SKRIPSI
GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN KAMAR HUNIAN DAN PERSONAL HYGIENE DI ASRAMA AKADEMI KEBIDANAN
BARUNA HUSADA SIBUHUAN KECAMATAN LUBUK
BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013
OLEH :
LILI SARFIAH HARAHAP NIM. 081000199
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN KONDISI LINGKUNGAN KAMAR HUNIAN DAN PERSONAL HYGIENE DI ASRAMA AKADEMI KEBIDANAN
BARUNA HUSADA SIBUHUAN KECAMATAN LUBUK
BARUMUN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH :
LILI SARFIAH HARAHAP NIM. 081000199
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Kondisi lingkungan kamar hunian atau asrama yaitu suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Kondisi lingkungan tersebut di dasarkan pada kesehatan kamar hunian, dan personal hygiene.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswi akademi kebidanan tingkat I yang berjumlah 58 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
Hasil penelitian kondisi lingkungan kamar hunian yaitu ventilasi, kelembaban, dan pencahayaan sudah memenuhi syarat kesehatan menurut Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999 sedangkan kepadatan penghuni belum memenuhi syarat. Personal hygiene yaitu kebersihan kulit, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk sebagian besar kategori sedang, sedangkan kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan tempat tidur dan sprei sebagian besar kategori buruk.
Disarankan bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik. Serta penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.
ABSTRACT
The environment room condition or dormitory is the condition of base for a group, generally for student or collegents. This condition based on the healthy of room or dormitory and personal hygiene.
This research is descriptive and use survey method. The population of this research are all students of midwifery Academy that consists of 58 persons and all of population as a sample.
The purpose of this research is to know the description of condition dormitory environment and personal hygiene in dormitory of midwifery Academy Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
Research it is found the condition of dormitory that’s the ventilatoni,humidity, lighting, already qualified health according to Permenkes No.829/ Menkes/ SK/ 1999 occupant density while not yet eligible, skin cleanliness, fashion cleanliness, a towel clienliness whose bad category, while the hand and nail cleanlines and the bed and cover bed clienlines whose moderate category are.
It is expected to the managers of the dormitory midwifery Academy to provide the facilities of dormitory that already meet health requirements and keep the facilities well. Moreover, the persons of dormitory midwifery Academy to keep the skin clienliness to avoid from skin disease.
RIWAYAR HIDUP PENULIS
Nama : Lili sarfiah Harahap
Tempat Tanggal Lahir : Sibuhuan, 24 September 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara
Alamat Rumah : Jalan Bulutangkis No. 24 Medan
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-qur’an Umariah (1998-1999)
2. SD Negeri 2 Sibuhuan (1999-2004)
3. MTs.N Sibuhuan (2004-2006)
4. SMA Negeri 2 Sipirok (2006-2008)
5. Fakultas Kesehatan Masyarakat (2008-2013)
KATA PENGANTAR
Alhamdulilahi rabbilalamin Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Tidak lupa salawat beriring salam yang tidak henti-hentinya kepada baginda kita
nabi Muhammad SAW.
Ada pun judul skripsi ini adalah “ Gambaran Kondisi Lingkungan Kamar
Hunian dan Personal Hygiene Di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013 ” yang merupakan hasil dari karya tulis ilmiah selama ini.
Skripsi hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama melaksanakan penulisan skripsi ini penulis banyak mendapakan
dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oeh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Evi Naria, MKes selaku ketua Depertemen Kesehatan Lingkungan FKM
Universitas Sumatera Utara.
3. Ir. Indra Chahaya, Msi dan Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan penuh perhatian membimbing
4. Prof. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D selaku
Dosen Penguji yang banyak memberikan saran dan masukan dalam
menyempurnakan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu
memberikan semangat dan motivasi selama menjalani perkuliahan di FKM
USU.
6. Seluruh dosen Kesehatan Lingkungan yang telah banyak memberikan
pelajaran selama perkuliahan di kelas.
7. Kepada pihak Yayasan Akbid Baruna Husada Sibuhuan yang telah bersedia
memberika izin melaksanakan penelitian ini.
8. Ayah dan Ibu yang tersayang yang selama ini memberi semangat, dukungan,
doa dan nasehat dalam perkuliahan dan juga untuk menyelsaikan skripsi ini.
9. Adik-adik tersayang Indah, Hasanah, Ifdal dan Rina yang selama ini
memberikan semangat, dukungan, doa untuk menyelesaikan perkuliahan dan
skripsi ini.
10. Teman-teman tersayang Arfan, Jerni, lolisa, Juni, Aulia, Marhani, Enni, dan
Sarima terimah kasih atas motivasi yang selama ini kalian berikan.
11. Teman-teman kuliah Khadijah, Eva,Widya, Putri, Dody, Henny, Siska, Doli
serta teman-teman lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih
atas motivasi yang selama ini kalian berikan.
12. Teman-teman satu peminatan Kesehatan Lingkungan yang reguler dan
ekstensi, teman PBL, LKP dan teman satu kampus yang telah memberikan
13. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran
pembuatan skripsi penulis, penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Medan, Mei 2013
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Abstrak ... ii
Abstrack ... iii
Riwayat hidup Penulis ... iv
Kata pengantar ... v
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Asrama ... 6
2.2. Kondisi Kamar Hunian Asrama ... 6
2.2.1. Ventilasi ... 6
2.2.2. Kelembaban ... 7
2.2.3. Pencahayaan ... 8
2.2.4. Kepadatan Penghuni ... 9
2.3.Personal Hygiene ... 10
2.3.1. Pengertian ... 10
2.3.2. Macam-Macam Personal hygiene ... 10
2.3.3. Tujuan Personal Hygiene ... 15
2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal hygiene ... 15
2.3.5. Dampak yang Sering Timbul pada Masalag Personal Hygiene ... 17
2.4.Kerangka Konsep ... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ... 20
3.1.Jenis Penelitian ... 20
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 20
3.2.2. Waktu Penelitian ... 20
3.3.Populasi dan Sampel ... 20
3.3.1. Populasi ... 20
3.3.2. Sampel ... 21
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4.1. Data Primer ... 21
3.5.Defenisi Operasional ... 22
3.6.Aspek Pengukuran ... 22
3.7.Pengolahan dan Analisis Data ... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
4.2. Hasil Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene ... 27
4.2.1. Kondisi Lingkungan Kamar Hunian ... 27
4.2.2. Kebersihan Kulit ... 29
4.2.3. Kebersihan tangan dan Kuku ... 30
4.2.4. Kebersihan Pakaian ... 31
4.2.5. Kebersihan Haduk ... 33
4.2.6. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei... 34
BAB V PEMBAHASAN ... 32
5.1. Gambaran kondisi Lingkungan Kamar Hunian ... 32
5.1.1. Ventilasi ... 32
5.1.2. Kelembaban ... 32
5.1.3. Pencahayaan ... 33
5.1.4. Kepadatan penghuni ... 34
5.2. Personal Hygiene ... 35
5.2.1. Kebersihan Kulit ... 35
5.2.2. Kebersihan tangan dan Kuku ... 36
5.2.3. Kebersihan Pakaian ... 37
5.2.4. Kebersihan Handuk ... 37
5.2.5. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei ... 38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 39
6.1. Kesimpulan ... 43
6.2. Saran ... 43
ABSTRAK
Kondisi lingkungan kamar hunian atau asrama yaitu suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk suatu kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Kondisi lingkungan tersebut di dasarkan pada kesehatan kamar hunian, dan personal hygiene.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswi akademi kebidanan tingkat I yang berjumlah 58 orang dan seluruh populasi dijadikan sampel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
Hasil penelitian kondisi lingkungan kamar hunian yaitu ventilasi, kelembaban, dan pencahayaan sudah memenuhi syarat kesehatan menurut Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999 sedangkan kepadatan penghuni belum memenuhi syarat. Personal hygiene yaitu kebersihan kulit, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk sebagian besar kategori sedang, sedangkan kebersihan tangan dan kuku dan kebersihan tempat tidur dan sprei sebagian besar kategori buruk.
Disarankan bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan dan menjaga sarana tersebut dengan baik. Serta penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan kulit agar terhindar dari penyakit kulit.
ABSTRACT
The environment room condition or dormitory is the condition of base for a group, generally for student or collegents. This condition based on the healthy of room or dormitory and personal hygiene.
This research is descriptive and use survey method. The population of this research are all students of midwifery Academy that consists of 58 persons and all of population as a sample.
The purpose of this research is to know the description of condition dormitory environment and personal hygiene in dormitory of midwifery Academy Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
Research it is found the condition of dormitory that’s the ventilatoni,humidity, lighting, already qualified health according to Permenkes No.829/ Menkes/ SK/ 1999 occupant density while not yet eligible, skin cleanliness, fashion cleanliness, a towel clienliness whose bad category, while the hand and nail cleanlines and the bed and cover bed clienlines whose moderate category are.
It is expected to the managers of the dormitory midwifery Academy to provide the facilities of dormitory that already meet health requirements and keep the facilities well. Moreover, the persons of dormitory midwifery Academy to keep the skin clienliness to avoid from skin disease.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan
kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di
rumah tangga, institusi-institusi maupun tempat- tempat umum. Kebiasaan
pinjam-meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun
mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).
Keadaan perumahan atau pemukiman adalah salah satu faktor menentukan
keadaan hygiene dan sanitasi lingkungan, tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi
lingkungan diperbaiki, mortality dan morbidity menurun dan wabah berkurang
dengan sendirinya, seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan yang tidak
cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit dalam
masyarakat. Karena rumah terlalu sempit maka perpindahan (penularan) bibit
penyakit dari manusia yang satu kemanusia yang lain akan lebih mudah terjadi
(Entjang, 2000).
Kebersihan diri (Personal hygiene) adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. dengan melihat hal ini ada enam tujuan Personal hygiene
yaitu meningkatkan derajad kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri
seseorang, memperbaiki Personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit,
buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun
psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik
adalah gangguan integritas kulit (Wartonah, 2003).
Asrama merupakan salah satu tempat orang banyak berkumpul sehingga
penyakit cepat menular. Asrama biasanya merupakan sebuah bangunan dengan
kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di setiap kamarnya. Para
penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang lebih lama daripada di
hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah asrama bisa berupa
tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun untuk biayanya yang
terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain, misalnya apartemen.
Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, penularan terjadi bila kebersihan
pribadi dan lingkungan tidak terjaga dengan baik. Hal inilah umumnya menjadi
penyebab timbulnya penyakit skabies. Faktor yang mempengaruhi penularan penyakit
skabies adalah, kebersihan perseorangan yang buruk, perilaku yang tidak mendukung
kesehatan, hunian yang padat, tinggal satu kamar, ditambah kebiasaan saling bertukar
pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan (Badri,
2008).
Penelitian Frenki (2011), di Pesantren Darel Hikmah tahun menunjukkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan pakaian, kebersihan kulit,
kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genitalia, kebersihan handuk, kebersihan
tempat tidur dan sprei dengan kejadian scabies. Dalam penelitian Ramdani (2008),
sumur gali yang masih diragukan kualitasnya, dampak dari penggunaan air bersih
yang tidak Hygienis dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara
permanen dapat menggangu kesehatan dan estetika bagi santri. Selanjutnya penelitian
Nugraheni (2008), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kebersihan diri
santri terhadap kejadian penyakit scabies di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta,
dan secara proporsi 72,9% penderita skabies mempunyai kebiasaan mandi hanya satu
kali sehari.
Berdasarkan survei di Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan
terdapat 5 kamar tidur untuk 138 orang mahasiswi. Setiap kamar dihuni oleh
beberapa orang mahasiswi, yang terdiri dari kamar 1 dan kamar 2 dihuni oleh
mahasiswi tingkat 1 yang berjumlah 58 orang, kamar 3 dan kamar 4 untuk
mahasiswi tingkat 2 yang berjumlah 40 orang, dan kamar 5 untuk mahasiswi tingkat
3 berjumlah 40 orang. Semua mahasiswa Akademi Kebidanan Baruna Husada tinggal
di asrama yang disediakan oleh pihak yayasan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis ingin
mengetahui Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene di Asrama
Akademi Kebidan Baruna Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah
bagaimana gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal hygiene yang
Baruna Husada Sibuhuan Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas
Tahun 2013.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan kamar hunian dan personal
hygiene di Asrama Akademi Kebidan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran ventilasi, kelembaban, pencahayaan,
kepadatan penghuni di asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada
Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui gambaran kebersihan kulit, kebersihan tangan dan
kuku, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, kebersihan tempat tidur
dan sprei di asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada Tahun 2013.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Latong Kecamatan Lubuk Barumun
untuk menyusun program khususnya mengenai pemberdayaan asrama.
2. Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada pengelola asrama
akademi kebidanan dalam meningkatkan peran serta pengelola asrama dalam
3. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penulis pada bidang
kesehatan lingkungan khususnya personal higiene dan kondisi lingkungan
asrama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asrama
Asrama adalah suatu tempat penginapan yang ditujukan untuk anggota suatu
kelompok, umumnya murid-murid sekolah. Asrama biasanya merupakan sebuah
bangunan dengan kamar-kamar yang dapat ditempati oleh beberapa penghuni di
setiap kamarnya. Para penghuninya menginap di asrama untuk jangka waktu yang
lebih lama daripada di hotel atau losmen. Alasan untuk memilih menghuni sebuah
asrama bisa berupa tempat tinggal asal sang penghuni yang terlalu jauh, maupun
untuk biayanya yang terbilang lebih murah dibandingkan bentuk penginapan lain,
misalnya apartemen.
Selain untuk menampung murid-murid, asrama juga sering ditempati peserta
suatu pesta olahraga. Banyak sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia yang
memiliki asrama. Salah satunya adalah asrama Universitas Airlangga Surabaya.
Asrama itu bernama asrama Bhinneka Tunggal Ika. Contoh lainnya adalah asrama
ITS, asrama UI, asrama UGM, asrama USU, dan lain sebagainya.
2.2. Kondisi Kamar Hunian Asrama 2.2.1. Ventilasi
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan yang terlalu padat
penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra,
2007).
Pertukaran hawa yang cukup menyebabkan hawa rungan tetap segar (cukup
mengandung oxigen). Untuk itu rumah-rumah harus cukup mempunyai jendela. Luas
jendela keseluruhan + 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa
sehingga udara dapat mengalir bebas bila jendela dibuka (Entjang, 2000).
Ventilasi menjadi persyaratan mutlak suatu rumah yang sehat karena
fungsinya yang sangat penting. Pertama, untuk menjagA aliran udara di dalam rumah
tersebut tetap segar. Jika pentilasi kurang, maka ruangan mengalami kekurangan O2
dan bkadar CO2 yang bersifat racun meningkat. Kedua, aliran yang terus menerus
dapat membebaskan udara dalam ruangan dari bakteri-bakteri patogen. Tidak
cukupnya pentilasi juga mengakibatkan kelembaban udara dalam ruangan meningkat.
Udara yang lembab menjadi media yang sangat baik bagi perkembangan
bakteri-bakteri patogen ( bakteri-bakteri penyebab penyakit). Ketiga, menjaga agar ruangan tetap
memiliki kelembaban yang optimum.
2.2.2. Kelembaban
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.
Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.829 tahun 1999 tentang
persyaratan kesehatan rumah dari aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku
tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan
baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi. (Soedjadi, 2003).
2.2.3. Pencahayaan
Rumah yang dibangun dirancang agar cahaya dapat masuk ke dalam rumah
dalam jumlah yang cukup. Artinya, cahaya yang masuk tidak kurang dan tidak lebih.
Jika ruangan dalam rumah kurang cahaya, maka udara dalam ruangan akan menjadi
media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit.
Sebaliknya, jika terlalu banyak cahaya yang masuk di dalam rumah akan
menybabkan silau dan dapat merusak mata. Cahaya yang lebih atau kurang tentu juga
akan mengurangi kenyamanan. Cahaya dalam ruangan akan bersumber dari :
1. Cahaya alami, yaitu cahaya matahari. Cahaya ini sangat pentik karena
dapat membunuh bakteri-bakteri patogendi dalam rumah. Karena itu di
upayakan agar setiap ruangan dalam rumah dapat memperoleh cahaya
matahari yng cukup. Jendela dibuat dengan luas minimal 15-20% uas
lantai dan tidak boleh terhalangi oleh bangunan lain.
2. Cahaya buatan, yaitu cahaya yang bersumber bukan dari cahaya
matahari, misalnya lampu listrik, lilin, dan lain-lain. Cahaya dari
sumber tidak alami ini diupayakan cukup terang, terutama untuk
keperluan membaca agar mata tidak rusak.
Harus cukup mendapatkan penerangan baik siang maupun malam hari. Yang
ideal adalah penerangan listrik. Diusahakan agar ruangan mendapatkan sinar matahari
Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat
menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan
(Kepmenkes RI,1999).
2.2.4. Kepadatan Penghuni
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman
penyebab penyakit menular, seperti penyakit kulit, ISPA dan Diare. Selain itu
kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah. Dimana
semakin banyak jumlah maka akan semakin cepat udara dalam rumah mengalami
pencemaran karena kadar CO2 dalam rumah akan cepat meningkatkan penurunan O2
yang ada di udara. Kepadatan hunian dapat dilihat dari:
1. Kepadatan Hunian Rumah
Standar yang dibutuhkan dalam menentukan luas lantai bangunan,
yaitu 14 m2 untuk setiap penambahan 1 orang (Depkes RI, 1994).
2. Kepadatan Hunian Kamar tidur
a. Ukuran kamar tidur ideal minimal 9 m2 untuk orang dewasa
dan anak-anak di atas 5 tahun, sedangkan untuk anak-anak pra
sekolah minimal 4,5 m2 dan tidak dianjurkan digunakan untuk
lebih dari dua orang dalam satu ruang tidur.
b. Luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan digunakan
lebih dari 2 orangdalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
5 tahun (Permenkes No.829/1999).
Bila sebuah rumah amat padat penghuninya, maka penyakit akan mudah
baik pula akibatnya untuk kesehatan. Ruangan yang cukup sehingga penghuninya
tidak terlalu padat, terutama saat mereka tidur (Heru, 1995).
2.3. Personal Hygiene 2.3.1. Pengertian
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan
memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia
(Badri, 2008).
Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
2.3.2. Macam-Macam Personal Hygiene
Macam-macam Personal Hygiene (Hidayat, 2009):
1. Perawatan kulit kepala dan rambut
Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama
memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya.
makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara
kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :
1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2. Mandi minimal 2x sehari
3. Mandi memakai sabun
4. Menjaga kebersihan pakaian
5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah
6. Menjaga kebersihan lingkungan.
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara
dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau
apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut
sekurang-kurangnya 2x seminggu.
2. Mencuci rambut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya.
Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
Masalah pada Rambut dan Kulit kepala (PatriciaA, 2006)
1. Masalah pada Rambut
Pada masa pubertas terjadi perubahan jumlah dan distribusi pertumbuhan
rambut. Gangguan hormon dapat mengalami distribusi dan pertumbuhan
yang tidak wajar. Wanita dengan hirsutisme mengalami pertumbuhan di bibir
atas, dagu, dan pipi, dengan rambut vellus menjadi semakin kasar diseluruh
Perubahan dapat terjadi pada ketebalan, teksture, dan lubrikasi kulit kepala
dapat menyebabkan kerontokan rambut. Kondisi seperti penyakit tiroid dapat
mengubah kondisi rambut, membuatya semakin halus dan rapu. Kerontokan
rambut , atau penipisan rambut, biasanya berkaitan dengan kecenderungan
genetik dan gangguan endokrin seperti diabet, tiroditis, dan bahkan
menopause. Kehilangan rambut (alopesia) dapat disebabkan praktek
perawatan yang tidak tepat atau penggunaan medikasi kemoterapi.
Nutrisi yang buruk dapat menyebabkan rambut pecah-pecah, kusam, kering
dan tipis. Rambut yang terlalu berminyak berkaitan dengan stimulasi hormon
androgen. Rambut kering dan rapuh terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dan dengan penggunaan sampo dan zat kimia lain secara berlebihan.
2. Masalah pada Kulit Kepala
a. Ketombe yaitu kelepasan kulit kepala disertai gatal pada kepala.
b. Kutu yaitu parasit abu-coklat kecil, menggali liang kedalam kulit dan
memghisap darah.
c. Kehilangan rambut (alopesia) terjadi pada semua ras. Bidang
pembotakan terlihat pada bagian perifer garis rambut. Rambut
menjadi rapuh dan patah, kondisi ini disebabkan pengguna
pengkeriting rambut, produk rambut, pengikat rambut ketat dan
menggunakan sisir panas.
3. Perawatan mata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :
2. Memakan makanan yang bergizi
3. Istirahat yang cukup dan teratur
4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan)
5. Memlihara kebersihan lingkungan.
Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan mata
adalah iritasi pada mata yang pada umumnya terjadi akibat infeksi bakteri, virus,
atau benda asing.
4. Perawatan telingga
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
1. Membersihkan telinga secara teratur
2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
Ada beberapa faktor penyebab menurun bahkan hilangnya sama sekali fungsi
telinga/pendengaran karena faktor dalam tubuh seperti sedang menderita
penyakit-penyakit degeneratif tertentu (hipertensi, diabetes), pemakaian obat-obatan atau
karena faktor dari luar, akibat cara atau karena faktor dari luar, akibat cara
membersihkan telinga telinga yang tidak benar.
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
Seperti halnya kulit, tangan, kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak
terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain
indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita
dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak
memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan,
hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio.
Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Membersihkan tangan sebelum makan
2. Memotong kuku secara teratur
3. Membersihkan lingkungan
4. Mencuci kaki sebelum tidur
6. Perawatan gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan
membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang. Kebiasaan tidak merawat gigi
dengan baik dapat menyebabkan penyakit jantung, gigi berlubang, gusi berdarah,
gangguan pernapasan, pneumonia dan sepsis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :
1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan
2. Memakai sikat gigi sendiri
3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi
4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
5. Memeriksa gigi secara teratur minimal satu kali 6 bulan
7. Kebersihan pakaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan pakaian adalah :
a. Mengganti pakaian dua kali sehari
c. Mencuci pakaian menggunakan detergen
d. Menjemur pakaian dibawah matahari
e. Tidak bertukar pakaian dengan teman
Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan
pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).
8. Kebersihan tempat tidur dan sprei
Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari
satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat
tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab
alergi yang bisa membuat sesak napas, kulit kemerahan, bersin-bersin dan gatal-gatal.
9. Perawatan genetalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum
remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan,
apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea tertentu maka garukan
di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area
genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu
contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua
mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus
dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang
ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena
infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat
genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain,
mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat
reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).
2.3.3. Tujuan Personal Hygiene
Tujuan Personal Hygiene (Hidayat, 2009):
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene (Hidayat, 2009):
1. Body image (Citra tubuh)
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
2. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene.
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya
4. Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
2.3.5. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Hidayat, 2009):
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
2. Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
2.4. Kerangka Konsep
[image:32.612.95.492.145.584.2]Kerangka konsep yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Kondisi Kamar Hunian Asrama:
1. Ventilasi 2. Kelembaban 3. Pencahayaan
4. Kepadatan Penghuni
Personal Hygiene:
1. Kebersihan kulit
2. Kebersihan Tangan dan Kuku 3. Kebersihan Pakaian
4. Kebersihan Handuk
5. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk survei
untuk mengetahui kondisi lingkungan kamar hunian dan personal hygiene di Asrama
Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan Tahun 2013.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada Asrama Akademi Kebidanan Baruna Husada
Sibuhuan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut
2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Mei-Juli 2013.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi akademi kebidanan
tingkat I yang berjumlah 58 orang karena waktu penelitian hanya tingkat I yang
berada di asrama sedangkan tingkat II di Medan untuk pratek ke RSU Dr.Pirngadi
dan tingkat III PKL di desa.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah semua anggota populasi.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari observasi terhadap lingkungan kamar hunian
(ventilasi,kelembaban,pencahayaan dan kepadatan penghuni) dan wawancara
langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner untuk personal hygiene
(kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku,kebersihan pakaian,kebersihan handuk
dan kebersihan tempat tidur dan sprei).
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari hasil penelusuran dokumen dan laporan data
asrama kebidanan.
3.5. Defenisi Operasional
1. Ventilasi adalah luas penghawaan atau ventilasi yang permanen minimal 10%
dari luas lantai menurut Permenkes No 829/Menkes/SK/II/1999.
2. Pencahayaan adalah keadaan penerangan dalam ruangan kamar asama baik
bersumber alami maupun buatan yaitu cukup dan tidak selalu sehingga dapat
digunakan untuk membaca dengan normal.
3. Kelembaban adalah kualitas keadaan udara di dalam ruangan kamar asrama
baik antara 40%-70% dengan menggunakan higrometer.
4. Kepadatan Penghuni adalah jumlah penghuni dalam kamar tidur tempat
mahasiswi Akademi Kebidanan Baruna Husada Sibuhuan biasa tidur
829/Menkes/SK/II/1999) yaitu perbandingan tempat tidur dengan luas lantai
minimal 4m2/tempat tidur.
5. Kebersihan Kulit adalah usaha individu untuk menjaga kebersihan kulit
dengan cara mandi menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit kulit.
6. Kebersihan Tangan dan Kuku adalah cara perawatan diri individu dengan
selalu memperhatikan kebersihan tangan serta memotong kuku secara teratur
dan kondisi kuku harus pendek dan bersih.
7. Kebersihan Pakaian adalah cara perawatan diri individu dalam mengganti
pakaian serta mencuci pakaian.
8. Kebersihan Handuk adalah cara perawatan diri individu berdasarkan frekuensi
mencuci handuk dan menjemurnya.
9. Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei adalah cara perawatan diri individu
berdasarkan frekuensi menjemur kasur dan bantal.
3.6. Aspek Pengukuran
Untuk menentukan kategori pada variabel kondisi kamar hunian (ventilasi,
kelembaban, pencahayaan, dan kepadatan penghuni) dan personal hygiene memenuhi
syarat atau tidak dilakukan pengukuran:
1. Kondisi kamar hunian :
a. Ventilasi yang dikategorikan memenuhi syarat kesehatan apabila luas
jendela keseluruhan >10% dari luas lantai.
b. Kelembaban yang dikategorikan memenuhi syarat apabila antara 40-70%
c. Pencahayaan yang dikategorikan memenuhi syarat apabila pencahayaan
alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dan minimal intensitasnya 60 lux, tidak menyilaukan dan
dapat digunakan untuk membaca dengan normal.
d. Kepadatan penghuni yang dikategorikan memenuhi syarat kesehatan
apabila luas runag tidur minimal 8 m2 dan dianjurkan lebih dari 2 orang
(Permenkes No.829/Menkes/SK/II/1999).
2. Personal hygiene :
a. Kebersihan kulit, Pengukuran variabel Kebersihan kulit didasarkan pada skala
ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife jawaban “Ya”
diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian dikategorikan
berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 4-6
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4
b. Kebersihan tangan dan kuku, Pengukuran variabel Kebersihan tangan dan
kuku didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor
10, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol),
kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan
kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45 -74 % atau 4-6
c. Kebersihan pakaian, Pengukuran variabel Kebersihan Pakaian didasarkan
pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife
jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian
dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai
berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45- 74 % atau 4-6
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4
d. Kebersihan handuk, Pengukuran variabel Kebersihan handuk didasarkan pada
skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan total skor 10, alternatife jawaban
“Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi skor 0 (nol), kemudian
dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai
berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7
b) Sedang, jika skor yang diperoleh responden 45-74 % atau 4-6
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4
e. Kebersihan tempat tidur dan sprei, Pengukuran variabel Kebersihan tempat
tidur dan sprei didasarkan pada skala ukur ordinal dari 5 pertanyaan dengan
total skor 10, alternatife jawaban “Ya” diberi skor 2 (dua), dan tidak diberi
skor 0 (nol), kemudian dikategorikan berdsarkan jumlah skor yang diperoleh
dengan kategori sebagai berikut :
a) Baik, Jika skor yang diperoleh responden ≥ 75 % atau ≥7
c) Buruk, jika skor yang diperoleh responden < 45 % atau <4
3.7. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang dikumpulkan kemudian dianalisa dan dibuat dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi yang selanjutnya diuraikan kedalam bentuk narasi, sesuai dengan
referensi yang relevan dengan penelitian. Analisis yang digunakan untuk
mendapatkan gambaran masing-masing variabel independen dan dependen adalah
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran umum lokasi penelitian
Asrama Akademi Kebidanan berada di Jl. Lintas Sibuhuan Gunung Tua Km 8
Desa Sakkilon Kecamatan Lubuk Barumun Kabupaten Padang Lawas Utara. Asrama
akademi kebidanan berdiri dari tahun 2007, Adapun fasilitas yang terdapat di asrama
ini adalah :
a. Asrama mahasiswa
b. Ruang kuliah
c. Ruang perpustakaan
d. Laboratorium komputer
e. Laboratorium kebidanan dan keperawatan
f. Laboratorium bahasa
g. Lapangan olahraga
h. Ruang sholat
i. Ruang Makan
Sumber air bersih adalah sumur bor dan kamar mandi ada 12. Adapun jumlah
penghuni asrama tiap tingkatan yaitu tingkat I ada 58 orang untuk 2 kamar (luas
6x7m), tingkat II ada 40 orang untuk 2 kamar (luas 6x7 m) dan tingkat III ada 39
orang untuk 1 kamar (luas 12x14 m).
Adapun Visi akademi kebidanan ini adalah mengahsilkan tenaga bidan yang
a. Menyelenggarakan pendidikan bidan profesional yang dapat
bertanggungjawab dan bertanggung gugat
b. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
c. Menyelenggarakan proses pendidikan yang efektif dan efisien
d. Mengembangkan ide-ide baru pembentukan pengembangan institusi
pendidikan
e. Melaksanakan penelitian untuk meningkatkan mutu pendidikan
4.2 Hasil Kondisi Lingkungan Kamar Hunian dan Personal Hygiene 4.2.1 Kondisi Lingkungan Kamar Hunian
Untuk melihat gambaran komponen kondisi lingkungan kamar hunian,
peneliti menggunakan form penilaian sesuai Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999
tentang perumahan sehat. Tabelnya dapat dilihat seperti dibawah ini :
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Komponen Kondisi Lingkungan Kamar Hunian Asrama Akademi Kebidanan (Permenkes No. 829/Menkes/SK/1999) No Objek Pengamatan Kategori
No Pertanyaan Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
1 Jendela
a. Luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai
b. Luas jendela keseluruhan <10% luas lantai
[image:40.612.113.527.481.599.2]Tabel 4.1 Lanjutan
No Pertanyaan Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
2 Kelembaban udara ruang
a. Tingkat kelembaban udara 40-70%. b. Tingkat kelembaban udara <40% dan
>70%
√
3 Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung
a. Dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan tidak menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal
b. Tidak dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya >60 lux dan menyilaukan, tidak dapat digunakan untuk membaca dengan normal
√
4 Berapa orang dalam satu kamar a. <10 orang
b. > 10 orang √
5 Berapa luas kamar
a. >8 m2 (untuk 2 orang) b. <8 m2 (untuk 2 orang)
√
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asrama memiliki luas jendela
keseluruhan >10% dari luas lantai, tingkat kelembaban udara 40-70% yaitu 50%,
pencahayaan dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan tidak
menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal dan sudah memenuhi
syarat, sedangkan untuk setiap satu kamar dihuni >10 orang dengan luas kamar >8 m2
(untuk 2 orang) tidak memenuhi syarat.
Selanjutnya, jika dilihat dari kondisi sanitasi dasarnya, asrama memilki 1
sumber air bersih yaitu sumur bor. Sumur bor ini jika dilihat dari kualitas fisiknya
sudah memenuhi syarat kesehatan karena tidak berwarna, tidak bau, dan tidak berasa.
septik tank. Air limbahnya dialirkan ke selokan tertutup dan terbuka. Asrama
memiliki tempat pembuangan sampah di luar asrama, akan tetapi sarana pembuangan
sampahnya hanya berupa keranjang sampah yang diletakkan di setiap lantai di
asrama, dan pengolahan sampah akhir di bakar pada siang hari.
4.2.2 Kebersihan Kulit
Pertanyaan tentang kebersihan kulit mengenai personal hygiene yang
ditanyakan kepada responden ada 5 pertanyaan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel
[image:42.612.117.528.345.446.2]4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit Penghuni Asrama Akademi Kebidanan
No Kebersihan Kulit Ya Tidak
N % n %
1 Mandi 2x sehari 54 93,1 4 6,9
2 Mandi menggunakan sabun 41 70,7 17 29,3
3 Mandi menggunakan sabun sendiri 36 62,1 22 37,9 4 Menggosok badan saat mandi 37 63,8 21 36,2 5 Teman anda pernah memakai sabun anda 25 43,1 33 56,9
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mandi 2x sehari ada 54
orang (93,1%), mandi menggunakan sabun ada 41 orang (70,7%), mandi
menggunakan sabun sendiri ada 36 orang (62,1%), menggosok badan saat mandi ada
37 orang (63,8%), dan teman pernah memakai sabun anda ada 25 orang (43,1%).
Berdasarkan penghitungan skor kebersihan kulit responden tentang personal
hygiene asrama akademi kebidanan dapat dikategorikan baik, sedang, dan buruk.
Tabel 4.3. Kategori Kebersihan Kulit Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan
Kategori Kebersihan Kulit Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 19 32,8
Sedang 21 36,2
Buruk 18 31,0
Jumlah 58 100,0
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
kebersihan kulit tentang personal hygiene dengan kategori sedang yaitu sebanyak 21
orang (36,2%).
4.2.3 Kebersihan Tangan dan Kuku
Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan tangan dan kuku
responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan
yang disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tangan dan Kuku Penghuni Asrama Akademi Kebidanan
No Kebersihan Tangan dan Kuku Ya Tidak
n % n %
1 Mencuci tangan setelah membersihkan tempat tidur anda
21 36,2 37 63,8
2 Mencuci tangan setelah membersihkan kamar mandi anda
53 91,4 5 8,6
3 Memotong kuku sekali seminggu 36 62,1 22 37,9 4 Mencuci tangan setelah menggaruk badan anda 20 34,5 38 65,5 5 Menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi 35 60,3 23 39,7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mencuci yang tangan
setelah membersihkan tempat tidur anda ada 21 orang (36,2%), mencuci tangan
setelah membersihkan kamar mandi anda ada 53 orang (91,4%), memotong kuku
[image:43.612.114.526.125.198.2] [image:43.612.117.527.444.571.2]anda ada 20 orang (34,5%), dan menyikat kuku menggunakan sabun saat mandi ada
35 orang (60,3%).
Berdasarkan penghitungan skor kebersihan tangan dan kuku responden
tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan
menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.5 :
Tabel 4.5. Kategori Kebersihan Tangan dan Kuku Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan
Kategori Kebersihan Tangan
dan Kuku Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 15 25,9
Sedang 11 19,0
Buruk 32 55,2
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai kebersihan tangan dan kuku tentang personal hygiene dengan kategori
buruk yaitu sebanyak 32 orang (55,2%).
4.2.4 Kebersihan Pakaian
Gambaran kebersihan pakaian dalam penelitian ini dapat diketahui dengan
menggunakan 5 pertanyaan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Pakaian Penghuni Asrama Akademi Kebidanan
No Kebersihan Pakaian Ya Tidak
n % n %
1 Mengganti pakaian 2x sehari 49 84,5 9 15,5 2 Anda pernah bertukar pakaian sesama teman 15 25,9 43 74,1 3 Anda mencuci pakaian anda menggunakan
detergen
45 77,6 14 24,1
4 Selalu menyetrika pakaian 44 75,9 14 24,1
[image:44.612.113.526.264.349.2] [image:44.612.118.527.567.682.2]Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengganti pakaian 2x
sehari ada 49 orang (84,5%), pernah bertukar pakaian sesama teman ada 15 orang
(25,9%), mencucui pakaian anda menggunakan detergen ada 45 orang (77,6%), selalu
menyetrika pakaian ada 44 orang (75,9%), dan menjemur pakaian dibawah terik
matahari ada 33 orang (56,9%).
Berdasarkan penghitungan skor kebersihan pakaian responden tentang
personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi
baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.7 :
Tabel 4.7. Kategori Kebersihan Pakaian Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan
Kategori Kebersihan Pakaian Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 19 32,8
Sedang 24 41,4
Buruk 15 25,9
Jumlah 58 100,0
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai kebersihan pakaian tentang personal hygiene dengan kategori sedang
yaitu sebanyak 24 orang (41,4%).
4.2.5 Kebersihan Handuk
Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan handuk responden
tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan yang
disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
[image:45.612.112.527.347.420.2]No Kebersihan Handuk Ya Tidak
n % n %
1 Mandi menggunakan handuk sendiri 46 79,3 12 20,7 2 Menjemur handuk setelah digunakan untuk mandi 45 77,6 13 22,4 3 Menggunakan handuk bergantian dengan teman
anda
9 15,5 49 84,5
4 Menjemur handuk dibawah terik sinar matahari 39 67,2 19 32,8 5 Menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap
hari
37 63,8 21 36,2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mandi menggunakan
handuk sendiri ada 46 orang (79,3%), menjemur handuk setelah digunakan untuk
mandi ada 45 orang (77,6%), menggunakan handuk bergantian dengan teman anda
ada 9 orang (15,5%), menjemur handuk dibawah tersik sinar matahari ada 39 orang
(67,2%), dan menggunakan handuk dalam keadaan kering tiap hari ada 37 orang
(63,8%).
Berdasarkan penghitungan skor kebersihan handuk responden tentang
personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan menjadi
baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada tabel 4.9 :
Tabel 4.9. Kategori Kebersihan Handuk Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Akademi Kebidanan
Kategori Kebersihan Handuk Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 16 27,6
Sedang 24 41,4
Buruk 18 31,0
Jumlah 58 100,0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
kebersihan handuk tentang personal hygiene dengan kategori sedang yaitu sebanyak
24 orang (41,4%).
[image:46.612.111.529.96.227.2] [image:46.612.112.527.528.605.2]Untuk mengetahui bagaimana gambaran kebersihan tempat tidur dan sprei
responden tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan, ada 5 pertanyaan
yang disediakan. Distribusinya dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini:
Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Penghuni Asrama Akademi Kebidanan
No Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Ya Tidak
n % n %
1 Sprei yang anda gunakan untuk tidur digunakan untuk bersama-sama
18 31,0 40 69,0
2 Tidur ditempat tidur anda sendiri 49 84,5 9 15,5 3 Teman anda pernah tidur ditempat tidur anda 42 72,4 16 27,6 4 Menjemur kasur tempat tidur anda sekali
seminggu
26 44,8 32 55,2
5 Mengganti sprei tempat tidur anda sekali seminggu
33 56,9 25 43,1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sprei anda gunakan
untuk tidur digunakan untuk bersama-sama ada 18 orang (31,0%), anda tidur
ditempat tidur anda sendiri ada 49 orang (84,5%), teman anda pernah tidur ditempat
tidur anda ada 42 orang (72,4%), anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali
seminggu ada 26 orang (44,8%), dan anda mengganti sprei tempat tidur anda sekali
seminggu ada 33 orang (56,9%).
Berdasarkan penghitungan skor kebersihan tempat tidur dan sprei responden
tentang personal hygiene di asrama akademi kebidanan maka dapat dikategorikan
menjadi baik, sedang, dan buruk. Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 4.11 :
Tabel 4.11. Kategori Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei Responden Tentang
[image:47.612.115.528.202.349.2]Kategori Kebersihan Tempat
Tidur dan Sprei Jumlah (n) Persentase (%)
Baik 16 27,6
Sedang 18 31,0
Buruk 24 41,4
Jumlah 58 100,0
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai
kebersihan tempat tidur dan sprei tentang personal hygiene dengan kategori buruk
[image:48.612.115.525.87.171.2]BAB V PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Kondisi Lingkungan Kamar Hunian 5.1.1. Ventilasi
Komponen fisik asrama yang sudah memenuhi syarat Permenkes
No.829/Menkes/SK/1999 yaitu: Ventilasi, Pencahayaan, Kelembaban, dan yang
belum memenuhi syarat kesehatan adalah kepadatan penghuni kamar. Jika dilihat dari
jendelanya asrama memiliki luas jendela keseluruhan >10% dari luas lantai. Setiap
kamar tidur yang ada di asrama dilengkapi dengan jendela kamar yang cukup untuk
sirkulasi udara. Manusia membutuhkan udara yang segar dalam rumah atau ruangan.
Suatu ruangan yang tidak mempunyai system ventilasi yang baik, dan dihuni oleh
manusia, akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan kehidupan
(Azwar, A, 1995).
Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Asrama sudah memiliki ventilasi dan
luasnya lebih dari 10% luas lantai. Kondisi ini memungkinkan sirkulasi udara yang
baik di dalam asrama. Suatu ruangan yang terlalu padat penghuninya dapat
memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan pada penghuni tersebut, untuk
itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan (Chandra, B, 2007).
5.1.2 Kelembaban
Hasil penelitian di Asrama Akademi Kebidanan diperoleh bahwa tingkat
akademi kebidanan didapatkan hasil bahwa kelembaban asrama sudah memenuhi
syarat kesehatan dimana kelembaban ruangan yang di perbolehkan menurut
Kepmenkes RI No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah 40%-70%.
Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan prilaku
tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan
baju, handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan tidur
berperan dalam penularan penyakit berbasis lingkungan seperti scabies (memudahkan
tungau Sarcoptes Scabiei berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga
mencapai pejamu baru (Soedjadi, 2003).
Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan kuman penyakit.
Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan yang lembab dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit (Notoatmodjo, 2007).
5.1.3 Pencahayaan
Pencahayaan dapat menerangi seluruh ruangan, intensitasnya <60 lux dan
tidak menyilaukan, dapat digunakan untuk membaca dengan normal. Hasil observasi
pencahayaan pada kamar penghuni asrama diperoleh hasil bahwa pencahayaannya
dapat digunakan untuk membaca dengan normal. Kurangnya cahaya yang masuk
kedalam ruangan, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga akan
menjadi berkembangbiaknya bakteri pathogen. Sebaliknya terlalu banyak cahaya
yang masuk kedalam ruangan akan menyebabkan silau, sehingga dapat merusak mata
Pada malam hari rumah yang sehat harus memperoleh cahaya yang cukup.
Cahaya pada malam hari dapat menggunakan lampu minyak, api, listrik, dan
sebagainya. Namun idealnya rumah sehat menggunakan listrik sebagai sumber
pencahayaan pada malam hari.Pencahayaan dalam rumah minimal 60 lux sampai 100
lux (Prabu, 2009).
5.1.4 Kepadatan
Setiap satu kamar dihuni >10 orang dengan luas kamar >8 m2 (untuk 2 orang)
di Asrama Akdemi Kebidanan sehigga tidak memenuhi syarat. Berdasarkan hasil
observasi pada tiap kamar dieroleh bahwa tingkat I ada 58 orang dengan 2 kamar
(luas 6x7 m), tingkat II ada 40 orang (luas 6x7 m) dan tingkat III ada 39 orang (luas
12x14 m). Kepadatan asrama akademi kebidanan belum memenuhi syarat kesehatan
sesuai dengan Kepmenkes RI No/829/Menkes/SK/VII/1999 Tentang persyaratan
kesehatan perumahan yakni luas ruangan tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan
lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur, kecuali anak dibawah usia 5 tahun.
Kepadatan Hunian merupakan syarat mutlak untuk kesehatan rumah
pemondokan termasuk pondok pesantren, karena dengan kepadatan hunian yang
tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara
kontak langsung maupun tidak langsung dari satu santri kepada santri yang lainnya
(Soejadi, 2003).
Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri penyebab
penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara
udara dalam rumah mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat
meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang diudara (Sukini, 1989).
Seperti yang dikemukan WHO perumahan yang terlalu sempit mengakibatkan
pula tingginya kejadian penyakit dalam masyarakat. Karena rumah terlalu sempit
maka perpindahan (Penularan) bibit penyakit dari manusia ke manusia yang lainnya
akan lebih mudah terjadi misalnya : TBC,penyakit kulit (Entjang, 2000).
5.2 Personal Hygiene 5.2.1 Kebersihan Kulit
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai kebersihan kulit tentang personal hygiene dengan kategori sedang.
Menurut Tarwoto dan Martonah (2003), Kebersihan diri termasuk kebersihan
kulit sangat penting dalam usaha pemeliharaan kersehatan seperti mandi 2 kali sehari
menggunakan sabun agar terhindar dari penyakit menular.
Bagi Kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi 2 kali sehari seharusnya
merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan mandi akan sangat
menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisah, tidak enak dan bau badan yang
kurang sedap. Selain kenyamanan fisik juga merupakan kebutuhan integritas kulit,
maka perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting
artinya dan juga tubuh akan terhindar dari penyakit infeksi pada kulit (Wolf, 1984).
Dampak yang sering dijumpai karena tidak memperhatikan kebersihan kulit
adalah penyakit kadas, kurap dan panu.
Sebagian besar responden mempunyai kebersihan tangan dan kuku tentang
personal hygiene dengan kategori buruk.Menurut Wolf (2000), Tangan harus dicuci
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan apapun seperti sebelum makan, sesudah
makan, sesudah buang air besar ataupun buang air kecil ini dapat mencegah
terjadinya perkembangan kuman penyakit dan mengurangi kesempatan infeksi.
Menurut Stevens (2000), adapun tujuan perawatan kuku yaitu membersihkan kuku,
mengembalikan batas-batas kulit ditepi kuku ke keadaan normal serta mencegah
terjadinya perkembangan kuman penyakit maka dari itu perlu perawatan kuku dengan
cara menggunting kuku sekali seminggu dan menyikat kuku menggunakan sabun.
Menurut Handrawan (2013), penyakit yang bisa timbul akibat tidak
memperhatikan kebersihan tangan dan kuku yaitu: diare, tifus, kolera, cacingan,
hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, muntaber, gastroenteritis dan polio.
5.2.3 Kebersihan Pakaian
Sebagian besar responden mempunyai kebersihan pakaian tentang personal
hygiene dengan kategori sedang. Menurut Handayani (2005), bila pakaian tidak
pernah di cuci ataupun dijemur dalam jangka waktu yang lama Maka kemungkinan
jumlah kuman scabies yang ada di pakaian itu banyak sekali dan sangat besar resiko
untuk menularkan pada orang lain. Adapun penularan penyakit scabies dapat secara
kontak tidak langsung yaitu melalaui benda-benda terkontaminasi karena telah
berhubungan dengan penderita seperti pakaian, handuk, sprei, bantal dan sebagainya.
Dampak yang sering di jumpai karena tidak memperhatikan kebersihan
pakaian adalah penyakit kulit (skabies, jamur, panu, infeksi bakteri pioderma).
Sebagian besar responden mempunyai kebersihan handuk tentang personal
hygiene dengan kategori sedang.
Menurut Handayani (2005), sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara
bersama-sama karena mudah menularkan kuman scabies dari penderita ke orang lain.
Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak
dicuci dalam jangka waktu yang lama maka kemungkinan jumlah kuman scabies
yang ada pada handuk banyak sekali dan sangat beresiko untuk menularkan pada
orang lain.
5.2.5 Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
Kebersihan tempat tidur dan sprei tentang personal hygiene diperoleh kategori
buruk. Kasur merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas tidur. Agar kasur
tetap bersih dan terhindar dari kuman penyakit maka perlu menjemur kasur 1x
seminggu karena tanpa disadari kasur juga bisa menjadi lembab hal ini dikarenakan
seringnya berbaring dan suhu kamar yang berubah rubah (Handri, 2010).
Sebaiknya selalu ganti sprei tempat tidur sekali satu minggu. Jika lebih dari
satu minggu akan banyak debu yang menempel pada sprei. Didalam debu terdapat
tungau yang bisa menembus pori-pori sprei. Kotoran tungau ini adalah penyebab
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yag dilakukan di asrama akademi kebidanan
Baruna Husada Sibuhuan mengenai gambaran kondisi kamar hunian dan personal
hygiene maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kondisi lingkungan kamar hunian sudah memenuhi syarat kesehatan yaitu
ventilasi, kelembaban, pencahayaan sedangkan kepadatan tidak memenuhi
syarat.
2. Persentase kebersihan kulit, kebersihan pakaian dan kebersihan handuk
sebagian besar dalam kategori sedang.
3. Persentase yang memiliki kebersihan tangan dan kuku, dan kebersihan tempat
tidur sebagian besar dalam kategori buruk.
6.2 Saran
1. Bagi pengelola asrama akademi kebidanan agar menyediakan sarana fasilitas
kondisi kamar hunian yang memenuhi syarat kesehatan serta memperhatikan
dan menjaga sarana tersebut dengan baik.
2. Bagi penghuni asrama akademi kebidanan agar tetap memelihara kebersihan
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber, Jakarta.
Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk gdl-grey- 2008-mohbadri-2623&node=146&start=141 yang diakses bulan Mei 2012
Chandra, B, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC, Jakarta.
Depkes. RI. 2002. P