• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

KABUPATEN BOGOR

ALI SUNANTA DWI PUTRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALI SUNANTA DWI PUTRA. Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.

Ekowisata adalah perjalanan yang disengaja ke kawasanalamiah untuk memahami budaya dan sejarah lingkungan tersebut dengan menjaga agar keutuhan kawasan tidak berubah dan menghasilkan peluang untuk pendapatan masyarakat sekitarnya sehingga mereka merasakan manfaat dari upaya pelestarian sumber daya alam.Tujuan penelitian ini adalah 1) mengevaluasi kelayakan lanskap Gunung Pancar sebagai kawasan ekowisata dan menyusun rencana manajemen (eko)wisata. Lokasi penelitian terletak di Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, pada koordinat 106°54’13” BT - 106°54’58” BT dan 6°35’30” LS - 6°35’38” LS. Untuk mengevaluasi digunakam metode analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Gunung Pancar tidak memenuhi kriteria sebagai kawasan ekowisata berdasarkan analisis perbandingan antara standar ekowisata dan existing dan 2) strategi utama yang dihasilkan dari analisis SWOT adalah membuat koriodor wisata antar objek-objek wisata, manajemen yang baik dan meningkatkan kerja sama. Untuk mendukung strategi utama dibutuhkan rencana manajemen yang terdiria atas menambahkan jenis manajer, pekerja lokal, melaksanakan pelatihan untuk pekerja, dan system tiket yang baik.

Kata kunci:Anlisis SWOT, Ekowisata, Evaluasi, Koridor Wisata, Rencana Manajemen

ABSTRACT

ALI SUNANTA DWI PUTRA. Evaluation of Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Bogor District. Supervised by HADI SUSILO ARIFIN.

Ecotourism is a purposeful travel to natural areas to understand the culture and natural history of environment, taking care not to alter the integrity of the ecosystem, while producing economics opportunities that make the conservation of natural resources beneficial to local people.The objectives of this research are 1) to evaluate the feasibility of Gunung Pancar landscape as ecotourism area and 2) to arrange (eco)tourism management plan. Research site is located in Gunung Pancar, Bogor District, 106°54’13” EL - 106°54’58” EL and 6°35’30” SL - 6°35’38” SL. The analysis method of Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) is used in this evaluation. The results are 1) Gunung Pancar is not suitable for ecotourism according to the comparation analysis between ecotourism standards and existing and 2) the main strategy obtained from SWOT analysis is to make tourism corridors among tourism objects, good management and to improve cooperation.To support the main strategy is in need of management plan that consists of to add some manajers, to add the number of local labours, to hold some trainings for labours, and a good ticketing.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

KABUPATEN BOGOR

ALI SUNANTA DWI PUTRA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Judul Skripsi :Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor Nama : Ali Sunanta dwi Putra

NIM : A44080020

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA Ketua Departemen

(7)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Topik yang diangkat ini adalah penelitian mengenai pengaruh keberadaan tempat wisata terhadap sumber daya lokal dan lanskap Gunung Pancar dengan judul skripsi Evaluasi Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor. Skripsi ini diperuntukan sebagai syarat untuk kelulusan sarjana di Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor.

Pihak-pihak dengan kompetensi tinggitelah membantu menyelesaikan skripsi dengan baik. Pada kesempatan ini penulisan menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen Pembimbing Skripsi (PS) yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi yang sangat baik dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Dr. Ir. Siti Nurisyah, MSLA selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah memberikan arahan semasa kuliah di Departemen Arsitektur Lanskap; 3. Pengelola TWA Gunung Pancar yang telah menerima dengan baik dan

memberikan dukungan pada penulis dalam melaksanakan penelitian;

4. Fathiin, Amin, Lidya, Rida, Enjoy, Atik, Desi, Mukhlis, Andre, Arik, dan teman-teman ARL 45 yang selalu menjadi tempat berbagi yang menyenangkan;

5. Ibu dan Bapakku tercinta Liestyowati dan Istan Thoharli serta kedua saudara saya Arsyta Eka Putri dan Muhammad Ali Sumarta yang selalu tersenyum penuh dukungan dan motivasi. Terima kasih banyak keluargaku.

Saran dan masukan yang berharga sangat penulis harapkan untuk memacu penulis yang lebih baik di masa yang akan dating. Akhirnya semoga skripsi ini dapat menjadi referensiyang bermanfaat bagi civitas akademika dan stakeholders.

Bogor, Mei 2013

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Ekowisata 4

Prinsip dan Kriteria Ekowisata 5

Tujuan Ekowisata 6

Perkembangan Permintaan 7

Sumber Daya Lokal 8

Pengetahuan Lokal 8

Rencana Manajemen 9

METODE PENELITIAN 10

Lokasi dan Waktu 10

Alat dan Bahan 10

Pendekatan Penelitian 12

Metode 12

Evaluasi Kelayakan Ekowisata 12

Penilaian Kelayakan Gunung Pancar sebagai Kawasan Ekowisata 16

Analisis SWOT 16

Rencana Manajemen 17

HASIL 17

Analisis Situasional TWA Gunung Pancar 17

Aspek Ekologi 18

Iklim 18

Topografi 21

Kualitas Tanah 21

Hidrologi 23

Vegetasi 24

(9)

Kualitas Visual 27

Sejarah TWA Gunung Pancar 27

Masyarakat Lokal 28

Pengunjung 29

Aspek Ekonomi 30

Aspek Pengelolaan 31

Struktur Organisasi 31

Tenaga Kerja dan Penjadwalan 32

Program Wisata 33

Sarana dan Prasarana 34

Pengelolaan Tiket 35

Keuangan 35

PEMBAHASAN 37

Evaluasi Aspek Biofisik TWA Gunung Pancar 37

Daya Dukung 38

Biodiversitas (Satwa dan Vegetasi) 39

Kualitas Air, Udara, dan Tanah 40

Atraksi 42

Evaluasi Aspek Sosial-Budaya 43

Pengetahuan dan Budaya Lokal 43

Keikutsertaan dan Kesejahteraan Masyarakat Lokal 44

Persepsi Pengunjung 44

Evaluasi Aspek Manajemen 45

Pedoman Manajemen 45

Program Wisata 46

Fasilitas dan Infrastruktur 46

Keamanan 47

Keuangan, Penjadwalan, dan Pekerja 48

Pengelolaan Tiket 48

Penentuan Nilai Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Pancar 49

Analisis SWOT 53

Identikasi Faktor Internal dan Eksternal Wisata di TWA Gunung Pancar 53 Penentuan Nilai Faktor Internal dan Eksternal 58 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation

(10)

Strategi Pengelolaan TWA Gunung Pancar 62

Penentuan Alternatif Strategi 64

Rencana Manajemen 67

Zonasi 67

Koridor Wisata 68

Meningkatkan Kerja Sama 77

Rencana Manajemen TWA Gunung Pancar 78

SIMPULAN DAN SARAN 81

DAFTAR PUSTAKA 81

RIWAYAT HIDUP 83

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prinsip dan kriteria ekowisata 5

Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data 15

Tabel 3 Prinsip Ekowisata 16

Tabel 4 Matriks SWOT 17

Tabel 5 Tata Guna Lahan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya 18 Tabel 6 Hasil analisis tanah pada blok pemanfaatan di TWA Gunung

Pancar 22

Tabel 7 Analisis kualitas air dari mata air, air panas, dan air sungai 23 Tabel 8 Vegetasi terdapat di dalam TWA Gunung Pancar tahun

2000-2004 24

Tabel 9 Satwa yang terdapat di dalam TWA Gunung Pancar 2000-2004 26 Tabel 10 Program-program Wisata yang Disediakan oleh PT WWI 34 Tabel 11 Prediksi Pendapatan PT WWI Tahun 2011 35 Tabel 12 Prediksi Pengeluaran Pengusahaan PT WWI Tahun 2011 36

Tabel 13 Analisis Keuangan Lima Tahunan 36

Tabel 14 Daya Dukung Jumlah Pengunjung Beberapa Kegiatan Wisata 39 Tabel 15 Penurunan Kuantitatif Biodiversitas TWA Gunung Pancar 40

Tabel 16 Baku Mutu Mata Air Gunung Pancar 40

Tabel 17 Kualitas Tanah Kawasan 41

Tabel 18 Potensi Wisata Budaya 43

Tabel 19 Efek Keberadaan TWA Gunung Pancar bagi Masyarakat Lokal 44

Tabel 20 Pedoman Manajemen Ekowisata 46

Tabel 21 Matriks Perbandingan antara Taman Wisata Alam dan Prinsip

Ekowisata 50

(11)

Tabel 26 Matiriks Internal Factor Evaluation (IFE) di TWA Gunung

Pancar 61

Tabel 27 Matiriks External Factor Evaluation (EFE) di TWA Gunung

Pancar 61

Tabel 28 Matriks SWOT TWA Gunung Pancar 63

Tabel 29 Perangkingan Alternatif Strategi 64

Tabel 30 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 1 (Downhill) 71 Tabel 31 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 2 dan 3 (Hutan Pinus) 72 Tabel 32 Deskripsi Koridor Wisata Alam Spot 4 (Air Panas) 72 Tabel 33 Deskripsi Wisata Alam Spot 5 (Puncak Gunung Pancar) 73 Tabel 34 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 1 (Pembuatan Baju) 75 Tabel 35 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 2 (Pandan) 76 Tabel 36 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 3 (Upacara Adat) 76 Tabel 37 Deskripsi Koridor Wisata Budaya Spot 4 (Puncak Gunung

Pancar) 77

Tabel 38 Kebutuhan Tenaga Kerja 79

Tabel 39 Penjadwalan untuk Pekerja TWA Gunung Pancar 80

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian 3

Gambar 2 Lokasi Penelitian 11

Gambar 3 Peta Rekonstruksi Batas Tahun 1996 19

Gambar 4 Peta Evaluasi Batas Tahun 2003 20

Gambar 5 Suhu Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar 20 Gambar 6 Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung

Pancar 21

Gambar 7 Grafik Penurunan Jumlah Spesies Tanaman dan Tumbuhan di

TWA 25

Gambar 8 Grafik Penurunan Jumlah Spesies Satwa di TWA Gunung

Pancar 27

Gambar 9 Hutan Pinus (kiri) dan Pemandangan Perbukitan (kanan) 27 Gambar 10 Gafik Jumlah Penduduk berdasarkan Usia 28

Gambar 11 Taraf Pendidikan Masyarakat Lokal 29

Gambar 12 Grafik Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2007-2012 30 Gambar 13 Jenis Mata Pencarian Desa Karang Tengah 31

Gambar 14 Struktur Organisasi PT WWI 33

Gambar 15 Perbandingan Jumlah Kunjungan Faktual dengan Daya

Dukung 39

Gambar 16 Wisata Downhill (Asia Pasific Event) 42 Gambar 17 Air Panas (kiri) dan Hutan Pinus (kanan) 43 Gambar 18 Tingkat Kepuasan, Kenyamanan, dan Keamanan bagi

Pengunjung 45

Gambar 19 Tempat Makan (kiri) dan Kamar Berendam Air Panas

(kanan) 47

Gambar 20 Presentatif Jalan Menuju Kawasan (Kiri) dan Jalan di dalam

(12)

Gambar 21 Tingkat Keamanan TWA Gunung Pancar 48 Gambar 22 Persentase Nilai Kesesuaian Gunung Pancar sebagai

Kawasan Ekowisata 49

Gambar 23 Kolam Air Panas 53

Gambar 24 Hutan Pinus (kiri) dan Downhill Track (kanan) 54

Gambar 25 Area Air Panas yang Tidak Tertata 55

Gambar 26 Vandalisme (kiri) dan fasilitas yang belum baik (kanan) 56

Gambar 27 Perambahan Hutan 57

Gambar 28 Posisi Matriks Internal dan Eksternal TWA Gunung Pancar 62

Gambar 29 Zonasi Kawasan Gunung Pancar 69

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap manusia membutuhkan hiburansalah satunya adalah berwisata. Tempat wisata merupakan wahana atau tempat yang menyediakan berbagai alternatif hiburan yang diharapkan dapat menghilangkan kejenuhan penggunanya dan menimbulkan kesenangan. Pada masa modern ini orang-orang semakin beramai-ramai ke tempat wisata alam, khususnya masyarakat perkotaan.Besarnya animo masyarakat berkunjung ke tempat wisata alam mendorong orang-orang untuk menambah ataupun mengembangkan tempat wisata alam. Akan tetapi, bertambahnya tempat wisata alam tersebut tidaklah selalu menguntungkan dan bermanfaat. Pada perkembangannya, jika pengelolaannya tidak baik maka semakin banyak tempat wisata semakin banyak pula kerusakan yang ditimbulkan. Hal ini akan memperberat beban lingkungan.

Ekowisata dapat menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi atau menghindari kerusakan lingkungan. Alasan ini dapat dibenarkan karena ekowisata menitikberatkan pada kelestarian lingkungan. Ekowisata merupakan tempat wisata yang menyeimbangkan antara kepentingan manusia dan keseimbangan di alam. Artinya tempat wisata tersebut tetap menguntungkan secara ekonomi (profit) dan sosial-budaya dengan dampak negatif ke alam yang seminimal mungkin sehingga alam tetap lestari. Lestari didefinisikan cukup untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang. Hal ini seharusnya dicamkan pada setiap individu sebagai tanggungjawab kita pada generasi penerus kita.

Gunung Pancar merupakan tempat wisata alam yang menyediakan berbagai fenomena alam dan hiburan. Selain fenomena alam berupa lereng-lereng pegunungan di sana terdapat hutan pinus yang indah, pemandian air panas, dan hamparan pemandangan yang memanjakan mata pengunjung serta track downhill yang bertaraf internasional. Track downhill ini digunakan saat pada SEA Games 2011 lalu. Dengan kata lain, track ini sudah memenuhi kriteria track downhill internasional.

(14)

2

Salah satu pengetahuan lokal yang terdapat di Gunung Pancar yaitu kemampuan menghasilkan pandan yang berkualitas. Hasil panen pandan tidak hanya untuk pasar lokal namun sudah merambah pasar internasional (ekspor). Dan kearifan lokal di sana yaitu adanya kesadaran masyarakat lokal untuk menjaga makam nenek moyang mereka yang berada di puncak Gunug Pancar. Mereka menganggap makam tersebut sangat berharga dan keramat sehingga berdampak terhadap ekosistem di puncak supaya terlindungi dengan baik.

Kaum intelektual sudah seharusnya peduli dengan hal ini. Mahasiswa merupakan salah satu kaum intelektual yang pada prinsipnya sudah mampu untuk menelaah masalah dengan kajian atau penelitian sehingga mereka dapat menetaskan solusi yang kreatif dan solutif. Kajian atau penelitian diperlukan untuk menghasilkan manajemen yang tepat sehingga rekomendasinya diharapkan dapat memperbaiki keadaan kawasan ini. Manajemen yang tepat adalah manajemen yang menjaga kelestarian lingkungan atau sumber daya lokal dan pengetahuan lokal dengan baik.

Tujuan

Tujuan penelitian ini, yaitu:

1. mengevaluasi kelayakan lanskap Gunung Pancar sebagai kawasan ekowisata;

2. menyusun rencana manajemen (eko)wisata.

Manfaat

Manfaat dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan pengelolaan yang berkelanjutan baik bagi masyarakat maupun pengelola;

2. memberikan pengetahuan atau referensi bagi pengelola, pemerintah daerah, dan civitas akademika mengenai ekowisata di Gunung Pancar.

Kerangka Pikir

Wisata alam di Gunung Pancar yang telah ada dikaji dengan melihat faktor pembentuk ekowisata, yang meliputi faktor biofisik (ekologi), sosial-budaya, dan ekonomi (Gambar 1). Kemudian ekowisata yang baik didukung oleh pengelolaan yang baik pula. Potensi biofisik yang ada di sana yaitu sumber air panas, hutan pinus dan pemandangan pegunungan. Ketiga sumber daya lokal ini tidak hanya dimanfaatkan namun dilindungi juga.

(15)

3 pengguna akan merasa puas ketika berkunjung ke kawasan.

Ketiga aspek ekowisata tersebut dievaluasi menggunakan standar-standar ekowisata yang dibandingkan dengan kondisi existing saat ini. Hasil evaluasi tersebut akan memutuskan kelayakan kawasan sebagai kawasan ekowisata. Dari hasil keputusan tersebut dijadikan acuan dalam membuat analisis SWOT. Analisis ini menghasilkan strategi pengelolaan untuk dijadikan rekomendasi berupa rencana manajemen.

(16)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gunung Pancar merupakan taman wisata alam yang sudah dibuka sejak tahun 1993. Penelitian ini melihat Gunung Pancar sebagai kawasan yang akan dikembangkan sebagai ekowisata demi tujuan melindungi dan menjaga SDA dan budaya lokal. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut yaitu ekowisata, pengetahuan lokal, sumber daya lokal, dan rencana manajemen . Uraian-urain di atas dijabarkan pada Sub-Bab di bawah ini.

Ekowisata

Secara sederhana ekowisata dapat diartikan sebagai wisata yang bersinergi dengan lingkungan. Akan tetapi ekowisata memiliki berbagai definisi, berbeda orang maka berbeda definisi juga. Berikut ini adalah beberapa definisi ekowisata. 1. Ekowisata adalah wisata berbasis alam dimana ada pendidikan dan interpretasi

di dalamnya dan pengelolaan yang berkelanjutan serta terdapat komponen budaya, konservasi, dan pemberdayaan sumber daya local (Allock, 1994). 2. Ekowisata adalah perjalanan yang beraggungjawab ke alam yang melindungi

alam dan meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal (Linberg dan Hawkins, 1993).

3. Ekowisata adalah wisata ekologis yang berkelanjutan dimana wisata tersebut berperan menjaga satwa dan habitatnya dan juga secara langsung berkontribusi dalam konservasi dan atau secara tidak langsung memberikan pendapatan pada penduduk lokal dan selanjutnya melindungi sumber daya setempat sebagai sumber penghasilan mereka (Goodwin, 1996).

4. Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini.

Secara gamblang, ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata. Adanya unsur di atas yaitu kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:

1. kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploitatif terhadap sumber daya alam,

2. asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat, 3. kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif masyarakat

setempat,

4. partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari,

(17)

5 homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual.

Prinsip dan Kriteria Ekowisata

Beradasarkan Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan(2001), prinsip dan kriteria ekowisata yang meliputi berbagai hal. Tabel 1 memperlihatkan 5 prinsip dalam ekowisata dengan kriteria-kriterianya.

Tabel 1Prinsip dan kriteria ekowisata

No. Prinsip Ekowisata Kriteria Ekowisata 1 Memiliki kepedulian, tanggung

jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.

a. Memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).

b. Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung lingkungan daerah tujuan.

c. Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya.

d. Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata.

e. Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan.

f. Mengelola usaha secara sehat. g. Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

2 Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.

a. Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan ekowisata.

b. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. c. Menggugah prakarsa dan aspirasi

masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata.

d. Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak pengembangan ekowisata.

e. Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.

f. Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat (multi stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata. 3 Memberikan manfaat kepada

masyarakat setempat. a. Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara aktif maupun pasif.

(18)

6

peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat.

c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.

d. Menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.

4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.

a. Menetapkan kode etik ekowisata bagi wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata.

b. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak lainya (multi-stakeholders) dalam penyusunan kode etik wisatawan, pengelola dan pelaku usaha ekowisata. c. Melakukan pendekatan, meminta saran saran dan mencari masukan dari tokoh/pemuka

masyarakat setempat pada tingkat paling awal sebelum memulai langkah-langkah dalam proses pengembangan ekowisata. d. Melakukan penelitian dan pengenalan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempatsebagai bagian terpadu dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata.

5 Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.

a. Memperhatikan dan melaksanakan secara konsisten: Dokumen-dokumenInternasional

yang mengikat, GBHN

Pariwisata Berkelanjutan, Undang undang dan peraturan-peraturan yang berlaku.

b. Menyusun peraturan-peraturan baru yang diperlukan dan memperbaiki dan menyempurnakan peraturan-peraturan lainnya yang telah ada sehingga secara keseluruhan membentuk sistem per-UU an dan system hukum yang konsisten. c. Memberlakukan peraturan yang berlaku dan memberikan sangsi atas

pelanggarannya secara konsekuen sesuai dengan ketentuan yang berlaku (law enforcement).

d. Membentuk kerja sama dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan

pencegahan terhadap dilanggarnya peraturan yang berlaku.

Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001

Tujuan Ekowisata

Konsep ekowisata telah banyak diterapkan di berbagai kawasan. Konsep tersebut memiliki tujuan tersendiri dan berdasarkan beberapa ahli. Beberapa pendapat di bawah ini merupakan tujuan-tujuan ekowisata dari ahli-ahli ekowisata.

(19)

7 1. sebagai objek untuk tujuan komersil (Bukcley, 2009).

2. sebagai objek wisata sekaligus melindungi alam, sumber daya lokal, dan memberikan penghasilan pada penduduk lokal (Weaver, 2001).

3. sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan manusia berwisata, ekonomi (Damanik dan Weber, 2006).

4. menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial.

Penetapan tujuan ekowisata di atas di dasarkan pada beberapa unsur utama. Unsur-unsur utama tersebut akan dijabarkan seperti di bawah ini.

1. Ekowisata sangat tergantung pada kualitas sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya. Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata. Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar, untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati Indonesia di tingkat internasional, nasional, regional dan lokal.

2. Pelibatan Masyarakat. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak, mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.

3. Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

4. Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan memperlihatkan kecendrungan meningkatnya permintaan terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berprilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat.

5. Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara, pemerintah dan masyarakat setempat, melalui kegiatan-kegiatan yang non-ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata, mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

Perkembangan Permintaan

(20)

8

1. Runtuhnya sistem kelasdan kasta, semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mercepat mobilitas manusia antar daerah, negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata (Damanik dan Weber, 2006).

2. Distribusi pendapatan yang lebih merata dan penghasilan yang meningkat mendorong semakin banyaknya permintaan perjalanan wisata (Damanik dan Weber, 2006).

3. Pendidikan yang semakin meningkat membuat wawasan seseorang semakin luas. Keingintahuan dan minat untuk mempelarai sesuatu yang baru ikut menigkat selain itu apresiasi terhadap tempat dan budaya yang berbeda semakin tinggi. Dalam hal tertentu mereka juga sangat kritis menilai lokasi, budaya, atau apa saja yang merek alihat dan kunjungi. Semua ini menjadi pendorong yang kuat bagi orang untuk berwisata (Damanik dan Weber, 2006). 4. Waktu luang, uang, sarana, da prasarana merupakan permintaan potensial

wisata (Damanik dan Weber, 2006).

Sumber Daya Lokal

Sumber daya lokal merupakan aset suatu kawasan yang mempunyai dampak dan nilai tersendiri bagi kawasan tersebut sehingga sumber daya tersebut harus dijaga dengan baik (Damanik dan Weber, 2006). Hal ini berguna bagi kelangsungan ekosistem dan sumber penghidupan bagi manusia dan hewan. Sumber air atau energi, flora fauna lokal dan lanskap alami merupakan contoh sumber daya lokal yang ada pada suatu kawasan. Ketiga sumber daya tersebut pada dasarnya saling membutuhkan dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Bila salah satu sumber daya tersebut rusak maka keseimbangan ekosistem kawasan akan terganggu dan pada akhirnya akan merusak ekosistem jika tidak diperbaiki. Oleh karena itu, menjaga sumber daya lokal sangatlah penting.

Pengetahuan Lokal

Pengetahuan indigenous adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakanoleh sekelompok masyarakat dari generasi ke generasi yang hidup menyatudan selaras dengan alam (Johnson (1992) disitasi oleh Sunaryo dan Joshi (2003)). Pengetahuan seperti ini berkembang dalamlingkup lokal, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan inovasi atau uji cobasecara terus-menerus dengan melibatkan masukan internal dan pengaruheksternal dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru setempat.Oleh karena itu pengetahuan indigenous ini tidak dapat diartikan sebagaipengetahuan kuno, terbelakang, statis atau tak berubah.

(21)

9 adalah penduduk asli yangtinggal di lokasi geografis tertentu, yang mempunyai sistem budaya dankepercayaan yang berbeda dengan sistem pengetahuan duniaintelektual/internasional. Kenyataan ini menyebabkan banyak pihak yangberkeberatan dengan penggunaan istilah pengetahuan indigenous dan mereka lebih menyukai penggunaan istilah pengetahuan lokal (Sunaryo danJoshi, 2003).

Pengetahuan lokal merupakan konsep yang lebih luas yang merujukpada pengetahuan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang hidup diwilayah tertentu untuk jangka waktu yang lama. Pada pendekatan ini, kitatidak perlu mengetahui apakah masyarakat tersebut penduduk asli atautidak. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana suatu pandanganmasyarakat dalam wilayah tertentu dan bagaimana mereka berinteraksidengan lingkungannya, bukan apakah mereka itu penduduk asli atau tidak.Hal ini penting dalam usaha memobilisasi pengetahuan mereka untukmerancang intervensi yang lebih tepat-guna.

Pengetahuan lokal tidak tercipta secara praktis dan biasanya didapatkan secara turun-temurun. Adakalanya suatu teknologi yang dikembangkan di tempat lain dapat diselaraskan dengan kondisi lingkungannya sehingga menjadi bagian integral pengetahuan lokal. Pada perkembanganya pengetahuan lokal tidak seutuhnya bertahan, ada beberapa hal yang hilang yang mungkin disebabkan oleh pengaruh eksternal. Namun, pada hakekatnya pengethauan lokal dapat bertahan dengan upaya adaptasi atau penyesuaian-penyesuaiandengan mengikuti kondisi atau tuntutan yang berkembang.

Rencana Manajemen

Rencana manajemen atau pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus dan Curtis 1982). Adapun definisi lainnya, pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin 2005).

Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjagalanskapagar tetap nyaman, bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan suatu fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap.

Kegiatan pengelolaan lanskap dimulai dari

pengembanganstrategipengelolaanyang berkelanjutandaridesain sampaipemeliharaandalamupayauntuk

membangunlanskapyangberfungsilebihefisiendan meminimalkandampakterhadap lingkungan. Proses pengelolaan lanskap meliputi menentukan objek, merencanakan operasioanal, eksekusi rencana, dan monitoring dan bila dibutuhkan lakukan rencana ulang (Parker dan Bryan 1989).

(22)

10

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksakan di Gunung Pancar yang terletak di Desa Karangtengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Taman Wisata Alam Gunung Pancar dengan luas 447,5 Ha ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988. Secara geografis kawasan ini terletak antara 106°54’13”-106°54’58” BT dan 6°35’30”-6°35’38” LS, sedangkan secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Pada sebelah Utara berbatasan dengan desa Ciburial, sebelah Timur berbatasan dengan desa Cimandala, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Cimbimbin, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Karang Tengah.

Gunung Pancar merupakan hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi. Kawasan ini terletak di sebelah Barat DAS Kali Bekasi (Gambar 2). Ada beberapa aliran mata air disini dan aliran anak-anak sungai.

Gunung Pancar terletak pada ketinggian 300-800 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan topografi landai sampai bergelombang terjal dengan kemiringan sekitar 15-40%. Bagian tertinggi terletakdi puncak Gunung Pancar 800 mdpl dan Pasir Astana 700 mdpl. Kawasan TWA Gunung Pancar termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.000-4.500 mm/th. Jumlah hari hujan per tahun berkisar antara 150-250 hari. Suhu udara minimum 24°C pada malam hari dan suhu tertinggi 33°C pada siang hari dengan kelembaban udara rata-rata 58-82%.

Penelitian “Evaluasi Kawasan Ekowisata Berbasis Sumber Daya dan Pengetahuan Lokal di Gunung Pancar, Kabupaten Bogor” ini telah dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Kemudian dilanjutkan dengan penulisan skripsi dari awal Agustus 2012 sampai Januari 2013.

Alat dan Bahan

(23)

11 55

Sumber: Arifin, 2011

Gambar 2Lokasi Penelitian

11

(24)

12 55

Pendekatan Penelitian

Pendekatan ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dapat dilakukan dalam proses rencana manajemen ekowisata yang berkelanjutan. Pendekatan ekologi digunakan untuk mengetahui daya dukung dan biodiversitasdengan menentukan indikator kerusakan dari suatu ekosistem atau lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia terutama pada tingkat jumlah pemakai yang berlebihan. Peluang ekonomi bagi pengelola dan masyarakat lokal juga penting untuk dijadikan pendekatan dalam penelitian ini. Pengelolaan juga menjadikan aspek sosial-budaya sebagai pendekatannya. Hal ini perlu untuk melihat sejauh mana suatu tempat wisata berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal dan mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap kelangsungan atau keseharian tempat wisata tersebut.

Metode

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan ekowisata. Ekowisata terdiri atas tiga aspek, yaitu aspek biofisik (ekologi), sosial-budaya, dan ekonomi. Ketiga aspek tersebut dievaluasi dengan standar eowisata. Selain aspek ekowisata tersebut, dikaji juga aspek pengelolaan yang sudah ada. Dari hasil evaluasi tersebut kemudian disusun strategi pengelolaan untuk rekomendai pengelolaan.

Evaluasi Kelayakan Ekowisata

Wisata yang telah ada (existing) di TWA Gunung Pancar dibandingkan dengan standar ekowisata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan wisata yang ada bila dijadikan sebagai kawasan ekowisata.

1. Biofisik a. Daya Dukung

Jumlah pengunjung harus disesuaikan dengan luas kawasan wisata dan jumlah optimal yang memungkinkan kontak pengunjung dengan kelimpahan alam (Baud-Bovi dan Lawson, 2002). Hal ini bertujuan agar tercapai benefit optimal dalam berekowisata, di mana keadaan pemanfaatan alam tanpa merusak alam. Ekowisata berjalan dengan terjaminnya kelestrian biofisik kawasan. Untuk menghitung daya dukung jumlah pengunjung dapat menggunankan rumus berikut ini (Arifin, 2011).

Keterangan: adalah luas area yang dibutuhkan dalam acre; adalah demand aktivitas (jumlah pengunjung);

CD adalah capacity days (jumlah hari wisata/tahun); A adalah area per orang (feet kuadrat)

(25)

13

b. Iklim

Iklim Gunung Pancar selama 10 tahun terakhir akan dikaji kesesuaiannya untuk ekowisata. Iklim yang dikaji yaitu curah hujan, suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban dihitung rata-ratanya agar diketahui tingkat kenyamanannya bagi pengunjung. Tingkat kenyamanan tersebut diketahui dengan melakukan penilaian terhadap Thermal Index Humanity (THI).

c. Vegetasi dan Satwa

Biodiversitas yang baik bagi ekowisata adalah biodiversitas yang dijaga kelestariannya agar tidak terjadi penurunan kuantitas dan kualitas. Secara kuantitas vegetasi dan satwa di Gunung Pancar yang ada sekarang dijaga jumlahnya dan secara kualitas vegetasi dan satwa dilindungi agar tidak rusak.

d. Tanah dan Topografi

Kesuburan tanah dan agregat tanah yang baik merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendukung rencana ekowisata. Begitu juga dengan kemiringan lahan diperhatikan untuk mengetahui potensi dan kendala serta kemungkinan bahaya bagi user. Bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan harus diminimalisir dan diantisipasi dengan baik agar user merasa aman dan nyaman. Kemiringan lahan yang ada disesuaikan dengan program wisata yangs sesuai, seperti kemiringan agak cukup

e. Hidrologi

Kelayakan hidrologi perlu dikaji untuk menjamin kualitas air seperti kadar racun dan debit air untuk kebutuhan manusia, vegetasi dan satwa. Kualitas air baik dan debitnya mencukupi maka air dapat dimanfaatkan untuk minum, mandi, dan irigasi. Kawasan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.

2. Sosial-Budaya

a. Keterlibatan Masyarakat Lokal

Dalam pelaksanaan ekowisata, masyarakat dilibatkan secara langsung dan berperan aktif. Perencanaan dan pengelolaan kawasan ekowisata dimusyawarahkan dan didiskusikan kepada masyarakat, mulai dari konsep sampai target yang akan dicapai.

b. Pengetahuan dan Budaya Lokal

Pengetahuan dan budaya lokal yang ada dihormatikan dan lebih lanjut lagi keduanya dijadikan sebagai atraksi dan daya tarik bagi pengunjung. Dilaksanakan perumusan kode etik berekowisata agar keduanya terjaga dengan melibatkan masyarakat lokal dan stakeholders.

c. Pengunjung

(26)

14

d. Kepedulian terhadap Lingkungan dan Budaya

Meningkatkan kesadaran dan apreasiasi para pelaku terhadap lingkungan alam dan budaya. Tindakan kepedulian tersebut dapat berupa perlakuan preventif dan program-program yang berbasis lingkungan dan budaya lokal.

3. Ekonomi

a. Manfaat untuk Masyarakat Setempat

Pengelola memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk membuka usaha dalam ekowisata dan berperan aktif. Masyarakat diberdayakan dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal.

b. Daya Saing

Fenomena alam, atraksi budaya dan pengetahuan lokal menjadi produk yang kompetitif dan mampu bersaing dengan baik terhadap produk wisata lainnya. Ketiganya diberdayakan dengan baik dan dipromosikan secara simultan.

c. Tingkat Ekonomi

Keberadaan pengusahaan ekowisata dapat meningkatkan keterampilan masyarakat lokal dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Pengusahaan ini juga menekan tingkat kebocoran pendapatan serendah-rendahnya.

4. Pengelolaan

Pengelolaan terdiri atas alat dan bahan, penjadwalan, pekerja, keuangan, peraturan, dan organisasi serta legalitas. Semua aspek pengelolaan tersebut dikaji satu demi satu untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan pengelolaan yang telah, bila belum efisien dan efektif maka dicari alasannya dan faktor apa yang menyebabkan hal tersebut.

(27)

15 55 Tabel 2Jenis, Bentuk, dan Sumber Data

No. Jenis Sumber Unit Analisis

1 Biofisik

a. letak, luas, dan batas b. peta jalur wisata c. topografi , iklim, kemiringan,hidrologi d.tata guna lahan e.sarana dan prasarana f. visual

g. vegetasi dan satwa

Pengelola

Daya dukung dan zonasi

2 Sosial-budaya-ekonomi

a. demografi

b. karakteristik pengguna

c. persepsi dan perilaku pengguna d. tujuan awal

Daya dukung dan analisis

4 Pengelolaan

(28)

16 55

Penilaian Kelayakan Gunung Pancar sebagai Kawasan Ekowisata

Hasil evaluasi aspek-aspek ekowisata yang berdasarkan existing sekarang kemudian dibandingan dengan prinsip ekowisata (Tabel 3). Dalam pembandingan tersebut dinilai aspek ekowisata apa saja yang memenuhi prinsip ekowisata. Setelah dilakukan penilaian diperolaeh skor kelayakan ekowisata.

Tabel 3Prinsip Ekowisata

No. Prinsip Ekowisata

1 Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan.

2 Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat.

3 Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.

4 Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.

5 Memperhatikan perjanjian, peraturan, perundang-undangan baik ditingkat nasional maupun internasional.

Sumber: Dirjen Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman Hayati dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001.

Analisis SWOT

Metode kekuatan (Strength), kelemahan(Weakness), kesempatan (Opportunities), danancaman (Threat) yang lebih dikenal dengan metode SWOT. Metode ini berguna untuk mengetahui keadaan di lapang, berupa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal dan kesempatan dan ancaman merupakan faktor eksternal yang membentuk hubungan matriks (Tabel 4). Hal ini berguna untuk ‘mengevaluasi’ lanskap Gunung Pancar, baik potensi maupun kendala. Kemudian dilakukan metode wawancara untuk mengetahui persepsi pengunjung, pengelola, masyarakat lokal, dan stakeholders. Dari hasil metode di atas dapat dijadikan acuan dalam ‘menyusun’ management plan.

(29)

17 Tabel 4Matriks SWOT

Eksternal Internal

Kesempatan Ancaman

Kekuatan Menggunakan kekuatan yangdimiliki untuk mengambilkesempatan yang ada

Menggunakan kekuatan yangdimiliki untuk mengatasiancaman yang dihadapi

Kelemahan Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi

kelemahankelemahan

Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancamanyang ada

Sumber : Rangkuti, 1997

Rencana Manajemen

Analisis SWOT menghasilkan strategi pengelolaan. Dari strategi tersebut dijadikan dasar dalam menyusun rekomendasi pengelolaan. Rekomendasi pengelolaan terdiri atas zonasi dan daya dukung, penjadwalan, pekerja, alat dan bahan, keuangan, dan organisasi.

HASIL

Analisis Situasional TWA Gunung Pancar

Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 156/Kpts-II/1988 tanggal 21 Maret 1988 dengan luas 447,50 Ha. Menurut administrasi kehutanan, area TWAGP termasuk wilayah Sub Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat I, BKSDA III. Secara koordinat geografis TWAGP terletak di antara 106°54’13” BT - 106°54’58” BT dan 6°35’30” LS - 6°35’38” LS. Secara administratif Taman Wisata Alam Gunung Pancar berbatasan dengan bagian Utara dengan Desa Leuwigong, bagian Timur dengan Desa Cimandala, bagian Selatan dengan Desa Cibingbin, dan bagian Barat dengan Desa Karang Tengah (Gambar 3).

(30)

18

Tabel 5Tata Guna Lahan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya

No Jenis Penggunaan Luas (ha)

1 Hutan Alam 74,8

2 Hutan Pinus 86,7

3 Kebun dan semak belukar 286,0

Total luas lahan TWAGP 447,5

4 Enclave 7,8

5 Tanah masuk di tengah lahan TWAGP 10,9

6 Tanah masuk di tepi tanah TWAGP 47,4

Total luas lahan masuk 58,3

Sumber : PT. WWI, 2012

Akses menuju TWA Gunung Pancar dapat melalui tol Jagorawi lewat pintu tol Sentul Selatan menuju kecamatan Babakan Madang dan berakhir di desa Karang Tengah dengan jarak tempuh sekitar 11 km dan waktu tempuh sekitar 30 menit. TWAGP dapat ditempuh dalam 1-1.5 jam perjalanan.

Berdasarkan Menteri Kehutanan No. 54/Kpts-II/1993, PT Wana Wisata Indah (WWI) diberi kewenangan menyelenggarakan pengusahaan wisata alam di TWA Gunung Pancar. Dan berdasarkan SK Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah ditetapkan blok pemanfaatan seluas 201.7 ha dengan sarana dan prasarana berbentuk struktur yang dapat dibangun (Gambar 4).

Aspek Ekologi

TWA Gunung Pancar merupakan daerah yang mempunyai kontur yang menanjak dan berbukit. Hal ini memungkinkan berbagai kegiatan mountenering bagi pengunjung. Pada puncak Gunung Pancar terdapat makam nenek moyang masyarakat lokal yang menurut sebagian pengunjung hal tersebut memiliki daya tarik tersendiri. Vegetasi di sini cukup beragam namun didominasi oleh pinus (pinus merkusii) yang merupakan tanaman introduksi. Kawasan ini dilalui oleh anak sungai Cikeruh dan Ciherang yang bermuara di sungai Citeureup.

Iklim

(31)

19

(Sumber: BKSDA, 2012)

(32)

20

Sumber: BKSDA, 2012

Gambar 4Peta Evaluasi Batas Tahun 2003

Sumber: BMG Dramaga, 2012

Gambar 5Suhu Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar

23.50 24.00 24.50 25.00 25.50 26.00 26.50 27.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

°C

(33)

21 Ketika berada di dalam kawasan ini kita akan merasa nyaman karena kawasan ini memiliki kelembaban yang baik, yaitu kelembaban tertinggi 86.4 % pada bulan Februari dan kelembaban terendah 76.7 % pada bulan Agustus (Gambar 6). Jumlah curah hujan rata-rata tahunan lebih dari 4000 mm. Curah hujan bulanan berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai 493,7 mm/bulan dan jumlah hujan hari hujan rata-rata 13 hari/bulan. TWA Gunung Pancar tergolong dalam kawasan dengan bulan basah sepanjang tahun bila dilihat berdasarkan klasifikasi iklim menurut Mohr, yaitu sepanjang tahun curah hujan rata-rata lebih dari 100 mm/bulan.

(Sumber: BMG Dramaga, 2012)

Gambar 6Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar

Topografi

Ketinggian TWA Gunung Pancar adalah 300-853 meter dari permukaan laut (mdpl). Sebagian besar kawasan mempunyai kelerengan > 25%, yaitu di sebelah Tenggara dan Timur TWA Gunung Pancar sehingga area ini sesuai digunakan untuk aktivitas hiking dan mountenering (BKSDA, 2012). Kemiringan lereng kawasan sebelah Utara dan Barat adalah 8-25% sehingga area ini sesuai digunakan untuk pengembangan fasilitas fisik wisata.

Kualitas Tanah

Pada blok pemanfaatan dilakukan analisis kualitas tanah dengan kreteria penilaian status hara terbitan Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor. Di blok ini kandungan unsur Nitrogen (N) tergolong rendah, Posfor (P) tergolong sedang, Kalium tergolong rendah-sedang, KTK tergolong sedang, kejenuhan basa tergolong sangat rendah, kejenuhan Alumunium tergolong rendah dan pH tanah masam-sangat masam. Kesuburan tanah di blok pemanfaatan tergolong cukup (Tabel 6).

70 72 74 76 78 80 82 84 86 88

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

%

(34)

22 55

Sumber: PT WWI, 2012

Keterangan: L1: Lapisan tanah kedalaman 0-30 cm, L2: Lapisan tanah kedalam 30-60 cm Jenis Analisa

Nilai Hasil Analisis Tanah pada Kreteria Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor Sample

Tabel 6Hasil analisis tanah pada blok pemanfaatan di TWA Gunung Pancar

(35)

23 Hidrologi

Aliran anak sungai yang terdapat dalam kawasan mengalir sepanjang tahun dengan debit air relatif kecil (4 Liter/Menit). Aliran ini digunakan sebagai sumber air irigasi dan air baku pada pengolahan untuk pemandian. Kualitas air panas sendiri tidak memenuhi syarat untuk dijadikan bahan baku untuk air minum karena nilai alkalinitas, nilai permanganat, kandungan belerang, dan kadar sulfat melampaui baku mutu air minum (Tabel 7).

Tabel 7Analisis kualitas air dari mata air, air panas, dan air sungai Parameter Satuan MA Batu

(36)

24 Vegetasi

Sebagian besar kawasan Gunung Pancar ditutupi oleh vegetasi. Vegetasi tersebut terdiri atas vegetasi alam dan budidaya. Vegetasi alam kebanyakan terdapat di blok perlindungan sementara vegetasi budidaya kebanyakan terdapat di blok pemanfaatan. Berdasarkan hasil pengamatan dan laporan pengelola jenis vegetasi menurut kelompok penutupan adalah hutan alam, hutan tanaman, dan tanaman pertanian (Tabel 8). Vegetasi budidaya didominasi oleh hutan pinus (Pinus merkusii) dan tanaman pertanian. Hutan pinus menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung dan pada perkembangannya menjadi ciri kawasan ini selain air panasnya. Hutan ini pun berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi pada lereng-lereng kawasan yang curam dan menyerap air. Tanaman pertanian digarap oleh warga di dalam (enclave) dan luar kawasan.

Tabel 8Vegetasi terdapat di dalam TWA Gunung Pancar tahun 2000-2004

No Jenis Penutupan Nama Latin Nama Lokal

1 Hutan Alam Pohon Altingia exelsa Noronha Quercus conocarpa Oud Schima walichi (DC.) Korth. Podocarpus imbricatus Blume Castanopsis argentea (BI.) DCArtocarpus communis Forst Ficus deltoidea Jack

Mangifera foetida

LourErythrina variegataL.

Aleurites moluccana

L.willdBarringtonia spicata Bl Bischofia javanica Blume Samanea samanBenth Caesalpinia sappan L. Toona Sinensis Roemer Pangium edule Reinw

Artocarpus heterophyllus Lam. Maesopsis eminiiBl Axonopus compressus Sw. Solanum torvum Swartz Azadirachta indica Juss

(37)

25 Plectocomia elongate Bl.

Nicolaia speciosaHoran Caladium bicolor W.Ait.vent Pandanus amaryllifolius roxb

Honje hutan Keladi-keladian Pandan

Epifit Pholidota chinensis Lindl Neottopteris nidus L.J.smith Platycerium coronarium(Cav.) C.Chr.

Anggrek*

Paku sarang burung Paku tanduk rusa* 2 Hutan Tanaman Pinus merkusiijungh.& de vr

Albizzia falcataria L.Fosberg

Pinus Sengon 3 Tanaman Pertanian Manihot utillissima Pohl

Oryza sativa L. Zea mays L.

Musa acuminata Colla

Singkong Padi Jagung Pisang Sumber: BKSDA, 2012

Keterangan: * : Pada tahun 2012 telah hilang di TWA Gunung Pancar karena penjarahan dan pembalakan

Lahan pertanian pada lahan enclave yang semakin meluas yang disebabkan oleh kegiatan perambahan hutan mempengaruhi eksistensi tumbuhan dan tanaman yang ada di hutan Gunung Pancar. Pada tahun 2000 masih terdapat 42 spesies namun pada tahun 2012 jumlah spesies yang ada berkurang 5 spesies, yaitu tersisa 37 spesies (Gambar 7). Pandan merupakan produk pertanian unggulan masyarakat lokal, pandan tersebut sudah berkualitas ekspor.

0

Gambar 7Grafik Penurunan Jumlah Spesies Tanaman dan Tumbuhan di TWA Gunung Pancar

(38)

26

Satwa

Daya tarik lain dalam kawasan adalah satwanya. Di sini terdapat beberapa satwa yang sudah langka dan dilindungi. Berdasarkan data PT. WWI dan BKSDA serta wawancara di sini masih terdapat aves, mamalia, primata, dan reptil (Tabel 9). Tabel 9Satwa yang terdapat di dalam TWA Gunung Pancar 2000-2004

No Jenis Satwa Nama Latin Nama Lokal

1 Aves Haliaetus indusBoddaert

Ocyceros griseus Rafinesque Dicrurus macrocercus Vieillot Pygnonotus aurigaster Vieillot Gallus varius Shaw

Elang bondol* Enggang* Srigunting Kutilang Ayam hutan 2 Mamalia Felis bengalensis Kerr

Sus scrofa Linnaeus

Prionodon linsang F.Cuvier Muntiacus muntjak Rafinesque Manis javanica Desmarest

Kucing congkok Babi hutan Musang Kijang* Trenggiling 3 Primata Hylobates moloch Audebert

Trachypithecus auratus É. Geoffroy Macaca fascicularis Gray

Presbytis comata Eschscholtz

Owa

Lutung budeng Kera

Surili* 4 Reptil Dryophis prasinus Shaw

Varanus gouldii Merrem Mabauya multifasiata Günther

Ular hijau Biawak cokelat Kadal

Sumber: BKSDA, 2012

Keterangan: * : Pada tahun 2012 telah hilang di TWA Gunung Pancar karena gangguan manusia Satwa : Satwa yang dilindungi

(39)

27

Sumber: BKSDA, 2012

Gambar 8Grafik Penurunan Jumlah Spesies Satwa di TWA Gunung Pancar Kualitas Visual

TWA Gunung Pancar menyajikan pemandangan perbukitan dan hutan pinus (Gambar 9) serta pedesaan dengan hamparan tanaman pertanian. Hutan pinus sering dijadikan tempat fotografi, syuting film, camping ground, dan olahraga downhill.

Gambar 9Hutan Pinus (kiri) dan Pemandangan Perbukitan (kanan)

Aspek Sosial-Budaya

Pada kawasan TWA terdapat dua desa, yaitu desa Bojong Koneng dan desa Karang Tengah. Namun secara administratif kawasan ini termasuk ke dalam desa Karang Tengah kecamatan Babakan Madang.

Sejarah TWA Gunung Pancar

Sejalan dengan kebutuhan dan pemanfaatan objek wisata alam yang cenderung meningkat dan untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pendayagunaan Kawasan Taman Wisata Alam, Taman Nasional maupun Hutan Raya, pemerintah telah menetapkan kebijakan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1994 yang dipertegas dengan Undang-undang. No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

0 5 10 15 20

2000-2004 2012

(40)

28

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya dijelaskan bahwa Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Sejalan dengan hal tersebut kebijakan pengelolaan TWA Gunung Pancar bertujuan untuk memanfaatkan Taman Wisata Alam sesuai dengan prinsip-prinsip konservasi guna meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat pada umumnya, perluasan dan peningkatan kesempatan kerja serta mendorong pengembangan industri penunjang sektor pariwisata yang berdasarkan pada aspek ekologi, ekonomi, edukasi dan sosial.

Hak Pengusahaan Pariwisata Alam di areal TWA. Gunung Pancar seluas 447,5 ha telah diberikan kepada PT. Wana Wisata Indah (WWI) oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan No. 54/Kpts-II/93 pada tanggal 8 Februari 1999 (BKSDA, 2012).

Masyarakat Lokal

Warga Karang Tengah terdiri dari 3405 kepala keluarga (KK). Total jumlah warga adalah 15220 jiwa dengan rincian 7839 laki-laki dan 7381 perempuan. Dari total 15220 jiwa, 99,8 % warga Karang Tengah beragama Islam. Dan jika kita melihat jumlah warga berdasarkan usia menunjukkan bahwa daerah ini memilki usia produktif yang tinggi (Gambar 10).

Sumber: Kecamatan Babakan Madang, 2012

Gambar 10Gafik Jumlah Penduduk berdasarkan Usia

Tingkat pendidikan warga desa Karang Tengah belum mencukupi dan tergolong kurang. Bahkan di antara mereka tidak terdapat satu orang pun yang dapat menyelesaikan pendidikan strata satu di perguruan tinggi (Gambar 11). Hal ini menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih perlu ditingkatkan. Pertumbuhan balita yang tinggi (0-6 tahun) pada tahun krisis 2007-2009 memberikan kemungkinan kurangnya gizi balita.

(41)

29

Sumber: Kecamatan Babakan Madang, 2012

Gambar 11Taraf Pendidikan Masyarakat Lokal Pengunjung

TWA Gunung Pancar merupakan kawasan wisata yang memiliki kelebihan tersendiri, yaitu air panas (belerang dan non belerang) dan hutan pinus yang indah serta kelerengannya yang menarik. Ketiga hal tersebut memancing pengunjung untuk datang ke kawasan ini. Tujuan utama pengunjung ke kawasan ini adalah berendam air panas, menikmati indahnya hutan pinus (interpretasi, camping, hiking, dan berfoto), dan downhillserta syuting film. Semenjak tahun 2007 kawasan ini cukup ramai didatangi pengunjung dengan tren jumlah yang semakin meningkat (Gambar 12).

Pada tahun 2007 jumlah pengunjung yang datang ke kawasan wisata ini hanya 7.000 orang dan pada tahun 2011 jumlah pengunjung mencapai 40.885 orang. Hal ini menunjukkan kawasan ini cukup ramai didatangi pengunjung dengan tren jumlah yang semakin meningkat (Gambar 12). Berdasarkan data dari pihak BKSDA disebutkan bahwa jumlah kunjungan sampai kuartal kedua tahun 2012 mencapai 33.562 orang. Dari data tersebut didapatkan rata-rata kunjungan per bulan sebanyak orang 4195 orang.

Sebagian besar pengunjung kawasan wisata ini merupakan wisatawan domestik dari Jakarta. Yang menarik adalah jumlah pengunjung dari Jakarta jauh lebih banyak dibandingkan pengunjung dari Bogor itu sendiri. Bahkan cukup banyak warga Bogor yang belum mengetahui keberadaan dan lokasi TWA ini. Pada weekend tertentu, pengunjung yang dating akan sangat ramai karena ada event besar yang diselenggarakan di sini, seperti downhill. Olahraga downhill di sini cukup terkenal di Jabodetabek dan tahun 2011 event downhill SEA Games dilaksanakan di sini.

Belum Sekolah

Tidak Tamat Sekolah

Tamat SD/Sederajat

Tamat SLTP/Sederajat

Tamat SLTA/Sederajat

Tamat Akademi/Sederajat

15,78%

16,57%

39,89% 19,14%

7,81% 0,79%

(42)

30

Ket. *: data jumlah kunjungan kuartal kedua tahun 2012 Sumber: BKSDA, 2012

Gambar 12Grafik Pengunjung TWA Gunung Pancar Tahun 2007-2012

Aspek Ekonomi

Masyarakat lokal secara umum bekerja di bidang pertanian, perdagangan dan jasa (Gambar 13). Namun, secara spesifik mereka rata-rata bekerja sebagai pedagang. Hal ini berhubungan dengan keberadaan TWA Gunung Pancar dan semakin meningkatnya jumlah pengunjung kawasan wisata ini. Pengelola belum menyediakan toko atau warung yang menyediakan keperluan kecil pengunjung, pengelola hanya menyediakan restoran yang cukup mahal. Bagi pengunjung menengah ke bawah, mereka lebih memilih warung daripada restoran.

Bidang pertanian merupakan mata pencarian terbesar kedua yang ditekuni warga, seperti penghasil padi, jagung, dan sayuran. Di daerah sekitar dan dalam (enclave) Gunung Pancar terdapat lahan produksi pertanian warga yang semakin melebar ke arah Hutan Konservasi Gunung Pancar. Hal ini menyebabkan kerusakan hutan dan luasan Gunung Pancar semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh hampir seluruh pengelolaan kawasan ini oleh pihak swasta dan full control. Keadaan ini menghilangkan opportunity warga lokal untuk membangun dan mengembangkan potensi kawasan tersebut dengan cara dan oleh mereka sendiri. Secara ekonomi mungkin masih ada sedikit keikutsertaan warga, yaitu dengan diangkatnya beberapa pekerja lapang kawasan yang berasal dari warga lokal dan peluang berdagang. Namun, di bidang kebudayaan dan pengetahuan lokal (local knowledge) yang selama ini telah terjaga tidak terlibat sama sekali. Padaha hal tersebut dapat menjadi daya tarik wisata dan ciri khas TWA Gunung Pancar selain kekayaan alamnya.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000

2007 2008 2009 2010 2011 2012*

Wisatawan Domestik

Kendaraan Roda 2

(43)

31

Sumber: BKSDA, 2012

Gambar 13Jenis Mata Pencarian Desa Karang Tengah

Aspek Pengelolaan

Aspek pengelolaan terdiri atas struktur organisasi, tenaga kerja dan penjadwalan, program, sarana dan prasarana, pengelolaan tiket, dan keuangan.

Struktur Organisasi

Hak Pengusahaan Wisata Alam di areal TWA Gunung Pancar seluas 447,5 ha telah diberikan kepada PT. Wana Wisata Indah (WWI) oleh Menteri Kehutanan dengan Keputusan No. 54/Kpts-II/93 tanggal 8 Pebruari 1993. Semenjak keputusan tersebut PT WWI merupakan perusahaan yang mempunyai hak usaha TWA Gunung Pancar selama 30 tahun. Sejalan dengan hal tersebut PT WWI perlu membuat sebuah tatanan yang terorganisir. Tatanan tersebut diisi oleh orang-orang dengan wewenang dan tanggungjawab yang spesifik (Gambar 14).

Tatananberikut memiliki peran dan fungsi masing-masing. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Direktur Utama

Direktur Utama berfungsi dalam menetapkan arah dan kebijkan perusahaan agar sesuai dengan visi dan misi yang akan dicapai, mengangkat dan memberhentikan serta mengkoordinir tugas direktur dan manajer, bertanggungjawab kepada komisaris

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Ju

m

lah

Jenis Mata Pencarian

(44)

32

pemegang saham, dan berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat.

b. Direktur

Direktur berfungsi dalam melaksanakan kegiatan pengusahaan pariwisata alam sesuai rencana, arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan dengan dibantu oleh manajer.

c. Manajer Umum

Manajer Umum berfungsi dalam menjalankan kegiatan pengusahaan pariwisata alam di lapangan yang dikelompokan dalam bidang Wisata Alam dan Outbound, Konservasi, Penelitian Pengembangan, Perlengkapan dan Pemeliharaan, dan Keamanan dan Keselamatan.

d. Manajer Pemasaran

Manajer Pemasaran berfungsi dalam memasarkan objek wisata TWA Gunung Pancar demi menarik wisatawan domestik dan mancanegara; melakukan promosi, merencanakan dan mengembangkan strategi pemasaran; dan memberikan penjelasan dan penerangan dalam rangka memberikan pelayanan publik.

e. Manajer Administrasi dan Keuangan

Manajer Administrasi dan Keuangan berfungsi dalam administrasi penyelenggaraan wisata alam dan admistrasi tenaga kerja dan melakukan perencanaan, koordinasi dan pengendalian yang berkaitan dengan anggaran, sistem, dan prosedur akutansi serta membuat laporan keuangan secara periodik.

f. Asisten Manajer

Asisten Manajer berfungsi dalam membantu manajer melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan di lapang sesuai dengan bidangnya masing-masing.

g. Staf

Staf berfungsi dalam pengaturan pelaksanaan dan pengawasan langsung kegiatan di lapang yang dilakukan oleh pekerja teknis sesuai bidangnya masing-masing.

f. Tenaga Kerja Teknis

Tenaga Kerja Teknis berfungsi dalam mengeksekusi instruksi yang diberikan dan bekerja langsung di lapang baik dengan status tetap maupun lepas.

Tenaga Kerja dan Penjadwalan

(45)

33

Sumber: PT WWI, 2012

Gambar 14Struktur Organisasi PT WWI

Pada hari Sabtu dan Minggu mereka masuk kerja semua karena jumlah pengunjung membengkak pada hari ini, selain itu biasanya ada event yang diselenggarakan pada hari tersebut dan membutuhkan pengawasan ekstra dari BKSDA sebagai pihak yang berwenang.

Program Wisata

PT Wana Wisata Indah berusaha memberikan sajian wisata yang diharapkan dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung kawasan wisata ini. Upaya yang dilakukan, yaitu menyediakan program-program wisata (Tabel 10) yang disesuaikan dengan potensi kawasan. Program unggulan yang disediakan adalah pemandian air panas. Sebagian besar pengunjung datang bertujuan untuk menikmati air panas.

Direktur Operasional General Manager

Manajer Umum Manajer Keuangan

dan Administrasi Manajer Pemasaran

Asisten Manajer Umum Asisten Manajer

Pemasaran Asisten Manajer Keuangan dan

Administrasi Staf : Administrasi

Keuangan Staf:

Wisata dan Outbound Konservasi dan Litbang Perlengk. dan Pemeliharan Keselamatan dan Keamanan Staf:

Pemasaran Public Relation

(46)

34

Tabel 10Program-program Wisata yang Disediakan oleh PT WWI

No. Program Kegiatan

1 Pemandian air panas eksklusif di cottage atau club house

a. Berendam air panas

b. Menikmati suasana dan view perdesaan c. Menikmati layanan spa

d. Makan dan minum di club house e. Menikmati pertujukkan

2 Pemandian air panas umum

a. Berendam air panas

b. Menikmati suasana dan view perdesaan c. Makan dan minum

3 Outbond a. Pemberian materian pelatihan dalam ruang b. Pelatihan dan games di lapang

c. Menginap

4 Hiking atau

mountainering

a. Tourmenikmati pemandangan, flora, dan fauna b. Fotografi

c. Pendakian puncak Gunung Pancar

5 Camping Ground a. Berkemah

b. Games

c. Pendidikan flora, fauna, dan lingkungan 6 Piknik a. Menikmati suasana view, flora, dan fauna

b. Istirahat dan kegiatan perorangan atau kelompok c. Games

d. Makan dan minum

7 Umum a. Belanja souvenir

b. Makan dan minum c. Fotografi

Sumber: PT. WII, 2012

Sarana dan Prasarana

Akses termudah menuju TWA Gunung Pancar adalah melalui jalan tol sentul yang kemudian keluar ke jalan Babakan Madang dengan jarak tempuh 20 menit. Jalan yang tersedia sudah beraspal dengan kualitas sedang-rendah. Namun, jalan yang sudah mendekati Gunung Pancar sepanjang 2 km berlubang dan tidak nyaman untuk dilewati. Keadaan ini berpengaruh terhadap kenyaman pengunjung dalam perjalanan dan menimbulkan kesan negatif bagi pengunjung.

(47)

35 adanya kesan (memory) yang baik, pengunjung tergerak untuk kembali berkunjung ke kawasan wisata. Hal ini dapat berfungsi sebagai salah satu penggerak untuk meningkatkan jumlah pengunjung (density) yang datang.

Pengelolaan Tiket

Tiket masuk ke TWA Gunung Pancar terbagi menjadi dua, yaitu tiket masuk kawasan Gunung Pancar yang dibayar ke pihak BKSDA dan tiket masuk taman wisata yang dibayar ke PT WWI. Harga tiket masuk kawasan adalah seribu rupiah untuk motor dan dua ribu rupiah untuk mobil sedangkan harga tiket masuk taman wisata adalah sepuluh ribu rupiah. Kedua pihak tersebut memiliki catatan masing-masing mengenai pengunjung.

Keuangan

TWA Gunung Pancar yang terletak di antara kota-kota metropolitan menjadikan kawasan ini strategis dan profitable. Hal tersebut merupakan salah satu alasan PT WWI mengambil alih dan mengklaim hak usaha selama 30 tahun.

a. Investasi dan pendapatan

Pada awal pengembangan TWA Gunung Pancar PT WWI telah mengalokasikan biaya investasi sebesar Rp 2.873.334.000,- untuk pembangunan sarana dan prasarana. Sumber pendapatan perusahaan ini sendiri berasal dari jasa wisata TWA berdasarkan tiket jumlah pengunjung 2011 dan jasa pelayanan parkir kendaraan (Tabel 11). Pengunjung yang datang tidak hanya untuk berendam air panas namun sebagian dari mereka melakuka kegitan pelatihan, bersantai di taman keluarga, berkemah, dan ke pondok wisata.

Tabel 11Prediksi Pendapatan PT WWI Tahun 2011

No Uraian Jumlah (Rupiah)

A. Pendapatan dari Sarana Wisata Pelatihan

Total A+B 3.387.743.550

Terbilang: Tiga Milyar Tiga Ratus Delapun Puluh Tujuh Juta Tujuh Ratus Empat Puluh Tiga Ribu Lima Ratus Lima Puluh Rupiah

Gambar

Gambar 3Peta Rekonstruksi Batas Tahun 1996
Gambar 5Suhu Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar
Gambar 6Kelembaban Udara Rata-rata Bulanan (2001-2011) Gunung Pancar
Tabel 6Hasil analisis tanah pada blok pemanfaatan di TWA Gunung Pancar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan klaim rawat inap atau rawat jalan yang mendapat pembayaran dari tarif INACBG, untuk pengajuan klaim obat kronis dibutuhkan beberapa dokumen

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh kesabaran telah.. memberikan ilmu yang berguna dan bermanfaat bagi penulis serta

Pengaruh yang positif bagi Pekon Kuala Stabas ini diantaranya sejak adanya destinasi wisata di Pekon ini membuat nama Kampung yang berada di Tengah- tengah

Halaman home mahasiswa adalah halaman yang menampilkan halaman home, profil fakultas, struktur organisasi, visi dan misi, logout, mahasiswa bisa melakukan entry

yang telah diteliti yaitu: hasil belajar siswa, aktivitas siswa selama pembelajaran dan aktivitas guru dalam mengajar di kelas terhadap Metode Sosiodrama pada

Pembelajaran kooperatif adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh Guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan

Upacara-upacara tradisi yang masih berkembang dalam masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa Tengah cukup banyak dan bervariasi, antara lain berhubungan dengan

Sub Divisi Perencanaan & Anggaran Divisi SDM Divisi Pemasaran Perbankan Sub Divisi Klaim Marine/Aviation Divisi Teknologi Informasi Sub Divisi Hubungan Kerja