Basisdata Sistem untuk
Kepala Bidang Basisdata Sumberdaya Darat, BAKOSURTANAL JI. Raya Jakarta K m Cibinong
e-mail: Nurvvajedi@yahoo.com
Abstract
During the period BAKOSURTANAL (National Coordinating Surveys and Mapping Agency) cooperated with Department of Transmigration and United Kingdom for mapping national land resource at scale 250.000 by using land system approach. This mapping was intended t o identify land development for transmigration. The land system mapping used topographic maps of JOG (Joint Operational Graphic) with scale of as a map. Currently, BAKOSURTANAL is developing land system database. The purpose of this activity is to optimize the use of land system data for various purposes. The developed system database is directed t o the standardization of georeference system and the improvement of the accuracy and attribute data. Using this approach, the system database could be functioned as a land resource data for supportingsustainable watershed management by related agencies.
Keywords: land system, georeference standard, attribute
Pada tahun BAKOSURTANAL bekerjasama dengan Departemen Transmigrasi Pemerintah Kerajaan untukpemetaan sumberdaya lahan dengan pendekatan sistem lahan skala 250.000 d i wilayah Indonesia. Pemetaan dimaksudkan untuk mengidentifikasi Daerah Pengembang-an Transmigrasi. Pemetaan sistem lahan padasaat itu menggunakan peta (Joint Operational Graphic) skala berbagai data citra penginderaan jauh data sekunder. Saat ini, BAKOSURTANAL sedang melaksanakan pembangunan basisdata sistem lahan. Kegiatan inidirnaksudkan untuk mengoptimalkan dayaguna data sistem lahan yang multiguna. Basisdata sistem lahan yang dibangun diarahkan pada sistem georeferensi standar nasional dan penajaman akurasigeometri data atributnya. Dengan pendekatan basisdata sistem lahan dapat sebagai data sumberdaya lahan untuk mendukung pengelolaan DAS berkelanjutan yang dilakukan instansi terkait.
Kata lahan, georeferensi standar, akurasi geometri, data atribut
Indonesia mimiliki potensi kekayaan sumberdaya melimpah, baik yang terbarukan m a u p u n y a n g tidak terbarukan. Potensi kekayaan surnberdaya alam rnerupakan suatu aset u n t u k mendukung pembangunan nasional. Sesuai dengan visinya u n t u k m e w u j u d k a n u n t u k Data Spasial (IDS) y a n g handal, BAKOSURTANAL telah m e m e t a k a n sumberdaya lahan melalui p r o y e k (Regional Physical Planning for Transmigration) pada t a h u n bekerja sama dengan Departemen Transrnigrasi dan Pemerintah Kerajaan Tujuan proyek RePPProT adalah u n t u k mengidentifikasi lahan pengembangan transmigrasi.
Prosiding DAS: pengembangan Data" 5 September 2007
P e m e t a a n s u m b e r d a y a lahan yang dimaksud m e n g g u n a k a n p e n d e k a t a n Lansdscape Approach. Pada pendekatan ini, pernetaan sumberdaya lahan menggunakan konsep sistern lahan, yang didefinisikan sebagai satuan lahan yang merniliki pola kesarnaan
batuan, iklirn, hidrologi, topografi, dan Setiap satuan
sistern lahan rnerniliki satuan lebih detil, yang disebut lahan. Sebagai contoh, sistem
lahan volkanik diperlihatkan di Garnbar Penamaan sistem lahan rnenggunakan
3 huruf aifabet, yang rnerupakan singkatan dari nama geografi spesifik dimana sistem lahan
pertarna kali ditemukan, sedangkan penarikan batasnya didasarkan dari
interpretasi berbagai d a t a citra seperti f o t o udara, dan radar; yang
pada peta d a s a r JOG (Joint Operation Graphic). Karakteristik d a t a sistern lahan,
terutarna jenis b a t u a n d a n diperoleh dari d a t a sekunder. pernetaan
surnberdaya lahan dituangkan dalarn bentuk peta d a n penjelasannya (kartu
data).
LAND REGION O F
LANDSCAPE
SYSTEM
I. Diagram sistem lahan dan lahan di daerah volkanik (Surnber: Wall 1987)
Peta sistem lahan yang tersedia mencakup seluruh wilayah Indonesia. Karena kelengkapannya, p e t a sistem lahan merupakan suatu a s e t d a t a sumberdaya lahan nasional, walaupun masih a d a kekurangannya, terutama dari aspekgeoreferensi, geometri, dan data
atribut. Dari aspek georeferensi, peta sistem lahan masih belum disajikan pada
peta dasar standar nasional, yaitu peta rupaburni dengan Datum (Datum Geodetik
Nasional Tahun yang rnengadopsi ellipsoid Dari aspek geometri, unsur
pantai, jaringan jalan, sungai, toponimi, d a n wilayah administrasi
memerlukan pemutakhiran. Dari aspek data atribut, karakteristik d a t a sistem lahan perlu
diperbaiki karena d a t a diperoleh dari data sekunder dengan tingkat akurasi yang
Basisdata Sistern Lahan untuk DAS
Untuk meningkatkan kualitas peta sistem lahan yang mencakup aspek georeferensi,
geometri, dan d a t a atribut seperti yang s a a t ini BAKOSURTANAL sedang
melaksanakan pembangunan basisdata sumberdaya lahan yang berbasiskan data sistem
lahan. Basisdata sistem lahan yang terbangun diharapkan lebih diakses dan dapat
difungsikan sebagai data dan infromasi sumberdaya lahan yang pemanfaatannya bersifat
multiguna dengan menggunakan teknologi diantaranya untuk pengelolaan DAS yang
dilakukan oleh instansi-instansi terkait, seperti Dephut dan Dep PU.
2.1 Standarisasi Data
Tahapan ini dimaksudkan untuk menstandarkan georeferensi peta sistem lahan
yang masih rnenggunakan acuan peta JOG. Standarisasi data yang dilakukan ini
disesuaikan dengan program pembangunan di Indonesia. Upaya adalah
untuk perkembangan kebutuhan aplikasi yang mengintegrasikan data
untuk berbagai tujuan. Sebagaimana dijelaskan oleh ESCAP (Economic and Social
Commission for Asia and t h e Pacific) United Nations intergrasi d a t a dalam aplikasi
tergantung pada d a t a spasial standar. Standarisasi d a t a spasial dan kumpulan
data untukaplikasi tentunya membutuhkan georeferensistandar.
Untuk m e n s t a n d a r k a n g e o r e f e r e n s i p e t a sistem lahan
georeferensi ellipsoid ditransformasikan kedalam georeferensi seperti
digunakan pada peta RBI. Seperti yang dijelaskan oleh Matindas et georerensi
diadopsi dari ellipsoid WGS 1984. Sistern grid peta sistem lahan disesuaikan dengan
sistem grid peta RBI, yaitu menggunakan grid geografi dan UTM d e n g a n interval zone
Untuk cakupan seluruh Indonesia dari goo sampai dengan BT dan dari
sampai dengan 15" wilayah dibagi menjadi g zone UTM, yaitu dari zone 4 6
hingga 54. Setiap zone, kemudian, dibagi rnenjadi beberapa d a n kolom yang
disesuaikan dengan skala peta. Pada peta skala I: 250.000, setiap peta RBI ukuran
derajat. Format peta RBI t s b digunakan sebagai peta dasar standar untuk
pemutakhiran peta sistern lahan. lndeks peta RBI skala I: diilustrasikan di Gambarz.
Jumlah peta sistem lahan pada format RBI adalah lembar.
Garnbar 2. lndeks peta RBI skala
Prosiding "Sistem DAS:
Data" 5 September 2007
2.2. Kodifikasi
Kodifikasi fitur sistem lahan dimaksudkan untuk menstandarkan kode sistem lahan
dalam kerangka yang dijelaskan oleh Nurwadjedi kodifikasi fitur
sistem lahan menggunakan kode alfanumerik sebanyak 8 (delapan) sebagai berikut:
d a n 2 kode fitur sistem lahan (SL), dijit 3 dan untuk k o d e wilayah
(region), dan 6 menjelaskan kode unsur fisiografi, dijit 7 dan 8 untuk kode
unsur sistem lahan.
Berdasarkan kesamaan biofisik bentang lahan, Kodifikasi wilayah sistem lahan dikelompokkan menjadi 8 (delapan) wilayah, yaitu:
J a w a (12)
(14)
Nusa Tenggara
Sistem lahan di setiap wilayah kemudian diklasifikasikan berdasarkan pada tipe
fisiografinya, yaitu: Daerah Pantai
Rawa Surut
Jalur
Lernbah
Perbukitan Pegunungan
Contoh kode adalah kode sistem lahan di wilayah d a n merupakan
daerah untuksistem lahan
2.3. Desain Basisdata
Desain basisdata disesuaikan dengan konsep pemetaan sistem lahan yang
didasarkan pada kesamaan faktorfisiografi, litologi, iklim, tipe hidrologi, d a n proses.
Faktor-faktor penciri disusun dalam bentuk data tabular yang berkaitan,
rnenurut konsep desain basisdata model relasional
Data tabular untuk setiap faktor penciri diperoleh dengan scanning kartu data
yang tersedia dalam bentuk cetakan (analog). Data faktor-faktor penciri sistern lahan yang tercatat dalarn kartu data, kemudian, diseleksi dan dilakukan data entry pada template
Basisdata
karakteristik sistem lahan yang telah dibuat. karakteristik sistem lahan
dapat digabungkan dengan grafisnya dengan kode fitur sistem lahan yang
berfungsi sebagai kunci penghubung utama (primary key). Sesuai d e n g a n karakteristik
data sistem lahan yang menjelaskan sifat biofisik sumberdaya lahan, basisdata yang
didesain memfasilitasi berbagai analisis, kesesuaian lahan untuk
agroforestry, kemampuan lahan, dll.
3.
u 2
Fitur sistem lahan yang telah distandarisasi terhadap peta d a s a r RBI memiliki
format georeferensi standar, narnun masih deviasi geometri kurang dari 2 m m
km) terhadap fitur pantai atau jaringan sungai secara sistimatis. Gambar 3
rnemperlihatkan contoh kenampakan konfigurasi keruangan (spatial arrangement) antara
fitursistern lahan daerah kabupaten Kulon dengan
pantai. Pada Gambar 3 pantai dari sistem lahan (Puting, Beting Pantai)
PTG dst d s t
Gambar 3. desain basisdata sistem lahan dengan model relasional
DAS: pengembangan Data" 5 September 2007
tidak match dengan pantai dari peta RBI. Perubahan pantai pada
ini disebabkan oleh faktor konversi dari datum peta sistem lahan ke datum
peta RBI yang tersedia di software masih bersifat global. Untuk
menstandarkan aspek geometri dimaksud, pantai sistem lahan disesuaikan dengan
pantai dari peta RBI, yangdiperlihatkan di
(RBI)
4. Contoh deviasi pantai pada sistem lahan terhadap pantai pada peta
RBI
Data
Data atribut sistem lahan mencerminkan karakteristik lahan, terutama dari aspek
topografi, hidrologi, dan tipe Perolehan data atribut
dari berbagai sumber dengan tingkat akurasi yang Untuk rnenjaga
tafsir (misuse), tingkat akurasi data atribut diklasifikasikan menjadi (lima) kelas, yaitu:
Dipercaya
-
sumber data skala2 Agak data skala I:
3 Diperkirakan /Tenable interpretasi citra, skala
4 Plausible sumber d a t a skala Diragukan
Pembangunan basisdata sistem lahan yang s e d a n g dilakukan tidak hanya memperbaiki aspek georeferensi dan geometri, tetapi juga pada perbaikan data
atributnya. Data atribut yang diperbaiki difokuskan pada tingkat akurasi 3, 4, ? Pada
perbaikan data atribut yang telah dilakukan (di daerah Provinsi Jawa Tengah), data adalah karakteristik sistem lahan yang dominan diperbaiki. Perbaikan d a t a
mencakup penamaan jenis sistem Soil Taxonomy terbaru dan sifat kirnia
Contoh data atribut sistem lahan BRN yang dijumpai di daerah Kabupaten
Rembang adalah sebagai berikut:
untuk DAS
LANDSYSTEM : (BRN) 1961 REF NO JMB
PROVINCES: 9 = krn2, 10 = 8 = 1553 = 400 = km2 LAND TYPE : rolling plains on in dry areas
LAND REGION : sed, other sed, rolling plain DESAUNETTES CODES DOM : INC: SATELLITE SCENES : 7 119165 AERIAL PHOTOS :
LMHOLOGY : sedimentary INDURATION : : fine MINERALOGY :
ROCK TYPE : limestone, ROCK OUTCROP : 5%
WATER GROUNDWATER : fresh DOMESTIC SOURCE : medium, deep wells
FISHERIES none , RIVERS FLOOD RISK none INUNDATION : none
CLIMATE MEAN ANNUAL : 1400-2300 WET MTHS : 1-5 DRY MTHS : 4-5 GROWING PERIOD ARABLE: 90-210d TREE CORPS : MEAN TEMP : min
USE : upland corps, bush, settlements AREAUSED: %
ACCELERATED EROSION EXTENT : local EVIDENCE : gulley GT GPS DOMINANT 60% : ASSOCIATED :
TEXTURE DOM : ASSOCIATED :
SOlL CHARACTERISTICS OF DOMINANT SOlL GREAT GROUP
MINERAL SOIL : 100 DRAINAGE : imperfect SPURS PROMINENCE :clear STEEPNES :
VALLEY FLOOR WIDTH : 201-500 m VAR : low
FACETS DOM 1 undulating to rolling 40% area FACETS 2 undulating plain 30% area 3 valley side 15% area 4 valley bottom 15% area %area
FRAGMENTATION VALLEYS : rned blocks : large blocks
RELIABILITY GROUNDWATER QUALITY: 1, WATER SOURCE: 1, CLIMATE: SOIL GROUP: SOIL TEXTURE: 1, SOlL DEPTH: SOIL DRAINAGE: SOlL NUTRIENTS: ELEVATION: SLOPE: FACETS: FRAGMENTATION:
4. untuk Pengelolaan
Data atribut sistem lahan karakteristik kondisi topografi, litologi,
hidrologi, iklim, tipe d a n kondisi fisik lingkungan lainnya d a p a t digunakan sebagai
dasar untuk pemetaan berbagai aplikasi dalam lingkup sektor kehutanan,
perikanan, pekerjaan lingkungan Di sektor kehutanan, d a t a sistem lahan
telah digunakan oleh Ditjen RLPS-Dephut untukmengidentifikasi z o n a erosi di
"Sistem DAS:
Data" 5 September 2007
Lahan Penutup Lahan
Sub
SK
No 251 Kpts 999
No 7301 Kpts 1111999
Pedoman
data
I i
Erosi
f
Tingkat Erosi Analisa
Spasial
Data Spasial Lahan Kritis
Gambar Diagram alir pemetaan lahan kritis (Sumber: Santoso
Di samping itu, data sistem lahan dapat dimanfaatkan untuk pemetaan
kesesuaian lahan wanatani (agroforestry), terutama untuk tujuan rehabilitasi lahan kritis
suatu di suatu DAS. Dalam basisdata sistem lahan yang dibangun, wanatani yang
ditampilkan meliputi Eucalyptus salinga, Sesbania
Tectona Acacia auriculformis, Analisa
kesesuaian lahan dari setiap wanatani didasarkan pada d a t a karakteristik
sistem lahan yang tersimpan dalam data atribut seperti yang
Pernbangunan Basisdata Lahan DAS
NGR Sesuai
Contoh kesesuaian lahan di wilayah Jawa
KNJ Kuranji N c Tidak sesuai karena faktor
Tidak sesuai karena faktor iklim
Air Cawang
Lubuk
TBO
BGR
Pembangunan basisdata sistem lahan merupakan upaya penyediaan salah satu
data spasial yang ada di BAKOSURTANAL. Upaya adalah untuk
terseleng-garanya Jaringan Data Spasial Nasional seperti yang diamanatkan dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Tahun Karena kelengkapan data
atributnya yang menjelaskan karakteristik sumberdaya lahan, penggunaan data sistem
lahan bersifat Untuk DAS, data sistem lahan dapat dimanfaatkan
untuk mendukung pemetaan lahan kritis dan kesesuaian lahan untuk wanatani
pada skala di suatu kawasan penggundulan (deforestasi).
GGK Grogak
Untuk menghindari salah para pengguna data sistem lahan perlu
hatikan tingkat akurasi data atributnya. Setiap karakteristik komponen data sumberdaya lahan yang disimpan dalam data atribut memiliki tingkat akurasi bervariasi. Penggunaan data sistem lahan dengan akurasi data pada level 3 (Tenable), dan ?
(Diragukan) perlu diverifikasi atau divalidasi ground t r u t h lapangan) atau data sekunder yang diyakini memiliki tingkat akurasi baik.
Sesuai
Sesuai
ar
N
cN
cBKTRN. Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
Ruang Nasional. Jakarta
Tidak sesuai karena faktor iklim
Tidak sesuai karena faktor iklim
Federal Geographic Data Committee (FGDC). May Content Standard f o r Digital
Geospatial Metadata w i t h 2.0.
Matindas R W, C Subarya dan R Nataprawira. Sistem Penomeran untuk Peta Rupabumi dalam Proyeksi UTM Datum Geodesi Nasional
Pemetaan. BAKOSURTANAL.
Spesifikasi Peta Sistem Lahan. Prosiding Temu Karya dan For a Sumber
Daya Alam Darat, Survei Sumber Daya Alam Darat, BAKOSURTANAL.
DAS: pengembangan Data" 5 September 2007
The National States Geographic Information Council (NSGIC). A Strategy f o r the NSDI (National Spatial Data Infrastructure).
RePPProT. The Land Resources of Indonesia: a national overview. Government of he Republic o f Indonesia: Ministry o f Transmigration, Directorate General of Settlement Preparation, and BAKOSURTANAL. Land Resources Department NRI, Overseas Development Administration, Foreign and Commonwealth Office UK. Santoso H. Spesifikasi Lahan Kritis. Prosiding Temu Karya dan Fora Surnber Daya
Darat, Daya Darat, BAKOSURTANAL.