• Tidak ada hasil yang ditemukan

NARASI PEMBERITAAN KORUPSI SEPAKBOLA DALAM KORAN KEDAULATAN RAKYAT DAN TRIBUN JOGJA (ANALISIS NARATIF KORUPSI IDHAM SAMAWI DI KEDAULATAN RAKYAT DAN TRIBUN JOGJA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NARASI PEMBERITAAN KORUPSI SEPAKBOLA DALAM KORAN KEDAULATAN RAKYAT DAN TRIBUN JOGJA (ANALISIS NARATIF KORUPSI IDHAM SAMAWI DI KEDAULATAN RAKYAT DAN TRIBUN JOGJA)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

Narasi Pemberitaan Korupsi Sepakbola Dalam Koran Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja

(Analisis Naratif Korupsi Idham Samawi di Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja)

News Narrative of Football Corruption In Kedaulatan Rakyat and Tribun Jogja Newspaper

(Narrative Analysis of Idham Samawi Corruption Case In Kedaulatan Rakyat An Tribun Jogja Newspaper)

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Muhammad Wahyudi Hastyasubhi 20110530201

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada :

Hari : Senin

Tanggal : 09 Agustus 2016 Tempat : Ruang Negosiasi Nilai :

SUSUNAN TIM PENGUJI Ketua

Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si.

Penguji I Penguji II

Wulan Widyasari, S.Sos, MA, Filosa Gita Sukmono, S.Ikom, MA

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) pada tanggal 09 Agustus

2016 Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

(3)

viii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Wahyudi Hastyasubhi

Nim : 20110530201

Konsentrasi : Advertising

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Politik

Judul Skripsi : Narasi Pemberitaan Korupsi Sepakbola Dalam Koran Kedaulatan Rakyat Dan Tribun Jogja

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip atau pun dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari karya saya ini terbukti merupakan hasil plagiat/ menjiplak karya orang lain maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaanya.

Yogyakarta, 6 Agustus 2016

(4)

ix HALAMAN PERSEMBAHAN

Untuk keluarga Besar Abu Wachid, yang sudah membesarkan dan mendidik saya sampai saat ini sehingga saya dpat menyelesaikan studi ini. Semuanya berkat

motivasi dari kalian semua.

(5)

x MOTTO

(6)

xi DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Persembahan ... iv

Motto ... v

Ucapan Terimaksih ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Abstrak ... xii

Abstract ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Teori 1. Komunikasi Politik, Media, dan Sepakbola ... 10

2. Narasi dalam Teks Berita ... 18

A. Metodelogi 1. Metode Penelitian ... 27

2. Objek Penelitian ... 29

3. Teknik Pengumpulan Data ... 29

(7)

xii 5. Tahap Analisis ... 33

BAB II. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

A. Penelitian Terdahulu ... 34

B. Surat Kabar Kedaulatan Rakyat

1. Sejarah Surat Kabar Kedaulatan Rakyat ... 37

2. Struktur Organisasi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat ... 39

C.Surat Kabar Tribun Jogja

1. Sejarah Surat Kabar Tribun Jogja ... 40

2. Struktur Organisasi Surat Kabar Tribun Jogja ... 42

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan Hasil Analisis

1. SKH Kedaulatan Rakyat ... 48

2. SKH Tribun Jogja ... 55

C. Analisis Model Aktan ... 63

BAB IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

(8)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Analisis Struktur dan Unsur Narasi Berita “KR” ... 44

Tabel 3.2 Analisis Struktur dan Unsur Narasi Berita “Tribun” ... 46

Tabel 3.3 Urus Olahraga lebih Banyak Pengorbanan... 100

Tabel 3.4 Soal Persiba , Seharusnya Keluar SP3 ... 101

Tabel 3.5 Haryadi Dilaporkan Ke KPK... 102

(9)

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Berita Kasus Idham Samawi di Koran Tribun Jogja ... 5

(10)

xii ABSTRAK

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Advertising

Muhammad Wahyudi Hastyasubhi, 20110530201

Narasi Pemberitaan Korupsi Sepakbola Dalam Koran Kedaulatan Rakyat Dan Tribun Jogja

Tahun Skripsi : 2016 + 113 Halaman + 8 Gambar + 6 Tabel Daftar Pustaka : 20 Buku + 2 Jurnal + 4 Sumber online

Sepakbola merupakan olahraga yang digemari oleh mayoritas penduduk dunia ini. Setiap negara mempunyai tim sepak bola yang dibanggakan termasuk Indonesia. Tim sepak bola Indonesia sendiri berada dibawah naungan lembaga Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Akan tetapi prestasi yang ditoreh oleh sepak bola Indonesia masih sedikit. Hal ini dikarenakan adanya ketidakjujuran para pemimpin pertandingan, pengaturan hasil pertandingan serta gaji pemain yang belum terselesaikan serta adanya korupsi yang mulai masuk ke ranah sepakbola membuat sepakbola Indonesia susah untuk berkembang.

Penelitian ini mencoba melihat bagaimana Koran Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja dalam menceritakan kasus korupsi dana hibah dalam PSSI. Penelitian ini menggunakan analisis naratif. Model analisis naratif yang digunaakan yaitu Algirdas Greimas untuk mengkaji narasi sebagai struktur makna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberitaan korupsi Idham Samawi pada Koran Kedaulatan Rakyat cenderung mendukung Idham Samawi dan Tribun jogja berusaha untuk bersikap netral dan cenderung mendukung penegakan hukum.

(11)

xiii ABSTRACT

Muhammadiyah University of Yogyakarta Faculty of Social and Political Sciences Department of Communication Studies Advertising Concentrations

Muhammad Wahyudi Hastyasubhi, 20110530201

News Narrative of Football Corruption In Kedaulatan Rakyat and Tribun Jogja Newspaper

Thesis year : 2016 + 113 Pages + 8 Picture Pages + 6 tabel pages References : 20 books + 2 Journals + 4 online sources

Football is one of sports which loved by world wide society. Every country has pride football team include Indonesia. Indonesian football team is controlled by Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). But, Indonesian football team still gets few achivement. It is caused by falsehood by competition management, the reslut of the competition, palyers sallary have not paid yet and there is corruption in football area and it makes difficulties in developing Indonesian football.

The research tries to look how Kedaulatan Rakyat and Tribun Jogja Newspaper in reporting grant corruption issues in PSSI. The research uses naratif analysis. Model of naratif analysis used is Algidras Greimas to investigate naratif as meaning structure.

The result of research showed that corruption news by Idham Samawi in Kedaulatan Rakyat newspaper inclined support Idham Samawi and teh other hand, Tribun Jogja tried to be neutral and support officers which deal with justice.

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepakbola merupakan olahraga yang digemari oleh mayoritas

penduduk dunia ini. Olahraga yang dahulu hanya digemari oleh pria saja,

namun saat ini sepakbola sudah digemari oleh seluruh kalangan masyarakat.

Tidak mengenal usia atau jenis kelamin, semua senang dengan sepakbola.

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya memiliki antusias

besar pada sepakbola. Setiap hari sepakbola selalu menjadi perbincangan di

mana-mana tidak mengenal waktu dan tempat.

Perbincangan tentang sepakbola tidak terlepas dari peran media

massa, dimana media dengan berbagai kemampuannya dalam mengemas

berita sehingga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat luas. Dalam

komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara

sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, media memungkinkan setiap

orang dapat melihat, membaca, dan mendengarkan. Media dalam komunikasi

massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media

elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur, stiker, dan lain-lain. Sedangkan media elektronik antara lain radio,

(13)

2 Efektivitas komunikasi massa dipengaruhi oleh tiga hal yang

digambarkan oleh Westley dan MacLean: pertama menekankan pada

pemilihan peran dari komunikator massa, kedua fakta bahwa pemilihan

dilakukan menurut penilaian apa yang menurut khalayak menarik dan ketiga bahwa komunikasi tidak memiliki tujuan yang melampaui tujuan terakhir ini

(Westley dan MacLean dalam McQuail, 2011:76). Sehingga ketika tiga hal

tersebut diterapkan maka setiap pesan yang dibuat oleh komunikator dapat

dengan mudah mempengaruhi khalayak.

Sepakbola dalam negeri maupun luar negeri tidak pernah lepas dari

sorotan media massa. Pertandingan malam hari pada pagi harinya sudah

diberitakan di media dan menjadi perbincangan hangat di masyarakat umum.

Olahraga memang menjadi salah satu isu seksi di media. Baik media cetak

maupun elektronik terlihat gencar memberitakan ketika klub ternama

(nasional/internasional) tengah menunjukkan kekuatannya dalam adu

pertandingan. Tidak bisa dipungkiri, hingga saat ini sepakbola masih menjadi

berita favorit di media. Hal ini dikarenakan penggemar sepakbola yang lebih

banyak dibandingkan dengan penggemar olahraga lainnya. Tidak hanya

ketika ada pertandingan saja, media akan membuat isu-isu seperti profile pemain, aktivitas pemain, perpindahan pemain dari satu klub ke klub lain

yang tak henti-hentinya mengisi kolom berita pada suatu media (Junaedi,

(14)

3 Setiap Negara memiliki tim yang dibanggakan oleh penduduknya.

Pemain-pemain profesional tercipta dari liga yang diselenggarakan setiap

daerah yang kemudian terseleksi untuk membela negaranya melalui

sepakbola di ajang Internasional. Liga tersebut berjalan di bawah lembaga

yang memiliki kewenangan penuh mulai dari aturan untuk mengikuti liga,

perangkat pelaksanaan pertandingan, memberikan sanksi terhadap tim yang

melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Di Indonesia sendiri lembaga

yang mengurusi semua hal tersebut adalah Persatuan Sepakbola Seluruh

Indonesia (PSSI), yaitu lembaga yang mengatur liga sepakbola yang ada di

Indonesia dari tingkat kabupaten sampai nasional. Banyak liga yang

diselenggarakan oleh PSSI untuk membina para pemain sehingga

menciptakan bibit unggul pemain sepakbola melalui seleksi sangat ketat yang

tujuannya bisa disatukan dalam tim Nasional Indonesia.

Masih sedikit prestasi di ajang liga Internasional bagi sepakbola

Indonesia, dimana sejak terbentuknya PSSI dalam kurun waktu 85 tahun

hanya beberapa penghargaan yang didapat timnas Indonesia. Prestasi

sepakbola Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan beberapa Negara

di Asia, dimana Indonesia masih harus menyelesaikan beberapa permasalahan

internal. Ketidakjujuran para pemimpin pertandingan, pengaturan hasil

pertandingan serta gaji pemain yang belum terselesaikan serta adanya korupsi

yang mulai masuk ke ranah sepakbola membuat sepakbola Indonesia susah

untuk berkembang. Maraknya korupsi di Indonesia seakan sulit untuk

(15)

4 Berbagai gerakan anti korupsi muncul seiring dengan semakin meningkatnya

kasus korupsi di Negara ini dan kejenuhan masyarakat terhadap para pelaku

yang tidak jera dengan segala hukuman yang sudah ditegakkan.

Liga-liga di Indonesia sudah lama berjalan dengan bantuan dari dana

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), namun seiring

berjalannya waktu ada peraturan baru dari menteri dalam negeri Permendagri

no.22 Tahun 2011 Romawi V poin no. 23 tertulis, “pendanaan untuk

organisasi cabang olahraga profesional tidak dianggarkan dalam APBD

karena menjadi tanggung jawab induk organisasi cabang olahraga dan atau

organisasi olahraga profesional yang bersangkutan”, artinya semua klub yang

berlaga di Indonesia Super League, Indonesia Premiere League, Divisi Utama PSSI, Divisi 1 PSSI harus siap-siap mencari sumber dana secara

mandiri untuk membiayai klubnya. Dengan adanya peraturan baru ini tidak

hanya akan berpengaruh pada klub professional saja, kebijakan ini akan berdampak pada kelangsungan liga di Indonesia. Menurut catatan dari Bola.net banyak klub yang mengaku professional, termasuk yang berlaga di liga super Indonesia yang masih mengandalkan dana dari APBD sebagai nyawa mereka. (http://www.bola.net/indonesia/penggunaan-apbd-untuk-sepak-bola-resmi-dilarang-d5f294.html diakses pada 06 Juli 2015 pada pukul 23.12)

Persatuan Sepakbola Indonesia Bantul (Persiba) adalah salah satu klub

yang melanggar peraturan menteri dalam negeri nomor 22 tahun 2011 tentang

(16)

5 Samawi sebagai manajer klub dan juga Bupati Bantul pada saat itu dijadikan

sebagai tersangka oleh Kejaksaan Tinggi DIY (Kejati) bersama kepala

pemuda dan olahraga Bantul Edy Bowo Nurcahyo dalam penyalahgunaan

dana hibah tersebut yang digunakan untuk mendanai klub Persiba Bantul

dalam menjalani kompetisi tahun 2011-2012 yang pada saat itu persiba

berhasil menjuarai liga divisi utama dan naik kasta ke liga tertinggi di

Indonesia.

Gambar1.1 Berita Kasus Idham Samawi di Koran Tribun Jogja, tanggal 14 Maret 2015

Kasus yang tak kunjung usai penyelidikannya ini akhirnya

mengundang reaksi dari warga Yogyakarta yang mendukung Idham Samawi

untuk mendesak Kejaksaan Tinggi DIY (KEJATI) agar menghentikan kasus

tersebut, bahkan walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti juga ikut angkat bicara

(17)

6 Semenjak Idham Samawi ditetapkan sebagai tersangka. Pemberitaan

terhadap kasus ini tidak pernah lewat oleh liputan media-media yang ada di

Yogyakarta bahkan beberapa kali sempat dijadikan berita headline. Sebagai sarana penyedia informasi, media massa seharusnya obyektif dan independen

dalam menyebarkan berita. Ketepatan fakta dalam penyajian menjadi elemen

utama dalam berita.

Gambar 1.2 Berita Kasus Idham Samawi di Koran Kedaulatan Rakyat, tanggal 13 Maret 2015

Akan tetapi, di era industrialisasi ini media massa sebagai salah satu

penyedia informasi tidak bisa terlepas dari modal. Faktor pemilik modal

sangat berpengaruh pada berjalannya media tersebut. Konstruksi pemberitaan

media tidak terlepas dari ideologi media dan ideologi wartawan dari media

tersebut. Berita-berita yang ditulis oleh wartawan akan sangat dipengaruhi

oleh ideologinya, begitu juga ideologi media yang akan mempengaruhi

(18)

7 Hal tersebut tidak bisa dipungkiri karena media massa merupakan

rumah produksi pesan dalam relasi ekonomi kapital tidak dapat dilepaskan

dari ideologi dominan para pemilik media. Otoritas produksi pesan yang

terselubung dalam berita ada ditangan para pemilik media. Menurut James

Lull:

“Ideologi yang ditransmisikan melalui media dalam konteks politik -ekonomi-budaya sebagian diwakili oleh bahasa, diartikulsikan serta diiterprestasikan melalui bahasa berikut kode dan cara yang sangat cermat lainnya, termasuk bentuk visual dan musik yang kemudian diinterprestasikan lebih lanjut dan digunakan oleh orang-orang dalam interaksi social sehari-hari” dalam James Lull (1998:4)

Pengaruh pemilik modal terhadap produk berita dapat bersifat

subyektif dan menggiring opini yang cenderung memihak terhadap sebuah

kepentingan. Misalnya saja kejadian yang menimpa salah satu media utama

yang berada di kota Jogja yaitu Koran Kedaulatan Rakyat yang dilaporkan

oleh gerakan anti korupsi Yogyakarta kepada dewan pers terhadap beberapa

produk berita yang terkesan membela tersangka korupsi, walau diberitakan

bahwa pemimpin redaksi dari Koran Kedaulatan Rakyat Octo Lampito

membantah hal tersebut. (http://www.news.viva.co.id/news/read/610414-koran-kedaulatan-rakyat-diadukan-ke-dewan-pers.htmldiakses pada tanggal 8Juli 2015 pada pukul 20.39).

Kedaulatan Rakyat merupakan sebuah koran lokal yang tertua di

Yogyakarta. Kedaulatan Rakyat seharusnya bersifat independen tidak

memihak terhadap suatu kepentingan, walaupun terhadap sebuah produk

(19)

8 diketahui Idham Samawi merupakan Dewan Penasehat Koran Kedaulatan

Rakyat.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wahyuni Choiriyati, M.Si

berjudul Analisis Naratif Berita Kebijakan Pemerintah Periode 2013 pada

Media Online Gatra dan Tempo. Pada Seminar Nasional Komunikasi 2013

Wahyuni Choiriyati, M.Si menjelaskan konspirasi antara pemerintah dengan

pelaku usaha mungkin terjadi dalam sebuah kepemimpinan Negara. Pelaku

oligarki dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak

hanya sekedar elit minoritas yang menguasai dan mengendalikan konsentrasi

besar sumber daya material yang bisa digunakan untuk mempertahankan atau

meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi sosial eksklusifnya. Posisi oligarki

politik dalam hal ini pemerintah mengembangkan kepentingan utama elit

penguasa dalam berbagai realitas politik, terutama menyangkut kebijakan

politik dan ekonomi (Wahyuni, 2013:687).

Di sisi lain Tribun Jogja yang merupakan koran lokal daerah Jogja

memberikan sentuhan lain atas pemberitaan seputar penyalahgunaan dana

hibah yang dilakukan oleh Idham Samawi. Hal ini terlihat dari beberapa lead berita yang terkesan menyebarkan informasi untuk pengusutan agar

dituntaskan. Misalnya pada beberapa lead produk berita pada Tribun Jogja

“akan diperiksa, Idham belum hadir di KEJATI”, “tak kunjung tuntas kasus

idham samawi mengambang” dan “BPKP didesak segera audit dana hibah

(20)

9 Kasus yang dimulai pada tahun 2013 sejak ditetapkannya Idham

Samawi sebagai tersangka ini tidak kunjung selesai bahkan media massa

tidak lagi memberitakannya dalam kurun waktu yang cukup lama. Kemudian

pada bulan maret 2015 kasus korupsi Idham Samawi tersebut kembali muncul

di beberapa Koran lokal Yogyakarta dengan intensitas pemberitaan yang

cukup sering yaitu pada periode 12 sampai 28 Maret yang diberitakan secara

bersamaan oleh dua media lokal Yogyakarta yaitu Kedaulatan Rakyat dan

Tribun Jogja. Dari periode berita tersebut diatas, koran Kedaulatan Rakyat

dilaporkan ke Dewan Pers oleh Gerakan Anti Korupsi Yogyakarta karena

dinilai ada 13 pemberitaan yang memihak tersangka korupsi Idham Samawi

yang juga sebagai Dewan Penasehat Kedaulatan Rakyat. Dari penjabaran

yang dituliskan, peneliti mengajukan untuk melakukan penelitian terhadap

narasi pemberitaan korupsi sepakbola dalam Koran Kedaulatan Rakyat dan

Tribun Jogja pada periode 12 sampai 28 Maret 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka didapatkan

rumusan masalah penelitian “Bagaimana narasi tentang korupsi dana hibah

Persiba oleh Idham Samawi di Koran Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

bagaimana media Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja menarasikan berita

(21)

10 D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang peneliti lakukan adalah:

1. Manfaat secara akademis

Penelitian ini bermanfaat dalam menguji kemampuan peneliti

menerapkan teori-teori komunikasi dalam mengkaji kajian ilmu

komunikasi terutama metode penelitian naratif.

2. Manfaat secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai

cara media dalam menyampaikan berita. Sehingga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi khalayak sebagai media edukasi dan menjadi masukan

bagi kalangan pemilik media dalam membuat berita.

E. Kerangka Teori

1. Komunikasi Politik, Media, dan Sepakbola

Menurut Romli (2014:7) secara sederhana, komunikasi politik

(political communication) adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan

politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan,

pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai

sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru.

Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang

(22)

11 Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang kongkret

sebenarnya telah dilakukan oleh siapa saja mahasiswa, dosen, tukang ojek,

penjaga warung dan seterusnya. Tak heran jika ada yang menjuluki

Komunikasi Politik sebagai neogolisme, yakni ilmu yang sebenarnya tak lebih dari istilah belaka. Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental

dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu

pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam

analisis dan kajian komunikasi politik. Fungsi utama dari narasi adalah

membantu memaknai pelaporan pengalaman, hal itu dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu menghubungkan tindakan dan peristiwa dalam cara logis,

berurutan ataupun timbal balik dan dengan menyediakan elemen orang serta

tempat yang memiliki karakter yang tetap (Sobur, 2014:214).

Berbagai penilaian dan analisis orang awam berkomentar soal

kenaikan BBM, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.

Sebab, sikap pemerintah untuk menaikkan BBM sudah melalui proses

komunikasi politik dengan mendapat persetujuan DPR

- Gabriel Almond (1960) dalam Romli (2014:7): komunikasi politik adalah

salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik. “All of the

(23)

12 Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan yang

terjadi pada saat keenam fungsi lainnya itu dijalankan. Hal ini berarti

bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi sistem politik.

- communication (activity) considered political by virtue of its consequences

(actual or potential) which regulate human conduct under the condition of conflict (Dan Nimmo). Kegiatan komunikasi yang dianggap komunikasi politik berdasarkan konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang

mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik. Cakupan:

komunikator (politisi, profesional, aktivis) pesan, persuasi, media,

khalayak, dan akibat.

- Komunikasi politik merupakan salahsatu fungsi partai politik, yakni

menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan

mengaturnya sedemikian rupa “penggabungan kepentingan” (interest aggregation dan perumusan kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy. (Miriam Budiarjo).

- Jack Plano dkk. Kamus Analisa Politik: Penyebaran aksi, makna, atau

pesan yang bersangkutan dengan fungi suatu sistem politik, melibatkan

unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, peran dan lainnya.

Kebanyakan komunikasi politik merupakan lapangan wewenang

lembaga-lembaga khusus, seperti media massa, badan informasi pemerintah, atau

(24)

13 setiap lingkungan sosial, mulai dari lingkup dua orang hingga ruang kantor

parlemen.

- Mochtar Pabotinggi (1993) dalam Romli (2014:8) dalam praktek proses

komunikasi politik sering mengalami empat distorsi :

a. Distorsi bahasa sebagai “topeng”,‘adaeuphemism’ (penghalusan

kata), bahasa yang menampilkan sesuatu lain dari yang

dimaksudkan atau berbeda dengan situasi sebenarnya, bisa disebut

seperti diungkapkan Ben Anderson (1966) , “bahasa topeng”.

b. Distorsi bahasa sebagai “proyek lupa”, lupa sebagai sesuatu yang

dimanipulasikan, lupa dapat diciptakan dan direncanakan bukan

hanya atas satu orang, melainkan atas puluhan bahkan ratusan juta

orang.”

c. Distorsi bahasa sebagai “representasi” terjadi bila kita melukiskan

sesuatu tidak sebagaimana mestinya. Contoh: gambaran buruk

kaum muslimin dan orang Arab oleh media barat.

Sudah saatnya media menjalankan fungsinya dengan sebagaimana

mestinya. Media semestinya apabila menyampaikan suatu kebenaran harus

sesuai dengan kejadian yang faktual. Sebagaimana dikemukakan oleh

Rachmadi bahwa media adalah perpanjangan dan perluasan dari

kemampuan jasmani dan rohani manusia (Rachmadi, dalam Nurudin,

(25)

14 Namun dalam perkembangannya media saat ini sudah tidak

menjalankan fungsinya dengan sebagaimana mestinya. Sudah semestinya

jika media menyampaikan suatu kebenaran yang sesuai dengan

kenyatannya. Kesadaran itulah yang akhirnya memunculkan paradoks

terhadap media. Hal ini karena media sesungguhnya berada di tengah

realitas sosial yang syarat dengan berbagai kepentingan, konflik, dan fakta

yang kompleks dan beragam.

Media merupakan saluran yang dapat memberikan

pengaruh-pengaruh, baik positif maupun negatif. Bahkan, media juga dimanfaatkan

untuk megendalikan arah memberikan dorongan terhadap

perubahan-perubahan sosial-budaya, dan politik. Dalam kaitannya dengan politik,

media massa memberikan arena debat dan seperangkat saluran untuk

membuat kebijakan, kandidat, fakta, dan ide relevan yang terkenal, seperti

menyediakan alat bagi para politisi, kelompok kepentingan, dan agen

pemerintah untuk melakukan publisitas dan menanamkan pengaruh

(McQuail, 2011:4). Media justru bisa menjadi subjek yang mengkonstruksi

realitas berdasarkan penafsiran dan definisinya sendiri untuk disebarkan

kepada khalayak. Media berperan dalam mendefinisikan realitas.

Kelompok dan ideologi dominanlah yang biasanya lebih berperan dalam

hal ini.

Dalam hal ini, ada dua peran yang dimainkan media. Pertama,

media adalah sumber dari kekuasaan hegemonik, dimana kesadaran

(26)

15 dimana lewat media mereka yang berkuasa dapat memupuk kekuasaannya

agar tampak absah, dan memang seharusnyalah seperti itu. Proses

semacam itu melibatkan sesuatu usaha pemaknaan yang terus-menerus

yang di antaranya dilakukan lewat pemberitaan, sehingga khalayak tanpa

sadar terbentuk kesadarannya tanpa paksa. Disini pemberitaan tertentu

tidak dianggap sebagai bias atau distorsi tetapi semata sebagai akibat dari

ideologi tertentu dari media tersebut. Kecenderungan atau ideologi itulah

yang menentukan bagaimana fakta itu dipahami, fakta apa yang diambil

dan mana yang dibuang. Semua proses ini dipandang sebagai konsekuensi

dari ideologi, bukan sebagai bias atau kesalahan wartawan.

Distorsi bahasa sebagai “ideologi”. Ada dua perspektif yang

cenderung menyebarkan distorsi ideologi. Pertama, perspektif yang

mengidentikkan kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang –

monopoli politik kelompok tertentu. Kedua, perspektif yang semata-mata

menekankan tujuan tertinggi suatu sistem politik. Mereka yang menganut

perspektif ini hanya menitikberatkan pada tujuan tertinggi sebuah sistem

politik tanpa mempersoalkan apa yang sesungguhnya dikehendaki rakyat.

Komunikasi merupakan aktifitas yang tidak bisa terpisahkan dari

keseharian manusia di berbagai bidang. Termasuk dalam kegiatan politik,

komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Komunikasi politik

adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor

politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintah, dan kebijakan

(27)

16 Sementara McNair dalam Junaedi (2013:26) mengatakan

komunikasi politik adalah komunikasi tentang politisi dan aktivitasnya

seperti yang ada di berita-berita, editorial dan bentuk-bentuk diskusi lain

tentang politik. Komunikasi politik digunakan para pelaku politik untuk

menyampaikan pesan-pesan politiknya guna mencapai sebuah tujuan

tertentu. Sedangkan dilihat dari sisi kegunaannya, menurut Kantaprawira

dalam Muhtadi (2008:30) Komunikasi Politik berguna untuk

menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat, baik

pikiran intra golongan, institut, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik

masyarakat dengan sektor pemerintahan. Pemerintah membutuhkan

informasi tentang apa yang terjadi pada masyarakatnya dan sebaliknya

rakyat juga membutuhkan informasi tentang apa yang dikerjakan oleh

pemerintah.

Dewasa ini di era modern, seperti yang sering kita lihat bahwa

nafas politik sudah masuk kedalam berbagai kelompok masyarakat untuk

memanfaatkan massa dari kelompok tersebut. Pemanfaatan massa ini tidak

terlepas dari tujuan komunikasi politik, dimana tujuan dari komunikasi

politik adalah untuk mempengaruhi khalayak (McNair dalam Junaedi,

2011:7). Dituturkan juga oleh Miftakhul F.S bahwa sepakbola bukan lagi

sebagai bentuk permainan saja. Tidak melulu tentang urusan menendang

dan menyundul bola. Ada gairah lain di dalamnya. Tentang identitas, juga

(28)

17 Tidak bisa dipungkiri bahwa suatu kelompok yang memiliki massa

yang cukup banyak akan menjadi ladang bagi para politisi dalam usaha

mereka meraih dukungan publik. Sepakbola adalah olahraga paling

popular di dunia ini yang digemari oleh ribuan orang. Para pendukung tim

sepakbola tidak akan segan-segan memenuhi stadion untuk menyaksikan

tim kebanggaan mereka bertanding. Indonesia adalah salah satu Negara

yang mayoritas penduduknya menyukai sepakbola, dimana stadion megah

sekelas Gelora Bung Karno (GBK) selalu penuh sesak penonton atau

suporter yang rela berdesakan ketika menyaksikan Tim Indonesia

bertanding. Maka dari itu sepakbola adalah salah satu olahraga yang

digunakan oleh para politisi untuk menarik perhatian dan minat

masyarakat terhadap mereka.

Sepakbola dalam konteks komunikasi politik telah menjadi media

gratis (free media) yang digunakan para politisi. Free media dalam komunikasi politik telah menjadi pilihan para aktor politik, dimana kita

merujuk pada space dimana pelaku politik dapat memperoleh ekspos tanpa

harus membayar (McNair dalam Junaedi, 2011:7). Penggunaan free media

ini banyak digunakan oleh pelaku politik karena dianggap bisa lebih

bermakna daripada iklan politik yang direkayasa. Di Indonesia,

pemanfaatan sepakbola sebagai media komunikasi politik bisa dilihat dari

penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk

membiayai klub yang berlaga di Liga Indonesia. Para kepala daerah

(29)

18 berlaga di Liga Indonesia (Junaedi, 2014:95). Dengan demikian secara

tidak langsung media akan mengekspos, semakin sering berita tersebut

muncul di media maka popularitas akan tercipta dengan sendirinya.

Dalam pemberitaan media sehari-hari tidak kita sadari bahwa

banyak politisi yang menggunakan media massa sebagai alat untuk

menarik simpati masyarakat. Susilo Bambabg Yudhoyono (SBY) pada 28

Mei 2011, SBY mendapatkan pesan singkat SMS (Short Message Service)

dari nomor tidak dikenal yang mengatasnamakan Nazaruddin. Pada saat

itu SBY dan Staf nya mengkomunikasikan peristiwa tersebut melalui

media massa secara berlebihan. Pemberitaan media tersebut secara tidak

langsung telah menjadi alat komunikasi politik untuk menarik simpati

publik kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ekspos bagi

politisi dibangun atas awareness dari audiens yang keliatan lebih ‘hidup’, sesuatu yang lebih bermakna daripada iklan politik yang direkayasa

(manufactured) (McNair dalam Junaedi, 2011:7).

2. Narasi dalam Teks Berita

Narasi selama ini selalu dikaitkan dengan sebuah dongeng atau

cerita fiktif yang ditulis dalam bentuk novel, prosa, puisi, dan drama.

Maka dari itu analisis narasi sering digunakan untuk mengkaji cerita fiksi.

Padahal, narasi juga bisa dikaitkan dengan cerita yang berdasarkan pada

fakta seperti berita (Eriyanto, 2013: 5). Narasi berasal dari bahasa latin

(30)

19 berkaitan dengan upaya untuk memberitahukan peristiwa atau sesuatu

(Eriyanto, 2013:1). Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kapada pembaca suatu peristiwa

yang telah terjadi” (Keraf, 2010:136). Peristiwa-peristiwa diceritakan atau

dinarasikan narrator melalui perbuatan dan tindakan keduanya terjadi

dalam suatu rangkaian waktu.

Sementara dalam buku Eriyanto (2013:1) beberapa ahli memiliki

definisinarasi yang berbeda, antara lain:

Girard Ganette: Representation of events or off asequence of events”

Representasi dari sebuah peristiwa atau rangaian Peristiwa-peristiwa

Gerald Prince: “The representation of ine or more real or fictive events communicated by one, two, or several narator to one, two, or several narrates”

Representasi dari satu atau lebih peristiwa nyata atau fiktif tang dikomunikasikan oleh satu, dua atau beberapa narator untuk satu, dua atau beberapa narasi.

Porter Abbott: “Representation of events, consisting of story and narrative discourse, story is an events or sequence of events (the action) and narrativediscourse is those events as represented Representasi dari peristiwa-peristiwa, memasukkan cerita dan wacana naratif, dimana cerita adalah peristiwa-peristiwa atau rangkaian peristiwa (tindakan) dan wacana naratif adalah peristiwa sebagaimana ditampilkan.

Menurut John Hartley dalam Eriyanto (2002:131), narasi berita

hampir mirip dengan sebuah novel atau fiksi. Di sana ada pahlawan dan

ada pula penjahat. Seperti juga dalam cerita fiksi, pahlawan baru ada kalau

ada penjahat, demikian juga penjahat harus ada pahlawan yang akan

(31)

20 mengandaikan ada dua belah pihak yang ditampilkan oleh media. Media

selalu punya kecenderungan untuk menampilkan tokoh dua sisi, untuk

dpertentangkan diantara keduanya. Teks berita, kalau dibedah dari sudut

narasinya terdapat dua sisi yang saling bertolak belakang (oposisi).

Menurut Stokes narasi adalah sebuah komponen yang selalu

dikandung setiap media dan bentuk kultural apa pun. Dorongan untuk

menarsikan muncul dalam tanggapan-tanggapan manusia pada dunia kita

tidak bisa menghindarinya, kita menafsirkan dunia melalui narativisasi.

Narasi juga menyampaikan ideologi sebuah budaya, dan merupakan cara

yang di dalamnya nilai-nilai dan ideal-ideal direproduksi secara kultural

(Stokes, 2007:73). Karena itu analisis naratif kerap digunakan untuk

membongkar maksud ideologis sebuah karya. Mengenai narasi, secara

khusus Fisher menyatakan, bahwa:

“Ketika saya menggunakan istilah narasi, saya tidak memaksudkan

sebuah karangan fiktif yang posisinya mungkin benar atau salah dan tidak memiliki hubungan yang penting dengan pesan dari komposisi itu. Dengan istilah ’narasi’ saya memaksudkan sebuah tindakan simbolik kata-kata dan atau tindakan yang memiliki urutan dan makna bagi mereka yang hidup, menciptakan atau

menginterpretasikan mereka” (Fisher, 1987:58 dalam West dan

Turner, 2008: 51).

a. Karakteristik Narasi

Berita merupakan teks narasi yang sudah semestinya berita

memenuhi syarat-syarat sebagai narasi. Pertama, narasi terdiri dari

rangkaian peristiwa. Sebuah narasi terdiri lebih dari dua peristiwa,

(32)

21 dirangkai menjadi sebuah cerita. Berarti sangat tidak mungkin narasi

terdiri dari satu peristiwa saja.

Kedua, rangkaian peristiwa tersebut tidaklah acak, tetapi

mengikuti logika tertentu, urutan atau sebab akibat tertentu sehingga

dua peristiwa berkaitan secara logis. Jadi sebuah kalimat yang memiliki

lebih dari dua peristiwa tetapi tidak berkaitan atau hubungan sebab

akibat, maka kalimat tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai narasi.

Ketiga, narasi bukanlah memindahkan peristiwa ke dalam

sebuah teks cerita. Dalam narasi selalu terdapat proses pemilihan dan

penghilangan bagian tertentu dari peristiwa. Bagian mana yang

diangkat dan bagian mana yang dibuang dalam narasi, berkaitan dengan

makna yang ingin disampaikan atau jalan pikiran yang hendak

ditampilkan oleh pembuat narasi.

b. Struktur Narasi Teks Berita

Struktur narasi yang saat ini umum digunakan adalah struktur

yang dikemukakan oleh ahli sastra dan budaya asal Bulgaria, Tzvetan

Todorov. Menurut Todorov, narasi memiliki struktur dari awal hingga

akhir. Narasi diawali oleh keteraturan, kondisi yang tertib, keteraturan

tersebut berubah menjadi kekacauan akibat dari tindakan seorang tokoh

dan narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan (Eriyanto, 2013:47).

(33)

22 Sedangkan dalam perkembangannya, Nick Lacey

mengembangkan stuktur dari Tzevetan Todorov, dari tiga bagian

menjadi lima bagian. Modifikasi terutama terletak pada bagian antara

gangguan ke equilibrium, yaitu adanya kesadaran akan adanya gangguan dan adanya upaya untuk menyelesaikan masalah.

1) Kondisi keteraturan

Narasi umumnya diawali dengan keadaan normal, kondisi

keteraturan dan ketertiban. Keteraturan atau ketertiban tempat yang

menjadi setting film tersebut.

2) Gangguan terhadap keteraturan

Tahap selanjutnya adalah adanya gangguan dari tokoh dalam

cerita tersebut. Tokoh tersebut merusak keteraturan yang ada.

3) Kesadaran akan adanya gangguan

Tahap ini adalah tahap dimana gangguan yang dirasakan

semakin besar dan dampaknya semakin dirasakan. Gangguan

mencapai titik puncak (klimaks).

4) Upaya untuk memperbaiki gangguan

Pada tahap ini, sosok pahlawan dikenalkan.Sosok tersebut

hadir untuk memperbaiki kondisi. Dalam tahap ini, upaya untuk

(34)

23 5) Pemulihan menuju keseimbangan

Tahap ini adalah bagian terakhir dari narasi, dimana gangguan

bisa diatasi dan kekacauan yang muncul dapat diselesaikan sehingga

keteraturan tercipta kembali.

Struktur narasi ini di mulai dengan menceritakan keadaan yang

normal dan tertib. Kondisi ini berubah ketika ada gangguan terhadap

ketertiban tersebut. Selanjutnya, gangguan itu mulai dirasakan dan

muncul kesadaran akan adanya gangguan. Tahap selanjutnya adalah

adanya upaya untuk memperbaiki keadaan. Tahap terakhir adalah

dimana keseimbangan telah pulih kembali.

Dalam teks berita juga menggunakan struktur narasi dimana

penulisan berita melewati suatu tahapan, dari kondisi awal, terjadinya

gangguan sampai upaya untuk mengatasi gangguan sehingga kondisi

awal tercipta kembali (Eriyanto, 2013:53)

Lacey juga berpendapat berita media mengikuti kaidah struktur

narasi. Seperti juga dalam teks fiksi, teks berita juga ditandai dengan

adanya gangguan atau konflik. Gangguan tersebut dalam berita yang

sering disebut dengan nilai berita. Suatu peristiwa memiliki nilai berita

ketika dalam peristiwa tersebut terdapat unsur konflik. Dengan kata

lainjika peristiwa tersebut biasa-biasa saja maka peristiwa tersebut

(35)

24 Berbeda dengan narasi fiksi yang ditandai dengan adanya

gangguan kemudian tercipta keseimbangan seperti kondisi awal. Dalam

berita suatu peristiwa tidak selalu terjadi keseimbangan atau

penyelesaian. Berita bisa jadi hanya berupa gangguan yang memuncak.

Namun dalam teks berita, penyelesaian dari suatu peristiwa bisa

menjadi awal dari masalah baru. Dalam narasi fiksi, cerita berakhir

setelah misi tercapai, keseimbangan bisa diciptakan kembali.

Sebaliknya dalam narasi berita penyelesaian dari suatu peristiwa bisa

menjadi awal dari masalah atau gangguan (disruption) baru (Eriyanto,

2013:54).

Berita juga memiliki unsur yang membedakan dengan teks

narasi lainnya dimana unsur tersebut juga tidak terdapat pada teks

narasi fiksi. Tanpa adanya unsur tersebut maka sebuah teks tidak bisa

dikatakan sebagai teks berita. Dimana unsur tersebut sering disebut

dengan 5W+1H (What, Who, Where, When, Who dan How)

1) What (Apa)

Pertanyaan “Apa” digunakan untuk menuliskan kejadian apa

yang terjadi dan yang akan digunakan wartawan untuk

mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan sebuah kejadian

2) Who (Siapa)

Pertanyaan ini digunakan oleh wartawan untuk menuliskan

(36)

25 3) Where (Dimana)

Dalam sebuah berita harus dituliskan dengan detil dimana

suatu kejadian terjadi. Namun jika terjadi di tempat yang terkenal

tidak perlu dijelaskan secara detil.

4) When (Kapan)

Pertanyaan tersebut digunakan untuk mencari tahu waktu

kejadian yang akan dituliskan oleh wartawan secara jelas hari,

tanggal, jam bahkan menit.

5) Why (Mengapa)

Digunakan untuk menjelaskan latar belakang sebuah kejadian.

Biasa digunakan untuk pembuka berita atau menjadi lead berita.

6) How (Bagaimana)

Bagian ini yang akan digunakan oleh wartawan untuk

menjelaskan alur sebuah kejadian bahkan bisa juga menggambarkan

suasana pada saat kejadian tersebut berlangsung.

c. Unsur Narasi

Eriyanto (2013:15) menjelaskan, terdapat tiga unsur narasi yaitu

cerita (story), alur (plot), waktu (time)

1) Cerita (Story)

Urutan kronologis dari suatu peristiwa secara utuh (dari awal

sampai akhir) yang ditampilkan secara berurutan, dimana cerita

tersebut bisa ditampilkan dalam bentuk teks atau bisa juga dalam

(37)

26 2) Alur (Plot)

Alur merupakan apa yang ditampilkan dalam sebuah teks

secara eksplisit dan urutan peristiwa dapat dibolak-balik. Hal ini

dilakukan oleh pembuat cerita untuk membuat narasi menjadi lebih

menarik dan membuat pesan tersebut tersampaikan dengan baik dan

jelas. Menurut Siswanto (2008:159) “Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin sebuah cerita”.

3) Waktu (Time)

Sebuah peristiwa yang terjadi dalam jangka waktu lama

disajikan dalam keterbatasan sebuah teks. Dalam analisis naratif

nantinya akanterlihat perbandingan waktu aktual dengan waktu ketika

peristwa disajikan dalam sebuah teks.

d. Narator

Ketika berbicara tentang narasi maka akan menemukan istilah

narator. Narator adalah orang atau tokoh yang menceritakan sebuah

peristiwa atau kisah (Eriyanto, 2013:113). Sedangkan menurut Pristanto

(2010:27) mengatakan bahwa narator dapat dipahami sebagai juru cerita

dan posisi narator dapat berada di luar dan juga di dalam cerita

Terdapat dua istilah narator berdasarkan hubungannya dengan

pengarang, yakni narator dramatis dan tidak dramatis. Narator dramatis

adalah narator yang menceritakan pengarang sebagai bagian dari kisah

(38)

27 menceritakan narasi dan pengarangnya tidak mempunyai keterkaitan antar

cerita.

Narasi berita sebagian besar mengambil format narasi non dramatis

(undramatized narrator). Jurnalis berada diluar peristiwa, meliput dan

memberikan peristiwa untuk disampaikan kepada khalayak. Jurnalis tidak

terlibat atau menjadi bagian dari peristiwa yang diberitakan. Meskipun

demikian, saat ini banyak sekali liputan media (terutama televisi) yang

mengambil format narasi dramatis (dramatized narrator). Jurnalis secara

sengaja masuk ke dalam peristiwa yang diberitakan, sehingga khalayak

kemudian melihat jurnalis menjadi bagian atas peristiwa yang diberitakan.

F. Metodelogi

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Narasi Pemberitaan Korupsi

Sepakbola dalam Koran Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja” ini, peneliti

akan menggunakan metode penelitan analisis naratif kualitatif yang

mengunakan teks sebagai bahan dari analisis. Penelitian kualitatif

memusatkan perhatian kepada prinsip prinsip umum yang mendasari

perwujudan sebuah makna dan gejala-gejala sosial dalam masyarakat

(Bungin, 2007: 302)

Penelitian analisis naratif ini digunakan oleh peneliti karena dinilai

memiliki beberapa kelebihan, analisis naratif dapat membantu kita

(39)

28 disebarkan dalam masyarakat. Analisis naratif juga membantu kita

memahami bagaimana dunia social dan politik diceritakan dalam

pandangan tertentu yang dapat membantu kita mengetahi kekuatan dan

nilai social yang dominan dalam masyarakat. Kemudian analisis naratif

memungkinkan kita menyelidiki hal-hal yang tersembungi dan laten dari

suatu teks media. Selain itu yang terakhir yaitu analisis naratif bisa

membantu kita merefleksikan kontinuitas dan perubahan komunikasi

(Erianto 2013:10). Selain itu, penggunaan anlisis naratif dalam penelitian

ini karena kita juga dapat memperoleh banyak masukan terutama

bagaimana cara narator teks narasi berita menyajikan atau menceritakan

fakta kepada khalayak. Maka dengan menggunakan analisis naratif ini

nantinya diharapkan dapat menemukan bagaimana media menarasikan

sebuah fakta kasus korupsi sepakbola Idham samawi menjadi sebuah

berita yang akan disajikan ke khalayak.

Menurut Algirdas Greimas, analisis naratif dapat dilakukan dengan

menganalisis karakter menggunakan model aktan. Greimas

menganalogikan narasi sebagai suatu struktur makna (semantic structure).

Mirip sebuah kalimat yang terdiri atas rangkaian kata-kata, setiap kata

dalam kalimat menempati posisi dan fungsi masing-masing (sebagai

subjek, objek, predikat, dan seterusnya). Kata satu dengan yang lain

mempunyai relasi sehingga membentuk kasatuan yang koheren dan

(40)

29 2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan Koran

Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja pada pemberitaan Idham Samawi

dalam kasus Dana Hibah Persiba. Kedua media ini memiliki sentuhan

yang berbeda dalam mengemas berita terhadap kasus tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Penelitian ini dilakukan dengna menggunakan observasi melalui

berita dalam Koran Kedaulatan rakyat dan Tribun Jogja dalam

pemberitaan Idham Samawi dalam kasus dana hibah Persiba sehingga

nantinya dapat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana kedua

media tersebut menyajikan atau menceritakan berita tersebut dalam teks

narasi berita.

b. Studi Pustaka

Teknik ini merupakan cara mengumpulkan data yang dilakukan

dengan kategorisasi dan klasifikasi bahan bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari sumber dokumen

maupun buku-buku, Koran, majalah, dan tulisan-tulisan lain yang

diambil dari situs internet.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses mengatur, mengurutkan,

(41)

30 sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan

data tersebut. Analisis data berguna untuk mereduksi kumpulan data

menjadi bentuk yangdapat dipahami dan dimengerti secara logis, sehingga

fokus studi dapat diuji dan dijawab dengan cermat dan teliti.

Dalam penelitian mengenai “Narasi Pemberitaan Korupsi

Sepakbola dalam Koran Kedaulatan Rakyat Dan Tribun Jogja” ini, analisis

data menggunakan analisis naratif Algirdas Greimas dengan menggunakan

karakter model aktan serta melihat struktur dan unsur dari sebuah narasi.

a. Struktur dan Unsur Narasi

Tahapan dalam melakukan analisis dengan struktur narsi ini

peneliti akan menulis peristiwa yang terkandung dalam berita. Dengan

melihat peristiwa yang terkandung dalam berita, peneliti akan

menentukam peristiwa mana yang menempati setiap babak atau tahapan

dalam narasi tersebut dan siapa saja yang terlibat di dalamnya, mulai

dari kondisi awal keseimbangan (equilibrium) kemudian sampai adanya

gangguan (disruption) dan gangguan mencapai ekskalasi yang

memuncak. Setelah itu dari struktur dan analisis narasi ini peneliti akan

menarik kesimpulan.

Setelah menganalisis dengan struktur narasi, peneliti akan

melanjutkan analisis berita Idham Samawi ini dengan unsur narasi.

Menganalisis unsur narasi berita tersebut juga harus melewati beberapa

tahapan. Pertama, peneliti akan memperhatikan kembali

(42)

31 Kemudian dilanjutkan dengan menuliskan cerita yang ada di dalam

narasi yaitu dengan cara mengurutkan secara kronologis rentetan

peristiwa tersebut dan membedakan plot/alur yang ada pada teks.

Selanjutnya peneliti akan menganalisis perbandingan waktu aktual

dengan waktu yang ada di dalam teks, yaitu dengan menganalisis tiga

durasi (cerita, plot, dan teks).

b. Model Aktan

Analisis naratif dengan menggunakan model aktan ini dengan

melihat posisi peran atau karakter-karakter yang ada dalam sebuah

narasi. Analisis model aktan juga akan melihat relasi antar karakter

sehingga membentuk sebuah peristiwa, dimana peristiwa tersebut

memiliki makna yang merupakan hasil temuan penelitian. Analisis

model aktan akan membagi karakter menjadi enam yaitu,

Subjek : Peran utama yang mengarahkan jalannya cerita. Posisi subjek diidentifikasi dari porsi terbanyak dalam sebuah

cerita.

Objek : tujuan yang ingin dicapai oleh subjek, dapat berbentuk orang, keadaan, atau kondisi yang dicita-citakan.

Pengirim : Penentu arah yang menentukan nilai dan arah dalam sebuah narasi. Umumnya tidak bertindak secara langsung,

hanya memberikan perintah atau aturan kepada tokoh

(43)

32 Penerima : memiliki fungsi sebagai pembawa nilai dari pengirim. Fungsi ini mengacu pada objek tempat dimana pengirim

menempatkan nilai atau aturan dalam cerita.

Pendukung: Berperan sebagai pendukung subjek dalam usahanya mencapai objek

Penghalang: Kebalikan dari pendukung, perannya adalah sebagai penghambat subjek dalam mencapai objek.

Pengirim Objek Penerima

Pendukung Subjek Penghambat

Bagan 1.2 Skema model aktan Algirdas Greimas (dalam Eriyanto, 2013: 96)

Setelah melihat dan menempatkan karakter di posisinya

masing-masing dengan model aktan, kemudian peneliti akan melihat relasi

antar karakter. Secara sederhana, Greimas membagi dalam tiga relasi.

Pertama, relasi struktural antar subjek versus objek, yang disebut

dengan sumbu keinginan. Kedua, relasi antar pengirim versus penerima,

yang disebut sebagai sumbu pengiriman, pengirim memberikan nilai,

aturan, atau perintah, agar objek berhasil dicapai oleh subjek. Ketiga

yaitu relasi struktural antara pendukung versus penghambat, relasi ini

(44)

33 membantu subjek agar bisa mencapai objek, sebaliknya penghambat

akan melakukan sesuatu untuk mencegah objek.

5. Tahap Analisis

Dalam penelitian “Narasi Pemberitaan Korupsi Sepakbola dalam

Koran Kedaulatan Rakyat Dan Tribun Jogja” ini peneliti akan

menganalisis melalui beberapa tahap. Pertama peneliti akan membaca

memahami isi dari berita Idham Samawi di koran Kedaulatan Rakyat dan

Tribun Jogja kemudian menuliskan peristiwa yang terjadi dalam Koran

tersebut, lalu menganalisis struktur dan unsur narasi di dalamnya.

Setelah mendapatkan struktur dan unsurnya, peneliti melanjutkan

analisis karakter dengan model aktan untuk menjelaskan bagaimana posisi

tiap karakter dalam berita, serta hubungan karakter satu dengan karakter

(45)

34 BAB II

GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

A. Penelitian Terdahulu

Dalam bab ini peneliti ingin menjelaskan penelitian-penelitian

terdahulu tentang pemberitaan kasus korupsi dalam berita media massa.

Beberapa penelitian ini memiliki latar belakang masalah yang

berbeda-beda.

Penelitian yang pertama akan peneliti jabarkan yaitu tentang

Analisis Framing Pemberitaan Kasus Gayus Tambunan di Republika dan Media Indonesia Edisi November. Penelitian ini dilakukan oleh Ririn Restu Utami, mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011.

Penelitian tersebut hendaknya ingin mengetahui bagaimana cara

Republika dan Media Indonesia membingkai pemberitaan mengenai kasus

Gayus Tambunan. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa

Republika dan Media Indonesia mempunyai cara yang berbeda dalam

mengkonstruksikan kasus dari fakta yang ada, Republika tidak

mengembangkan dugaan yang muncul di masyarakat. Dalam menanggapi

adanya dugaan keterlibatan Abu Rizal Bakrie di balik kasus Gayus.

Sementara itu, Media Indonesia terlihat mengkonstruksi pembaca dengan

dugaan-dugaan yang dikembangkan dalam beritanya. Media Indonesia

(46)

35 Indonesia terlihat menggiring Pembaca pada Kemungkinan adanya

keterlibatan Abu Rizal Bakrie. Selain itu, Media Indonesia Menilai

Pemerintah di bawah presiden SBY telah mempolitisasi Kasus ini dengan

keberadaan Satgas.

Penelitian kedua yaitu tentang Pemberitaan Kasus Korupsi Objektivitas Pemberitaan Kasus Dugaan Presiden PKS Luthif Hasan Ishaaq Pada harian Republika dan Harian Media Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh Yuwanita Sari mahasiswi Ilmu Komunikasi

dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

pada tahun 2013. Penelitian tersebut hendaknya untuk menganalisis

bagaimana bingkai pemberitaan kasus korupsi presiden PKS Luthfi Hasan

Ishaaq di harian Republika dan Harian Media Indonesia. Hasil dari

penelitian ini menunjukan perbedaan yang signifikan dari kedua media

tersebut dalam menonjolkan berita dan menempatkan informasi yang lebih

daripada yang lain. Dimulai dari cara wartawan menyusun, mengisahkan,

menuliskan hingga menekankan fakta. Harian Republika mendukung

bahwa Luthfi memang bersalah, namun kehati-hatian Republika terlihat

dengan tidak begitu memihak sebelah hanya di pemberitaan Luthfi saja.

Republika menganggap KPK telah menjalankan tugasnya dengan benar,

namun pihak PKS juga menelusuri kasus ini secara pandangnanya sendiri,

di Republika lebih menekankan bahwa PKS harus banyak berbenah atas

kasus Luthfi Hasa Ishaaq ini. Selain pemilihan judul yang dimuat, harian

(47)

36 koherensi, leksikon dalam penulisan juga tidak terlalu banyak dalam

penulisan beritanya.

Sedangkan Harian media Indonesia memuat berita-berita yang

menekankan Luthfi memang bersalah dan mendukung penuh atas kerja

KPK, melihat dari judul-judul yang diangkat dan alasan mengapa Luthfi

Hasan Ishaaq ditahan oleh KPK. Di sini Media Indonesia juga

menganggap bahwa Luthfi hanya bagian dari permainan PKS. Harian

Media Indonesia melengkapi naskah beritanya dengan kutipan narasumber

langsung yang berkompeten dalam kasus ini, serta menempatkan kasus ini

juga pada halaman depan atau headline.

Diharapkan dengan mempelajari beberapa penelitian di atas, dapat

menambah referensi bentuk serta pengetahuan lain peneliti mengenai

penelitian narasi sehingga dapat membantu proses analisis data dalam

penelitian. Selain itu dibandingkan dengan kedua penelitian yang telah

dipaparkan di atas, penelitian yang peneliti lakukan saat ini memiliki

beberapa perbedaan, pada penelitian yang pertama memiliki perbedaan pada media yang diteliti. Dimana penelitian tersebut meneliti pemberitaan

korupsi pada media massa dengan metode framing tentu akan berbeda

dengan narasi dalam sebuah berita seperti yang peneliti sedang teliti saat

ini. Dalam penelitian ini sama-sama meneliti pemberitaan korupsi pada

(48)

37

B. Surat Kabar Kedaulatan Rakyat

1. Sejarah Surat Kabar Kedaulatan Rakyat

Surat Kahar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat atau bisa disebut

Kedaulatan Rakyat (KR) merupakan salah satu surat kabar yang didirikan

oleh wartawan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, Samawi dan M.

Wonohoto di kota Yogyakarta. SKH Kedaulatan Rakyat terbit setiap hari

kecuali pada hari libur nasional atau hari besar keagamaan khususnya

agama yang resmi diakui pemerintah Indonesia seperti hari besar agama

Islam, Kristen, Hindu, Buda, dan Konghucu. SKH Kedaulatan Rakyat

berdiri pada tanggal 27 September tahun 1945 kurang lebih 40 hari sejak

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan pada 17

Agustus 1945 (Yudha, 1996:7).

Sejarah berdirinya SKH Kedaulatan Rakyat tidak lepas dari

perjuangan bangsa Indonesia dalam menggelorakan semangat

kemerdekaan untuk mempertahankan Negara dari ancaman penjajah. SKH

Kedaulatan Rakyat banyak membantu mendorong perjuangan Indonesia

melawan penjajahan Belanda. Dengan misi untuk memperjuangkan dan

menyuarakan rakyat yang berdaulat. Maka tak heran jika sejarah panjang

tersebut kemudian SKH Kedaulatan Rakyat disebut sebagai koran sejarah.

koran perjuangan, dan koran tertua.

Penggunaan nama Kedaulatan Rakyat ini memiliki sejarah

(49)

38 (sekarang menjadi hotel Garuda sayap Selatan). Tidak lama kemudian dari

tahun berdirinya, kantor tersebut dirampok oleh Jepang. Kemudian oleh

Jepang dijadikan sebagai kantor penerbitan Koran yang diberi nama Sinar

Matahari yang bertahan selama tiga tahun. Setelah Setya Tama kembali direbut dari tangan Jepang. Kemudian tepat pada tanggal 27 September

1945 berganti nama menjadi “Kedaulatan Rakyat” nama ini dicetuskan

oleh Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo. Pemberian nama tersebut

dipertimbangkan dan disesuaikan dengan keinginan rakyat yang dijajah

Belanda ratusan tahun. Istilah kedaulatan rakyat juga tercantum dalam

akhir alenia ke- IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “yang

berbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan

rakyat dengan berdasar kepada Pancasila.

Keberadaan Surat Kabar Kedaulatan Rakyat pun disambut baik

oleh masyarakat Yogyakarta. Hal ini terbukti dari terjual habisnya 2.000

eksemplar Surat Kabar Kedaulatan Rakyat di hari pertama berdirinya,

3.000 eksemplar di hari kedua, dan 4.000 eksemplar di hari ketiga. SKH

Kedaulatan Rakyat ini memiliki semboyan sebagai, Suara Hati Nurani Rakyat, semboyan tersebut diharap dapat membawa amanat rakyat yang mewakili Suara Hati Nurani Rakyat. Saat ini SKH Keadulatan Rakyat

beralamatkan di jalan P. Mangkubumi 40-42 Yogyakarta. Koran ini

dianggap sebagai Koran yang memiliki pengaruh besar di Yogyakarta dan

(50)

39 2. Struktur Organisasi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat

Struktur Organisasi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat di awal berdiri:

Pemimpin Umum : Bramono

Pemimpin Redaksi : Soemantoro

Wakil Pemred : Samawi

Staf Redaksi : Djojosoepadmo dan Mardisisworo

Struktur Organisasi Surat Kabar Kedaulatan Rakyat di tahun 2014:

Penasihat : Drs HM Idham Samawi

Direktur Utama : Dr Gun Nugroho Samawi

Direktur Keuangan : Imam Satriadi, SH

Direktur Pemasaran : Fajar Kusumawardhani, SE

Direktur Produksi : H.M. Wirmon Samawi, SE MIB

Direktur Litbang : Sugeng Wibowo, SH

Pemimpin Redaksi : Drs Octo Lampito, Mpd

Wakil Pemred : Drs H Ahmad Luthfie

Ronny Sugiantoro, SPd SE MM

Redaktur Pelaksana : Drs Hudono SH

Joko Budhiarto

Mussahada

Manajer Sirkulasi : Purwanto Hening Widodo, Bsc

(51)

40 C. Surat Kabar Tribun Jogja

1. Sejarah Surat Kabar Tribun Jogja

Perusahaan Kompas Gramedia (KG) didirikan oleh Petrus Kanisius

Ojong dan Jakoeb Oetama pada tanggal 28 Juni 1965. PT. Media Tribun

Jogja merupakan salah satu anak perusahaan dari Kompas Gramedia (KG).

Kompas Gramedia mempunyai dua jenis surat kabar berdasarkan isi

beritanya, yakni surat kabar Nasional dan surat kabar lokal. Surat kabar

yang bersifat nasional adalah KOMPAS dan surat kabar yang berbasis

lokal atau regional adalah tribun Network dan Warta (Company Profile

Tribun Jogja, 2012).

Tribun Network merupakan Group Of Newspaper Kompas

Gramedia. Salah satunya adalah PT Media Tribun Yogya yang

mempunyai produk surat kabar bernama Tribun Jogja. Tribun Jogja

merupakan salah satu anggota dari Tribun Network. Tribun Network

sendiri memiliki surat kabar yang tersebar luas di 18 propinsi di Indonesia,

yaitu di Sumatera terdapat Serambi Indonesia (Aceh), Sriwijaya Pos

(Palembang), Bangka Pos (Bangka Belitung), Tribun Batam (Batam),

Tribun Pekan Baru (Riau), Tribun Jambi (Jambi), dan Tribun Lampung

(Lampung). Di Pulau Jawa terdapat Tribun Jabar (Bandung), Harian Surya

(Surabaya) dan Tribun Jogja (Yogyakarta).Di Kalimantan terdapat

Banjarmasin Post (Kalimantan Selatan), Tribun Kaltim (Kalimantan

Timur) dan Tribun Pontianak (Kalimantan Barat).Di Sulawesi yaitu

(52)

41 Tenggara Timur yaitu Pos Kupang (Kupang) (Company Profile Tribun

Jogja, 2012).

PT. Media Tribun Yogja hadir di kota Yogyakarta pada tahun

2010. Nama Tribun dicetuskan pertama kali oleh para pemimpin di PT

Indo Persda Prima Media yakni induk Tribun di seluruh daerah. PT inilah

yang melahirkan nama Tribun di bawah naungan Kompas Gramedia. PT

Indo Persada Prima Media Group ini yang mengelola usaha-usaha koran

daerah tergantung posisi masing-masing.

Filosofi nama Tribun diambil dari istilah lain dari panggung atau

stadion. Pertama, Tribun itu selalu berada di posisi yang lebih tinggi

daripada arena dan selalu bisa melihat ke semua arah, dari sini Tribun

memberikan pandangan lebih luas karena posisinya yang diatas, dimana

mereka bisa melihat segala sesuatu hal dengan jelas. Nama Tribun pertama

kali digunakan tahun 2004 oleh Tribun Kaltim. Sedangkan Tribun Jogja

merupakan unit pers daerah dengan urutan ke 11 yang memakai nama

Tribun. Bagi Tribun Jogja masyarakat ditempatkan sebagai kelompok

special di panggung kehormatan. Hal ini dikarenakan nama tribun yang

diartikan panggung kehormatan dan menjadi tempat untuk memberitahu,

memperlihatkan dan menunjukkan hal-hal special yang dilakukan oleh

insan masyarakat. Oleh karena itu, nama yang digunakan oleh Tribun

Jogja bisa didefinisikan bahwa pembaca Harian Tribun Jogja ditempatkan

sebagai orang yang terhormat dan menyajikan berita secara lengkap

(53)

42 Tribun Jogja terbit pertama kali pada tanggal 11 April 2011

sebanyak 24 halaman dengan kantor redaksi yang terletak di Jl. Jendral

Sudirman No. 52 Yogyakarta dan lokasi percetakan Harian Tribun Jogja

yang terletak di Dusun Nusupan, Trihanggo, Gamping, Sleman tepatnya di

KM 8 Ring Road Barat Nusupan Yogyakarta.

2. Struktur Organisasi Surat Kabar Tribun Jogja Komisaris Utama : Herman Darmo

Direktur : Sentrijanto

Pemimpin Perusahaan : Agus Nugroho

Wakil Pemimpin Perusahaan : Rosa Dharmasari

Manajer Iklan : Shinta Indahayati

Manajer Keuangan : Chandra Nurwaty H

Manajer PSDM/Umum : Maharani K Negara

Manajer Sirkulasi : Edi Utama

(54)

43 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian tentang analisis narasi pemberitaan kasus korupsi dana hibah Persiba Bantul dalam harian Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja periode 12-28 Maret 2015. Hasil penelitian tersebut meliputi struktur dan unsur narasi dalam berita serta analisis menggunakan model aktan.

Berdasarkan analisis struktur dan unsur narasi, dari dua berita pada surat kabar harian tersebut, cerita dan alur yang ada dalam harian Kedaulatan Rakyat tidak disajikan secara kronologis. Sedangkan berita di Tribun Jogja ada yang disampaikan secara kronologis, ada juga yang tidak disusun secara berurutan. Untuk struktur narasi, kedua surat kabar sama-sama tidak memiliki unsur yang lengkap. Guna memenuhi unsur narasi yang lengkap, sebuah berita harus memuat kondisi awal dan keteraturan, gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, kesadaran terjadi gangguan, upaya untuk memperbaiki gangguan, dan pemulihan menuju keseimbangan. Karakter tokoh yang mendominasi dalam dua artikel berita tersebut adalah karakter protagonis.

Hasil analisis berdasarkan struktur dan unsur naratif dari berita kasus dana hibah Persiba Bantul di harian Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja terangkum dalam tabel berikut.

(55)

44 Tabel 3.1 Hasil Analisis Struktur dan Unsur Naratif Berita Kasus

Korupsi Dana Hibah Persiba Bantul di SKH Kedaulatan Rakyat

No. Judul Berita

Analisis Naratif Cerita dan

Alur

Struktur Narasi Karakter

(56)

45 keseimbangan,

kesadaran terjadi gangguan, dan upaya untuk memperbaiki gangguan)

Widya Mataram Prof. Dr. Muchsan, Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti, Mantan Bupati Bantul Idham Samawi, Ketua Bidang Hukum KONI DIY Achiel Suyanto, dan aktivis anti

(57)

46 Tabel 3.2 Hasil Analisis Struktur dan Unsur Naratif Berita Kasus

Korupsi Dana Hibah Persiba Bantul di SKH Tribun Jogja

Gambar

Gambar 1.2 Berita Kasus Idham Samawi di Koran Kedaulatan
Tabel 3.1 Hasil Analisis Struktur dan Unsur Naratif Berita Kasus Korupsi Dana Hibah Persiba Bantul di SKH Kedaulatan Rakyat
Tabel 3.2 Hasil Analisis Struktur dan Unsur Naratif Berita Kasus
Tabel 3.3
+4

Referensi

Dokumen terkait