• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arah kebijakan perbankan inonesia akunta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Arah kebijakan perbankan inonesia akunta"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Arah Kebijakan

Perbankan

(2)

PENGALIHAN FUNGSI PERBANKAN DARI BANK

INDONESIA KE OTORITAS JASA KEUANGAN

Guna mendukung sistem keuangan yang makin stabil dan kokoh secara terpadu, independen dan akuntabel. Maka diciptakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

 31 Desember 2012, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan – Kementrian Keuangan, mengalihkan fungsi, tugas, wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan pada sektor pasar modal, asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainnya ke OJK.

 31 Desember 2013, Bank Indonesia telah mengalihkan fungsi, tugas

(3)

Keputusan Bersama Bank Indonesia dan OJK

 18 Oktober 2013, berdasarkan prinsip kolaboratif, efesiensi,

efektifitas, bebas duplikasi, kelengkapan pengaturan sektor keuangan BI dan OJK mengadakan kerjasama dan koordinasi yang sejalan dengan UU, seperti :

 Dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing-masing;

 Bertukar informasi mengenai Lembaga Jasa Keuangan dan

pengelolaan sistem pelaporan bank dan perusahaan pembiayaan.

 Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau

digunakan BI oleh OJK;

 Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan

(4)

 Dewan Komisioner OJK juga membentuk Tim Transisi yang

berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI, untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Komisioner.

 Meskipun fungsi, tugas, dan wewenang pada bank telah beralih ke

(5)

ARAH KEBIJAKAN PERBANKAN

2014

 OJK meningkatkan komunikasi kepada para pelaku industri keuangan

untuk mendapat masukan yang lebih baik, demi kemajuan industri di masa mendatang.

 4 faktor utama dalam perkembangan dan pertumbuhan industri

perbankan :

1. Kemungkinan adanya pengintegrasian produk perbankan dengan produk pasar uang dan pasar modal.

(6)

3. Peningkatan permodalan bank dengan keseimbangan dari pemilik dan pengurus bank.

4. Kejelasan arah kegiatan usaha perbankan serta peningkatan daya saing, agar dapat memanfaatkan pasar ASEAN.

 Arah 3 cakupan kebijakan BI:menjaga stabilitas sistem keuangan,

mengelola inflasi ke arah yang lebih baik, dan mempersempit defisit neraca pembayaran.

 Kebijakan BI di 2014 tetap mengutamakan penguatan bauran

kebijakan di bidang :

 Moneter

MakroprudensialSistem pembayaran

(7)

ARSITEKTUR PERBANKAN

INDONESIA

API  kerangka dasar dari sistem perbankan Indonesia, kebbutuhan

utama memperkuat perbankan. Bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan (lima sampai sepuluh tahun ke depan)

 Krisis ekonomi 1997  industri perbankan nasional belum memiliki

kelembagaan perbankan yang kokoh sehingga secara fundamental harus diperkuat untuk mengatasi gejolak internal maupun eksternal.

 2004 BI berusaha menerapkan API  memperkuat fundamental

(8)

 Visi API : Mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan

efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk merealisasikan pencapaian visi API, ditetapkan 6 pilar API :

1. Menciptakan struktur domestik yang sehat

2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada standar internasional.

3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko.

4. Menciptakan good corporate governance 5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap

(9)

 Untuk memiliki fundamental perbankan yang lebih kuat, BI perlru

menyempurnakan program-program kegiatan API dengan mencakup strategi-strategi yang lebih spesifik.

 API diharapkan memiliki program kegiatan yang lebih lengkap dan

komprehensif yang mencakup sistem perbankan secara menyeluruh. Untuk mewujudkan visi API, keenam pilar API akan dilaksanakan melalui program-program, yaitu :

A. Penguatan struktur perbankan nasional

B. Peningkatan kualitas pengaturan perbankan C. Peningkatan fungsi pengawasan

D. Peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan E. Pengembangan infrastruktur perbankan

(10)

PROGRAM PENGUATAN STRUKTUR

PERBANKAN NASIONAL

 Bertujuan: memperkuat permodalan bank umum (konvensional dan

syariah) untuk meningkatkan kemampuan bank mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan, dengan:

 Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor

baru;

 Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai

persyaratan modal minimum baru;

 Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;

(11)

Tahapan Program Penguatan Struktur

Perbankan Nasional

No Kegiatan (Pilar I) Periode

Pelaksanaan 1 Memperkuat permodalan Bank  

  a. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi bank umum konvensional maupun syariah (termasuk BPD) menjadi Rp80 miliar

2007

  b. Meningkatkan persyaratan modal inti minimum bagi bank umum konvensional maupun syariah (termasuk BPD) menjadi Rp100 miliar

2010

  c. Mempertahankan persyaratan modal disetor minimum Rp3 triliun untuk pendirian bank umum konvensional sampai dengan 1 Januari 2011

2004-2010

  d. Menetapkan persyaratan modal disetor minimum Rp1 triliun untuk pendirian bank umum syariah

2005

  e. Menetapkan persyaratan modal sebesar Rp500 miliar bagi bank umum syariah yang berasal dari spin off Unit Usaha Syariah.

2006

  f. Mempercepat batas waktu pemenuhan persyaratan minimum modal disetor BPR yang semula tahun 2010 menjadi tahun 2008

(12)

  2

 

Memperkuat daya saing dan kelembagaan BPR dan BPRS.

 

  a. Meningkatkan linkage program antara bank umum dengan BPR 2007

  b. Implementasi program aliansi strategis lembaga keuangan syariah dengan BPRS

2007

  c. Mendorong pendirian BPR dan BPRS di luar Pulau Jawa dan Bali 2006-2007

  d. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR dan BPRS bagi yang telah memenuhi persyaratan

2004-2006

  e. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR dan BPRS (termasuk Lembaga APEX )

2006-2007

3 Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKM  

  a. Memfasilitasi pembentukan dan monitoring skim penjaminan kredit dan pembiayaan

2004-2007

  b. Mendorong perbankan untuk meningkatkan pembiayaan kepada UMKM  2004-2009

  c. Meningkatkan akses pembiayaan syariah bagi UMKM 2010

  d. Mendorong bank-bank syariah untuk meningkatkan porsi pembiayaan berbasis bagi hasil

(13)

PROGRAM PENINGKATAN

FUNGSI PENGAWASAN

 Bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas

pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

 Dicapai dengan: peningkatkan kompetensi pemeriksa bank,

(14)

Tahapan Program Peningkatan

Fungsi Pengawasan

N o

Kegiatan (Pilar III) Periode

Pelaksanaa n

1 Meningkatkan koordinasi dengan lembaga pengawas lain

  a. Membuat MoU dengan lembaga pengawas lembaga keuangan lain 2004-2006 2 Melakukan reorganisasi sector perbankan di Bank Indonesia

  a. Menyempurnakan High Level Organization Structure (HLOS) Sektor Perbankan Bank Indonesia

2004-2006

  b. Mengkonsolidasikan satker pengawasan dan pemeriksaan termasuk pembentukan Pooling Spesialist

2004-2006

  c. Mengkonsolidasikan Direktorat Pengawasan BPR dan Biro Kredit di Bank Indonesia termasuk mengalihkan fungsi:

· Penelitian dan pengembangan UMKM dari Biro Kredit ke Unit Khusus Pengelolaan Aset

· Pemeriksaan kredit dari Biro Kredit ke Direktorat Pengawasan Bank Umum

2006-2007

  d. Menyempurnakan organisasi Direktorat Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (DPBPR)

2005-2006

(15)

3 Menyempurnakan Infrastruktur Pendukung Pengawasan Bank

a. Meningkatkan kompetensi pengawas bank umum dan BPR baik konvensional maupun syariah

2004-2005

b. Penyiapan SDM Pengawas Spesialis 2006-2007

c. Menyempurnakan IT pengawasan bank 2005-2006

d. Menyempurnakan sistem pelaporan BPR 2005-2007

e. Menyempurnakan manajemen dokumen pengawasan bank 2005-2006

4 Menyempurnakan implementasi sistem pengawasan berbasis risiko Menyempurnakan pedoman dan alat bantu pengawasan dalam

mendukungimplementasi pengawasan berbasis risiko bank umum konvensional dan syariah

2004-2005

5 Meningkatkan efektivitas enforcement

a. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan perbankan 2004-2005

(16)

PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS

MANAJEMEN DAN OPERASIONAL PERBANKAN

 Bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance (GCG),

kualitas manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen

 Semakin tingginya standar GCG didukung oleh kemampuan

(17)

Tahapan Peningkatan Kualitas Manajemen

dan Operasional Perbankan

No Kegiatan (Pilar IV) Periode  Pelaksana

an 1 Meningkatkan Good Corporate Governance

  a. Menetapkan minimum standar GCG untuk bank umum konvensional dan syariah 2004-2007

  b. Mewajibkan bank untuk melakukan self-assessment pelaksanaan GCG 2007

  c. Mendorong bank-bank untuk go public 2004-2007

2 Meningkatkan kualitas manajemen risiko perbankan

  a. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko bank umum konvensional dan syariah 2004-2007

  b. Meningkatkan kualitas dan standar SDM BPR dan BPRS antara lain melalui program sertifikasi profesional bagi pengurus BPR dan BPRS

2005-2008

3 Meningkatkan kemampuan operasional bank

  a. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing penggunaan fasilitas operasional guna menekan biaya

2006-2008

(18)

PROGRAM PENGEMBANGAN

INFRASTRUKTUR PERBANKAN

 Bertujuan mengembangkan sarana pendukung operasional

perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit.

 Credit bureau  organisasi yang mengumpulkan data dari berbagai

sumber untuk membuat catatan perilaku peminjaman dan pembayar hutang  individu atau organisasi dengan tujuan— Mengumpulkan

informasi dan data keuangan organsasi dari berbagai sumber yang bervariasi

 Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam

(19)

Tahapan Program

(20)

PROGRAM PENINGKATAN PERLINDUNGAN

NASABAH

 Bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan standar

(21)
(22)

 Tantangan API kedepan: mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih

kokoh, perbaikan yang harus dilakukan dalam berbagai bidang, terutama menjawab tantangan-tantangan yang dihadapai. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

 Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah

 Struktur perbankan yang belum optimal

 Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan

yang dinilai oleh masyarakat masih kurang

 Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan

(23)

BASEL COMMITTEE ON BANKING

SUPERVISION (BCBS)

 BCBS dibentuk pada 1974 oleh para Gubernur bank sentral dari

negara-negara maju yang tergabung dalam Group of Ten (G-10).

 Tujuan: menyusun dan menetapkan berbagai aturan bagi industri

perbankan termasuk kegiatan supervisi atas operasional perbankan dengan standar internasional.

 Dalam API, terdapat 6 pilar yang salah satunya membangun industri

perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi dengan menciptakan GCG (Good Corporate Governance), supaya industri perbankan memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.

 Berkaitan dengan manajemen risiko tersebut, BCBS mengeluarkan

(24)

Basel I (Basel Capital Accord) Tahun 1988

 1988 Basel Committee mengeluarkan suatu konsep kerangka permodalan yang

dikenal dengan Basel I, yanf dibuat sebagai penerapan kerangka pengukuran bagi Risiko Kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum 8%. Basel I memiliki tujuan fundamental:

1. Memperkuat kerangka dasar dan stabilitas atas sistem perbankan nasional.

2. Menciptakan kerangka dasar yang konsisten dan tidak memihak bagi bank – bank internasional

 1996 BCBS mengamandemen Basel I untuk mengcover potensi kerugian akibat

risiko pasar karena perkembangan instrumen keuangan dan semakin kompleksnya usaha bank.

 Amandemen  memperhitungkan eksposur risiko pasar dalam menentukan

(25)

Basel II Tahun 2004

 Basel II  berdasarkan struktur dasar Basel I, kecukupan modal untuk menutup risiko kredit

dan risiko pasar, dan menambahkan perhitungan kecukupan modal untuk menutupi Risiko Operasional.

 Basel II kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap risiko (risk

sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen risiko di bank. Basel II terdiri dari tiga pilar:

Pilar 1

 Membahas perhitungan modal minimum untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko

operasional. Risiko kredit dihitung dengan : pendekatan standar (standardized approach), Foundation IRB (internal rating-based), dan Advanced IRB. Risiko operasional dihitung

dengan: pendekatan dasar (basic indicator approach, BIA), pendekatan standar

(standardized approach, STA), serta advanced measurement approach (AMA). Risiko pasar VaR (value at risk).

Pilar 2

 Proses review dari supervisor atau regulator atas pengukuran internal kecukupan modal

untuk menutup risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional, juga membahas risiko yang tidak termasuk dalam pilar 1, yaitu risiko suku bunga pada Banking Book, risiko konsentrasi kredit, risiko likuiditas, dan risiko lainnya.

Pilar 3

 Ketentuan keterbukaan Bank dalam menguraikan mekanisme governance internal dan

(26)

Kerangka Basel II telah diimplementasikan

secara penuh di Indonesia sejak akhir 2012

Pilar 1

 SE No. 13/6/DPNP mengenai Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk

Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar.

 SE No. 14/21/DPNP tentang Perubahan atas SE No. 9/33/DPNP tanggal 18 Desember 2007

mengenai Pedoman Penggunaan Metode Standar dalam Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan memperhitungkan Risiko Pasar

 SE No. 9/31/DPNP tentang Pedoman Penggunaan Model Internal dalam Perhitungan

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan Risiko Pasar.

 SE No. 11/3/DPNP tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk

Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar. Pilar 2

 PBI No. 15/12/PBI/2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bagi Bank

Umum

 SE Ekstern No. 14/37/DPNP tentang KPMM sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital

Equivalency Maintained Assets (CEMA). Pilar 3

 PBI No. 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan Bank

 SE No. 14/35/DPNP tentang Laporan Tahunan Bank Umum dan Laporan Tahunan Tertentu

(27)

 Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem

keuangan.

 Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach

(28)

Perbandingan antara Basel I dan Basel II

Basel I Basel II

Fokus pada satu pengukuran risiko (risiko kredit).

Fokus pada metodologi internal.

Pendekatan sederhana dan kurang sensitif terhadap risiko.

Pendekatan lebih kompleks dan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap risiko.

Menggunakan satu ukuran untuk semua risiko dan modal yang

digunakan untuk berbagai jenis dan ukuran bank.

(29)

Introduksi Basel III

 Muncul sebagai akibat dari adanya krisis global yang terjadi pada tahun

2008-2009.

 Modal yang dipersyaratkan dalam Basel II dinilai perlu pembaruan.

 Basel II diperbarui menjadi Basel III dengan tetap memberlakukan sistem 3

pilar, dan menambahkan sejumlah aturan baru untuk menghadapi krisis ekonomi.

 September 2009 Basel III diterbitkan dengan fokus pada : modal inti,

penyediaan buffer atau cadangan modal, dan regulasi mengenai masalah likuiditas bank.

 Implementasi Basel III di Indonesia secara bertahap, diharapkan membuat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikur: (1) Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan soal HOTS dengan habits of mind tinggi mampu

Dari soal-soal yang dijawab siswa, dapat dilihat pada tabel 4.9 ternyata kesulitan siswa di langkah 3 disebabkan oleh kesalahan dalam menentukan titik uji atau

Atap kampung adalah jenis yang paling sederhana berdasar struktur dan dikenal sebagai tempat tinggal orang biasa; atap limasan merupakan ragam bentuk atap kampung

Antara Waktu Yang Tertutupi :

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif adalah untuk menguji apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap motivasi dan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa diantara usia, jenis kelamin serta pendidikan yang memiliki hubungan terhadap tingkat kepatuhan adalah pendidikan dengan nilai p <

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Sub Bidang AA Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Kehutanan butir 31, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Tujuannya dilakukan penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem informasi penjualan, pembelian dan persediaan barang menggunakan Barcode Scanner supaya mengurangi