• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan lapisan air tanah dalam (Akuifer) di desa Telogorejo Kab.Demak berdasarkan data tahanan jenis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan lapisan air tanah dalam (Akuifer) di desa Telogorejo Kab.Demak berdasarkan data tahanan jenis"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN LAPISAN AIR TANAH DALAM (AKUIFER)

DI DESA TELOGOREJO KAB. DEMAK BERDASARKAN

DATA TAHANAN JENIS

Hendri Azwar

104097003114

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2009

(3)

PEMODELAN LAPISAN AIR TANAH DALAM (AKUIFER)

DI DESA TELOGOREJO KAB. DEMAK BERDASARKAN

DATA TAHANAN JENIS

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Sains dan Teknologi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sains (S.Si)

Oleh Hendri Azwar NIM: 104097003114

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Tati Zera, M.Si Edi Sanjaya, M.Si

NIP. 150 373 922 NIP. 150 321 586

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

(4)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul ”PEMODELAN LAPISAN AIR TANAH DALAM (AKUIFER) DI DESA TELOGOREJO KAB. DEMAK BERDASARKAN DATA TAHANAN JENIS” telah diujikan dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika.

Jakarta, Maret 2009

Tim Penguji,

Penguji 1 Penguji 2

Drs. Sutrisno, M.Si Dr. Agus Budiono, M.Si

NIP. 120 129 109 NIP. 150 389 715

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Fisika

(5)

ABSTRAK

Di daerah Telogorejo Kec. Mranggen Kab. Demak merupakan daerah yang rawan air besih pada musim kemarau dan penelitian ini menggunakan Metode Resistivitas (tahanan Jenis). Secara Geologi daerah ini mempunyai tiga batuan diantaranya : Batu lempung dan Batu pasir 1 dan 2. Dimana Batupasir 1 dan 2 merupakan tempat keberadaan akuifer atau lapisan pembawa air dengan melihat pada peta kontur Top dan Bottom. Di dalam penelitian dilakukan interpretasi tahanan jenis dengan tujuan untuk membuat pemodelan 1D, 2D dan 3D dari hasil nilai tahanan jenis setiap lintasan. Tahanan jenis diukur menggunakan Konfigurasi Schlumberger dengan 9 lintasan dan 23 titik pengukuran, dari metode ini mengahasilkan informasi nilai tahanan jenis setiap lapisan. Lapisan Batupasir 1 dan 2 merupakan lapisan akuifer tertekan dengan nilai tahanan jenis antara 9-40 m dengan kedalam sekitar 5-50 m untuk akuifer permukaan dan sekitar 90-125 m untuk akuifer dalam permukaan di bawah permukan tanah sekitar. Arah aliran akuifer permukaan relatif ke utara, akibatnya semakin ke utara maka akan semakin dalam, sedangkan aliran akuifer dalam permukaan relatif ke selatan, akibatnya semakin ke selatan maka akan semakin dalam

(6)

ABSTRACT

Telogorejo area on Kec. Mranggen Kab. Demak is an area where had not had a clean water on the dry season. And this eypedition used the resistivitasy metode (Resistivity). A ccording to geology this area have 3 stores such as: lempung store and sand 1 and 2 stones strore. Where sand store 1 and 2 is a place have an aquifer or water layer brought with saw in kontur top and bottom.In the expedition do the interprentation (Resistivity) with the purpose for made 1D, 2D and 3D made from result score (Resistivity) evey road. Used Schlumberger with 9 wads and 23 points measure, from this metode produced information score (Resistivity) every layer. Sand store layer 1 and 2 is an aquifer layer pushed with (Resistivity) score between 9-40 ohm-meter with depth between 5-50 m under for top aquifer and 90-125 m under for bottom aquifer. Instruct stream of akuifer surface relative to north, as a result progressively to north hence will progressively in, Instruct stream of akuifer surface relative to north, as a result progressively to north hence will progressively in.

(7)

KATA PENGANTAR Bissmillahirahmanirrahim

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah -Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan Skripsi ini.

Dalam kesempatan penulisan ini tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam pembuatan laporan ini hingga terselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 2. Sutrino. M. Si, Ketua Program Studi Fisika dan Arif Tjahjono, M.Si,

Sekretaris Program Studi Fisika. 3. Tati Zera, M.Si, Pembimbing I. 4. Edi Sanjaya, M.Si, Pembimbing II.

5. Bapak Drs. M. Nurdin selaku Pembimbing Lapangan.

6. Bapak Slamet dan seluruh staf Bidang Eksplorasi PPGN BATAN Ps. Jum’at. 7. Bapak Dwi Rahardjo, SH.MM yang telah memberikan izin Penelitian. 8. Bapak Ngadenin selaku kepala bidang Eksplorasi.

9. Seluruh karyawan PPGN yang banyak untuk kesediaannya.

10.Nunung Isnaini Dwiningsih, S.Si yang memberikan pencerahan saat saya kesusahan.

(8)

12.Yang saya cintai kedua orang tua yang telah memberikan segenap dukungan moral dan materi serta kasih sayang, doa dan semangatnya. Serta kakak dan adikku yang kusayangi yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaikan Skripsi ini.

13.Untuk teman-teman fisika 2004 yang selalu memberikan semangat, canda, sprit, kebersamaan dan kekeluargaanya setiap waktu.

14.My best friend: Ike Megawati, Dewi Lestari, Khadijah, Taufan Setyadi dan Iid Saidudin. Terima kasih atas motivasi, saran serta bantuan dalam nyelesaikan Skripsi ini.

15.Dan seluruh pihak yang telah membantu namun tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara Spirit & moril sehingga Skripsi ini terselesaikan.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan rahmat–Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan masih banyak kekurangan dan kelemahan untuk itu segala kritik dan saran sangat berguna untuk kesempuran laporan ini. Semoga tulisan ini dapat berguna dan bermaafaat bagi kita semua, Amin.

Jakarta , Maret 2009

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ………...………..1

1.2 Rumusan Masalah ………...4

1.3 Tujuan Penelitian ………..5

1.4 Manfaat Penelitian ………....5

(10)

1.6 Sistematika Penulisan ………...………....7

BAB II LANDASAN TEORI ………..………...8

2.1 Metode Geolistrik ………..………..8

2.1.1 Umum ………..………..….8

2.2 Sifat Listrik Batuan ………...……….10

2.2.1 Resistivitas ………...….…...11

a. Hukum Coulumb ………...11

b. Perumusan dasar Geolistrik Resistivitas ...12

c. Konsep Tahanan Jenis Semu ...17

2.2.2 Akitivitas elektro kimia (electro chemical activity) …………...19

2.2.3 Dilektrik konstant(Dielectric constant) ...19

2.3 Konfigurasi Faktor Geometrik dan Elektroda ...20

2.3.1 Konfigurasi Schlumbeger ...21

2.3.2 Pembentukan Air Tanah ………..……..……...22

a. Air Tanah ………...22

b. Konsep Umum Akuifer ...23

(11)

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...26

3.2 Alat Dan Bahan...26

3.3 Prosedur pengambilan data ………..…………..27

3.4 Pengolahan Data ………...…...……….27

3.4.1 Perhitungan Tahanan Jenis dan Ketebalan dengan Software IX1D..28

3.4.2 Pemodelan Penampang Korelasi Menggunakan CorelDraw...31

3.4.3 Pembuatan Peta Kontur Top dan Bottom Menggunakan Surfer ...34

3.5 Prosedur Kerja ...37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...38

4.1 Hasil Survey Geologi dan Geohidrologi ...38

4.2 Hasil Perhitungan Tahanan Jenis Berdasarkan Pengukuran Geolistrik .40 4.3 Pengolahan Data Hasil Pengukuran Dengan Software interpex IX1D..41

4.4 Hasil Pemodelan 1D Dengan CorelDraw...44

4.5 Pembahasan ...49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...56

5.1 Kesimpulan ...56

(12)

DAFTAR PUSTAKA ...57

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Interpretasi Lintasan A ...41

Tabel 4.2 Hasil Interpretasi Lintasan B ...41

Tabel 4.3 Hasil Interpretasi Lintasan C ...42

Tabel 4.4 Hasil Interpretasi Lintasan D ...42

Tabel 4.5 Hasil Interpretasi Lintasan E ...42

Tabel 4.6 Hasil Interpretasi Lintasan F ...43

Tabel 4.7 Hasil Interpretasi Lintasan G ...43

Tabel 4.8 Hasil Interpretasi Lintasan H ...43

Tabel 4.9 Hasil Interpretasi Lintasan I ...44

Tabel 4.10 Kisaran Nilai Tahanan Jenis Batuan ...50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pelacakan ...3

Gambar 2.1 Penampang Silinder Kondutor ...14

Gambar 2.2 Susunan Instrumen Resistivitas ...16

Gambar 2.3 Konsep Tahanan jenis semu ...18

Gambar 2.4 Skema Konfigurasi Schlumberger ...21

Gambar 3.1 Tampilan Awal Membuka Progaram IXID ...28

Gambar 3.2 Tampilan Setinggan Konfigurasi Schlumberger ...28

Gambar 3.3 Tampilan Penulisan data Schlumberger ...29

Gambar 3.4 Tampilan Hasil Pengolahan data ...29

Gambar 3.5 Tampilan Hasil Pengolahan Data Dan Edit Model ...30

Gambar 3.6 Tampilan Hasil Edit Model ...30

Gambar 3.7 Tampilan Save data dan Pemberian nama TLG ...31

Gambar 3.8 Tampilan Awal Membuka CorelDraw ………...31

Gambar 3.9 Tampilan CorelDraw Untuk Pemodelan Penampang Korelasi ...32

Gambar 3.10 Tampilan Hasil Dari pemodelan penampang Korelasi ...32

Gambar 3.11 Tampilan Save Penampang Korelasi ...33

Gambar 3.12 Tampilan Save Penampilan korelasi dan pemberian nama ...33

(15)

Gambar 3.14 Tampilan Surfer ...34

Gambar 3.15 Tampilan Surfer untuk Meng –grid data ...35

Gambar 3.16 Tampilan Untuk membuka file yang akan di-grid ...35

Gambar 3.17 Tampilan Untuk kontur Map Properties ...35

Gambar 3.18 Tampilan Peta Kontur 2D...36

Gambar 3.19 Tampilan Peta Kontur 3D...36

Gambar Diagram Alir ...37

Gambar 4.1 Peta lokasi Distribusi Titik – titik pengukuran ...39

Gambar 4.2 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan A ...44

Gambar 4.3 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan B ...45

Gambar 4.4 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan C ...45

Gambar 4.5 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan D ...46

Gambar 4.6 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan E ...46

Gambar 4.7 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan F ...47

Gambar 4.8 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan G ...47

Gambar 4.9 Penampang Korelasi Tahanan Jenis Lintasan H ...48

(16)

Gambar 4.11 Peta Konrtur Top......54

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto alat Resistivitas ...59

Lampiran 2 Peta Distribusi titik Pengukuran ...60

Lampiaran 3 Data Tahanan Jenis Konfigurasi Schlumberger ...61

Lampiran 4 Kurva Hubungan antara tahanan jenis dengan jarak ...84

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air adalah rahmat Allah bagi kehidupan manusia. Tanpa air, mikroorganisme yang mendekomposisi bahan organik tidak akan pernah ada, demikian pula tidak akan pernah ada daur ulang materi dan energi, dan tanpa air tidak akan pernah ada kompleksitas ekosistem. Dewasa ini sumberdaya air belum mendapat proteksi yang layak untuk terhindar dari kehancuran kehidupan secara total, yang akan melumpuhkan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Bagi Indonesia yang merupakan negara agraris dan tengah merintis arah pembangunan nasional menuju era industrilisasi, peranan sumberdaya air sangat menentukan. Oleh karena itu kelangsungan sumberdaya air permukaan maupun air tanah harus mendapat proteksi dari manusia dengan sebaik-baiknya

(19)

meningkat dapat dipahami karena beberapa keuntungan, yakni kualitas air umumnya baik, biaya investasi relatif rendah, dan pemanfaatan dapat dilakukan di tempat yang membutuhkannya.

Salah satu desa yang mengalami kesulitan air baku (air bersih) di daerah Kabupaten Demak adalah Desa Telogorejo, Kecamatan Mranggen yang dapat dilihat pada (Gambar 1.1). Di desa ini masyarakatnya kekurangan air bersih pada saat musim kemarau. Untuk memudahkan dan mengatasi kesulitan air bersih di daerah tersebut maka dipilih pemanfaatan Air tanah dalam dari lapisan batuan yang mengandung air (akuifer). Berdasarkan peta geologi regional Desa Telogorejo yang tersusun oleh endapan kuarter berupa alluvium (kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan material vulkanik). Di dalam sedimen tersier dan formasi kalibeng terdapat batuan berupa konglomerat dan batupasir krikilan bersisipan dengan batu gamping. Dengan demikian hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan sumur bor di lokasi – lokasi yang berpotensi mengandung air tanah dalam.

(20)
(21)

Gambar 1.1 Peta lokasi pelacakan (sumber :BAKOSURTANAL,1992)

1.2 Rumusan Masalah

Beberapa bagian daerah wilayah Demak khususnya Desa Telogorejo Kecamatan, Mranggen yang mengalami kesulitan air bersih pada musim (kemarau), sehingga untuk memenuhi kebutuhanya air bersih dengan cara suplai air bersih melalui pembuatan sumur pemboran.

Melalui penelitian pelacakan air tanah dalam (Akuifer) melalui pengamatan Geolistrik mengunakan Metode Resistivitas sounding dengan Konfigurasi Schlumberger di Desa Telogorejo. Hasil pengukuran yang diperoleh dapat dilakukan interpretasi untuk mengetahui bentuk penampang lapisan batuan dan air tanah dalam (aquifer) serta distribusinya secara vertikal maupun lateral (horisontal) dan peta pola aliran bebas atas permukan (top) dan permukan bawah (bottom).

(22)

1. Bagaimana membuat pemodelan 1D, 2D dan 3D untuk menentukan keberadaan akuifer tersebut?

2. Bagaimana mengetahui keberadaan lapisan air tanah dalam berdasarkan dari harga tahanan jenis?

3. Bagaimana menentukan titik lokasi-lokasi yang diduga mengandung air tanah dalam?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Membuat model 1D, 2D dan 3D keberadaan akuifer di Desa Telogorejo. 2. Mengetahui keberadaan lapisan batuan yang mengandung potensi air tanah

dalam (aquifer) dan mengidentifikasi lokasi–lokasi lapisan batuan yang mengandung potensi air tanah dalam di Desa Telogorejo.

3. Mempelajari karakterteristrik geofisika yang ditimbulkan oleh susunan batuan yang mengandung Air tanah dalam (aquifer) yang dihasilkan oleh Metode Resistivitas, Konfigurasi Schlumbeger di Desa Telogorejo.

4. Menginterpretasikan data yang didapat dari hasil pemodelan.

(23)

lapisan, 2D untuk peta kontur dan 3D pada penggambaran semua titik pengukuran.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Memanfaatkan metode geolistrik tahanan jenis sebagai salah satu metode geofisika, untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan berdasarkan variasi nilai tahanan jenis.

2. Membuat pemodelan 1D, 2D, dan 3D.

3. Mendapatkan informasi mengenai distribusi akuifer daerah penelitian. 4. Mengetahui potensi sumber air tanah daerah penelitian.

1.5 Batasan Penelitian

(24)

Setelah didapatkan harga tahanan jenis resistivitas listriknya disetiap lapisan pada tiap-tiap lintasan, maka kita dapat menginterpretasikan batasan-batasan harga resistivitas untuk setiap jenis-jenis batuan yang terkandung di dalamnya.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah dan Sistematika Penulisan. BAB II : Landasan Teori

Bab ini menjelaskan tentang Metode Geolistrik, Sifat Listrik Batuan, Konfigurasi faktor geometri, Pembentukan air tanah.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang Waktu dan Tempat penelitian, Bahan dan Alat, Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data, dan Pengolahan Data.

(25)

Bab ini menjelaskan tentang Hasil Pengolahan Data Pemodelan, Pembahasan dan Interpretasi.

BAB V : Kesimpulan Dan Saran

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 METODE GEOLISTRIK

2.1.1 Umum

Metoda geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk eksplorasi mineral, sumber air tanah, penentuan ketebalan lapisan tanah bagian atas, kedalaman bedrock, penelitian panas bumi dan lain-lain. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus dan elektromagnetik yang terjadi secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi.

(27)

Untuk lebih memastikan data, maka diadakan pemboran-pemboran di daerah penelitian geolistrik tersebut. Metoda geolistrik ini dapat digunakan dalam penelitian tentang :

1. Eksplorasi minyak bumi. 2. Pencarian bahan galian. 3. Geologi teknik.

4. Teknik sipil.

5. Pencarian air tanah (studi posisi air tanah), yang dilakukan pada penelitian kali ini.

Metode geolistrik juga dapat digunakan dalam pemetaan bawah permukaan, reservoir air dan dapat mengetahui pola pengairan air tanah baik dangkal maupun dalam yang dapat menentukan model geomerik akuifer sebagai penyimpan air tanah. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah konfigurasi Schlumberger. Metode geolistrik adalah metode yang sangat sederhana, murah dan sangat rentan dalam gangguan sehingga cocok dalam eksplorasi. Metode geolistrik juga dapat dikenal dengan: Metode Potensial (SP), Induksi Polarisasi (IP), Resistivitas (Tahanan Jenis). Dan dimana penelitian ini menggunakan Resistivitas, metode geolistrik tahanan jenis adalah suatu metode geolistrik yang memanfaatkan sifat tahanan jenis keadaan bawah permukan bumi.

(28)

digunakan adalah Schlumberger. Traverasing (mapping) adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan ke arah lateral (horisontal).

Konfigurasi yang biasanya digunakan adalah Wenner.

2.2 Sifat Listrik Batuan

Aliran induksi arus listrik di dalam batuan / mineral dapat digolongkan atas tiga macam, yaitu Konduksi dielektrik, Konduktor elektrolitik dan Konduksi elektronik. Konduksi dielektrikan terjadi jika batuan / mineral bersifat dielektrik terhadap aliran arus lisrtik (terjadi polarisasi saat bahan dialiri arus listrik). Konduksi elektrolistrik terjadi jika batuan / mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan oleh elektroda bebas. (Nunung,2000). Berdasarkan harga tahanan jenis resistivitas listriknya, batuan / mineral dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Konduktor baik : 10-6 < < 1 m

b. Konduktor buruk : 1 < < 107 m

c. Isolator : > 107 m

(29)

Ada tiga sifat kelistrikan batuan :

1. Resistivity (tahanan jenis).

2. Electro chemical activity (aktivitas elektro kimia). 3. Dielectric constant.

2.2.1 Resistivitas (tahanan jenis) Batuan.

a. Hukum Coulumb

Salah satu sifat yang terjadi antara dua buah muatan listrik adalah interaksi muatan tersebut (Hendrajaya dkk,1988). Besarnya gaya interaksi antara dua muatan listrik telah diselidiki oleh Chales Augustin de Coulomb yang menghasilkan hukum sebagai berikut :

.

(30)

b. Perumusan Dasar Geolistrik Resistivitas

Kita ketahui batuan sebagai penghantar arus listrik mempunyai suatu tahanan jenis (Resistivitas) hal ini dapat disamakan dengan suatu kawat penghantar, sehingga untuk mencari tahanan jenis ( ) serta beda potensial (V) dapat diformulasikan dasar-dasarnya sebagai berikut.

Menurut hukum fisika :

Dalam metode geolistrik resistivitas ada definisi – definisi yaitu :

1. Resistansi :

V : beda potensial antara dua buah titik (Volt)

I : besar arus listrik yang mengalir (Ampere)

E : medan listrik (Volt/meter)

(31)

Untuk silinder konduktor dengan panjang L dengan luas penampang A dialiri arus oleh adanya tegangan V pada kedua ujungnya, maka hukum Ohm silinder memiliki tahanan sebesar :

I V

R=∆ (2)

Tahanan jenis tergantung pada L, A dan tetapan material yang disebut Resistivitas . Dalam hubungan :

A L

R=ρ (3)

Dari persaman 2 dan 3 diperoleh persamaan tahanan jenis :

(32)

V

A

Gambar 2.1 Penampang silinder konduktor

Jika medium dialiri arus I (diberi medan listrik E) maka elemen arus I yang melalui elemen luas A dengan kerapatan arus J adalah :

I = J. A (5)

A : elemen luas permukaan dalam ampere / meter2

J : kerapatan arus listrik ampere / meter2

(33)

Untuk medium homogen isotropis, konduktivitas diasumsikan sebagai konstanta skalar dalam ruang vektor, sehingga persamaan menjadi (Telfold dkk,1990).

2

V = 0 (10)

Sehingga:

Persamaan laplace dalam koordinat bola ditulis sebagai:

+

Melalui asumsi bumi homogen isotropis maka bumi mempunyai simetri bola

sehingga persamaan 11 dapat ditulis:

(34)

Gambar 2.2 susunan instrumen resistivitas

Keterangan:

V : beda potensial (volt)

I : arus (ampere)

A dan B : elektroda luar (elektroda arus)

V : beda potensial (volt)

C dan D : elektroda dalam (elektroda potensial / pengukuran)

Berdasarkan gambar di atas harga potensial atau tegangan di C adalah :

(35)

Harga potensial di D adalah:

Beda potensial yang dicatat oleh Voltmeter (V) adalah :

V=Vc – Vd (15)

Dengan subtitusi persamaan 4 dan 13 ke persamaan 15 dipeoleh:

=

K adalah faktor geometris yang menyatakan efek jarak pasang elektroda dalam pengukuran di lapangan. Harga K berbeda–beda tergantung pada jenis konfigurasi elektroda. Pada konfigurasi yang berbeda jarak pasangan juga berbeda sehingga efek terhadap harga tahanan jenisnya juga berbeda. Bila bumi homogen, harga tahanan jenis yang didapat adalah tahanan jenis sebenarnya. Dan bila bumi diangggap tidak homogen, maka harga tahanan jenis yang didapat adalah semu (Telford dkk,1990).

c. Konsep Tahanan Jenis Semu

(36)

Pada kenyataannya, bumi terdiri dari lapisan–lapisan dengan yang berbeda– beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisan tersebut. Karenanya, harga tahanan jenis yang diukur seolah-olah merupakan harga tahanan jenis untuk satu lapisan saja (terutama untuk spasi yang lebar). Resistivitas semu ini dirumuskan dengan:

a

Pada kenyataannya, bumi merupakan medium berlapis dengan masing-masing lapisan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda. Tahanan jenis semu merupakan tahanan jenis dari suatu medium fiktif homogen yang ekivalen dengan medium berlapis yang ditinjau. Untuk jelasnya seperti gambar dibawah:

--- 1--- ---

---

---- 2--- --- a---

Gambar 2.3 konsep tahanan jenis semu pada medium lapisan.

(37)

dianggap sebagai satu lapisan homogen yang memiliki satu harga tahanan jenis yaitu tahanan jenis semu a. Konduktansi lapisan fiktif ini sama dengan jumlah konduktansi masing–masing lapisan yaitu a = 1+ 2.

2.2.2. Akitivitas Elektro Kimia (Electrochemical Activity)

Aktivitas elektro-kimia tergantung pada komposisi kimia dalam batuan dan konsentrasi dari elektrolit yang terlarut dalam air yang tergantung dalam batuan tersebut. Aktivitas elektrokimia (kegiatan kimia penghantar listrik) syarat penting pemakaiannya dalam Potensial Logging.

2.2.3. Dilektrik konstant (Dielectric Constant)

Dielectric constant dapat disamakan dengan permeabilitas dalam magnetik material (bahan yang bermagnit), merupakan satuan ukuran magnet dari bahan yang terletak dalam medan magnet. Polarisasi atau momen listrik per unit volume P, dalam medan listrik E.

Jumlah aliran listrik tiap satuan luas atau rapat arus dalam hubungannya dengan kerapatan aliran magnet adalah:

E + 4 P

Total elektrikal flux (aliran) per unit area E + 4 P atau (1 + 4 e) E

e = kemampuan untuk dipengaruhi listrik

= ( The electrical susceptibility )

(38)

Untuk kebanyakan hard rocks K = 6-16 esu (electrostatic units)

Untuk wet soils dan clays K = 40-50 esu.

Kapasitas efektif batuan akibat pengaruh medan listrik, baik searah maupun bolak-balik ditetapkan oleh konstanta dielektriknya.

Dalam suatu formasi lapisan sedimen yang porous misalnya bahan-bahan yang berukuran: sands, gravels, conglomerate muds, besarnya tahanan jenis lebih ditentukan oleh kandungan elektrolit dari cairan yang mengisi rongga-rongga antara butiran-butirannya dari pada sifat penghantaran dari mineral-mineralnya atau batuannya. Secara analisa kuantitatif tergantung harga-harga densitas porositas, diameter pori, bentuk geometrik pori, jumlah kandungan air, kualitas air dan temperaturnya.

2.3 Konfigurasi Faktor Geometri Dan Elektroda

Dalam pelaksanaan metode geolistrik khususnya Resistivitas, elektroda dapat disusun pada suatu garis lurus berdasarkan suatu aturan tertentu yang disebut dengan konfigurasi elektroda. Terdapat empat jenis konfigurasi elektroda yang banyak dikenal yaitu: Wenner, Lee, Dipole–pole , Schlumberger. Persamaan umum dari Konfigurasi elektroda adalah:

(39)

K : Faktor geometri

V : Beda potensial (volt)

I : kuat arus (Ampere)

Berikut ini penjelasan Konfigurasi Schlumberger yang dalam ini digunakan pada penelitian kali ini :

2.3.1 Konfigurasi Schlumberger

Elektroda arus diletakkan di kedua ujung susunan elektroda sedangkan elektroda potensial diletakkan di bagian tengah. Setiap kali pengukuran yang dipindahkan hanya elektroda arus sampai pada jarak tertentu saat penyebaran arus sehingga tidak seimbang lagi, barulah elektroda potensial ikut berpindah untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah. (Nunung,2000)

#

#

!

$

$

%$

$

Gambar 2.4 Skema Konfigurasi Schlumberger

!

(40)

Keterangan :

C1=A,C2=B : elektroda arus P1=M,P2=N : elektroda potensial

l : setengah jarak elektroda potensial MN L : setengah jarak elektroda arus AB I : kuat arus listrik (ampere)

V : beda potensial (volt)

Persamaan tahanan jenis semu untuk konfigurasi Schlumberger adalah:

( )

a : tahanan jenis semu (ohm-meter) {( L2) / (21)}: faktor geometri

V : beda potensial (volt) I : kuat arus listrik (ampere)

: 3,14

I : setengah jarak elektroda arus AB (meter) L : setengah jarak elektroda potensial MN (meter)

2.3.2 Pembentukan Air Tanah a. Air tanah

(41)

tanah. Sehingga potensi air tanah banyak dipengaruhi oleh iklim dan jenis batuannya. Air hujan ini sebagian akan meresap melalui rekahan atau celahan yang terdapat dalam batuan. Kadang-kadang air hujan jatuh pada daerah yang dialasi oleh batuan-batuan yang lulus air. Melalui tanah berporos, yang akhirnya mencapai lapisan Impermeabel dan tersimpan. Lapisan tanah yang terletak di bawah permukaan tanah dinamakan daerah jenuh (saturoted zone).

Pada daerah jenuh, air tertahan lebih lama karena air telah sampai pada lapisan batuan induk yang kedap air. Pada daerah inilah air tanah seakan–akan tergenang, sehingga menjadi reservoir air. Sedangkan daerah tak jenuh, air tertahan sebentar dipori–pori yang halus pada lapisan tanah yang lebih padat (Moh. Ma’mur,1995). b.Konsep Umum Akuifer

Akuifer adalah suatu lapisan pembawa air tanah dengan permeabilitas yang cukup untuk mengantarkan dan ditempati oleh air tanah dalam jumlah ekonomis. Contoh yang umum adalah bahan–bahan yang belum terkonsolidasi yaitu pasir dan kerikil yang umumnya terdapat sebagai endapan aluvial, bekas sungai purba, dataran pantai dan lain-lain. Meskipun sudah terkonsolidasi batupasir dapat bertindak sebagai akuifer yang baik. Akuifer yang lain adalah, batu gamping rekah dan berongga. Untuk batuan lain kemungkinannya ditempati air kecuali bila rekah–rekah. Ada dua macam akuifer yaitu Unconfined aquifer (akuifer tertekan) dan Confined aquifer (akuifer tak tertekan).

(42)

(aquiclude). Air yang jatuh pada lapisan kedap air sebagian besar akan mengalir di permukaan tanah menuju ke tempat-tempat yang lebih rendah sebagai aliran permukaan. Banyak atau sedikitnya air yang disimpan lapisan pembawa air atau diteruskan oleh suatu lapisan pembawa tergantung kepada sifat-sifat kesarangan (porosity), Permeabel, dan sifat-sifat keterusan (transmissibility) dari lapisan yang bersangkutan.

Umumnya air bawah tanah terjadi di ruang atau pori yang kecil pada batuan dan alluvial. Dimana akumulasi air bawah tanah ditemukan di atas lapisan batuan yang impermeabel, dan pemodelan air tanah merupakan hal penting dalam eksplorasi oleh karena itu harus diketahui letak lapisan akuifer yang diduga merupakan lapisan terakumulasi fluida. Akuifer air tanah ditemukan dalam dua keadaan yaitu: akuifer tertekan (Unconfined aquifer) dan akuifer tak tertekan (Confined aquifer). Akuifer tertekan (Unconfined aquifer) adalah akuifer yang airnya terakumulasi di atas lapisan Impermeabel (lapisan batupasir). Akuifer tak tertekan (Confined aquifer) adalah merupakan akuifer yang ditemukan di antara dua lapisan impermeabel (lapisan batupasir). Air yang mengalir ke dalam akuifer berasal dari suatu tempat di permukan yang tidak ditemui lapisan impermeabel paling atas. Air bawah tanah pada akuifer cenderung memiliki tekanan besar.

(43)
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pengembangan Geologi Nuklir (PPGN BATAN) JL. Lebak Bulus Raya Pasar Jumat. Sedangkan waktu penelitiannya berlangsung sejak bulan Juli sampai bulan Januari 2009.

3.2 Alat Dan Bahan

Pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data hasil survey Geolistrik di Kabupaten Demak, Kecamatan Mranggen, Desa Telogorejo oleh tim peneliti dari PPGN BATAN. Adapun alat yang digunakan dalam survey geolistrik adalah sebagai berikut:

1.Peralatan Topografi sebagai berikut:

* Theodolit Total Station TC – 407 (1 set)

* Pelengkap Geologi: paku, kompas, lope

2. Peralatan Geofisika

* Resistivitas meter ABEM SAS 1000 (Lampiran 1) (1 unit)

* Elektroda arus dan potensial (20 unit)

(45)

* Generator honda 650 s (1set)

* Meteran (4 buah)

3.3Prosedur pengambilan Data

Pengolahan data hasil survey lapangan diolah menggunakan Software IXID masing–masing yang akan ditampilkan. Adapun cara kerja pengolahan data Resistivitas adalah sebagai berikut:

3.4Pengolahan Data.

Data hasil pengukuran tahanan jenis diolah dengan menggunakan Software Interpex IXID untuk mengetahui harga tahanan jenis resistivitas listriknya yang terdapat pada setiap lapisan, ketebalan, kedalaman dan elevasi. Selanjutnya dikorelasi pada setiap lintasan dengan menggunakan Software CorelDraw untuk melihat penampang atau profil keberadaan akuifer dengan membuat pemodelan 1D, dengan memasukkan ketebalan dan kedalaman dari hasil yang didapat oleh Software Interpex IXID. Setelah itu digunakan Software Surfer untuk membuat kontur pemodelan 2D dan 3D.

(46)

untuk menentukan jenis-jenis batuannya. Secara garis besar, survey metode Resistivitas dapat diberikan dalam bentuk prosedur kerja sebagai berikut.

3.4.1 Perhitungan Tahanan Jenis dan Ketebalan dengan Software IX1D

• Setelah membuka program Interpex IX1D, arahkan kursor ke File, New, Sounding, DC Resistivty Sounding dan Enter.

Gambar 3.1 tampilan awal membuka Program IXID • Pilih Schlumberger Array, Apparent Resistivity Only, Meter dan OK.

(47)

• Masukkan data AB/2, MN dan Apparent Resistivity lalu Save Geometry dan OK.

Gambar 3.3 tampilan penulisan data Schlumberger • Klik Layered Model on/off.

(48)

• Klik Edit Model lalu klik One Iteration atau More Iterations sampai harga Fitting Error menjadi sekecil mungkin dan OK.

Gambar 3.5 tampilan hasil pengolahan data dan edit model.

• Klik Save.

(49)

• Masukkan Nama untuk Edit Model tersebut dan OK.

Gambar 3.7 tampilan Save Data dan pemberian nama TLG. 3.4.2 Pemodelan Penampang Korelasi Menggunakan CorelDraw

Pemodelan penampang korelasi adalah salah satu untuk mengetahui nilai Tahanan jenis rho, kedalaman dan ketebalan tiap titik pengukuran dan untuk mengetahui keberadaan akuifer. Adapun cara kerja pemodelan penampang yang menggunakan Software CorelDraw sebagai berikut:

• Setelah membuka program Interpex IX1D, klik New.

(50)

• Klik Unit untuk mengubah skalanya menjadi Centimeters.

Gambar 3.9 tampilan CorelDraw untuk pemodelan penampang korelasi • Buat kotak-kotak dengan panjang berdasarkan ketebalan lapisan, susun

kotak tersebut menjadi sejajar dan hubungkan dengan titik-titik yang lain.

(51)

• Klik File dan Save.

Gambar 3.11 tampilan save penampang korelasi

• Isi File Name, pilih Save as Type dan version berapa yang kita inginkan.

(52)

3.4.3 Pembuatan Peta Kontur Top dan Bottom Menggunakan Surfer Setelah membuat penampang korelasi tahanan jenis tiap lintasan setelah itu pembuatan peta kontur dengan 2D dan 3D agar mengetahui adanya akuifer dan arah. Adapun cara kerja pembuatan kontur menggunakan Surfer sebagai berikut:

• Klik Icon software Surfer di Desktop.

Gambar 3.13 tampilan awal Surfer • Klik New, pilih Plot Document dan OK.

(53)

• Klik Grid dan Data.

Gambar 3.15 tampilan Surfer untuk Meng-grid data. • Pilih data excel yang akan di-grid.

Gambar 3.16 tampilan untuk membuka file yang akan di-grid

• Atur harga-harga A, B dan C berdasarkan kolo yang kita inginkan dan OK.

(54)

• Klik Contour Map dan pilih data yang sudah di-Grid tadi.

Gambar 3.18 tampilan peta kontur 2D • Klik Wireframe Map dan OK.

(55)

3.5 PROSEDUR KERJA

MULAI Informasi geologi

DATA LAPANGAN ( , V, I) data sekunder PPGN Batan

PENGOLAHAN DATA ( , V, I) (IXID)

PEMODELAN 1D PENAMPANG KORELASI ( , ketebalan dan kedalaman)

(CorelDraw: korelasi tiap lintasan dari titik pengukuran)

PETA KONTUR TOP DAN BOTTOM 2D dan 3D (posisi x, y, z) (Surfer: x, y, z pada titik pengukuran di bagian top dan bottom)

INTERPRETASI

KESIMPULAN

(56)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Survey Geologi dan Geohidrologi

(57)

Gambar 4.1 Peta lokasi Distribusi Titik – titik pengukuran geolistrik daerah Telogorejo (PPGN BATAN).

(58)

warna kelabu sampai coklat muda, dalam keadaan lapuk dan bersoil berwarna coklat, berbutir halus kasar sering mengandung frame konglomerat berukuran permeabel dan mempunyai porositas yang baik. Dapat dilihat dari daerah pengukuran Geolistrik (Lampiran 2).

4.2 Hasil Perhitungan Tahanan Jenis Berdasarkan Pengukuran Geolistrik

Hasil pengukuran geolistrik terdapat 9 lintasan dan 23 titik yang dilakukan di Desa Telogorejo Kecamatan, Mranggen dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Sedangkan dalam pengukuran digunakan Metode Vertikal Eletrikal Sounding (VES) adapun peta distribusi titik pengukuran selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 2).

Pengukuran geolistrik diperoleh nilai tahanan jenis semu, untuk tahanan jenis semu konfigurasi Schlumberger adalah:

(59)

4.3 Pengolahan Data Hasil Pengukuran Dengan Software interpex IX1D

Data hasil pengukuran di lapangan (Lampiran 3) diolah dengan menggunakan bantuan software interpex (IXID) akan diperoleh nilai tahanan jenis, ketebalan, kedalaman elevasi dan kurva (Lampiran 4 dan 5). Dimana hasil tersebut diinterpretasikan yaitu, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.1 : Hasil Interpretasi Lintasan A

Tabel 4.2 : Hasil Interpretasi Lintasan B

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-37 ohm – m Alluvial 0-25 m 9-24 m

(60)

Tabel 4.3 : Hasil Interpretasi Lintasan C

Tabel 4.4 : Hasil Interpretasi Lintasan D

Tabel 4.5 : Hasil Interpretasi Lintasan E

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-7 Ohm-m Alluvial 0-15 m 12-15 m

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-13 Ohm-m Alluvial 0-15 m 11-15 m

(61)

Tabel 4.6 : Hasil Interpretasi Lintasan F

Tabel 4.7 : Hasil Interpretasi Lintasan G

Tabel 4.8 : Hasil Interpretasi Lintasan H

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-8 Ohm-m Alluvial 0-17 m 11-17 m

2 Lapisan 2 10-25 Ohm-m Batupasir

Konglomerat 1 15-24 m 4-6 m 3 Lapisan 3 1 Ohm-m Alluvial 44-58 m 23-33 m

4 Lapisan 4 10-32 Ohm-m Batupasir

Konglomerat 2 64-82 m 20-37

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-14 Ohm-m Alluvial 0-15 m 15-19 m

(62)

Tabel 4.9 : Hasil Interpretasi Lintasan I

4.4 Hasil Pemodelan 1D Dengan CorelDraw

Nilai tahanan jenis yang diperoleh, dilanjutkan dengan dikorelasikan antara satu titik dengan titik yang lainya dengan menggunakan software CorelDraw. Program ini dapat mengetahui penyebaran batuan berdasarkan nilai tahanan jenisnya dengan membuat penampangnya yaitu dengan pemodelan 1D.

Gambar 4.2 Penampang korelasi tahanan jenis lintasan A arah barat–timur

No Lapisan Harga Rho Jenis Lapisan Kedalaman Ketebalan 1 Lapisan 1 1-13 Ohm-m Alluvial 0-21 m 13-21 m

2 Lapisan 2 10-21 Ohm-m Batupasir

Konglomerat 1 20-23 m 2-7 m 3 Lapisan 3 1 Ohm-m Alluvial 44-50 m 21-30 m

4 Lapisan 4 26-40 Ohm-m Batupasir

(63)

Gambar 4.3 Penampang korelasi tahanan jenis lintasan B arah barat-timur

(64)

Gambar 4.5 Penampang korelasi tahanan jenis lintasan D arah barat–timur

(65)

Gambar 4.7 Penampang korelasi tahanan jenis lintasan F arah barat–timur

(66)

Gambar 4.9 Penampang korelasi tahanan jenis lintasan H arah barat–timur

(67)

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil interpretasi dari pengukuran tahanan jenis secara umum terdapat 4 lapisan diantaranya: Batuan Alluvial, Batupasir Konglomerat 1, Batuan Alluvial dan Batupasir Konglomerat 2.

Dengan mempertimbangkan hasil pengukuran tahanan jenis seluruh daerah kerja dan mempertimbangkan kondisi geologi, diperoleh 2 kelompok tahanan jenis dengan kondisi yang berbeda, yaitu sedimen lempung dan pasir.

1. Nilai tahanan jenis 1-37 m, merupakan pencerminan dari keberadaan sedimen lempung, mempunyai sebaran lateral sangat luas mendominasi daerah cakupan pengukuran, secara vertikal terdeteksi mempunyai ketebalan dari 6 m sampai 52 m dari permukaan. Secara geologis diinterpretasikan sebagai endapan alluvial yang tersusun oleh material lempungan dan pasir halus.

2. Nilai tahanan jenis 9-41 m, merupakan pencerminan dari keberadaan sedimen pasir setempat bersifat lempungan, mempunyai sebaran lateral sangat luas di daerah cakupan pengukuran, secara vertikal terdeteksi mempunyai ketebalan dari 2 m sampai 49 m dari permukaan. Secara geologis diinterpretasikan sebagai batupasir konglomeratan yang tersusun oleh material pasir dan kadang-kadang secara setempat bersifat lempungan (9 Ohm).

(68)

Tabel 4.10 : Kisaran Nilai Tahanan Jenis Batuan

Hasil pengolahan data tahanan jenis diketahui bahwa pelacakan air tanah dalam tersusun dari Batuan Alluvial dan satuan batuan parmeabel berupa Batupasir Konglomerat. Berdasarkan hasil korelasi tiap lapisan dapat diketahui bahwa terdapat dua lapisan akuifer yaitu Batupasir Konglomerat 1 dan Batupasir Konglomerat 2. Batupasir Konglomerat 1 merupakan akuifer atas permukan (Top aquifer) dan Batupasir Konglomerat 2 merupakan Akuifer bawah (Bottom aquifer) lapisan Batupasir Konglomerat 1 menujukan kemiringan relatif ke arah Utara sedangkan Batupasir Konglomerat 2 menunjukan kemiringan relatif ke arah Selatan, sedangkan kondisi tercermin pada pola air tanah bebas yang menujukan pola aliran mengalir dari arah Selatan Ke Utara. Dengan demikian pada penampang korelasi lintasan A lapisan akuifer permukan ditemukan pada Batupasir Konglomerat 1 kedalaman 14-40 m dengan memiliki nilai tahanan jenis 11-26 Ohm-m merupakan batu pasir basah, sedangkan akuifer bawah pada Batupasir Konglomerat 2 kedalaman 48-119 m memiliki nilai tahanan jenis antara 19-29 Ohm-m merupakan batu pasir basah. Untuk penampang korelasi penampang lintasan B lapisan akuifer permukaannya ditemukan pada Batupasir Konglomerat 1 kedalaman 12-38 m dengan memiliki nilai tahanan jenis antara

Lapisan Batuan Harga Tahanan Jenis ( m)

Batuan Alluvial 1-37

(69)
(70)

merupakan batu pasir basah, sedangkan akuifer bawah diketahui Batupasir Konglomerat 2 kedalaman 74-82 m dan memiliki nilai tahanan jenis antara 10 - 40 Ohm-m merupakan batu pasir basah. Untuk penampang korelasi lintasan H lapisan akuifer permukan pada Batupasir Konglomerat 1 kedalaman 23-26 m dengan nilai tahanan jenis 10-15 ohm–m merupakan batu pasir basah, sedangkan akuifer bawah diketahui Batupasir Konglomerat 2 kedalaman 65-82 m dan memiliki nilai tahanan jenis antara 9-12 Ohm-m merupakan batu pasir basah. Untuk penampang korelasi lintasan I lapisan akuifer permukan pada Batupasir Konglomerat 1 kedalaman 20-23 m dengan nilai tahanan jenis 10-21 ohm–m merupakan batu pasir basah, sedangkan akuifer bawah diketahui Batupasir Konglomerat 2 kedalaman 64-84 m dan memiliki nilai tahanan jenis antara 26-40 Ohm-m merupakan batu pasir basah. Hasil interpetasi dan korelasi antara nilai tahanan jenis maka di dapat kisaran nilai tahanan jenis lapisan batuan yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.11 : Kisaran Nilai Tahanan Jenis Batuan

Hasil pemodelan menggunakan Software CorelDraw terdapat tiga bagian lapisan batuan dengan nilai tahanan jenis yang berberbeda–beda, yaitu: lapisan

Lapisan Batuan Harga Tahanan Jenis ( m)

Batuan Alluvial 1-37

Batupasir Basah 9-35

(71)

Batuan Alluvial, Batupasir Basah dan Batupasir Kering. Dimana lapisan Batuan Alluvial memiliki nilai tahana jenis 1-37 Ohm-m, Lapisan Batupasir Basah memiliki nilai tahanan jenis 9-35 ohm–m dan Lapisan Batupasir Kering memiliki nilai tahanan jenis < 35 ohm–m.

Berdasarkan hasil nilai tahanan jenis yang menggunakan konfigurasi Schlumberger dapat diperoleh lapisan batuan pada daerah penelitian yang terdapat lapisan batupasir kering adalah pada lintasan B, D, E, F, G dan I yaitu pada titik pengukuran di titik TLG 1, 4, 16 dan 18, sehingga dapat di lihat bahwa hal ini menandakan tidak berpotensinya titik-titik tersebut untuk dilakukan pemboran, sedangkan pada lintasan A, C dan H berpotensi untuk dilakukan pemboran karena pada lintasan tersebut terdapat lapisan Batupasir Basah.

(72)

Dengan memasukkan koordinat titik-titik pengukuran dan harga Rho dari setiap titik pada software Surfer, maka dapat dibuat peta kontur top dan bottom akuifer 2D seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.11 Peta Kontur Top Berdasarkan Rho

(73)

Pemodelan peta kontur top dan bottom akuifer 3D, yaitu dengan cara memasukkan koordinat titik-titik pengukuran untuk sumbu x dan y, sedangkan harga elevasi atau kedalaman untuk sumbu z pada software Surfer. Kontur-kontur tersebut disusun di software CorelDraw berdasarkan harga elevasi atau kedalaman seperti gambar di bawah ini.

Gambar 4.13 Peta Kontur Pemodelan 3D Berdasarkan Elevasi

(74)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Lapisan Batupasir Konglomerat 1 merupakan akuifer permukan (Top aquifer) dengan kedalaman berkisar 12-40 meter di bawah permukan tanah sekitar dan Batupasir Konglomerat 2 merupakan akuifer bawah (Bottom aquifer) dengan nilai tahanan jenis kisaran 9-41 m. Dengan kedalaman berkisar 48-119 meter di bawah permukan tanah sekitar.

2. Pola aliran akuifer permukaan relatif ke arah Utara, sedangkan aliran akuifer dalam permukaan relatif ke arah Selatan, dapat dilihat pada peta kontur top dan bottom.

5.2 Saran

(75)

DAFTAR PUSTAKA

Dorbrin,M.1978.Introduction Geophysical Prospecting.Mc.Graw Hill.Inc

Iliyin.Iin.2008.Interprentasi Data TahananJenis Untuk Menentuakan Keberadaan Akuifer. Skripsi sarjana Uin Syarif Hidayatullah.Jakarta.

Jurnal Geologi Indonesia.2006.Sebaran Akuifer Dan Pola Aliran Air tanah Di Kecamatan Batuceper.Tanggerang.

Jurnal Natur Indonesia.2004,Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumbeger Untuk penentuan Tahanan Jenis Batu Bara.Bandung.

Junal Fisika, Volume I.No.3,Oktober 2006, Fisika FMIPA UI.

Juwita.Ratna.2008.Identifikasi Lapisan Batuan Bawah Permukan Dengan Menggunkan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger di daerah Jangkar(Madura). Skripsi Sarjana Universitas Lampung.Bandar Lampung.

Laporan akhir, Pelacakan Air tanah dalam Desa Telogorejo Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. . PPGN Batan 2007.

Lilik,Hendrajaya&arif,Idam. Geolistrik Tahanan Jenis FMIPA ITB Bandung.

(76)

Nunung.2006.Model Praktekum Geolistrik UIN Syarifhidayatullah Jakarta.

Tanudidjaja,Moh.ma’Mur.1995.Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Jakarta

Telford,W.M.Gedaart,L.P.&Sheriff.R.E. 1990. Applied Geophysics.New york: Cambridge.

(77)

Lampiran 1

GAMBAR RESISTIVITAS

Alat Ukur Tahanan Jenis Model ABEM Terrameter SAS-1000

Keterangan Gambar :

1 & 2 Tombol geser kursor (1 & 2 tekan ke dalam secara bersamaan untuk Power On/Off)

3. Tombol enter / cancel 4. Tombol “start” pengukuran

5. Terminal elektroda potensial 1 (P1) 6. Terminal elektroda potensial 2 (P2) 7. Terminal elektroda arus 1 (C1) 8. Terminal elektroda arus 2 (C2) 9. Tampilan menu pengukuran

(78)

Lampiran 2

(79)

Lampiran 3

(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)

Lampiran 4

Kurva Hubungan antara Tahanan Jenis Dengan Jarak

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-1

(103)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-3

(104)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-5

(105)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-7

(106)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-9

(107)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-11

(108)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-13

(109)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-15

(110)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-17

(111)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-19

(112)

Gambar kurva pengolahan program IXID di titik TLG-21

(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)

Gambar

Gambar 2.1 Penampang silinder konduktor
Gambar 2.2 susunan instrumen resistivitas
Gambar 2.3 konsep tahanan jenis semu pada medium lapisan.
Gambar 2.4  Skema Konfigurasi Schlumberger
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kenyataannya berdasarkan hasil penelitian pada variabel bebas pendidikan dan latihan yang dilakukan bahwa pegawai di lingkungan Balai Pelatihan Kesehatan

Tabel 4.7 Jawaban Responden Terhadap Saya Merasa Harga Yang Diberikan Day Avenue Bervariasi Sehingga Konsumen Dapat Memilih Produk Sesuai Dengan Kemampuan.. Hal ini menunjukkan

Optimasi dilakukan dengan cara memasukkan 2,5 mL starter yang berasal dari ¼ plate isolat kode Actinomycetes AL35 ke dalam erlenmeyer yang berisi 25 mL media SNB yang

untuk itu, maka perlu kiranya sekolah mengembangkan suatu model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa, yaitu model pembelajaran yang berkaitan erat dengan

Hasil penelitian merekomendasikan pemakaian material hasil cetak-tekan ini hanya untuk temperatur yang tidak terlalu agar peningkatan kekuatan oleh proses cetak-tekan

Desa Di Jawa Barat berbeda dengan manfaat dari Direktori Buku Telepon, akan tetapi secara umum direktori ini bermanfaat bagi masyarakat dalam mencari. informasi mengenai

Selanjutnya untuk mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari variabel Loyalitas karyawan, Kecerdasan emosional dan Disiplin kerja berpengaruh signifikan