• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis morfologi perinereis nuntia (Savigny 1818) spesies kompleks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis morfologi perinereis nuntia (Savigny 1818) spesies kompleks"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

ABSTRAK

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH. Analisis Morfologi Perinereis nuntia (Savigny 1818) Spesies Kompleks. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan IIN INAYAT AL HAKIM.

Perinereis nuntia terdistribusi secara luas hampir di seluruh dunia. Perinereis nuntia dikenal dengan kompleks spesies dengan status taksonomi yang bersifat problematik karena penentuan tingkatan taksonomi berdasarkan morfologi harus memeperhatikan homologi dan konvergensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi cacing P. nuntia dengan analisis morfometrika, sebagai langkah pertama untuk menjelaskan taksonominya. Sampel berasal dari Pulau Pari bagian Selatan dan Timur (Kepulauan Seribu), Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara), Sungai Huwei, Shang Shan, Shimen, Daane serta Juoshuei (Taiwan). Data yang diambil adalah data kuantitatif yang berasal dari paragnath, setiger, pigmentasi tubuh, tentakular sirrus, dan antena. Individu mengelompok berdasarkan beberapa perbedaan sifat morfologi ke dalam tiga populasi yang terpisah, yang kongruen dengan letak geografisnya.

ABSTRACT

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH. Morphology Analysis Perinereis nuntia (Savigny 1818) Species Complex. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and IIN INAYAT AL HAKIM.

(3)

ANALISIS MORFOLOGI

Perinereis nuntia

(Savigny 1818)

SPESIES KOMPLEKS

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Deparemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

4

Judul Skripsi : Analisis Morfologi

Perinereis nuntia

(Savigny 1818)

Spesies

Kompleks

Nama

: Citra Rahmawati Maemunah

NRP

: G34103068

Menyetujui:

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Bambang Suryobroto

Iin Inayat Al Hakim, M.Si

NIP 131779503

NIP 320005586

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA

NIP 131578806

(5)

PRAKATA

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta limpahan karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Iin Inayat Al Hakim M.Si atas bimbingan, saran, dan perhatiannya yang sangat besar selama ini. Terima kasih untuk Dr.Ir. Ence Darmo Jaya S.,Msi. atas masukan dan kritiknya terhadap karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk Mbak Kanthi, Carwan, Arip, Taufiq, Fajri, Uche, Sagita, Iwa dan Pak Wawan yang telah membantu selama penelitian. Ucapan terima kasih juga kepada seluruh dosen Zoologi; Ibu Taruni, Bapak Heru, Ibu Wita Farajalah, Bapak Ahmad Farajalah, Ibu Rika Raffiudin, Bapak Tri Atmowidi, dan Kak Berry, juga staf Zoologi Mbak Tini dan Pak Adi. Terima kasih juga untuk Pak Joni dan Pak Agus serta teman-teman atas kebersamaannya selama ini: Muley, Dania, Dian, Hartini, Nira, Habibah, Yusi, Lusi, Sarah, Andri, Novan, Dendi, Nico, Wafa, Wildan, Ramsi, Eko, Indra, dan seluruh teman-teman Biologi 40, 41, 42 dan 39. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan untuk sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dan dorongan: Renny, Friska, Atika, Miranti, Yeli dan Ade, serta seluruh warga Malabar Delapan.

Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sangat mendalam untuk Papa, Mama, serta adikku Kartika atas dukungan, semangat, kasih sayang serta doanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2008

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Pada tanggal 16 April 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Mochamad Tohari dan Siti Amini.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN... 1

BAHAN DAN METODE... 1

Alat dan Bahan... 1

Objek Penelitian... 1

Sifat Morfologi... 1

Analisis Data... 2

HASIL... 2

Persamaan... 2

Perbedaan... 2

Paragnath... 2

Pigmentasi Tubuh, Setiger, Tentakular Sirrus, dan Antena... 3

Pengelompokan Populasi... 3

PEMBAHASAN... 4

SIMPULAN DAN SARAN... 5

DAFTAR PUSTAKA... 5

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Nilai modus jumlah paragnath setiap area... 2

2 Warna paragnath... 3

3 Perbedaan keadaan paragnath... 3

4 Perbedaan pigmentasi tubuh dan antena... 3

5 Minimum – maksimum jumlah setiger & panjang tentakular sirrus... 3

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Daerah faring... 2

2 Dendrogram Perinereis nuntia... 3

3 Dendrogram perbedaan keadaan paragnath Perinereis nuntia... 4

4 Perinereis nuntia Selatan Pulau Pari... 7

5 Perinereis nuntia Timur Pulau pari... 8

6 Perinereis nuntia Taiwan... 9

7 Perinereis nuntia Pulau Labengki... 10

8 Peta Pengambilan Sampel... 11

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Perinereis nuntia Selatan Pulau Pari... 7

2 Perinereis nuntia Timur Pulau pari... 8

3 Perinereis nuntia Taiwan... 9

4 Perinereis nuntia Pulau Labengki... 10

(9)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perinereis adalah cacing laut yang dikenal sebagai Rutus (Makasar), Cacing Putih (Pulau Pari), Lading Putih (Ambon) atau Pumpun (Balikpapan). Cacing ini dapat ditemukan di daerah intertidal dan laut dangkal dengan habitat pasir halus, pasir kasar, daerah berbatu sampai berlumpur liat. Bagi nelayan lokal Perinereis biasa digunakan sebagai umpan untuk memancing dan pakan udang. Perinereis nuntia berukuran panjang tidak lebih dari 15 cm.

Genus Perinereis termasuk dalam filum Annelida, kelas Polychaeta, famili Nereidae (Fauchald 1977). Secara keseluruhan Nereidae memiliki 39 genus yang di dalamnya terdapat 535 spesies. Penentuan tingkat taksonomi famili dilakukan berdasarkan beberapa bagian tubuh, di antaranya prostomium, faring, parapodia dan nefridia (Faucald 1977 & Glasby 1999).

Dalam genus Perinereis, Wilson (1993) melaporkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 18 spesies dan varietas yang telah dideskripsikan, salah satunya adalah Perinereis nuntia. Status taksonomi P. nuntia bersifat problematik. Spesies ini dikenal sebagai kompleks spesies (Wilson 1993). Kompleks spesies adalah kelompok-kelompok spesies yang terisolasi secara reproduktif meskipun mempunyai bentuk morfologi yang sama.

Kemiripan dalam karakter-karakter morfologi yang berasal dari anatomi nenek moyang disebut sebagai struktur-struktur yang homolog. Tetapi tidak semua kemiripan yang sama diwariskan dari nenek moyang, karena kesamaan fungsi anatomi membentuk adaptasi yang analog. Hal ini disebut evolusi konvergen dan kemiripan yang terbentuk disebut dengan analogi (Campbell, Reece & Mitchell 2003). Misalnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan struktur sedimen juga memiliki kesamaan morfologi paragnath (Wilson 1993). Karena itu penentuan status taksonomi berdasarkan morfologi harus memperhatikan homologi dan konvergensi. Pemilihan (dan jumlah) karakter-karakter morfologi akan mempengaruhi kesimpulan. Analisis morfometrika terhadap sejumlah karakter dapat membantu mengatasi masalah ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi cacing P. nuntia dengan analisis

morfometrika, sebagai langkah pertama untuk menjelaskan taksonominya.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2007. Pengamatan, pengukuran dan perhitungan sifat-sifat hayati dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Jakarta sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB Bogor.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% dan gliserin. Alat yang digunakan adalah botol sampel, kertas label, mikroskop (mikroskop binocular high power Leica DMRBE dengan perbesaran hingga 1000 kali, dan mikroskop binocular stereoskopis Leica M 40, perbesaran lebih dari 400 kali), kamera digital, kaliper digital, cawan petri, pinset halus, gunting halus, dan gelas objek beserta penutupnya.

Objek Penelitian

Objek penelitian yang dianalisis adalah P. nuntia sebanyak 44 ekor. Perinereis nuntia memiliki ciri-ciri khusus diantaranya adalah memiliki bentuk garis atau campuran garis dan kerucut pada paragnath area VI serta memiliki bentuk homogomph spiniger pada seta bagian notopodia (Wilson & Glasby 1993)

Perinereis nuntia ini berasal dari Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim dan Tahir (P2O), Pulau Pari bagian Selatan dan Timur (Kepulauan Seribu) masing-masing enam belas dan delapan ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Netty dan Rusmintardi (P2O), dan berasal dari Sungai Huwei, Shang Shan, Shimen, Daane serta Juoshuei (Taiwan) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Christopher J. Glasby, Mei Jeng Kuo dan Hwey Lian Hsieh (Academia Sinica Taipei Taiwan).

Sifat Morfologi

(10)

10

pengamatan, serta pengukuran sifat-sifat morfologi setiap individu.

Paragnath. Paragnath adalah struktur yang berfungsi seperti gigi tersusun atas kitin dan berada di daerah faring, yang terdiri atas cincin maxilar dan cincin oral. Pada paragnath diperhatikan beberapa sifat antara lain: warna, ada tidaknya paragnath, jumlah, serta bentuk pada setiap area. Pada Perinereis nuntia terdapat delapan area paragnath. Area I, II, III, dan IV terdapat pada cincin maxilar sedangkan area V, VI, VII-VIII terdapat pada cincin oral. Pada area II, IV dan VI baik bagian kanan maupun kiri ikut diamati. Area I, II, V dan VI terdapat pada tubuh bagian dorsal sedangkan area III, IV, VII-VIII terdapat pada tubuh bagian ventral (Gambar 1).

Gambar 1 Daerah Faring : (a) dorsal, (b) ventral

Setiger. Setiger adalah segmen tubuh yang memiliki parapodia sebagai alat gerak. Jumlah setiger dihitung dengan cara manual di bawah mikroskop stereo. Jumlah setiger yang dihitung berasal dari tubuh yang utuh. Lebar setiger ke-10 (tanpa mengikutsertakan parapodia) diukur dengan menggunakan kaliper digital.

Selain setiger dan paragnath juga diamati hal-hal berikut: pigmentasi tubuh, bentuk antena, warna mata, kedalaman celah anteromedial yang terdapat pada daerah prostomium (bagian kepala), bentuk palpus, bentuk anal sirri, panjang tentakular sirrus terhadap setiger, serta bentuk-bentuk seta pada parapodia ke-10. Sebelumnya parapodia ke-10 yang akan diamati dipotong dengan menggunakan gunting halus, setelah itu dibuat preparat sediaan utuh, untuk mengamati seta digunakan mikroskop binocular high power.

Analisis Data

Metode clustering (Struyf, Hubert, & Roussew 1996) digunakan untuk mencari bagaimana individu-individu mengelompok

berdasarkan karakter-karakter yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R (R Development Core Team 2006).

HASIL

Dari hasil pengamatan, perhitungan serta pengukuran sifat-sifat morfologi, didapat beberapa persamaan dan perbedaan pada setiap individu yang diamati.

Persamaan

Seluruh individu P. nuntia memiliki paragnath area I, II, III, IV, V, dan VII-VIII yang berbentuk kerucut. Area I, II, III, serta IV yang berwarna hitam. Mata seluruh P. nuntia yang dianalisis berwarna hitam, palpus berbentuk elongate, anteromedial groove dangkal, anal sirri berbentuk sirri, seta pada bagian notoseta berbentuk hemigomph spiniger sedangkan pada bagian neuroseta berbentuk heterogomph falciger dan hemigomph spiniger.

Perbedaan

Paragnath. Setiap sampel yang berasal dari daerah berbeda memiliki nilai modus dari jumlah paragnath yang berbeda-beda. P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Pulau Pari Timur serta Selatan memiliki nilai modus yang tidak jauh berbeda untuk area I, II, III, IV, dan VII-VIII. Nilai modus paragnath area V spesimen daerah Labengki, Taiwan, Pulau Pari Timur dan Pulau Pari Selatan memiliki nilai yang sama. Nilai modus paragnath area VI kanan spesimen daerah Taiwan, Pari Selatan, dan Pari Timur memiliki nilai yang sama, sedangkan nilai modus paragnath area VI kiri spesimen daerah Taiwan dan Pari Timur memiliki nilai yang sama (Tabel 1).

Tabel 1 Nilai modus jumlah paragnath setiap area

Ket : Angka romawi menunjukkan area paragnath, angka latin menunjukkan jumlah individu.

Area Labengki Pari Selatan

Taiwan Pari Timur

I 2 2 3 2

II kanan

9 9 21 9

II kiri 6 8 22 10

III 9 12 23 8

IV kanan

16 18 39 15

IV kiri 18 17 36 16

V 3 3 3 3

VI kanan

3 5 5 5

VI kiri 4 6 5 5

VII-VIII

23 24 34 21

(b) (a)

(11)

Pada tabel 2, paragnath area lima, enam, tujuh-delapan P. nuntia yang berasal dari Taiwan dan Pulau Pari Selatan dan Pulau Pari Timur berwarna hitam (H), sedangkan paragnath P. nuntia yang berasal dari Labengki berwarna coklat (C).

Tabel 2 Warna Paragnath

Ket : C = Coklat, H = Hitam, angka menunjukkan jumlah individu.

Seluruh P. nuntia yang dianalisis memiliki paragnath pada area pertama kecuali dua ekor P. nuntia yang berasal dari P. Pari selatan. Bentuk paragnath pada area enam berbentuk garis dan bentuk campuran (garis & kerucut) yang dimiliki oleh tiga ekor P. nuntia asal P. Pari Selatan (Tabel 3).

Tabel 3 Perbedaan keadaan paragnath

Daerah

Paragnath I Bentuk Paragnath VI Ada Tidak

ada

Garis Garis & Kerucut

Labengki 10 0 10 0

Taiwan 10 0 10 0

Pari Selatan

14 2 13 3

Pari Timur

8 0 8 0

Ket : Angka menunjukkan jumlah individu.

Pigmentasi tubuh, setiger, tentakular sirrus dan antena. Perinereis nuntia yang berasal dari Pulau Pari tidak memiliki pigmentasi tubuh sedangkan P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Taiwan memiliki pigmentasi tubuh. Untuk bentuk antena, sembilan ekor P. nuntia yang berasal dari Taiwan memiliki antena berbentuk konikal. Satu ekor P. nuntia Taiwan dan P. nuntia yang berasal dari daerah lain memiliki antena yang berbentuk meruncing sampai menumpul di bagian akhir (Tabel 4).

Tabel 4 Perbedaan pigmentasi tubuh dan bentuk antena

Ket : Angka menunjukkan jumlah individu.

Pada tabel 5 terlihat bahwa P. nuntia memiliki nilai minimum dan maksimum jumlah setiger dan panjang tentakular sirrus yang beragam.

Tabel 5 Minimum – maksimum jumlah setiger & panjang tentakular sirrus terhadap setiger

Ket : Min = nilai minimum, Maks = nilai maksimum, angka menunjukkan nilai.

Daerah Paragnath V Paragnath VI Paragnath VII-VII C H C H C H

Labengki 10 0 10 0 10 0

Taiwan 0 10 0 10 0 10 Pari

Selatan

0 16 0 16 0 16

Pari Timur

0 8 0 8 0 8

Daerah Pigmentasi tubuh Antena Ada Tdk ada Koni-kal Meruncing-menumpul

Labengki 10 0 0 10

Taiwan 10 0 9 1

Pari Selatan

0 16 0 16

Pari Timur

0 8 0 8

Daerah

Jumlah Setiger Panjang Tentakular Sirrus Min Maks Min Maks

Labengki 134 158 4 6

Taiwan 64 112 7 11

Pari Selatan 102 132 4 8 Pari Timur 113 199 5 6

1 4 6

8 5 2

3

10 22 17

16 21 20 23 12

24 18

11 19 7

13 9 15

25 35 39 38 40 41 43 36 37 44 42 14 26

31 33 32 34

28

27 30 29

Nomor Individu :

1-8 (Timur Pari) 9-13,15-25 (Selatan Pari) 14, 26-34 (Taiwan) 35-44 (Labengki)

Koefisien agglomeratif = 0.73

Gambar 2 Dendrogram Perinereis nuntia

(12)

12

Pengelompokkan populasi.

Berdasarkan perbedaan seluruh karakter, P. nuntia menyebar menjadi empat kelompok yang terpisah yaitu, P. nuntia yang berasal dari Labengki, Pari Timur, Pari Selatan serta Taiwan (Gambar 2).

P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur memiliki tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki.

PEMBAHASAN

Fauchald (1977) menggunakan paragnath sebagai karakter utama untuk menjelaskan dan membedakan tingkat taksonomi dalam famili Nereidae. P. Nuntia terkarakterisasi memiliki bentuk garis yang membentuk busur disetiap paragnath area VI (Wilson & Glasby 1993).

Pada penelitian ini selain mengamati paragnath dilakukan juga pengamatan beberapa karakter lain untuk mendapatkan perbedaan dan persamaan morfologi intra-spesies.

Jika kita menggunakan seluruh karakter pembeda untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan gambaran seperti yang terlihat pada dendrogram Gambar 2. Dari 44 individu yang dianalisis didapatkan empat kelompok P. nuntia yang terpisah. P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur mempunyai tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Taiwan. Hal ini menunjukkan bahwa P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur berada dalam satu populasi. Sedangkan P. nuntia yang berasal dari Labengki merupakan

populasi

populasi yang terpisah demikian juga dengan P. nuntia yang berasal dari Taiwan. Secara keseluruhan dari P. nuntia yang di analisisdi dapatkan tiga populasi yang terpisah, yaitu populasi Pulau Pari, Labengki dan Taiwan

Perbedaan populasi, terutama perbedaan sedimen, berhubungan dengan jumlah paragnath yang berada di setiap area pada faring (Wilson 1993). Paragnath ini membantu sistem pencernaan P. nuntia. Apabila digunakan perbedaan-perbedaan pada paragnath saja untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka akan didapatkan pengelompokan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Perinereis nuntia yang dianalisis mengelompok menjadi empat kelompok terpisah seperti pada Gambar 2. Perinereis nuntia yang berasal dari Pulau Pari dan Taiwan menyebar berdekatan karena memiliki tingkat kesamaan paragnath yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia dari Pulau Labengki. Jadi jika kita menggunakan paragnath untuk mengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan pengelompokan individu berdasarkan tingkat kesamaan sedimen yang mempengaruhi keadaan paragnath (Wilson 1993). Hal ini merupakan contoh dari evolusi konvergen yang menghasilkan pengelompokan yang tidak kongruen dengan letak geografis. Sedangkan jika seluruh karakter pembeda digunakan seperti dilakukan pada HASIL kita akan mendapatkan filogeni dari P. nuntia yang kongruen dengan letak geografis. Kehati-hatian dalam mengartikan sebuah data yang didapatkan sangat diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. 1 4 6 85 2 3 7 9 13 10 22 16211718 15201223 24 19 2511 14 313332342730 29 2628 35393840 37 41 4336 44 42 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Gambar 3 Dendrogram Perbedaan Paragnath Perinereis nuntia

Nomor Individu : 1-8 (Timur Pari)

9-13,15-25 (Selatan Pari) 14, 26-34 (Taiwan) 35-44 (Labengki)

Koefisien agglomeratif = 0.71

(13)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari 44 individu yang dianalisis berdasarkan beberapa sifat morfologinya ditemukan P. nuntia terdiri dari tiga populasi yang terpisah, P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur, P. nuntia yang berasal dari Labengki dan P. nuntia yang berasal dari Taiwan.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penambahan jumlah individu, dan lokasi serta pengamatan ekologi agar didapat data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Jilid ke-2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Biology.

Fauchald. 1977. The Polychaete Worms Definitions and keys to the Orders, Families and Genera. Los Angeles University of Southern California.

Glasby CJ. 1999. The Namanereidinae (Polychaeta: Nereididae). Part 1, Taxonomy and Phylogeny. Records of the Australian Museum Supl 25: 1–129.

Struyf A, Hubert M, Roussew PJ. 1996.Clustering in an Object- Oriented Environment. Departement of Mathematics and Computer Science, Universiteitsplein 1, B-2610 Antwerp, Belgium.

Wilson RS. 1993. Systematics of the Perinereis nuntia Complex (Polychaeta: Nereidae) in South-eastern Australia. Records of the Australian Museum 45: 241-252.

Wilson RS, Glasby CJ. 1993. A Revision of the Perinereis nuntia Species Group (Polychaeta: Nereididae). Records of the Australian Museum 45: 253-277.

(14)

6

(15)

Lampiran 1.

Perinereis nuntia

Selatan Pulau Pari

Gambar 4 :

Perinereis nuntia

Selatan Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring

bagian ventral, (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e)

parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(16)

8

Lampiran 2.

Perinereis nuntia

Timur Pulau Pari

Gambar 5 :

Perinereis nuntia

Timur Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring bagian

ventral, (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e)

parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

2 mm

(17)

Lampiran 3.

Perinereis nuntia

Taiwan

Gambar 6 :

Perinereis nuntia

Taiwan (a) faring bagian dorsal, (b) faring bagian ventral,

(c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e) parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(18)

10

Lampiran 4.

Perinereis nuntia

Pulau Labengki

Gambar 7 :

Perinereis nuntia

Pulau Labengki

(a) prostomium bagian dorsal, (b) tubuh

bagian ventral yang di buka , (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph

spiniger, (e) parapodia.

(a)

(b)

(19)

Lampiran 5. Peta Pengambilan Sampel

www.Google

Maps.com

= Taiwan

= Pulau Pari

= Pulau Labengki

(20)

ANALISIS MORFOLOGI

Perinereis nuntia

(Savigny 1818)

SPESIES KOMPLEKS

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(21)

ABSTRAK

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH. Analisis Morfologi Perinereis nuntia (Savigny 1818) Spesies Kompleks. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan IIN INAYAT AL HAKIM.

Perinereis nuntia terdistribusi secara luas hampir di seluruh dunia. Perinereis nuntia dikenal dengan kompleks spesies dengan status taksonomi yang bersifat problematik karena penentuan tingkatan taksonomi berdasarkan morfologi harus memeperhatikan homologi dan konvergensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi cacing P. nuntia dengan analisis morfometrika, sebagai langkah pertama untuk menjelaskan taksonominya. Sampel berasal dari Pulau Pari bagian Selatan dan Timur (Kepulauan Seribu), Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara), Sungai Huwei, Shang Shan, Shimen, Daane serta Juoshuei (Taiwan). Data yang diambil adalah data kuantitatif yang berasal dari paragnath, setiger, pigmentasi tubuh, tentakular sirrus, dan antena. Individu mengelompok berdasarkan beberapa perbedaan sifat morfologi ke dalam tiga populasi yang terpisah, yang kongruen dengan letak geografisnya.

ABSTRACT

CITRA RAHMAWATI MAEMUNAH. Morphology Analysis Perinereis nuntia (Savigny 1818) Species Complex. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and IIN INAYAT AL HAKIM.

(22)

9

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perinereis adalah cacing laut yang dikenal sebagai Rutus (Makasar), Cacing Putih (Pulau Pari), Lading Putih (Ambon) atau Pumpun (Balikpapan). Cacing ini dapat ditemukan di daerah intertidal dan laut dangkal dengan habitat pasir halus, pasir kasar, daerah berbatu sampai berlumpur liat. Bagi nelayan lokal Perinereis biasa digunakan sebagai umpan untuk memancing dan pakan udang. Perinereis nuntia berukuran panjang tidak lebih dari 15 cm.

Genus Perinereis termasuk dalam filum Annelida, kelas Polychaeta, famili Nereidae (Fauchald 1977). Secara keseluruhan Nereidae memiliki 39 genus yang di dalamnya terdapat 535 spesies. Penentuan tingkat taksonomi famili dilakukan berdasarkan beberapa bagian tubuh, di antaranya prostomium, faring, parapodia dan nefridia (Faucald 1977 & Glasby 1999).

Dalam genus Perinereis, Wilson (1993) melaporkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 18 spesies dan varietas yang telah dideskripsikan, salah satunya adalah Perinereis nuntia. Status taksonomi P. nuntia bersifat problematik. Spesies ini dikenal sebagai kompleks spesies (Wilson 1993). Kompleks spesies adalah kelompok-kelompok spesies yang terisolasi secara reproduktif meskipun mempunyai bentuk morfologi yang sama.

Kemiripan dalam karakter-karakter morfologi yang berasal dari anatomi nenek moyang disebut sebagai struktur-struktur yang homolog. Tetapi tidak semua kemiripan yang sama diwariskan dari nenek moyang, karena kesamaan fungsi anatomi membentuk adaptasi yang analog. Hal ini disebut evolusi konvergen dan kemiripan yang terbentuk disebut dengan analogi (Campbell, Reece & Mitchell 2003). Misalnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan struktur sedimen juga memiliki kesamaan morfologi paragnath (Wilson 1993). Karena itu penentuan status taksonomi berdasarkan morfologi harus memperhatikan homologi dan konvergensi. Pemilihan (dan jumlah) karakter-karakter morfologi akan mempengaruhi kesimpulan. Analisis morfometrika terhadap sejumlah karakter dapat membantu mengatasi masalah ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi cacing P. nuntia dengan analisis

morfometrika, sebagai langkah pertama untuk menjelaskan taksonominya.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2007. Pengamatan, pengukuran dan perhitungan sifat-sifat hayati dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Jakarta sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB Bogor.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% dan gliserin. Alat yang digunakan adalah botol sampel, kertas label, mikroskop (mikroskop binocular high power Leica DMRBE dengan perbesaran hingga 1000 kali, dan mikroskop binocular stereoskopis Leica M 40, perbesaran lebih dari 400 kali), kamera digital, kaliper digital, cawan petri, pinset halus, gunting halus, dan gelas objek beserta penutupnya.

Objek Penelitian

Objek penelitian yang dianalisis adalah P. nuntia sebanyak 44 ekor. Perinereis nuntia memiliki ciri-ciri khusus diantaranya adalah memiliki bentuk garis atau campuran garis dan kerucut pada paragnath area VI serta memiliki bentuk homogomph spiniger pada seta bagian notopodia (Wilson & Glasby 1993)

Perinereis nuntia ini berasal dari Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim dan Tahir (P2O), Pulau Pari bagian Selatan dan Timur (Kepulauan Seribu) masing-masing enam belas dan delapan ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Netty dan Rusmintardi (P2O), dan berasal dari Sungai Huwei, Shang Shan, Shimen, Daane serta Juoshuei (Taiwan) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Christopher J. Glasby, Mei Jeng Kuo dan Hwey Lian Hsieh (Academia Sinica Taipei Taiwan).

Sifat Morfologi

(23)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perinereis adalah cacing laut yang dikenal sebagai Rutus (Makasar), Cacing Putih (Pulau Pari), Lading Putih (Ambon) atau Pumpun (Balikpapan). Cacing ini dapat ditemukan di daerah intertidal dan laut dangkal dengan habitat pasir halus, pasir kasar, daerah berbatu sampai berlumpur liat. Bagi nelayan lokal Perinereis biasa digunakan sebagai umpan untuk memancing dan pakan udang. Perinereis nuntia berukuran panjang tidak lebih dari 15 cm.

Genus Perinereis termasuk dalam filum Annelida, kelas Polychaeta, famili Nereidae (Fauchald 1977). Secara keseluruhan Nereidae memiliki 39 genus yang di dalamnya terdapat 535 spesies. Penentuan tingkat taksonomi famili dilakukan berdasarkan beberapa bagian tubuh, di antaranya prostomium, faring, parapodia dan nefridia (Faucald 1977 & Glasby 1999).

Dalam genus Perinereis, Wilson (1993) melaporkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat 18 spesies dan varietas yang telah dideskripsikan, salah satunya adalah Perinereis nuntia. Status taksonomi P. nuntia bersifat problematik. Spesies ini dikenal sebagai kompleks spesies (Wilson 1993). Kompleks spesies adalah kelompok-kelompok spesies yang terisolasi secara reproduktif meskipun mempunyai bentuk morfologi yang sama.

Kemiripan dalam karakter-karakter morfologi yang berasal dari anatomi nenek moyang disebut sebagai struktur-struktur yang homolog. Tetapi tidak semua kemiripan yang sama diwariskan dari nenek moyang, karena kesamaan fungsi anatomi membentuk adaptasi yang analog. Hal ini disebut evolusi konvergen dan kemiripan yang terbentuk disebut dengan analogi (Campbell, Reece & Mitchell 2003). Misalnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan struktur sedimen juga memiliki kesamaan morfologi paragnath (Wilson 1993). Karena itu penentuan status taksonomi berdasarkan morfologi harus memperhatikan homologi dan konvergensi. Pemilihan (dan jumlah) karakter-karakter morfologi akan mempengaruhi kesimpulan. Analisis morfometrika terhadap sejumlah karakter dapat membantu mengatasi masalah ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi cacing P. nuntia dengan analisis

morfometrika, sebagai langkah pertama untuk menjelaskan taksonominya.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 2007. Pengamatan, pengukuran dan perhitungan sifat-sifat hayati dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Jakarta sedangkan analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB Bogor.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% dan gliserin. Alat yang digunakan adalah botol sampel, kertas label, mikroskop (mikroskop binocular high power Leica DMRBE dengan perbesaran hingga 1000 kali, dan mikroskop binocular stereoskopis Leica M 40, perbesaran lebih dari 400 kali), kamera digital, kaliper digital, cawan petri, pinset halus, gunting halus, dan gelas objek beserta penutupnya.

Objek Penelitian

Objek penelitian yang dianalisis adalah P. nuntia sebanyak 44 ekor. Perinereis nuntia memiliki ciri-ciri khusus diantaranya adalah memiliki bentuk garis atau campuran garis dan kerucut pada paragnath area VI serta memiliki bentuk homogomph spiniger pada seta bagian notopodia (Wilson & Glasby 1993)

Perinereis nuntia ini berasal dari Pulau Labengki (Sulawesi Tenggara) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim dan Tahir (P2O), Pulau Pari bagian Selatan dan Timur (Kepulauan Seribu) masing-masing enam belas dan delapan ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Netty dan Rusmintardi (P2O), dan berasal dari Sungai Huwei, Shang Shan, Shimen, Daane serta Juoshuei (Taiwan) sebanyak sepuluh ekor yang merupakan hasil koleksi Iin Inayat Al Hakim, Christopher J. Glasby, Mei Jeng Kuo dan Hwey Lian Hsieh (Academia Sinica Taipei Taiwan).

Sifat Morfologi

(24)

10

pengamatan, serta pengukuran sifat-sifat morfologi setiap individu.

Paragnath. Paragnath adalah struktur yang berfungsi seperti gigi tersusun atas kitin dan berada di daerah faring, yang terdiri atas cincin maxilar dan cincin oral. Pada paragnath diperhatikan beberapa sifat antara lain: warna, ada tidaknya paragnath, jumlah, serta bentuk pada setiap area. Pada Perinereis nuntia terdapat delapan area paragnath. Area I, II, III, dan IV terdapat pada cincin maxilar sedangkan area V, VI, VII-VIII terdapat pada cincin oral. Pada area II, IV dan VI baik bagian kanan maupun kiri ikut diamati. Area I, II, V dan VI terdapat pada tubuh bagian dorsal sedangkan area III, IV, VII-VIII terdapat pada tubuh bagian ventral (Gambar 1).

Gambar 1 Daerah Faring : (a) dorsal, (b) ventral

Setiger. Setiger adalah segmen tubuh yang memiliki parapodia sebagai alat gerak. Jumlah setiger dihitung dengan cara manual di bawah mikroskop stereo. Jumlah setiger yang dihitung berasal dari tubuh yang utuh. Lebar setiger ke-10 (tanpa mengikutsertakan parapodia) diukur dengan menggunakan kaliper digital.

Selain setiger dan paragnath juga diamati hal-hal berikut: pigmentasi tubuh, bentuk antena, warna mata, kedalaman celah anteromedial yang terdapat pada daerah prostomium (bagian kepala), bentuk palpus, bentuk anal sirri, panjang tentakular sirrus terhadap setiger, serta bentuk-bentuk seta pada parapodia ke-10. Sebelumnya parapodia ke-10 yang akan diamati dipotong dengan menggunakan gunting halus, setelah itu dibuat preparat sediaan utuh, untuk mengamati seta digunakan mikroskop binocular high power.

Analisis Data

Metode clustering (Struyf, Hubert, & Roussew 1996) digunakan untuk mencari bagaimana individu-individu mengelompok

berdasarkan karakter-karakter yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R (R Development Core Team 2006).

HASIL

Dari hasil pengamatan, perhitungan serta pengukuran sifat-sifat morfologi, didapat beberapa persamaan dan perbedaan pada setiap individu yang diamati.

Persamaan

Seluruh individu P. nuntia memiliki paragnath area I, II, III, IV, V, dan VII-VIII yang berbentuk kerucut. Area I, II, III, serta IV yang berwarna hitam. Mata seluruh P. nuntia yang dianalisis berwarna hitam, palpus berbentuk elongate, anteromedial groove dangkal, anal sirri berbentuk sirri, seta pada bagian notoseta berbentuk hemigomph spiniger sedangkan pada bagian neuroseta berbentuk heterogomph falciger dan hemigomph spiniger.

Perbedaan

Paragnath. Setiap sampel yang berasal dari daerah berbeda memiliki nilai modus dari jumlah paragnath yang berbeda-beda. P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Pulau Pari Timur serta Selatan memiliki nilai modus yang tidak jauh berbeda untuk area I, II, III, IV, dan VII-VIII. Nilai modus paragnath area V spesimen daerah Labengki, Taiwan, Pulau Pari Timur dan Pulau Pari Selatan memiliki nilai yang sama. Nilai modus paragnath area VI kanan spesimen daerah Taiwan, Pari Selatan, dan Pari Timur memiliki nilai yang sama, sedangkan nilai modus paragnath area VI kiri spesimen daerah Taiwan dan Pari Timur memiliki nilai yang sama (Tabel 1).

Tabel 1 Nilai modus jumlah paragnath setiap area

Ket : Angka romawi menunjukkan area paragnath, angka latin menunjukkan jumlah individu.

Area Labengki Pari Selatan

Taiwan Pari Timur

I 2 2 3 2

II kanan

9 9 21 9

II kiri 6 8 22 10

III 9 12 23 8

IV kanan

16 18 39 15

IV kiri 18 17 36 16

V 3 3 3 3

VI kanan

3 5 5 5

VI kiri 4 6 5 5

VII-VIII

23 24 34 21

(b) (a)

(25)

pengamatan, serta pengukuran sifat-sifat morfologi setiap individu.

Paragnath. Paragnath adalah struktur yang berfungsi seperti gigi tersusun atas kitin dan berada di daerah faring, yang terdiri atas cincin maxilar dan cincin oral. Pada paragnath diperhatikan beberapa sifat antara lain: warna, ada tidaknya paragnath, jumlah, serta bentuk pada setiap area. Pada Perinereis nuntia terdapat delapan area paragnath. Area I, II, III, dan IV terdapat pada cincin maxilar sedangkan area V, VI, VII-VIII terdapat pada cincin oral. Pada area II, IV dan VI baik bagian kanan maupun kiri ikut diamati. Area I, II, V dan VI terdapat pada tubuh bagian dorsal sedangkan area III, IV, VII-VIII terdapat pada tubuh bagian ventral (Gambar 1).

Gambar 1 Daerah Faring : (a) dorsal, (b) ventral

Setiger. Setiger adalah segmen tubuh yang memiliki parapodia sebagai alat gerak. Jumlah setiger dihitung dengan cara manual di bawah mikroskop stereo. Jumlah setiger yang dihitung berasal dari tubuh yang utuh. Lebar setiger ke-10 (tanpa mengikutsertakan parapodia) diukur dengan menggunakan kaliper digital.

Selain setiger dan paragnath juga diamati hal-hal berikut: pigmentasi tubuh, bentuk antena, warna mata, kedalaman celah anteromedial yang terdapat pada daerah prostomium (bagian kepala), bentuk palpus, bentuk anal sirri, panjang tentakular sirrus terhadap setiger, serta bentuk-bentuk seta pada parapodia ke-10. Sebelumnya parapodia ke-10 yang akan diamati dipotong dengan menggunakan gunting halus, setelah itu dibuat preparat sediaan utuh, untuk mengamati seta digunakan mikroskop binocular high power.

Analisis Data

Metode clustering (Struyf, Hubert, & Roussew 1996) digunakan untuk mencari bagaimana individu-individu mengelompok

berdasarkan karakter-karakter yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R (R Development Core Team 2006).

HASIL

Dari hasil pengamatan, perhitungan serta pengukuran sifat-sifat morfologi, didapat beberapa persamaan dan perbedaan pada setiap individu yang diamati.

Persamaan

Seluruh individu P. nuntia memiliki paragnath area I, II, III, IV, V, dan VII-VIII yang berbentuk kerucut. Area I, II, III, serta IV yang berwarna hitam. Mata seluruh P. nuntia yang dianalisis berwarna hitam, palpus berbentuk elongate, anteromedial groove dangkal, anal sirri berbentuk sirri, seta pada bagian notoseta berbentuk hemigomph spiniger sedangkan pada bagian neuroseta berbentuk heterogomph falciger dan hemigomph spiniger.

Perbedaan

Paragnath. Setiap sampel yang berasal dari daerah berbeda memiliki nilai modus dari jumlah paragnath yang berbeda-beda. P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Pulau Pari Timur serta Selatan memiliki nilai modus yang tidak jauh berbeda untuk area I, II, III, IV, dan VII-VIII. Nilai modus paragnath area V spesimen daerah Labengki, Taiwan, Pulau Pari Timur dan Pulau Pari Selatan memiliki nilai yang sama. Nilai modus paragnath area VI kanan spesimen daerah Taiwan, Pari Selatan, dan Pari Timur memiliki nilai yang sama, sedangkan nilai modus paragnath area VI kiri spesimen daerah Taiwan dan Pari Timur memiliki nilai yang sama (Tabel 1).

Tabel 1 Nilai modus jumlah paragnath setiap area

Ket : Angka romawi menunjukkan area paragnath, angka latin menunjukkan jumlah individu.

Area Labengki Pari Selatan

Taiwan Pari Timur

I 2 2 3 2

II kanan

9 9 21 9

II kiri 6 8 22 10

III 9 12 23 8

IV kanan

16 18 39 15

IV kiri 18 17 36 16

V 3 3 3 3

VI kanan

3 5 5 5

VI kiri 4 6 5 5

VII-VIII

23 24 34 21

(26)

11

Pada tabel 2, paragnath area lima, enam, tujuh-delapan P. nuntia yang berasal dari Taiwan dan Pulau Pari Selatan dan Pulau Pari Timur berwarna hitam (H), sedangkan paragnath P. nuntia yang berasal dari Labengki berwarna coklat (C).

Tabel 2 Warna Paragnath

Ket : C = Coklat, H = Hitam, angka menunjukkan jumlah individu.

Seluruh P. nuntia yang dianalisis memiliki paragnath pada area pertama kecuali dua ekor P. nuntia yang berasal dari P. Pari selatan. Bentuk paragnath pada area enam berbentuk garis dan bentuk campuran (garis & kerucut) yang dimiliki oleh tiga ekor P. nuntia asal P. Pari Selatan (Tabel 3).

Tabel 3 Perbedaan keadaan paragnath

Daerah

Paragnath I Bentuk Paragnath VI Ada Tidak

ada

Garis Garis & Kerucut

Labengki 10 0 10 0

Taiwan 10 0 10 0

Pari Selatan

14 2 13 3

Pari Timur

8 0 8 0

Ket : Angka menunjukkan jumlah individu.

Pigmentasi tubuh, setiger, tentakular sirrus dan antena. Perinereis nuntia yang berasal dari Pulau Pari tidak memiliki pigmentasi tubuh sedangkan P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Taiwan memiliki pigmentasi tubuh. Untuk bentuk antena, sembilan ekor P. nuntia yang berasal dari Taiwan memiliki antena berbentuk konikal. Satu ekor P. nuntia Taiwan dan P. nuntia yang berasal dari daerah lain memiliki antena yang berbentuk meruncing sampai menumpul di bagian akhir (Tabel 4).

Tabel 4 Perbedaan pigmentasi tubuh dan bentuk antena

Ket : Angka menunjukkan jumlah individu.

Pada tabel 5 terlihat bahwa P. nuntia memiliki nilai minimum dan maksimum jumlah setiger dan panjang tentakular sirrus yang beragam.

Tabel 5 Minimum – maksimum jumlah setiger & panjang tentakular sirrus terhadap setiger

Ket : Min = nilai minimum, Maks = nilai maksimum, angka menunjukkan nilai.

Daerah Paragnath V Paragnath VI Paragnath VII-VII C H C H C H

Labengki 10 0 10 0 10 0

Taiwan 0 10 0 10 0 10 Pari

Selatan

0 16 0 16 0 16

Pari Timur

0 8 0 8 0 8

Daerah Pigmentasi tubuh Antena Ada Tdk ada Koni-kal Meruncing-menumpul

Labengki 10 0 0 10

Taiwan 10 0 9 1

Pari Selatan

0 16 0 16

Pari Timur

0 8 0 8

Daerah

Jumlah Setiger Panjang Tentakular Sirrus Min Maks Min Maks

Labengki 134 158 4 6

Taiwan 64 112 7 11

Pari Selatan 102 132 4 8 Pari Timur 113 199 5 6

1 4 6

8 5 2

3

10 22 17

16 21 20 23 12

24 18

11 19 7

13 9 15

25 35 39 38 40 41 43 36 37 44 42 14 26

31 33 32 34

28

27 30 29

Nomor Individu :

1-8 (Timur Pari) 9-13,15-25 (Selatan Pari) 14, 26-34 (Taiwan) 35-44 (Labengki)

Koefisien agglomeratif = 0.73

Gambar 2 Dendrogram Perinereis nuntia

(27)

Pengelompokkan populasi.

Berdasarkan perbedaan seluruh karakter, P. nuntia menyebar menjadi empat kelompok yang terpisah yaitu, P. nuntia yang berasal dari Labengki, Pari Timur, Pari Selatan serta Taiwan (Gambar 2).

P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur memiliki tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki.

PEMBAHASAN

Fauchald (1977) menggunakan paragnath sebagai karakter utama untuk menjelaskan dan membedakan tingkat taksonomi dalam famili Nereidae. P. Nuntia terkarakterisasi memiliki bentuk garis yang membentuk busur disetiap paragnath area VI (Wilson & Glasby 1993).

Pada penelitian ini selain mengamati paragnath dilakukan juga pengamatan beberapa karakter lain untuk mendapatkan perbedaan dan persamaan morfologi intra-spesies.

Jika kita menggunakan seluruh karakter pembeda untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan gambaran seperti yang terlihat pada dendrogram Gambar 2. Dari 44 individu yang dianalisis didapatkan empat kelompok P. nuntia yang terpisah. P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur mempunyai tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Taiwan. Hal ini menunjukkan bahwa P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur berada dalam satu populasi. Sedangkan P. nuntia yang berasal dari Labengki merupakan

populasi

populasi yang terpisah demikian juga dengan P. nuntia yang berasal dari Taiwan. Secara keseluruhan dari P. nuntia yang di analisisdi dapatkan tiga populasi yang terpisah, yaitu populasi Pulau Pari, Labengki dan Taiwan

Perbedaan populasi, terutama perbedaan sedimen, berhubungan dengan jumlah paragnath yang berada di setiap area pada faring (Wilson 1993). Paragnath ini membantu sistem pencernaan P. nuntia. Apabila digunakan perbedaan-perbedaan pada paragnath saja untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka akan didapatkan pengelompokan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Perinereis nuntia yang dianalisis mengelompok menjadi empat kelompok terpisah seperti pada Gambar 2. Perinereis nuntia yang berasal dari Pulau Pari dan Taiwan menyebar berdekatan karena memiliki tingkat kesamaan paragnath yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia dari Pulau Labengki. Jadi jika kita menggunakan paragnath untuk mengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan pengelompokan individu berdasarkan tingkat kesamaan sedimen yang mempengaruhi keadaan paragnath (Wilson 1993). Hal ini merupakan contoh dari evolusi konvergen yang menghasilkan pengelompokan yang tidak kongruen dengan letak geografis. Sedangkan jika seluruh karakter pembeda digunakan seperti dilakukan pada HASIL kita akan mendapatkan filogeni dari P. nuntia yang kongruen dengan letak geografis. Kehati-hatian dalam mengartikan sebuah data yang didapatkan sangat diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. 1 4 6 85 2 3 7 9 13 10 22 16211718 15201223 24 19 2511 14 313332342730 29 2628 35393840 37 41 4336 44 42 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Gambar 3 Dendrogram Perbedaan Paragnath Perinereis nuntia

Nomor Individu : 1-8 (Timur Pari)

9-13,15-25 (Selatan Pari) 14, 26-34 (Taiwan) 35-44 (Labengki)

(28)

12

Pengelompokkan populasi.

Berdasarkan perbedaan seluruh karakter, P. nuntia menyebar menjadi empat kelompok yang terpisah yaitu, P. nuntia yang berasal dari Labengki, Pari Timur, Pari Selatan serta Taiwan (Gambar 2).

P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur memiliki tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki.

PEMBAHASAN

Fauchald (1977) menggunakan paragnath sebagai karakter utama untuk menjelaskan dan membedakan tingkat taksonomi dalam famili Nereidae. P. Nuntia terkarakterisasi memiliki bentuk garis yang membentuk busur disetiap paragnath area VI (Wilson & Glasby 1993).

Pada penelitian ini selain mengamati paragnath dilakukan juga pengamatan beberapa karakter lain untuk mendapatkan perbedaan dan persamaan morfologi intra-spesies.

Jika kita menggunakan seluruh karakter pembeda untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan gambaran seperti yang terlihat pada dendrogram Gambar 2. Dari 44 individu yang dianalisis didapatkan empat kelompok P. nuntia yang terpisah. P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur mempunyai tingkat kesamaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia yang berasal dari Labengki dan Taiwan. Hal ini menunjukkan bahwa P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur berada dalam satu populasi. Sedangkan P. nuntia yang berasal dari Labengki merupakan

populasi

populasi yang terpisah demikian juga dengan P. nuntia yang berasal dari Taiwan. Secara keseluruhan dari P. nuntia yang di analisisdi dapatkan tiga populasi yang terpisah, yaitu populasi Pulau Pari, Labengki dan Taiwan

Perbedaan populasi, terutama perbedaan sedimen, berhubungan dengan jumlah paragnath yang berada di setiap area pada faring (Wilson 1993). Paragnath ini membantu sistem pencernaan P. nuntia. Apabila digunakan perbedaan-perbedaan pada paragnath saja untuk mendapatkan pengelompokan individu, maka akan didapatkan pengelompokan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Perinereis nuntia yang dianalisis mengelompok menjadi empat kelompok terpisah seperti pada Gambar 2. Perinereis nuntia yang berasal dari Pulau Pari dan Taiwan menyebar berdekatan karena memiliki tingkat kesamaan paragnath yang lebih tinggi dibandingkan dengan P. nuntia dari Pulau Labengki. Jadi jika kita menggunakan paragnath untuk mengelompokan individu, maka kita akan mendapatkan pengelompokan individu berdasarkan tingkat kesamaan sedimen yang mempengaruhi keadaan paragnath (Wilson 1993). Hal ini merupakan contoh dari evolusi konvergen yang menghasilkan pengelompokan yang tidak kongruen dengan letak geografis. Sedangkan jika seluruh karakter pembeda digunakan seperti dilakukan pada HASIL kita akan mendapatkan filogeni dari P. nuntia yang kongruen dengan letak geografis. Kehati-hatian dalam mengartikan sebuah data yang didapatkan sangat diperlukan untuk mendapatkan kesimpulan yang benar. 1 4 6 85 2 3 7 9 13 10 22 16211718 15201223 24 19 2511 14 313332342730 29 2628 35393840 37 41 4336 44 42 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Gambar 3 Dendrogram Perbedaan Paragnath Perinereis nuntia

Nomor Individu : 1-8 (Timur Pari)

9-13,15-25 (Selatan Pari) 14, 26-34 (Taiwan) 35-44 (Labengki)

Koefisien agglomeratif = 0.71

(29)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari 44 individu yang dianalisis berdasarkan beberapa sifat morfologinya ditemukan P. nuntia terdiri dari tiga populasi yang terpisah, P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur, P. nuntia yang berasal dari Labengki dan P. nuntia yang berasal dari Taiwan.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penambahan jumlah individu, dan lokasi serta pengamatan ekologi agar didapat data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Jilid ke-2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Biology.

Fauchald. 1977. The Polychaete Worms Definitions and keys to the Orders, Families and Genera. Los Angeles University of Southern California.

Glasby CJ. 1999. The Namanereidinae (Polychaeta: Nereididae). Part 1, Taxonomy and Phylogeny. Records of the Australian Museum Supl 25: 1–129.

Struyf A, Hubert M, Roussew PJ. 1996.Clustering in an Object- Oriented Environment. Departement of Mathematics and Computer Science, Universiteitsplein 1, B-2610 Antwerp, Belgium.

Wilson RS. 1993. Systematics of the Perinereis nuntia Complex (Polychaeta: Nereidae) in South-eastern Australia. Records of the Australian Museum 45: 241-252.

Wilson RS, Glasby CJ. 1993. A Revision of the Perinereis nuntia Species Group (Polychaeta: Nereididae). Records of the Australian Museum 45: 253-277.

(30)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari 44 individu yang dianalisis berdasarkan beberapa sifat morfologinya ditemukan P. nuntia terdiri dari tiga populasi yang terpisah, P. nuntia yang berasal dari Pulau Pari Selatan dan Timur, P. nuntia yang berasal dari Labengki dan P. nuntia yang berasal dari Taiwan.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penambahan jumlah individu, dan lokasi serta pengamatan ekologi agar didapat data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2003. Biologi. Jilid ke-2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari : Biology.

Fauchald. 1977. The Polychaete Worms Definitions and keys to the Orders, Families and Genera. Los Angeles University of Southern California.

Glasby CJ. 1999. The Namanereidinae (Polychaeta: Nereididae). Part 1, Taxonomy and Phylogeny. Records of the Australian Museum Supl 25: 1–129.

Struyf A, Hubert M, Roussew PJ. 1996.Clustering in an Object- Oriented Environment. Departement of Mathematics and Computer Science, Universiteitsplein 1, B-2610 Antwerp, Belgium.

Wilson RS. 1993. Systematics of the Perinereis nuntia Complex (Polychaeta: Nereidae) in South-eastern Australia. Records of the Australian Museum 45: 241-252.

Wilson RS, Glasby CJ. 1993. A Revision of the Perinereis nuntia Species Group (Polychaeta: Nereididae). Records of the Australian Museum 45: 253-277.

(31)
(32)

7

[image:32.612.108.479.116.659.2]

Lampiran 1.

Perinereis nuntia

Selatan Pulau Pari

Gambar 4 :

Perinereis nuntia

Selatan Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring

bagian ventral, (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e)

parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(33)
[image:33.612.99.475.122.629.2]

Lampiran 2.

Perinereis nuntia

Timur Pulau Pari

Gambar 5 :

Perinereis nuntia

Timur Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring bagian

ventral, (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e)

parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

2 mm

(34)

9

[image:34.612.91.463.128.635.2]

Lampiran 3.

Perinereis nuntia

Taiwan

Gambar 6 :

Perinereis nuntia

Taiwan (a) faring bagian dorsal, (b) faring bagian ventral,

(c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph spiniger, (e) parapodia.

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

(35)
[image:35.612.108.475.106.628.2]

Lampiran 4.

Perinereis nuntia

Pulau Labengki

Gambar 7 :

Perinereis nuntia

Pulau Labengki

(a) prostomium bagian dorsal, (b) tubuh

bagian ventral yang di buka , (c) seta heterogomph falciger, (d) seta homogomph

spiniger, (e) parapodia.

(a)

(b)

(36)

6

Lampiran 5. Peta Pengambilan Sampel

www.Google

Maps.com

= Taiwan

= Pulau Pari

= Pulau Labengki

Gambar

Gambar 1 Daerah Faring : (a) dorsal, (b)
Tabel 2 Warna Paragnath
Gambar 4 : Perinereis nuntia Selatan Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring
Gambar 5 : Perinereis nuntia Timur Pulau Pari (a) faring bagian dorsal, (b) faring bagian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada kalimat (1) penerjemah menggunakan strategi penerjemahan metafora ‘seumur jagung’ dengan mengubahnya ke dalam metafora dalam BSa dengan citra yang sama, yaitu citra

Bisnis online ini memiliki peluang yang sangat bagus.karena bisnis ini bisa dilakukan oleh siapa saja dimana saja dan kapan saja.Apalagi bagi orang-orang yang

Uji coba yang dilakukan adalah membandingkan teknik penanganan ikan pasca penangkapan, yaitu antara menggunakan serok jaring dan seser yang terbuat dari terpal berlapis karet

Kebijakan akrual yang diperbolekan dalam aturan akuntansi menjadi alat untuk mengatur besar kecilnya komponen pembentuk beda temporer yang menyebabkan munculnya beban

Judex Juris dalam mengabulkan alasan kasasi penuntut umum dengan pertimbangan Judex Factie telah keliru dalam penerapan hukum pembuktian, hal ini dapat Mahkamah

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

Seperti pada jenis dinding yang lain, pelaksanaan untuk pekerjaan dinding mortar cor perlu diatur susunan tahapan pengerjaan agar pekerjaan bisa berjalan dengan lancar pada satu

Pada studi ini dilakukan evaluasi terhadap kapasitas jam puncak dan kapasitas tahunan serta urutan dan waktu kegiatan pelayanan pesawat terbang, sehingga dapat diketahui apakah