PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU
KABUPATEN TEMANGGUNG
Skripsi
Disusun Oleh: Andina Darsono
20120220084
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya hingga umatnya akhir zaman ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari kelemahan dan
keterbatasan yang ada sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Sarjiah, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam penulisan
skripsi ini.
2. Ibu Eni Istiyanti, MP selaku Ketua Progran Studi Agribisnis Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kelancaran pelayanan dan urusan Akademik.
3. Bapak Dr. Ir. Indardi, Msi. selaku Pembimbing I yang selalu bijaksanan dalam
memberikan bimbingan dan arahan, nasehat serta waktunya selama penyusunan skripsi ini.
iii
5. Seluruh dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti
perkulihan sampai akhir penulisan skripsi.
6. Staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan san penulisan skripsi ini.
7. Kepada Dinas Pertanian Temanggung yang telah membantu penulis dalam
mengakses informasi terkait dengan penyususnan skripsi ini.
8. Kepada Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Kedu Kebupaten
Temanggung yang telah membantu penulis dalam mengakses informasi terkait dengan penyusunan skripsi ini.
9. Kepada orang tua yang senantiasa selalu mendoakan, membimbing, tidak
pernak lelah dalam mendidik dan memberi kasih sayang yang tulus ikhlas kepada penulis sejak dalam kandungan hingga sekarang.
10.Saudara-saudara tercinta yang selalu memberikan dorongan dan dukungan semangat serta kasih sayang demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
11.Teman-teman Agribisbis dan Agroteknologi 2012 atas kebersamaannya dan
bantuan yang sangat berarti sekali bagi penulis.
12.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalan menyelesaikan
skripsi ini.
iv
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan begi pembaca.
Yogyakarta, Desember 2016
v
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Perilaku Petani ... 7
2. Pengendalian Hama Terpadu ... 9
3. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Padi ... 12
4. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Kerangka Permikiran ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Metode Dasar ... 26
B. Teknik Pengambilan Sampel ... 26
C. Teknik Pengumpulan Data ... 29
D. Asumsi... 29
E. Pembatasan Masalah ... 30
F. Definisi Operasianal dan Pengukuran Variabel ... 30
G. Teknis Analisis Data ... 39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 43
A. Gambaran Umum Desa Kutoanyar ... 43
1. Kondisi Fisik dan Geografis Kecamatan Kedu ... 43
2. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kecamatan Kedu ... 43
vi
B. Keadaan Umum Desa Kutoanyar ... 45
1. Kependudukan dan Ketenagaan di Desa Kutoanyar ... 47
2. Pertanian di Desa Kutoanyar ... 48
C. Kelembagaan Kelompok Tani ... 49
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Identitas Petani ... 52
1. Umur Petani ... 52
2. Tingkat Pendidikan ... 53
3. Luas Lahan ... 55
4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 56
5. Pekerjaan Sampingan ... 57
B. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 58
1. Jenis Pestisida... 59
2. Dosis Pestisida ... 65
3. Pencampuran Pestisida ... 68
4. Waktu Penyemprotan ... 72
5. Interval Penyemprotan ... 74
6. Perlengkapan Penyemprotan ... 77
7. Aplikasi Pestisida ... 80
8. Penyimpanan Pestisida ... 83
9. Penanganan Setelah Penyemprotan... 85
C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia dan Hubungannya. ... 89
1. Pengalaman Bertani ... 91
2. Pendidikan Non Formal ... 94
3. Keterlibatan Sosial ... 98
4. Pendapatan Rumah Tangga ... 102
5. Persepsi Petani terhadap Risiko Serangan OPT ... 104
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Data Produktivitas Padi Sawah di Jawa Tengah Tahun 2015 ... 2
2. Data Luas Panen dan Produksi Padi per Desa di Kecamatan Kedu 2015 ... …4
3. Kelompok Pestisida Untuk Mengendalikan OPT ... 10
4. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT pada Tanaman Padi Di Kabupaten Temanggung Tahun 2015... 13
5. Jumlah Anggota Gapoktan Terpadu di Desa Kutoanyar... 27
6. Proses Pengambilan Sampel Petani dari Setiap Kelompok Tani ... 28
7. Pengukuran setiap Indikator Perilaku Penggunaan Pestisida Kimia... 33
8. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 40
9. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia setiap Indokator ... 41
10. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 41
11. Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung ... 46
12. Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur ... 47
13. Identitas Petani Padi menurut Kelompok Umur di Desa Kutoanyar ... 52
14. Identitas Petani Padi menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kutoanyar ... 54
15. Identitas Petani menurut Luas Area lahan Sawah di Desa Kutoanyar ... 55
16. Identitas Petani menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi ... 56
17. Distribusi Skor Perilaku Petani dalam Pengunaan Pestisida Kimia pada Tanaman Padi ... 59
18. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku Penggunaan Jenis Pestisida.... 60
19. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Penggunaan Dosis Pestisida ... 66
20. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Pencampuran Pestisida 68 21. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Menentukan Waktu Penyemprotan ... 73
viii
23. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Penggunaan
Perlengkapan Penyemprotan ... 78 24. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Mengaplikasikan
Pestisida Kimia ... 80 25. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku dalam Menyimpan Pestisida
dan Alat Semprot... 83 26. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Perilaku Penanganan Setelah Melakukan
Penyemprotan ... 86 27. Korelasi Rank Spearman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani
Padi dalam Pengggunaan Pestisida Kimia ... 90 28. Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku dengan
Indikator Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia ... 90 29. Pengalaman Bertani terhadap Perilaku Pengaplikasian Pestisida Kimia ... 91 30. Pendidikan Non Formal terhadap Perilaku Penggunaan Perlengkapan
Penyemprotan ... 95 31. Keterlibatan Sosial terhadap Perilaku Petani dalam Penggunaan Perlengkapam Penyemprotan ... 99 32. Pendapatan rumah Tangga terhadap Perilaku Petani Padi dalam Penggunaan
Jenis Sarung Tangan ... 102 33. Persepsi Petani terhadap Perilaku Petani Padi dalam Lama Penggunaan
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Rekomendasi Pencampuran Pencamporan Pestisida berdasarkan Golongan .. 15
2. Kerangka Penelitian Perilaku Petani terhadap Penggunaan Pestisida Kimia Di Desa Kutoanyar ... 25
3. Peta Desa Kutoanyar ... 45
4. Struktur Organisasi Gapoktan Terpadu ... 51
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 112
2. Penggunaan Jenis Pestisida ... 118
3. Izin Edar Jenis Pestisida ... 121
4. Lama Penggunaan Pestisida Kimia ... 122
5. Dosis Pestisida Kimia ... 124
6. Volume Semprot ... 126
7. Pencampuran Pestisida ... 128
8. Lokasi, Wadah dan Pengaduk Pencampuran ... 131
9. Waktu Penyemprotan dan Keadaan Cuaca Penyemprotan ... 133
10. Interval Penyemprotan ... 136
11. Perlengkapan Penyemprotan ... 139
12. Penyimpanan Pestisida dan Alat semprot, serta Aplikasi Penyemprotan Pestisida ... 142
x INTISARI
PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG. 2016. ANDINA DARSONO (Skripsi dibimbing oleh INDARDI & SITI YUSI RUSIMAH). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi meliputi tindakan petani dalam penggunaan jenis pestisida, dosis pestisida, pencampuran pestisida, waktu penyemprotan, interval penyemprotan, perlengkapan penyemprotan, teknik aplikasi penyemprotan, penyimpanan pestisida dan alat semprot serta penanganan setelah penyemprotan. Penelitian dilakukan di Desa Kutoanyar, sebagai desa yang memiliki produktivitas padi tertinggi di Kecamatan Kedu. Pengambilan sampel menggunakan proporsional sampling dengan total responden sebanyak 47 petani yang tergabung pada Gapoktan Terpadu. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi di Desa Kutoanyar ialah cukup baik dengan skor 52,71. Secara keseluruhan tidak terdapat hubungan korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi. Namun jika diananlisis antara faktor-faktor yang mempengaruhi dengan indikator perilaku terdapat beberapa hubungan yang lebih kuat dengan arah yang berlawanan diantaranya pengalaman bertani terhadap perilaku pengaplikasian pestisida, pendidikan non formal terhadap penggunaan perlengkapkan dan jenis sarung tangan, keterlibatan sosial terhadap perlengkapan yang digunakan, pendapatan rumah tangga petani terhadap jenis sarung tangan yang digunakan, serta hubungan yang lebih kuat dengan arah yang positif antara persepsi petani terhadap serangan OPT terhadap lamanya penggunaan pestisida kimia.
xi
PERILAKU PETANI DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA KIMIA PADA TANAMAN PADI DI DESA KUTOANYAR KECAMATAN KEDU
KABUPATEN TEMANGGUNG
Farmers’ Behavior In Using Chemical Pesticide In Paddy In Kutoanyar
Village Kedu Subdistrict Temanggung District Andina Darsono
Dr. Ir. Indardi, Msi. / Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMY
Abstract
This study aims to describe farmers’ behavior in using chemical pesticide for paddy including the farmers’ action in choosing kinds of pesticide, pesticide dosage, pesticide mixing, spraying time, spraying interval, spraying equipment, spraying technique application, pesticide storage and spraying tools as well as after spraying management. The study was conducted in Kutoanyar village which has the highest paddy productivity in Kedu subdistrict. The sampling technique used proportional sampling with the number of samples was 47 farmers who joined Gapoktan Terpadu. The data gathering techniques used were questionnaire
and interview. The result of the study showed that the farmers’ behavior in using
chemical pesticide in paddy in Kutoanyar village was categorized as good enough the score of 52.71. In general, there was no correlation among the factors that affected the farmers in using chemical pesticide for paddy. However, when the factors affected and the behavior indicators were analyzed, there were some stronger correlation with the opposite direction such as the farmers’ experiences with the behavior of applying the pesticide, non formal education with the use of equipment and kinds of gloves, social involvement with the equipment being used, the farmers’ household income with kinds of gloves being used, and there was a stronger correlation for more positive direction between the farmers’ perception on OPT attack and the length of using the chemical pesticide.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena menghasilkan sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Menanam padi
sudah menjadi tugas pokok petani untuk memenuhi kebutuhan beras bagi masyarakat yang setiap tahunnya meningkat, seiring dengan pesatnya pertambahan penduduk.
Tingginya permintaan beras, mendesak pemerintah agar dapat menstabilkan kebutuhan tersebut. Selaku produsen, petani juga dituntut untuk
memenuhi target memproduksi padi dalam waktu yang cepat. Petani melakukan segala cara untuk memaksimalkan hasil produksinya agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Karena, saat budidaya padi tidak jarang petani
mengalami kegagalan panen akhibat serangan organisasi pengganggu tanaman (OPT) dan menyebabkan berkurangnya hasil produksi padi mereka. Sehingga
petani menggunakan cara cepat tanpa mempertimbangkan dampaknya yaitu dengan menggunakan pestisida kimia sebagai sarana produksi.
Penggunaan pestisida masih berlanjut sampai masa sekarang. Hal ini,
merupakan dampak dari kebijakan pemerintah masa lalu yang mendorong petani untuk menggunakan pestisida kimia dalam meningkatkan produksi pertanian.
Kabupaten Temanggung merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah, dengan produktivitas padi menempati urutan ke - 3 dari 35
kabupaten (pada Tabel 1). Jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas padi di Provinsi Jawa Tengah, produktivitas padi di Kabupaten Temanggung lebih
unggul 5,95 ku/ha. Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi padi cukup banyak, dan perlu diketahui di Kabupaten Temanggung masih banyak pertanian yang menggunakan sistem pertanian konvensional, sehingga penggunaan pestisida
kimia masih menjadi faktor utama sebagai sarana produksi padi. Tabel 1. Data Produktivitas Padi Sawah di Jawa Tengah Tahun 2015
No. Kabupaten/Kota Produktivitas (Ku/Ha)
1 Kab. Sukoharjo 63,29
2 Kab. Karanganyar 62,00
3 Kab. Temanggung 59,52
Sumber: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah 2015
Pestisida terdiri dari beberapa jenis dan manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan sasaran OPT-nya, seperti herbisida (gulma), bakterisida (bakteri),
fungisida (jamur), insektisida (serangga), nematisida (nematoda atau cacing) dan jenis yang lain (Subiyakto Sudarmo, 1991). Petani memilih menggunakan
pestisida karena penggunaannya mudah, tingkat keberhasilannya tinggi, ketersediaannya mencukupi dan mudah di dapatkan serta biayanya relatif murah. Dengan demikian, muncul kondisi ketergantungan bahwa pestisida adalah faktor
produksi penentu tingginya hasil dan kualitas produk, seperti yang tercermin dalam kegiatan pertanian yang senantiasa menyertakan pestisida sebagai bagian
dari input produksi.
dan benar. Kebiasaan petani yang menggunakan pestisida hanya kerena mengikuti para petani lain tanpa mengetahui kegunaan dan cara pemakaiannya. Petani juga
melakukan pencampuran pestisida dengan tujuan untuk dapat memberantas beberapa hama, tetapi hal ini dilakukan tanpa mempertimbangkan pestisida boleh
dicampur atau tidak. Petani juga tidak menakar pestisida dengan benar, petani hanya mengira-ngira tanpa menakar dengan baik dan terkadang dosis pestisida melebihi anjuran pakai. Saat melakukan penyemprotan petani tidak memakai
perlengkapan secara lengkap, sehingga tindakan tersebut sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tingginya tingkat pencemaran pada
lingkungan oleh pestisida serta gangguan kesehatan lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Temanggung, Kecamatan Kedu merupakan salah satu penyumbang padi terbanyak dan memiliki
luas panen yang terbanyak. Produksi padi yang diperoleh sebesar 17504.04 ton dan luas panen sebanyak 2932 Ha. Produksi yang tinggi dapat dipengaruhi oleh
faktor sarana produksi yang digunakan, seperti pupuk dan pestisida kimia yang digunakan saat penanaman. Tingkat penggunaan sarana produksi tersebut tentunya disesuaikan dengan luasnya area tanam yang digunakan. Semakin luas
area tanam yang digunakan maka semakin banyak pupuk dan pestisida yang digunakan dan tentunya akan mempengaruhi hasil produksi padi, sehingga
produksi yang dihasilkan akan semakin banyak.
Salah satu desa yang mengahasilkan produktivitas padi terbesar di Kecamatan Kedu adalah Desa Kutoanyar dengan produktivitas sebesar 74 kw/ha.
sebanyak 923,62 ton, namun dapat menghasikan produktivitas tertinggi dibandingkan dengan desa yang memiliki luas panen dan produksi yang lebih
banyak. Hal ini dimungkinkan adanya faktor penggunaan sarana produksi yang digunakan secara optimal, baik pupuk maupun pestisida yang digunakan.
Tabel 2. Data Luas Panen dan Produksi Padi per Desa di Kecamatan Kedu 2015
No Desa Padi
Panen (Ha.) Produksi (Ton) Prosutivitas (Ha/kw)
1 Danurejo 195.65 1408.71 72.00
2 Salamsari 124.81 811.29 65.00
3 Candi Mulya 173.39 1075.02 62.00
4 Kedu 306.97 1995.33 65.00
5 Mojo Tengah 220.62 1434.01 65.00
6 Kutoanyar 124.81 923.62 74.00
7 Tegal Sari 203.08 1218.45 60.00
8 Kundi Sari 175.41 1052.48 60.00
9 Mergowati 172.04 1032.24 60.00
10 Karangtejo 101.88 611.25 60.00
11 Ngadimulyo 154.5 1004.25 65.00
12 Gondang Wayang 122.79 736.74 60.00
13 Bojonegoro 133.58 908.37 68.00
14 Bandunggede 215.89 1295.37 60.00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung 2015
Diketahui bahwa Desa Kuto Anyar merupakan desa yang sebagian besar
masyarakatnya masih menggunakan sistem pertanian konvesional, yaitu dalam menanam padi para petani menggunakan pupuk kimia sebagai sarana produksi
untuk meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan menggunakan pestisida kimia sebagai bahan untuk mengurangi serangan hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Tanpa melihat ada atau tidak adanya hama yang
dalam berusahatani, serta dalam penerapannya masih banyak petani yang belum menggunakan pestisida dengan baik.
Dari penjabaran di atas, maka dapat dikatakan bahwa masih banyak petani yang belum menggunakan pestisida dengan bijak dan sesuai dengan ketentuan
yang dianjurkan. Hal tersebut memotivasi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut agar mengetahui bagaimana perilaku petani padi dalam penggunaan pestisida kimia serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani padi
dalam penggunaan pestisida kimia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil petani di Desa Kutoanyar?
2. Bagaimana perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman padi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil petani di Desa Kutoanyar.
2. Mengetahui perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia pada tanaman
padi.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam
D. Kegunaan
1. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan oleh pemerintah dan
produsen pestisida dalam pengambilan keputusan untuk menangani masalah penggunaan pestisida yang baik sehingga terwujud pengelolaan lingkungan
yang ramah.
2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam penelitian lebih lanjut mengenai
7
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Petani
Menurut Notoadmodjo (1997) dalam Sunaryo (2004) perilaku merupakan
suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti ransangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut Mar”at (1 84) dalam Thamrin ( 014), perilaku petani adalah
proses dan aktivitas ketika seorang petani berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku petani merupakan hal-hal yang mendasari petani untuk membuat keputusan penanaman.
Menurut Hudayya dan Hadis (2013), dalam memilih pestisida yang digunakan, kebanyakan para petani sangat fanatik terhadap jenis pestisida tertentu, sehingga tidak mudah menerima jenis pestisida yang baru. Pola pikir seperti itu
didasarkan pada pengalaman mereka yang merasa puas terhadap jenis pestisida tersebut dalam mengendalikan OPT. Umumnya petani menggunakan pestisida
Dalam teori perilaku terencana oleh Azwar (2016), kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa
sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan dapat berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu,
dapat juga dipengaruhi oleh informasi yang tidak langsung mengenai informasi perilaku itu misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
mempengaruhi atau menambah kesan kesukaran untuk melakukan perbuatan yang bersangkutan.
Menurut Ameriana (2008) petani cenderung memiliki persepsi bahwa serangan hama penyakit merupakan penyebab utama dalam kegagalan panen. Pestisida sintetis merupakan input yang dianggap paling efektif dalam
mengendalikan hama oleh sebagian besar petani sehingga mendorong penggunan secara berlebihan. Selain itu petani sering melakukan penambahan konsentrasi,
peningkatan frekuensi penyemprotan, mengganti jenis pestisida dan melakukan pencampuran pestisida. Menurut Hudha (2015), dari dimensi pencampuran pestisida terlihat bahwa petani cenderung melakukannya dengan harapan untuk
meningkatkan kualitas keampuhan pestisida. Padahal menurut Moekasan (1998) pencampuran pestisida tertentu dapat memberikan efek sinergitas, antagonistik
dan netral.
Menurut Prayitno (2014), perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani, yaitu
yang masih keliru atau rendah. Persepsi dan pengetahuan yang benar akan memberikan apresisasi dan pertimbangan yang mengarah pada perilaku yang baik
dalam penggunaan pestisida dan penanganan kemasannya oleh petani. Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan result dari beberapa faktor, baik internal maupun eksternal, secara terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,
sikap dan sebagainya.
2. Pengendalian Hama Terpadu
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 39/PERMENTAN/SR.330/7/2015 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama dan
penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian; 2) memberantas rerumputan; 3) mematikan daun dan mencegah
pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan; 4) mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk; 5) memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan
ternak; 6) memberantas dan mencegah hama-hama air; 7) memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan
Pestisida merupakan alternatif terakhir dalam sistem pengendalian hama terpadu (PHT) jika tingkat serangan telah melebihi ambang ekonomi atau
populasinya telah mencapai ambang pengendalian. Menurut Tonny, dkk (2014) berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam
tepat, yaitu tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara penggunaan.
a. Tepat Sasaran
Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, yang harus dilakukan ialah
melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Selanjutnya memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Berikut tabel daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.
Tabel 3. Kelompok Pestisida Untuk Mengendalikan OPT
No. Pestisida OPT sasaran
1. Insektisida Serangga hama
2. Akarisida Hama golongan akarina (tungau) 3. Rodentisida Binatang pengerat (tikus)
4. Molluskisida Siput atau moluska 5. Nematisida Nematoda
6. Fungisida Penyakit tanaman yang disebabkan oleh cendawan 7. Bakterisida Penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri 8. Herbisida Rumput-rumput liar atau gulma
b. Tepat Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida. Pestisida yang digunkan harus terdaftar, tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.
c. Tepat Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua
jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu pilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
d. Tepat Waktu Penggunaan
Waktu yang tepat dalam menggunakan pestisida yaitu pada saat OPT
mencapai ambang pengendalian maksudnya jika populasi hama atau intensitas serangan penyakit telah mencapai suatu nilai tertentu. Waktu penyemprotan dapat dilakukan pada pagi hari setelah embun menghilang dan matahari tidak terlalu
panas pukul 08.00 - 10.00 dan sore hari pada pukul 16.00 - 17.00 ketika suhu udara lebih besar dari 30oC dan kelembaban udara 50 - 80%.
e. Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi
Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu pestisida sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut
pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil
panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara
disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan,
pengolesan. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida.
3. Penggunaan Pestisida pada Tanaman Padi
Menurut Purnomo (2013), tanaman padi merupakan tanaman yang cukup banyak organisme pengganggunya mulai dari awal masa pertumbuhan sampai
dengan menjelang panen bahkan pasca panen. Gangguan atau serangan pada setiap masa pertumbuhan tanaman padi akan berpengaruh pada tingkat yang berbeda-beda mulai dari penurunan hasil dan puso atau kopong.
Menurut Prijanto (2009), penggunaan pestisida dalam suatu lahan pertanian diharapkan mampu meningkatkan hasil pertanian serta dapat membuat
biaya pengelolaan pertanian menjadi lebih efisien dan ekonomis. Namun dalam perkembangannya, penggunaan pestisida pada petani cenderung bukan atas dasar untuk mengendalikan hama namun menjalankannya dengan cover blanket system
yaitu suatu sistem dimana ada ataupun tidaknya hama, tanaman akan tetap disemprot dengan menggunakan pestisida. Menurut Afriyanto (2008), dalam
menggunakan pestisida petani beranggapan bahwa penggunaan pestisida sama dengan penggunaan pupuk, sehingga penggunaannya tidak dapat dikontrol.
Menurut Sudarmo (1991), hal yang harus diingat dalam memilih pestisida
masing-masing formulasi pestisida hanya manjur untuk jenis OPT tertentu. Maka formulasi yang dipilih harus sesuai dengan OPT yang akan dikendalikan. Berikut
pestisida yang biasa digunakan oleh petani untuk tanaman padi.
Tabel 4.Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT pada Tanaman Padi Di Kabupaten Temanggung Tahun 2015
Sasaran Pestisida Bahan aktif
Jenis Nama
Hama putih Insektisida
Kiltop 50 EC Fenobukarb/BPMC 50 g/l
Indobas 500 EC BPMC : 500 g/l Dursban 200 EC Klorpirifos 200 g/l Sumo 25 EC Beta Siflutrin 25 g/l Mipcin 50 WP MIPC 50 %
Matador 25 EC Lamda Sihalotrin 25 g/l Penggerek
Batang
Furadan 3 G Karbufuran 3 % Curaterr 3 G Fibronil atau
Karbofuran 3%
Spontan 400 SL Dimehipo 400 g/l
Walang sangit Buldok 25 EC Beta Siflutrin 25 g/l
Wereng Hijau Actara 25 WG Tiametoksam 25%
Tikus Rodentisida Temik aldikarb
Petrokum 0,005
RB Brodifakum 0,005 %
Blas Bakterisida Bactocyn Teramisin 150 g/l
Fungisida Nordox 56 WP Copper Oxide 56% Delsene MX 80
WP Mancozeb 73,8 %
Antracol 70 WP Propineb 70% Menzate 82 WP Mankozeb 82 % Topsin 70 WP Metil tiofanat 70 %
Bercak Daun Fungisida
Dithane M-45 80
WP Mankozeb 80 %
Pestisida yang akan digunakan sebaiknya telah terdaftar dan diizinkan oleh Departemen Pertanian yang dilengkapi dengan wadah atau pembungkus aslinya
dan label resmi.
Menurut Djojosumarto (2008), Pencampuran pestisida dari jenis
insektisida dan fungisida tekniknya berbeda-beda. Pencampuran insektisida yang benar adalah pencampuran antara 2 jenis insektisida yang berbeda mode of action-nya. Bukan sekedar beda merek, tetapi juga beda bahan aktif dan kelas kimiaaction-nya.
Tujuan pencampuran pestisida untuk menghindari atau menunda terjadinya resistensi. Namun, pencampuran yang tidak benar justru bisa merangsang
timbulnya resistensi ganda. Khusus untuk fungisida sistemik yang bekerja sebagai single-site inhibitor tidak disarankan digunakan secara tunggal. Umumnya fungisida sistemik telah dicampurkan dengan bahan aktif non sitemik multi-site
inhibitor. Sehingga penggunaan fungisida harus diselang-seling.
Melakukan pencampuran peatisida dengan golongan yang sama akan
beresiko terjadinya reaksi. Cara mudah yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah pestisida yang dicampurkan saling bereaksi atau tidak, yaitu dengan mengamati dengan seksama apakah pencampuran terjadi secara merata atau tidak,
serta apakah menghasilkan endapan atau gumpalan. Jika terjadi endapan atau gumpalan maka sebaiknya kedua pestisida tidak perlu dicampur digunakan secara
Resistance management
Insecticides mixture and alternation – source : Donald H. Devris, 1997.
Gambar 1. Rekomendasi Pencampuran Pencamporan Pestisida berdasarkan Golongan
Keterangan:
1. Golongan Pyrethroids, bahan aktif : Bifethrin, Cyfluthrin, Cypermethrin, Deltamethrin, Esfenvalerate, tofenprox, lambda cyhalothrin, pyrethrins, dan lain-lain.
2. Golongan Carbamat, bahan aktif : Aldicarb, Benfuracarb, Carbaryl, Carbofuran, Fenobucarb, Methiocarb Methomyl, Oxamyl, Thiodicarb,
Triazamate dan lain-lain
3. Golongan Organophosphat, bahan aktif : Acephate, Chlorpyrifos, Dimethoate, Diazinon, Malathion, Methamidopos, Monocrotophos, Parathion-methyl,
profenofos, terbufos dan lain-lain
4. Golongan Neonicotinoids, bahan aktif: Acetamiprid, Dinotefuran, Imidaclopri
d, Thiacloprid,Thiamethoxam
Pyrethroids Carbamates Organophospat Nicotinoid Pyrazole Spinosyn
Pyrethroids Dihindari Sedikit dianjurkan
Sangat
direkomendasikan Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan
Carbamates Sedikit dianjurkan Dihindari Sedikit dianjurkan Sedikit dianjurkan Sedikit dianjurkan Dianjurkan
Organophospat Sangat direkomendasikan
Sedikit
dianjurkan Sedikit dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan
Nicotinoid Dianjurkan Sedikit
Spinosyn Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan Sangat direkomendasikan
Sangat
5. Golongan Spinosyn, bahan aktif: Spinetoram, Spinosad
Penyemprotan merupakan metode yang paling banyak digunakan, sekitar
75% pestisida digunakan dengan cara disemprot. Agar penyemprotan pestisida dapat efektif, penyemprotan dilakukan secara merata pada seluruh bagian
tanaman. Namun tidak semua bagian tanaman padi dapat menyerap dengan baik. Bagian yang menyerap dengan baik adalah bagian di bawah permukaan daun tempat stomata berada. Ketika stomata terbuka pestisida akan mudah diserap dan
masuk ke dalam jaringan tanaman dan hama atau penyakit yang menyerang akan mati ketika memakan bagian yang diserang. Berdasarkan PHP Temanggung,
anjuran penyemprotan dengan pestisida dilakukan ketika serangan hama atau penyakit telah mencapai ambang pengendalian.
Menurut Sudarmo (1991), hal yang perlu diperhatian dalam penggunaan
pestisida adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah angin. Dalam buku Djojosumarto (2008), rekomendasi umum untuk penyemprotan dalam
hubungannya dengan keadaan cuaca adalah tidak melakukan penyemprotan saat hujan, udara terlalu kering (penguapan) dan angin terlalu kencang. Keadaan udara yang ideal umumnya bisa kita peroleh pada pagi hari, sesudah embun hilang
sebelum pukul 10.00. Sementara sore hari pukul 15.00-17.00, jika tidak ada angin dan hujan.
Berdasarkan PHP, Interval penyemprotan adalah jarak waktu melakukan penyemprotan antara penyemprotan sebelumnya dan penyemprotan yang akan datang. Tidak ada aturan baku tentang interval penyemprotan pada tanaman padi.
atau penyakit pada tanaman padi. Penyemprotan yang dianjurkan pada tanaman padi dilakukan 2 kali selama penanaman. Ketika tanaman padi memasuki masa
penyerbukan (pada umur 60 - 70 hari), penyemprotan tidak boleh dilakukan sebab
bisa mengakhibatkan gabah gabuk atau kopong. Jika intensitas serangan hama dan
penyakit sudah tergolong parah, penyemprotan bisa dilakukan sesering mungkin. Namun jika serangan hama dan penyakit masih menunjukkan gejala atau untuk tindakan pencegahan, penyemprotan bisa dilakukan 1 sekali seminggu.
Berdasarkan Permenkes No. 258/MENKES/PER/III/1992 tentang persyaratan kesehatan pengelolaan pestisida dalam Bab III pasal 4 ayat 2
menyebutkan bahwa jenis perlengkapan pelindung bagi penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis klasifikasi pestisida dan atau jenis pekerjaannya. Menurut Djojosumarto (2008), perlengkapan yang harus digunakan sebelum
melakukan penyemprotan berupa sarung tangan, pakaian tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang), penutup kepala (topi), pelindung mulut (saputangan
atau masker). Sarung tangan yang digunakan sebaiknya bahan yang tidak tembus air. Sarung tangan terbaik dibuat dari bahan nitril. Untuk sepatu sebaiknya digunakan pada lahan kering, sebab penggunaan sepatu dilahan sawah atau berair
dapat menyulitkan petani untuk bergerak.
Menurut Sudarmo (1991), pestisida harus disimpan dalam keadaan baik,
pada bungkus asli, tertutup rapat, tidak rusak dan dalam tempat yang dikunci, sehingga jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan ternak. Menurut Mahyuni (2015), aturan penyimpanan pestisida dianjurkan pada ruangan tertutup dan
akhibat reaksi kimia dan fisika bahan kimia pestisida dengan udara. Selain itu, wadah pestisida yang digunakan harus dibuang dan tidak tersebar dimana-mana.
Sebab sisa pestisida yang ada di dalam kemasan yang telah habis pakai bisa saja mengalami reaksi dengan udara dan mencemari lingkungan bahkan manusia
secara tidak langsung.
Menurut Djojosumarto (2008), hal-hal yang sifatnya operasional harus diperhatikan untuk menjaga keselamatan pengguna, orang lain serta hewan ternak.
Berikut hal yang harus dilakukan setelah melakukan penyemprotan:
Sebaiknya petani memberi tanda yang jelas pada lahan yang sudah disemprot, Petani harus mencuci tangan dan mandi hingga bersih,
Pakaian yang digunakan harus dicuci secara terpisah dari cucian lainnya.
4. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hasannudin (2013) yang berjudul perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia (kasus petani cabai di
Pekon Gisting Atas Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus), perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia di Pekon Gisting Atas diklasifikasikan cukup baik. Pestisida kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman cabai oleh petani diantaranya insektisida, fungisida, bakterisida dan herbisida. Petani menyemprot tanaman cabai sesuai dengan waktu yang telah
Penelitian yang dilakukan oleh Suhardi (2000) berjudul faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku pemakaian insektisida (studi kasus petani bawang
merah di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes), menunjukkan bahwa perilaku yang tidak baik dalam pemakaian pestisida.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dalam penggunaan pestisida adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, dan dukungan kawan. Salah satu cara yang efektif untuk memberantas hama dengan alternatif lain, yaitu sistem Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), yaitu sistem pengendalian populasi hama yang serasi sehingga tidak menimbulkan kerugian ekonomi dan aman pada lingkungan.
Berdasarkan penelitian Setiawan (2013) yang berjudul beberapa faktor yang berhubungan dengan praktek petani dalam penggunaan pestisida di Kelurahan Kalianyar Kabupaten Demak, menunjukkan bahwa faktor yang
berhubungan dengan praktek penggunaan pestisida dikategorikan cukup baik, yaitu pengetahuan, sikap, perilaku teman, dan serana peralatan. Sedangkan faktor
yang tidak berhubungan dengan praktek adalah umur, jenis kelamin, lama kerja, pendidikan dan peran penyuluhan. Petani disarankan menggunakan alat pelindung diri lengkap (masker, sarung tangan, topi, baju lengan panjang) jika menggunakan
pestisida dan diharapkan petugas lebih intensif dalam memberikan penyuluhan tentang penggunaan pestisida.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ameriana (2006) yang berjudul perilaku petani sayuran dalam menggunakan pestisida kimia, menunjukkan bahwa perilaku petani tomat dalam menggunakan pestisida kimia dipengaruhi oleh (1)
maka semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan, (2) persepsi petani tentang ketahanan kultivar tomat terhadap OPT, semakin rendah ketahanan suatu
kultiivar semakin tinggi kuantitas penggunaan pestisida kimia yang digunakan, serta (3) pengetahuan petani tentang bahaya pestisida, semakin rendah
pengetahuan petani semakin tinggi kuantitas pestisida yang digunakan.
Berdasarkan penelitian Wahyuni (2010) berjudul perilaku petani bawang merah dalam penggunaan dan penanganan pestisida serta dampaknya terhadap
lingkungan (studi kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kebupaten Brebes), menunjukkan bahwa perilaku penggunaan dan penanganan pestisida
masih buruk yang ditemui pada semua tahapan-tahapan penanganan pestisida, yaitu mulai dari tahap pemilihan jenis pestisida, penyimpanan pestisida, praktek penyemprotan di lapangan dan tahap pembuangan bekas pestisida. Faktor-faktor
yang paling mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan dan penanganan pestisida adalah adanya pengaruh teman seprofesi, kurangnya sosialisasi
kebijakan, sikap serta persepsi petani yang masih keliru tentang pestisida. Untuk memperbaiki perilaku petani tersebut diperlukan sosialisasi kebijakan yang dilakukan secara berkesinambungan, penyuluhan yang harus dilakukan secara
intensif dengan melibatkan jumlah petani yang cukup besar melalui diskusi-diskusi kelompok, penggunaan tokoh masyarakat sebagai model, serta penerbitan
Dari hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan pestisida perilaku yang ditunjukan oleh petani berbeda-beda,
misalnya petani tetap menggunakan pestisida walaupun serangan hanya sedikit atau tidak ada serangan hama sama sekali serta kurang tepatnya penggunaan
pestisida oleh petani dalam pengaplikasiannya seperti dosis yang digunakan, waktu penyemprotan pencampuran pestisida yang dilakukan, jenis pestisida yang digunakan, serta perlengkapan yang akan digunakan pada saat penyemprotan.
Alasan petani menggunakan pestisida dalam jumlah banyak karena dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti pengalaman petani, pendidikan non formal, keterlibatan
organisasi, pendapatan rumah tangga dan persepsi petani. Ketergantungan petani terhadap pestisida kimia terus-menerus menyebabkan penurunan pada produktivitas hasil pertanian.
B. Kerangka Permikiran
Perilaku petani dalam menggunakan pestisida kimia merupakan
tindakan-tindakan langsung yang dilakukan petani dalam penggunaan pestisida kimia diantaranya tindakan petani dalam memilih jenis pestisida yang akan digunakan dan tepat sasaran, dosis yang digunakan oleh petani apakah sudah sesuai atau
belum sesuai, teknik dalam pencampuran pestisida, tindakan petani saat aplikasi, tindakan petani dalam menentukan waktu penyemprotan, jarak waktu
penyemprotan kembali, tindakan dalam mengenakan perlengkapan untuk penyemprot (pelindung diri), tindakan petani dalam menyimpan pestisida dan alat semprot, serta penanganan petani setelah melakukan penyemprotan. Tindakan
lingkungan. Sehingga perlu adanya pemantauan di lapangan agar petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia.
Perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani seperti keragaman umur,
tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan dan pekerjaan sampingan. Dengan latar belakang yang berbeda-beda tentu akan melahirkan penilaian yang berbeda-beda pula. Dalam penelitian ini umur, tingkat pendidikan, tanggungan
rumah tangga, pekerjaan sampingan dan luas lahan merupakan faktor bawaan yang tidak bisa diubah atau diberi perlakuan maka dalam kasus ini faktor-faktor
tersebut tidak termasuk dalam analisis faktor yang mempengaruhi perilaku petani. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku petani diantaranya pengalaman, pendidikan non formal, keterlibatan organisasi, pendapatan rumah tangga dan
persepsi petani terhadap serangan hama.
Pengalaman petani menggunaan pestisida dalam usahatani akan
berpengaruh terhadap perilaku petani. Petani yang memiliki pengalaman lebih lama dalam berusahatani dan penggunaan pestisida maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan dalam pemilihan jenis
pestisida dan dosis yang digunakan. Rentang waktu petani dalam pengalaman berusahatani dapat mempengaruhi perilaku petani padi dalam penggunaan
pestisida kimia sehingga perilaku yang ditimbulkan juga akan berbeda-beda. Faktor selanjutnya adalah pendidikan non formal, yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan normal. Salah satu jenis pendidikan non formal yang biasa
pelatihan dan penyuluhan maka akan semakin rendah tingkat penggunaan pestisida. Jika petani jarang atau tidak pernah mengikuti pelatihan maka akan
semakin tinggi penggunaan pestisida.
Keterlibatan sosial atau organisasi juga merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia. Keterlibatan sosial yang dimaksud adalah seberapa banyak kegiatan organisasi yang diikuti oleh petani berupa kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keaktifan dalam
menyampaikan usulan, keterlibatan dalam penyusunan rencana kegiatan kelompok dan pelaksanaan rencana kegiatan kelompok. Jika petani banyak
mengikuti organisasi maka petani akan lebih mudah dalam bertukar pikiran untuk membahas penggunaan pestisida. Semakin banyak keterlibatan dalam organisasi semakin berkurang penggunaan pestisida kimia. Sebaliknya, tidak adanya
kertelibatan dalam organisasi maka penggunaan pestisida akan semakin meningkat.
Pendapatan rumah tangga juga merupakan faktor-faktor yang mengpengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida. Pendapatan rumah tangga petani dilihat berdasarkan seluruh penghasilan petani yang terdiri dari
pendapatan berusahatani padi dan pendapatan non usahatani. Pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi menyebabkan pembelian pestisida kimia yang berlebih
oleh petani padi. Semakin besar pendapatan petani semakin besar pula penggunaan pestisidanya, tingkat pendapatan yang tinggi akan cenderung berlebihan dalam menggunakan pestisida sehingga mempengaruhi perilaku petani
Persepsi petani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam penggunaan pestisida, seperti persepsi petani terhadap risiko serangan OPT.
Persepsi petani terhadap risiko dilihat dari persepsi petani terhadap serangan hama dan kegagalan usahatani. Semakin tinggi persepsi petani terhadap risiko maka
Fakto-faktor yang
26
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau meletakkan
keadaan subyek atau obyek penelitian, dapat berupa individu, lembaga, masyarakat dan sebagainya. Teknik pelaksanaan menggunakan metode survei yaitu metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data yang pokok.
B. Teknik Pengambilan Sampel 1. Penentuan Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitan dilakukan secara sengaja (purposive sampling)
dengan pertimbangan bahwa desa tersebut yang memiliki produktivitas padi yang lebih tinggi dan belum menggunakan sistem pertanian organik. Penelitian ini dilakukan di Desa Kutoanyar, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.
2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel petani dilakukan pada petani yang tergabung di
Gapoktan Terpadu. Gapoktan Terpadu terdiri dari 4 kelompok tani yaitu Gemah Ripah I, Gemah Ripah II, Dadi Subur dan Dadi Makmur. Gapoktan terpadu memiliki jumlah anggota sebanyak 150 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 87
orang dan perempuan sebanyak 63 orang. Sampel yang akan digunakan hanya sampel laki-laki, karena pada dasarnya perempuan tidak melakukan penyemprotan
Tabel 5.Jumlah Anggota Gapoktan Terpadu di Desa Kutoanyar
No. Kelompok Tani Anggota
Laki-laki Perempuan
1 Gemah Ripah I 26 1
2 Gemah Ripah II 11 8
3 Dadi Subur 41 10
4 Dadi Makmur 9 44
Jumlah 87 63
Sebelum melakukan pengambilan sampel ditentukan jumlah sampel yang
akan digunakan dengan menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut:
n
n
= 47
Keterangan :
n : Ukuran sampel N : Ukuran populasi
e : Nilai kritis yang digunakan 0,1
Proses pengambilan sampel dari masing kelompok tani terdapat kesalahan yang dilakukan dengan metode proposional sampling yaitu pengambilan dilakukan secara langsung sesuai dengan banyaknya proporsi atau jumlah petani
laki-laki dalam setiap kelompok tani. Jumlah populasi yang diambil dari masing-masing kelompok tani ditentukan menggunakan rumus berikut.
Keterangan :
jks : Jumlah sampel yang telah ditentukan
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh jumlah masing-masing populasi berdasarkan kelompok tani. Setelah diketahui
jumlah sampel petani setiap kelompok, maka penentuan akhir pengambilan anggota tiap kelompok dilakukan dengan cara yang direkomendasikan oleh setiap
ketua kelompok tani itulah yang dijadikan sampel. Total sampel yang dibutuhkan yakni sebanyak 47 petani. Daftar jumlah sampel kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Proses Pengambilan Sampel Petani dari Setiap Kelompok Tani No. Nama Kelompok Jumlah Populasi Petani Sampel Petani
1 Gemah Ripah I 26 14
2 Gemah Ripah II 11 6
3 Dadi Subur 41 22
4 Dadi Makmur 9 5
Jumlah 87 47
Pada tabel 6 di atas, dari 26 petani di kelompok tani Gemah Ripah I yang akan diambil sebagai sampel sebanyak 14 responden dan yang direkomendasikan
oleh ketua kelompok tani itulah yang dijadikan sampel. Untuk kelompok tani Gemah Ripah II sampel yang akan diambil dari 11 petani sebanyak 6 responden
yang direkomendasikan ketua kelompok tani yang diambil menjadi sampel, begitu juga seterusnya untuk kelompok tani Dadi Subur dan Dadi Makmur. Petani yang telah direkomendasikan oleh setiap ketua kelompok tersebut adalah petani yang
akan dijadikan sampel sesuai dengan kebutuhan. Contonya, jika sebanyak 14 yang dibutuhkan peneliti, ketua kelompok tani akan merekomendasikan 14 petani yang
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunakan dua jenis data dimana data tersebut yang akan mendukung selama proses penelitian yang
dilakukan. Data tersebut berupa data primer dan data sekunder, sebagai berikut: 1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara secara langsung terhadap responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya. Daftar pertanyaan dibuat sesuai dengan data
yang ingin digali dari petani yaitu profil responden, luas area lahan, OPT yang menyerang tanaman padi, jenis dan jumlah penggunaan pestisida, pengaplikasian pestisida yang dilakukan dan pengalaman petani dalam menggunakan pestisida.
2. Data sekunder
Data Sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dengan cara
mencatat data yang didapatkan dari literature dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari dinas atau instansi terkait penelitian ini. Data yang diambil meliputi keadaan umum tempat daerah penelitian, peta daerah, keadaan penduduk, jumlah
penduduk, batas administrasi, kondisi pertanian dan lembaga-lembaga yang berpengaruh di dalamnya serta data tentang penggunaan pestisida di kabupaten
Temanggung.
D. Asumsi
1. Semua petani padi menggunakan pestisida kimia dalam usahatani padi
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian dilakukan pada petani padi di Gapoktan Terpadu Desa Kutoanyar,
Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung.
2. Penelitian ini dibatasi oleh 1 musim tanam padi yaitu pada musim terakhir.
3. Sampel yang digunakan hanyalah petani laki-laki F. Definisi Operasianal dan Pengukuran Variabel
1. Profil petani merupakan gambaran singkat mengenai karakteristik petani padi
di Desa Kuto Anyar meliputi adalah umur, tingkat pendidikan, luas area lahan, jumlah tanggungan dan pekerjaan sampingan.
a. Usia adalah seberapa lamanya hidup anggota kelompok tani dari awal di lahirkan sampai penelitian ini berlangsung yang dinyatakan dalam tahun. b. Tingkat pendidikan adalah lama waktu yang ditempuh oleh anggota kelompok
tani dalam menempuh jenjang pendidikan formal yang terhitung dalam satuan tahun, dengan kategori tidak menempuh pendidikan, lulus SD, SMP,
SMA/Sederajat dan Sarjana.
c. Luas area lahan merupakan sejumlah area atau tempat yang digunakan petani untuk menanam padi yang dinyatakan dalam satuan meter persegi (m2 atau
Ha).
d. Jumlah tanggungan merupakan jumlah anggota keluarga yang dimiliki petani
yang dinyatakan dalam jumlah orang.
2. Perilaku petani dalam menggunakan pestisida adalah tindakan yang dilakukan petani dalam menggunakan pestisida untuk pemeliharaan tanaman padi.
Perilaku yang dimaksud berupa tindakan yang dilakukan petani baik dalam pemilihan jenis pestisida yang digunakan, dosis yang digunakan, pencampuran
pestisida, waktu penyemprotan, interval penyemprotan dan perlengkapan yang digunakan pada saat penyemprotan. Perilaku petani diukur dengan menggunakan skor.
a. Jenis pestisida adalah tindakan yang ditunjukan oleh petani dalam memilih pestisida yang tepat dan sesuai dengan sasaran (OPT) pada tanaman padi.
Indikator jenis pestisida meliputi jenis pestisida harus sesuai dengan sasaran OPT yang akan dikendalikan, jenis pestisda yang digunakan telah memiliki izin edar dan terdaftar departemen pertanian, kemasan jenis pestisida
menggunakan bahasa Indonesia, jenis pestisida yang sama digunakan secara selang-seling. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup
baik, dan skor (1) jika kurang baik.
b. Dosis yang digunakan adalah tindakan petani dalam menakar dosis pertisida yang akan digunakan pada lahan tanaman padi sesuai dengan anjuran
pemakaian. Untuk indikator dosis meliputi dosis yang dianjurkan sesuai dengan kemasan pestisida dan volume semprot yang digunakan saat
penyemprotan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.
c. Pencampuran pestisida adalah tindakan petani dalam mencampurkan atau
pencampuran dengan jenis pestisida, bahan aktif dan kelas kimia yang berbeda, lokasi yang tepat untuk melakukan pencampuran, wadah yang
digunakan, alat yang digunakan untuk mengaduk pestisida dan bahan yang digunakan untuk penyampur. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor
(2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.
d. Waktu penyemprotan adalah tindakan petani dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi sesuai
dengan anjuran. Indikator waktu penyemprotan meliputi waktu melakukan penyemprotan dan keadaan cuaca melakukan penyemprotan. Kemudian
diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.
e. Interval penyemprotan adalah tindakan petani dalam menentukan seberapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyemprotan kembali. Indikator interval penyemprotan meliputi jarak penyemprotan ditentukan oleh
serangan OPT yang akan dikendalikan dan jumlah penyemprotan yang dilakukan selama tanam. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.
f. Perlengkapan penyemprotan adalah tindakan petani dalam menggunakan alat pelindung diri untuk penyemprotan. Indokator perlengkapan meliputi alat dan
g. Aplikasi pestisida adalah tindakan yang dilakukan petani saat melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman padi. Indikator aplikasi pestisida
meliputi teknik penyemprotan dan bagian yang disemprot. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang
baik.
h. Penyimpanan pestisida adalah tindakan petani dalam meletakkan pestisida dan alat semprot sesuai anjuran. Indikator penyimpanan meliputi tempat
menyimpan pestisida serta peralakuan alat semprot sebelum disimpan. Kemudian penyimpanan diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup
baik, dan skor (1) jika kurang baik.
i. Penanganan adalah tindakan petani yang dilakukan setelah penyemprotan berupa memberi pentunjuk setelah melakukan penyemprotan, cuci tangan dan
mandi serta mencuci pakaian yang digunakan. Kemudian diukur dengan skor (3) jika baik, skor (2) jika cukup baik, dan skor (1) jika kurang baik.
Tabel 7. Pengukuran setiap Indikator Perilaku Penggunaan Pestisida Kimia
Indikator Skor Pengukuran Kategori
1. Jenis pestisida - Jenis pestisida yang
digunakan harus sesuai dengan sasaran OPT yang akan dikendalikan
3 Menggunakan jenis pestisida sesuai dengan sasaran OPT yang dikendalikan
Baik
2 Tidak mengetahui jenis pestisida yang digunakan namun sesuai dengan jenis OPT
Cukup
1 Menggunakan pestisida yang tidak sesuai dengan OPT yang dikendalikan
3 Menggunakan pestisida yang memiliki izin edar dan terdaftar
Baik 2 Tidak mengetahui pestisida yang
memiliki izin edar dan terdaftar atau pestisida yang digunakan terdaftar namun telah habis masa
edar (kadaluarsa)
1 Menggunakan pestisida yang tidak memiliki izin edar dan terdaftar
Kurang
- Jenis pestisida yang telah memiliki izin edar dan terdaftar
kemasannya harus menggunakan bahasa Indonesia
3 Pestisida yang digunakan
kemasannya menggunakan bahasa Indonesia
Baik
2 Tidak mengetahui pestisida yang digunakan kemasannya
menggunakan bahasa Indonesia
Cukup
1 Pestisida yang digunakan
kemasannya tidak menggunakan
3 Menggunakan pestisida yang sama secara selang-seling dan tidak dalam jangka waktu yang lama sekitar 1-5 tahun
Baik
2 Menggunakan pestisida yang sama secara selang-seling dalam jangka waktu sekitar 6-10 tahun
Cukup
1 Menggunakan pestisida yang sama dalam jangka waktu yang lama lebih dari 10 tahun
Kurang
3 Menggunakan takaran pestisida yang sesuai dengan anjuran pada kemasan
Baik
2 Tidak mengetahui bahwa telah menggunakan pestisida yang sesuai dengan anjuran pada kemasan pestisida
Cukup
1 Menggunakan takaran pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran pada kemasan atau menggunakan
3 Menggunakan volume semprot antara 200-600 liter/ha
Baik 2 Tidak mengetahui penggunaan
volume semprot, namun masih menggunakan volume semprot antara 200-600 liter/ha
Cukup
1 Menggunakan volume semprot lebih dari 600 liter/ha
Kurang
- Pencampuran yang
2 Tidak mengetahui bahwa pencampuran yang dilakukan telah sesuai dengan anjuran atau pencampuran yang sedikit
3 Melakukan pencampuran di luar rumah dan terhindar dari sinar matahari
Baik
2 Melakukan pencampuran di bawah sinar matahari
3 Melakukan pencampuran di ember sebelum di masukkan ke dalam tangki
Baik
2 Melakukan pencampuran dengan gayung sebelum di masukkan ke dalam tangki
3 Menggunakan kayu, ranting dan sendok untuk mengaduk larutan pestisida pada wadah atau tangki
Baik
2 Menggunakan sendok untuk mengaduk larutan pestisida pada wadah atau tangki
Cukup
1 Menggunakan tangan untuk mngaduk larutan pestisida atau
3 Melakukan penyemprotan pada waktu yang sesuai dianjurkan :
pagi sesudah tidak ada embun sebelum pukul 10.00 dan sore pukul 16.00-17.00
2 Melakukan penyempotan pada waktu sore pukul 16.00-17.00
Cukup 1 Melakukan penyemprotan tidak
pada waktu yang sesuai anjuran
Kurang baik - Keadaan cuaca 3 Penyemprotan dilakukan pada
keadaan cuaca yang sedang, tidak terlalu kering, tidak basah dan angin tidak kencang
Baik
2 Penyemprotan dilakukan pada keadaan cuaca panas atau basah
Cukup
1 Penyemprotan dilakukan pada keadaan cuaca yang kering, basah dan angin kencang.
3 Jarak penyemprotan kembali dilakukan setelah adanya serangan OPT yang telah mencapai ambang pengendalian
Baik
2 Jarak penyemprotan kembali dilakukan setelah ada beberapa serangan OPT
Cukup
1 Jarak penyemprotan kembali dilakukan sebelum adanya serangan OPT
Kurang
- Jumlah penyemprotan selama tanam
3 Penyemprotan tanaman padi dilakukan sebanyak 2 kali selama tanam
Baik
2 Pentani tidak mengetahui berapa kali melakukan penyemprotan selama tanam
Cukup
1 Penyemprotan tanaman padi
dilakukan lebih dari 2 kali selama tanam pakaian tertutup, tutup kepala dan sepatu
Baik
2 Menggunakan sebagian perlengkapan penyemprotan
berupa pakaian tertutup, penutup kepala, masker atau sarung tangan saja
1 Hanya menggunakan pakaian tertutup dan tutup kepala
Kurang - Jenis sarung tangan yang
baik digunakan adalah sarung tangan jenis nitril
3 Menggunakan sarung tangan dari bahan nitril
Baik
2 Menggunakan sarung tangan plastik atau kain
Cukup 1 Tidak menggunakan sarung
tangan
Kurang
7. Aplikasi pestisida - Penyemprotan dilakukan
sesuai dengan arah angin
3 Melakukan penyemprotan sesuai dengan arah angin
Baik
2 Melakukan penyemprotan dengan jarang memperhatikan arah angin
Cukup 1 Melakukan penyemprotan tidak
sesuai dengan arah angin
Kurang
- Bagian yang disemprot 3 Mengarahkan alat semprot pada bagian tanaman padi yang diserang OPT khususnya daun
Baik
2 Jarang mengarahkan alat semprot pada bagian tanaman pada yang diserang OPT
Cukup
1 Menyemprot semua bagian tanaman padi
3 Pestisida di simpan pada ruangan tertutup dan tidak terkena sinar matahari serta jauh dari jangkauan anak-anak dan hewan ternak.
Baik
2 Pestisida di letakkan di dalam rumah bagian belakang, tidak terkena sinar matahari dan jauh dari jangkauan anak-anak
Cukup
1 Menyimpan dan meletakan pestisida pada sembarang tempat
Kurang - Alat semprot sebaiknya
dicuci terlebih dahulu sebelum disimpan
3 Sebelum menyimpan, alat semprot dicuci terlebih dahulu
Baik
2 Sebelum menyimpan, alat semprot jarang dicuci terlebih dahulu
Cukup
1 Sebelum menyimpan, alat semprot tidak dicuci terlebih dahulu
Kurang
- Memberikan petunjuk bahwa telah dilakukan penyemprotan pestisida
3 Setelah melakukan penyemprotan petani selalu memberi petunjuk bahwa telah melakukan
penyemprotan pestisida
Baik
2 Setelah melakukan penyemprotan petani jarang memberi petunjuk bahwa telah melakukan
penyemprotan pestisida
Cukup
1 Setelah melakukan penyemprotan petani tidak memberi petunjuk bahwa telah melakukan
penyemprotan pestisida pada tanaman padi
Kurang
- Cuci tangan dan mandi setelah menyemprot
3 Setelah melakukan penyemprotan petani langsung cuci tangan dan mandi
Baik
2 Setalah melakukan penyemprotan petani hanya mencuci tangan
Cukup 1 Setelah melakukan penyemprotan
petani tidak langsung cuci tangan dan mandi pada sore hari
Kurang
- Pakaian yang digunakan harus dicuci dengan terpisah
3 Pakaian yang digunakan langsung dicuci secara terpisah
Baik
2 Pakaian yang digunakan tidak langsung di cuci
Cukup 1 Pakaian yang digunakan tidak
pernah di cuci
Kurang
3. Faktor-faktor adalah hal-hal yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia baik hal yang bersifat positif dan bersifat negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari pengalaman dalam berusaha tani, pendidikan non formal, keterlibatan sosial dan pendapatan rumah tangga
petani.
a. Pengalaman merupakan seberapa lama petani menggunaan pestisida kimia
b. Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan di luar pendidikan lembaga formal yang pernah ditempuh responden, dihitung dengan frekuensi
dalam mengikuti kegiatan penyuluhan, pelatihan dan kursus dalam bidang pertanian. Diukur dengan menggunakan skor.
c. Keterlibatan sosial atau organisasi adalah seberapa banyak organisasi yang diikuti oleh petani selain dari kelompok tani. Keterlibatan sosial dilihat dari berupa indikator yaitu kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keaktifan
dalam menyampaikan usulan, keterlibatan dalam penyusunan rencana kegiatan kelompok, pelaksanaan rencana kegiatan kelompok, keaktifan mengikuti
kegiatan kelompok. Kemudian diukur dengan menggunakan skor.
d. Pendapatan rumah tangga adalah hasil yang diperoleh petani dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari luar usahatani
dinyatakan dalam Rupiah (Rp.).
e. Persepsi risiko merupakan pandangan petani terhadap risiko serang OPT dan
jenis padi yang digunakan sesuai dengan tindakan petani. Diukur dengan skala ordinal yaitu ringan, sedang dan berat.
G. Teknis Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data sudah dikumpulkan dari seluruh responden dan kemudian dilakukan tabulasi data. Berikut teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian.
1. Profil kelompok tani dianalisis secara deskripsi yaitu memaparkan keseluruhan yang terkait dengan sejarah kelompok, struktur organisasi. Selain
tingkat pendidikan, luas lahan yang digunakan, pendapatan rumah tangga petani dan pekerjaan sampingan.
2. Untuk mengetahui perilaku petani dalam penggunaan pestisida di Desa Kuto Anyar menggunakan perhitungan interval sebagai berikut:
= - = 15,33
Tabel 8.Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia Kategori perilaku petani dalam menggunakan pestisida
kimia
Kisaran Skor
Kurang 23,00 – 38,32
Cukup 38,33 – 53,66
Baik 53,67 – 69,00
Kisaran skor 23,00 – 69,00
Keterangan:
a. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 23,00 – 38,32 maka indikator perilaku termasuk
dalam kategori “ kurang”.
b. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 38,32 – 53,66 maka indikator perilaku termasuk dalam kategori “ cukup”.
c. Apabila perilaku petani padi dalam penggunaan pestisdia kimia memiliki nilai pengukuran di kisaran 53,67 – 69,00 maka indikator perilaku termasuk dalam kategori “ baik”.
Sedangkan untuk mengetahui kategori perilaku petani dalam penggunaan
Tabel 9. Perilaku Petani dalam Penggunaan Pestisida Kimia setiap Indokator No. Indikator Kisaran
Skor
Kategori
Kurang Baik Cukup Baik
1. Jenis 4 – 12 4,00 – 6,67 6,67 – 9,34 9,34 – 12,00 2. Dosis 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 3. Pencampuran 4 – 12 4,00 – 6,67 6,67 – 9,34 9,34 – 12,00 4. Waktu 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 5. Interval 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 6. Perlengkapan 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 7. Aplikasi 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 8. Penyimpanan 2 – 6 2,00 – 3,33 3,33 – 4,67 4,67– 6,00 9. Penanganan 3 – 9 3,00 – 4,99 5,00 – 7,09 7,00 – 9,00
Total 24 – 72 23,00 – 38,31 38,32 – 53,69 53,70 – 69,00
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam penggunaan pestisida kimia yaitu penyajian data dilakukan menggunakan perhitungan korelasi dengan Rank Spearman. Teknik korelasi adalah teknik
yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang datanya berupa ranking. Rumus korelasi adalah :
∑
Keterangan :
rs : Koefesien korelasi Spearman Di : Selisih peringkat dari setiap data
: Jumlah sampel atau data
Setelah menentukan nilai koefisien korelasi dari rumus diatas maka langkah selanjutnya adalah menempatkan nilai atau hasil korelasi ke dalam