hubungan antara dua variabel.
Rumus RankSpearman Test : ρ = 1- 6 ��
2
�(�2− 1)
Dimana :
d = perbedaan antara rangking n = jumlah sampel
Uji hipotesis :
ρ= 0 tidak ada hubungan antara X dan Y
ρ> 0 ada hubungan antara X dan Y
Untuk dapat mengetahui kuat lemahnya tingkat derajat atau derajat keeratan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti, digunakan tabel kriteria
pedoman untuk koefisien korelasi sesuai pendapat Sugiyono (2008:257). Pedoman untuk memberikan intrepretasi Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0, 00 – 0,25 Korelasi sangat Lemah
>0, 25 – 0,5 Korelasi Cukup
>0,5-0,75 Korelasi Kuat
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Medan 4.1.1. Kondisi Geografis
Kota Medan adalah salah satu ibukota provinsi yang terbesarpenduduknya di Indonesia. Kota Medan terletak antara 20.27´- 20.47´ Lintang Utara, 980 .35´-980.44´ Bujur Timur. Secara geografis, luas areal Kota Medan adalah 26. 510 Ha
(26.510 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara dan berada pada ketinggian antara 2,5-37, 5 meter di atas permukaan laut, dengan topografi datar.
Suhu udara pertahun berkisar antara 270C-290C dari luas wilayah keseluruhan Kota Medan, dimana 9.225 Ha untuk pemukiman, 1.862 Ha untuk sektor jasa 740 Ha untuk dicadangkan bagi penetapan lokasi perusahaan dan industri. Sisanya
seluas 14.693 Ha merupakan areal non-urban, dan 7000 Ha diantaranya akan dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan untuk sektor pertanian tanaman pangan.
Posisi dan letak kota Medan berada di dataran Pantai Timur Sumatera Utara, di antara Selat Malaka dan jajaran pegunungan vulkanis yang membujur
dari Barat Lautsampai wilayah Tenggara ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut, dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif tinggi. Wilayah Kota Medan di bagi menjadi 21 kecamatan dan 151
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kotamadya Binjai
4. Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan Percut Sei Tuan dan Tanjung
Morawa, kabupaten Deli Serdang.
Tabel 4. 1
Nama Kecamatan se-Kota Medan dan Luasnya serta Jumlah Kelurahan
No Nama Kecamatan Luas Wilayah (Km) Jumlah Kelurahan
1 Medan Tuntungan 20. 68 9
4.1.2. Kependudukan
Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk kota Medan sebesar 2.097.610 dan telah terjadi pertambahan sebesar 193.337 Jiwa (10,15%) apabila dibandingkan dengan Sensus Penduduk 2000. Kepadatan penduduk Kota
Medan mencapai 7.913 jiwa/km2. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Penduduk Kota Medan umumnya telah
menyebar secara merata diseluruh wilayah kota Medan.
4.1.3. Agama
Penduduk Kota Medan terdiri dari banyak suku, agama, dan budaya. Dari perspektif agama yang dianuti terdiri dari agama Islam, Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha. Dilihat dari komposisi penduk berdasarkan agama pada tahun 2010, mayoritas penduduk Kota Medan beragama Islam yaitu sebesar 58,45% (1.226.053 jiwa), disusul dengan Kristen Protestan 23,30% (488.743
jiwa), Kristen Katolik 4,51% (94.602 jiwa), Hindu 1,21 % (25.381 jiwa) dan Budha 12,53% (262.831 jiwa).
Penduduk Kota Medan Mayoritas beragama Islam. Ini menyebabkan banyak rumah-rumah ibadah didirikan; seperti masjid, surau dan langgar. Jumlah masjid di kota Medan lebih kurang 650,524, langgar dan surau. Pembangunan
Kota medan memperlihatkan potensinya. Ini terbukti pesatnya perkembanganpembangunan infrastuktur, yaitu gedung-gedung bertingkat, plaza
pembangunan dan juga meningkatnya pendatan masyarakatnya, ini menjadi satu
potensi bagi sumber zakat.
4.2. Badan Amil Zakat Sumatera Utara
Badan Amil Zakat adalah organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh pemerintah, terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpulkan, menyalurkan dan mempergunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama (Pasal 1 KMA).
Badan Amil Zakat terdiridari BAZ Nasional, BAZ Provinsi, BAZ
Kabupaten/Kota, dan BAZ Kecamatan. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BAZ disemua tingkat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ).
Susunan Pengurus Badan Amil Zakat terdiri dari unsur ulama, cendikiawan, tokoh masyarakat, tenaga professional, dan wakil pemerintah. Orang yang ikut serta dalam mengurus BAZ, harus memenuhi persyaratan; yaitu
memiliki sifat amanah, adil, berkeupayaan, professional dan sanggup bekerja sama.
4.2.1 Pengelolaan Zakat BAZDA Sumatera Utara
Dalam proses pengumpulan zakat, diatur dalam pasal 12 dan 14 UU. No.
38/1999, dilakukan oleh BAZ dengan cara menerima pemberitahuan oleh muzakki. Setelah pemberitahuan diterima diadakan perhitungan, sama ada
BAZ adalah harta yang dapat dikurangkan dari laba/pendapatan sisa dari wajib
pajak.
BAZDA Kota Medan, selain jenis dan bentuk harta yang disebutkan diatas, sumber-sumber penerimaan lain adalah infaq Pegawai Negeri Sipil, infaq
nikah, infaq haji, sadaqah, bagi hasil Bank Syariah dan sebagainya.
4.3. Bantuan Pinjaman dan Modal oleh BAZ
Dalam pelaksanaannya penyaluran zakat melalui Pinjaman Modal Usaha peniaga kecil dan Pegawai dilakukan dengan memberikan pinjaman bebas bunga
(Qadrul Hasan) kepada mustahik yang ingin memiliki usaha atau ingin berwira usaha. Proses penyaluran zakat melalui program Bantuan Pinjaman dan Modal
dapat dilihat pada gambar 4. 1. Pelaksanaaan kegiatan ini dimulai dari pengajuan dari masyarakat kepada BAZ Sumatera Utara untuk mendapatkan bantuan modal. Terdapat beberapa syarat bagi mustahik untuk mengajukan bantuan qadrul hasan,
adapun ajuan tersebut adalah : 1. Asli Warga Kota Medan
2. Membawa surat permohonan kepada ketua BAZ Sumatera Utara 3. Menyerahkan Fotocopy KTP
4. Menyerahkan Fotocopy Kartu Keluarga
Gambar 4. 1
Alur Penyaluran Zakat Program Bantuan Pinjaman dan Modal BAZ
Selain berupa bantuan pinjaman dan modal usaha, bantuan produktif
berupa penambahan dana abadi BAZDA Sumut di berbagai Bank Syariah, Biaya Klinik layanan kesehatan dhuafa BAZDA Sumut, dan penambahan BAZDA Sumut pada Bank Syariah.
4.4 Pendayagunaan Zakat
Pendayagunaan zakat adalah upaya penanggulangan kemiskinan melalui pengelolaan zakat secara professional sehingga mampu memberikan konstribusi
Calon mustahik mengajukan bantuan modal produktif
Pihak BAZ Sumatera Utara menerima dan melakukan survei
Keputusan usaha yang dijadikan layak diberi bantuan/tidak beserta penentuan bantuan
Jika dinyatakan layak, kemudian terjadi akad antara kedua belah pihak
yang berarti terhadap upaya pengentasan kemiskinan. BAZDA perlu memberikan
prioritas pendayagunaan zakat pada fakir miskin untuk usaha produktif seperti bantuan modal, usaha, peralatan, bantuan langsung untuk pengembangan pertanian, dan peternakan yang lebih memberikan dampak langsung pada
penciptaan para mustahik.
4.5 Keterampilan dan Pelatihan
Badan Amil Zakat (BAZ) menyalurkan dana zakat yang dihimpun dari masyarakat melalui kegiatan ekonomi produktif. Bantuan yang diberikan yaitu
bibit pertanian beserta uang untuk membeli perlengkapan kepada 20 orang dari 20 kecamatan di Kota Medan. Selain itu traktor, peralatan dan modal awal kepada 10
orang dari 10 kecamatan serta fasilitas dan biaya mengikuti pelatihan kepada 10 orang dari 10 kecamatan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan warga, diharapkan pemberian bantuan dapat memberikan sarana usaha agar mampu
bekerja mandiri, memberikan bekal keterampilan menjahit bagi generasi muslim, media dakwah Islam melalui bidang ekonomi. Diharapkan bantuan dapat
memberikan motivasi berwirausaha kepada penerima bantuan.
4.6Karakteristik Responden
4.6.1Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian 100 orang penerima zakatdi Medan yang
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Umur (Tahun) Jumlah Responden (orang)
Sumber : Hasil Olahan (2012)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa penerima zakat di Medan paling banyak berumur 21-30 tahun.
4.6.2.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian 100 responden dari penerima zakat yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa penerima zakat yang
lebih banyak adalah yang bekerja sebagai pedagang kecil. Ini menunjukkan bahwa zakat mampu mengembangkan perekonomian bangsa, karena dengan adanya pembiayaan terhadap pedagang kecil akan mengurangi pengangguran dan
meningkatkan pendapatan negara.
4.6.3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian 100 penerima zakat di Kota Medan yang menjadi sampel penelitian, maka diperoleh data tentang jenis kelamin responden
yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 40 40
2 Perempuan 60 60
Jumlah 50 100 %
Sumber : Hasil Olahan (2012)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa yang paling banyak penerima zakat di
Kota Medan adalah perempuan. Hal ini sangat membantu dalam pengembangan kaum perempuan.
4.7.Hasil Pengolahan Data
4.7.1. Uji Validitas dan Reliabilitas