(MOLE’S ACTION ORIENTATION IN THE NOVEL THE WIND IN
THE WILLOWS BY KENNETH GRAHAME)
SKRIPSI
diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Inggris Fakultas Sastra
Universitas Komputer Indonesia
PURI ASTARI ARDIANTI NIM. 63708009
PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
vi ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Action Orientation pada karakter Mole dalam novel The Wind in The Willows Karya Kenneth Grahame”. Skripsi ini membahas mengenai Action Orientation yang terjadi pada Mole dalam novel tersebut. Teori yang digunakan dalam analisis ialah teori The Social System yang dikembangkan oleh Talcott Parsons. Teori tersebut terdiri dari adaptasi, tujuan pencapaian, integrasi dan pemeliharaan pola (AGIL). Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini yaitu metode deskriptif, yang dilakukan dengan cara menjelaskan dan menganalisis data. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil simpulan bahwa action orientation terjadi ketika seseorang memiliki keinginan kuat untuk mencapai tujuannya. Dalam prosesnya pencapaian action orientationnya, Mole harus berinteraksi dengan individu-individu lainnya. Dalam interaksinya Mole harus melakukan adaptasi, dan untuk tercapainya integrasi Mole menyesuaikan nilai yang dimilikinya dengan orang lain sehingga tercapai kesepakatan.
vii
The Wind in The Willows Karya Kenneth Grahame”. It discusses about the action orientation that happened to Mole in the novel. This skripsi used The Social System Theory by Talcott Parsons. This theory contains Adaptation, Goal-attainment, Integration and Latency (AGIL). The writer uses descriptive methods in this skripsi, it uses to explain and to analyze the data. Based on the analysis of the data, the writer concludes that action orientation happens when a person have a strong determination to attain the goal. In the process to attain his goal, Mole has to interact with other people. During the interaction, Mole should do the adaptation, and in order to achieve integration he need to adjust his value with the others, so the agreement can be reached.
Keywords: Action Orientation, AGIL and Interaction
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya. Penulis juga ingin berterimakasih kepada pihak-pihak terkait secara
langsung, diantaranya :
1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A, Dekan Fakultas Sastra UNIKOM.
2. Retno Purwanisari, S.S., M.Hum, Ketua Jurusan Sastra Inggris UNIKOM.
3. Asih Prihandini, S.S., M.Hum, Dosen Wali Sastra Inggris 2008.
4. Nungki Heriyati, S.S. M.A, Pembimbing Utama. Terimakasih atas
bimbingannya selama ini.
5. Nenden Rikma Dewi, S.S, sebagai pembimbing pendamping. Terimakasih
telah membantu membimbing.
6. Tatan Tawami, S.S., M.Hum. Dosen Sastra Inggris.
7. M. Rayhan Bustam, S.S., Dosen Sastra Inggris.
8. Dr. Juanda, Dosen Sastra Inggris.
ix
dan masukan sebagai kontribusi dalam penulisan skripsi ini.
Bandung, Agustus 2012
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN REVISI PERNYATAAN
PERSEMBAHAN
ABSTRAK…...………... vi
ABSTRACT...………... vii
KATA PENGANTAR………... viii
DAFTAR ISI……..………..…... x
DAFTAR GAMBAR..………..…... xii
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………... 1
1.2. Rumusan Masalah……….………... 2
1.3. Tujuan Penelitian………….………... 2
1.4. Manfaat Penelitian………... 3
1.5. Kerangka Pemikiran………... 3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Social (The Social System)……….. 6
2.2. Skema AGIL ... 9
xi
2.2.2. Tujuan Pencapaian (Goal-Attainment).………... 10
2.2.3. Integrasi (Integration)... 11
2.2.4. Pemeliharaan Pola (latency)... 12
BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian………. 14
Sinopsis………...………. 14
3.2. Metode Penelitian……….. 16
3.2.1. Pengumpulan Data………... 17
3.2.2. Analisis Data………... 18
BAB IV: PEMBAHASAN Pembahasan……… 19
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan……….. 30
5.2. Saran……… 31
DAFTAR PUSTAKA SYNOPSIS
APENDIKS
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Novel berjudul “The Wind in the Willows” merupakan sebuah karya
seorang penulis bernama Kenneth Grahame. Novel tersebut menceritakan tentang pengalaman Mole menelusuri tempat tinggalnya yang belum ia ketahui karena selama ini Mole hanya berdiam diri dan melakukan aktivitas sehari-harinya di
dalam rumahnya saja. Ketika dia mulai tertarik dengan dunia luar maka dia memulai upaya untuk berinteraksi dan memahami lingkungan sekitarnya. Ini yang
disebut dengan Action Orientation. Menurut Parsons Action Orientation merupakan sebuah tindakan individu dalam menjalankan sebuah proses pencapaian agar saling berterima di dalam suatu lingkungan.
Saat seseorang berinteraksi dengan orang lain maka dia dihadapkan pada sebuah sistem sosial yang sudah terstruktur secara kultural. Dalam hal ini Mole
melakukan adaptasi terhadap lingkungannya begitupun lingkungan terhadap Mole, sehingga tercapai keseimbangan sistem sosial tersebut. Tarik menarik antar kepentingan individu pun terjadi, karena masing-masing individu memiliki
latency dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian adaptasi terjadi sebagai konsekuensi dari masing-masing yang memiliki kepentingan berbeda. Proses ini
Melalui pemaparan di atas mengenai proses-proses yang memotivasi terbentuknya Action Orientation sebagai cara Mole beradaptasi dan berintegrasi
dengan lingkungan menjadi menarik untuk di bahas. Oleh karena itu, penulis mengambil topik ini untuk diteliti dengan judul “Action Orientation pada
karakter Mole dalam novel The Wind in The Willows.”
1.2 Rumusan masalah
Ada dua rumusan masalah yang didapat dari penelitian ini :
1. Bagaimana Mole beradaptasi dan berintegrasi dengan lingkungannya sesuai
dengan Action Orientationnya?
2. Bagaimana tarik menarik kepentingan individu mempengaruhi Mole dalam pencapaian Action Orientationnya?
1.3 Tujuan penelitian
1. Mendeskripsikan cara Mole beradaptasi dan berintegrasi terhadap lingkungannya sesuai Action Orientation.
2. Mendeskripsikan kepentingan individu yang mempengaruhi Mole dalam
pencapaian Action Orientationnya.
1.4 Manfaat penelitian
3
Penelitian ini juga diharapkan agar peneliti bisa memahami lebih jauh mengenai Action Orientation yang kelak akan membantu peneliti dalam
memahami karya sastra dan memahami cara berinteraksi dengan masyarakat.
1.5 Kerangka teori
Analisis pada penelitian ini menggunakan teori Talcott Parsons sebagai teori utama. Teori mengenai sistem sosial, digunakan karena di dalamnya terdapat
kaitan dengan topik penelitian penulis yaitu mengenai Action Orientation. Pada teori tersebut, Talcott Parsons dalam bukunya yang berjudul The Social System
(1951:133) membahas mengenai proses-proses yang membentuk terjadinya Action Orientation, seperti Adaptation, Goal-attainment, Integration, serta
Latency.
Adaptation yaitu kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan alam. Goal-attainment adalah kecakapan untuk mengatur dan
menyusun tujuan-tujuan masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan apa yang akan dicapai di masa depan. Integration adalah keseluruhan sistem sosial mengenai nilai-nilai atau norma yang di tetapkan pada masyarakat. Latency
adalah memelihara sebuah pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, norma, aturan, dan lain sebagainya.
Keempat proses di atas menjadi pembahasan Action Orientation karena dalam novel The wind in The Willows karakter utama novel tersebut melakukan proses-proses tersebut untuk melakukan interaksi pada suatu tempat dan/atau
6 BAB II
LANDASAN TEORI
Analisis terhadap novel The Wind in The Willows, menggunakan
pendekatan sosiologi. Pada pembahasan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teori mengenai sistem sosial untuk membahas mengenai Action
Orientation, khususnya mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam sistem sosial
yaitu mengenai adaptasi, tujuan pencapaian, integrasi dan pemeliharaan pola.
2.1. Sistem Sosial (The Social System)
Talcott Parsons (1951) merupakan seorang ahli sosiologi yang memiliki
pengetahuan luas terhadap sistem sosial yang ada di masyarakat. Karyanya yang
berjudul The Social System merupakan bentuk dari pengetahuannya terhadap
sistem sosial yang terjadi di masyarakat dengan berfokus terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi seperti halnya interaksi yang terjadi antar individu atau
interaksi individu dengan lingkungan.
“The Social System which is a study of the value-orientations which are fundamental to social interaction, and which provide the normative structuring of social relationships.” (1951:xiii).
Berdasarkan pada kutipan di atas, orientasi-nilai yang berdasarkan
interaksi sosial terhadap hubungan masyarakat harus sesuai dengan struktur
norma yang sudah ada di dalam hubungan sosial. Orientasi-nilai yang dimaksud
tersebut tidak menghilangkan nilai asli yang sudah tertanam. Orientasi-nilai
semacam itu terjadi karena setiap individu memiliki nilai yang berbeda dan sudah
tertanam dalam diri setiap individu, begitupun dengan nilai-nilai di masyarakat.
Oleh karena itu, interaksi yang terjadi antara individu dengan masyarakat
harus sesuai dengan nilai yang ada. Interaksi antar manusia melalui tindakan yang
saling berterima satu sama lain dan sesuai dengan nilai yang ada di suatu
masyarakat dilakukan untuk membentuk sebuah kesepakatan dalam melakukan
interaksi dalam lingkup sosial. Tindakan yang saling berterima dalam melakukan
interaksi ialah tindakan komunikatif yang bisa dimengerti antar individu dalam
melakukan interaksi.
Pada teori tersebut, dia menghubungkan interaksi yang terjadi dalam
masyarakat dengan teori tindakan. Menurut Parsons “action is the interaction of
individual actors, that take place under such condition that it is possible to treat
such a process of interaction as a system” (1951:1). Tindakan atau action
merupakan suatu proses interaksi yang melibatkan individu sebagai pelaku
interaksi yang berada dalam kondisi tertentu sehingga memotivasinya untuk
berinteraksi. Kondisi tersebut ialah kondisi ketika seseorang berada di lingkungan
yang memiliki aktifitas berkomunikasi sehingga dapat menimbulkan suatu
interaksi antar individu.
Selain membahas mengenai teori tindakan, dalam The Social System,
Parsons mempunyai empat skema yang berpengaruh terhadap sistem sosial.
Keempat skema tersebut menjadi inti bagi pengembangan teori tindakan. Skema
8
dalam melakukan suatu interaksi selalu berhubungan dengan skema tersebut.
Dengan demikian, melalui suatu tindakan yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa individu sebagai pelaku interaksi akan mencapai tujuan dengan berbagai
macam cara. Namun, cara yang dilakukannya dipengaruhi oleh bimbingan nilai,
ide serta norma. Bimbingan nilai merupakan bimbingan mengenai nilai dalam diri
individu pada saat melakukan interaksi, bimbingan ide merupakan pemikiran
yang dimiliki oleh individu terhadap suatu tindakan, dan bimbingan norma ialah
mengenai pola yang ada didalam masyarakat dalam berinteraksi.
Parsons dalam teorinya mengenai tindakan menempatkan semua itu
kedalam skema model yang di kembangkannya untuk menjadi sebuah inti dalam
suatu pembahasan mengenai interaksi dan tindakan. Skema tersebut terbentuk
dengan nama skema A.G.I.L (Adaptation, Goal-Attainment, Integration, dan
Latency) skema ini merupakan sebuah tindakan dalam masyarakat untuk
melakukan sebuah interaksi.
2.2. Skema A.G.I.L
Parsons dalam The Social System membahas mengenai skema AGIL
dalam sistem sosial yang mejadi inti dalam pembentukan suatu tindakan. Skema
lingkup sosial. Parsons mengembangkan empat skema model sistem sosial yang
berkaitan dengan lingkungan tempat seseorang berada dan disebutnya sistem
AGIL.
“Parsons came to develop a four sub-system model of the social system around four “tasks” facing a social system in relation to its environment. These four subsystems (the AGIL system) were adaptation (the economy), goal-attainment (the polity), integration (cultural system of general values which is concerned with law and social control), and latency (the normative problem of motivation to fulfil positions in the social system).” (1951:xviii).
Menurut Parsons, sub-system model merupakan model yang terdapat
dalam penjelasan teori parsons dalam Fungsionalisme Struktural, bahwa
masyarakat menjalani aktivitas yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan sistem
sosial. Keempat skema tersebut diambil berdasarkan kejadian pada sistem sosial
yang berhubungan dengan tindakan individu dalam sebuah ruang lingkup. Sistem
ini terdiri dari adaptasi, tujuan-pencapaian, integrasi mengenai sistem budaya
nilai-nilai umum yang berkaitan dengan hukum dan sosial kontrol, dan
pemeliharaan pola atau latensi yang membahas mengenai masalah normatif
motivasi untuk memenuhi posisi pada sosial sistem.
2.2.1. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi menurut Parsons (1951:45) merupakan suatu sistem interaksi
10
terhadap individu dengan individu melainkan antara individu dengan lingkungan
sekitar.
“Adaptation is a system of interaction with nature and society. Adaptation is another consequence of goal plurality, Adaptation is a form of interaction in the society for attaint a goal in social system.” (1951:45).
Hal ini terjadi karena adaptasi merupakan suatu sistem interaksi
antaraseseorang dengan alam dan masyarakat yang berkesinambungan untuk
mencapai suatu tujuan. Tujuannya adalah mencapai keselarasan antara masyarakat
dalam sistem sosial. Keselarasan tersebut sangatlah penting karena masyarakat
terdiri dari beragam latar belakang, keragaman tersebut menyebabkan pluraritas
masyarakat sehingga memerlukan adaptasi antar individu didalamnya. Adaptasi
menjadi penting dalam masyarakat karena manusia menggunakannya untuk
berinteraksi, mengenal dan bertukar informasi. Adaptasi tersebut membuat
seseorang dapat diterima dalam suatu lingkungan yang baru. Pada akhirnya
adaptasi dilakukan demi mencapai suatu tujuan agar bisa berinteraksi dan
berterima di dalam lingkungan.
2.2.2. Tujuan-Pencapaian (Goal-Attainment)
Menurut Parsons (1951:46) tujuan pencapaian atau Goal-Attainment
merupakan suatu bentuk tujuan yang merujuk terhadap sesuatu interaksi yang
akan dituju. Interaksi tersebut terjadi antara individu dengan lingkungan sebagai
pengenalan terhadap lingkungan dalam suatu sistem sosial.
there arises some discrepancy between the inertial tendencies of the system and its needs resulting from interchange with the situation.” (1951:46).
Tujuan pencapaian menjadi salah satu proses untuk mengatur suatu
interaksi dalam mencapai tujuan di masa yang akan datang dan membentuk suatu
pilihan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika berdasarkan pada definisi
tersebut, tujuan merupakan hasil dari seseorang melakukan suatu interaksi dan
membentuk suatu keseimbangan dalam pencapaiannya. Namun, dalam melakukan
tujuan pencapaian tidak semua pencapaian memiliki proses yang sama. Terkadang
proses-proses tersebut memiliki perbedaan namun dengan satu tujuan. Agar
proses tersebut selaras dengan tujuan tersebut dibutuhkan pembentukan suatu
masyarakat yang harmoni dan stabil.
Harmoni dalam hal ini yaitu keselarasan antara masyarakat dengan suatu
wilayah dalam beradaptasi membentuk tujuan pencapaian; stabil merupakan
sebuah proses ketahanan masyarakat melalui sebuah adaptasi untuk suatu tujuan
yang akan dicapai. Dengan demikian, hal tersebut menjadi penting dalam suatu
sistem sosial sebab tujuan pencapaian tidak memiliki komitmen terhadap
nilai-nilai masyarakat.
2.2.3. Integrasi (Integration)
Menurt Parsons (1951:48) integrasi adalah penyesuaian diri dari
masing-masing individu atau masyarakat yang berinteraksi dengan lingkup sosial yang
memiliki nilai dan norma yang berbeda sehingga tercapai kesepakatan.
12
of segmented units or subsystems from the point of view of their contributions to the effective functioning of the system as a whole.” (1951:48).
Integrasi berada di antara fungsi pola-pemeliharaan dan
tujuan-pencapaian. Dilihat secara keseluruhan, integrasi berfokus terhadap penyesuaian
terhadap sub-system yakni, adaptation, goal-attainment, integration dan latency
atau kontribusinya terhadap keefektifan fungsi system sosial. Hal tersebut
bermaksud bahwa integrasi terjadi apabila keseluruhan sistem yang ada di
masyarakat dapat mencapai kesepakatan. Integrasi merupakan suatu pembentukan
pola baru dalam masyarakat yang berhubungan satu sama lain yang memiliki pola
relatif, seperti norma, nilai dan hukum yang berhubungan di dalam sistem sosial.
Dalam melakukan integrasi, seseorang akan membentuk pola baru pada dirinya
terhadap sebuah nilai dan norma yang ada pada masyarakat.
2.2.4. Pemeliharaan Pola (Latency)
Pemeliharaan pola menurut Parsons (1951:49) adalah pemeliharaan
nilai-nilai tertentu yang dianut dalam masyarakat seperti budaya, norma, aturan dan
sebagainya.
“ latency is a process to maintain a pattern, in this case, the values of certain society like culture, norms, and rules or custom.” (1951:49).
Suatu pola ditanamkan oleh orang tua atau generasi sebelumnya dalam diri
seorang individu. Pola tersebut mempengaruhi interaksi seseorang dengan
masyarakat. Interaksi yang dilakukan seseorang juga mempengaruhi nilai, norma,
Dalam melakukan sebuah interaksi dengan masyarakat, memiliki
nilai-nilai dalam dirinya yang menyebabkan seorang individu akan menyesuaikan
dirinya dengan masyarakat yang memiliki perbedaan sudut pandang mengenai
berbagai hal. Latency atau pemeliharaan pola berfungsi untuk menjaga pola yang
kita miliki terhadap pola baru yang ada di lingkungan masyarakat, agar pola yang
14 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Bab ini adalah tentang objek dan metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan penelitian, adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam bab ini yaitu
objek penelitian, serta sumber penelitian yang digunakan antara lain sinopsis,
metode penelitian, dan teknik pengumpulan data.
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Action Orientation pada karakter Mole dalam
novel The Wind in The Willows. Penulis memilih novel tersebut sebagai sumber
data karena penulis menemukan Action Orientation yang di alami oleh karakter
tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sumber penelitian yang dipilih untuk penelitian yaitu bersumber dari
novel karya pengarang Kenneth Grahame yaitu The Wind in The Willows. Pada
penelitian ini terdapat sinopsis yang termasuk ke dalam sumber penelitian.
Berikut sinopsisnya :
Sinopsis
Novel The Wind in The Willows karya Kenneth Grahame ini bercerita
mengenai Mole, seekor tikus tanah yang sedang melakukan aktifitasnya
sehari-hari didalam rumahnya yang berada didalam tanah dan mencoba keluar untuk
rumahnya itu dengan mengerjakan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, suatu
saat dia mulai penasaran dengan apa yang terjadi di atas rumahnya. Selama ini
Mole hanya mendengar tetapi tidak pernah mengetahui apa yang terjadi di atas
sana, sampai akhirnya rasa penasarannya yang tak terbendung itu pun mulai untuk
mencari tahu. Mole memberanikan diri mulai menggali tanah dengan tangannya
dan berjalan ke atas, dengan susah payah ia melakukan itu sampai akhirnya dia
sampai ke puncak permukaan tanah. Untuk pertama kalinya Mole melihat
hamparan padang rumput yang begitu luas dan indah, dengan pancaran sinar
matahari yang hangat dia pun membaringkan dirinya di atas padang rumput
tersebut. Mole pun tak menyangka bahwa yang ada di atas rumahnya itu sangatlah
indah dan mengagumkan. Dengan senangnya dia pun berjalan-jalan untuk
melihat-lihat apa saja yang indah selain padang rumput yang terdapat disekitar
tempat itu. Ketika Mole sedang melakukan pengenalannya terhadap lingkungan
tersebut, kemudian dia bertemu dengan Rabbit. Rabbit merupakan individu yang
tinggal ditempat itu juga. Mereka pun berinteraksi satu sama lain untuk saling
mengenal.
Setelah Mole berjalan-jalan menelusuri hamparan padang rumput yang
luas, dan melakukan interaksi dengan individu lainnya yang ada ditempat tersebut
dia pun sampai di sebuah tempat yang baru pertama kali dia lihat, yaitu sungai.
Sungai yang luas dan panjang yang membuat Mole berhenti sejenak dan
membaringkan dirinya di tepian sungai tersebut. Saat dia sedang menikmati
keindahan sungai tersebut Mole pun bertemu dengan seekor tikus air bernama
16
sangat berkesan. Ratty mengajaknya menaiki sebuat perahu yang bagus
menelusuri sungai tersebut. Mole pun terkagum-kagum dengan perjalanannya
bersama Ratty. Mereka pun piknik di tepian sungai, bernyanyi-nyanyi bersama,
dan mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah Mole lihat.
Bersama Ratty, Mole bisa mengenal lingkungan yang baru dia lihat. Tidak
hanya tempat-tempat yang mengagumkan, tetapi Ratty pun mengenalkan Mole
dengan orang-orang sekitar yang sama sekali belum pernah Mole kenal. Dari
perjalanan itu akhirnya Mole bisa mengenal keadaan-keadaan sekitar, bertemu
dengan orang-orang baru, dan Mole bisa beradaptasi dengan keadaan barunya
sekarang.
3.2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deskriptif, yang
menjelaskan maksud penelitian ini dibuat. Menurut Whitney (1960) “Descriptive
method is fact-finding with the proper interpretation” sehingga metode tersebut
bertujuan untuk membandingkan data dengan kasus yang diambil.
Sumber data yang diambil bersumber dari novel yang dipilih untuk
dianalisis dan data yang diambil berdasarkan kasus-kasus atau masalah-masalah
yang mendukung penganalisisan mengenai apa yang akan dibahas. Sumber data di
analisis berdasarkan teori-teori yang diambil dalam beberapa buku dan dari
3.2.1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui teknik kepustakaan.
Teknik tersebut dilakukan dimana peneliti memperoleh data tersebut dari
buku-buku dan internet.
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam meneliti antara lain :
a. Membaca Novel
Novel yang dipilih adalah The Wind in The Willows. Novel ini dibaca
secara keseluruhan sehingga penulis bisa mengetahui Action Orientation
yang muncul dalam novel tersebut.
b. Pemilihan Data
Setelah membaca keseluruhan novel penulis memilih data yang menurut
penulis terdapat Action Orientation serta proses-proses seperti Adaptation,
Goal-attaitment, Integration, dan Latency yang mendukung terjadinya hal
tersebut, yang kemudian akan di analisis berdasarkan proses-proses
terbentuknya Action Orientation itu.
c. Klasifikasi Data
Klasifikasi data yang di gunakan yaitu membagi data yang menurut
penulis terdapat Action Orientation serta proses-proses pembentuknya
kemudian dijabarkan menggunakan teori Talcott Parsons mengenai Social
18
3.2.2. Analisis Data
Dalam proses menganalisis data, penulis membagi data yang sudah
terkumpul dalam kebutuhan analisis mengenai Action Orientation, yang kemudian
data tersebut dijabarkan sesuai dengan teori yang digunakan. Langkah-langkah
penulis menganalisis data tersebut, yaitu :
a. Dengan menjabarkan data yang akan di analisis mengenai Action
Orientation yang terjadi melalui proses-proses Adaptation,
Goal-attaintment, integration, dan Latency dengan memasukkan Teori Talcott
Parsons tentang The Social System.
b. Menggabungkan data analisis yang membahas proses-proses terjadinya
Action Orientation tersebut dengan teori Talcott Parsons yang dipakai ke
19
Dalam bab ini penulis ingin menganalisis Action Orientation pada karakter Mole
dalam novel The Wind in The Willows. Analisis tersebut menjelaskan mengenai Action
Orientation pada karakter mole dan lingkungan serta pencapaian Action Orientation
pada karakter Mole.
Novel The Wind in The Willows adalah sebuah kisah fabel yang dibuat untuk
anak-anak. Dalam menganalisis penelitian ini, penulis membahas mengenai Action
Orientation yang terjadi dalam novel. Action Orientation menurut Talcott Parsons
merupakan suatu tindakan individu dalam menjalankan pencapaiannya. Mole, karakter
dalam novel tersebut yang menjalankan proses Action Orientation karena dia ingin
mengetahui daerah sekitarnya.
Dalam novel ini Mole, seekor tikus tanah, mencoba keluar dari tempat tinggalnya
untuk melihat keadaan sekitar yang dianggap baru baginya. Rasa penasarannya timbul
ketika dia mendengar suara-suara di atas, hal ini membuat Mole tertarik untuk
mengetahui apa yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya selama ini. Mole yang
saat itu baru keluar dari dalam tempat tinggalnya, tidak pernah mengetahui kondisi di
atas rumahnya selain pada malam hari. Hal tersebut terjadi karena selama ini dia
melakukan kegiatan pada siang hari hanya di dalam rumahnya saja, yaitu di dalam
tanah. Untuk mengetahui lingkungannya, Mole mencoba keluar dengan mengeruk tanah
20
‘something up above was calling him imperiously, and he made for the steep little tunnel which answered in his case to the graveled carriage-drive owned by animals whose residences are nearer to the sun and air. So he scraped and scratched and scrabbled and scrooge, and then he scrooge again and scrabbled and scratched and scraped, working busily with his little paws and muttering to himself, ‘Up we go! Up we go!’ till at last, pop! His snout came out into the sunlight, and he found himself rolling in the warm grass of a great meadow.’ (Grahame 1993:12).
Keluarnya Mole dari tempat tinggalnya disebabkan adanya Action Orientation,
yaitu keinginan yang kuat untuk mengenal lingkungan sekitarnya. Keinginan kuat itu
memacu Mole untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar untuk
mengetahui aktifitas apa saja yang ada di lingkungan tersebut. Interaksi yang Mole
lakukan menyebabkannya harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya atau yang
disebut dengan adaptasi. Selain Mole berinteraksi dengan individu lainnya, dia pun
menelusuri tempat-tempat lainnya. Dia pun berusaha menyatu dengan lingkungan
barunya tersebut.
Rabbit adalah sosok yang Mole temui pertama kali pada saat dia sedang
mengamati lingkungan sekitarnya. Pada saat bertemu dengan Rabbit, Mole melakukan
interaksi, yang menyebabkan terjadinya proses adaptasi di antara keduannya.
“Hold up!’ said an elderly rabbit at the gap. ‘sixpence for the previlege of passing by the private road!’ He was bowled over in an instant by the impatient and contemptous Mole, who trotted along the side of the hedge chaffing the other rabbits as they peeped hurriedly from their holes to see what the row was about”. (Grahame 1993:12-13).
Rabbit dalam cerita ini adalah seorang yang perhitungan, dia selalu meminta
uang kepada setiap orang yang melewati lahan miliknya. Mole yang tidak mengetahui
apa-apa mengenai uang dan peraturan yang Rabbit terapkan hanya terdiam dan
Karena Mole yang tidak mengetahui tentang uang dan peraturan, namun Rabbit
memiliki kebutuhan dengan uang tersebut, maka terjadi tarik menarik kepentingan
individu antara mereka. Hal itu dikarenakan Mole tidak memiliki latency tentang uang
dan kepemilikan bahwa itu lahan milik Rabbit dan dia harus membayar ketika ia
melewatinya. Rabbit membebaskan Mole dari semua peraturan yang dia buat, karena
dia berfikir Mole benar-benar baru mengenal lingkungan tersebut. Mole pun tidak
mengetahui apa-apa mengenai uang, dan peraturan sehingga Rabbit memutuskan
untuk membiarkannya pergi begitu saja. Dalam melakukan adaptasi antar masyarakat,
akan terbentuk yang namanya integrasi. Integrasi yang terbentuk antara Rabbit dan
Mole dalam beradaptasi mencapai suatu kesepakatan untu saling memahami satu dan
lainnya. Menurut Parsons integrasi merupakan proses penggabungan nilai, norma dan
budaya yang tertanam dalam diri masyarakat, untuk membentuk suatu kebudayaan
baru.
Dalam melakukan adaptasi tersebut setiap individu memiliki nilai dan norma
yang berbeda satu dengan lainnya. Ketika seseorang memiliki nilai dan norma yang
tertanam dalam dirinya dan bertemu dengan seseorang yang memiliki nilai, norma dan
budaya yang berbeda maka akan membentuk kebudayaan yang baru dalam suatu
masyarakat.
Interaksi yang dialami Mole saat bertemu dengan Rabbit merupakan suatu
bentuk adaptasi individu terhadap individu baru yang belum memahami peraturan
yang ada di dalam suatu lingkungan. Karena memiliki latency yang berbeda terhadap
22
mengetahui nilai dan norma yang diterapkan di masyarakat agar ia bisa menjaga nilai
dan norma yang ia punya ketika melakukan adaptasi. Mole dan Rabbit memiliki
kepentingan individu yang berbeda satu sama lain sehingga adanya tarik menarik
antara kepentingan individu dalam diri mereka. Setelah dia bertemu dengan Rabbit,
Mole bisa memahami perbedaan antara dirinya dengan lingkungan tersebut yang
memiliki budaya yang berbeda sehingga bisa belajar untuk beradaptasi dengan
individu yang lain. Mole mempelajari semua perbedaan dengan berinteraksi dengan
Rabbit dan mencoba mengetahui peraturan yang Rabbit buat untuk setiap orang yang
melewati lahan miliknya ketika dia bertemu dengan Rabbit.
Setelah berinteraksi dan beradaptasi dengan Rabbit, Mole melanjutkan
perjalanannya menuju sebuah sungai yang besar dan begitu luas. Sesampainya di sungai
tersebut Mole duduk dengan santai di tepian sungai untuk menikmati pemandangan
yang sangat indah dari sungai tersebut. Mole yang tidak pernah mengetahui seperti apa
itu sungai pun sangat terkagum-kagum akan keluasan sungai tersebut. Pada saat dia
sedang menikmati pemandangan sungai, Mole melihat seseorang dari kejauhan yang
sedang menelusuri sungai. Seseorang yang dilihatnya itu ialah Water Rat. Water Rat
adalah individu kedua yang Mole temui di daerah tersebut setelah Rabbit. Mereka pun
saling menyapa satu sama lain dari kejauhan dan Mole pun membalas sapaan Rat
tersebut dari tepi sungai. Mole sangat terkejut ketika Rat mendekat menghampirinya
dengan menggunakan sebuah benda berwarna biru dan putih, mengapung di atas air.
Mole tidak mengetahui mengenai benda tersebut, namun dia berusaha membantu Rat
dengan mengaitkan perahunya dengan tali agar bisa menepi ke pinggir sungai.
‘Hullo, Mole!’ Said the Water Rat. ‘Hullo, Rat!’ Said the Mole.
‘Would you like to come over?’ enquired the Rat presently.
‘Oh, it’s all very well to talk,’ said the Mole, rather pettishly, he being new to a river and riverside life and its ways. The Rat said nothing, but stooped and unfastened a rope and hauled on it; then lightly stepped into a little boat which the Mole had not observed. It was painted blue outside and white within, and was just the size for two animals; and the Mole’s whole heart went out to it at once, even though he did not fully understand its uses. (Grahame 1993:14).
Pertemuannya dengan Rat membuat Mole melakukan adaptasi kembali terhadap
individu baru. Rat merupakan individu yang berbeda dari individu yang ditemui Mole
pertama kali, yaitu Rabbit. Rat merupakan sosok yang sangat baik, dia menyapa Mole
dan mengajaknya untuk ikut dengannya menyusuri sungai dengan perahunya, tidak
seperti Rabbit yang meminta uang kepada Mole saat mereka bertemu. Mole mencoba
berinteraksi dengan Rat sama seperti ketika dia bertemu dengan Rabbit. Rat dan Mole
memiliki latency yang berbeda; Mole tidak memiliki pengetahuan mengenai sungai dan
perahu, sedangkan Rat memiliki pengetahuan tentang hal tersebut yang membuat
mereka melakukan adaptasi. Keduanya bisa saling memahami satu sama lain. Dari
adaptasi yang mereka lakukan, terbentuklah integrasi yang baik antara Rat dan Mole.
Integrasi yang terbentuk menyebabkan tercapainya suatu kesepakatan yang sama yaitu
mereka berdua dapat melakukan interaksi untuk saling mengenal dan memberikan
pengetahuan mengenai sungai dan perahu.
Ketika mereka saling beradaptasi dengan memberikan pengetahuan mengenai
24
mengenal daerah sekitar dengan menggunakan perahu miliknya. Dengan senang hati
Mole pun ikut dengan Rat menaiki perahu tersebut. Mereka menyusuri sungai yang
luas, Rat pun memberikan pengetahuannya mengenai sungai, perahu dan lainnya yang
ada di sekitar tempat tersebut. Dalam perjalanan itu Mole memperhatikan cara Rat
mendayung perahunya dengan cepat. Rat pun menyuruhnya melihat ke permukaan
sungai dan Mole tidak menyangka bayangan dirinya di permukaan sungai tersebut
sedang berada di atas sebuah perahu. Mole pun berkata kepada Rat kalau dia baru
pertama kalinya menaiki perahu. Rat terkaget-kaget tidak menyangka dengan apa yang
Mole bicarakan, sehingga dia pun menanyakan apa yang telah Mole lakukan selama ini.
Kemudian Mole memberitahukan kepada Rat kalau selama ini dia melakukan semua
kegiatannya hanya di dalam rumah.
‘The Rat sculled smartly across and made fast. Then he held up his fore-paw as the Mole stepped gingerly down. ‘Lean on that!’ he said. ‘Now then, step lively!’ and the Mole to his surprise and rapture found himself actually seated in the stern of a real boat. ‘This has been a wonderful day!’ said he, as the Rat shoved off and took to the scills again. ‘Do you know, I’ve never been in a boat before in all my life.’ ‘What?’ cried the Rat, open-mouthed. ‘Never been in a – you never – well, I – what have you been doing, then?’ (Grahame 1993:14).
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa latency yang dimiliki Mole dan Rat
berbeda mengenai pengetahuan terhadap lingkungannya. Mole yang benar-benar tidak
memiliki pengetahuan terhadap lingkungan tersebut membuat Rat memberikan
pengetahuannya kepada Mole. Interaksi yang dialami Rat saat bertemu dengan Mole
merupakan suatu adaptasi terhadap individu yang tidak mengetahui mengenai
lingkungannya. Adaptasi yang mereka lakukan pun menimbulkan integrasi yang
perahu serta lingkungan yang ada di sekitarnya, membantu Mole untuk belajar
mengetahui semua hal tersebut. Selain untuk memberikan pengetahuannya terhadap
sungai, perahu dan lainnya, Rat tidak lupa memberitahukan kepada Mole bahwa banyak
sekali penghuni yang tinggal di tepian sungai tersebut selain Rabbit dan Mole.
Mole mendengarkan apa yang diberitahukan Rat kepadanya dan memberikan
sedikit cerita kepada Mole mengenai semua yang tinggal di tepian sungai tersebut.
Kemudian Mole dan Rat meneruskan perjalanan mereka menyusuri sungai untuk bisa
mengenalkan Mole dengan lingkungan itu. Di tengah perjalanan mereka memutuskan
untuk berhenti di tepian sungai. Mereka berdua pun istirahat sejenak dengan duduk
santai di tepian sungai. Ketika mereka sedang beristrahat, dan berbincang-bincang
tiba-tiba muncul sesosok yang yang merasa terganggu oleh obrolan mereka.
“A broad glistening muzzle showed itself above the edge of the bank, and the Otter hauled himself out and shook the water from his coat. ‘Greddy beggars!’ he observed, making for the provender. ‘why didn’t you invite me, Ratty?’ ‘this was an impromptu affair,’ explained the Rat. ‘by the way-my friend, Mr Mole.’ ‘proud, I’m sure,’ said the Otter, and the two animals were friends forthwith. Such a rumpus everywhere!’ continue the Otter. ‘all the world seems out in the river today. I come up this back water to try get a moment’s peace and then stumble upon you fellows! At least – I beg pardon – I don’t exactly mean that, you know.’ (Grahame 1993:19).
Otter adalah teman Rat yang tinggal di tepian sungai dan dia sangat
menginginkan ketenangan dalam hidupnya. Otter yang saat itu ingin sekali
mendapatkan ketenangan dan bersantai keluar dari rumahnya karena merasa terganggu
oleh obrolan yang sangat keras antara Mole dan Rat. Ketika dia keluar dari rumahnya
untuk mencari tahu suara-suara yang membuatnya terganggu, dia menemukan temannya
26
dengan menyindirnya karena dia tidak diundang dalam percakapan mereka berdua yang
terlalu keras. Rat pun mengenalkan teman barunya, Mole, kepada Otter. Karena dia
menyadari bahwa Otter belum pernah bertemu dengan Mole. Karena Rat merupakan
teman baiknya, akhirnya Otter pun meminta maaf kepada Rat dan juga Mole.
Setiap individu yang ditemui Mole selalu memiliki sifat yang berbeda. Otter
sangat menyukai ketenangan dalam hidupnya, sedangkan Mole tidak mengetahui sifat
Otter tersebut. Kejadian itu membuat Mole bisa mempelajari sifat Otter agar bisa
memahami satu sama lainnya. Latency yang muncul dari perkenalan Mole dan Otter
ialah Mole yang saat itu antusias berbincang dengan Rat mengenai lingkungan sekitar
tidak menyadari kalau dia dan Rat sudah membuat kegaduhan, dan Mole mengetahui
bahwa Otter merupakan individu yang sangat menginginkan sesuatu yang tenang. Sama
seperti pertemuannya dengan Rabbit, karena memiliki perbedaan kepentingan individu
satu sama lain, sehingga terjadi tarik menarik antara kepentingan individu dalam diri
mereka. Dari pertemuannya dengan Otter yang memiliki latency berbeda satu sama lain
mengenai ketenangan itulah yang membuat Mole berfikir tentang perbedaan yang ada
pada setiap individu dilingkungan tersebut. Mole yang tidak mengetahui bahwa Otter
tidak menyukai kegaduhan pun mulai menyesuaikan dirinya dengan keadaan tersebut.
Penyesuaian yang dilakukan antara Mole dan Otter menyebabkan terbentuknya
Integrasi di antara mereka sehinga terjadi kesepakatan. Kesepakatan tersebut membuat
mereka berdua dapat saling memahami akan kepentingan masing-masing agar bisa
mencapai suatu tujuan yaitu bisa saling berterima antara satu individu dengan individu
Setelah Mole mengetahui sifat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
individu baru yang dia kenal Mole pun dapat berfikir apa yang dia pelajari dalam
melakukan pendekatan serta interaksi terhadap lingkungan baru tidaklah mudah.
Banyak hal-hal seperti kepentingan indivudu lainnya yang menimbulkan tarik-menarik
antara sesama individu, yang tidak mudah bagi dia untuk menyesuaikannya.
Bertemunya Mole dengan individu lainnya inilah yang merupakan suatu bentuk
pencapaian bagi Mole. Individu lainnya pun tidak hanya sekedar mengenal sosok Mole.
Bukan hanya Mole yang melakukan adaptasi dengan individu yang ada disana namun,
individu-individu tersebut seperti Rabbit, Rat dan Otter pun melakukan adaptasi dengan
menyesuaikan diri mereka dengan Mole yang tidak mengetahui tentang yang ada
disekitarnya.
Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Mole pun merasa sangat
senang dengan perjalanannya bersama temannya Rat yang mengenalkannya dengan
lingkungan sekitar. Bersama Rat, Mole mengalami dan melakukan hal-hal baru seperti
menambah pengetahuannya terhadap sungai. Mole diajak Rat menaiki sebuah perahu
yang Mole sendiri belum pernah menaikinya, belajar berenang, mendayung serta
bertemu dengan teman baru yang tinggal di daerah tersebut. Mole merasa bahwa dia
berada di dalam suatu kebahagiaan dan seperti ada angin yang berbisik kepada mereka.
28
Dari setiap perjalanan yang dia lalui menunjukkan bahwa setiap yang mereka
alami hari ini memberikan Mole pengetahuan baru terhadap lingkungannya. Dia pun
mempelajari cara berinteraksi bukan hanya dari sesama individu tetapi dengan
lingkungan yang ada di sekitarnya juga seperti halnya alam.
Untuk mencapai tujuannya, yaitu dapat mengenal dan mengetahui seluruh yang
ada di lingkungannya dengan baik serta berterima dengan lingkungan sekitarnya, Mole
berusaha keras mempelajari dan melakukan hal-hal yang dia belum pernah lakukan
sebelumnya. Akhirnya Mole menyadari bahwa dari perjalanannya ini membuahkan
kesenangan pada dirinya.
“Sometimes, in the course of long summer evenings, the friends would take a stroll together in the Wild Wood, now successfully tamed so far as they were concerned; and it was pleasing to see how respectfully they were greeted by the inhabitants, and how the mother-weasels would bring their young ones to the mouths of their holes, and say, pointing ‘Look, Baby! There goes the great Mr Toad! And that’s the gallant Water Rat, a terrible fighter, walking along o’him! And yonder comes the famous Mr Mole, of whom you so often have heard your father tell!!.” (Grahame 1993:192).
Kejadian yang Mole alami bersama-sama dengan temannya membuatnya di
kenal dengan orang-orang yang tinggal di daerah tersebut. Pencapaian tujuan Mole pun
sudah terpenuhi, yaitu mengenal seluruh lingkungannya dan berterima di masyarakat
tempat tinggalnya. Mole pun mendapat pengalaman yang sangat berharga dari
perjalanannya bersama teman-temannya. Perjalanannya tersebut membuat semua orang
di lingkungannya mengetahui sosok Mole. Ketika seorang individu berinteraksi maka
terjadi proses adaptasi terhadap masyarakat dengan lingkungannya. Dari semua
sifat dari individu-individu yang tinggal di sekitar tempat itu, seperti Rabbit yang
memiliki sifat sangat perhitungan, Rat yang ramah dan baik, serta Otter yang sangat
menyukai ketenangan.
Dalam melakukan adaptasi di suatu lingkungan baru, penting bagi Mole untuk
memahami sifat individu lain agar bisa mengetahui dan memahami keadaan individu
tersebut. Kemudian Mole berusaha agar dapat menyatukan perbedaan nilai atau latency
yang dimilikinya terhadap individu lain, serta belajar mengenai perbedaan yang ada
disekitarnya. Dengan adanya proses menyatukan perbedaan nilai yang dimiliki dan
diadaptasi maka terbentuk integrasi dengan lingkungan dan masyararakat sekitarnya.
Dari semua proses yang dilakukan Mole, mulai dari keluar rumahnya untuk
mengenal lingkungan serta berinteraksi untuk melakukan adaptasi dengan individu baru
yang tinggal disekitarnya. Terkadang dalam berinteraksi, seorang individu memiliki
tujuan yang sama namun memiliki proses yang berbeda yang pada akhirnya akan
membuat individu tersebut mengalami perubahan dalam dirinya. Mole dalam hal ini
memahami yang dilakukan individu lainya terhadap lingkungan tersebut yang kemudian
membentuk suatu integrasi antara Mole dan individu tersebut. Dengan mempertahankan
latency yang di miliki, Mole dapat menyatukan nilai-nilai yang dimilikinya dengan
nilai-nilai yang dimiliki oleh individu lainnya. Hal tersebut membuat Mole mencapai
tujuannya dalam berinteraksi dengan masyarakat. Tujuan untuk mengenal lingkungan
30
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menerangkan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan
analisis pada penelitian.
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, dalam meneliti tokoh
utama; Mole, pada novel The Wind in The Willows yang mengalami action
orientation. Action orientation merupakan suatu tindakan yang dilakukan
seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Hal tersebut terjadi karena adanya
motivasi yang membuat seseorang berkeinginan kuat untuk mencapai tujuannya.
Sebagaimana yang dialami Mole dalam melakukan adaptasi untuk berinteraksi
mengenali lingkungannya, membentuk integrasi dengan menyesuaikan latency
yang dimilikinya terhadap individu lain yang ada di lingkungan tersebut. Proses
pencapaian tujuan yang dilakukannya tersebut disebut Action Orientation.
Mole memiliki motivasi kuat untuk mengenal lingkungannya karena dia
mendengar suara-suara dari atas rumahnya. Keinginannya untuk mengenal
lingkungannya tersebut membuatnya harus berinteraksi dengan individu-individu
lainnya. Karakter Mole mengalami proses adaptasi dengan lingkungannya melalui
interaksi yang dilakukannya tersebut. Dalam interaksinya dengan lingkungan baru
tersebut, Mole bertemu dengan individu-individu seperti Rabbit, Rat dan Otter.
mengenali semua yang ada di lingkungan sekitar mengetahui hal-hal yang dia
belum ketahui seperti uang, perahu, peraturan dan ketenangan. Kepemilikan
latency yang berbeda satu dengan yang lainnya menyababkan timbulnya tarik
menarik kepentingan misalnya Rabbit yang perhitungan, Otter yang sangat
menyukai ketenangan dan Mole yang tidak memiliki mengenai uang dan
kepemilikan. Integrasi dapat terjadi ketika Mole dan individu yang lain mencapai
kesepakatan yaitu dengan memahami segala perbedaan antara dirinya dengan
individu lain.
Dengan demikian, Mole mempelajari akan perbedaan yang ada dalam
suatu lingkungan. Mole mempelajari cara-cara untuk memahami dan
memusyawarahkan perbedaan yang ada di suatu lingkungan tersebut sehingga
terbentuklah suatu kesepakatan antar individu. Hal tersebut membuat Mole
mencapai tujuannya.
5.2. Saran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru serta
pemahaman mengenai Action Orientation yang terdapat dalam sebuah novel.
Khususnya untuk mahasiswa Sastra Inggris yang akan menganalisis suatu karya
sastra. Karena penulis hanya membahas karakter utama yang melakukan action
orientation dalam novel, mahasiswa tersebut dapat menganalisis hal lainnya yang
menarik dalam novel tersebut misalnya mengenai fantasi dan imaginasi melalui
32
DAFTAR PUSTAKA
Edy, Nyoman Thusthi. 1991. Kamus istilah Sastra Indonesia. Yogyakarta : Nusa Indah.
Ekeh, Peter. P. 1974. Social Exchange Theory : The Two Traditions. Country: Publisher.
Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa
Hamilton, Peter. 1990. Talcott Parsons dan Pemikirannya Sebuah pengantar. Yogyakarta: TiaraWanaca Yogya.
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia
Kane, Thomas. S. 2000. The Oxford Essential Guide To writing. New York : Barkley Books.
Parsons, Talcott. 1951. The Social System. New York: Routledge sociology Classics.
Walter, wallace. L. 1969. Sociological Theory : An Introduction.
39
A.
Biodata Diri
a. Nama : Puri Astari Ardianti
b. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta / 28 Januari 1990
c. Alamat : Jl. P. Seminingrat vii/A/135 Serang,
Banten.
d. Nomor telepon : 0254-208523
e. Jenis kelamin : Perempuan
f. Kebangsaan : Indonesia
g. Agama : Islam
h. Hobi : mendengarkan musik, nonton film
B.
Latar Belakang Pendidikan
No
Nama Sekolah dan Perguruan Tinggi
Tahun
1. SD Negeri 11 Serang 1996-2002
2. SMP Negeri 1 Serang 2002-2005
Agama Fakultas Sastra” UNIKOM - Bandung 2009
4. Seminar “Workshop on
40
Entrepreneur UNIKOM - Bandung 2010
8. Diskusi Ilmiah Bahasa
Literature and Media UNIKOM - Bandung 2011
11. Seminar “Feminist,
feminism and text” Rabani - Bandung 2011