• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN PADA MURABAHAH CICIL EMAS (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN PADA MURABAHAH CICIL EMAS (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Oleh:

Yeni Bunga Anggraini NPM : 20120730130

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Oleh:

Yeni Bunga Anggraini NPM : 20120730130

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(3)

Hal : Persetujuan

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Assalamu’alaikum wr.wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Yeni Bunga Anggraini NIM : 20120730130

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN PADA MURABAHAH CICIL EMAS (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten)

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat di terima dan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing

(4)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN PADA MURABAHAH CICIL EMAS (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Klaten) Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Yeni Bunga Anggraini NPM : 20120730130

Telah dimunaqasyahkan di depan sidang Munaqasyah Prodi Muamalat

Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 8 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Sutrisno SEI., MEI (………..) Pembimbing : Mukhlis Rahmanto, Lc, M.A (………..) Penguji : Drs. Moh mas’udi M.Ag (………..)

Yogyakarta, 15 Desember 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(5)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswa : Yeni Bunga Anggraini

Nomor Mahasiswa : 20120730130

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Pada Murabahah Cicil Emas (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 Desember 2016

( Yeni Bunga Anggraini )

(6)

Tidak Ada Kekayaan Yang Melebihi Akal, Dan Tidak Ada

(7)

hidayahnya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ini. Saya persembahkan rasa cinta kepada keluarga saya, kepada yang tersayang alm. Bapak Saebani dan Ibu Sayuti yaitu kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, dan doa tanpa henti. Tidak cukup kata terimakasih dan tidak ada kata yang mampu untuk menggambarkan pengorbanan yang diberikan oleh kedua orang tua demi tercapainya cita-cita anak-anaknya. Kepada kakakku mas ian yang selalu memberi dukungan yang terbaik. Terimakasih kepada keluarga besar dan saudara-saudara yang sudah banyak membantu serta turut memberikan semangat dan doa. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.

Terimakasih kepada sahabat satu perjuangan selama di bangku kuliah, Vera, Meta, Sasa,Intan, dan Kiki yang selalu brjuang bersama-sama berbagi cerita dan selalu memberikan solusi terbaik. Terimakasih kepada Tiwi, Rezi, Een, Tika, Sulma, Rita temen dari jaman SMP sampe sekarang yang telah memberikan kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Semoga kita semua bisa terus mencapai apa yang dicita-citakan. Untuk almamaterku, teman-teman EPI C, kalian punya cerita tersendiri, semoga ilmu yang kita dapatkan bersala selalu bermanfaat dan tetap solid.

(8)

Alhamdulillah dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah Subhanahu

Wa Ta’ala yang selalu memberikan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN PADA MURABAHAH CICIL EMAS yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Shalawat serta salam selalu tertuju kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus olwh Allah sebagai contoh teladan bagi umatnya.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikanya penyususnan skripsi ii diikuti

dengan kerja keras dan tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, do’a,

serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti hendak menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Bambang Cipto selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.Si. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammaiyah Yogyakarta

3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.Si. selaku kepala program Studi Ekonomi

(9)

5. Seluruh Dosen Fakultas Agama Islam yang sudah mentransformasi ilmu, kesabaran dan keteladanan dengan penuh keikhlasan kepada penulis. 6. Seluruh civitas akademisi khususnya Tata Usaha Fakultas Agama Islam 7. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu ersatu yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan dating dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb.

Yogyakarta, 15 Desember 2016 Penulis

Yeni Bunga Anggraini

(10)

HALAMAN JUDUL ... ii

NOTA DINAS ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT….. ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

F. Kerangka Teoritik ... 11

1. Murabahah ... 11

a. Pengertian Murabahah ... 11

(11)

a. Pengertian Cicil Emas ... 25

b. Landasan Hukum Cicil Emas ... 27

3. Jaminan ... 28

a. Pengertian Jaminan ... 28

b. Manfaat dan Kegunaan Jaminan ... 29

c. Tujuan Jaminan ... 29

d. Penggolongan Jaminan Kredit Bank dalam Pemberian Kredit Perbankan ... 30

e. Jaminan Menurut Hukum Islam ... 31

4. Rahn ... 31

a. Pengertian Rahn ... 31

b. Landasan Hukum Rahn ... 33

c. Rukun dan Syarat Rahn ... 37

d. Berakhirnya Rahn ... 40

G. Sistematika Penulisan ... 40

BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Objek dan Lokasi Penelitian ... 43

C. Jenis dan Sumber Data ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 44

(12)

1. Sejarah Berdirinya Bank Syriah Mandiri ... 48

2. Visi dan Misi ... 50

3. Nilai-Nilai Perusahaan ... 51

4. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Klaten ... 52

5. Produk- produk Bank Syariah Mandiri ... 54

B. Pelaksanaa Pembiayaan BSM Cicil Emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten ... 64

1. Mekanisme Pembiayaan BSM Cicil Emas ... 64

a. Kriteria Nasabah ... 64

b. Segmen Nasabah ... 65

(13)

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah Cicil Emas di Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten ... 81

BAB IV PENUTUP

(14)
(15)
(16)

(Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten) Oleh : Yeni Bunga Anggraini

NIM : 20120730130

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap penetapan jaminan pada murabahah cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan data primer. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten yang berjumlah 31, sedangkan jumlah sample 4 responden yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Alat yang digunakan adalah analisis deskriptif-kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembiayaan cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten menggunakan akad murabahah sebagai akad jual beli dan rahn sebagai pengikat jaminan. Pada pelaksanaan pembiayaan murabahah cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 04/DSN-MUI/IV/2000. Pada pembiayaan cicil emas pihak Bank Syariah Mandiri menetapkan jaminan. Jaminan yang digunakan yaitu logam mulia yang dijadikan sebagai objek jual beli. Dengan adanya ketentuan bahwa objek jual beli dijadikan jaminan, maka mengharuskan adanya penahanan pada objek, sedangkan dalam syarat jual beli mengharuskan objek jual beli diserahkan kepada pihak pembeli. Dengan adanya konsekuensi kedua akad yang bertentangan ini maka, hal tersebut menyebabkan tertahannya objek jual beli dan menyebabkan syarat dalam jual beli menjadi tidak terpenuhi. Apabila ditinjau dari hukum Islam penetapan jaminan pada pembiayaan murabahah cici emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten adalah tidak dilarang. Sebab hal itu sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor: 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Jual-Beli Emas Secara Tidak Tunai. Dalam fatwa ini dijelaskan bahwa emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn).

(17)

(A Case Study : Shariah Mandiri Bank of Klaten Branch) Yeni Bunga Anggraini

Studen No : 20120730130

This research aims to find out the review of Islamic law on the warranty of gold installment of murabahah in Sharia Bank Mandiri of Klaten Branch. This research employs descriptive qualitative research using primary data. The population of this research consists of all employees in Sharia Mandiri Bank of Klaten Branch, as many as 31 employees, and 4 respondents were used as sample using purposive sampling technique. The analysis instrument used descriptive qualitative method.

The research finding shows that the installment of gold at Sharia Mandiri of Klaten Branch uses murabahah akad as transaction way and rahn as guarantee. The implementation of gold installment murabahah at Mandiri Shariah Bank of Klaten Branch is in accordance with the Fatwa of National Islamic Council No : 04/DSN-MUI/IV/2000. Mandiri Sharia Bank set guarantee for the installment of gold. The object of transaction is used as guarantee, therefore the object is withheld, while based on the requirement of transaction, the object of transaction should be given to buyers. The conflicting akad causes the objects of transaction is withheld and the requirement of transaction is not fulfilled. When it is reviewed from Islamic law, the guarantee of gold installment murabahah at Mandiri Sharia Bank of Klaten Branch is not prohibited because it is in line with the Fatwa of National Islamic Council No : 77/DSN-MUI/V/2010 about gold installment not in cash. In this fatwa it is explained that the purchased gold bought not cash cannot be used as guarantee (rahn).

Key word : Murabahah guarantee, gold installment, Islamic law

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga yang aktivitasnya berkaitan dengan masalah uang. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas, antara lain : (1) Memindahkan uang; (2) Menerima dan membayarkan kembali uang nasabah; (3) Membeli dan menjual surat-surat berharga; dan (4) Memberi jaminan bank (Muhammad,2000). Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Sistem bunga tidak lagi diterapkan seperti layaknya pada bank konvensioanal, namun dalam prakteknya bank syariah menerapkan sistem bagi hasil. Menurut jenisnya bank Syariah terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992, yang dalam kurun waktu 7 tahun mampu memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Makasar, Balikpapan. Dengan mengacu pada hukum Islam serta pemahaman tentang keharaman riba menjadikan lembaga keuangan syariah sebagai solusi dalam melakukan pengelolaan keuangan umat (Antonio, 2001: 25-26).

(19)

umumnya, hubungaanya adalah sebagai kreditur atau debitur. Kontrak hubungan investasi antara bank syariah dengan nasabah disebut dengan pembiayaan. Dalam aktivitas pembiayaan bank syariah akan menjalankan dengan berbagai teknik dan metode, yang penerapanya tergantung pada tujuan dan aktivitas, seperti kontrak mudharabah, murabahah, musyarakah dan yang lainya (Muhammad,2005:16).

Lembaga pembiayaan merupakan salah satu fungsi utama dari perbankan. Saat ini pembiayaan yang paling banyak diminati nasabah di perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah. Al-Mawardi asy-Syafii menyatakan murabahah adalah seorang penjual mengatakan, saya menjual pakaian ini secara murabahah, di mana saya menginginkan keuntungan sebesar 1 dirham atas 10 dirham harga beli. Dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah jual beli dengan dasar adanya informasi dari pihak penjual terkait dengan harga pokok pembelian dan tingkat keuntungan yang diinginkan. Harga pokok dan tingkat keuntungan harus diketahui secara jelas sebab murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah (atas dasar kepercayaan) (Djuwaini, 2010: 107).

(20)

Pembiayaan murabahan merupakan salah satu jual beli atas dasar kepercayaan (amanah). Namun tidak semua orang mempunyai kepercayaan untuk memberikan pinjaman / utang kepada pihak lain. Untuk membangun suatu kepercayaan, diperlukan adanya jaminan (gadai) yang dapat dijadikan pegangan apabila suatu saat peminjam tidak dapat melunasi pinjamannya.

Saat ini pembiayaan murabahah di perbankan syariah sangat beragam jenisnya. Salah satu produk yang diminati masyarakat adalah produk pembiayaan jual beli emas secara tidak tunai (kredit). Melihat perkembangan emas yang selalu naik dari tahun ke tahun menyebabkan bisnis ini sangat menggiurkan. Jual beli emas secara tidak tunai (kredit) merupakan kesepakatan jual beli emas yang pembayarannya dilakukan dengan mengangsur dalam tenggang waktu yang telah ditentukan dan jumlah yang ditentukan pada awal transaksi.

Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu perbankan yang menyediakan pembiayaan jual beli emas secara tidak tunai atau yang dikenal dengan produk BSM cicil emas. Masyarakat memiliki kesempatan memiliki emas dengan cara mencicil. Dalam pelaksanaanya pembiayaan jual beli emas secara tidak tunai menggunakan dua akad, yaitu akad murabahah digunakan untuk transaksi jual beli emas dan akad rahn (gadai) digunakan untuk pengikat agunan. Jenis emas yang dibiayai adalah

emas lantakan (batangan) dengan minimal jumlah gram adalah 10 gram

(21)

angsuran dalam jumlah yang sama setiap bulan. Sedangkan nilai pembiayaan jenis emas batangan maksimal 80 persen dari harga jual dengan uang muka 20 persen. Jangka waktu BSM Cicil Emas paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama hingga 5 (lima) tahun. Pelunasan

dipercepat diperbolehkan setelah pembiayaan minimal berjalan 1 (satu)

tahun. (www.syariahmandiri.co.id).

Jual beli yang diterapkan Bank Syariah Mandiri dalam pembiayaan ini menggunakan jual beli secara kredit. Maka dalam pembiayaan cicil emas tidak tunai ini mensyaratkan adanya jaminan. Jaminan ini dijadikan pegangan apabila suatu saat peminjam tidak dapat melunasi pinjamanya. Pada pembiayaan ini jaminan yang digunakan adalah emas yang statusnya sebagai objek jual beli. Sehingga hal tersebut menyebabkan penangguhan penyerahan barang atau tertahannya objek. Dari latar belakang yang dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jaminan Pada Murabahah Cicil Emas” (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten)”. B. Rumusan Masalah

Setelah mengetahui uraian dari latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan pokok masalah yang dipandang relevan untuk dikaji secara luas dan mendalam yaitu:

(22)

2. Bagaimanakah pandangan hukum Islam terhadap penetapan jaminan dalam akad pembiayaan murabahah cicil emas yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembiayaan cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penetapan jaminan dalam akad pembiayaan murabahah cicil emas yang diterapkan oleh Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, di antaranya: 1. Kegunaan Teoritis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang Ekonomi dan Perbankan Islam terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan pengambilan jaminan dalam pembiayaan murabahah cicil emas. Serta memberikan gambaran dalam melakukan penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Kegunaan Praktik

(23)

prosedur penetapan jaminan dalam pembiayaan murabahah cicil emas yang dilaksanakan selama ini, sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

3. Kegunaan Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan yang dapat dipakai sebagai sarana untuk menerapkan teori yang telah diperoleh melalui pendidikan yang didapat diperkuliahan, dan dapat memberikan gambaran pelaksanaan dalam dunia kerja nyata.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini penyusun mencantumkan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh pihak lain sebagai bahan rujukan dan perbandingan dalam mengembangkan materi yang ada. Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini:

1. Skripsi yang ditulis oleh Zulfa Raihanatin (2010) Mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

(24)

BMT Bina Insani, antara lain ketiadaan obyek akad pada saat akad murabahah berlangsung dan status kepemilikan benda yang belum sepenuhnya menjadi hak BMT Bina Insani yang bertindak sebagai penjual. Dari segi sigat, praktek murabahah di BMT bina Insani dilakukan dengan ucapan “ Saya menjual” kemudian nasabah

mengatakan “Saya terima”. Ucapan sigat tersebut boleh dilakukan

karena memenuhi syarat sigah, yaitu berada dalam satu tempat, adanya kerelaan dan kesepakatan dalam ijab qabul serta adanya ungkapan yang dapat dimengerti kedua belah pihak. Akan tetapi praktek jual beli tidak sah karena barang yang diperjulbelikan tidak ada pada saat akad dan belum dimiliki oleh pihak BMT Bina Insani.

2. Skripsi yang ditulis oleh Fatikah Ramadhani (2015) Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul “Tinjauan Aspek Syariah Terhadap

(25)

dan syaratnya sama seperti pembiayaan lainnya. Kemudian praktek jual beli dengan system banggel tidak ada laranganya, karena tidak ada aturan syariah yang dilanggar, berdasarkan dalil yang telah disebutkan. Pembiayaan ini sesuai Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 77/DSN-MUI/VI/2010 tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai.

3. Skripsi yang ditulis oleh Yazid Marufi (2013) Mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

(26)

pembiayaan murabahah di BMT BIF Gedongkuning menurut hukum Islam dinyatakan sah karena sesuai hukum Islam dan berpedoman pada prinsip-prinsip transaksi ekonomi Islam.

4. Skripsi yang ditulis Chairul Afnan (2013) Mahasiswa Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Jual Beli Emas Secara

Tidak Tunai (Kajian Terhadap Fatwa DSN-MUI No:77/DSN-MUI/V/2010)”. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan latar belakang, landasan filosofis hukum yang dijadikan dasar dalam menetapkan fatwa tentang jual beli emas tidak tunai serta menjelaskan metode istinbath hukum yang digunakan DSN-MUI dalam menetapkan status hukum jual beli emas secara tidak tunai. Hasil peneitian ini dapat disimpulkan bahwa Fatwa tentang jual beli emas secara tidak tunai, dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, yakni: pesatnya pertumbuhan ekonomi saat ini dan latar belakang sosial politik dimana keluarnya fatwa ini pada dasarnya untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam perbankan syariah. Diterbitkannya fatwa bahwa jual beli emas secara tidak tunai adalah boleh oleh DSN-MUI selama emas tidak menjadi alat tukar atau tsaman, merupakan hal yang seperti menyederhanakan persepsi bahwa emas sekarang ini bukan lagi sebagai media pertukaran di masyarakat.

(27)

adalah dengan mempelajari keempat sumber hukum Islam, yakni al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas. Hal ini sesuai dengan Pedoman

Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Dalil al-Qur’an yang dikemukakan DSN-MUI merujuk pada dalil induk diperbolehkan jual beli surat al-Baqarah ayat 275, sementara hadis yang digunakan hampir kesemuanya melarang menjual emas secara kredit hanya saja pembolehan jual beli emas ini merujuk pada pendapat-pendapat ulama dan hanya sebagian kecil yang membolehkan diantaranya Ibnu Taimiyah, sementara mayoritas ulama melarang jual beli emas secara kredit dengan alasan emas merupakan komoditi ribawi.

(28)

F. Kerangka Teori 1. Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Kata murabahah berasal dari kata ribhu ( حب ) yang artinya menguntungkan. Murabahah didefinisikan oleh para Fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya/ harga pokok barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati (Wiroso,2005 :13). Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian penjual jual mensyaratkan laba dengan jumlah tertentu.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan bembeli (Karim, 2004 :13). Murabahah merupakan kegiatan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus terlebih dahulu memberitahukan harga pokok yang dibeli di tambah keuntungan yang diinginkan (Antonio, 2014:60). Pada perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang dari pemasok, dan kemudian menjual kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan (Sudarsono, 2007: 71)

(29)

dengan keuntungan yang telah disetujui antara penjual dan pembeli. Dalam akad murabahah penjual harus menyebutkan secara jelas kepada pembeli mengenai harga awal dan keuntungan yang akan diambil dari barang yang akan diperjualbelikan.

b. Landasan Hukum Murabahah

Jual beli murabahah termasuk transaksi yang diperbolehkan oleh syariat. Mayoritas ulama, dari kalangan para sahabat, tabi’in dan para Imam mazhab, juga membolehkan jual beli jenis ini. Dalil-dalil yang membolehkan jual beli murabahah adalah sebagai berikut: memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu” (Qs An-Nisa 4: 29)

(30)

menggunakan margin. Disamping itu, ayat ini mewajibkan untuk keabsahan setiap transaksi murabahah harus berdasarkan prinsip kesepakatan antara pihak yang diutangkan dalam suat perjanjian yang menjelaskan dan dipahami segala yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing.

b. Al- Qur’an Surah Al-Baqarah 2: 275

اب ا ح ع ا َ حأ

Artinya :

dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS. Al-Baqarah 2: 275)

(31)

2. Hadist

Selain ayat Al-Quran, dasar hukum sekaligus dalil diperbolehkan jual beli adalah hadis Rasulullah SAW yang berkaitan langsung dengan jual beli diantaranya:

a. Hadits Nabi riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Majah

ضا ت ع ع ا ا

Artinya :

Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka”. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah)

Hadis ini memberikan persyaratan bahwa akad jual beli murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-masing pihak ketika melakukan transakasi. Segala ketentuan yang terdapat dalam jual beli muarabahah, seperti penentan harga jual, margin yang diinginkan, mekanisme pembayaran dan lainy, harus terdapat persetujuan dan kerelaan antara pihak nasabah dan bank, tidak bisa ditentukan secara sepihak.

b. Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah:

ع ا : ك ا ف اث : اق س ه آ ه ع َ ص ا أ

ع َ ت عش اب ا خ ، ض اق ا ، جأ

Artinya :

(32)

jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”. (HR Ibnu Majah).

Kedudukan hadis ini lemah, namun demikian banyak ulama yang menggunakannya sebagai dalil atas akad mudharabah atau jual beli tempo. Ulama menyatakan bahwa keberkahan dalam arti nasabah diberikan tenggang waktu tumbuh dan menjadi lebih baik, terdapat pada perniagaan, terlebih pada jual beli yang dilakukan secara tempo.

Dengan menunjukan keberkahan ini, hal ini yang mengindikasikan diperbolehkannya praktik jual beli yang dilakukan secara tempo, begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan secara tempo. Dalam arti nasabah diberi tenggang waktu untuk melunasi atas harga komoditas yang telah disepakati.

3. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 04/DSN-MUI/IV/2000, tentang murabahah yang dikeluarkantanggal 1 April 2000 yang memutuskan ketentuan dalam pembiayaan murabahah, yaitu berikut :

1. Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah :

(33)

b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.

c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

(34)

murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank

2. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah :

a. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

c. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

d. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

(35)

g. Jika uang muka memakai kontrak „urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

h. Jaminan dalam Murabahah

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar

nasabah serius dengan pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang

i. Utang dalam Murabahah

(36)

2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan

j. Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya.

2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak

tercapai kesepakatan melalui musyawarah 3. Bangkrut dalam Murabahah

(37)

c. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun dan syarat dalam murabahah diantaranya (Abdullah dan Saebani, 2014:132) :

Rukun Murabahah :

1. Ba’i adalah penjual/pihak bank (pihak yang memiliki barang) 2. Musytari adalan pembeli/nasabah (pihak yang akan membeli

barang)

3. Mabi’ adalah barang yang akan diperjualbelikan 4. Tsaman adalah harga

5. Ijab qabul adalah pernyataan serah terima

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi murabahah adalah sebagai berikut :

1. Syarat pihak yang berakad (Ba’i dan Musytari)

Pihak yang berakad, yaitu penjual dan pembeli harus cakap hukum atau balig (dewasa) dan saling merelakan.

2. Syarat barang yang akan diperjual belikan (Mabi’)

a. Barang yang diperjual belikan tidak termasuk dalam kategori barang haram / dilarang.

b. Mengandung manfaat yang jelas, yaitu dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu bangkai, khamar dan darah, tadak sah menjadi objek jual beli. c. Barang yang diperjual belikan merupakan hak milik

(38)

d. Penyerahan barang dari penjual kepada pembeli dapat dilakukan

e. Barang yang diperjual belikan sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli

3. Syarat harga (Tsaman)

a. Penjual hendaknya memberitahukan harga awal kepada pembeli

b. Pembeli harus mengetahui jumlah keuntungan (laba) yang diminta penjual

c. Harga Jual barang yaitu terdiri atas harga beli barang oleh penjual ditambah dengan jumlah keuntungan. Tsaman yang akan disepakati harus jelas jumlahnya

4. Syarat pernyataan serah terima (Ijab qabul)

a. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad

b. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal / kejadian yang akan datang. Selain itu ada beberapa syarat-syarat sahnya jual beli murabahah adalah sebagai berikut (Azzuhaily, 2011:358-360) : 1. Mengetahui harga pertama (harga pembelian)

(39)

merupakan salah satu syarat sahnya jual beli yang menggunakan prinsip murabahah.

2. Mengetahui jumlah keuntungan yang diminta penjual Keuntungan yang diminta hendaknya jelas ia merupakan bagian dari harga.

3. Harga pokok dapat dihitung dan diukur

Harga pokok harus dapat diukur, baik menggunakan takaran, timbangan ataupun hitungan. Ini merupakan syarat murabahah.

4. Transaksi murabahah tidak bercampur dengan transaksi yang mengandung riba.

5. Akad jual beli pertama harus sah.

Jika transaksi pertama tidak sah maka jual beli murabahah tidak boleh dilaksanakan. Karena murabahah adalah menjual sesuai harga pertama (harga pokok) ditambah keuntungan, jika transaksi pertama tidak sah maka transaksi murabahah juga tidak sah.

d. Macam-Macam Murabahah

Akad Murabahah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (Wiroso,2005: 39) :

1. Murabahah tanpa pesanan

(40)

daganganya. Penyediaaan barang dagangan pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.

Proses transaksi jual beli murabahah tanpa pesanan antara bank syariah dan nasabah adalah sebagai berikut:

a. Nasabah melakukan proses negosiasi atau tawar menawar keuntungan dan menentukan syarat pembayaran dan barang sudah di tangan bank syariah. Dalam negosiasi ini bank syariah harus memberitahukan dengan jujur perolehan barang yang diperjual belikan beserta keadaan barangnya.

b. Apabila keduanya sudah sepakat, maka akad murabahah dilaksanankan.

c. Selanjutnya bank syariah menyerahkan barang yang diperjual belikan.

d. Setelah penyerahan barang, nasabah melakukan pembayaran harga jual barang dan dapat dilakukan secara tuanai atau tangguh.

2. Murabahah berdasarkan pesanan

(41)

barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.

Proses transaksi jual beli murabahah berdasarkan pesanan antara bank syariah dan nasabah adalah sebagai berikut:

a. Nasabah melakukan pemesanan barang yang akan dibeli kepada bank syariah, dan dilakukan negosiasi terhadap harga barang dan keuntungan, syarat penyerahan barang, dan syarat pembayaran barang dan sebagainya.

b. Selanjutnya bank syariah mencari barang yang dipesan (melakukan pengadaan barang) kepada pemasok.

c. Melakukan proses jual beli barang dan penyerahan barang dari pemasok ke bank syariah

d. Setelah barang secara prinsip menjadi milik bank syariah, dilakukan proses akad jual beli murabahah. Bank syariah selaku penjual hendaknya memberitahukan harga perolehan barang beserta keadaan barangnya.

e. Tahap selanjutnya adalah penyerahan barang dari penjual yaitu bank syariah kepada pembeli yaitu nasabah.

(42)

2. Cicil Emas

a. Pengertian Cicil Emas

Cicil berarti membayar sedikit demi sedikit atau mengangsur. Sedangkan emas merupakan logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk yang biasa dibuat perhiasan seperti cincin, kalung dan lain sebagainya. Maka cicil emas merupakan kegiatan jual beli emas (logam mulia) yang pembayaranya dilakukan dengan cara megangsur.

Bank Syariah Mandiri menyediakan pembiayaan jual beli emas secara tidak tunai yang dikenal dengan BSM Cicil Emas. Pembiayaan kepemilikan emas berupa emas batangan minimal 10 gram. Jangka waktu pembiayaan paling singkat adalah 2 (dua) tahun dan paling lama hingga 5 (lima) tahun, pelunasan dipercepat diperbolehkan setelah pembiayaan minimal berjalan 1 (satu) tahun.

Pembiayaan ini menggunakan akad Murabahah (di bawah tangan)

(43)

Persyaratan untuk pembiayaan kepemilikan emas juga mudah yaitu sebagai berikut:

1. WNI cakap hukum

2. Pegawai tetap dengan usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan pada saat jatuh tempo pembiayaan usia maksimal 55 tahun atau belum pensiun.

3. Pensiunan berusia maksimal 70 tahun pada saat pembiayaan jatuh tempo.

4. Profesional dan wiraswasta berusia maksimal 60 tahun pada saat pembayaran jatuh tempo.

5. Menyerahkan Kartu Identisas (KTP)

Ketentuan jaminan yang digunakan dalam pembiayaan BSM Cicil Emas, yaitu :

1. Jaminan adalah barang yang menjadi objek pembiayaan (emas).

2. Pengikatan jaminan dilakukan selama masa pembiayaan.

3. Jaminan tidak dapat ditukar agunan lain. 4. Fisik jaminan disimpan di Bank.

(44)

dan pembiayaan Cicil Emas BSM secara bersamaan, dengan ketentuan jumlah limit total pembiayaan keseluruhan adalah paling banyak Rp250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah). Jumlah pembiayaan yang diberikan bergantung dari hasil penaksiran petugas gadai, setelah memperhitungkan uang muka (Down Payment).

b. Landasan Hukum Cicil Emas

Pembiayaan emas secara tidak tunai sudah diatur dalam Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor 77/DSN-MUI/VI/2010 Tentang Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai. Dalam fatwa ini menetapakan bahwa hukum jual beli emas secra tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang). Dengan batasan dan ketentuan sebagai berikut:

1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanjangan waktu setelah jatuh tempo

2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn)

(45)

3. Jaminan

a. Pengertian Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemah dari bahasa Belanda, yaitu zekerheide atau cautie. Zekerheide atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur menjamin tagihanya, di samping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-barangnya (Salim, 2005: 21).

Istilah jaminan juga dikenal sebagai agunan. Dalam pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Agunan adalah: “ Jaminan tambahan diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah”. Adapun

menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

(46)

b. Manfaat dan Kegunaan Jaminan

Jaminan mempunyai kedudukan dan manfaat yang sangat penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Karena keberadaan jaminan dapat memberikan manfaat bagi kreditur dan debitur (Salim, 2005: 28).

1. Manfaat dan kegunaan bagi kreditur (bank), yaitu :

Dengan adanya jaminan maka ada kepastian untuk menerima pengembaklian pokok kredit dan bunga dari debitur. Serta memberikan hak dan kuasa kepada bank untuk mendapatkan pelunasan mengeksekusi barang jaminan, apabila debitur tidak mampu mengembalikan hutangnya.

2. Manfaat dan Kegunaan bagi debitur (nasabah) yaitu :

Nasabah dapat memperoleh fasilitas kredit dari bank dan tidak khawatir dalam mengembankan usahanya. Serta memberikan dorongan dan semangat kepada debitur untuk melakukan pengembalian hutang yang telah disepakati, agar debitur tidak kehilangan kekayaannya yang telah dijaminkan.

c. Tujuan Jaminan

(47)

d. Penggolongan Jaminan Kredit Bank dalam Pemberian Kredit Perbankan

Dalam Pasal 24 UU Nomor 14 Tahun 1967 tentang Perbankan ditentukan bahwa “Bank tidak akan memberikan kredit

tanpa adanya jaminan”. Jaminan kredit perbankan dapat di golongkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Jaminan Materiil (Kebendaan)

Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu penjaminan yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau antara kreditur dengan seorang pihak ketiga guna menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur.

(48)

2. Jaminan Immateriil (Perorangan)

Jaminan perorangan atau jaminan pribadi adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur (Salim, 2005:74)

Dalam jaminan perorangan selalu dimaksudkan bahwa untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban si berutang, yang dijamin pemenuhan seluruhnya atau sampai suatu bagian (jumlah) tertentu, harta benda si penanggung (penjamin) bisa disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan (eksekusi) putusan pengadilan

e. Jaminan Menurut Hukum Islam

Secara umum, jaminan dalam hukum Islam (fiqh) dibagi menjadi dua; jaminan yang berupa orang (personal guaranty) dan jaminan yang berupa harta benda. Jaminan yang berupa orang sering dikenal dengan istilah dlaman atau kafalah, sedangkan jaminan yang berupa harta benda dikenal dengan istilah rahn. 4. Rahn

a. Pengertian Rahn

(49)

(Buhanuddin, 2009:175). Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta si pemilik sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana, rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai. (Sabiq dalam Atonoio, 2001: 128)

Dalam pengertian syara’ rahn berarti: menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai

jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. Demikian yang didefinisikan para ulama. (Sabiq, 1996:139)

Adapun pengertian rahn menurut Imam Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni adalah sesuatu benda yang dijadikan kepercayaan dari suatu hutang untuk dipenuhi dari harganya, apabila yang berhutang tidak sanggup membayarnya dari orang yang berpiutang. Sedangkan Imam Abu Zakaria al-Anshary dalam kitabnya Fathul Wahab mendefinisikan rahn adalah menjadikan benda yang bersifat harta benda sebagai kepercayaan dari suatu yang dapat dibayarkan dari harta benda itu jika hutang tidak dibayar (Anshori,2011:112).

(50)

pihak peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimnya. Barang di tahan tersebut haruslah memiliki nilai ekonomis. Barang yang di gadaikan berada di bawah kekuasaan pemberi pinjaman sampai ia melunasi hutangnya. Secara sederhana rahn adalah semacam jaminan utang. seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Rabbnya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah 2: 283)

(51)

saling percaya dan saling memiliki sifat takwa, maka boleh tidak menggunakan jaminan.

2. Hadis

a. Hadits Bukhari dan Muslim

ا اع

شا س ه ع َ ص ا أ ا ع َ ض شئاع ع

د دح اع د ه ه جأ د

Artinya :

“Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” (HR.Bukhari)

b. Hadits riwayat Ahmad, Bukhari, Nasa’i dan Ibnu Majah

اع د س ه ع َ ص ا ه دق : اق ه ع َ ض س أ ع

ه هِ اع ش ه خأ د د ع د اب ه

Artinya :

Anas r.a. berkata, “Rasulullah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau.” (HR Bukhari)

(52)

bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib membayar uatangnya sekalipun kepada non-muslim. Berdasarkan dalil-dalil tersebut, jumhur ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai.

3. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia

a. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002, tentang pembiayaan yang disertai rahn (al-tamwil al-mautsuq bi al-rahn) yang dikeluarkan tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan dengan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk

menahan Marhun (barang) sampai semua utang Rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi.

(53)

sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin.

4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. 5. Penjualan Marhun

a. Apabila jatuh tempo, Murtahin harus

memperingatkan Rahin untuk segera melunasi utangnya.

b. Apabila Rahin tetap tidak dapat melunasi utangnya,

maka Marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai syariah.

(54)

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik Rahin dan

kekurangannya menjadi kewajiban Rahin.

b. Fatwa Dewan Syariah Nasioanl nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas yang dikeluarkan tanggal 28 Maret 2002 memperbolehkan menggunakan emas sebagai jaminan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn (lihat Fatwa DSN nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn).

2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin).

3. Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.

4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad ijarah.

c. Rukun dan Syarat Rahn

Gadai atau pinjaman dengan menjaminan suatu benda memiliki beberapa rukun, yaitu (Hendi Suhendi, 2002, 107-108) :

1. Akad Ijab dan Qabul (Sighat)

(55)

Gadai atau pinjaman dengan menjaminan suatu benda memiliki beberapa syarat, yaitu :

1. Akad ijab dan Qabul (Sighat)

Akad rahn bisa dilakukan dengan lisan (ucapan). Seperti seseorang berkata: “aku gadaikan mejaku dengan harga Rp

10.000” dan yang satu lagi menjawab: “aku terima gadai mejamu

dengan harga Rp 10.000”. atau bisa pula dilakukan secara tertulis, dengan isyarat atau yang lain sebagainya.

Sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga tidak boleh digantungkan untuk waktu mendatang. Maka tidak sah rahn, kalau penggadai (rahin) berkata misalkan,"Saya gadaikan sepeda motor saya jika bisnis saya gagal." Atau," Saya gadaikan sepeda motor saya satu tahun yang akan datang".

2. Adanya orang yang bertransaksi (Aqid)

(56)

3. Barang yang dijadikan jaminan (Marhun)

Syarat pada benda yang dijaminkan ialah keadaan barang itu tidak rusak sebelum janji hutang harus dibayar. Selain itu syarat barang marhun berupa barang yang sah diperjual belikan. Menurut Ibnu Qudamah menjadikan barang yang dibeli sebagai jaminan, maka syarat ini tidak sah. Ini merupajan pendapat Abu Hamid dan merupakan pendapat Imam Syafi’i. Karena ketika barang yang dibeli dijadikan jaminan, berarti barang itu belum menjadi milik pembeli. Baik pembeli mempersyaratkan diterima dulu kemudian digadaikan atau mempersyaratkan digadaikannya sebelum menerima barangnya.” (Qudamah,2009:116).

Adapun menurut Syafi’iyah bahwa yang dapat digadaikan itu berupa semua barang yang boleh dijual. Menurut pandangan ulama yang rajih (unggul) barang-barang tersebut harus memiliki tiga syarat, yaitu:

a. Barang-barang yang berwujud nyata di depan mata, karena barang nyata dapat diserahterimakan secara langsung.

b. Barang tersebut menjadi milik, karena sebelum tetap barang tersebut tidak dapat digadaikan.

(57)

4. Utang (Marhun Bih)

Menurut Ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat utang yang dapat dijadikan alas gadai adalah (Djuwaini,2010: 263) :

a. Berupa utang yang tetap dan wajib untuk ditunaikan b. Utang harus bersifat mengikat

c. Utang harus jelas dan pasti serta diketahui oleh rahin dan murtahin.

d. Berakhirnya Rahn

Rahn dianggap berakhir atau habis dengan beberapa keadaan seperti hutang telah dibayar, pembebasan hutang, hibah dan lain sebagainya. Akad rahn berakhir dengan hal-hal sebagai berikut (Anshori,2011: 122) :

1. Barang telah diserahkan kembali kepada pemiliknya (rahin)

2. Rahin membayar hutangnya.

3. Pembebasan utang dengan cara apapun.

4. Dijual dengan perintah hakim atas perintah rahin. G. Sistematika Penulisan

(58)

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini dipaparkan mengenai latar belakang dari permasalahan yang peneliti kaji, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu kerangka teori yang membahas tentang konsep dasar murabahah seperti pengertian, landasan hukum, rukun dan syarat murabahah. Kemudian membahas mengenai konsep dasar pembiayaan cicil emas di Bank Syariah Mandiri. Serta membahas mengenai jaminan seperti pengertian jaminan, manfaat jaminan serta jaminan dalam Islam. Dan yang terakhir membahas mengenai konsep rahn seperti pengertian, landasan hukum, rukun dan syarat serta berakhirnya rahn.

BAB II adalah pembahasan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang menguraikan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

(59)

Klaten, serta tinjauan hukum Islam terhadap jaminan pada murabahah cicil emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

(60)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari tempat penelitian dengan cara menguraikan mendeskripsikan, dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya dari obyek penelitian yang nantinya akan didapatkan data primer.

Selanjutnya dalam penelitian ini juga digunakan data sekunder dengan cara mengkaji data-data primer yang sudah didapatkan dari penelitian lapangan untuk disajikan sesuai dengan data yang diperoleh. Dalam penelitian ini penulis meneliti, mengkaji dan melakukan wawancara langsung ke Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

B. Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten yang beralamat di Jl. Pemuda No.292 Kel. Tonggalan Kec.Klaten Tengah Kab. Klaten Jawa Tengah.

C. Jenis dan Sumber Data

(61)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung. Dalam penelitian ini data primer didapatkan dengan interview atau wawancara semiterstuktur. Wawancara ini melibatkan empat responden. Dua responden merupakan pegawai Bank Mandiri Syariah Kantor Cabang Pembantu Klaten serta dua responden selanjutnya adalah nasabah pembiayaan cicil emas.

Dalam menetukan jumlah sampel penelitian peneliti menggunakan teknik purposive sample. Pengambilan subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010: 183). Teknik ini dipilih atau ditetapkan berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan penelitian.

2. Data Sekunder

(62)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memenuhi data yang memadai dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi.

Observasi merupakan perilaku yang tampak yaitu dapat dilihat oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dapat diukur serta adanya tujuan yang ingin dicapai. Observasi yang dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian. Penulis mengumpulkan data dengan melakukan kunjungan dan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian yaitu pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

2. Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang analisis dalam penelitian. Esterberg et.al. (2002) dalam Sugiyono (2010:410) mendefinisikan interview atau wawancara sebagai berikut:

(63)

Dari paparan di atas interview atau wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara semiterstruktur. Tujuannya adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam wawancara ini penulis langsung melakukan tanya jawab dengan narasumber dari bagian marketing dan operasional dari Bank Syariah Mandiri dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan teori yang akan diteliti, yaitu terkait jaminan dalam murabahah cicil emas.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, dan sebagainya. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi dari dokumen-dokumen di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten, kitab, buku-buku, internet dan lain-lain yang berkaitan dengan jaminan dalam murabahah cicil emas di Bank Syariah Mandiri Klaten.

E. Analisis Data

(64)

lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis kualitatif artinya teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang penulis kumpulkan baik data-data hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi. Kemudian akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan fakta deskriptif, yaitu dengan menjelaskan dan menggambarkan fakta apa adanya sesuai dengan apa yang diteliti, setelah itu disimpulkan dengan mengunakan cara berpikir induktif yaitu berpijak dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak dari pengetahuan umum. Dari hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan.

Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana praktik murabahah cici emas di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber seperti hasil obeservasi, dokumentasi dan wawancara dengan pimpinan atau pegawai Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Klaten.

(65)
(66)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Bank Syariah Mandiri 1. Sejarah berdirinya Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

(67)

Pada saat bersamaan pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

(68)

1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (www.banksyariahmandiri.co.id).

2. Visi dan Misi

Visi dan Misi yang diusung oleh Bank Syariah Mandiri yaitu (www.banksyariahmandiri.co.id) :

Visi

1. Bank Syariah Terdepan: Menjadi bank syariah yang selalu unggul di antara pelaku industri perbankan syariah di Indonesia pada segmen consumer, micro, SME, commercial, dan corporate.

(69)

Misi

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata industri yang berkesinambungan.

2. Meningkatkan kualitas produk dan layanan berbasis teknologi yang melampaui harapan nasabah.

3. Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran pembiayaan pada segmen ritel

4. Mengembangkan bisnis atas dasar nilai-nilai syariah universal.

5. Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang sehat. 6. Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. 3. Nilai-Nilai Perusahaan

Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak pertengahan 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati bersama untuk di-shared oleh seluruh pegawai Bank Syariah Mandiri yang disebut Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri disingkat “ETHIC” (www.banksyariahmandiri.co.id) .

Excellence:

Mencapai hasil yang mendekati sempurna (perfect result-oriented). Teamwork:

Mengembangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi. Humanity:

(70)

Integrity:

Berperilaku terpuji, bermartabat, dan menjaga etika profesi. Customer Focus:

Mengembangkan kesadaran tentang pentingnya nasabah dan berupaya melampaui harapan nasabah (internal dan eksternal)

(71)
(72)

5. Produk-produk Bank Syariah Mandiri

Guna memenuhi kebutuhan nasabah serta mendukung dalam pencapaian target perusahaan maka Bank Syariah Mandiri secara berkesinambungan melakukan inovasi dan pengembagan produk. Produk Bank Syariah Mandiri dapat dibedakan menjadi 3 jenis produk, yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa. Adapun produk-produk Bank Syariah Mandiri sampai saat ini adalah sebagai berikut: (wwww.syariahmandiri.co.id)

1. Produk Penghimpunan Dana (Tabungan) a. Tabungan BSM

Tabungan BSM adalah tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter BSM atau melalui ATM. Akad yang digunakan adalah mudharabah muthlaqah. Minimum setoran awal: Rp80.000 (perorangan) dan Rp1.000.000 (non-perorangan). Minimum setoran berikutnya: Rp10.000. Saldo minimum: Rp50.000. Biaya tutup rekening: Rp20.000. Biaya administrasi Rp7.000.

b. BSM Tabungan Berencana

(73)

pencapaian target dana yang telah ditetapkan. Akad yang digunakan adalah mudharabah muthlaqah. Periode tabungan yaitu 1 s.d. 10 tahun. Usia nasabah minimal adalah 17 tahun dan maksimal 65 tahun saat jatuh tempo. Setoran bulanan minimal Rp100 ribu. Tidak dapat menerima setoran diluar setoran bulanan. Saldo tabungan tidak bisa ditarik, dan bila ditutup sebelum jatuh tempo (akhir biaya masa kontrak) akan dikenakan administrasi.

c. BSM Tabungan Simpatik

BSM tabungan simpatik adalah tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. Setoran awal minimal Rp20.000 (tanpa ATM) & Rp30.000 (dengan ATM). Setoran berikutnya minimal Rp10.000 kemudian saldo minimal Rp20.000. serta dikenakan biaya administrasi Rp2.000 per rekening per bulan atau sebesar bonus bulanan (tidak memotong pokok).

d. BSM Tabungan Investasi Cendekia

(74)

mudharabah muthlaqah. Periode tabungan 1 s.d. 20 tahun. Usia nasabah minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun saat jatuh tempo. Setoran bulanan minimal Rp100.000 s.d. Rp10.000.000 dengan kelipatan Rp50.000.

e. BSM Tabungan Dollar

BSM tabungan dollar adalah tabungan dalam mata uang dollar (USD) yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM. Akad yang digunakan adalah wadi’ah yad dhamanah. Minimum setoran awal USD100 dan saldo minimum USD100

f. BSM Tabungan Pensiun

BSM Tabungan Pensiun Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia.

g. BSM Tabungaku

(75)

menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akad yang digunakan adalah wadhi’ah yad dhamanah. Setoran awal pembukaan rekening minimum Rp20.000 (tanpa ATM) dan Rp80.000 (dengan ATM). Setoran tunai selanjutnya minimum Rp10.000. Serta saldo minimum rekening (setelah penarikan) adalah Rp20.000 (tanpa ATM) dan Rp50.000 (dengan ATM). h. BSM Giro

BSM giro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah. Setoran awal minimum Rp500.000 (perorangan) dan Rp1.000.000 (Non-Perorangan). Saldo minimum Rp500.000 (perorangan) dan Rp1.000.000 (Non-Perorangan). Biaya buku cek/giro: Rp100.000.

i. BSM Giro Valas

BSM giro valas adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-perorangan.

j. BSM Giro Singapore Dollar

(76)

dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-perorangan

k. BSM Giro Euro

BSM giro euro adalah sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Euro untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-peroranga

l. BSM Deposito

BSM deposito adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip Mudharabah Muthlaqah untuk perorangan dan non-perorangan. Jangka waktu yang fleksibel, yaitu : 1, 3, 6 dan 12 bulan. Dicairkan pada saat jatuh tempo, setoran awal minimum Rp2.000.000.

m. BSM Deposito Valas

BSM deposito valas adalah investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah untuk perorangan dan non-perorangan. Jangka waktu yang fleksibel: 1, 3, 6 dan 12 bulan, setoran awal minimum USD1.000.

(77)

BSM tabungan mabrur adalah tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah. Akad yang digunakan dalah mudharabah muthlaqah. Tabungan ini tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji/ Umrah (BPIH). Saldo minimal untuk didaftarkan ke SISKOHAT adalah Rp25.500.000 atau sesuai ketentuan dari Kementerian Agama. o. BSM Tabungan Mabrur Junior

BSM tabungan mabrur junior adalah tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah. Akad yang digunakan adalah mudharabah muthlaqah. nama yang tercantum di buku tabungan adalah nama Anak. Tidak dapat dicairkan kecuali untuk melunasi Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji/ Umrah (BPIH).

2. Produk Penyaluran Dana (Pembiayaan) a. BSM Implan

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan hormonal pada kehamilan dapat mencetuskan psoriasis pustulosa generalisata (PPG) dan siklosporin efektif serta aman sebagai terapi utama pada PPG dalam

Turunnya nilai konduktivitas dan pH dari larutan ekstrak saat presipitasi menunjukkan adanya endapan yang terbentuk namun harus dilakukan analisis secara pasti untuk

Penelitian ini melihat apakah terdapat daya tarik iklan televisi Wardah Cosmetik mampu mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, yang dimana produk ini adalah produk

Maksud diadakannya penelitian dari pembuatan aplikasi berbasis Android ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai sebaran fasilitas kesehatan penerima

Bertolak dari paparan data dan analisis data yang telah dikemukakan secara umum, bahwa kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan profesional guru Madrasah Aliyah

Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi (R) sebesar 0.748 dengan signifikansi sebesar 0.000 yang berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel

Primjetimo samo joˇs da nam algoritam ne kaˇze koji par parametara ide s kojim redom krivulje, ali to i nije neki problem.. Jednos- tavno pronademo toˇcku P na krivulji i ako

Melihat kenyataan di atas, IKIP PGRI Semarang, terutama Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS)